Makalah Scalling [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Scalling. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat tugas Prevdent. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat pengarahan, petunjuk serta bimbingan dan saran dari beberapa pihak. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu drg. Lisnayetti, M.Kes, selaku dosen Prevdent yang telah



mendukung terbuatnya makalah ini.



Penyusunan makalah ini salah satunya bertujuan memberi informasi kepada para pembaca mengenai scalling. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran ilmiah yang dapat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Atas semua bantuan yang diberikan, kami ucapkan terima kasih dan teriring doa semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT.



Bukittinggi, September 2017



Penulis



1



DAFTAR ISI



Kata Pengantar..............................................................................................................................1 Daftar Isi.......................................................................................................................................2 BAB I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3 1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................3 1.3 Tujuan Masalah..............................................................................................................3 BAB II. Pembahasan 2.1 Definisi Scalling............................................................................................................4 2.2 Alat-alat pada tindakan scalling.....................................................................................5 2.3 Prinsip Umum dalam Instrumentasi..............................................................................9 2.2 Teknik dalam tindakan scalling.....................................................................................13 2.3 Kontrol sakit saat tindakan scalling...............................................................................14 2.4 Evaluasi tindakan scalling.............................................................................................14 BAB III. Penutup 3.1 Kesimpulan....................................................................................................................16 3.2 Saran..............................................................................................................................16 Daftar Pustaka



2



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Kehadiran karang gigi biasanya disadari oleh seseorang ketika lidah merasakan sesuatu yang kasar pada permukaan giginya. Karang gigi merupakan suatu jaringan yang sudah mengendap dan lama-kelamaan jaringan tersebut mengalami pengerasan.



Salah satu



penyebabnya adalah bau mulut (halitosis). Karang gigi dapat menjadi media bakteri yang dapat menimbulkan peradangan yang akhirnya akan memicu terjadinya penyakit sekitar jaringan gigi. Apabila hal ini tidak segera diatasi, akan terjadi kerusakan jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dn beresiko gigi harus dicabut. Oleh karena itu, karang gigi harus segera dibersihkan untuk mencegah hal tersebut terjadi, dimana proses ini hanya bisa dilakukan dengan tindakan scalling. 1.2 Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan tindakan scalling? 2. Apa saja alat-alat yang digunakan pada tindakan scalling? 3. Bagaimana prinsip umum instrumentasi? 4. Bagaimana teknik prosedur dalam tindakan scalling? 1.3 Tujuan masalah 1. Untuk memahami maksud dari tindakan scalling 2. Untuk memahami fungsi dari alat-alat yang digunakan pada tindakan scalling 3. Untuk memahami bagaimana prinsip umum dalam instrumentasi? 4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana teknik prosedur dalam tindakan scalling



3



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Definisi Scalling Scalling merupakan suatu proses membuang plak dan kalkulus dari permukaan gigi, baik supragingiva maupun subgingiva. Tujuan utamanya adalah untuk mengembalikan kesehatan gusi dengan cara membuang semua elemen yang menyebabkan radang gusi (plak dan kalkulus) dari permukaan gigi. Instrumentasi telah terbukti sangat mengurangi jumlah mikroorganisme disubgibgival dan dan menyebabkan pergeseran komposisi bakteri di subgingival, dari plak yang tinggi jumlah bakteri gram negatif anaerob menjadi plak yang dihuni oleh bakteri gram positif yang fakultatif anaerob, yaitu flora normal yang terdapat pada gusi sehat. Setelah tibdakan scalling, terjadi penurunan sejumlah besar bakteri yang berbentuk spirochaeta, batang bergerak dan bakteri pathogen seperti Actinobacillus actinomycetemcomitans, porphyromonas gingivalis dan prevotella intermedia dan meningkatnya jumlah bakteri berbentuk kokus. Perubahan komposisi mikrobiota ini dibarengi dengan berkurangnya atau menghilangnya inflamasi secara klinis. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar teknik scalling dapat memberikan hasil yang baik, antara lain : 1. Melakukan pemeriksaan secara teliti pada kalkulus baik letaknya, banyaknya maupun sifatnya. 2. Melihat keadaan jaringan gusi disekeliling kalkulus, misalnya dalamnya saku gusi, warna gusi dan bentuk gusi. 3. Menanyakan keluhan sakit kepada pasien, karena dari keluhan sakit pasien dapat ditentukan apakah pasien menderita penyakit periodontal yang ringan atau berat.



4



4. Mengatur



posisi



operator-pasien,



visibilitas



kedaerah



kerja



dengan



mengatur



pencahayaan, melakukan retraksi bibir, pipi maupun lidah pasien, memegang alat dengan benar, melakukan tumpuan dan melakukan gerakan scalling dengan te[at. 5. Melakukan scalling dalam system bertahap. Maksud dilakukan scalling dengan system bertahap adalah supaya dapat membandingkan antara daerah yang belum dibersihkan dengan daerah yang sudah dibersihkan. Hal ini penting untuk menyadarkan atau memberi pengertian kepada pasien akan pentingnya dilakukan scalling. 2.2 Alat-Alat yang Digunakan pada Tindakan Scalling Alat-alat yang digunakan pada tindakan scalling sering kali terbuat dari baja tahan karat (stainless stell), hal ini dikarenakan bahan tersebut dinilai sangat berkualitas dan memudahkan pekerjaan pada tindakan scalling. Adapun alat-alat yang digunakan pada tindakan scalling antara lain : a. Dental probe Dental probe digunakan untuk mengukur kedalaman saku gusi dan untuk menemukan konfigurasinya. Gambaran umum probe adalah suatu alat yang ujungnya mengerucut atau membulat yang mempunyai batasan-batasan ukuran. Probe WHO mempunyai petanda millimeter dan bola kecil pada ujungnya. Jenis-jenis Periodontal Probe 1. Probe marquis : kalibirasi dalam bagian-bagian 3 mm 2. Probe UNC-15 : probe yang dapat mengukur saku periodontal hingga kedalaman 15 mm, mempunyaitanda tiap mm dan ada pertanda warna pada 5 mm, 10 mm dan 15 mm. 3. Probe University of Michigan “O” mempunyai pertanda mm ke-1,2,3,4,7,8 dan 10 4. Probe University of Michigan “O” dengan pertanda pada mm ke-3,6 dan 8 5. Probe WHO yang mempunyai bola 0,5 mm pada ujungnya dan ada pertanda pada kedalaman 3-5 mm, 8,5 dan 11,5 mm dan ada pertanda warna pada 3,5 sampai 5,5 mm 5



b. Sonde (Eksplorer) Yakni alat yang digunakan untuk mengetahui luas atau batas kalkulus subgingiva dan karies serta mengecek keadaan akar gigi setelah dilakukan root planning. Sonde didesain dengan bermacam-macam bentuk dan lekukan. c. Scaller Scaller adalah alat untuk melakukan pembersihan karang gigi dan untuk melakukan root planning. Scaller mempunyai 2 ukuran, yaitu : (1) scaller yang berukuran besar (makro skeler) digunakan untuk mengambil kalkulus supragingiva, (2) scaller yang berukuran kecil (mikro scaller) digunakan untuk mengambil kalkulus subgingiva. Berdasarkan cara penggunaannya, scaller dibedakan menjadi scaller manual, yang digerakkan dengan tangan biasa dan scaller elektrik, yang diigerakkan dengan tenaga listrik. 1. Scaller manual Terdiri dari : a) Sickle scaller Mempunyai bentuk seperti bulan sabit. Working endnya mempunyai permukaan yang datar dan dua sisi potong yang mengerucut dan membentuk sudut lancip pada ujungnya. Fungsinya untuk mengambil kalkulus supragingiva pada permukaan interdental gigi. b) Curet scaller Mempunyai bentuk seperti sendok. Fungsinya untuk mengambil kalkulus subgingiva, menghaluskan permukaan akar dari jaringan semen yang nekrotik dan jaringan lunak pada dinding pocket. Ada 2 jenisnya curet yaitu : 1) Kuret universal



6



Memiliki sisi potong yang dapat dimasukkan pada sebagian besar area gigi-geligi dengan cara mengubah dan mengadaptasi jari-jari, fulkrum dan posisi tangan operator. Ukuran sisi potong, panjang maupun lekukan lehernya dapat bervariasi, tapi permukaan di antara kedua sisi potongnya membentukvsudut 90° dengan leher yang paling bawah jika dilihat dari ujungnya. Kuret universal pisaunya lurus. 2) Kuret area spesifik Misalnya serangkaian kuret grecey adalah satu set kuret yang terdiri dari beberapa instrumen yang didesain dan diberivlekukan untuk dapat beradaptasi pada area anatomis tertentu pada gigi geligi. Alat ini dan modifikasinya mungkin merupakan alat yang paling tepat untuk melakukan skeling subgingival mupun root planning karena mampu beradaptasi secara maksimal pada berbagai anatomi akar yang beragam. Kuret grecay pisaunya melengkung, digunakan hanya sisi cekungnya. Kuret grecay tersedia dengan nomor-nomor: Grecay #1-2 dan 3-4 : gigi anterior Grecay # 5-6 : gigi anterior dan premolar Grecay #7-8 dan 9-10 : gigi posterior bagian labial dan lingual Grecay # 11-12 : gigi posterior bagian mesial Grecay #13-14 : gigi posterior bagian distal c) Hoe scaller Mempunyai



bentuk



seperti



cangkul.



fungsinya



untuk



meratakan



dan



menghaluskan permukaan akar sehingga bebas dari sisa-sisa kalkulus dan semen. Tangkai pisaunya sedikit membengkok. Tangkai pisau dubuat tipis sehingga memungkinkan masuk lebih dalam mecapai akar gigi tanpa merusak jaringan lunak didekatnya. d) File scaller Mempunyai bentuk seperti kikir. Fungsi utamanya untuk menghancurkan kalkulus yang besar. File dapat menyebbabkan permukaan akar menjadi kasar jika penggunaanya tidak tepat. Alat ini tidak tepat untuk skeling yang halus atau menghaluska permukaan akar. e) Chisel scaller 7



Mempunyai bentuk seperti pahat. Digunakan untuk bagian proximal gigi anterior. Mempunyai bentuk seperti pahat. Chhisel dimasukan dari permukaan labial. Adanya lekukan dibagian tangkainya menyebabkan alat ini stabil ketika masuk ke bagian proximal dan sisi potongnya dapat mencapai kalkulus tanpa membuat takikan pada gigi. Alat diaktifan dengan cara mendorong. f) Wing shape scaller Mempunyai bentuk seperti sayap. Fungsinya untuk membersihkan kalkulus pada bagian buccal/labial dan palatal/lingual. 2. Scaller electric a) Ultra sonic scaller Fungsinya untuk membersihkan deposit gigi dan mengkuret jaringan lunak. Vibrasi ultrasonik dapat digunakan untuk membersihkan deposit gigi dan mwngkuret jaringan lunak. Skeler ini juga dapat digunakan untuk membersihkan stain dan semen gigi dan hati-hati penggunaanya pada restorasi keramik. Sebaknya digunakan untuk membersihkan deposit supragingiva dan subgingiva serta dapat pula untuk membersihkan menyempurnakan skelling yang menggunakan alat manual. Macam-macam alat ultrasonik sceler: 



Hoe insert gunanya untuk kalkulus supragingival dan stain







Universal scaler bentuknya segitiga pada potongan melintang gunanya untuk kalkulus bagian proximal







Fline scaler bentuknya seperti peridontal probe gunanya untuk kalkulus subgingival







Flusing device gunanya untuk menyemprot sulkus gingiva pada kasus-kasus infeksi



b) Super sonic scaller Fungsinya untuk memnersihkan kalkulus pada bagian proximal dan permukaan buccal gigi.



8



2.3 Prinsip Umum Instrumentasi 1. Pencapaian daerah kerja dengan mengatur posisi pasien dan operator Posisi pasien dan operator harus memungkinkan pencapaian yang maksimal pada daerah kerja. Pencapaian daerah kerja yang kurang tepat akan mengurangi ketelitian instrumentasi, membuat operator cepat lelah sehingga mengurangi efektivitas perawatannya. Operator harus duduk dengan nyaman pada kursi perawatan sehingga telapak kakinya rata dengan lantai dan pahanya sejajar dengan lantai. Operator harus dapat melihat daerah kerja sementara ia meluruskan punggungnya dan menarik kepalanya. Pasien ditidurkan telentang dan diatur sedemikian rupa sehingga mulutnya dekat dengan siku operator yang tidak dipakai kerja. 2. Visibilitas, pencahayaan dan retraksi bibir, pipi atau lidah. Jika memungkinkan pandangan langsung dan pencahayaan langsung dari lampu dental unit adalah kodisi yang paling diinginkan. Namun, jika hal tersebut tidak mungkin, pandangan tidak langsung dapat dicapai dengan kaca mulut, dan peceghayaan tidak langsung dapat dicapai dengan memakai kaca mulut untukmerefleksikan cahaya ke arah yang diperlukan. Retraksi



memungkinkan



visibilitas,



ketercapaian



ke



daerah



kerja



dan



pencahayaan. Yang digunakan untuk retraksi adalah jari-jari operator dan atau kaca mulutdan hal ini bergantung juga pada daerah kerja. Kaca mulut dapat digunakan untuk meretraksi pipi atau lidah; jari telunjuk digunakan untuk retraksi bibir atau pipi. 3. Kondisi dan Ketajaman Instrumen Sebelum melakukan instrumentasi, seluruh alat harus dipastikan dalam keadaan bersih, steril, dan dalam kondisi baik. Sisi kerja alat (working instrument), baik yang berbentuk titik maupun yang berbentuk pisau harus tajam supaya efektif. Instrumen yang tajam meningkatkan sensitivitas taktil (raba) dan memungkinkan operator untuk bekerja lebih persisi dan efisien. Jika instrumen tumpul, pengambilan kalkulus tidak akan 9



lengkap dan dapat menimbulkan trauma karena biasanya dibutuhkan tenaga yang berlebih untuk mengkompensasi ketidakefektifan tersebut.



4. Mempertahankan daerah kerja supaya tetap bersih Selain mengusahakan visibilitas yang baik, pencahayaan dan retraksi, instrumentasi dapat terganggu jika daerah kerja tertutup oleh saliva, darah, dan kotoran. Menggenangnya saliva akan mengurangi visibilitas dan mengurangi kontrol karena tumpuan jari tidak cukup kuat pada gigi yang basah dan licin. Saliva dapat disedot dengan saliva ejector, atau jika operator didampingi asisten, dengan suction berdiameter besar. 5. Stabilisasi instrumen Stabilisasi instrumen dan tangan adalah syarat utama untuk mengontrol instrumentasi. Stabilisasi dan kontrol penting untuk tercapainya instrumentasi yang efektif dan menghindari kecelakaan pada pasien maupun operator. Dua faktor yang berperan untuk tercapainya stabilitas adalah cara memegang alat dan tumpuan. 6. Cara memegang alat Cara yang paling efektif dan stabil untuk memegang semua alat periodontal adalah modifikasi pen grasp karena cara ini memungkinkan kontrol yang paling besat dalam melakukan instrumentasi di dalam mulut. Pada modifikasi pen grasp, ibu jari, telunjuk, dan jari tengah digunakan untuk memegang alat, tapi jari tengah diletakkan sedemikian rupa sehingga sisa bantalannya yang dekat dengan kuku menyandar pada leher instrumen. Jari telunjuk dibengkokkan pada ruas sendi yang kedua dari ujung jari dan letaknya akan di atas jari tengah pada instrumen tersebut. Bantalan ibu jari akan terletak di antara jari tengah dan jari telunjuk pada sisi pegangan alat yang berlawanan. 7. Tumpuan



10



Tumpuan jari membuat stabil tangan dan instrumen dengan bertindak sebagai fulkrum ketika mengaktifkan instrumen. Tumpuan yang baik akan mencegah kecelakaan dan perlekukan pada gingival dan jaringan lunak di sekitar gigi. Tumpuan secara umum dibedakan menjadi tumpuan intraoral dan ekstraoral. Tumpuan intraoral pada permukaan gigi, idealnya diletakkan dekat dengan daerah yang diskeling. Variasi tumpuan intraoral maupun ekstraoral dilakukan jika sudut yang baik dan luas gerakan tidak dapat tercapai karena meletakkan tumpuan dekat dengan daerah kerja. Contoh – contoh berikut menggambarkan berbagai variasi tumpuan jari intraoral. 1. Konvensional : tumpuan jari diletakkan pada permukaan gigi yang berdekatan dengan daerah kerja yang diskeling 2. Cross arch : tumpuan jari diletakkan pada permukaan gigi pada sisi yang berlawanan tapi pada rahang yang sama. 3. Opposite arch : tumpuan jari diletakkan pada permukaan gigi pada rahang yang berlawanan (misalnya tumpuan jari pada gigi rahangbawah untuk instrumentasi gigi rahang atas) 4. Finger on finger : Tumpuan jari diletakkan pada jari telunjuk atau ibu jari tangan yang tidak mengerjakan skeling. Fulkrum ekstra oral penting untuk efektivitas skeling pada beberapa gigi posterior rahang atas. Jika dilakukan dengan tepat, tumpuan ini memungkinkan pencapaian dan sudut optimal sehingga tercapai stabilitas. Fulkrum ekstraoral bukan merupakan “ tumpuan jari ”, karena bagian muka atau punggung jari diletkkan pada wajah pasien untuk mendapatkan stabilisasi. Dua macam fulkrum ekstraoral yang paling sering digunakan adalah : 1. Palm up : fulkrum up dilakukan dengan cara menyandarkan punggung jari tengah dan jari manis pada kulit wajah di sisi lateral mandibula pada sisi kanan wajah 2. Palm down : fulkrum palm down dilakukan dengan cara meletakkan ujung jari tengah dan jari manis pada kulit wajah di sisi lateral mandibula pada sisi kiri wajah.



11



Aktivasi instrumen ( gerakan skleing) 1. Adaptasi Adapatasi adalah cara bagaimana sisi potong (working end) skeler ditempatkan pada permukaan gigi. Tujuan dari adaptasi alat adalah supaya instrumen tersebut menyentuh dengan maksimal pada kontur gigi. Operator harus melakukan adaptasi yang tepat drai tiap intsrumen yang dipakainya untuk menghindari trauma pada jaringan lunak maupun permukaan akar dan untuk memastikan terjadinya instrumentasi yang efektif dan maksimal. Adapatsi dapat dicapai dengan cara memutar pegangan alat dengan hati – hati dengan ibu jari terhadap jari telunjuk dan jari tengah. Hal ini akan sedikit memutar alat sehingga ujung hingga pertengahan working end mencapai kecekungan permukaan gigi dan mengitari kecembungan gigi. 2. Angulasi Angulasi adalah sudut antara permukaan sisi potong alat dengan permukaan gigi. Angulasi sering disebut sebagai relasi gigi – gigi potong skeler. Angulasi yang benar penting untuk membuang kalkulus. Untuk alat – alat yang masuk ke dalam subgingival misalnya kuret, angulasi seharusnya mencapai 0 derajat atau yang mendekati 0 derajat. Ujung alat dapat masuk ke dalam dasar saku lebih mudah dengan angulasi demikian. Selama skeling dan root planning, angulasi optimal adalah anatar 45 - 90⁰. Angulasi sisi potong skeler bergantung pada jumlag dan sifat kalkulus, prosedur yang dilakukan, dan kondisi jaringan lunak di sekitarnya. Jika kalkulusnya banyak dan melekat kuat, selama gerakan menarik, angulasi lebih baik kurang dari 90⁰ sehingga sisi potong alat akan “menggigit” kalkulus. Pada angulasi yang kurang dari 45⁰, sisi potong kurang dapat mengambil kalkulus, sebaliknya hanya akan meluncur di atas kalkulus dan menghalusknanya. Jika ingin melakukan kuretase gusi, angulasi alat harus lebih dari 90⁰ sehingga sisi potong alat akan mnyentuh dan menghilangkan dinding saku gusi yang nekrotik.



12



3. Tarikan Atau Tekanan Ada 3 jenis tarikan atau tekanan yang digunakan selama instrumentasi, yaitu : (1) tekanan eksplorasi; (2) tarikan skeling, dan (3) tarikan root planning. Masing – masing tarikan tersebut dapat daiktivasi dengan gerakan menarik atau mendorong dalam arah vertikal, horizontal maupun oblik (miring). a. Tekanan eksplorasi Adalah tekanan ringan pada pemakaian probe maupun eksplorer untuk menilai kedalaman poket maupun untuk mendeteksi kalkulus dan iregularitas permukaan gigi. Instruemen dipegang dengan ringan dan diadaptasikan dengan tekanan ringan untuk mendapat sensitivitas taktil perabaan yang maksimal. b. Tarikan skeling Adalah tarikan pendek dan kuat menggunakan alat tajam untuk menghilangkan kalkulus supra dan subgingival. Sisi potong alat menyentuh batas apikal kalkulus dan melepaskannya dengan gerakan yang kuat mengarah ke koronal. gerakan skeling seharusnya di awali di lengan bawah dan diteruskan dari pergelangan tangan pada telapak tangan dan menggerakkan dengan lentur jari – jari tangan. c. Tarikan root planning Adalah tekanan maupun tarikan dengan kekuatan ringan hingga sedang untuk menghaluskan dan meratakan permuakaan akr gigi. Walaupun skeler hoe,file ,maupun alat ultrasonik telah digunakan untuk tujuan ini,kuret tetap merupakan alat yang paling efektif dan tepat untuk prosedur root planning. 2.4 Teknik Scalling Supragingival dan Subgingival Kalkulus a. teknik scalling supragingival kalkulus, dikerjakan dengan cara : 1. Alat dipegang dengan modifikasi pen graps. 2. Sandaran jari dilakukan pada gigi tetangga atau tempat tumpuan lainnya. 3. Sisi pemotong mata scaler ditempatkan pada tepi apical kalkulus. Mata scaler diadaptasikan kepermukaan gigi membentuk angulasi 45-90. 13



4. Dengan tekanan lateral yang kuat, dilakukan serangkaian tarikan scaler yang pendek bertumpang tindih ke koronal dalam arah vertical dan oblik. 5. Tekanan lateral berangsur-angsur dikurangi sampai diperoleh permukaan gigi yang terbebas dari kalkulus. b. teknik scalling subgingival kalkulus, dikerjakan dengan cara : 1. Alat dipegang dengan modifikasi pen graps 2. Sandaran jari dilakukan pada gigi tetangga atau tempat bertumpu lain 3. Pilih sisi pemotong yang sesuai 4. Sisi pemotong diadaptasi kepermukaan gigi dengan angulasi 45-90. Dengan tekanan lateral yang kuat, dilakukan serangkaian sapuan penskeleran yang pendek secara terkontrol, bertumpang tindih dalam arah vertical dan oblik. 5. Instrumentasi dianjurkan dengan serangkaian sapuan penyerutan akar yang panjang bertumpang tindih dimulai dengan tekanan lateral sedang dan diakhiri dengan tekanan lateral ringan. 6. Instrumentasi pada permukaan proksimal dibawah daerah kontak harus dilakukan dengan cara mengatur bagian bawah tangkai kuret sejajar dengan sumbu panjang gigi.



2.5 Kontrol Sakit dan Perdarahan Gusi Saat Scalling Resiko yang timbul pada saat scalling dapat berupa rasa sakit dan perdarahan gusi. Ketidaknyamanan ini sebaiknya diberitakan kepada pasien dan diantisipasi selama instrumentasi. Adaptasi atau angulasi sisi potong scaler yang tidak baik menyebabkan trauma yang dapat mengakibatkan meningkatnya rasa sakit dan perdarahan sehingga penting untuk menetapkan prinsip-prinsip teknik instrumentasi baik. Perdarahan gusi sering kali tidak dapat dihindari sebagai akibat dari instrumentasi subgingiva. Jika jaringan gusi mengalami inflamasi, perdarahan gusi lebih disebabkan oleh ulserasi epitel saku. Jumlah perdarahan seimbang dengan tingkat inflamasi. Darah dan kotoran akan mengganggu pandangan dan harus dibersihkan dari lapangan kerja dengan suction, tampon atau aliran air. 14



2.6 Evaluasi Tindakan Scalling Ketepatan prosedur scalling dievaluasi selama prosedur scalling dilakukan maupun sesudahnya setelah terjadi penyembuhan jaringan lunak. Perabaan harus dilakukan segera setelah instrumentasi, juga dengan cara visual dengan pencahayaan yang optimal dengan bantuan kaca mulut setelah dibersihkan dengan aliran air. Perabaan dilakukan dengan sonde. Permukaan gigi disubgingiva harus keras dan licin, karena jika dibersihkan secara menyeluruh, sementum yang bersih akan menjadi tempat perlekatan serat-serat baru antara sementum dan jaringan lunak yang berdekatan. Halusnya permukaan gigi dan akar gigi adalah kriteria evaluasi yang cepat dari pekerjaan scalling. Evaluasi menyeluruh didasarkan pada respon jaringan.



15



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Scalling merupakan suatu proses membuang plak dan kalkulus dari permukaan gigi, baik supragingiva maupun subgingiva. Tujuan utamanya adalah untuk mengembalikan kesehatan gusi dengan cara membuang semua elemen yang menyebabkan radang gusi (plak dan kalkulus) dari permukaan gigi. Adapun alat-alat yang digunakan pada tindakan scalling yaitu dental probe; sonde; scaller manual (hoe scaller, chisel scaller, sickle scaller, wingshape scaller, dan file scaller) dan scaller elektic (ultrasonic scaller dan super sonic scaller). Pada saat melakukan tindakan scalling teknik kerja yang dilakukan pada kalkulus supragingiva berbeda dari kalkulus subgingiva. Prinsip-prinsip umum instrumentasi yaitu Pencapaian daerah kerja dengan mengatur posisi pasien dan operator, Visibilitas, pencahayaan dan retraksi bibir, pipi atau lidah, Kondisi dan Ketajaman Instrumen dan Mempertahankan daerah kerja supaya tetap bersih.



3.2 Saran Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini, maka penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari dosen dan pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.



16



DAFTAR PUSTAKA



Hiranya Putri Megananda 2015. Ilmu penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. EGC : Jakarta



17