Makalah Olahraga Dan Pembentukan Karakter [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SEJARAH DAN FILSAFAT OLAHRAGA “OLAHRAGA DAN PEMBENTUKAN KARAKTER”



Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Dan Filsafat Olahraga



Dosen Pengampu :1. Dr. Soedjatmiko, S.Pd., M.Pd. 2. Rizam Ahanda Nur Ulinnuha, S.Pd., M.Pd.



Rif’an Khalili (6301420029) Rombel B



PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Olahraga Dan Pembentukan Karakter”. Makalah ini berisi bagaimana olahraga menjadi pembentuk karakter yang baik. Pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Soedjatmiko, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Rizam Ahanda Nur Ulinnuha, S.Pd., M.Pd. Sebagai Dosen Pengampu yang telah bersedia memeberikan waktunya, perhatian, serta bimbingannya dalam penyelesaian makalah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuandan dukungannya hingga makalah ini dapat diselesaikan. Saya menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, karena terbatasnya ilmu yang dimiliki, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan makalah saya di masa yang akan datang. Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih serta manfaat bagi kita semua.



Pekalongan, 17 November 2020



Rif’an Khalili



BAB I PENDAHULUAN



1.1.



Latar belakang Pendidikan adalah investasi masa depan. Melalui pendidikan maka mental dan



karakter dapat terbangun. Hal tersebut seiring dengan pepatah dalam dunia olahraga, “Men Sana in Corpora Sanno” yaitu didalam tubuh yang kuat akan terdapat jiwa yang sehat pula. Falsafah tersebut menggambarkan bahwa dalam rangka peningkatan kualitas hidup baik secara batiniah dan kualitas kerja jasmaniah, pencapaian sehat bugar sangat dibutuhkan. Dalam situasi tersebut, olahraga merupakan media pendidikan yang seharusnya dan selayaknya menjadi pilar keselarasan serta keseimbangan hidup sehat dan harmonis. Melalui aktivitas olahraga kita banyak mendapatkan hal-hal yang positif. Olahraga bukan sekedar kegiatan yang berorientasi kepada faktor fisik belaka, olahraga juga dapat melatih sikap dan mental kita. Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang dibuat. Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: (1) karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (2) kemandirian dan tanggungjawab, (3) kejujuran, amanah dan diplomatis, (4) hormat dan santun, (5) dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong serta kerjasama, (6) percaya diri dan pekerja keras, (7)  kepemimpinan dan keadilan, (9) baik dan rendah hati, (9) karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan (Suyanto, Urgensi Pendidikan Karakter) Pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan salah satunya melalui olahraga. Dengan olahraga kita bisa kembangkan karakter bangsa, sportivitas sekaligus merekatkan persatuan bangsa. Atas dasar tersebut, semua komponen bangsa harus memberikan andil dalam memajukan olahraga nasional. Menurut Irwan Prayitno (2008), secara normatif dan sebagaimana telah hampir dapat diterima oleh umumnya kita sekalian, pembentukan karakter bangsa merupakan hal yang amat penting bagi generasi muda dan bahkan menentukan nasib bangsa dimasa yang akan datang.



Olahraga berdasarkan UU SKN Pasal 17 menyebutkan olahraga memiliki dimensi pendidikan, rekreasi dan prestasi, yang mengandung nilai personal sosial, fisiologikal dan psikologikal. Aktivitas Jasmani dan Olahraga rekreasi yang berorientasi pada penanaman nilai dapat menumbuhkan karakter-karakter yang diinginkan. Pendidikan karakter merebak ke permukaan sebagai akibat merosotnya keadaan moral.



1.2.



Rumusan Masalah Dalam pembahasan makalah ini akan mengambil beberapa pokok permasalahan yang akan coba dipecahkan, yaitu : 1. Apa itu yang disebut dengan karakter? 2. Apa hubungan pembentukan karakter dengan olahraga? 3. Bagaimana strategi pembentukan karakter yang baik? 4. Bagaimana sikap guru olahraga agar dapat membentuk siswa yang berkarakter?



1.3.



Tujuan Penulisan Dari rumusan masalah tadi dapat diambil kesimpulkan bahwa tujuan dari pembuatan dan penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk dapat mengetahui hakekat dari karakter itu sendiri. 2. Untuk dapat mengetahui hubungan pembentukan karakter dengan menggunakan sarana olahraga. 3. Untuk dapat mengetahui strategi pembentukan karakter dengan olahraga yang baik, benar, dan sesuai. 4. Untuk dapat mengetahui sikap dan fungsi guru olahraga agar dapat membentuk karakter anak didiknya.



1.4.



Manfaat Penulisan Dari rumusan masalah dan tujuan dari penulisan makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa makalah ini memiliki manfaat berupa : 1. Pembaca mengetahui hakekat dari karakter itu sendiri. 2. Pembaca mengetahui hubungan pembentukan karakter dengan menggunakan sarana olahraga. 3. Pembaca mengetahui strategi pembentukan karakter dengan olahraga yang baik, benar, dan sesuai. 4. Untuk dapat mengetahui sikap dan fungsi guru olahraga agar dapat membentuk karakter anak didiknya



BAB II PEMBAHASAN



2.1.



Hakekat Karakter Karakter atau watak merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat



tetap sehingga menjadi “tanda” khusus untuk membedakan antara satu orang dengan orang lainnya. Dalam bahasa Yunani, Charasein (karakter) berarti mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan. Sedangkan Barnadib (1988) mengartikan watak dalam arti psikologis dan etis, yaitu menunjukkan sifat memiliki pendirian yang teguh, baik, terpuji, dan dapat dipercaya. Berwatak berarti memiliki prinsip dalam arti moral. Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang dibuat. Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: (1) karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (2) kemandirian dan tanggungjawab, (3) kejujuran, amanah dan diplomatis, (4) hormat dan santun, (5) dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong serta kerjasama, (6) percaya diri dan pekerja keras, (7)  kepemimpinan dan keadilan, (9) baik dan rendah hati, (9) karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan (Suyanto, Urgensi Pendidikan Karakter). Pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan, menyusun harga diri yang kukuh-kuat, pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya, mempunyai kehormatan diri. Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan



menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ada beberapa karakter manusia menurut motivasinya: 1. Achievement Motivation Manusia yang memiliki karakter dengan motivasi seperti ini selalu berusaha untuk mendapat prestasi yang terbaik. Ciri-cirinya adalah mengurung diri di kamar untuk selalu belajar serta kurang peka terhadap lingkungan. 2. Popularity Motivation Manusia dengan karakter seperti ini selalu mengutamakan hubungan sosial, rela meninggalkan kepentingan pribadinya untuk urusan pertemanan. Cirinya adalah pada umumnya menghabiskan waktu berjam-jam demi membina hubungan sosial yang baik. 3. Power Motivation Manusia dengan karakter ini cenderung bersifat pemimpin, selalu ingin lebih pandai, kuat, dan berkuasa. Pembentukan karakter-karakter tesebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Cattel menyebutkan bahwa sepertiga kepribadian manusia dipengaruhi oleh faktor genetik, sedangkan dua pertiga sisanya dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan pada kepribadian manusia. Anak dilahirkan melalui asal-usul genetik yang baik dan akan berinteraksi dengan lingkungan saat tumbuh dan berkembang. Jika anak tersebut tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang kurang mendukung, maka potensi yang dimiliki pun tidak akan berkembang dengan baik. Hal tesebut seiring dengan pendapat E.Fromm bahwa karakter manusia dapat mengalami perubahan. Pernyataan tersebut dibuat untuk menolak sebuah syair, “Sesungguhnya pohon yang jelek, jelek pulalah sifatnya, walau ia tumbuh di taman surga”. Dengan demikian, watak atau karakter dapat dibentuk melalui pendidikan yang didapatkan oleh manusia melalui lingkungan dari luar dirinya.



2.2.Olahraga dan Karakter



Olahraga berdasarkan UU SKN Pasal 17 menyebutkan olahraga memiliki dimensi pendidikan, rekreasi dan prestasi, yang mengandung nilai personal sosial, fisiologikal dan psikologikal. Aktivitas Jasmani dan Olahraga rekreasi yang berorientasi pada penanaman nilai dapat menumbuhkan karakter-karakter yang diinginkan. Olahraga adalah salah satu sarana untuk menuju hidup yang lebih sehat dan berkualitas.UNESCO mendefinisikan olahraga sebagai “setiap aktivitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain, atau diri sendiri”. Menurut Cholik Mutohir (2002) olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang



sebagai



perorangan



atau



anggota



masyarakat



dalam



bentuk



permainan,



perlombaan/pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Karakter merupakan sebuah konsep moral tersusun dari sejumlah nilai-nilai karakteristik yang membangun kepribadian seseorang.Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuatnya. Olahraga pada hakikatnya adalah miniatur kehidupan. Pernyataan ini mengandung maksud bahwa esensi-esensi dasar dari kehidupan manusia dalam keseharian dapat dijumpai pula dalam olahraga. Olahraga mengajarkan kedisiplinan, jiwa sportif, tidak mudah menyerah, jiwa kompetitif yang tinggi, semangat bekerjasama, mengerti akan aturan dan berani mengambil keputusan kepada seseorang.



United Nations (suatu organisasi non-pemerintah terakreditasi (LSM) di PBB) (2003) juga menyatakan bahwa olahraga merupakan instrumen yang efektif untuk mendidik kaum muda terutama dalam nilai-nilai. Menurut United Nations sejumlah nilai yang ada dan dapat dipelajari melalui aktivitas olahraga meliputi: cooperation (kerjasama), communication (komunikasi), respect for the rules (menghargai peraturan), problem-solving (memecahkan masalah), understanding (pengertian), connection with others(menjalin hubungan dengan orang lain), leadership (kepemimpinan), respect for others (menghargai orang lain), value of effort (kerja keras), how to win (strategi untuk menang) , how to lose (strategi jika kalah), how to manage competition (cara mengatur pertandingan), fairplay (bermain jujur), sharing (berbagi), selfesteem (penghargaan diri), trust (kepercayaan), honesty (kejujuran), self-respect (menghargai diri sendiri), tolerance (toleransi), resilience (kegembiraan dan keuletan), team-work (kerjasama sekelompok), discipline (disiplin) dan confident (percaya diri). Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh aktivitasa olahraga terhadap dimensi pribadi, seperti konsep diri, stress, penyimpangan perilaku dan integrasi sosial. Hasil studi beberapa ahli menunjukkan bahwa: 1. Remaja yang aktif dalam olahraga, penyimpangan perilakunya lebih kecil dibandingkan remaja yang tidak berpartisipasi dalam olahraga. 2. Remaja yang terlibat dalam aktivitas fisik lebih memiliki ketahanan dan mampu mengatasi stressor dari lingkungannya. 3. Remaja pada umumnya membutuhkan dukungan sosial, tidak saja dari kelompoknya melainkan juga dari kelompok dan institusi lainnya. 4. Remaja yang terlibat aktif dalam kegiatan olahraga menunjukkan tingkat kepercayaan dirinya (self confidence) lebih tinggi daripada remaja yang tidak aktif terlibat dalam kegiatan olahraga. 2.3.Strategi Pembentukan Karakter Untuk menumbuhkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa perlu menggunakan strategi sehingga terbentuk karakter yang



idealis. Menurut Anifral Hendri (2008), ada beberapa strategi dalam pembentukan karakter, antara lain: 1. Keteladanan; Memiliki Integritas Tinggi serta Memiliki Kompetensi: Pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional 2. Pembiasaan 3. Penanaman kedisiplinan 4. Menciptakan suasana yang konduksif 5. Integrasi dan internalisasi 6. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani. 7. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cintai damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama. 8. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar dalam pendidikan jasmani. 9. Mengembangkan keterampilan untuk melakukan aktivitas jasmani dan olahraga, serta memahami alasan-alasan yang melandasi gerak dan kinerja. 10. Menumbuhkan kecerdasan emosi dan penghargaan terhadap hak-hak asasi orang lain melalui pengamalan fairplay dan sportivitas. 11. Menumbuhkan self-esteem sebagai landasan kepribadian melalui pengembangan kesadaran terhadap kemampuan dan pengendalian gerak tubuh. 12. Mengembangkan keterampilan dan kebiasaan untuk melindungi keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain. 13. Menumbuhkan cara pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani dan pola hidup sehat. 14. Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas fisik dan memahami manfaat dari keterlibatannya. 15. Menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif. Sedangkan menurut Stefan Sikone (2006), dalam melaksanakan pembentukan karakter, generasi muda memiliki 3 peran penting yaitu:



1. Sebagai pembangun kembali karakter bangsa (charater builder). Peran generasi muda adalah membangun kembali karakter positif bangsa. Hal ini tentunya sangat berat, namun esensinya adalah adanya kemauan keras dan komitmen dari generasi muda untuk menjunjung nilai-nilai moral diatas kepentingan-kepentingan sesaat sekaligus upaya kolektif untuk menginternalisasikannya. 2. Sebagai pemberdaya karakter (character enabler). Generasi muda dituntut untuk mengambil peran sebagai pemberdaya karakter. Bentuk praktisnya adalah kemauan dan hasrat yang kuat dari generasi muda untuk menjadi role model dari pengembangan karakter bangsa yang positif. 3. Sebagai perekayasa karakter (character engineer). Peran yang terakhir ini menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran. Harus diakui bahwa pengembangan karakter positif bangsa bagaimanaupun juga menuntut adanya modifikasi dan rekayasa yang tepat disesuaikan dengan perkembangan jaman. Dalam hal ini peran generasi muda sangat diharapkan oleh bangsa, karena ditangan merekalah proses pembelajaran dapat berlangsung dalam kondisi yang paling produktif. Salah satu  metode pembentukan karakter adalah melalui pembelajaran atau proses berlatih.  Menurut (Selleck, 2003: 36), ada tujuh aksi krusial untuk membimbing atlet menjadi olahragawan yang berkarakter baik. Tujuh aksi yang dimaksud meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengetahui Bagaimana untuk Kalah Seorang guru pendidikan jasmani atau pelatih harus menjelaskan pada siswa atau atletnya, bahwa dalam sebuah pertandingan itu  harus ada yang menang dan ada yang kalah. Kekalahan bukan akhir segalanya sebab kekalahan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi, sekaligus sebagai parameter akan kemampuan diri dan lawan yang dihadapi. Agar seorang atlet dapat memahami arti kekalahan, yang dilakukan oleh guru atau pelatih adalah langkah-langkah sebagai berikut. Diskusikan dengan siswa atau atlet Anda tentang apa yang akan mereka lakukan jika mereka kalah. Jangan izinkan siswa/atlet Anda menyalahkan kekalahan karena cedera karena teman satu tim atau karena guru/pelatih. Bantu siswa atau atlet Anda mengenali konsekuensi atas kesalahan di lapangan. Diskusikan dengan siswa/atlet tentang konsekuensi kesalahan di lapangan seperti pemberian penalti yang hanya akan merugikan tim. Bantu siswa/atlet Anda



mengendalikan stress dengan lebih baik, terus berupaya dan terus meningkatkan pengendalian emosi, jangan hanya bicara kemenangan. Dorong siswa/atlet Anda untuk memberikan pujian kepada musuhnya. Mereka harus selalu ingat bahwa terkadang lawan dan pelatih mereka menampilkan permainan/unjuk kerja lebih baik. 2. Memahami Perbedaan antara Kemenangan dan Kesuksesan Sebagian pelatih percaya, jika Anda menjadi pemenang dalam olahraga, Anda akan mencapai sukses, dan Anda tidak akan sukses, jika Anda tidak menang. Sosiolog Marty Miller (dalam Selleck, 2003: 42) menyatakan bahwa kemenangan dan kesuksesan tidak sama. Sukses adalah usaha, perasaan yang baik, persahabatan, memberi kontribusi, menambah keterampilan dan memiliki kegembiraan. Sementara kemenangan atau kegagalan dengan mudah dapat dilihat melalui hasil pertandingan. Kenyataan menunjukkan bahwa kebanyakan pelatih yang diinginkan adalah kemenangan. Dalam sebuah pertandingan pelatih sering berkata, di sini kita hanya untuk satu alasan, yaitu untuk menang, dan jika kamu hanya untuk bersenang-senang lebih baik kamu pulang saja. Jika ada atlet atau anak baru selesai beranding, pertanyaan pelatih atau orang tua yang baik adalah tidak menanyakan apakah tadi kamu menang, melainkan apakah kamu tadi merasa senang dalam pertandingan, atau apa yang Anda pelajari dari pertandingan tadi? Steffi Graf, salah satu pemain tenis terbaik dunia, mengatakan pencapaian atas keberhasilannya itu tidak begitu penting baginya, yang terpenting adalah bermain dengan baik, dan berbuat yang terbaik di setiap pertandingan. Dengan demikian, yang dimaksud kemenangan adalah pencapaian hasil dilihat dari siapa yang menang, sedangkan kesuksesan adalah pencapaian hasil dilihat dari proses pendidikannya. Agar seorang atlet dapat memahami perbedaan antara kemenangan dan kesuksesan, yang dilakukan oleh guru/pelatih adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Ingatkan pada siswa/atlet Anda bahwa mereka harus berpartisipasi di olahraga adalah untuk kesenangan berolah raga itu sendiri. (b) jika mereka tidak senang, guru/pelatih  harus berbicara kepada mereka untuk mencari tahu apakah itu hanya perasaan sementara (mungkin karena performa yang buruk) atau masalah jangka panjang. (c) guru/pelatih harus selalu mendukung perasaan mereka dan biarkan mereka tahu bahwa Anda akan mendukung apa pun keputusan tentang karir olahraganya.



(d) Ajari siswa/atlet Anda bahwa bekerja dan berusaha dengan jujur adalah lebih baik dari kemenangan. (e) Bantulah siswa/atlet Anda bagaimana dapat meningkatkan keterampilan dan sportif dalam setiap permainan. (f) Ingatkan pada siswa/atlet Anda bahwa orang yang paling sukses melakukan pekerjaan adalah karena mereka mencintainya bukan karena melihat bayaran yang besar. (g) Hindari memakai pencapaian dengan mengacu pada kakak seniornya atau atlet lain yang lebih sukses  sebagai standar kesuksesan. 3. Menghormati Orang Lain Setiap orang yang terlibat dalam olahraga harus saling menghormati dan menghargai. Menghormati dan menghargai orang lain merupakan bagian penting dalam olahraga. Dalam olahraga ada wasit, ada atlet dan ada pelaih. Unsur-unsur ini harus saling menghargai sesuai keputusan dan aturan yang ada. Agar seorang atlet dapat menghormati orang lain, yang dilakukan oleh guru/pelatih adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Hindari kebiasaan mengeluh atau menyalahkan orang lain sebab kebiasaan ini menunjukkan ketidakmampuan menjalankan peran dan tanggung jawabnya sebagai pemain. b) Hindari tindakan selebrasi yang berlebihan ketika merayakan kemenangan karena selebrasi yang berlebihan dapat dianggap mengecilkan kemampuan lawan. Justru yang terpenting adalah bagaimana menghampiri teman satu tim, karena tanpa teman mungkin Anda tidak bisa melakukan hal itu c) Jangan membiarkan siswa/atlet Anda memakai nama ejekan, dan jangan membiasakan berbicara kasar ketika berbicara pada orang lain. Biasakan bicara pada siswa/atlet  Anda tentang bagaimana cara yang baik berkomunikasi dengan orang lain d) Perlakukan pemain lain dengan rasa hormat. Jangan membiarkan siswa/atlet Anda berkata tentang hal buruk kepada pelatih lawan, official, atau pun pemainnya. Jika ada masalah, katakan langsung kepada orangnya dan bicarakan kepadanya dengan baik-baik



e) Ingat bahwa siswa/atlet Anda punya hak untuk bermain dan jangan sampai merasa  malu atas komentar anda f) Jika Anda benar-benar tidak bisa melewati pertandingan tanpa mempermalukannya, pastikan anda berada di jarak yang cukup jauh sehingga komentar Anda tidak dapat didengar, jika tidak mampu menahan lebih baik Anda meninggalkannya g) Ajarkan pada siswa/atlet untuk membiasakan berterimakasih kepada guru/pelatih. Ini adalah bagian dari mengajari siswa/atlet Anda tentang mengenali dan menghargai apa yang orang lain lakukan terhadapnya.



4. Bekerja Sama dengan Orang Lain Olahraga merupakan arena kompetisi. Dalam arena kompetisi umumnya dianggap persaingan satu sama yang lain demi menjadi salah satu sebagai pemenang atau yang kalah. Meski demikian, dalam olahraga banyak kesempatan bagi individu untuk bekerja sama satu dengan yang lain. Salah satu yang paling nyata adalah kerjasama satu tim untuk memenangkan pertandingan. Olahragawan juga berkesempatan untuk bekerjasama dengan para pejabat, politisi, lawan main, ataupun penonton. Dalam meningkatkan kerjasama dengan orang lain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai brikut. Pastikan siswa/atlet Anda tentang kerjasama seperti apa yang Anda harapkan darinya. Beri mereka contoh yang jelas seperti “Saya harap kamu mendukung semua anggota tim bukan hanya teman dekatmu”. Mulailah dengan sistem reward atau pujian dengan memberikan hadiah karena tingkah laku kerjasama mereka baik. Contohnya, jika Anda memunyai siswa/atlet pemain bola basket, kamu dapat menghitung berapa banyak dia mengoper bola, dan ajaklah pergi minum es krim bersama jika dia dapat mencapai angka besar, misalnya 50 operan bola. Libatkan pemain dalam menentukan misi umum, mengambil keputusan dan diskusikan tujuan-tujun yang hendak dicapai dengan berkomunikasi secara terbuka dan sering. Anjurkan membuat kelompok latihan dengan melibatkan teman yang sulit dan tidak disukai meskipun ini pekerjaan yang sulit



5. Tunjukkan Integritas Integritas adalah seseorang yang jujur, memiliki prinsip yang kuat, dan konsisten terhadap ketentuan yang ada meskipun terkadang berhadapan dengan pilihan yang sulit, jauh dari tekanan dan godaan. Diceritakan oleh Seleck (2003: 119-122) ada pegolf amatir di AS yang bernama Howard tengah berlomba pada kualifikasi kejuaaraan amatir. Dalam perlomban tersebut diatur bahwa setiap pegolf hanya diperbolehkan menggunakan satu jenis bola. Ketika dia di lapangan dan dia mengetahui bahwa bola yang ada di tasnya ada dua jenis bola, apa yang dia lakukan? Orang berpikiran dia akan mengembalikan ke caddy-nya, ternyata dia mendiskualifikasi dirinya sendiri. Bagi dia kemenangan tidak sepenting integritas pribadinya. Dalam mengembangkan integritas pada siswa atau atlet dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut. Jangan tanamkan pada siswa atau atlet bahwa kemenangan adalah segalagalanya. Tanamkan sikap sportif dan menghargai lawan lebih penting daripada suatu pencapaian. Pentingkan kejujuran sebagai sebuah nilai dalam keluargamu. Beriakan contoh dari kejujuran dan kebenaran. Jangan pernah minta siswa/atlet Anda untuk berbohong. Biarkan siswa atau atlet Anda  melihatmu melakukan kejujuran. Lakukan kesalahan dan biarkan siswa atau atlet Anda melihat bagaimana anda memperbaikinya. Dalam olahraga mudah diketahui mana yang salah dan mana yang benar. Bantulah siswa atau atlet Anda mengapresiasi dan menghargai peraturan pertandingan yang ada. Ingatkan siswa atau atlet anda bahwa kemenengan diperoleh jika peraturan yang ada diikuti dengan baik. Tekankan pada siswa/atlet Anda jangan berlaku kasar yang cenderung mencelakai lawan karena dapat menimbulkan luka serius bagi lawan atau bagi Ada sendiri. 6. Tunjukkan  Rasa Percaya Diri Atlet yang memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang baik percaya bahwa dirinya akan mampu menampilkan kinerja olahraga seperti yang diharapkan (Weinberg & Gould, 2007:324). Rasa percaya diri akan membawa seseorang dapat, b) Membangkitkan dan mengendalikan emos positif c) Lebih mudah berkonsentrasi pada aktivitas yang dijalani, d) Tidak mudah patah semangat atau frustasi dalam berupaya mencapai cita-cita,



e) Cenderung mengembangkan berbagai strategi untuk memperoleh hasil kerjanya dan berani mengambil resiko atas strategi yang dipilihnya. Untuk mengembangkan rasa percaya diri pada siswa/atlet dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : (a) Sebisa mungkin biarkan siswa/atlet  Anda menentukan keputusan mereka sendiri, (b) Bantulah  siswa/atlet  Anda meningkatkan kompetensi olahraga mereka. Habiskan waktu berlatih dengan mereka, (c) Dukung siswa/atlet  Anda baik dalam sebuah tim atau tidak masuk tim, (d) Ekspresikan kepercayaan diri pada siswa/atlet  Anda, berikan mereka banyak feedback yang positif, (e) Ajari siswa/atlet  Anda bagaimana menggambarkan sesuatu, yaitu gambaraan tentang penampilan mereka sendiri dikala sukses dalam situasi apa pun, (f) Setiap siwa/atlet diminta merasakan dan menghayati penampilan yang terbaik sesuai kemampuan yang dimiliki. Agar perasaan berhasil ini dapat dicapai seorang atlet sebaiknya mengembangkan harapan yang tidak terlalu berlebihan dan mendekati realitas kemampuan yang dimilikinya. Namun, harapan ini secara bertahap hendaklah senantiasa  semakin meningkat, (g) Berikan apresiasi atas apa yang dilakukan atlet secara wajar terutama bila  dapat memeragakan suatu keterampilan yang sesuai dengan harapan, berikan kesempatan pada siswa/atlet belajar dengan model yang diberikan lewat media audio visual, (h) Berikan persuasi verbal, yaitu pernyataan yang membesarkan hati atlet, bisa berasal  dari pelatih, pembina, orangtua, atau bahkan dari diri atlet yang bersangkutan. Pada situasi demikian, guru/pelatih seyogyanya menghindari tindakan mencela dan berusaha memberikan pernyatan yang bernada positif. 7. Memberikan Kembali (Giving Back) Memberikan kembali mempunyai maksud setelah olahragawan berhenti sebagai atlet yang masih aktif hendaknya tetap melayani masyarakat. Olahragawan yang sudah masuk usia pensiun terkadang menghilang dari pemberitaan dan tergusur leh atlet yang lebih muda. Untuk



menghindari kenyataan ini, dianjurkan para mantan olahragawan bisa mendorong anak-anak di sekitarnya untuk mengembangkan bakat mereka untuk mendukung kegiatan sekolah dan masyarakat.Dalam mengembangkan sikap giving back pada siswa atau atlet dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : (a) Diskusikanlah dengan siswa/atlet Anda tentang pentingnya “giving back”. Tanyakan pada mereka bagaimana mereka dapat berguna bagi anggota keluarga yang lain, tetangga, orangorang disekolah, teman bermain dan kalangan olahraga lainnya dan masyarakat pada umumnya, (b) Diskusikan dengan siswa/atlet Anda tentang pentingnya kualitas seluruh pengalaman olahraga daripada menang atau kalah, (c) Bantulah siswa/atlet Anda menentukan tujuan daripada kemenangan. Memang kemenangan bisa menjadi sebuah tujuan, tetapi mereka harus memeliki tujuan seperti kegembiraan atau berkerja untuk tim. Itulah mengapa, mereka dapat berkata bahwa mereka tidak menang, tetapi mencapai tujuan mereka., (d) Dukung siswa/atlet Anda untuk give back kepada yang lainnya dengan cara mengajari orang lain kemampuan berolahraga atau kemampuan lainnya.



2.4. Sikap dan Fungsi Guru Olahraga Seorang Guru Olahraga atau guru Penjasorkes di sekolah mempunyai tugas yang sangat berat yaitu mendidik siswa agar menjadi anak yang berbudi luhur, sekaligus melatih gerak dasar olahraga untuk itu seorang guru olahraga harus mempunyai nilai-nilai positif dalam kepribadian dan berkarakter yang baik.  Nilai-nilai positif dan karakter guru olahraga yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.



Disiplin



Guru olahraga harus memiliki kedisiplinan tinggi yang diterapkan pada diri sendiri dan kepada siswanya, karena dalam belajar ilmu gerak latihan yang teratur dan terprogram merupakan salah satu persyaratan agar pembelajaran dapat berhasil sesuai yang diharapkan. 2.



Semangat



Proses belajar mengajar yang diawali dengan rasa senang dan dalam suasana yang menyenangkan akan menimbulkan motivasi dan semangat sehingga guru maupun siswa mampu melakukan tahapan latihan tanpa merasa terbebani dengan demikian gerakan-gerakan yang sulit dan rumit akan terasa lebih mudah dipelajari. 3.



Keberanian



Guru olahraga harus mampu memotivasi siswa untuk melakukan gerakan dan teknik olahraga yang lebih kompleks dan membutuhkan keberanian untuk melakukannya. contohnya teknik dan gerakan senam lantai, maupun teknik gerak cabang renang. 4.



Profesional



Guru olahraga memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangya, dan dapat menempatkan diri pada situasi maupun kondisi yang dihadapi serta dapat menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat. 5.



Tanggung Jawab



Dalam pelaksanaan tugas seorang guru olahraga bertanggung jawab kepada siswa agar siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan prestasi secara optimal. Guru olahraga juga bertanggung jawab kepada Pemerintah, orang tua siswa dan lingkungan dalam peningkatan mutu pendidikan.



6.



Kejujuran



Guru olahraga harus memiliki kejujuran yang tinggi dan menanamkan sikap fair play kepada siswa atau atlitnya. Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu dengan mengakui kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita baik dalam latihan maupun dalam pelaksanaan pertandingan, karena hal ini dapat memacu belajar agar mendapatkan hasil yang lebih baik. 7.



Kebersamaan



Prestasi belajar maupun olahraga dapat tercapai apabila semua komponen yang terkait saling mendukung, saling kerjasma satu dengan lainnya. contohnya dalam permainan sepak bola unsur terpenting atau utama adalah kekompakan tim dalam permainan bukan kemampuan individu semata. 8.



Komitmen



Adanya suatu kesepakan yang kuat antara guru olahraga, siswa, maupun pihak sekolah merupakan modal yang baik untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Semua komponen yang terkait saling bahu membahu bekerja keras dan bersinergi untk tercapainya tujuan yang diharapkan. 9.



Keteladanan



Guru olahraga harus memberi contoh yang baik dalam segala hal yang menyangkut sikap, perilaku, dan kepribadian kepada siswa, dan masyarakat lainnya. Profesi guru sangat dihormati dilingkungan masyarakat untuk itu Seorang guru wajib menjaga sikap dan kepribadian yang sesuai dengan tatanan sosial yang berlaku dimasyarakat sekitar. 10. Kreatifitas Kreatifitas dan inovasi selalu dikembangkan oleh guru olahraga dalam menerapkan metode pembelajaran yang lebih baik dan effektif dari metode sebelumnya. Penggunaan media dan alat peraga yang sesuai dan modern akan meningkatkan minat belajar yang pada akhirnya tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik.



BAB III PENUTUP



3.1. Kesimpulan Olahraga merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai alat pembentukan karakter manusia. Olahraga dengan slogan sport for all, merupakan langkah awal yang strategis menuju pembentukan karakter. Pembentukan karakter selain dilandasi oleh budaya nasional juga diwarnai oleh budaya dan ciri khusus cabang olahraga yang dilakukan. Dengan berolahraga, banyak karakter positif yang dapat terbentuk pada perilaku olahraga tersebut. Melalui olahraga, seseorang akan memiliki tanggungjawab, rasa hormat dan memiliki kepedulian dengan sesama. Nilai-nilai ketekunan, kejujuran dan keberanian juga dapat diperoleh dari aktivitas olahraga dan tentu masih banyak lainnya. Selain itu merupakan langkah awal untuk memosisikan kembali olahraga dalam pembentukan karakter. 3.2. Saran Untuk menjadikan karakter anak muda bangsa Indonesia menjadi lebih baik, maka salah satu alternatif langkah yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pendidikan olahraga dengan baik, dengan menanamkan nilai-nilai olahraga.