Makalah Metopen Kel 4 PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH INDIKATOR PENELITIAN, INSTRUMEN PENELITIAN, DAN TEKNIK PEMBUKTIAN VALIDITAS SERTA RELIABILITAS PENELITIAN Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Metodologi Penelitian”



DOSEN PENGAMPU :



Firda Hariyanti, M. Pd



DISUSUN OLEH: KELOMPOK 5



1. Siti Fatimah



NIM. 18842021005



2. Mitha Miftahul Jannah



NIM. 18842021026



3. Finka Refa Rosilah



NIM. 18842021016



4. Fifi Okta Maulia



NIM. 18842021014



PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS NAHDLATUL ULAMA (ITSNU) PASURUAN 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Indikator Penelitian, Instrumen Penelitian, dan Teknik Pembuktian Validitas serta Reabilitas Penelitian”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Metodologi Penelitian di Institut Teknologi dan Sanis Nahdlatul Ulama Pasuruan yang diampu oleh ibu dosen Firda Hariyanti, M. Pd. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan agar dapat menyempurnakan dimasa yang akan datang. Harapan kami semoga makalah ini bisa membantu dan menambah pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini, dan kami harapkan kedepannya dapat lebih baik.



Pasuruan, 1 November 2020



(Penulis)



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... ii BAB I .................................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2 1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................................................................ 2 BAB II................................................................................................................................................. 3 PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 3 2.1 Indikator Penelitian .................................................................................................................. 3 a.



Pengertian Indikator............................................................................................................ 3



b.



Persyaratan indikator .......................................................................................................... 3



2.2 Instrumen Penelitian ................................................................................................................ 4 a.



Pengertian Instrumen Penelitian Menurut Para Ahli ........................................................ 4



b.



Jenis-Jenis Instrumen Penelitian dan Contohnya .............................................................. 5



c.



Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penelitian ........................................................ 11



2.3 Validitas serta Reliabilitas Instrumen ................................................................................... 12 a.



Pengertian Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................................................. 12



b.



Teknik Pembuktian Validitas dan reliabilitas Instrumen ................................................ 15



c.



Contoh Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen .................................................. 21



BAB III ............................................................................................................................................. 25 PENUTUP ........................................................................................................................................ 25 3.1



Kesimpulan ........................................................................................................................ 25



3.2



Saran .................................................................................................................................. 25



DAFTAR REFERENSI ................................................................................................................... 26



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai suatu kegiatan sistematis penelitian harus dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah metode penelitian, yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciriciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Dalam sebuah penelitian ilmiah ada salah satu hal yang harus dipikirkan yaitu instrumen penelitian atau sering disebut juga dengan alat pengumpul data. Pada kesempatan ini, kami akan membahas tentang apa yang dimaksud dengan instrumen penelitian yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang penelitian dan apa saja jenis-jenis instrumen penelitian Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodelogi penelitian karena instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti. Suatu instrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan realibitas yang baik. Untuk memperoleh instrument yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung validitas dan realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrument. Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan ini akan diuraikan berbagai hal terkait dengan instrument penelitian yang pembahasannya diawali dengan pengertian instrumen penelitian, jenis, lagkah-langkah penyusunan, dan teknik pengujian validitas dan reliabiltasnya dan tentu akan dibahas mengenai indikator penelitian. Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten dan stabil dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke pengukuran yang lain. Data yang kurang memiliki validitas, akan menghasilkan kesimpulan yang bisa kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan bahkan bisa saja bertentangan dengan kelaziman. Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori, pendapat para ahli serta pengalaman-pengalaman yang kadangkala diperlukan bila definisi operasional variabelnya tidak kita temukan dalam teori. Alat ukur atau instrumen 1



yang akan disusun itu tentu saja harus memiliki validitas , agar data yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel dan valid.



1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa pengertian indikator penelitian ? 1.2.2 Apa pengertian instrumen penelitian? 1.2.3 Bagaimana teknik pembuktian validitas dan reliabilitas penelitian?



1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.3.1 Untuk menjelaskan dan mengetahui pengertian indikator penelitian 1.3.2 Untuk menjelaskan dan mengetahui pengertian instrumen penelitian 1.3.3 Untuk mengetahui teknik pembuktian validitas dan reliabilitas penelitian



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Indikator Penelitian a. Pengertian Indikator Terdapat banyak literatur yang menyebutkan tentang definisi indikator. Beberapa definisi diantaranya yang dianggap lebih mudah dipahami adalah menurut: 1. Wilson dan Sapanuchart (1993), Indikator adalah suatu ukuran tidak langsung dari suatu kejadian atau kondisi. Misal; berat badan bayi itu berdasarkan umur merupakan indikator terhadap status gizi bayi tersebut. 2. World Health Organization (WHO), Indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan-perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 3. Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika Serikat, Indikator adalah statistik dari hal normatif yang menjadi perhatian kita yang dapat membantu kita dalam membuat penilaian ringkas, komprehensif dan berimbang terhadap kondisi-kondisi atau aspek-aspek penting dari suatu masyarakat. Dari definisi di atas indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk atau indikasi tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan. Misalnya, kasus diare yang didapat dari data kunjungan pasien di Puskesmas bisa saja hanya menunjukan sebagian saja dari kejadian diare yang melanda masyarakat. Hampir semua bentuk penelitian selalu memiliki indikator sebagai tolak ukur dalam sebuah penelitian. Indikator ini paling banyak digunakan dalam penelitian yang bersifat ilmiah seperti penelitian lingkungan, reklamasi, bioteknologi dan sebagainya. Dibandingkan indikator lainnya, indiktor penelitian sifatnya lebih luas dan memuat banyak hal. Setiap penelitian bisa memiliki indikator yang berbeda. b. Persyaratan indikator 1. Sederhana Indikator yang ditetapkan sedapat mungkin sederhana dalam pengumpulan data maupun dalam rumus penghitungan untuk mendapatkannya.



3



2. Terukur Indikator yang ditetapkan harus mempresentasikan informasinya dan jelas ukurannya sehingga dapat digunakan untuk perbandingan antara satu tempat dengan tempat lain atau antara satu waktu dengan waktu lain agar memudahkan dalam memperoleh data. 3. Bermanfaat Indikator yang ditetapkan harus bermanfaat untuk kepentingan pengambilan keputusan. 4. Terpercaya Indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar dan teliti. 5. Tepat Waktu Indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta pengemasan informasi yang waktunya sesuai dengan saat pengambilan keputusan dilakukan.



2.2 Instrumen Penelitian a. Pengertian Instrumen Penelitian Menurut Para Ahli Definisi mengenai instrumen penelitian menurut para ahli, antara lain adalah sebagai berikut; 1. Sukmadinata (2010) Pengertian instrument penelitian menurutnya adalah sebuah tes yang memiiki karekatristik mengukur informan dengan sejumlah pertanyaan dan pernyataan dalam penelitian, yang bisa dilakukan dengan membuat garis besar tujuan penelitian dilakukan. 2. Sugiyono (2016) Definisi instrument penelitian ialah alat bantu yang dipergunakan oleh peneliti dalam mengukur fenomena alam serta sosial yang sesuai dengan variabel penelitian. Dari pengertian instrument penelitian menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa instrument penelitian ialah metode penelitian yang dilakukan untuk mengukur dan mengambil data primer (langsung dari lapangan) melalui kajian-kajian yang empiris serta sistematis. Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985). Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian 4



adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya panas, maka instrumennya adalah calorimeter, variabel suhu maka instrumennya adalah thermometer, variabel panjang maka instrumennya adalah mistar (meteran), variabel berat maka instrumennya adalah timbangan berat. Instrumen-instrumen tersebut mudah didapat dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya, kecuali yang rusak dan palsu. Instrumen-instrumen yang rusak atau palsu bila digunakan untuk mengukur harus diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dulu. Instrumen-instrumen dalam penelitian sosial memang ada yang sudah tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya, seperti instrumen untuk mengukur motif berprestasi, (n-ach) untuk mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat dan lain-lain. Walaupun instrumen-instrumen tersebut sudah ada tetapi sulit untuk dicari, dimana harus dicari dan apakah bisa dibeli atau tidak. Selain itu instrumen-instrumen dalam bidang sosial walaupun telah teruji validitas analisis reliabilitasnya, tetapi bila digunakan untuk tempat tertentu belum tentu tepat dan mungkin tidak valid dan reliabel lagi. Hal ini perlu dimaklumi karena gejala fenomena sosial itu cepat berubah dan sulit dicari kesamaannya. Instrumen tentang kepemimpinan mungkin valid untuk kondisi Amerika, tetapi mungkin tidak valid untuk Indonesia. Untuk itu maka peneliti-peneliti dalam bidang sosial instrumen penelitian yang digunakan sering disusun sendiri termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya. b. Jenis-Jenis Instrumen Penelitian dan Contohnya Menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola prosedur penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan data, misal metode wawancara yang instrumennya pedoman wawancara. Metode angket atau kuesioner, instrumennya berupa angket atau kuesioner. Metode tes, instrumennya adalah soal tes, tetapi metode observasi, instrumennya bernama chek-list (Black, 2006). Menyusun instrumen pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena mengevaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Dalam hal ini terdapat dua macam alat evaluasi yang dapat dikembangkan menjadi instrumen penelitian, yaitu tes dan non-tes (Narbuko, 2004).



5



1. Bentuk Instrumen Tes Instrumen tes merupakan serangkaian pertanyaan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan, bakat, dan intelegensi objek penelitian. Instrumen tes sendiri dapat dibagi menjadi lima bentuk, yaitu tes kepribadian, tes bakat, tes prestasi, tes intelegensi, dan tes sikap. Instrumen berbentuk tes ini sering digunakan pada penelitian tindakan kelas atau penelitian yang berkaitan dengan pendidikan. Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur. Berdasarkan sasaran dan objek yang diteliti, terdapat beberapa macam tes, yaitu: a. Tes kepribadian atau personality test, digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas, disiplin, kemampuan, bakat khusus, dan sebagainya. b. Tes bakat atau aptitude test, tes ini digunakan untuk mengetahui bakat seseorang. c. Tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk memperkirakan tingkat intelektual seseorang. d. Tes sikap atau attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap orang dalam menghadapi suatu kondisi. e. Tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu. f. Tes prestasi atau achievement test, digunakan untuk mengetahui pencapaian seseorang setelah dia mempelajari sesuatu. Bentuk instrumen ini dapat dipergunakan salah satunya dalam mengevaluasi kemampuan hasil belajar siswa di sekolah, tentu dengan memperhatikan aspek-aspek mendasar seperti kemampuan dalam pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimiliki baik setelah menyelesaikan salah satu materi tertentu atau seluruh materi yang telah disampaikan. 2. Bentuk Instrumen Angket atau Kuesioner Kuesioner atau angket merupakan instrumen penelitian yang berbentuk pertanyaan dan biasanya digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dari responden. Pertanyaan pada kuesioner dapat disajikan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Rancangan kuesioner ini harus valid, dapat dipertanggungjawabkan dan tidak boleh palsu sehingga data tersebut dapat digunakan untuk memvalidasi penelitian.



6



Instrumen kuesioner ini identik digunakan pada penelitian kuantitatif. Hal tersebut karena data yang diberikan kepada responden adalah data yang ada jawaban terbuka dan tertutup. Pertanyaan yang disampaikan di dalam kuesioner adalah jenis pertanyaan yang dibutuhkan dalam laporan penelitian. Keunggulan penggunaan instrumen kuesioner ini adalah memfasilitasi pengumpulan data dalam jumlah besar dalam periode yang relatif singkat dan mudah dikelola. Adapun kelemahannya adalah terdapat beberapa pertanyaan yang mungkin membingungkan atau tidak mudah dipahami oleh responden sementara peneliti tidak berada di tempat. Bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti: a. Kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri, bentuknya sama dengan kuesioner isian. b. Kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda. c. Kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya. d. Kuesioner tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan orang lain. e. Check list, yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal membubuhkan tanda check pada kolom jawaban yang tersedia. f. Skala bertingkat, jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat, biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju terhadap pernyataannya. Setelah bentuk kuesioner ditetapkan, langkah selanjutnya adalah membuat pertanyaan dengan mempertimbangkan jumlah pertanyaan agar tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit, yang penting disesuaikan dengan indikator yang ditetapkan. Kemudian tidak menanyakan hal yang tidak perlu semisal nomor telp responden yang jelas tidak akan diperoleh dalam penelitian. Dalam menata tampilan pada lembar kuesioner, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan keindahan, kemudahan mengisi, dan kemudahan memeriksa jawaban. Oleh karena itu diperlukan kreativitas untuk membuat tampilan kuesioner menjadi enak dibaca, seperti penggunaan garis-garis dan kotak pada ha-lhal yang dianggap penting, penggunaan warna-warna dan hiasan, serta meletakkan kelompok pertanyaan tentang identitas pengisi, pengantar, dan pertanyaan inti pada tempat yang berbeda. 3. Bentuk Instrumen Interview (Wawancara) Suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari responden dinamakan interview. Instrumennya dinamakan pedoman wawancara atau interview guide. Dalam 7



pelaksanaannya, interview dapat dilakukan secara bebas artinya pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada terwawancara tanpa harus membawa lembar pedomannya. Syarat interview seperti ini adalah pewawancara harus tetap mengingat data yang harus terkumpul. Wawancara sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu wawancara terstruktur dan



wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan apabila peneliti sudah mengetahui pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, peneliti menyiapkan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dan alternatif jawabannya. Selain itu, perekam suara, gambar, brosur dan material lain juga dapat digunakan sebagai instrumen wawancara. Sedangkan wawancara tidak terstruktur dapat dilakukan bebas dimana saja tanpa menggunakan pedoman wawancara yang sistematis dan lengkap seperti pada wawancara terstruktur. Instrumen wawancara tidak terstruktur dapat berupa garis besar pertanyaan tentang suatu permasalahan. Pada wawancara tidak terstruktur peneliti belum mengetahui secara pasti informasi yang akan diperoleh. Sehingga peneliti lebih banyak menggali informasi secara mendalam dari responden. Jawaban responden tersebut kemudian dilakukan analisis dimana dari analisis tersebut peneliti dapa mengajukan pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan. Kekuatan interview terletak pada keterampilan seorang interviewer dalam melakukan tugasnya, dia harus membuat suasana yang tenang, nyaman, dan bersahabat agar sumber data dapat memberikan informasi yang jujur. Si interviewer harus dibuat terpancing untuk mengeluarkan informasi yang akurat tanpa merasa diminta secara paksa, ibaratnya informasi keluar seperti air mengalir dengan derasnya. Tes ini sangat tepat dilakukan oleh peneliti yang ingin mendapatkan informasi terkini terkait dengan berbagai kejadian, seperti ketika seorang guru sekolah dasar ingin mendapatkan gambaran menyeluruh tentang keinerja salah seorang guru di sekolah tertentu, maka lakkukan dengan wawancara diantaranya dengan kepala sekolah, dengan teman sejawat serta wawancara dilakukan dengan sebagian siswa yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan guru terkait. 4. Bentuk Instrumen Observasi Observasi merupakan kegiatan pengamatan untuk memperhatikan suatu objek penelitian dengan saksama dan mencatat setiap keadaan yang relevan dengan tujuan penelitian. Pencatatan ini dilakukan secara sistematik sesuai dengan fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ini dilakukan secara langsung dan cermat di lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi yang terjadi dalam penelitian. Kegiatan observasi ini tidak hanya mencatat melainkan juga mengadakan pertimbangan untuk kemudian dilakukan penelitian skala bertingkat. 8



Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara. Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam observasi sitematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati. Sebagai contoh, observasi yang dilakukan di sebuah sekolah, objek yang akan diamati ditulis dalam pedoman tersebut secara berurutan dalam sebuah kolom yang akan di tally, isi daftarnya adalah berbagai peristiwa yang mungkin terjadi di sekolah tersebut seperti: kepala sekolah memberi pengarahan kepada guru-guru, guru piket mengisi materi pada kelas yang pengajarnya berhalangan hadir, petugas administrasi mengisi buku induk siswa, penjaga sekolah memelihara peralatan kebersihan sekolah, murid-murid berseragam rapih, dan sebagainya. Bekerja dengan pedoman pengamatan seperti ini dinamakan sistem tanda (sign system), data yang didapatkan berupa gambaran singkat (snapshot) mengenai situasi warga sekolah dalam suatu hari tertentu (Roberts, dkk, 2002; Popay, 2006). Ada lagi satu bentuk instrumen observasi yang dinamakan category system, yaitu sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel. Hal yang diamati terbatas pada kejadiankejadian yang termasuk dalam kategori variabel, di luar itu, setiap kejadian yang berlangsung tidak diamati atau diabaikan saja. Contoh, pengamatan terhadap kinerja kepala sekolah, maka kejadian yang diamati dan ditally adalah kepala sekolah datang ke sekolah tepat waktu, kepala sekolah mengamati proses belajar mengajar, kepala sekolah membuat rancangan program peningkatan kualitas guru dan murid, dan sebagainya. Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa kepala sekolah tersebut memiliki kinerja yang baik atau buruk. Selain bentuk instrumen berupa pedoman pengamatan, terdapat juga instrumen observasi dalam bentuk tes yang digunakan untuk mengamati aspek kejiwaan. Kemudian bentuk kuesioner yang diberikan kepada responden untuk mengamati aspek-aspek yang ingin diselidiki, dan rekaman gambar serta rekaman suara yang digunakan sebagai penyimpan sumber data, dimana sumber data dapat diamati lebih lama bahkan berulang-ulang sesuai kebutuhan (Sevilla, dkk, 1993).



9



5. Bentuk Instrumen Skala Bertingkat atau Rating Scale Bentuk instrumen dengan skala bertingkat lebih memudahkan peneliti untuk mengetahui pendapat responden lebih mendalam tentang variabel yang diteliti. Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Yang harus diperhatikan dalam pembuatan rating scale adalah kehati-hatian dalam membuat skala, agar pernyataan yang diskalakan mudah diinterpretasi dan responden dapat memberikan jawaban secara jujur. Untuk mengantisipasi ketidakjujuran jawaban dari responden, maka perlu diwaspadai beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Gall, dkk (2003) faktor yang berpengaruh terhadap ketidakjujuran jawaban responden adalah a) persahabatan, (b) kecepatan menerka, (c) cepat memutuskan, (d) jawaban kesan pertama, (e) penampilan instrumen, (f) prasangka, (g) halo effects, (h) kesalahan pengambilan rata-rata, dan (i) kemurahan hati. 6. Bentuk Instrumen Dokumentasi Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list, peneliti memberikan tally pada setiap pemunculan gejala (Cooper, dkk, 2002). Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan menggunakan pendekatan analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam penelitian untuk mencari bukti-bukti sejarah, landasan hukum, dan peraturan-peraturan yang pernah berlaku. Subjek penelitiannya dapat berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, bahkan benda-benda bersejarah seperti prasasti dan artefak (Clemmens, 2003). Instrumen dokumentasi biasanya digunakan dalam penelitian untuk mencari bukti-bukti sejarah, landasan hukum,



dan peraturan-peraturan yang pernah berlaku sebelumnya. Subjek



penelitiannya dapat berupa majalah, dokumen, buku-buku, notulen rapat, peraturan-peraturan, catatan harian, bahkan benda-benda bersejarah seperti artefak dan prasasti. Adapun sumber dokumen yang berasal dari dokumen resmi, dokumen tidak resmi, dokumen primer, dan dokumen sekunder. Dokumen resmi adalah berkas dokumen yang dikeluarkan oleh lembaga secara resmi, seperti rapor, arsip sejarah, dan lain-lain. Dokumen tidak resmi bisa berupa dokumen yang diperoleh dari sumber tidak resmi tetapi dapat dijadikan sebagai sumber informasi penting berkaitan dengan suatu kejadian, seperti catatan 10



harian. Dokumen primer berupa dokumen yang diperoleh dari sumber asli, atau orang yang menjadi nara sumber. Sedangkan dokumen sekunder adalah dokumen yang diperoleh selain dari sumber asli, dapat berasal dari orang lain, surat kabar, atau publikasi lainnya. Adapun contoh instrumen dokumentasi, seperti sekumpulan hasil lembar kerja siswa yang telah dinilai dan lembar observasi siswa yang telah diisi untuk bidang pendidikan. Untuk bidang sejarah, instrumen dokumentasi bisa berupa prasasti, artefak, atau arsip sejarah lainnya. c. Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penelitian Langkah umum dalam menyusun instrumen penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Analisis variabel penelitian, yaitu menganalisis variabel menjadi sub penelitian dengan jelas sehingga indikator penelitian dapat diukur dan menghasilkan data yang diinginkan. Peneliti dapat menggunakan teori atau konsep yang sudah ada atau fakta empiris berdasarkan pengalaman di lapangan untuk membuat indikator variabel. 2. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan, instrumen ini nantinya digunakan untuk mengukur variabel/sub variabel/ indikator penelitian. Satu variabel mungkin bisa diukur menggunakan lebih dari satu instrumen. 3. Peneliti menyusun kisi-kisi atau layout instrumen setelah ditetapkan jenis instrumen yang digunakan. Kisi-kisi instrumen tersebut diperlukan sebagai pedoman dalam merumuskan item instrumen. Di dalam kisi-kisi harus tergambarkan indikator dari setiap variabel. Misalnya untuk menentukan prestasi belajar atau kemampuan subjek penelitian diukur dari tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan lain sebagainya. 4. Menyusun item instrumen sesuai dengan jenis instrumen yang digunakan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Item instrumen di sini misalnya, apabila penelitian tentang pendidikan, untuk instrumen penelitian yang menggunakan tes, berarti item instrumennya berupa pertanyaanpertanyaan. 5. Uji coba instrumen, instrumen yang telah dibuat sebaiknya diuji coba untuk dapat di revisi apabila ada yang tidak perlu dimasukkan ke dalam isi instrumen. Selain itu, uji coba ini juga dilakukan untuk mengetahui tingkat realibilitas dan validitas serta keterbacaan setiap item. Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pemyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka periu digunakan "matrik pengembangan instrumen" atau "kisi-kisi instrumen". 11



Sebagai contoh misalnya variabel penelitiannya "tingkat kekayaan" Indikator kekayaan rnisalnya: rumah, kendaraan, tempat belanja, pendidikan, jenis makanan yang sering dimakan, jenis olahraga yang dilakukan dan sebagainya. Untuk indikator rumah, bentuk pertanyaannya rnisalnya: 1) berapa jumlah rumah, 2) dimana letak rumah, 3) berapa luas masing-masing rumah, 4) bagaimana kualitas bangunan rumah dan sebagainya. Untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid. Caranya dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi (seperti buku, jurnal) membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, dan konsultasi pada orang yang dipandang ahli.



2.3 Validitas serta Reliabilitas Instrumen a. Pengertian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Dalarn hal ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesarnaan antara data yang terkurnpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Kalau dalarn obyek berwama rnerah, sedangkan data yang terkurnpul rnernberikan data berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalarn obyek kernarin berwama merah, maka sekarang dan besok tetap berwama rnerah. Instrurnen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (rnengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk rnengukur berat. Instrumen yang reliabel adalah instrurnen yang bila digunakan beberapa kali untuk rnengukur obyek yang sama, akan rnenghasilkan data yang sarna. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh instrumen yang tidak reliabel atau konsisten. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasiI (data) penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Oleh 12



karena itu peneliti harus mampu mengendalikan obyek yang diteliti dan meningkatkan kemampuan dan menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti. Instrumen-instrumen dalam ilmu alam, misalnya meteran, thermometer, timbangan, biasanya telah diakui validitasnya dan reliabilitasnya (kecuali instrumen yang sudah rusak dan palsu). Instrumeninstrumen itu dapat dipercaya validitas dan reliabilitasnya karena sebelum instrumen itu digunakan dikeluarkan dari pabrik telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Meteran yang putus dibagian ujungnya, bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sarna (reliabel) tetapi selalu tidak valid. Hal ini disebabkan karena instrumen (meteran) tersebut rusak. Penjual jamu berbicara di mana-mana kalau obatnya manjur (reliabel) tetapi selalu tidak valid, karena kenyataannya jamunya tidak manjur. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan. Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen yang nontest untuk mengukur sikap. Instrumen yang berupa test jawabannya adalah "salah atau benar", sedangkan instrumen sikap jawabannya tidak ada yang "salah atau benar" tetapi bersifat "positif dan negatif". Skema tentang instrumen yang baik dan cara pengujiannya ditunjukkan pada gambar 6.1 berikut.



13



Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa instrumen yang baik, (yang berupa test maupun nontest) harus valid dan reliabel. Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. lnstrumen yang mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Jadi kriterianya ada di dalam instrumen itu. Instrumen yang mempunyai validitas eksternal bila kriteria di dalam instrumen disusun berdasarkan 14



fakta-fakta empiris yang telah ada. Kalau validitas internal instrumen dikembangkan menurut teori yang relevan, maka validitas eksternal instrumen dikembangkan dari fakta empiris. Misalnya akan mengukur kinerja (performance) sekelompok pegawai, maka tolak ukur (kriteria) yang digunakan didasarkan pada tolok ukur yang telah ditetapkan di kepegawaian itu. Sedangkan validitas internal dikembangkan dari teori-teori tentang kinerja. Untuk itu penyusunan instrumen yang baik harus memperhatikan teori dan fakta di lapangan. Penelitian yang mempunyai validitas internal, bila data yang dihasilkan merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Instrumen tentang kepemimpinan akan menghasilkan data kepemimpinan, bukan motivasi. Penelitian yang mempunyai validitas eksternal bila, hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel yang lain, atau hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan. Validitas internal instrumen yang berupa test harus memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi). Sedangkan untuk instrumen yang nontest yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi (construct). Sutrisno Hadi (1986) menyamakan construct validity sarna dengan logical validity atau validity by definition. Instrumen yang mernpunyai validitas konstruksi, jika instrurnen terse but dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas organisasi, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektifitas organisasi. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas organisasi sesuai dengan definisi yang telah dirumuskan itu. Untuk melahirkan definisi, maka diperlukan teori-teori. Dalarn hal ini Sutrisno Hadi rnenyatakan bahwa "bila bangunan teorinya sudah benar, rnaka hasil pengukuran dengan alat ukur (instrumen) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid. b. Teknik Pembuktian Validitas dan reliabilitas Instrumen Berikut ini dikemukakan cara pengujian validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan untuk penelitian. 1. Pengujian Validitas Instrumen a. Pengujian Validitas Konstruksi (Construct Validity) Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsuItasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah



15



tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umurnnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti. Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. (pengujian pengalaman empiris ditunjukkan pada pengujian validitas external) Jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Validitas ini berkaitan dengan apakah alat penelitian yang dipakai telah disusun berdasarkan kerangka (construct) teoretis yang tepat dan relevan. Kuesioner yang memiliki validitas konstruk tinggi selalu berdasarkan definisi atau batasan para ahli tentang konsep tersebut, bukan pada definisi kamus. Misalnya, kita ingin mengukur efektifitas kepemimpinan kepala sekolah, maka perlu ditentukan dulu konsep teoretis tentang teori efektivitas dan kepemimpinan serta hubungan keduanya dalam efektivitas kepemimpinan di sekolah. Berdasarkan batasan-batasan tersebut, kita dapat menyusun butir-butir pernyataan dan/atau pertanyaan-pertanyaan yang sesuai. Dengan SPSS, itemitem kuesioner dan atau tes perlu diukur dengan menggunakan analisis faktor. Contoh lainnya seperti yang diungkapkan suatu pakar ilmu tertentu bahwa Validitas konstruksi dari suatu tes hasil belajar dapat dilakukan penganalisisannya dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek-aspek berfikir yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut, dengan aspek-aspek berfikir yang dikehendaki untuk diungkap oleh tujuan instruksional khusus. Jika secara logis hasil penganalisisan itu menunjukkan bahwa aspek-aspek berfikir yang diungkap melalui butir-butir soal tes hasil belajar itu sudah dengan secara tepat mencerminkan aspek-aspek berfikir yang oleh tujuan instruksional khusus diperintahkan untuk diungkap maka tes hasil belajar tersebut dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang valid dari susunannya atau telah memiliki validitas konstruksi (Syah, 2010) b. Pengujian Validitas Isi (Content Validity) Instrumen yang harus mempunyai validitas isi (content validity) adalah instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar (achievement) dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi (content validity), maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan. 16



Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Seorang dosen yang memberi ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis. Pada setiap instrumen baik test maupun nontest terdapat butir-butir (item) pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda (seperti contoh di atas). Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total dan uji beda dilakukan dengan menguji signifikansi perbedaan antara 27% skor kelompok atas dan 27% skor kelompok bawah. Validisasi isi berkaitan dengan apakah butir-butir pernyataan (itemitem) yang tersusun dalam kuesioner atau tes sudah mencakup semua materi yang hendak diukur. Misalnya, kita hendak meneliti tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam era Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Untuk tujuan tersebut, kita melakukan kajian literatur (literature review) tentang gaya-gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam era MBS. Berdasarkan literature review, kemudian menyusun kuesioner, misalnya dalam beberapa bagian: Bagian 1, Informasi demografi s (latar belakang) responden; Bagian 2, Gaya kepemimpinan distributif; Bagian 3, Gaya kepemimpinan autentik; Bagian 4, Gaya kepemimpinan moral (ethical leadership); Bagian 5, Gaya kepemimpinan transformasional; dan Bagian 6, Gaya kepemimpinan situasional. Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner disusun berdasarkan masing-masing gaya kepemimpinan kepala sekolah tersebut sehingga diharapkan agar item-item tersebut dapat mewakili seluruh landasan teoretis tentang topik penelitian tersebut (gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam era MBS). c. Pengujian Validitas Eksternal (Criterion-Related Validity) Validitas ini menghendaki tersedianya criteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor alat ukur. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksi oleh skor alat ukur. Hal 17



ini berkaitan dengan apakah alat pengukuran yang baru sudah tepat sesuai dengan instrumen pengukuran lainnya yang dianggap sebagai model atau telah dipakai secara luas dalam bidang ilmu tertentu. Dalam konteks ini, peneliti perlu membandingkan instrumen penelitian yang baru dengan instrumen penelitian lainnya. Dalam bidang psikologi misalnya, hasil tes dengan menggunakan alat pengukuran kecerdasan yang baru dikorelasikan dengan alat pengukuran kecerdasan yang telah dipakai secara luas, yakni Stanford-Binet. Dua hal utama yang perlu dibandingkan ialah konteks responden yang terdapat dalam kedua alat pengukuran dan secara khusus dalam penelitian korelasi, skor hasil tes perlu dibandingkan untuk melihat nilai korelasi koefi sien kedua instrumen. Huck (2012) menjelaskan bahwa Korelasi Pearson dipakai untuk melihat korelasi kedua skor instrumen. Semakin besar nilai korelasi Pearson (r) kedua instrumen, semakin tinggi tingkat validitas instrumen tersebut. Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai, maka kriteria kinerja pada instrumen itu dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja pegawai yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi. Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas eksternal yang tinggi pula. Penelitian mempunyai validitas eksternal bila hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti. Untuk meningkatkan validitas eksternal penelitian selain meningkatkan validitas eksternal instrumen, rnaka dapat dilakukan dengan memperbesar jurnlah sarnpel. 2. Pengujian Reliabilitas Instrumen Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely yang artinya percaya dan reliabel yang artinya dapat dipercaya. Keterpercayaan berhubungan dengan ketepatan dan konsistensi. Test hasil belajar dikatakan dapat dipercaya apabila memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang relatif tetap secara konsisten. Beberapa ahli memberikan batasan reliabilitas. Menurut Azwar (2012), reliabilitas berhubungan dengan akurasi instrumen dalam mengukur apa yang diukur, kecermatan hasil ukur dan seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang. Azwar juga menyatakan reliabilitas sebagai konsistensi pengamatan yang diperoleh dari pencatatan berulang baik pada satu subjek maupun sejumlah subjek.



18



Pengujian reliabilitas instrurnen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butirbutir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. a) Test-retest Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertarna dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian cara ini sering juga disebut stability. b) Ekuivalen Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi rnaksudnya sarna. Sebagai contoh (untuk satu butir saja); Berapa tahun pengalarnan kerja anda di lembaga ini? Pertanyaan tersebut dapat ekuivalen dengan pertanyaan berikut. Tahun berapa anda mulai bekerja di lernbaga ini? Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrurnen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalent. Bila korelasi positif dan signifikan, rnaka instrumen dapat dinyatakan reliabel. c) Gabungan Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalent itu beberapa kali, ke responden yang sarna. Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrurnen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar skema berikut:



19



Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, akan dapat dianalisis enam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel. d) Internal Consistency Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dcngan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR. 20, KR 21 dan Anova Hoyt. Berikut diberikan rumus-rurnusnya.



20



Sementara itu, tes konsistensi internal yang paling tepat dipakai ialah Alpha’s Cronbach atau disebut juga dengan alpha coeficient. Rentangan nilai koefi sien alpha berkhisar antara 0 (tanpa reliabilitas) sampai dengan 1 (reliabilitas sempurna). Para ahli (Manning & Munro, 2006; Gregory, 2000; Nunally, 1978) menentukan nilai koefisien alpha sebagai berikut: 0



= Tidak memiliki reliabilitas (no reliability)



> .70



= Reliabilitas yang dapat diterima (Acceptable reliability);



> .80



= Reliabilitas yang baik (good reliability); dan



.90



= Reliabilitas yang sangat baik (excellent reliability)



1



= Reliabilitas sempurna (perfect reliability) Namun demikian, beberapa pakar menjelaskan bahwa semakin banyak item atau



pernyataan butir skala pengukuran Anda makin tinggi tingkatan nilai reliabilitasnya (Pallant, 2005, 2010). Dia kemudian menjelaskan bahwa nilai koefi sien, misalnya .5, dapat dipengaruhi oleh skala pengukuran yang terdiri atas < 10 item butir pernyataan. Dalam SPSS Statistik, pengujian konsistensi internal melalui Cronbach’s analysis merupakan yang paling umum digunakan peneliti. c. Contoh Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Berikut ini diberikan contoh pengujian validitas instrumen dengan analisis item, dan pengujian reliabilitas dengan teknik belah dua (split half) dari Spearman Brown. Untuk mempercepat analisis hasil uji coba dalam rangka pengujian variabel dan reliabilitas instrumen, maka disarankan untuk menggunakan komputer. Instrumen yang akan diuji adalah instrumen Gaya Kepemimpinan Manajer, instrumen telah dicobakan kepada 30 responden dan hasilnya ditunjukkan pada tabel 6.11. Instrumen terdiri atas 18 butir (item), dimana tiap butir disiapkan 4 interval jawaban. Jawaban terendah diberi skor 1 dan tertinggi diberi skor 4.



21



a. Pengujian Validitas Instrumen Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam tabel telah ditunjukkan skor totalnya, yang merupakan jurnlah tiap skor butir.



Dalam hal analisis item ini Masrun (1979) menyatakan "Teknik Korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan". Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, Masrun menyatakan "Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3". Jadi kalau korelasi 22



antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Berdasarkan data yang terkumpul dari 30 responden yang ditunjukkan dalam tabel 6.11, maka terdapat 18 koefisien korelasi (jumlah butir 18). Hasil analisis item ditujukan pada tabel 6.12 berikut:



Dari tabel 6.12 itu dapat dibaca bahwa, korelasi antara skor butir 1 dengan skor total = 0,71 antara butir 2 dengan skor total = 0,63 dan seterusnya. Korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Moment yang rumusnya dapat dilihat pada bab analisis data. Seperti telah dikemukakan bahwa, bila koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih (paling kecil 0,3). Maka butir instrumen dinyatakan valid. Dari uji coba tersebut ternyata koefisien korelasi semua butir dengan skor total di atas 0,3, sehingga semua butir instrumen gaya kepemimpinan dinyatakan valid. Butir yang mempunyai validitas tertinggi adalah butir satu, dengan koefisien korelasi 0,71 dan paling rendah adalah butir nomor 8 dengan koefisien korelasi 0,31. b. Pengujian Reliabilitas Instrumen Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency dengan Teknik Belah Dua (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown (lihat rumusnya). Untuk keperluan itu maka butir-butir instrumen di belah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok genap. Selanjutnya skor data tiap kelompok itu disusun sendiri. Untuk kelompok ganjil ditunjukkan pada tabel 6.13.



23



Dan



skor



butirya



dijumlahkan



sehingga



menghasilkan skor total. Selanjutnya skor total antara



kelompok



ganjil dan genap



dicari



korelasinya, Jadi yang dikorelasikan adalah: 31, 28, 18, .... , 30, 21 dengan 29, 27, 14, .... , 27, 24. Setelah dihitung didapat koefisien korelasi 0,68. Koefisien korelasi ini selanjutnya dimasukkan dalam rumus Spearman Brown. r = ~ = 2 . 0,68 = ; 809 I 1 + rb 1,68 ' Jadi reliabilitas instrumen gaya kepemimpinan = 0,809. Karena sudah valid dan reliabel seluruh butirnya, maka instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data



Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen yang lebih lengkap dapat dilihat pada buku Statistika Untuk Penelitian, oleh Sugiyono, terbitan tahun 2004.



24



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu, indiktor penelitian sifatnya lebih luas dan memuat banyak hal. Setiap penelitian bisa memiliki indikator yang berbeda. Instrumen penelitian secara umum adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat dalam suatu penelitian untuk menjawab hipotesis yang telah dirumuskan dari penelitian tersebut. Dalam instrumen penelitian memuat beberapa hal yang meliputi jenis-jenis instrumen penelitian serta langkah-langkah dalam menyusun instumen penelitian. Adapun teknik pembuktian validitas dan reliabilitas instrumen dapat dilakukan dalam berbagai cara. Untuk pengujian validitas instrumen meliputi construct validity, content validity, dan validitas eksternal. Dalam pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest, equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. 3.2 Saran Dalam melakukan penelitian, mahasiswa diharuskan mengikuti aturan-aturan dan juga prosedurprosedur agar penelitian yang dilakukan diharapkan memiliki jawaban yang akurat terhadap suatu permasalahan. Dimana hal yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah mengenai indikator penelitian, instrumen penelitian serta teknik pembuktian validitas dan reliabilitas penelitian.



25



DAFTAR REFERENSI



Salim, H. (2019). Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan, dan Jenis. Kencana. Budiastusi, Bandur. A. (2018). Validitas dan Reliabilitas Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Siyoto, Ali M. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing



26