Makalah Pemikiran Kalam Terkait Pemikiran para Tokoh Modern [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ILMU KALAM “PEMIKIRAN KALAM TERKAIT PEMIKIRAN PARA TOKOH MODERN” Dosen Pengampu : Asman, M. Ag



OLEH: MUHAMMAD ERWIN NIM 302.2019.014 SEMESTER : 2B



PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS 2020 M/ 1441 H



DAFTAR ISI Halaman : DAFTAR ISI................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang......................................................................................1 B. Rumusan Masalah.................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN A. Riwayat Hidup Tokoh...........................................................................2 1. Riwayat Hidup Muhammad Abduh................................................2 2. Riwayat Hidup Rayyid Ridha.........................................................3 B. Pemikiran Ilmu Kalam Modern Muhammad Abduh............................5 1. Kedudukan Akal Dan Fungsi Wahyu.............................................5 2. Mengikis Sikap Jumud Dan Khurafat.............................................5 3. Pintu Ijtihad Tidak Tertutup...........................................................5 4. Pendidikan......................................................................................6 5. Politik..............................................................................................6 C. Pemikiran Ilmu Kalam Modern Rayyid Ridha.....................................7 1. Tentang Perbedaan Ilmu Kalam Dan Teologi................................7 2. Tema-Tema Ilmu Kalam.................................................................7 3. Hakikat Iman..................................................................................8 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...........................................................................................10 B. Sarn.......................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11



i



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan islam dalam teori dan praktik selalu mengalami perkembangan, hal ini di sebebkan karena pendidikan islam secera teoritik memilik dasar dan sumber rujukan yang tidak hanya berasal dari nalar, melainkan juga wahyu. Kombinasi nalar dengan wahyu ini adalah ideal, karena memadukan antara potensi akal manusia dan tuntunan firman Allah terkait dengan masalah pendidikan. Kombinasi ini menjadi ciri khas pendidikan islam yang tidak di miliki oleh konsep pendidikan islam pada umumnya yang hanya mengunakan kekuatan akal dan budaya manusia. Dalam konteks ini, kami bermaksud untuk mengawali proses keluar dari kemelud tersebut melalui pebggalian khazanah intelektual tokoh muslim yang terkait dengan pendidikan, agar dapat di telaah ulang dan di jadikan sebagai bahan diskusi untuk membangun kemajuan pendidikan islam di masa datang. Terlalu banyak tokoh, memang, namun dalam tulisan yang amat terbatas ini kami mengambil beberapa nama yang bias di kategorikan berada pada masa klasik, tengah dan modern. AlQabisi merupakan tokoh pendidikan awal yang perlu di kuak khazanah pemikiranya. Begitu pula halnya dengan ibnu sina, Al-Ghazali, Ibnu khaldun yang merupakan tokoh abad tengah amat penting untuk di ketahui ide-ide mereka seputar pendidikan.. memasuki masa modern, beberapa nama seperti Muhammad Abduh, Muhammad Athiyah al-Abrazy, dan Fazlur Rahman, di harapkan mampu memberikan “pencerahan” dalam pemikiran pendidikan islam saat ini.  B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Riwayat Hidup Para Tokoh Ilmu Kalam Modern? 2. Apa Pemikiran Ilmu Kalam Modern Muhammad Abduh? 3. Apa Pemikiran Ilmu Kalam Modern Rayyid Ridha?



1



BAB II PEMBAHASAN A. Riwayat Hidup Tokoh 1. Riwayat Hidup Muhammad Abduh Muhammad Abduh lahir di Mahaalat Nasr, Mesir pada tahun 1849 dan wafat pada 1905. Ayahnya bernama Abduh Hasan Khairulah yang berdarah Turki yang lama menetap di Mesir. Ibunya berdarah Arab asli. Pendidikan awalnya dilakukan di rumah dengan membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur’an. Dalam waktu yang relative singkat, yakni dua tahun Abduh remaja sudah hafal Al-Qur’an. Pada 1862 ketika itu ia berusia 14 tahun ia dikirim ke Tanta untuk belajar agama, dua tahun kemudian ia merasa tidak mengerti apa-apa karena disanamenggunakan metode menghafal. Metode belajar sepeti ini sangat membosankan bagi Abduh remaja,lalu ia kembali ke kampung halaman. Pada tahun 1865 (usia 16 tahun). Baru empat puluh hari menikah, ia dipaksa untuk kembali belajar ke Tanta. Ia pun pergi,namun bukan ke Tanta. Dia bersembunyi disalah seorang pamannya, Syekh Darwish Khadr. Syekh Darwish Khadr tahu tentang keengganan Abduh untuk belajar, maka ia selalu membujuk pemuda itu supaya membaca buku bersama-sama. Setelah itu, Abduh pun berubah sikapnya sehingga kemudiania pergi ke Tanta untuk meneruskan pelajarannya.1 Dari tahun 1869-1877 ia studi di Al-Azhar dan ia mendapatkan predikat “alim”. Disana ia bertemu dengan  jamaluddin al-Afghani dan menjadi muridnya yang paling setia. Pada 1879, Abduh dibuang keluar kota Kairo karena dituduh turut berperan dalam mengadakan gerakan Khadewi Taufik. Hanya setahun ia dibuang, pada tahun 1880 ia boleh kembali dan kemudian diangkat menjadi redaktur surat kabar resmi



1 Rozak, Abdul, Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, Bandung, Pustaka Setia, 2012.



2



3



pemerintah Mesir. Diakhir tahun 1882, ia lagi-lagi dibuang. Tapi kali ini dibuang keluar negeri dan ia memutuskan pergi ke Beirut. Baru setahun di Beirut, dia diundang oleh Jamaluddin al-Afghani supaya datang ke Paris guna membentuk gerakan al-Urwah al-Wasqa. Dari gerakan ini kemudian lahirlah majalah yang terkenal Al-Uswah al-Wutsqa. Sesudah itu kemudian ia kembali ke Beirut pada 1885 M. di Kota ini, ia pusatkan perhatiannya pada ilmu dan pendidikan. Ia mengajar di Madrasah Sultaniah tersebut menjadi dasar dari bukunya yang sangat terkenal, Risalah al-Tauhid. Sekembalinya dari pembuangan, di akhir tahun 1888, ia mulai berkarir sebagai hakim Pengadilan Negeri dan kemudian menjadi penasihat Mahkamah Tinggi. Disela- sela kesibukannya sebagai hakim, ia berusaha memperbaiki pendidikan al-Azhar. Ia ingin membawa ilmu ilmu modern yang sedang berkembang di Eropa ke alAzhar. Usahanya tidak berjalan mulus bahkan usahanya kandas. Banyak tantangan dari para ulama yang berpegang pada tradisi lama. Pada 1899, ia diangkat menjadi Mufti Mesir. Ditahun yang sama, ia juga diangkat menjadi anggota majlis syura. 2. Riwayat Hidup Rayyid Ridha Rashid Ridha dilahirkan dalam tahun 1865 dikota Trioli yang terletak di utara Beirut, Libanon. Menurut keterangann ia berasal dari keturunan Al-Husain, cucu Nabi Muhammad SWA. Oleh karena itu ia memakai gelar Al-Sayyid di depan namanya.  Ia seorang pengagum Afgani,penganjur pembaharuan islam dan enentang yang gigih terhadap penyimangan yang dilakukan oleh para enganut tarikat. Ia memulai pendidikan formalnya di Madrasah Ibtidaiyah Rashidiyah di Tripoli, kemudian pada tahun 1883 memasuki Madrasah Wathaniyah Islamiyah di Beirut di bawah pimpinna Hasan Jassar.2



2



Assegaf, Abd Rahman, Aliran Pemikiran Pendididkan Islam, Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2013.



4



Sekitar tahun 1886 ia lulus dari lembaga pendidikan yang terkenal, dan mulailah menulis majalah-majalah dan rajin mengikuti ceramahceramah agama.berawal dari sinilah ia mulai memperlihatkan perhatian kepada gerakan tarikat dan bergaul dengan para penganut berbagai tarikat, terutama tarikat Nahsyabandiyah. Namun tidak lama kemudian ia berubah memusuhi penganut-penganut tarikat. Rasyid Ridha menjadi sangat kecewa dengan golongan-golongan tersebut karena menurutnya ritual dan cara mereka berdzikir tidak sesuai dengan ajaran islam yang benar. Mungkin juga karena perkenalannya dengan aliran pemurnian islam Al-afgani. Sejak membaca tajuk-tajuk karangan dalam majalah Al-Urwatul wutsqa ia telah terjadi perubahan dalam orientasi keagamaan Ridha. Sebenarnya ia telah membaca majalah tersebut sejak dia masih mahasiswa di Beirut, dan berhenti terbit pada bulan oktober 1884. Menurut pengakuannya sendiri, tiapp membaca majalah itu yang ia dapatkan melalui budi pekerti yang baik seorang sahabat karibnya, Abdul Kadir Al-Maghribi, hatinya seerti ters4ntuh aliran listrik, tergetar dan emosional.3 Pada tahun 1982 dia berusaha menemui Afghani. Dia mengirim surat kepada kawannya, Maghribi yang tahun itu perfi ke Istanbul untuk mrenemui Afghani. Dalam suratnya Rasyid Ridha  menyatakan hasratnya untuk berguru kepada Afghani dan mengabdikan diri dalam gerakan pembaharuan islam. Afghani senang sekali membaca surat tersebut, namun ia tidak dapat memenuhi keinginan tersebut dan tidak bisa membalas surat Rasyid Ridha karena waktu itu Afghani ibarat hidup dalam penjara, tanpa alat-alat tulis, pena, tinta dan kertas. Dengan demikian keinginan ridha untuk bertemu dengan demikian keinginan Ridha untuk bertemu langsung dengan tokoh yang sangat



3



Assegaf, Abd Rahman, Aliran Pemikiran Pendididkan Islam, Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2013.



5



dikaguminya itu tidak terpenuhi dan harus cukup puas dengan bertemu “Khalifah” Afghani, Muhammad Abduh. Ridha bertemu pertama kali dengan Abduh pada akhir tahun 1882 sewaktu yang disebut terakhir ini diusir dari Mesir dan datang dari Bairut B. Pemikiran Ilmu Kalam Modern Muhammad Abduh 1. Kedudukan Akal Dan Fungsi Wahyu Muhammad Abduh berpendapat bahwa jalan yang dipakai untuk mengetahui Tuhan bukanlah melalui wahyu saja tetapi dengan akal. Dengan kekuatan akal yang ada dalam diri manusia, manusia berusaha mengetahui tentang adanya Allah. Pengetahuan yang sudah diperoleh oleh akal itu kemudian diperkuat dengan turunnya wahyu kepada umat manusia melalui perantara utusan Allah, yakni para Nabi dan Rasul. Sementara itu fungsi wahyu menurut Muhammad Abduh adalah meliputi memberi keyakinan kepada manusia bahwa jiwa akan terus hidup setelah tubuh jasmani hancur, menolong akal untuk mengetahui keadaan hidup manusia diakhirat dan memberi tuntunan cara bersyukur dengan tatacara beribadah.4 2. Mengikis Sikap Jumud Dan Khurafat Menurut Muhammad Abduh, penyebab kemunduran umat Islam pada akhir abad pertengahan adalah sikap jumud. Dalam sikap ini mengandung arti sikap membeku, statis, berpegang teguhu pada adat. Karena dipengaruhi sikap jumud umat islam tidak mau menerima perubahan. Timbulnya sikap jumud berawal dari tradisi orang-orang non islam yang kemudian masuk Islam dengan tetap membawa adat istiadat dan membawa adat istiadat dan paham-paham animistis. 3. Pintu Ijtihad Tidak Tertutup Muhammad Abduh pada mulanya bermazhab Maliki, tetapi di alAzhar ia mempelajari Madzhab Hanafi. Ia menghargai semua 4 Nasution Harun, Teologi Islam, Jakarta, UI Press, 1986.



6



madzhab, tetapi ia tidak mau terikat pada salah satu daripadanya. Madzhab menurut pendapatnya adalah jalan yang di tempuh ulama masa lalu dalam memahami Al-Qur’an dan Hadis. Dalam sejarah pemikiran Islam, ijtihad telah banyak digunakan. Ijtihad dalam arti berusaha keras untuk mencapai atau memperoleh sesuatu. Dalam istilah fikih, ijtihad berarti berusaha keras untuk mengetahui hukum sesuatu melalui dalil-dalil agama. Dr. Muhammad al – Ruwaihi juga menjelaskan bahwa di masa-masa akhir ini timbul berbagai pendapat tentang Islam, baik di Barat, Timur maupun Pada orang Arab serta orang Islam itu sendiri. “pendapat-pendapat orang itu merupakan



ijtihad,



baik



secara



perseorangan



maupun



secara



kolektif,yang akan memperoleh pahala sesuai dengan benar atau salahnya ijtihad itu”. Ijtihad yang dimaksud Muhammad Abduh kelihatannya bukan sekedar fikih, tetapi dalam aspek-aspek lainnya sebagaimana ungkapan diatas.5 4. Pendidikan Ide pembaharuan lainnya dalam bidang pendidikan ialah merombak sistem dualisme pendidikan. Menurutnya disekolah-sekolah umum harus diajarkan agama, sedangkan disekolah-sekolah agama harus diajarkan ilmu pengetahuan modern. 5. Politik Dalam bidang politik, Muhammad Abduh berpendapat bahwa kekuasaan negara harus dibatasi oleh konstitusi. Pemerintah wajib bersikap adil terhadap rakyat. Sebaliknya terhadap pemerintah yang adil rakyat harus patuh dan setia. Muhammad Abduh menghendaki kehidupan politik yang demokratis yang didasarkan atas musyawarah. Karena menurutnya kepala negara adalah manusia biasa yang mempunyai nafsu, ia dapat berbuat salah. Untuk meluruskan kesalahan itu diperlukan kesadaran dan keberanianrakyat yang berfungsi sebagai alat control, ide ini menggambarkan bahwa Muhammad Abduh ingin 5 Amin Abdullah, Falsafah Kalam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1995.



7



menanamkan nilai-nilai demokratis di Mesir khususnya. Sikap demokratis akan melahirkan kebebasan berpikir dan bertindak yang pada perkembangan selanjutnya akan menumbuhkan sikap dinamisdan akan membuahkan kemajuan. C. Pemikiran Ilmu Kalam Modern Rayyid Ridha 1. Tentang Perbedaan Ilmu Kalam Dan Teologi Rasyidi menolak pandangan Harun Nasution yang menyamakan pengertian ilmu kalam dan teologi. Untuk itu Rasyidi berkata, “…Ada kesan bahwa ilmu kalam adalah teologi Islam dan teologi adalah ilmu kalam Kristen.” Selanjutnya Rasyidi menelurusi sejarah kemunculan teologi. Menurutnya, orang Barat memakai istilah teologi untuk menunjukkan tauhid atau kalam karena mereka tak memiliki istilah lain. Teologi terdiri dari dua perkataa, yaitu teo (theos) artinya Tuhan, dan logos, artinya ilmu. Jadi teologi berarti ilmu ketuhanan.adapun sebab timbulnya teologi dalam Kristen adalah ketuhananNabi Isa, sebagai salah satu dari tri-tunggal atau trinitas. Namun kata teologi kemudian mengandung beberapa aspek agama Kristen, yang di luar kepercayaan (yang benar), sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan tauhid atau ilmu kalam.6 2. Tema-Tema Ilmu Kalam Salah satu tema ilmu kalam Harun Nasution yang dikritik oleh Rasyidi adalah  deskripsi aliran-aliran kalam yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi umat Islam sekarang, khususnya di Indonesia. Untuk itu, Rasyidi berpendapat bahwa menonjolnya perbedaan pendapat antara Asy’ariyah dan Mu’tazilah, sebagaimana dilakukan Harun Nasution, akan melemahkan iman para mahasiswa. Memang tidak ada agama yang mengagungkan akal seperti Islam, tetapi dengan menggambarkan bahwa akal dapat mengetahui baik dan buruk, 6



Basyir, Abu Umar. 2004. Modernisasi Islam Membedah Pemikiran Jamaluddin al Afghani Hingga Islam Liberal. Jakarta: Darul Haq



8



sedangkan wahyu hanya membuat nilai yang dihasilkan pikiran manusia bersifat absolute-universal, berarti meremehkan ayat-ayat alQur’an seperti: ...‫وهللا يعلم وانتم التعلمون‬  “Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”)Q.S.AlBaqarah:232) Rasyid kemudian menegaskan pada saat ini, di Barat sudah dirasakan bahwa akal tidak mampu mengetahui baik dan buruk. Buktinya adalah kemunculan eksistensialisme sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme.Rasyidi mengakui bahwa soal-soal yang pernah diperbincangkan pada dua belas abad yang lalu, masih ada yang relevan untuk masa sekarang, tetapi ada pula yang sudah tidak relevan. Pada waktu sekarang, demikian Rasyidi menguraikan, yang masih dirasakanlah oleh umat Islam pada umumnya adalah keberadaan Syi’ah.7 3. Hakikat Iman Bagian ini merupakan kritikan Rasyidi terhadap deskripsi iman yang diberikan Nurcholis Madjid, yakni “percaya dan menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Dan sikap apresiatif kepada Tuhan merupakan inti pengalaman keagamaan seseorang. Sikap ini disebut takwa. Takwa diperkuat dengan kontak yang kontinu dengan Tuhan. Apresiasi ketuhanan menumbuhkan kesadaran ketuhanan yang menyeluruh, sehingga menumbuhkan keadaan bersatunya hamba dengan Tuhan.”Menanggapi pernyataan di atas Rasyidi mengatakan bahwa iman bukan sekedar menuju bersatunya manusia dengan Tuhan, tetapi dapat dilihat dalam dimensi konsekuensial atau hubungan dengan manusia dengan manusia, yakni hidup dalam masyarakat. Bersatunya seseorang dengan Tuhan tidak merupakan aspek yang mudah dicapai, mungkin hanya seseorang saja dari sejuta orang. Jadi, 7



Harahap, Khoirul Amru dan Faozan. 2008. Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar



9



yang terpenting dari aspek penyatuan itu adalah kepercayaan, ibadah dan kemasyarakatan.8



8



Harahap, Khoirul Amru dan Faozan. 2008. Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ilmu kalam modern adalah sebuah sudut pemikiran dalam agama islam yang dibangun diatas keyakinan bahwa kemajuan ilmiah dan wawasan modern mengharuskan reinterpretasi atau pemahaman ulang terhadap berbagai doktrin ajaran agama tradisional. B. Saran Penulis menyadari bahwa makalah masih jauh dari kata sempurna, pembaca pasti menemukan banyak kesalahan dalam sistematika penulisan, ataupun isi materi, maka penulis memohon maaf serta mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi meningkatkan kedisiplinan kami dalam penulisan karya ilmiah berikutnya.



10



DAFTAR PUSTAKA



Rozak, Abdul, Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, Bandung, Pustaka Setia, 2012. Assegaf, Abd Rahman, Aliran Pemikiran Pendididkan Islam, Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2013. Nasution Harun, Teologi Islam, Jakarta, UI Press, 1986. Amin Abdullah, Falsafah Kalam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1995. Basyir, Abu Umar. 2004. Modernisasi Islam Membedah Pemikiran Jamaluddin al Afghani Hingga Islam Liberal. Jakarta: Darul Haq Harahap, Khoirul Amru dan Faozan. 2008. Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar



11