Makalah SDLC [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Rekayasa Perangkat Lunak 3



DISUSUN OLEH NAMA : MURLI MIRZA NIM : 1690343090 KELAS : TMJ 3.D



JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMPUTER PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA KOMPUTER JARINGAN POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE TAHUN 2018



KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga saya dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang bertema “System Development Life Cycle (SDLC)” pada mata Kuliah Rekayasa Perangkat Lunak 3. Saya dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu saya sangat menghargai akan saran dan kritik dari bapak untuk membangun makalah ini supaya lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.



Lhokseumawe, 20 Desember 2018



DAFTAR ISI COVER.................................................................................................................... i KATA PENGANTAR............................................................................................ ii DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang.......................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan..................................................................1 1.4 Tujuan.....................................................................................................2 1.5 Tinjauan Pustaka....................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3 2.1 Pengertian SDLC...................................................................................3 2.2 Tahapan dalam SDLC............................................................................3 2.3 Model Waterfall.....................................................................................8 2.4 Model Prototyping...............................................................................11 2.5 Model RAD..........................................................................................13 2.6 Model Iterative.....................................................................................16 BAB III PENUTUP...............................................................................................20 3.1 Kesimpulan..........................................................................................20 3.2 Saran....................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Dalam dunia teknologi sekarang pengembangan dalam bidang informatika



telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dengan perkembangan ini, dalam bidang informatika tidak hanya pengembangan program perangkat lunak saja, melainkan pengambangan dalam bidang suatu permodelan yang bersifat komplek. Dalam pembuatan sebuah perangkat lunak yang haruslah memiliki Teknik analisa kebutuhan dan teknik permodelan yang baik, supaya terwujudnya suatu perangkat lunak yang baik. Dengan hal tersebut maka diperlukan suatu pengenalan mengenai permodelan dalam suatu pembangunan suatu Perangkat Lunak (Software). Terdapat banyak permodelan mengenai pembangunan suatu Perangkat lunak seperti SDLC. Yang dimana dari model ini memiliki macam macam model lainnya. Berdasarkan tugas yang saya peroleh, saya hanya membatasi penjelasan mengenai permodelan ini, hanya memberikan konsep mengenai model dari SDLC yang mencakup model Waterfall, Prototype, RAD dan Iteratif. 1.2.



Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan yang terdapat pada latar belakang masalah diatas,



saya dihadapkan untuk menganalisa mengenai konsep dari permodelan perangkat lunak yakni System Development Life Cycle (SDLC) yang mencakupi Waterfall, Prototype, RAD dan Iteratif. 1.3.



Ruang Lingkup Pembahasan Dalam makalah yang saya buat ini, saya hanya akan membahas secara



khusus mengenai konsep dari permodelan perangkat lunak yakni System Development Life Cycle (SDLC) yang mencakupi Waterfall, Prototype, RAD dan Iteratif. 1.4.



Tujuan



Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah : 1. Untuk memenuhi tugas makalah dari mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak 3. 2. Memahami lebih mendalam akan konsep permodelan SDLC baik dalam hal, penjelasan, cara kerja, kekurangan, dan kelebihan. 1.5.



Tinjauan Pustaka Hanif Al Fatta M.kom menjelaskan dalam penilitiannya bahwa Beberapa



pendekatan pengembangan system diperkenalkan untuk mengatasi kelemahan pada metode SDLC. Masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Metode re-usable misalnya sangat cocok untuk pengembangan system dimana kita sudah memiliki system yang similar. Sedangkan prototyping sangat tepat untuk pengembangan system dengan durasi proyek yang sangat pendek. Dengan mengetahui beberapa pendekatan ini kita bisa memilih metode yan paling tepat untuk mengembangkan sistem sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Beberapa tool seperti CASE bisa juga digunakan untuk mempermudah pengembangan sistem informasi yang kita lakukan. Beberapa pendekatan pengembangan system diperkenalkan untuk mengatasi kelemahan pada metode SDLC. Masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Metode re-usable misalnya sangat cocok untuk pengembangan system dimana kita sudah memiliki system yang similar. Sedangkan prototyping sangat tepat untuk pengembangan system dengan durasi proyek yang sangat pendek. Dengan mengetahui beberapa pendekatan ini kita bisa memilih metode yan paling tepat untuk mengembangkan sistem sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Beberapa tool seperti CASE bisa juga digunakan untuk mempermudah pengembangan sistem informasi yang kita lakukan.



Dalam peilitian ini saya menjelaskan dan menganalisa mengenai konsep dari permodelan perangkat lunak yakni System Development Life Cycle (SDLC) yang mencakupi Waterfall, Prototype, RAD dan Iteratif.



BAB II



PEMBAHASAN



2.1 Pengertian SDLC System Development Life Cycle (SDLC) adalah proses yang digunakan oleh analis sistem untuk mengembangkan sistem informasi mulai dari perencanaan, pentuan kebutuhan, perancangan, validasi, sampai pelatihan, dan penyerahan kepada konsumen. SDLC merupakan alur kerja yang biasa dipakai oleh perusahaanperusahaan



vendor



software



dalam



mengembangkan



software



aplikasi



produksinya. SDLC tidak hanya penting untuk proses produksinya softwarenya saja, namun terlebih juga penting untuk proses maintenance software itu sendiri. 2.2 Tahapan dalam SDLC Setiap pengembang mempunyai strategi yang berlainan, namun demikian, pada dasarnya siklus hidup pengembangan sistem informasi terdapat 5 (lima) tahapan, yaitu : 1. Perencanaan Sistem (Systems Planning) 2. Analisis Sistem (System Analysis) 3. Perancangan Sistem (System Design) 4. Implementasi Sistem (System Implementation) 5. Penggunaan sistem (System Utilization) 2.2.1. Tahap Perencanaan Sistem Perencanaan sistem merupakan tahap paling awal yang memberikan pedoman dalam melakukan langkah selanjutnya. Perencanaan sistem dapat terdiri: perencanaan jangka pendek meliputi periode 1 s/d 2 tahun dan perencanaan jangka panjang meliputi periode sampai dengan 5 tahun. Perencanaan sistem biasanya ditangani oleh staf perencanaan system Proses Perencanaan Sistem dapat dikelompokkan dalam 3 proses utama yaitu :



a. Merencanakan proyek-proyek sistem yang dilakukan oleh staf perencana sistem. b. Menentukan proyek-proyek sistem yang akan dikembangkan dan dilakukan oleh komite pengarah. c. Mendefinisikan proyek-proyek sistem dikembangkan dan dilakukan oleh analis system. 2.2.2. Tahap Analisis Sistem Analisis Sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatankesempatan, hambatan-hambatan yangterjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkanperbaikan-perbaikan. Tahap analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan di dalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap selanjutnya langkah-langkah di dalam tahap analisis sistem hampir sama dengan langkah-langkahyang dilakukan dalam mendefinisikan proyek-proyek sistem yang akan dikembangkan ditahap perencanaan sistem. Perbedaannya pada analisis sistem ruang lingkup tugasnya lebih terinci. Didalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harusdilakukan oleh Analis Sistem Yaitu : a. Identify, yaitu mengidentifikasikan masalah, mengindentifikasikan penyebab



masalah;



mengidentifikasikan



titik



keputusan;



mengidentifikasikan personil-personil kunci. b. Understand yaitu memahami kerja dari sistem yang ada, menentukan jenis penelitian; merencanakan jadual penelitian; Mengatur jadual wawancara; Mengatur jadual observasi; Mengatur jadual pengambilan sampel; Membuat penugasan penelitian; Membuat agenda wawancara; Mengumpulkan hasil penelitian. c. Analyze Yaitu Menganalis Sistem, Menganalisis kelemahan Sistem; Menganalisis kebutuhan Informasi pemakai / manajemen.



d. Report yaitu membuat laporan hasil analisis yang tujuannya : Memberi laporan bahwa analisis telah selesai dilakukan; Meluruskan kesalahpengertian mengenai apa yang telah ditemukan dan dianalisis oleh analis sistem tetapi tidak sesuai menurut manajemen; Meminta pendapat-pendapat dan saran-saran dari pihak manajemen; Meminta persetujuan kepada pihak manajemen untuk melakukan tindakan selanjutnya. 2.2.3. Tahap Perancangan Sistem Tahap perancangan sistem ini mempunyai



tujuan utama yaitu



untuk



memenuhi kebutuhan kepada pemakai sistem; untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada pemrogram komputer dan ahli-ahli teknik lainnya yang terlibat. Tahap perancangan sistem merupakan tahap penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Untuk sistem berbasis komputer biasanya dalam rancangan ada spesifikasi jenis peralatan yang akan digunakan. Adapun langkah-langkah dalam tahap perancangan sistem ini tahaptahapnya meliputi : a. Menyiapkan rancangan sistem yang terinci: analis bekerja sama dengan pemakai dan mendokumentasikan rancangan sistem baru dengan alat-alat yang telah dijelaskan dalam modul teknis. Penggambaran dilakukan dari yang besar dan secara bertahap secara rinci dengan pendekatan top-down dan ini biasanya dilakukan untuk rancangan terstruktur (structured design). b. Mengidentifikasikan berbagai alternatif konfigurasi sistem: analis harus mengidentifikasikan konfigurasi (bukan merek atau model) peralatan komputer yang akan memberikan hasil terbaik bagi system untuk menyelesaikan pemrosesan. c. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem: analis bekerja bersama manajer mengevaluasi berbagai alternatif dan dipilih yang



paling memungkinkan subsistem memenuhi kriteria kinerja, dengan kendala-kendala yang ada. d. Memilih konfigurasi yang terbaik: analis mengevaluasi semua konfigurasi subsistem dengan menyesuaikan kombinasi peralatan sehingga semua subsistem menjadi satu konfigurasi tunggal. Setelah dianalisis kemudian direkomendasikan kepada manajer untuk disetujui. Persetujuan dilakukan oleh Komite pengarah SIM. e. Menyetujui



usulan



penerapan:



analisis



menyiapkan



usulan



penerapan yang mengikhtisarkan tugas-tugas penerapan yang harus dilakukan, keuntungan yang diharapkan dan biayanya. f. Menyetujui atau menolak penerapan sistem: jika keuntungan dari sistem melebihi biayanya, penerapan akan disetujui. 2.2.4. Tahap Implementasi Sistem Implementasi sistem merupakan kegiatan untuk memperoleh dan mengintegrasikan sumberdaya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yangbekerja. Adapun langkah-langkah dalam tahap implementasi sistem ini meliputi : a. Merencanakan penerapan sebelum sistem baru digunakan, manajer dan spesialis informasi memahami dengan baik pekerjaan yang diperlukan untuk menerapkan rancangan sistem. b. Mengumumkan penerapan proyek penerapan diumumkan kepada para pegawai dengan cara yang sama seperti penelitian sistem. Tujuannya untuk menginformasikan pegawai mengenai keputusan untuk menerapkan sistem baru dan meminta kerjasama pegawai. c. Mendapatkan sumberdaya perangkat keras: rancangan sistem di sediakan bagi para pemasok berbagai jenis peralatan komputer yang terdapat pada konfigurasi yang disetujui. Setiap pemasok diberikan request for proposal (RFP). d. Mendapatkan sumberdaya perangkat lunak: dapat membuat sendiri oleh programmer dari dokumen yang disiapkan analis sistem atau



menggunakan perangkat lunak aplikasi jadi (prewritten application software). e. Menyiapkan database: DBA bertanggung jawab untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan data, dan ini mencakup persiapan database. f. Menyiapkan fasilitas fisik: fasilitas di sini adalah lantai yang ditinggikan, pengendalian suhu ruangan dan kelembaban khusus, keamanan, peralatan pendeteksi api dan pemadam kebakaran, dsb. g. Mendidik peserta dan pemakai: baik peserta (operator pemasukan data, pegawai coding, dan administrasi) dan pemakai harus dididik tentang peran mereka dalam sistem. Pendidikan sebaiknya setelah siklus hidup dimulai, tepat sebelum bahan-bahan yang dipelajari mulai diterapkan. h. Masuk ke sistem baru: proses menggantikan sistem lama ke system baru disebut cutover. Ada 4 pendekatan dasar: percontohan (pilot project), serentak, bertahap, dan paralel. 2.2.5. Tahap Penggunaan Sistem langkah – langkah penggunaan sistem ( System Implementation ) adalah : a. Menggunakan sistem. Pemakai menggunakan sistem untuk mencapai tujuan yang di identifikasikan pada tahap perencanaan. b. Audit sistem. Penelitian apakah sistem baru memenuhi kriteria kinerja. Studi ini disebut “penelaahan setelah penerapan” (post implementation). c. Memelihara sistem. Selama manajer menggunakan sistem, berbagai modifikasi dibuat sehingga sistem terus memberikan dukungan yang diperlukan. Modifikasi ini disebut pemeliharaan sistem. Ada tiga alasan



untuk



pemeliharaan:



Memperbaiki



kemutakhiran system dan Meningkatkan sistem. 2.3. Model Waterfall



kesalahan;



Menjaga



Model waterfall adalah proses pengembangan perangkat lunak tradisional yang umum digunakan dalam proyek-proyek perangkat lunak yang paling pembangunan. Ini adalah model sekuensial, sehingga penyelesaian satu set kegiatan menyebabkan dimulainya aktivitas berikutnya. Hal ini disebut waterfall karena proses mengalir "secara sistematis dari satu tahap ke tahap lainnya dalam mode ke bawah. Membentuk kerangka kerja untuk pengembangan perangkat lunak. Beberapa varian dari model ada, setiap label yang berbeda menggunakan untuk setiap tahap. Secara umum, bagaimanapun, model ini dianggap memiliki enam tahap yang berbeda seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1 yaitu: analisis Kebutuhan, desain, implementasi, verifikasi, instalasi dan pemeliharaan. 2.3.1. Tahapan-Tahapan Model Waterfall



Gambar 2.1 Tahap-tahap Model Waterfall



1. Kebutuhan berbasis Pengujian Tahap ini melibatkan pengumpulan informasi mengenai solusi akhir dari kebutuhan pelanggan pelanggan dan pemahaman. Ini melibatkan definisi yang jelas tentang tujuan pelanggan, harapan terhadap proyek dan masalah produk akhir diharapkan untuk memecahkan. 2. Desain



Tahap desain melibatkan mendefinisikan perangkat keras dan perangkat lunak arsitektur, menentukan kinerja dan parameter keamanan, merancang kontainer penyimpanan data dan kendala, memilih IDE dan bahasa pemrograman, dan menunjukkan strategi untuk menghadapi masalah-masalah seperti penanganan eksepsi, pengelolaan sumber daya dan konektivitas antarmuka. 3. Implementasi Di sinilah perkembangan aktual sistem terjadi sesuai dengan spesifikasi desain. Langkah ini dilakukan oleh pengembang, desainer interface dan stakeholder lainnya dengan menggunakan alat seperti compiler, debugger, penerjemah dan editor media. Output dari langkah ini adalah komponen produk satu atau lebih yang dibangun berdasarkan standar yang telah ditetapkan coding dan perbaikan, pengujian dan terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan arsitektur system. 4. Pengujian: Verifikasi dan Validasi Pada fase ini kedua komponen individu dan solusi terintegrasi yang diverifikasi untuk melihat itu adalah bug gratis dan memenuhi spesifikasi kebutuhan perangkat lunak. Tester adalah stakeholder yang terlibat dalam fase model. Uji kasus ditulis untuk mengevaluasi apakah sistem sepenuhnya atau sebagian memenuhi persyaratan sistem. Pengujian dapat dikategorikan ke dalam unit testing (dilakukan pada modul tertentu kode), sistem pengujian (untuk melihat bagaimana sistem bereaksi ketika semua modul yang terintegrasi) dan penerimaan pengujian (dilakukan dengan atau nama pelanggan untuk melihat apakah semua kebutuhan pelanggan puas). Cacat yang ditemukan pada tahap ini diberikan sebagai umpan balik kepada para pengembang yang pada gilirannya memperbaiki masalah.



5. Maintenance



a. Instalasi Langkah ini melibatkan penyusunan sistem atau produk untuk instalasi dan penggunaan di lokasi pelanggan. Pengiriman produk dilakukan melalui internet atau melalui metode fisik. Sejumlah revisi biasanya ditandai samping diserahkan untuk memfasilitasi update atau perubahan pada tahap berikutnya. b.



Pemeliharaan Tahap ini melibatkan membuat modifikasi pada sistem atau komponen individu untuk mengubah atribut atau meningkatkan kinerja system.



2.3.2. Keuntungan dari Model Waterfall 1. Kualitas dari sistem lebih baik. Ini dikarenakan oleh pelaksanaannya secara bertahap. Sehingga tidak terfokus pada tahapan tertentu. 2. Document pengembangan system sangat terorganisir, karena setiap fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya. Jadi setiap fase atau tahapan akan mempunyai dokumen tertentu. 3. Metode ini masih lebih baik digunakan walaupun sudah tergolong kuno, daripada menggunakan pendekatan asal-asalan. Selain itu, metode ini juga masih masuk akal jika kebutuhan sudah diketahui dengan baik. 2.3.3. Kekurangan dari Model Waterfall 1. Diperlukan majemen yang baik, karena proses pengembangan tidak dapat dilakukan secara berulang sebelum terjadinya suatu produk. 2. Kesalahan kecil akan menjadi masalah besar jika tidak diketahui sejak awal pengembangan yang berakibat pada tahapan selanjutnya. 3. Pelanggan sulit menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga tidak dapat mengakomodasi ketidak pastian pada saat awal pengembangan. 4. Pelanggan harus sabar, karena pembuatan perangkat lunak akan dimulai ketika tahap desain sudah selesai. Sedangkan pada tahap sebelum desain bisa memakan waktu yang lama.



5. Pada kenyataannya, jarang mengikuti urutan sekuensial seperti pada teori. Iterasi sering terjadi menyebabkan masalah baru. 2.4. Model Prototyping Prototype adalah proses membangun sebuah sistem dalam sebuah model. Dalam pengertian sistem informasi prototype digunakan untuk membantu sistem desain yang akan dibangun sistem informasi secara intitusi dan mudah diubah untuk end user, prototipe merupakan bagian dari proses iterative phase analisa dari metodologi SDLC (Sistem Development Life Cycle). 2.4.1. Cara Kerja Prototipe 1. Pengumpulan kebutuhan Developer dan klien akan bertemu terlebih dahulu dan kemudian menentukan tujuan umum, kebutuhan yang diketahui dan gambaran bagian-bagian yang akan dibutuhkan berikutnya. 2. Perancangan Perancangan dilakukan dengan cepat dan rancangan tersebut mewakili semua aspek software yang diketahui, dan rancangan ini menjadi dasar pembuatan prototype. 3. Evaluasi Prototype Klien akan mengevaluasi prototype yang dibuat dan digunakan untuk memperjelas kebutuhan software. 2.4.2. Tahapan-Tahapan Model Prototipe



Gambar 2.2 Tahap-tahap Model Prototipe Selain itu, untuk memodelkan sebuah perangkat lunak dibutuhkan beberapa tahapan di dalam proses pengembangannya. Tahapan inilah yang akan menentukan keberhasilan dari sebuah software itu. Pengembang perangkat lunak



harus memperhatikan tahapan dalam metode prototyping agar software finalnya dapat diterima oleh penggunanya. Dan tahapan-tahapan dalam prototyping tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan kebutuhan Pelanggan dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format dan kebutuhan keseluruhan perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat. 2. Membangun prototyping Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berpusat pada penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan contoh outputnya). 3. Evaluasi protoptyping Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah dibangun sudah sesuai dengan keinginan pelanggan. Jika sudah sesuai maka langkah keempat akan diambil. Jika tidak, maka prototyping diperbaiki dengan mengulang langkah 1, 2 , dan 3. 4. Mengkodekan system Dalam tahap ini prototyping yang sudah disepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang sesuai. 5. Menguji system Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, harus dites dahulu sebelum digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis Path, pengujian arsitektur dan lain-lain. 6. Evaluasi Sistem Pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang diharapkan . Jika sudah, maka langkah ketujuh dilakukan, jika belum maka mengulangi langkah 4 dan 5. 7. Menggunakan system Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap untuk digunakan. 2.4.3. Keuntungan dari Model Prototipe 1. Mengurangi waktu dalam pengembangan sistem. 2. Mengurangi dan efisiensi dalam biaya. 3. Kebutuhan user akan dipenuhi disini, karena dengan proses iterasi semua kebutuhan user akan diketahui semua dengan adanya feedback dari user.



4. Dengan adanya feedback dari user, secara iterasi kebutuhan akan kedepannya dapat direncanakan, selain itu user dan developer dapat mengetahui project secara jelas dan tepat. 2.4.4. Kekurangan dari Model Prototipe 1. Hasil analisa tidak detail karena hanya mengenai pembahasan yang sedang difokuskan dengan user. Tidak ketahap selanjutnya. 2. Pengembang menjadi berfokuskan pada prototype yang telah dibuat. 3. Pengembangan sistem dapat menjadi lama dalam penyelesainnya. 4. User akan terlalu mengharapkan sistem yang sama yang ada di prototype.



2.5. Model RAD (Rapid Application Development) Model RAD (Rapid Application Development) merupakan metode pengembangan sistem secara linear sequential yang menekankan pada siklus pengembangan yang sangat singkat. Jika kebutuhan dipahami dengan baik, proses RAD memungkinkan tim pengembangan menciptakan “sistem fungsional yang utuh” dalam periode waktu yang sangat pendek (kira-kira 60-90 hari). Pemakai sistem dapat mendefinisikan kebutuhan perangkat lunak dengan baik. Pemakai sistem bersedia meluangkan waktu yang cukup untuk berkomunikasi intensif dengan pengembang sehubungan dengan pengembangan perangkat lunak



2.5.1. Tahapan-Tahapan Model RAD



Gambar 2.3 Tahap-tahap Model RAD Model RAD menekankan pada tahap-tahap berikut : 1. Business modeling Pada tahap ini, aliran informasi (information flow) pada fungsi-fungsi bisnis dimodelkan untuk mengetahui informasi apa yang mengendalikan proses bisnis, informasi apa yang hasilkan, siapa yang membuat informasi itu, kemana saja informasi mengalir, dan siapa yang mengolahnya. 2. Data modeling Aliran informasi yang didefinisikan dari business modeling, disaring lagi agar bisa dijadikan bagian-bagian dari objek data yang dibutuhkan untuk mendukung bisnis tersebut. Karakteristik (atribut) setiap objek ditentukan beserta relasi antar objeknya. 3. Process modelling Objek-objek data yang didefinisikan sebelumnya diubah agar bisa menghasilkan aliran informasi untuk diimplementasikan menjadi fungsi bisnis.



Pengolahan



deskripsi



dibuat



untuk



menghapus, atau mengambil kembali objek data.



menambah,



merubah,



4. Application generation RAD bekerja dengan menggunakan fourth generation techniques (4GT). Sehingga pada tahap ini sangat jarang digunakan pemrograman konvensional menggunakan bahasa pemrograman generasi ketiga (third generation programming languages), tetapi lebih ditekankan pada reuse komponen-komponen (jika ada) atau membuat komponen baru (jika perlu). Dalam semua kasus, alat bantu untuk otomatisasi digunakan untuk memfasilitasi pembuatan perangkat lunak. 5. Testing and turnover Karena menekankan pada penggunaan kembali komponen yang telah ada



(reuse),



sebagian



komponen-komponen



tersebut



sudah



diuji



sebelumnya. Sehingga mengurangi waktu testing secara keseluruhan. Kecuali untuk komponen-komponen baru. 2.5.2. Keuntungan dari Model RAD RAD mempunyai keuntungan yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sangat berguna dilakukan pada kondisi user tidak memahami kebutuhankebutuhan



apa



saja



yang



digunakan



pada



proses



pengembangan perangkat lunak. 2. RAD mengikuti tahapan pengembangan sistem sepeti umumnya, tetapi mempunyai kemampuan untuk menggunakan kembali komponen yang ada (reusable object) sehingga pengembang tidak perlu membuat dari awal lagi dan waktu lebih singkat berkisar antara 60 hari90 hari. 3. Karena mempunyai kemampuan untuk menggunakan komponen yang sudah ada dan waktu yang lebih singkat maka membuat biaya menjadi lebih rendah dalam menggunakan RAD.



2.5.3. Kekurangan dari Model Metode RAD



1. Untuk proyek dengan skala besar, RAD membutuhkan sumber daya manusia yang cukup untuk membentuk sejumlah tim RAD. 2. RAD membutuhkan pengembang dan pemakai yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan aktivitas melengkapi sistem dalam kerangka waktu yang singkat. 3. Akan menimbulkan masalah jika sistem tidak dapat dibuat secara modular. 4. RAD tidak cocok digunakan untuk sistem yang mempunyai resiko teknik yang tinggi. 5. Proyek akan menemukan kendala bila Tim pengembang gagal menentukan pemodel data (Kesulitan Integrasi sistem) .



2.6. Model Iterative Merupakan model pengembangan sistem yang bersifat dinamis dalam artian setiap tahapan proses pengembangan sistem dapat diulang jika terdapat kekurangan atau kesalahan. Setiap tahapan pengembangan system dapat dikerjakan berupa ringkasan dan tidak lengkap, namun pada akhir pengembangan akan didapatkan sistem yang lengkap pada pengembangan system. Iterative Development berarti menciptakan versi yang lebih fungsional dari sebuah system dalam siklus pembangunan pendek. Setiap versi ditinjau dengan klien untuk menghasilkan persyaratan untuk membuat versi berikutnya. Proses ini diulang sampai semua fungsionalitas telah dikembangkan. Panjang ideal iterasi adalah antara satu hari (yang lebih dekat dengan Metodologi Agile) dan tiga minggu. Setiap siklus pengembangan memberikan pengguna kesempatan untuk memberikan umpan balik,memperbaiki persyaratan, dan kemajuan melihat (dalam pertemuan sesi fokus grup). Hal ini akhirnya pembangunan berulang yang memecahkan masalah yang melekat dalam metodologi fleksibel dibuat pada 1970an. 2.6.1. Tahapan-Tahapan Model Iterativ



Gambar 2.4 Tahap-tahap Model Iterative Tahapan Model Iterative terbagi menjadi 6 yaitu: 1. Customer communication Aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun komunikasi yang efektif antara developer dengan user / customer terutama mengenai kebutuhan dari customer. 2. Planning Aktivitas perencanaan ini dibutuhkan untuk menentukan sumberdaya, perkiraan waktu pengerjaan, dan informasi lainnya yang dibutuhkan untuk pengembangan software. 3. Analysis risk Aktivitas analisis resiko ini dijalankan untuk menganalisis baik resiko secara teknikal maupun secara manajerial. Tahap inilah yang mungkin tidak ada pada model proses yang juga menggunakan metode iterasi, tetapi hanya dilakukan pada spiral model.



4. Engineering



Aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun 1 atau lebih representasi dari aplikasi secara teknikal. 5. Construction & Release Aktivitas yang dibutuhkan untuk develop software, testing, instalasi dan penyediaan user / costumer support seperti training penggunaan software serta dokumentasi seperti buku manual penggunaan software. 6. Customer evaluation Aktivitas yang dibutuhkan untuk mendapatkan feedback dari user / customer berdasarkan evaluasi mereka selama representasi software pada tahap engineering maupun pada implementasi selama instalasi software pada tahap construction and release. 2.6.2. Keuntungan dari Model Iterative 1. Beberapa fungsi dapat di kembangkan dengan cepat di awal pembuatan versi baru. 2. hasil yang di peroleh secara berkala. 3. Kemajuan sebuah sistem dapat di ukur. 4. Development software mudah di rencanakan. 5. Biaya yang dikeluarkan kecil apabila ingin merubah requirement. 6. Testing dan debugging selama proses iterasi lebih mudah. 7. Analisis resiko yang lebih baik. 8. Mendukung perubahan requirement. 9. Waktu operasional yang lebih singkat. 10. Cocok untuk project besar. 2.6.3. Kekurangan dari Model Iterative 1. Membutuhkan resource yang cukup banyak. 2. Meski biaya perubahan rendah, tetapi sangat tidak cocok untuk mengubah persayaratan. 3. Memerlukan Perhatian manajemen.



4. Permasalahan sistem arsitektur dan desain mungkin akan timbul, karena tidak semua persyaratan di tentukan di awal pengambangan sistem. 5. tidak cocok untuk project kecil. 6. Kompleksitas manajemen. 7. Membutuhkan tenaga ahli untuk analisis resiko yang timbul.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. System Development Life Cycle (SDLC) adalah proses yang digunakan oleh analis sistem untuk mengembangkan sistem informasi mulai dari perencanaan, pentuan kebutuhan, perancangan, validasi, sampai pelatihan, dan penyerahan kepada konsumen. 2. Model waterfall adalah proses pengembangan perangkat lunak tradisional yang umum digunakan dalam proyek-proyek perangkat lunak yang paling pembangunan. Ini adalah model sekuensial, sehingga penyelesaian satu set kegiatan menyebabkan dimulainya aktivitas berikutnya. 3. Prototype adalah proses membangun sebuah sistem dalam sebuah model. Dalam pengertian sistem informasi prototype digunakan untuk membantu sistem desain yang akan dibangun sistem informasi secara intitusi dan mudah diubah untuk end user. 4. Model RAD (Rapid Application Development) merupakan metode pengembangan sistem secara linear sequential yang menekankan pada siklus pengembangan yang sangat singkat. 5. Model Iterative merupakan pengembangan dari prototyping model dan digunakan ketika requirement dari software akan terus berkembang dalam tahapan-tahapan pengembangan aplikasi. Ketika requirement menjadi jelas, tahapan iterasi selanjutnya akan dilaksanakan. 3.2 Saran 1. Penulis mengharapkan makalah ini dapat membantu pembaca dalam lebih memahami mengenai Metode Pengembangan Sistem SDLC. 2. Bagi mahasiswa berikutnya yang akan mengangkat topik yang sama, supaya dapat lebih mengembangkan penjelasan dalam hal landasan teori, batasan masalah dan pembahasan.



DAFTAR PUSTAKA Fahrurrozi1, I. (2010). Proses Pemodelan Software Dengan Metode Waterfall Dan Extreme Programming. Studi Perbandingan. M.kom, H. A. (2010). Pendekatan-Pendekatan Pengembangan Sistem. Setiawan, A. (2011). Rapid Application Development. https://dokumen.tips/documents/makalah-sdlcbu-putridoc.html https://id.scribd.com/doc/108009101/Makalah-RPL-Kekurangan-dan-kelebihandari-macam-macam-model-SDLC http://catatankakthoriq.blogspot.com/2015/02/pengertian-model-prosesspiral.html http://www.sistem-informasi.xyz/2017/04/pengertian-iterative-model-sdlc.html http://dwikyardi18.blogspot.com/2016/10/penjelasan-modelwaterfallprototypingit.html