Makalah Penelitian Korelasional 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENELITIAN KORELASIONAL



Dosen Pengampu: Dr. Agus Widyantoro, M.Pd.



Oleh: Arti Setyasih (18706251042) Amanatu Sak Diah (18706251039)



PROGRAM STUDI LINGUISTIK TERAPAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2018



A. Pengertian Penelitian Korelasional Penelitian korelasi atau korelasional digunakan untuk menentukan sejauh mana dua variabel atau lebih berhubungan (Nyoman Dantes, 2012: 73). Tingkat hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefien korelasi yang berfungsi sebagai alat untuk membandingkan variabilitas hasil pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut (Borg & Gall, 1979). Creswell (2008)berpendapat penelitian korelasi adalah penelitian yang memberikan kesempatan untuk memprediksi skor tertentu karena adanya skor yang lain dan menerangkan antar variabel. Berdasarkan pernyataan di atas ada dua kata kunci dalam penelitian korelasional, yaitu hubungan (correlation) dan prediksi atau ramalan (prediction). Suatu korelasi adalah uji statistik untuk menentukan kecenderungan atau pola untuk dua (atau lebih) variabel atau dua set data bervariasi secara konsisten. “A correlation is a statistical test to determine the tendency or pattern for two (or more) variabels or two sets of data to vary consistently…” Gay dalam Sukardi (2013:166) menyatakan bahwa “correlational research is a research study that involves collecting data in order to determine whether and to what degree a relationship exist between two or more quantifiable variables”. Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih. Jika ada, berapa derajat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian korelasi, seperti yang dikatakan Gay, merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Walaupun demikian, ada peneliti lain seperti diantaranya Nazir yang mengelompokkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskriptif. Pada sisi lain, menurut Nazir (1999), sering diperlakukan sebagai



penelitian



deskriptif,



karena



penelitian



tersebut



juga



berusaha



menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel. Dalam rancangan penelitian korelasional, peneliti menggunakan uji statistik korelasional untuk mendeskripsikan dan mengukur derajat keterkaitan (atau



hubungan) antara 2 variabel atau lebih, atau beberapa set skor. Dalam rancangan ini, peneliti tidak berusaha untuk mengontrol atau memanipulasi variabel-variabel seperti dalam eksperimen. Alih-alih mereka menghubungkan, dengan menggunakan statistik korelasi, dua skor atau lebih untuk masing-masing orang (misalnya, skor motivasi siswa dan skor prestasi siswa untuk masing—masing individu). Sedangkan korelasi adalah uji statistik untuk menentukan kecenderungan atau pola dua variabel atau lebih atau dua set data untuk bervariasi secara konsisten. Penelitian korelasional digunakan ketika akan menghubungkan dua variabel atau lebih untuk melihat apakah mereka saling mempengaruhi, misalnya hubungan anatara guru yang mendukung praktik yang sesuai perkembangan dan penggunaan pendekatan bahasa-utuh untuk pengajaran membaca (Kather, Smith, & Parnell, 1997). Rancangan ini memungkinkan seseorang untuk memprediksi suatu hasil, misalnya prediksi bahwa kemampuan, kualitas persekolahan, motivasi belajar, dan tugas akademis mempengaruhi prestasi siswa (Anderson & Keith, 1997). Penelitian korelasi dapat dipahami dengan mudah kalau disandingkan dengan penelitian sebab (causal), misalnya, penelitian eksperimen. Dalam penlelitian eksperimen, peneliti berusaha menetapkan bahwa suatu variabel menyebabkan yang lain, sedangkan dalam korelasi, misalnya, peneliti mempertanyakan dalam bentuk “apa hubungan antara kemampuan membaca dan penguasaan kosa kata? Bukan “apakah membaca menyebabkan meningkatnya penguasaan kosa kata seseorang?” B. Tujuan Penelitian Korelasional Tujuan penelitian korelasional menurut Arikunto (2006:270) untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, betapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu. Secara khusus, tujuan penelitian korelasional adalah: (1) untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antar variabel, (2) bila sudah ada hubungan, untuk melihat tingkat keeratan hubungan antar variabel, dan (3) untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti (meyakinkan/significant) atau tidak berarti (insignificant). C. Jenis-jenis Rancangan Penelitian Korelasional Para ahli agak berbeda pendapat dalam mengklasifikasi dan mengelompokkan jenis rancangan penelitian korelasional. Shaughnessy dan Zechmeiser (dalam Emzir, 2015) menyatakan ada 5 jenis desain penelitian korelasional yaitu a) korelasi bivariat, b) korelasi regresi dan prediksi, c) regresi jamak, d) analisis factor, dan e) korelasi yang dibuat untuk membuat kesimpulan kausal. Sementara Creswell (2015) menyatakan hanya



ada dua desain utama penelitian korelasional yaitu eksplanatori (explanatory) dan prediksi (prediction). 1. Studi Hubungan (Relationship Studies) Studi hubungan dilakukan dalam suatu usaha memperoleh pemahaman faktorfaktor atau variabel yang kompleks, seperti hasil belajar akademik, motivasi, konsep diri.



Variabel



yang



diketahui



perhatian/pertimbangan membantu



beberapa



mengidentifikasi



tidak



selanjutnya. tujuan



variabel



Identifikasi



utama.



yang



berhubungan



Dengan



berhubungan



dapat



variabel kata



lain,



dengan



dieliminasi



yang



berhubungan



peneliti



variabel



dari



mencoba



terikat



dan



menyingkirkan pengaruhnya yang tidak akan bercampur dengan variabel bebas. Studi hubungan membantu peneliti mengidentifikasi variabel-variabel seperti itu untuk mengontrolnya, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel yang sesungguhnya. Dalam Creswell ( 2015:669) menyebut studi hubungan sebagai penelitian korelasional eksplanatorik atau penelitian “relasional”. Oleh karena salah satu tujuan utama bentuk penelitian korelasional ini adalah untuk menjelaskan keterkaitan di antara variabel, kita menggunakan istilah eksplanatorik. Rancangan penelitian eksplanatorik adalah suatu rancangan korelasional yang menarik bagi peneliti terhadap sejauh mana dua variabel (atau lebih itu) berkovariasi , artinya, perubahan yang terjadi pada salah satu variabel itu terefleksi dalam perubahan pada variabel lainnya. Rancangan eksplanatorik terdiri atas hubungan sederhana antara dua variabel (misalnya selera humor dan penampilan dalam drama) atau lebih dari dua variabel (misalnya, tekanan dari teman atau perasaan terasing yang berkontribusi pada binge drinking (minum-minuman keras secara berlebihan). Ciri-ciri khusus penelitian korelasional eksplanatorik adalah sebagai berikut: a. Peneliti mengorelasikan dua variabel atau lebih. Mereka



melaporkan



uji



statistik



korelasi



dan



menyebutkan



kegunaan



multivariabel. Pembaca menemukan variabel-variabel ini disebutkan secara spesifik dalam pernyataan tentang maksud penelitian, pertanyaan penelitian, atau berbagai tabel yang melaporkan prosedur statistik. b. Peneliti mengumpulkan data pada satu titik waktu. Bukti untuk prosedur ini akan ditemukan dalam pengadministrasian berbagai instrumen dalam satu waktu kepada siswa. Dalam penelitian eksplanatoris, peneliti tidak tertarik dengan kinerja partisipan diwaktu yang lalu atau diwaktu yang akan datang.



c. Peneliti menganalisis seluruh patisipan sebagai suatu kelompok tunggal. Dibandingkan dengan eksperimen yang melibatkan lebih dari satu kelompok atau kondisi perlakuan, peneliti mengumpulkan skor hanya dari satu kelompok dan tidak membagi kelompok itu kedalam kategori (atau faktor). Berbeda dengan penelitian eksperimtal semua tingkat informasi dari kelompok digunakan. Alihalih membagi skor pada selfesteem, menjadi kategori skor “tinggi” dan “rendah”, seperti yang dilakukan dalam penelitian eksperimental, seorang peneliti korelasional menggunakan seluruh skor pada suatu kontinum, misalnya dari 1090. d. Peneliti mendapatkan paling sedikit 2 skor untuk setiap individu dalam kelompok –satu untuk masing-masing variabel. Dalam diskusi metode peneliti korelasional akan menyebutkan berapa skor dikumpulkan dari setiap partisipan. Contohnya, untuk setiap individu dalam suatu penelitian tentang optimisme dan perilaku kesehatan yang baik, peneliti akan mengumulkan 2 skor: skor optimisme dan skor perilaku kesehatan. e. Peneliti



melaporkan



penggunaan



uji



statistik



korelasional



(atau



perluasannya) dalam analisis data. Inilah fitur dasar tipe penelitian ini disamping itu, peneliti memasukkan laporan tentang kekuatan dan arah uji korelasionalnya untuk memberikan informasi tambahan. f. Terakhir, peneliti membuat interpretasi atau menarik kesimpulan dari hasil uji statistik. Penting



untuk



dicatat



bahwa



kesimpulannya



tidak



menetapkan



kemungkinan hubungan sebab akibbat (inferensi kausal) karena peneliti hanya dapat menggunakan kontrol statistik (misalnya, kontrol terhadap variabel dengan menggunakan prosedur statistik) dan bukan kontrol yang lebih taat –asas dengan mengubah secara fisik kondisinya (yaitu seperti dalam eksperimen).dalam penelitian korelasional, peneliti “menganggap partisipan sebagai apa adanya” tanpa intervensi eksperimental. Jadi, para penulis penelitian korelasional sering menggunakn frase “derajat hubungan antara kedua variabel” (Thorndik, 1997a, hlm 1.107), konotasi yang menyebutkan ko-okurensi umum diantara varriabelvariabel dan bukan kemungkinan sebab akibat. Hal ini juga menjelaskan mengapa para penulis korelasional kadang-kadang tidak mau mengguunakan istilah variabel independen dan variabel dependen dan alih-alih menyebut korelasi antara dua variabel, makna yang konsisten dengan sesuatu yang tidak sekuat “variabel



independen memengaruhi variabel dependen”. Mereka juga menerapkan kata relathionship untuk korelasi diantara variabel-variabel. 2. Studi Prediksi (Prediction Studies) Dua variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel capaian digunakan untuk memprediksikan skor pada variabel yang lain. Variabel yang menjadi dasar pembuatan prediksi diacu sebagai prediktor, dan variabel yang diprediksikan diacu sebagai kriteria. Studi prediksi sering dilakukan untuk memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai individu atau membantu pemilihan individu. Studi prediksi juga dilakukan untuk menguji hipotesis teoritis mengenai variabel yang dipercaya menjadi prediktor suatu kriteria, dan untuk menentukan validitas prediktif instrumen, pengukuran individual. Dalam rancangan prediksi, peneliti mencoba mengantisipasi hasil dengan menggunakan variabel tertentu sebagai prediktor. Contohnya, pengawas dan kepala sekolah perlu mmengidentifikasi guru-guru yang akan berhasil di sekolah mereka. Untuk mmemilih guru-guru yang memiliki peluang untuk berhasil, para administrator dapat



megidentifikasi



pediktor-prediktor



keberhasilan



dengan



menggunakan



penelitian korelasional oleh sebab itu, penelitian prediksi berguna karena mereka membantu mengantisipasi atau meramalkan perilaku di masa mendatang. Maksud rancangan penelitian prediksi adalah untuk mengidentifikasi variabel yang akan memprediksi suatu hasil atau kriteria. Dalam bentuk penelitian ini peneliti mengidentifikasi satu variabel prediktor atau lebih dan suatu variabel kriteria (hasil). Variabel prediktor adalah variabel yang digunakan untuk meramalkan tentang suatu hasil dalam penelitian korelasional. Dalam kasus memprediksi keberhasilan guru disekolah, prediktornya mungkin adalah “mentoring” selama pelatihan guru atau “tahun pengalaman mengajar”. Dalam banyak penelitian prediksi, peneliti sering kali menggunakan lebih dari satu variabel prediktor. Akan tetapi, hasil yang diprediksi dalam penelitian korelasional disebut variabel kriteria. Contohnya, keberhasilan guru adalah variabel kriterianya. Meskipun lebih dari satu hasil dapat diprediksi, penelitian pendidikan biasanya hanya memasukkan variabel kriteria saja.



Ciri-ciri penelitian korelasional studi prediksi adalah sebagai berikut: a. Penulis biasanya memasukkan kata prediksi dalam judulnya. Kata itu mungkin juga terdapat dalam pernyataan maksud atau pertanyaan penelitian.



b. Peneliti biasanya mengukur variabel-variabel prediktor pada satu titik waktu dan variabel kriteria pada titik waktu. Oleh sebab itu, anda seharusnya memeriksa suatu penelitian untuk menentukan apakah peneliti membangun suatu dimensi “waktu”



kedalam



rancangannya.



Contohnya,



prediktor



keberhasilan



guru,



“mentoring”, diukur selama program pelatihan guru, sementara itu “keberhasilan” diukur kemudian, setelah siswa menunjukkan kinerjanay sebagai guru. c. Penulis meramalkan kinerja di masa depan. Mereka biasanya menyebutkan maksud ini dalam pernyataan maksud atau dalam pertanyaan peneltian. Dalam justifikasi permasalahan penelitian, penulis juga menyebutkan niatnya untuk “memprediksi” hasil tertentu. Contoh Studi Prediksi Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah, karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi calon siswa baru. Sesuai dengan kapasitas yang dimilki, sekolah memilih dan menerima di antara mereka yang mendaftar berdasarkan ranking urutan hasil tes masuk, NEM, dan atau kriteria yang lain. Kriteria tersebut dianggap sebagai faktor yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi keberhasilan siswa dalam belajranya di sekolah tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat akurasi kriteria tersebut dalam memprediksi keberhasilan siswa perlu dilakukan suatu penelitian, yaitu penelitian prediktif. Dengan penelitian ini dapat diketahui efektivitas kriteria tersebut untuk memilih calon siswa yang diinginkan. Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang kaan datang atau variabel lain (Borg & Gall 1979). Penelitian ini, sebagaimana penelitian relasional (explanatory), melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). D. Perbedaan Antara Studi Hubungan dan Studi Prediksi Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antara variabel yang diteliti. Dalam penelitian



relasional peneliti berasumsi bahwa hubungan antar kedua variabel terjadi secara dua arah, dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang satu muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, disamping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dulu dari yang lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya. (Ibnu Hadjar, 1996: 285-287) E. Kekuatan Hubungan Antar Variabel Menurut Amos Neolaka (2016:129) sesuai kajian teori interpretasi mengenai kekuatan hubungan antar dua variabel mengikuti pedoman untuk menginterpretasikan koofisien korelasi adalah sebagai berikut. Interval Koofisien



Tingkat Hubungan



0,00



Tidak ada korelasi



>0,00 – 0,199



Sangat rendah



0,20 – 0,399



Rendah



0,40 – 0,599



Sedang



0,60 – 0,799



Kuat



0,80 – 0,999



Sangat kuat



1,00



Korelasi sempurna



Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefien korelasi. Suatu koefiensi korelasi angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau – 0,00 dan -1,00, yang mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefien mendekati + 1,00; kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor yang tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang tinggi pula pada variabel yang lain, dan seseorang dengan skor yang rendah pada suatu variabel akan memiliki skor yang rendah pula pada variabel yang lain; suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan/diasosiasikan dengan peningkatan pada variabel lain. Jika koefiensi korelasi tersebut mendekati 0,00, kedua variabel tidak berhubungan. Hal ini berarti bahwa skor seseorang pada suatu variabel tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel lain. Jika koefisien tersebut mendekati -1,00, kedua variabel memiliki



hubungan yang sebaliknya (negatif). Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang rendah pada variabel lain; peningkatan pada suatu akan diasosiakan dengan penurunan pada variabel lain, dan sebaliknya (Gay, 1981: 185) dalam Emzir (2015:42-43). F. Langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian korelasional Dalam penelitian korelasional, langkah-langkah yang digunakan ketika merencanakan atau melaksanakan suatu penelitian menurut Creswell (2015: 702-708) adalah; 1. Menentukan apakah penelitian korelasional paling menjawab permasalahan penelitiannya Penelitian korelasional digunakan ketika ada kebutuhan untuk meniliti suatu permasalahan yang membutuhkan identifikasi arah dan derajat hubungan diantara 2 set skor. Ada gunanya untuk mengidentifikasi tipe hubungan, menjelaskan hubungan kompleks banyak faktor yang menjelaskan suatu hasil, dan memprediksi hasil dari satu prediktor atau lebih. Penelitian korelasional tidak “membuktikan” suatu hubungan tetapi menunjukkan keterkaitan atau hubungan antara dua variabel atau lebih. Oleh karena penelitian korelasional tidak membandingkan kelompok, maka digunakan pertanyaan penelitian, bukan hipotesis. Contoh pertanyaan dalam suatu penelitian korelasional sebagai berikut: 



Apakah kreativitas berkaitan dengan skor tes IQ untuk anak-anak sekolah dasar? (mengaitkan dua variabel)







Apa saja faktor yang menjelaskan perilaku etik students teacher selama pengalaman mengajar siswa? (mengeksplorasi suatu hubungan kompleks)







Apakah peringkat kelas SMA memprediksi GPA (Grade Point Average) mahasiswa di semester pertama di perguruan tinggi? (prediksi)



2. Mengidentifikasi individu-individu untuk diteliti Idealnya, individu harus dipilih secara random dari populasi yang lebih besar. Sampel harus mengandung setidaknya 30 individu (N=30). Kelompok perlu memiliki ukuran yang adekuat (memenuhi syarat/memadai) untuk bisa menggunakan statistik korelasional, misalnya N=30; ukuran yang lebih besar berkontribusi pada variansi kesalahan yang lebih kecil dan klaim keterakilan lebih baik. Sampel yang lebih besar akan meningkatkan generalisasi hasil.



3. Mengidentifikasi dua ukuran atau lebih untuk setiap individu dalam penelitian Ide dasar penelitian korelasional adalah untuk membandingkan partisipan dalam suatu kelompok pada dua ciri khusus atau lebih, maka ukuran variabel dalam pertanyaan penelitian perlu diidentifikasi (misalnya, pencarian kepustakaan tentang penelitian terdahulu). Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman keduanya sangat mungkin berubungan. Selanjutnya, instrumen yang mengukur variabel-variabel tersebut perlu didapatkan.



Idealnya, instrumen itu seharusnya sudah terbukti



validitas dan reliabilitasnya. Biasanya, suatu variabel diukur pada masing-masing instrumen, tetapi instrumen bisa mengandung kedua variabel yang dikorelasikan dalam penelitian. Menurut Ibnu Hadjar (1996:283) instrumen yang digunakan harus mampu mengukur rentang atau variabilitas respon subjek secara reliabel. Beberapa contoh jenis instrumen yang dapat digunakan seperti tes, angket, wawancara, atau observasi. 4. Mengumpulkan data dan memantau ancaman potensial Lodico (2010:278) menyebutkan data untuk setiap variabel harus diperoleh untuk setiap orang dalam penelitian. Karena pasangan skor akan berkorelasi, penting untuk memiliki cara untuk menghubungkan data dari ukuran yang berbeda sehingga skor yang dimiliki orang yang sama dapat dikelompokkan bersama. Selanjutnya, mendeskripsikan hubungan antara dua variabel untuk memprediksi hasil dari variabel prediktor. Dalam Cresell (2015: 705) Apabila dalam penelitian korelasi, datanya diambil (tersedia) dari kantor admisi, peneliti tidak harus terlalu mengkhawatirkan tentang prosedur yang mengancam validitas skor. Akan tetapi, potensi untuk rentang skor yang terbatas –variasi yang kecil dalam skornya –tentu ada. Faktor lain yang mungkin akan mempengaruhi kemampuan peneliti untuk menarik kesimpulan yang valid dari hasilnya adalah tidak adanya prosedur administrasi standar, kondisi situasi pengetesan, dan ekspektasi partisipan. 5. Menganalisis data dan mempresentasikan hasilnya Tujuan dalam penelitian korelasional adalah untuk mendeskripsikan derajat hubungan di antara dua variabel atau lebih. Peneliti mencari suatu pola respons dan menggunakan prosedur statistik untuk menentukan kekuatan hubungan maupun arahnya. Hubungan yang signifikan secara statistik, jika ditemukan tidak menyiratkan causation (sebab-akibat) tetapi sekadar hubungan antara variabelvariabel.



Analisis dimulai dengan mengode data dan mentransfernya dari instrumen ke dalam file komputer. Setelah itu peneliti perlu menemukan statistik yang tepat untuk digunakan. Setelah menemukan uji statistik yang paling sesuai, peneliti selanjutnya menghitung apakah statistiknya signifikan berdasarkan skor-skornya. Dalam mempresentasikan hasil, peneliti korelasional akan menyajikan matriks korelasi dari seluruh variabel maupun tabel statistik.. 6. Menginterpretasi hasil Langkah terakhir dalam melaksanakan penelitian korelasional adalah menginterpretasi hasilnya. Langkah ini membutuhkan mendiskusikan besaran dan arah hasil dalam penelitian korelasional, dengan mempertimbangkan dampak variabel intervening dalam penelitian korelasi parsial, dengan menginterpretasi bobot regresi variabel dalam analisis regresi, dan dengan mengembangkan persamaan prediktif untuk digunakan dalam penelitian prediksi. Di semua langkah ini, salah satu masalah secara keseluruhannya adalah apakah data Anda mendukung teori, hipotesis atau pertanyaan. Di samping itu, peneliti mempertimbangkan apakah hasilnya mengkonfirmasi atau mendiskonfirmasi temuan dari penelitian lain. G. Mengevaluasi Penelitian Korelasional Mengevaluasi Kualitas Penelitian Korelasional Kriteria Kualitas



Indikator Kualitas yang Lebih



Indikator Kualitas yang Lebih



Tinngi



Rendah



Elemen-Elemen Kunci 1. Ada ukuran sampel yang Peneliti



memiliki



N



paling Peneliti memiliki N paling sedikit



untuk sedikit sebanyak 30 partisipan sebanyak 30 partisipan



adekuat



pengujian hipotesis



(dan lebih banyak bila mungkin) matriks Peneliti



tidak



menyediakan



hasil korelasional dalam korelasi lengkap dengan seluruh matriks



tetapi



memasukkan



2. Peneliti



menampilkan Peneliti



tabel dan grafik



menyajikan



variabel yang dikorelasikan



diskusi tentang korelasi di antara variabel-variabel dalam penelitian



3. Peneliti



memilih



statistik yang sesuai



uji Peneliti



memilih



statistik Peneliti selalu memilih korelasi



korelasi yang sesuai berdasarkan product-moment tipe skala yang digunakan untuk meskipun mengukur



variabel



Pearson skala



dalam



dalam penelitiannya nominal atau ordinal



penelitian 4. Ada interpretasi tentang Peneliti arah



tentang Peneliti



tidak



kekuatan kekuatan hubungan berdasarkan asesmen



dan



hubungan



melaporkan



menyediakan



tentang



kekuatan



antara standar tertentu dan mengases hubungan



di



apakah



variabel



itu



menunjukkan



hubungan yang relatif kecil saja, prediksi



yang



terbatas,



atau



prediksi yang baik 5. Asesmen dibuat tentang Peneliti



tidak Peneliti hanya melaporkan nilai p,



hubungan menyediakan nilai p, besaran sehingga



kekuatan



determinasi,



membatasi



bukti



koefiensi efek, dan interval kepercayaan signifikansi praktis hasilnya



berdasarkan



besaran



paling



nilai



p, dalam



melaporkan



analisis



atau korelasional



efek,



besarnya koefisien 6. Peneliti mengidentifikasi Peneliti



mengidentifikasi Peneliti



tidak



menyebutkan



variabel prediktor dan variabel prediktor dan kriteria dengan jelas variabel yang akan dan memberikan definisi tentang diukur atau, jika menyebutkan,



kriteria



bagaimana mereka akan diukur tidak dalam penelitian 7. Dalam



model



visual, Peneliti



arah yang diharapkan visual (atau



diprediksi



menyuguhkan dari



hubungan



menyebutkan



bagaimana



mereka akan diukur model Peneliti tidak menyuguhkan model yang visual



hubungan



di



) dihipotesiskan di antara variabel variabel-variabel



berdasarkan data yang dan menyebutkan dalam model terobservasi disuguhkan



ini semua korelasi di antara variabel-variabel



H. Contoh-Contoh Penelitian yang Menggunakan Rancangan Korelasional Judul Penelitian: “Hubungan Antara Kemampuan Membaca Pemahaman dan Sikap Bahasa Dengan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek” 



Contoh Rumusan Masalah Penelitian Korelasional 1. Adakah hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek?



antara



2. Adakah hubungan antara sikap bahasa dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek? 3. Adakah hubungan kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek? 



Contoh Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. 2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara sikap bahasa dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. 3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahamandan sikap bahasa secara bersama-sama dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek.







Contoh Manfaat Penelitian Menyebutkan manfaat penelitian secara teoritis dan praktis







Kajian Teori Teori-teori yang dikemukakan dalam penelitian ini, menyangkut variabel penelitian yang meliputi kebiasaan belajar dan hasil belajar.







Contoh Hipotesis Penelitian Korelasional 1. Ada hubungan positif antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. 2. Ada hubungan positif antara sikap bahasa dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. 3. Ada hubungan positif kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek.







Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan termasuk metode penelitian korelasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan membaca



pemahaman



dan



sikap



bahasa



secara



bersama-sama



dengan



mengapresiasi cerita pendek. Pada penelitian ini, peneliti tidak memberikan perlakuan, peneliti hanya ingin mengetahui hubungan antara variabel X dan Y. X1 = Variabel bebas (Kemampuan Membaca Pemahaman )



X2 = Variabel bebas (Sikap Bahasa) Y = Variabel terikat (Mengapresiasi Cerita Pendek) 



Prosedur Penelitian 1. Tahap persiapan a. Pengajuan identifikasi masalah b. Penyusunan proposal penelitian c. Penyusunan instrumen 1. Tahap pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini meliputi uji coba instrumen di lapangan pada sempel di luar populasi. Pengambilan data sesuai dengan isntrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitas 2. Tahap penyelesaian Pada tahap penyelesaian ini meliputi tahap analisis data dan menyusun laporan penelitian. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik diskripstif uji prasyarat dan analisis akhir. Menentukan subjek penelitian, lokasi dan waktu penelitian.







Populasi dan Sampel Penelitian 



Populasi Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah siswa dari beberapa kelas atau hanya satu kelas VIII yang terpilih di salah satu SMPN di Yogyakarta







Sampel Teknik Pengambilan sampel diambil secara random (random sampling) yaitu diambil satu kelas secara acak. Pengambilan sampel ini diambil secara undian.







Teknik pengumpulan data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan berupa observasi, wawancara, angket dan dokumentasi.







Uji coba instrumen Instrumen dalam penelitian ini yaitu angket tentang kebiasaan belajar siswa dan dokumentasi nilai hasil belajar siswa a. Validitas Uji validitas bertujuan untuk mengetahui valid tidaknya angket. Apabila instrumen itu valid maka instrumen dapat digunakan untuk mengukur variabel



penelitian. Untuk mengukur validitas konstruksi dapat dilakukan dengan cara meminta pendapat dari ahli. Tujuannya untuk melihat instrumen yang disusun sudah sesuai dengan kisi-kisi dan tujuan yang akan dicapai atau belum. Untuk menghitung hasil uji coba angket digunakan korelasi product moment. b. Reliabilitas Dalam penelitian ini menghitung reliabilitas angket menggunakan spss. 



Analisis data Analisis data deskriptif. Sebelum dilakukan pengujian ada 3 syarat yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas, uji linearitas, dan uji independen. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis seperti uji korelasi sederhana, uji korelasi ganda.







Contoh Simpulan Hasil Penelitian Korelasional 1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Artinya makin baik kemampuan membaca pemahaman siswa, makin baik pula kemampuan mengapresiasi cerita pendek mereka. 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap bahasa dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Artinya makin positif sikap bahasa siswa, makin baik pula kemampuan mengapresiasi cerita pendek mereka. 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Artinya makin baik kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa siswa, makin baik pula kemampuan mengapresiasi cerita pendek mereka. Berdasarkan temuan tersebut, dapat dijelaskan bahwa kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa siswa, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamasama memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas.



I. Kelebihan dana Kelemahan Menurut Sukardi ( 2013: 170 ) Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasi. Penelitian korelasi memiliki kelebihan yang dapat diterangkan seperti berikut:



1. Berguna dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial, karena dalam penelitian ini peneliti dimungkinkan untuk mengukur beberapa variabel dan hubungannya secara simultan. 2. Dengan penelitian korelasi, dimungkinkan beberapa variabel yang mempunyai kontribusi pada suatu variabel tertentu dapat diselidiki secara intensif. 3. Penelitian korelasi pada umumnya melakukan studi tingkah laku dengan setting yang realistis. 4. Peneliti dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar. Sedangkan kelemahan penelitian korelasi yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah bahwa 1. Dengan penelitian korelasi, peneliti hanya mengidentifikasi apa yang terjadi dengan tanpa melakukan manipulasi dan mengontrol variabel. 2. Peneliti tidak dapat membangun hubungan sebab akibat.



Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas, dapat kami simpulkan bahwa: 1.



Definisi penelitian korelasional adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih. Jika ada, berapa derajat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui



tingkat



hubungan



yang



ada,



peneliti



akan



dapat



mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. 2.



Jenis-jenis rancangan penelitian korelasi dibagi menjadi dua yaitu a. Studi hubungan Studi hubungan sebagai penelitian korelasional eksplanatorik atau penelitian “relasional”. Salah satu tujuan utama bentuk penelitian korelasional ini adalah untuk menjelaskan keterkaitan di antara variabel. Ciri-ciri khusus penelitian korelasional eksplanatorik adalah Peneliti mengorelasikan dua variabel atau lebih, peneliti mengumpulkan data pada satu titik waktu, peneliti menganalisis seluruh patisipan sebagai suatu kelompok tunggal, peneliti mendapatkan paling sedikit 2 skor untuk setiap individu dalam kelompok –satu untuk masing-masing variabel, peneliti melaporkan penggunaan uji statistik korelasional (atau perluasannya) dalam analisis data, dan terakhir, peneliti membuat interpretasi atau menarik kesimpulan dari hasil uji statistik. b. Studi prediksi Maksud rancangan penelitian prediksi adalah untuk mengidentifikasi variabel yang akan memprediksi suatu hasil atau kriteria. Dalam bentuk penelitian ini peneliti mengidentifikasi satu variabel prediktor atau lebih dan suatu variabel kriteria (hasil). Variabel prediktor adalah variabel yang digunakan untuk meramalkan tentang suatu hasil dalam penelitian korelasional. Hasil yang diprediksi dalam penelitian korelasional disebut variabel kriteria. Ciri-ciri penelitian korelasional studi prediksi adalah penulis biasanya memasukkan kata prediksi dalam judulnya, peneliti biasanya mengukur variabel-variabel prediktor pada satu titik waktu dan variabel kriteria pada titik waktu, penulis meramalkan kinerja di masa depan.



3.



Perbedaan antara studi hubungan dan studi prediksi adalah Dalam penelitian relasional (studi hubungan) peneliti berasumsi bahwa hubungan antar kedua variabel terjadi secara dua arah, dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang satu muncul lebih awal dari yang lain. Sedang dalam penelitian prediktif, disamping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dulu dari yang lain, atau hubungan satu arah.



4.



Kekuatan hubungan antar variabel: Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefien korelasi. Suatu koefiensi korelasi angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau – 0,00 dan -1,00, yang mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefien mendekati + 1,00; kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Jika koefiensi korelasi tersebut mendekati 0,00, kedua variabel tidak berhubungan.



5.



Langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian korelasional: (a) menentukan apakah penelitian korelasional paling menjawab permasalahan penelitiannya, (b) mengidentifikasi individu-individu untuk diteliti, (c) mengidentifikasi dua ukuran atau lebih untuk setiap individu dalam penelitian, (d) mengumpulkan data dan



memantau ancaman potensial, (e) menganalisis data dan



mempresentasikan hasilnya, (f) menginterpretasi hasil. 6.



Mengevaluasi penelitian korelasional: (a) ada ukuran sampel yang adekuat untuk pengujian hipotesis, (b) peneliti menampilkan hasil korelasional dalam tabel dan grafik, (c) peneliti memilih uji statistik yang sesuai, (d) ada interpretasi tentang arah dan kekuatan hubungan di antara variabel, (e) asesmen dibuat tentang kekuatan hubungan berdasarkan koefiensi determinasi, nilai p, besaran efek, atau besarnya koefisien, (f) peneliti mengidentifikasi variabel prediktor dan kriteria, (g) dalam model visual, arah yang diharapkan (atau diprediksi ) berdasarkan data yang terobservasi disuguhkan.



7.



Kelebihan dalam penelitian korelasional: (a) berguna dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial, karena dalam penelitian ini peneliti dimungkinkan untuk mengukur beberapa variabel dan hubungannya secara simultan, (b) dengan penelitian korelasi, dimungkinkan beberapa variabel yang mempunyai kontribusi pada suatu variabel tertentu dapat diselidiki secara intensif, (c) penelitian korelasi pada umumnya melakukan studi



tingkah laku dengan setting yang realistis, (d) peneliti dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar. 8.



Kelemahan dalam penelitian korelasional: (a) dengan penelitian korelasi, peneliti hanya mengidentifikasi apa yang terjadi dengan tanpa melakukan manipulasi dan mengontrol variabel, (b) peneliti tidak dapat membangun hubungan sebab akibat.



DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitain Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta Creswell, John. (2015). Riset Pendidikan Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Riset Kualitatif & Kuantitatif (Edisi Kelima). Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Emzir. (2015). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif & Kualitatif.Jakarta: RajaGrafindo Persada. Hadjar, Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitaif Dalam Pendidikan. Jakarta : RajaGrafindo Persada. Lodico, G, Marguerite, Dean T. Spaulding, Katherine H. Voegtle. 2006. Methods in Educational Research From Theory to Practice. San Fransisco. JosseyBass. Neolaka, Amos. 2016. Metode Penelitian dan Statistik. Bandung : Remaja Rosdakarya Sukardi. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:PT Bumi Aksara.