Makalah Peralatan Terapi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PERALATAN TERAPI TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS)



Oleh: Jarot Hadi W Pandu Arsy Filonanda Dwi Widyaningtyas



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI REKAYASA ELEKTRO-MEDIS JURUSAN TEKNOLOGI ELEKTRO-MEDIS POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA SURABAYA 2021



BAB I A. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam melakukan aktivitas sehari - hari tidak terlepas dari peranan penting anggota gerak tubuh (ekstremitas). Anggota gerak tubuh manusia terdiri atas anggota gerak tubuh bagian atas dan anggota gerak tubuh bagian bawah. Dalam melakukan aktivitas fungsional sehari - hari, peranan anggota gerak tubuh atas lebih dominan digunakan, misalnya untuk membersihkan diri, makan, minum, berpakaian dan masih banyak aktivitas lain yang melibatkan anggota gerak atas. Dengan aktivitas yang dilakukan oleh anggota tubuh ini mengakibatkan sering terjadinya gangguan berupa nyeri pada otot-otot daerah sekitar ekstrimitas atas maupun bawah. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah penggunaan arus listrik yang dihasilkan oleh perangkat untuk merangsang saraf untuk mengurangi rasa sakit. Unit ini biasanya dilengkapi dengan elektroda untuk menyalurkan arus listrik yang akan merangsang saraf pada daerah yang mengalami nyeri. TENS memberikan arus listrik dengan amplitudo sampai dengan 50mA dengan frekuensi 10-250Hz, banyak digunakan untuk terapi pengurangan rasa sakit atau nyeri. Banyak teori yang mendukung prinsip kerja TENS, satu diantaranya adalah teori pain gates yang diajukan oleh Melzack dan Walls. Terapi dengan TENS dilakukan dengan kontak langsung alat terhadap pasien melalui sepasang elektroda. Demi memenuhi persyaratan standar keamanan alat medis sebuah sistem keamanan harus dirancang sehingga cidera pada pasien dapat dicegah. Maka dari itu penulis akan membahas tentang tata cara penggunaan, komponen, intervensi dan lain-lain tentang TENS. 1.2 Batasan Masalah 1.2.1 Penggunaan TENS untuk terapi 1.2.2 Pelaksanaan penggunaan TENS 1.2.3 Efek samping penggunaan TENS 1.2.4 Resiko penggunaan TENS



1.3 Rumusan Masalah 1.3.1 Dapatkah TENS digunakan sebagai alat terapi? 1.3.2 Kapan pelaksanaan penggunaan TENS? 1.3.3 Apa efek samping dari penggunaan TENS? 1.3.4 Apa resiko penggunaan TENS? B. TUJUAN PEMBELAJARAN 2.1 Tujuan Mengetahui dan mempelajari teori tentang TENS 2.2 Manfaat Menegetahui dan mempelajari pencatatan, pengoperasian, pemasangan, instalasi, pemeliharaan, kalibrasi dan perbaikan alat TENS C. KAJIAN MATERI 3.1 Pengertian A. Pengertian dan Ruang Lingkup TENS TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) adalah alat untuk memberi stimulus kepada aliran darah dan otot syaraf manusia. Gerak manusia dihasilkan oleh kontraksi otot yang menghasilkan gaya untuk menggerakan anggota badan. Pada gerak sadar, sinyal perintah dari pusat sistem syaraf ditransmisikan melalui syaraf tulang belakang lalu ke otot untuk menghasilkan gaya. Otot berfungsi dengan normal jika antara sistem syaraf dan otot terhubung secara utuh dan bekerja dengan baik. Kerusakan pada sistem syaraf yang diakibatkan penyakit yang menyerang syaraf tulang belakang akan menunggu sinyal perintah mencapai otot. Pada pasien yang mengalami kerusakan pada otak atau syaraf tulang belakang kehilangan kemampuan motoriknya seperti berdiri, berjalan, menggenggam, menjangkau. Ketidakmampuan ini dapat mencakup sebagian atau keseluruhan dari anggota gerak tubuh. (Bambang Andy Suharto, 2012)



Gambar I. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation



Bagi penderita paralisis sinyal perintah dari pusat sistem syaraf dapat digantikan dengan cara memberikan stimulasi listrik buatan pada sistem syaraf. Para ahli sudah banyak mengembangkan bagaimana untuk mempercepat pemulihan anggota gerak tubuh yang mengalami memberikan



gangguan stimulasi



pergerakan listrik.



atau



kelumpuhan



Diantaranya



adalah



dengan TENS



(Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation). TENS bekerja dengan cara mengirimkan aliran listrik ke otot yang membutuhkan terapi sehingga menyebabkan otot untuk berlatih secara pasif. Penggunaan alat ini mulai banyak digunakan di rumah sakit dan klinik



olahraga



untuk



pengobatan



cedera



otot



dan



untuk



mengembalikan otot yang mengalami kelumpuhan. TENS memberikan arus listrik dengan amplitudo sampai dengan 50mA dengan frekuensi 10-250Hz, banyak digunakan untuk terapi pengurangan rasa sakit. Banyak teori yang mendukung prinsip kerja TENS, satu diantaranya adalah teori pain gates yang diajukan oleh Melzack dan Walls. Menurut teori ini TENS diperkirakan mengaktifkan secara khusus perifer A beta pada daerah tanduk dorsal sehingga memodulasi serabut A delta dan C yang menghantarkan rasa nyeri. Hipotesis lain menjelaskan efek TENS dalam mengurangi nyeri melalui system neurotransmitter lain yaitu perubahan system serotonin dan substansia P. TENS bekerja dengan menstimulasi serabut saraf tipe α β yang dapat mengurangi nyeri (Corwin 2009). Mekanisme kerjanya



diperkirakan melalui ‘penutupan gerbang’ transmisi nyeri dari serabut saraf kecil dengan menstimulasi serabut saraf besar, kemudian serabut saraf besar akan menutup jalur pesan nyeri ke otak dan meningkatkan aliran darah ke area yang nyeri dan TENS juga menstimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh yaitu endorfin (James et al. 2008). TENS dapat digunakan pada berbagai keadaan salah satunya pasien paska bedah dan kondisi akut (Tucker et al 2008). Hal ini didukung oleh penelitian Rosyid (2010), bahwa TENS lebih efektif dalam menurunkan intensitas nyeri dibandingkan dengan terapi es pada pasien simple fraktur karena TENS memiliki mekanisme frekuensi dan amplitude yang dapat diatur berdasarkan sensasi nyeri yang dialami oleh pasien simple fraktur. Keuntungan dari menggunakan TENS adalah bahwa tidak seperti menghilangkan rasa sakit oleh obat, karena tidak menimbulkan ketagihan, tidak menyebabkan kantuk atau mual, dan dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan (Josimari et al. 2008). B. Kelebihan dan Kekurangan dari Terapi TENS Dalam pemakaian alat TENS, tentunya terdapat kelebihan dan kekurangan yang akan dialami oleh pengguna atau pasien. Kelebihan dan kekurangan adalah sebagai berikut : • Kelebihan : Kelebihan dalam menggunakan TENS Unit antara lain : 1. Aman dan Terkendali, dapat mengontrol intensitas, durasi dan frekuensi arus listrik dengan mudah 2. Mudah dan Praktis, pemakaian tens tidak perlu melakukan persiapan yang berlebihan dan praktis digunakan • Kekurangan : Kekurangan dalam menggunakan TENS Unit antara lain : 1. Luka Bakar pada bagian terapi. 2. Sensasi menusuk dan dengungan suara mesin yang mungkin terasa kurang nyaman bagi pasien.



3. Alergi terhadap gel pada elektrode yang ditandai dengan kemerahan dan iritasi pada kulit. C. Indikasi Terapi TENS TENS memberikan arus listrik dengan amplitudo sampai dengan 50mA dengan frekuensi 10-250Hz, banyak digunakan untuk terapi pengurangan rasa sakit. TENS bekerja dengan mengirimkan impuls listrik kecil melalui elektroda yang mempunyai perekat agar dapat ditempelkan ke kulit seseorang. Impuls listrik ini dapat menghalangi reseptor rasa sakit untuk mengirimkan sinyal rasa sakit ke sumsum tulang belakang dan otak. Selain itu, impuls listrik ini juga dapat merangsang tubuh untuk memproduksi



hormon



endorphin



yang



merupakan



hormon



penghilang rasa sakit. Terapi ini dapat bermanfaat untuk mengurangi atau meringankan rasa sakit yang disebabkan karena berbagai kondisi berikut : 1. Endometriosis, kondisi ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam dinding rahim tumbuh di luar rahim. 2. Mengatasi rasa nyeri, Terapi ini juga dapat mencegah kambuhnya nyeri di kemudian hari. Hasil terapi mungkin beragam, tapi tak menutup kemungkinan nyeri dapat hilang secara permanen. 3. Osteoporosis, kondisi saat kualitas kepadatan tulang menurun. 4. Bursanitis, kondisi peradangan pada bursa, yaitupelumas dan bantalan di sekitarsendi yang berfungsi mengurangi gesekan antara tulang dan tendon saat bergerak. 5. Tendonitis, kondisi peradangan atau iritasi pada tendon. Tendon adalah jaringan yang menghubungkan otot ketulang, yang membantu dalam pergerakan.



D. Blok Diagram TENS Supply Tegangan



Step-Up



uc



Driver



Elektroda



(Trafo)



PWM



Dalam Blok Diagram diatas yang menjalankan sebuah rangkaian TENS (Trancutenous Electrical Nerve Stimulation) antara lain tegangan 5V, Step-Up (trafo), Mikrokontroler (Arduino Uno) dan driver. Tegangan 5V berfungsi sebagai tegangan masukan yang berfungsi untuk mensupply tegangan ke Arduino dan Trafo yang berasal



dari



baterai.



Dalam



rangkaian



Step-Up



terdapat



Transformator yang berfungsi sebagai lilitan yang digunakan untuk menaikkan tegangan DC. Rangkaian PWM berfungsi sebagai pemberi sinyal kotak untuk terapi tersebut, karena apabila kulilt pasien terkena sinyal sinus maka akan timbul rasa yang lebih sakit daripada diberi sinyal kotak. Selanjutnya melewati rangkaian driver sebagai rangkaian sebelum output ke pasien. Mikrokontroler berfungsi sebagai sistem pengendali pada seluruh rangkaian yang akan diberikan kepada pasien yang menerima terapi. E. Pengaplikasian, Dosis, dan Durasi TENS Aplikasi TENS menggunakan elektrode yang ukuran dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Sebelumnya, juga akan ditentukan bentuk pulsa, durasi, frekuensi, waktu terapi, dan intensitas yang disesuaikan dengan kondisi pasien.



Penempatan elektrode TENS tidak terbatas pada daerah sekitar nyeri saja. Untuk menentukan letak dan metode penempatan TENS, harus memahami anatomi, prinsip fisiologi, serta patologi dari kondisi yang bersangkutan. Pengertian dasar tentang pola nyeri, sindroma dari berbagai jaringan yang bisa merupakan sumber nyeri merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dipahami dalam kaitannya dalam pemasangan elektrode. Pemberian TENS diberikan dengan intensitas yang comfortable, dengan terapi sepuluh sampai lima belas menit. Frekuensi terapi sehari sekali atau sehari dua kali. F. Efek Samping TENS Efek samping dari terapi TENS adalah sensasi menggelitik, menusuk, dan dengungan mesin yang mungkin terasa tidak nyaman bagi sebagian orang. Beberapa pasien juga berisiko mengalami alergi terhadap gel lengket yang terdapat pada elektroda. Gel lengket pada elektroda bersentuhan langsung dengan kulit. Alergi terhadap gel ini biasanya ditandai dengan kemerahan dan iritasi pada kulit. Jika Anda mengalami gejala tersebut, coba gunakan elektroda dengan gel yang bersifat hipoalergenik. Efek samping juga bisa timbul bila Anda memasang elektroda dengan keliru. Jangan menempelkan elektroda pada bagian depan leher, sebab hal ini dapat menurunkan tekanan darah dan memicu kejang. Jangan pula memasang elektroda pada area mata karena dapat menyebabkan cedera mata. 3.2 Pengoperasian Prinsip kerja dari TENS adalah dengan mengirim impuls listrik kebagian tubuh tertentu untuk mengontrol sinyal rasa sakit, untuk menghilangkan rasa sakit. Cara kerja tens dengan menempelkan elektroda ke kulit kemudian arus listrik akan mengalir dari TENS Unit akan mengaliri ke system saraf pusat. Hal ini dapat mengurangi



kemampuan saraf dalam mengirimkan sinyal nyeri menuju otak dan saraf tulang belakang sehingga nyeri perlahan berkurang. 3.3 Pemeliharaan 1) Melakukan pengecekan fisik pada alat TENS baik aksesoris dan elektrodanya sebelum digunakan ke pasien. 2) Membersihkan elektroda TENS dengan larutan alcohol 70% atau air setiap setelah terapi selesai. 3) Membersihkan bagian-bagian permukaan (case) alat TENS dengan mauapun kabel konektor elektroda TENS dengan kain lembab yang dibahasi dengan air dan sabun anti bakteri ringan. 4) Menempatkan TENS di tempat yang jauh dari medan elektromagnetik kuat dan tidak dibawah sinar matahari langsung. 5) Melakukan pengecekan kondisi fisik kabel (apakah kabel tidak terputus, terkelupas ataupun sobek dan terpotong isolasinya) setiap sebulan sekali. 6) Melakukan pengkalibrasian pada alat setiap 1 tahun sekali 7) Lakukan pengukuran arus bocor dan grounding 3.4 Perbaikan Error Unit tidak berfungsi sama sekali



Solusi/perbaikan 



Ganti Baterai







Masukkan baterai dengan







benar Periksa intensitasnya harus diatas 0 (nol)



Tidak ada stimulus dari satu







saluran



Periksa



kedua



elektroda



terpasang sepenuhnya pada kulit.



Stimulasi lemah



F. RANGKUMAN



 



Periksa kabel tranduser Elektroda telah mengering



1) Alat terapi TENS bekerja dengan memberikan stimulus kepada otot pasien dengan frekuensi, dan amplitudo tertentu sesuai dengan kebutuhan. Semakin kecil persentase duty cycle yang diberikan pada input step-up (trafo), semakin besar amplitudo yang dihasilkan. 2) TENS memberikan arus listrik dengan amplitudo sampai dengan 50mA dengan frekuensi 10-250Hz, banyak digunakan untuk terapi pengurangan rasa sakit.



G. LATIHAN SOAL 1. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) adalah a. Peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan suara b. Therapy suara yang biasanya terdapat di Klinik THT c. Alat Therapy yang menggunakan gelombang suara d. Alat therapy yang menggunakan teknologi pantulan suara e. Peralatan untuk memberi stimulus kepada aliran darah dan otot syaraf manusia. 2. Pada alat TENS, Amplitudo berapakah yang dipakai untuk terapi pengurangan rasa sakit adalah : a. 20 mA b. 30 mA c. 40 mA d. 50 mA e. 60 mA 3. Pada alat TENS, frekuensi berapakah yang dipakai untuk terapi pengurangan rasa sakit adalah : a. 10-100 Hz b. 10-200 Hz c. 10-250 Hz d. 20-200 Hz e. 20-250 Hz 4. Di ruangan manaka alat TENS ditempatkan ? a. Klinik THT b. Klinik Obsgyn c. Ruang Fisiotherapy d. Radiologi e. IGD 5. Dibawah ini merupakan kekurangan terapi menggunakan alat TENS, kecuali : a. Mempercepat proses penyembuhan jaringan b. Mengurangi rasa nyeri, dan rasa sakit c. Sensasi menggelitik, menusuk pada tubuh d. Meningkatkan permebilitas membran e. Kulit yang kemerahan dikarenakan alergi gel 6. Berapa lamakah waktu yang paling ideal untuk melakukan therapy menggunakan TENS : a. 5-10 menit b. 10-15 menit c. 10-20 menit d. 10-25 menit e. Lebih dari 30 menit



7. Sinyal apakah yang dipakai pada alat terapi TENS : a. Sinyal sinus b. Sinyal kotak c. Sinyal segitiga d. Sinyal jaringan e. Sinyal internet 8. Impuls listrik dapat menghalangi reseptor rasa sakit untuk mengirimkan sinyal rasa sakit ke sumsum tulang belakang dan otak. Selain itu, impuls listrik ini juga dapat merangsang tubuh untuk memproduksi hormon yang merupakan hormon penghilang rasa sakit. Hormon apakah yang dimaksud: a. Hormon Endorphin b. Hormon Testoteron c. Hormon Serotonin d. Hormon Melatonin e. Hormon Adrenalin 9. Alat TENS dilaporkan tidak bisa menyala sama sekali, langkah awal yang paling tepat anda lakukan sebagai seorang elektromedis adalah : a. Cek Baterai/Catudaya b. Cek transducer c. Cek Elektroda d. Cek grounding e. Cek tombol on/off 10. Apa yang dilakukan oleh tenaga elektromedis jika alat TENS yang digunakan memiliki stimulasi yang lemah : a. Periksa rangkaian driver dan elektroda b. Periksa grounding c. Periksa arus dan tegangan d. Periksa tombol on/off apakah ada kerusakan e. Periksa rangkaian power supply



DAFTAR PUSTAKA



Arif, Nurfahira, Bambang Dwi Putranto, Muhammad Siddik, Program Studi, Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, et al. 2021. “Literature Review : Pengaruh Pemberian Terapi Ultrasound Terhadap.” Journal of Electronics, Electromedical Engineering, and Medical Informatics 4 (1): 49– 58. Arovah, Novita Intan. 2010. “Dasar-Dasar Fisioterapi Pada Cedera Olahraga.” Kesehatan Fisioterapi 148 (1): 148–62. Purnomo, Didik, Akhmad Alfajri Amin, and Redita Cahyani Ardiningsih. 2017. “Pengaruh Ultrasound Dan Terapi Latihan Pada Carpal Tunnel Syndrome.” Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi 1 (2): 34–42. https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v1i2.58. Witcher, Barry J. 2020. “PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TENDINITIS SUPRASPINATUS SINISTRA DENGAN MODALITAS ULTRASOUND, TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN.” Obstetrics and Gynecology 34 (1): 55–62.