Makalah Sejarah Pembaharuan Di India Aminulloh [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMBAHARUAN ISLAM DI INDIA



Makalah ini Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Islam Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. M. Darwis Hude, M. Si.



Oleh: Aminulloh NIM : 202520004



PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PTIQ JAKARTA 2020 M / 1442 H i



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah, segala puja dan puji serta rasa syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wata’ala, yang senantiasa melimpahkan rahmat, ni’mat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada suri tauladan Nabi Muhammad sholallallahu ‘alaihi wassalam. beserta para keluarga, para sahabatnya, serta orang-orang yang istiqomah menjalankan sunnah-sunnahnya hingga yaumil qiyamah dan semoga kita semua kelak akan mendapat syafa’atnya di hari akhir nanti. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, penulis ucapkan kepada Istri dan anakanak penulis yang telah rela mengikhlaskan waktunya tidak dibersamai oleh penulis. Rekanrekan Mahasiswa PTIQ khususnya kelas MPI. 1B yang telah banyak berdiskusi dalam ruang virtual kelas, serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang terbaik oleh Allah subhanahu wata’ala. Penulis juga dalam hal ini mengucapkan banyak terima kasih dan bersyukur kepada Bapak Dosen pengampu Prof. Dr. H. M. Darwis Hude,M.Si., atas diberikannya kesempatan menggali ilmu dan menelaah tentang sejarah pemikiran dan pembaharuan khususnya di India yang dalam makalah ini, penulis memberi judul “Pembaharuan Islam di India.” Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penulisan maupun materinya. Kritik yang membangun dari para pembaca makalah ini, sangatlah penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan makalah berikutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah khazanah keilmuan untuk kita semua. Semoga tujuan penulis dalam makalah ini dapat tersampaikan degan baik dan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi para pembacanya. Segala khilaf dan kesalahan dalam ejaan dan perkataan mohon dimaafkan semoga menjadi tolak ukur agar penulis dapat lebih teliti dan lebih baik lagi. Jakarta, 10 Januari 2021



Aminulloh



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................



i



DAFTAR ISI .............................................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................



1



A. Latar Belakang ..................................................................................



1



B. Rumusan Masalah ..............................................................................



2



C. Tujuan Masalah ..................................................................................



2



C. Batasan Maslah..................................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN............................................................................................



3



A. Sejarah Islam India .............................................................................



3



B. Dinasti Kerajaan Islam di India ..........................................................



9



C. Pembaharuan Pemikiran Islam di India ..........................................



29



BAB III PENUTUP ....................................................................................................



49



A. Kesimpulan ..........................................................................................



49



B. Saran ...................................................................................................



50



DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................



51



iii



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kesadaran dalam beragama yang terjadi pada ummat Islam di dunia. Tidak lepas dari bermunculannya gerakan pembaharuan pemikiran sejak abad ke-19 lalu. Dimana gerakan pembaharuan ini dilatarbelakangi oleh kemunduran dunia Islam pada abad ke-10, kemudian tenggelam berabad-abad lamanya. Faktor yang menjadi penyebab utama kemunduran dunia Islam adalah mundurnya spirit yang menimpa kaum muslimin yang ditampilkan dalam bentuk khurafat, umat Islam tidak lagi menggunakan pikirannya sebagaimana para pemikir-pemikir sebelumnya yang melakukan ijtihad, untuk menggali sumber yang asli dari Al Qur’an dan Hadits Nabi, praktek bermazhab dan bid’ah telah tumbuh subur. Setelah berabad-abad lamanya masa kemunduran islam, muncullah gerakan pemikiran yang dikumandangkan oleh pelopor-pelopor pembaharuan. Setiap peradaban tentu akan mengalami masa-masa keemasan dan juga masa kemunduran. Demikian pula peradaban Islam di Asia Selatan khususnya India dan Pakistan juga mengalami hal yang sama. Kemunduran tersebut disebabkan karena kemunduran pengetahuan yang dilihat dari banyaknya praktek-praktek ibadah yang jauh dari tuntunan Islam, merajalelanya budaya taklid dan lain sebagainya. Hal ini juga dipengaruhi oleh suasana politik saat itu yang tarik ulur kepentingan (Islam-Hindu) yang tak lepas dari campur tangan barat (Inggris). Pada kondisi seperti inilah muncul beberapa tokoh-tokoh pembaharu yang berangkat dari kecemasan akan kemunduran ini berusaha mengembalikan kejayaan Islam dengan berkiblat kembali kepada sumber utama ajaran Islam yaitu Al Qur’an dan Hadits Nabi. Istilah gerakan yang disebut pembaharuan ini memberi arah dan perspektif keagamaan yang relatif berbeda dari pusat-pusat peradaban Islam di Timur Tengah. Diantara beberapa negara yang melakukan gerakan pembaharuan adalah India dan Pakistan. Dimana keduanya memiliki keterkaitan sejarah, bahkan merupakan satu kesatuan dalam sejarahnya. Negara ini termasuk negara yang besar, luas daerahnya 1



maupun kebudayaan dan peradabannya, hingg akhirnya menjadi suram dan bahkan hancur dengan kedatangan orang-orang berkulit putih para penjajah Inggris.



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah awal masuknya islam di India? 2. Apa saja dinasti-dinasti atau kerajaan-kerajaan islam di India? 3. Siapa saja tokoh dan gerakan pembaharuan pemikiran islam dan pengaruhnya di India?



C. Tujuan Masalah 1. Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana sejarah awal masuknya islam di India. 2. Agar dapat mengetahui dinasti dan kerajaan islam di India. 3. Untuk Mengetahui sejauh mana tokoh dan gerakan pembaharuan pemikiran islam dan pengaruhnya di India.



D. Batasan Masalah Dalam batasan masalah ini penulis hanya membatasi pada apa dan bagaimanakah sejarah islam dan gerakan pembaharuan islam di India.



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Sejarah Islam di India Sebagai salah satu pusat peradaban di dunia, India memiliki sejarah Panjang. Secara ringkas, sejarah India dapat dibagi menjadi lima periode. Pertama adalah peradaban di lembah Indus yang dipelopori agama Hindu. Kedua, merupakan jaman kegemilangan Asoka yang dipelopori oleh agama Budha. Ketiga, berada di bawah kekuasaan Kerajaan Islam, dimulai dari dinasti Ghaznawi hingga dinasti Mughal. Keempat, India dibawah Kerajaan Inggris dan kelima, pada masa India merdeka. Berdasarkan letak geografisnya, India masuk dalam wilayah Asia Selatan. Indonesia memahami Asia Selatan lebih sempit dibanding dengan Eropa dan Amerika. Kalangan akademisi di Eropa dan Amerika menyebut Asia Selatan dengan ditujukan kepada beberapa Negara, yaitu; India, Pakistan Bangladesh, Srilangka, Nepal, Bhutan dan Maladewa, serta memasukkan Afghanistan diantaranya. Gambar 1. Peta Asia Selatan



Sumber:



https://www.dosenpendidikan.co.id/wpcontent/uploads/2019/11/Asia-Selatan.gif 3



Terkait dengan Afghanistan di beberapa atlas ada yang menyebutkan Afghanistan masuk ke wilayah Asia Tengah. Intinya Asia Selatan merupakan satu rumpun dengan negara India. Namun, dalam perkembangannya, negara India terpecah menjadi beberapa Negara. Negara-negara tersebut yaitu India itu sendiri, Pakistan, dan Bangladesh. Agama yang dianut sebagian besar penduduk India yaitu Hindu. Sedangkan Pakistan Barat dan Pakistan Timur mayoritas memeluk agama Islam. Ketika, Pakistan Timur memerdekakan diri. Kemudian Pakistan Timur mengubah namanya menjadi Bangladesh.1 1. Awal Masuknya Islam di India Pada masa Khulafa Ar Rasyidin sudah dimulai usaha untuk menaklukkan kawasan anak benua India ini. Namun usaha yang telah dilakukan tersebut, belum membuahkan hasil. Pada masa Kholifah Umar bin Khotob telah dilakukan ekspedisi laut untuk menaklukkan India, pada sekitar tahun 633-637 Masehi. Usman Sakifi, gubernur Bahrain dan Oman saat itu, telah mengirimkan tentara menyeberangi Lautan. Pasca wafatnya Umar bin Khotob pada tahun 643 Masehi orang-orang Arab berhasil menaklukan wilayah Makran di Baluchitan



2



Pada tahun yang sama ekspedisi



dilanjutkan menuju Broaach dan Dabul, kemudian diteruskan kembali pada tahun 644 Masehi. Kholifah sesudahnya yaitu Utsman bin Affan juga mengirimkan ekspedisi ke India dibawah pimpinan ‘Abdullah bin ‘Amr.3 Ekspansi Islam ke wilayah India kembali dilanjutkan pada era kekuasaan Dinasti Umayyah sekitar tahun 664 M. Di bawah komando Al-Muhallab bin Abi Suffrah, umat Islam berhasil menembus wilayah Multan di Selatan Punjab - sekarang wilayah Pakistan.Ekspedisi yang dipimpin Al-Muhallab itu tak bertujuan untuk



1



https://www.dosenpendidikan.co.id/karakteristik-benua-asia/# diakses 10 Januari 2021



2



https://republika.co.id/berita/pxr2br313/beragam-versi-sejarah-masuknya-islam-di-india diakses 13 Januari 2021 3



https://ejournal.uinib.ac.id Peta Pembaharuan Pemikiran Islam Di India diakses 13 Januari 2021



4



penaklukan. Pasukan Al-Muhallab hanya mampu menjangkau ibu kota Maili lalu kembali ke Damaskus. Pada masa Dinasti Umayyah, khususnya masa Kholifah Al Walid bin Abdul Malik (705-715 Masehi), pasukan tentara Islam dibawah panglima Muhammad bin Qosim Ats Tsaqofi, berhasil menaklukkan wilayah Sind dan Punjab bagian bawah/ Selatan untuk dimasukkan kedalam kekuasaan Dinasti Umayyah. Penaklukkan ini terjadi pada 711 Masehi, bersamaan dengan usaha panglima Thariq bin Ziyad untuk menguasai wilayah Andalusia (Spanyol). Muhammad bin Qossim menjadikan Kota Al Maltan sebagai Ibukota pemerintahan Islam yang pertama di India.4 Pada masa Dinasti Abbasiyah, Kholifah Al Mansyur (754-775M), juga mengirimkan ekspedisi militer ke Sind, mengalahkan Gubernur yang ditempatkan oleh Dinasti Umayyah dan mendirikan markas militer di Kota Al Mansyurah. Berikutnya masa Kholifah Al Ma’mun (813-833M), banyak keluarga dan kafilah Arab yang berhijrah ke Sind. Hal ini justru mempercepat proses Islamisasi dibandingkan penaklukan milliter. Setelah Dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran di Sind terdapat dua Kerajaan kecil Islam (Keemiran) yang berpusat di Maltan dan Mansyurah. Dalam pengertian politis, sejarah Islam di India yang sebenarnya dimulai pada masa Dinasti Ghaznawiyah (977-1186 M) yang memerintah di Afghanistan. Sultan Yamin Ad Dawlah Mahmud (998-1030) yang memprakarsai ekspedisi militer besarbesaran pada tahun 1000-1026 Masehi untuk menguasai India. Dibawah Jenderal Abdul Razaq (Panglima perang dari Sultan Mahmud), kekuatan Islam tidak hanya mengambil alih wilayah Sind yang diperintah oleh kaum Qarmati Ismailiyah, tetapi juga menumbangkan dinasti-dinasti setempat, seperti; Dinasti Hundushahis yang berkuasa di Wayhind pada tahun 1026 Masehi. Hampir seluruh wilayah India khususnya bagian utara jatuh dan dikuasai oleh Sultan Mahmud, seperti wilayah Somnath di Gujarat, kalinjar dan Benares. Penguasa-penguasa Rajput dipaksa sebagai pembayar pajak. Bagi penguasa Hindu dan para pemuja berhala, Sultan Mahmud dari Ghazna menjadi momok dan bencana karena prestasinya yang gemilang dalam menguasai India



4



Drs.Suwarno, M.Si.,Dinamika Sejarah Asia Selatan, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012, Hal. 71-72



5



khususnya bagian utara. Meski Sultan Mahmud bukanlah orang yang fanatik dalam artian tidak memaksakan orang-orang Hindu yang berada dalam wilayah kekuasaannya untuk masuk ke dalam Islam. Kepentingan Dinasti Ghaznawiyah lebih bersifat finansial, karena India bagian utara memiliki sumber daya alam dan kekayaan yang menguntungkan. Dinasti lain yang meletakkan sendi-sendi pemerintahan Islam secara kokoh di India bagian utara adalah Dinasti Ghuri atau Ghuriyyah. Namun keberhasilan mereka sebenarnya karena telah dilicinkan oleh Dinasti Ghaznawiyah yang memerintah Punjab dengan Ibukotanyayaitu Lahore. Dinasti Ghuri yang berkuasa kurang lebih 250 tahun yaitu dari tahun 1000-1250 masehi adlah penguasa di wilayah Afghanistan bagian tengah dan Khurasan. Sultan Mu’izzudin Muhammad Ghuri (1163-1203) dan para Jenderalnya menjadikan Punjab sebagai batu loncatan untuk menguasai India bagian utara. Setelah merebut Punjab dari tangan Raja Ghaznawiyah terakhir serta Maltan dan Mansyurah pada tahun 1176M. Pasukan Sultan Muhammad Ghuri juga berhasil membasmi persekutuan para Raja Hindu dalam pertempuran Terain di dekat Delhi pada tahun 1192 masehi. Persekutuan para Raja Hindu tersebut antara lain, Prithvi Raj III dari Rajput dan Chahamana (Chawhan) dari Ajmer dan Delhi, kemudian Jayachandra, Raja Gahadavala dari Benares dan Kanawj juga ditumbangkan pada tahun 1194 masehi. Sultan mempercayakan daerah taklukkan Dinasti Ghuri di India di tangan Panglimanya yang bernama Quthbuddin Aybak, yang menjalankan pemerintahannya di Kota Delhi. Dia menguasai Punjab, wilayah Doab (antara sungai Gangga dan Jumna) dan menyerbu hingga Gujarat. Pasca wafatnya Sultan Mu’izzudin Muhammad Ghuri pada tahun 1206 masehi, Quthbuddin Aybak memproklamirkan diri sebagai penguasa di Lahore atas nama Sultan Ghuriyah dan dimulai era yang dikenal dengan sebutan raja Budak yang berkuasa tahun 1206-1290 masehi. Bersama dengan 5 dinasti yang lain, yaitu: 1) Dinasti Khilji (1290-1320 masehi); 2) Dinasti Tughlaq (1320-1414 masehi); 3) Dinasti Sayyid (1414-1451 masehi); 4) Dinasti Lodi (1451-1526 masehi) dan



6



5)Dinasti Suri/Afghan (1540-1555 masehi), masa ini disebut dengan masa Kesulatanan Delhi, dikarenakan pusat pemerintahan berada di Kota Delhi.5 2. Strategi Dakwah Islam di India Ada kesan tersendiri dalam pandangan masyarakat India khususnya bagi orangorang Hindu, bahwasanya bagi masyarakat Hindu proses Islamisasi anak benua India dilakukan dengan cara kekerasan melalui penaklukkan militer yang kejam, yaitu dengan pembunuhan massal orang-orang Hindu, penghancuran kuil-kuil Hindu untuk kemudian didirikan Masjid dengan pemaksaan orang-orang Hindu untuk memeluk agama Islam. Sehingga hal ini menimbulkan kesan dan kebencian yang mendalam masyarakat Hindu kepada Islam. Berdasarkan sejarah yang diketahui, bahwasanya setiap ekspedisi penaklukan militer oleh tentara Muslim tidak membawa serta juru dakwah. Hal ini karena kebanyakan para pemimpin Muslim, beranggapan bahwa penaklukan atas India bagian dari Jihad memerangi para pemuja berhala. Para panglima perang seperti Sultan Mahmud dari Ghazna dan Timur Lenk yang menjadikan ini bagian dari Jihad memerangi orang-orang musyrik. Hal ini mengakibatkan kesan negative dalam dakwah Islam, terutama bagi masyarakat Hindu. Bahkan menjadi trauma yang menakutkan sehingga menimbulkan preseden yang buruk bagi hubungan masyarakat Islam dan Hindu di India. Ada tiga pola hubungan interaksi antara Islam dengan Hindu di India: a. Pola Terorisme Bahwa penakluk-penakluk Muslim yang menyerbu India hanya membawa kerugian dan kehancuran. Misalnya; penduduk pribumi Hindu dipaksa masuk Isam atau dibunuh kalau tidak mau, harta bendanya dirampas, kuil-kuil diratakan dengan tanah dan dibangun Masjid diatasnya. Pola seperti ini diterapkan oleh Sultan mahmud dari Ghazna, Timur Lenk, Sultan Nadhir Shah dari Persia dan Ahmad Shah Abdali dari Afghanistan. b. Pola Penaklukan



5



Drs.Suwarno, M.Si.,Dinamika Sejarah Asia Selatan, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012, Hal. 73-74



7



Pola penaklukan, perkampungan dan pembentukkan Kerajaan di India bagian Barat dan Utara. Pola ini dijalankan misalnya oleh Muhammad ibn al Qasim yang menaklukkan Maltan pada 712 masehi. Berikutnya diikuti oleh Dinasti Budak hingga Dinasti Lodi. Ciri khas dari pola yang kedua ini adalah para penguasa Muslim gagal membangun system administrasi yang efisien. c. Pola Integral Pola ini adalah pola yang ditunjukkan oleh Dinasti Mughal yang tidak hanya mampu menaklukkan Sebagian besar wilayah India, tetapi juga mampu memantapkan administrasi yang stabildan terpusat dari Lahore, Delhi atau Agra. Ciri khas pol aini ialah mengintegrasikan seluruh potensi masyarakat India yang heterogeny dan kompleksdalam satu kesatuan yang bulat antara lain dari semangat toleransinya yang sangat tinggi. Namun, hal yang lebih mendekati kebenaran adalah dalam setiap penaklukkan yang dilakukan oleh tentara kaum Muslimin terdapat kebiasaan untuk menawarkan perdamaian terlebih dahulu kepada para Raja Hindu. Tawaran perdamaian ini bersifat alternatif. Pertema, tetap beragama Hindu namun berkewajiban membayar jizyah (pajak perlindungan bagi non-muslim di negara Islam). Kedua, Berpindah memeluk Islam, diperangi/ditawann bila tidak mau atau memilih mati. Tidak seluruh proses Islamisasi rakyat India dilakukan dengan cara kekerasan. Terdapat banyak fakta menunjukkan jalan damai yang ditempuh penguasa Islam. Sebagai contoh, dalam biografinya Elliot dan John Dowsan, disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Sultan Firuz Shah dari Dinasti Tughlaq (1351-1388 masehi), “Sultan mendorong rakyatnya yang kafir untuk memeluk Islm. Siapa yang memeluk Islam akan dibebaskan dari pajak jizyah.” Musafir Muslim Ibnu Batuta yang mengunjungi India pada abad keempat belas, melaporkan bahwa para Sultan Dinasti Khilji menyediakan perangsangbagi orangHindu yang masuk islam, yaitu memberi kesempatan untuk bertemu audiensi langsung dengan Sultan dimana Sultan akan memberi hadiah. Cara lain dari Islamisasi anak benua India adalah dengan cara persuasive melalui perdagangan khususnya yang terjadi di India bagian Selatan, lebih tepatnya di Pantai Malabar (daerah Gujarat). Dakwah secara damai juga dilakukan oleh para



8



mubaligh islam secara perorangan, seperti yang dilakukan para sufi dan mubaligh Syiah Ismailiyah. Dengan demikian, dakwah Islam di India dapat dikatakan menggunakan tig acara sekaligus, yaitu; war (perang), trade (perdagangan) dan teaching (pengajaran) dari para mubaligh dan ulama. Namun bagi masyarakat Hindu, dari ketiga cara tersebut yang paling diingat adalah cara pertama yaitu dengan cara perang. Hal ini membuat trauma dan mengganggu hubungan masyarakat Hindu dan Islam di anak benua India.



3. Pengaruh Islam Terhadap Rakyat India Pengaruh Islam terhadap rakyat India cukup banyak, karena mencakup hamper seluruh sendi kehidupan masyarakat. Dari bidang politik, sosial budaya, ekonomi, kesenian, kesusasteraan dan ideologi keagamaan. a. Bidang Politik b. Bidang Ekonomi c. Bidang Sosial-Budaya d. Bidang Kesenian e. Bidang Kesusasteraan f. Bidang Ideologi dan Keagamaan Barangkali yang menarik adalah bidang ideologi keagamaan, karena Islam yang monoteistik dan Hindu yang politeistik ternyata bisa bertemu, terutama direkat oleh ajaran kaum sufi. Padahal Islam menawarkan suatu egalitarianisme persamaan hak dan kewajiban atas dasar pandangan bahwa semua manusia sama dan ingin mendobrak system kasta dalam masyarakat Hindu, serta berhasil dengan usaha ini. Sementara Jainisme dan Budhismen tidak berhasil mendobrak system kasta. Hal ini karena kedua agama ini terlalu memberikan tekanan pada aspek penyucian diri, penyiksaan tubuh, penolakan terhadap kehidupan duniawi dan kurang memperhatikan kondisi masyarakat.



B. Dinasti Kerajaan Islam Di India Perlu beberapa abad bagi Islam untuk menyebar di seluruh wilayah India. Ada banyak faktor yang menyebabkan orang India berbondong-bondong menganut ajaran



9



Islam seperti, pernikahanan, integritas ekonomi, ingin terbebas dari struktur kasta, serta tersentuh dengan dakwah yang dilakukan oleh para tokoh sufi. Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya, masa-masa Kesultanan Delhi meliputi kekuasaan enam Dinasti yaitu: 1. Dinasti Budak /Mamluk (berkuasa 1206-1290 masehi) 2. Dinasti Khilji (berkuasa 1290-1320 masehi) 3. Dinasti Tughlaq (berkuasa 1320-1414 masehi) 4. Dinasti Sayyid (berkuasa 1414-1451 masehi) 5. Dinasti Lodhi (berkuasa 1451-1526 masehi) 6. Dinasti Suri (berkuasa 1540-1555 masehi)6 Namun dalam pembahasannya disini, penulis mencoba mengurai Dinastidinasti tersebut dimulai dari masa Dinasti Ghaznawiyah hingga kejayaan Dinasti Mughal beserta Para Raja Imperium dari Dinasti Mughal. 1. Dinasti Ghaznawiyah Ajaran Islam semakin menyebar luas di wilayah India setelah terbentuknya Kesultanan Delhi di wilayah itu. Dinasti Islam pertama di India adalah Dinasti Ghaznawi yang dipimpin Mahmud Ghaznawi. Sejak tahun 1020, Sultan Mahmud Yamin Ad Daulah telah menguasai beberapa wilayah di India sekaligus menundukkan dan mengislamkan raja-raja di tanah para ‘dewa’ itu. Setelah kekuasaan Dinasti Ghaznawi memudar, lalu berdirilah Kesultanan Delhi yakni beberapa Kesultanan yang berkuasa dari tahun 1206 M hingga 1526 M. Ada lima dinasti Islam yang berkuasa silih berganti di era Kesultanan Delhi. Kelima dinasti itu adalah; Dinasti Mamluk (1206 M-1290 M); Dinasti Khilji (1290 M - 1320 M); Dinasti Tughlaq (1320-1413M); Dinasti Sayyid (1414-1451M) dan Dinasti Lodhi (1451-1526 M).7 Ghaznawiyah adalah dinasti Muslim Persia yang berasal dari budak-budak Turki. Dinasti ini berkuasa dari 975 hingga 1187 di Persia, Transoksania, serta bagian



6



Drs.Suwarno, M.Si.,Dinamika Sejarah Asia Selatan, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012, Hal. 82



7



https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/dunia/19/09/13/pxr2ih313-dinastidinasti-islam-di-india diakses tanggal 15 Januari 2021



10



utara India. Pusat pemerintahannya berada di Ghazni, sebuah kota di Afghanistan. Secara politik dan budaya, dinasti ini terpengaruh oleh pendahulunya, yaitu Dinasti Persia Samaniyah.8 Pada masa kekuasaannya, dinasti ini menghancurkan berhala-berhala, mengganti kuil menjadi masjid dan berjaya selama lebih dari 200 tahun. Setelah Sebuktigin meninggal, ia digantikan anaknya Sabaktakin. Di bawah pemerintahannya, Sabaktakin menguasai daerah Pesyawar, Kabul, dan India. Ia juga berhasil menyatukan bangsa Turki dan Afghanistan yang merupakan satu mazhab. Sabaktakin digantikan putranya, Mahmud Ghaznawi. Pada masa pemerintahannya, dinasti tersebut diwarnai banyak peperangan sebagai upaya memperluas wilayah kekuasaan, terutama ke India. Mahmud menaklukkan Kabul, Multan, dan Kashmir. Di setiap daerah yang dikuasainya, ia selalu menyebarkan ajaran Islam sehingga ajaran Brahmanisme terkikis dari masyarakat. Ia menguasai Punjab, Kangra, Balucistan, Delhi, Sind, Makran, Kirman, dan Gujarat pada1006. Butuh 24 tahun bagi Mahmud untuk menaklukkan India. Kebangkitan dinasti Ghaznawi merepresentasikan kemenangan pertama keturunan Turki dalam perjuangannya melawan kelompok Iran untuk mencapai kekuasaan tertinggi dalam Islam. Namun, eksistensi Ghaznawi tidak jauh berbeda dengan Samaniyah atau Safahiyah. Dinasti Ghaznawi tidak ditopang oleh angkatan bersenjata yang kuat, sehingga ketika seorang pemimpinnya yang sangat berpengaruh meninggal, maka semuanya segera menemui kehancuran. Demikian pula yang terjadi, setelah Mahmud meninggal pada tahun 1030 M. Wilayah kekuasaan dinasti Ghaznawi di sebelah timur berangsur melepaskan diri dari pusat kota, dan munculah sejumlah dinasti Muslim independen di India. Di utara dan barat muncul dinasti Khan dari Turkistan dan dinasti Saljuk dari Persia. Keduanya memisahkan diri dari kekuasaan Ghaznawi. Di bagian tengah, dinasti Ghuriyah dari Afghanistan yang dipimpin Syihab al-Din al-Ghuri melakukan pemberontakan luar biasa dan puncaknya, pada tahun 1186 berhasil menghancurkan



https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/19/10/23/pztso5313-mengenal-dinasti-ghaznawiyah diakses tanggal 15 Januari 2021 8



11



pijakan Ghaznawi yang terakhir di Lahore. Dengan hancurnya pijakan terakhir dinasti Ghaznawi tersebut maka berakhir pula eksistensi dinasti Ghaznawi.9 2. Dinasti Ghuri Dinasti



Ghuri



menggantikan



Dinasti



Ghaznawiyah



setelah



Dinasti



Ghaznawiyah mulai melemah dan terjadi pemberontakkan dari Dinasti Muslim Independen yang ingin memisahkan diri dari Dinasti Ghaznawiyah. Muhammad Ghuri menjadi penguasa Ghazni pada tahun 1173 M. kondisi India pada waktu itu tidak lebih baik dari sebelumnya.India ketika itu terbagi kedalam sejumlah negara-negara merdeka yang sedang mengalami peperangan yang paling merusak. Pada waktu itu tidak ada pusat kekuasaan yang mengendalikan.Ketika itu kerajaan Ghazni mulai melemah, suku Sur di Ghur menjadi merdeka dan para penguasa mereka dari keluarga Shansibanid menjadi lawan bagi Ghazni. Hal ini mengakibatkan terpecahnya beberapa daerah di wilayah India dan sebagian dari mereka memerdekakan diri. Dalam keadaan seperti itulah masing-masing daerah ingin meluaskan daerahnya sendiri-sendiri, sehingga pertikaian tidak dapat lagi dihindarkan. Selain itu keadaan masyarakat India masih belum berubah meskipun sebelumnya telah ada Dinasti Ghazni yang pernah menjadi penguasa atas wilayah India.Meskiun demikian, penguasa Ghazni (Mahmud Ghazni), telah memberikan jasa yang cukup besar dalam membuka jalan bagi perluasan dan penyebaran Islam di wilayah India. Penaklukan yang dilakukan Mahmud Ghaznawi tidak banyak memberikan perubahan dalam hal mengubah kondisi sosial masyarakat sebelumnya, bahkan menjadikan masyarakat India jauh lebih miskin dari sebelumnya, karena ia lebih berorientasi terhadap kekayaan yang dimiliki India, dengan cara menguras habis kekayaannya. Oleh karena itu, ketika Dinasti Ghuri menggantikan Dinasti Ghazni berkuasa di India tidaklah lebih baik dari Dinasti sebelumnya, hanya saja setelah Muhammad Ghuri berkuasa disana ia lebih berkonsentrasi untuk mengembalikan semua wilayah yang pernah dikuasai oleh penakluk sebelumnya menjadi wilayah milik umat Islam dan berusaha menyebarkan agama Islam kembali.



9



https://wawasansejarah.com/dinasti-ghaznawi/ diakses tanggal 15 Januari 2021



12



Dengan banyaknya wilayah taklukan Muhammad Ghuri di India Utara, semakin banyak masyarakatyang memeluk agama Islam dan sistem kasta yang berlaku di daerah yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, berangsur-angsur mulai menghilang. Dalam ajaran Agama Islam, semua orang mempunyai kedudukan yang sama di mata Tuhan dan hanya amallah yang membedakan kedudukan mereka. Muhammad Ghuri adalah seorang raja yang ambisius. Dengan ambisinya yang tinggi itulah ia memperluas wilayahnya dengan melakukan beberapa penaklukan. Di samping itu, Muhammad Ghuri menjadi penguasa yang terbakar oleh kecintaan terhadap penaklukan dan kekuasaan. Hal ini terbukti ketika ia selesai memperkokoh kekuasaannya di Ghazni, ia mengalihkan perhatiannya terhadap tanah-tanah subur di anak benua India. Sebagai seorang penakluk, Ghuri merupakan pemimpin yang cukup tangguh dan penuh dengan strategi-srategi baru dalam melakukan penaklukan. Selain itu, ia juga mampu untuk membangkitkan semangat para prajuritnya, serta mampu untuk mengkoordinir dan melayani para prajurit dan semua kebutuhan masyarakatnya Untuk mengkaji pola kepemimpinan Muhammad Ghuri, tidak bisa terlepas dari sejarah latar belakang kehidupannya, karena kepemimpinan pada umumnya dilahirkan oleh suatu sistem sosial, kepemimpinan yang dilahirkan itu merupakan faktor penyebab kelahiran suatu system yang baru, bahkan pemimpin sejati bukan muncul sebagai pengaruh atau keturunan, tetapi juga oleh lingkungan. Untuk itu, dapat dikatakan bahwa kepemipinan itu muncul melalui sebuah proses. Sultan Muhammad Ghuri memiliki latar belakang yang unik dan memiliki ketangguhan dalam menegakkan pemerintahan di India yang dikenal sebagai negeri berhala itu. Dengan ketangguhan yang dimilikinya itulah, ia dapat menegakkan panjipanji Islam di sana dan bahkan dirinyalah yang menjadi pendiri sebuah Kesultanan Delhi.10



10



ejournal.inaifas.ac.id



13



3. Dinasti Budak Sultan Muhammad Ghuri memiliki latar belakang yang unik dan memiliki ketangguhan Dinasti Budak (Mu’izzi) didirikan oleh Quthbuddin Aybak, budak dan panglima Sultan Mu’izzudin dari Dinasti Ghuri yang berkuasa di Afghanistan. Aybak diberi kepercayaan untuk memerintah wilayahPunjab yang telah ditaklukkan oleh kekuatan Dinasti Ghuri. Ketika Sultan Mu’izzudin meninggal dunia pada tahun 1206 masehi, Aybak berkuasa di Lahore sebagai Malik, wakil Dinasti Ghuri. Aybak memerintah antara 1206-1210 masehi. Aybak dan penerusnya sering disebut Raja-raja Budak, sebenarnya hanya tiga orang saja yang betul-betul yaitu Aybak, Iltutmish dan Balban. Arsitek Kesultanan Independen di Delhi yang sesungguhnya adalah Iltutmish yang memerintah pada tahun 1211-1236 masehi. Dia berhasil menaklukkan Delhi dari penguasa sebelumnya, Nashiruddin Qabacha, salah seorang Panglima Sultan Mu’izzudin Ghuri yang dipercaya memerintah Delhi. Dia juga dapat menjauhkan pengaruh orang-orang Khawarazm dari wilayah kekuasaannya. Tetapi dia tidak berhasil menahan serbuan tentara Mongol yang mulai menduduki Punjab. Yang menarik, Iltutmish memerintah dengan mengatasnamakan dirinya sebagai wakil dari para Kholifah Abbasiyah. Motif mengidentikkan diri dengan Islam Sunni ini dengan mengakui kepemimpinan spiritual Kholifah ‘Abbasiyah yang dianggap sebagai cermin perjuangan mempertahankan identitas terhadap tekanan masyarakat Hindu yang mayoritas. Balban yang memerintah pada tahun 1266-1287 masehi ini tampil karena penguasa sebelumnya setelah Iltutmish rata-rata lemah. Dia adalah budak dari Iltutmish. Pemerintah Sultan Balban yang cakap ini didukung oleh kekuatan militernya yang kuat. Selama memerintah, dia terkenal dengan kejujurannya dan keadilannya. Untuk melaksanankan keadilan secara efektif , dia membentuk organisasi intelijen guna menyelidiki berbagai perkara yang berkaitan dengan keadilan di masyarakat.



14



4. Dinasti Khilji Pendiri Dinasti khilji adalah Jalaludin Firuz Syah yang memerintah pada tahun 1290-1296 masehi. Dinasti Khilji berhasil mengambil alih kekuasaan Raja Budak pada tahun 1290 masehi. Dinasti Khilji berasal ddari masyarkat Turki atau etnis lain setelah ter-Turki-kan. Ada dua Raja Dinasti Khilji yang paling terkemuka yakni sang pendiri Jalaludin Firuz Syah dan Sultan Alaudiin Muhammad Syah yang memrintah pada tahun 12961316 masehi. Jalaludin Firuz Syah merupakan seorang Sultan yang saleh dan murah hati. Hal ini Nampak dari berita bahwa pada masa pemerintahannya, para pencuri tidak dihukum, tetapi hanya disuruh bersumpah untuk tidak mengulanginya lagi. Sulatan Al’uddin Muhammad Syah menganggap dirinya sebagai Alexander kedua, yang berambisi untuk membangun kekaisaran yang luas. Dia mampu mengatasi ancaman Mongol Chagataydi perbatasan barat laut, yang sampai 1306 masehi beberapa kali menyerang wilayahnya. Dia juga mampu menguasai suatu daerah kaya di sebelah selatan pegunungan Vindhya pada tahun 1296 masehi. Ini adalah daerah Devagiri di Deccan yang beribukota di Yadava. Sultan Ala’uddin menggunakan gelar tradisional yaitu Nashir Amir Al Mu’minin (penolong pemimpin kaum muslimin) Gelar ini nampaknya pantas bila melihat keadilan pemerintahannya. Dia mengawasi secara ketat bidang ekonomi dan pelaksanaan hukum. Bidang ekonomi misalnya dengan menetapkan harga-harga gandum, pakaian, binatang ternak dan lain-lain. Dalam pelaksanaan hukum, dia menghukum para pelanggar kejahatan dengan keras. Misalnya para pemabuk disekap dalam penjara khusus. 5. Dinasti Tughlaq Dinasti Tughlaq didirikan oleh Ghazi Malik, yang memerintah pada tahun 1320 masehi dan bergelar Ghiyathudin Tughlaq Syah. Dia adalah seorang panglima keturunan India-Turki yang mampu memulihkan stabilitas kekuasaan Muslim di India Utara dan Deccan. Putranya yang bernama Ghiyathudin Muhammad Syah yang memerintah pada tahun 1325-1351 masehi adalah Raja yang paling menonjol dari



15



Dinasti Tughlaq. Dia seorang ahli kebudayaan dan Bahasa Persia, ahli dalam ilmu pengetahuan, seorang Jenderal yang cakap dan seorang raja yang adil. Dibawah pemerintahan Muhammad ibn Tughlaq di India Utara dan Deccan menjadi mantap. Misalnya saat dia berhasil menangkal invasi Tarmashirin Mongol Chagatayiyah dari Transoxania pada tahun 1329 masehi. Dia membina hubungan diplomatic dengan negara Islam di luar India, antara lain; Dinasti Mamluk yang berkuasa di Mesir. Pada awal pemerintahanya itu, Ibu kota ini justru berpindah dari Kota Delhi ke kota Deogir atau Dawlatabad yang barada di Deccan. Pemindahan Ibukota ini justru merupakan awal dari kemunduran Dinasti Tughlaq, karena mereka memiliki banyak saingan di India tengah. Pengganti Muhammad ibn Tughlaq yaitu Firuz Syah,mampu tampil sebagai Sultan yang memiliki otoritas di wilayah India bagian utara dari Sind hingga Benggala. Tokoh ini dikenals sebagai orang yang saleh dan penguasa yang murah hati. Ini dapat dilihat dari apa yang telah dilakukannya yaitu menghapuskan siksaan dan hukuman berat lainnya, suka memberi keringanan hukuman dan sebagainya. Pasca wafatnya Firuz Syah, Kekuasaan Dinasti Tughlaq mulai melemah, sehingga tidak berdaya menahan serbuan dari Timur pada 1398-1399 masehi. Yang mengakibatkan kerusakan yang begitu besar pada dinasti Tughlaq. Salah satu faktornya adalah karena kesatuan politis wilayah kekuasaan Dinasti Tughlaq terpecah dan Sebagian besar pemimpin Muslim di provinsi-provinsi menjadi penguasa yang independent. Dapat dikatakan bahwa selama pemerintahan Dinasti Tughlaq, hukum Syariah Islam diterapkan dengan baik. Keadilan berjalan seirama dengan penerapan kode hukum Islam, seperti yang terdapat pada Lembaga Qadhi dan Mufti. Qodhi adalah pejabat yang mengurusi perkara pengadilan, sedangkan Mufti sebagai Kepala Diwan As Siyasah bertugas mengeluarkan aturan-aturan, fatwa baik yang berkenan dengan hukum Islam maupun persoalan lainnya.



16



6. Dinasti Sayyid Pendiri Dinasti Sayyid adalah Khidr Khan yang mulai berkuasa pada tahun 1414 masehi. Menyusul Penjarahan di Delhi pada tahun 1398 masehi, Timur Lenk menunjuk Sayyid sebagai gubernur Delhi. Dinasti mereka didirikan oleh Sayyid Khidr Khan, Bekas gubernur Multan yang memrintah sebagai bawahan Timur dan memiliki gelar Rayat Al A’la (Panji-panji Mulia). Khidr Khan berhasil merebut Delhi pada tanggal 28 Mei 1414 masehi, Karena mengaku sebagai keturunan Nabi maka Dinastinya disebut dengan nama Dinasti Sayyidiyah atau Sayyid yang artinya dipertuan yang menjadi salah satu sebutan bagi keturunan Nabi. Khidr Khan digantikan oleh putranya Sayyid Mubarak Shah setelah kematiannya pada tanggal 20 Mei 1421 masehi. Mubarak Shah menyebut dirinya sebagai Mu’izzudin Mubarak Shah. Mubarak Shah wafat pada tahun 1434 masehi setelah dibunuh oleh seorang bansawan Sadrul Mulk. Setelah kematian Mubarak Shah, keponakan Mubarak Shah naik tahta dan menyebut dirinya sebagai Sultan Muhammad Shah. Pada masa pemerintahannya, dia membalas atas kematian pamannya dengan memerintahkan para bala tentaranya untuk menangkap dan membunuh Sadrul Mulk. Sultan Muhammad Shah berkuasa selama 12 tahun Tepat sebelum kematiannya dia menunjuk putranya Sayyid Alauddin Shah dari Badaun untuk menggantikannya sebagai penerus Dinasti Sayyid. Penguasa terakhir Dinasti Sayyid ini, Sayyid Alauddin ini merupakan pemimpin terakhir dan terlemah dalam Dinasti Sayyid. Sayyid Alauddin Shah secara sukarela turun tahta dari Kesultanan Delhi dan menyerahkan kekuasaan kepada Bahlul Khan Lodi pada 19 April 1451 masehi dan berdasarkan kesepakatan bersahabat Bahlul Lodhi dengan Alauddin Alam Shah dengan perjanjian untuk hidup damai dan Sayyid Alauddin Shah kembali ke Badaun, di mana ia meninggal pada 1478 masehi. Dengan demikian otoritas kekuasaan Dinasti Sayyid ini hanya sekitar Ibu Kota Delhi belaka, Kekuasaan Dinasti Sayyid yang hanya sekitar 40 tahun, antara lain disebabkan karena sejak awal mereka kurang disenangi oleh kalangan elit militer Turki dan Afghan di Delhi



17



7. Dinasti Lodhi Dinasti Lodhi dibentuk oleh Bahlul Khan, seorang pemimpin suku Afghan Lodhis yang pada tahun 1451 masehi yang mengambil alih kekuasaan Raja Dinasti Sayyid terakhir yaitu Alauddin Shah. Sebelum berkuasa di Delhi, Bahlul Khan Lodhi pernah menjadi Gubernur Sirhind dan Lahore. Kekuasaan Dinasti Lodhi hamper sama kuatnya dengan Dinasti Tughlaq, karena otoritasnya menjangkau Kawasan India tengah (Deccan). Putra Bahlul Khan Lodhi yang bernama Nizam Khan Sikandar yang memerintah pada tahun 1489-1517 masehi, mampu menghalau perlawanan Negara-negara Rajput, Ibu Kota pemerintahan dipindahkan ke Agra, sehingga dapat lebih mengawasi daerah taklukannya. Sultan yang terakhir Dinasti Lodhi adalah Ibrahim Lodhi yang memerintah sejak tahun 1517-1526 masehi. Karena kebiajakannya yang berusaha menjauhkan elite bangsawan dengan elite militer membuat Sultan Ibrahim Lodhi kurang disukai rakyatnya. Hal ini mengundang campur tangan Babur dan Dinasti Mughal Chagatayiyah yang Ketika itu sudah berkuasa di Kabul. Dalam pertempuran Panipat pada tahun 1526 masehi, tentara Sultan Ibrahim Lodhi hancur berantakan dan kalah oleh pasukan Babur. Sejak itu kekuasaan Muslim di India utara beralih ke tangan Dinasti Mughal, meskipun di tahun 1540-1555 masehi diselingi oleh Dinasti Suri. 8. Dinasti Suri Pendiri Dinasti Suri adalah Shir Shah Suri yang memerintah 1540-1545 masehi. Tokoh ini mampu berkuasa di Delhi karena dapat mengalahkan Humayan putra Babur dalam pertempuran di Kanawj pada tahun 1540 masehi. Kendatipun kekuasaan Dinasti Suri hanya sebentar yaitu 15 tahun. Namun telah menorehkan kenangan yang manis, khususnya dalam soal keadilan pemerintahannya. Shir Shah Suri adalah figur Raja yang cakap dalam pemerintah. Hal Ini nampak dari upaya reformasi fiscal dan land-reformnya. Sultan Shir Shah Suri sendiri langsung memberikan amanat kepada para pengumpul pajak dan petani secar terpisah. Untuk menyelesaikan suatu persoalan, Sultan langsung turun ke lapangan untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri dan baru mengeluarkan keputusan-keputusan yang tegas.



18



Dalam kaitan dengan land-reform, Sultan Shir Shah Suri mengorganisasikan pengganas semacam desa-desa sebagai satuan-satua administrative dan mengangkat para pejabatnya serta Amin dan Shiqdar. Amin bertanggung jawab menangani soal pengumpulan pajak atau penaksiran pengahasilan dari tugas-tugas perdata. Sementara Shiqdar mempunyai fungsi dan kekuasaan kepolisian (mengurusi soal-soal pidana). Namun sangat disayangkan para penerus Shir Shah Suri merupakan figure rajaraja yang lemah, sehingga Humayun dari Dinasti Mughal mampu melakukanbalasan yang berakibat runtuhnya kekuasaan Dinasti Suri dan mulailah masa Imperium Dinasti Mughal yang kaya akan peradaban. 9. Dinasti Mughal Kerajaan Mughal berdiri sperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi, Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak benua India. Awal kekuasaan Islam di India terjadi pada masa Kholifah Al Walid dari Dinasti Bani Umayyah. Penaklukkan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah yang dipimpin oleh Muhammad ibn Qasim. Kemudian dilanjutkan oleh beberapa Dinasti, yaitu; Dinasti Ghaznawiyah, Ghuri, Budak, Khilji, Tughlaq, Sayyid, Lodi dan Suri. Selanjutnya Dinasti Mughal mengambil alih kekuasaan hingga lebih dari 3 abad lamanya yaitu dari tahun 15261858 masehi. Daulah Mughal berdiri di anak benua India . Daulah Dinasti Mughal merupakan satu diantara tiga Kerajaan besar pada periode pertengahan selain Daulah Safawiyah di Iran yang telah berdiri seperempat abad sebelumnya dan Daulah Turki Utsmani yang berdiri dua abad sebelum Daulah Dinasti Mughal. Para Raja-raja di bawah Daulah Dinasti Imperium Mughal, antara lain adalah: a. Zahiruddin Babur (1526-1530 M). b. Nashiruddin Humayan (1530-1556M). c. Jalaludin Akbar (1556-1605M). d. Nuruddin Jahangir (1605-1627M). e. Syihabuddin Syah Jehan (1628-1656M). f. Muhyiddin Aurangzeb Alamghir (1659-1707M). g. Periode Desintegrasi hingga 1858 M Daulah Dinasti Mughal menjadi salah satu peradaban Islam yang ada di anak benua India, dengan Raja-rajanya sebagai berikut: 19



a. Zahiruddin Babur Daulah Dinasti Mughal didirikan oleh Zahiruddin Babur, seorang penguasa Ferghana (1482-1530 masehi), salah satu cucu dari Timur Lenk dan menjadikan Delhi sebagai Ibu Kotanya. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana yang menjadikan Babur mewarisi daerah Ferghana dari ayahnya, Ketika itu ia masih berusia 11 tahun.11 Zahiruddin Babur sangat berambisi dan bertekad menaklukkan Samarkand yang menjadi Kota penting di Asia Tengah saat itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan, tetapi karena bantuan dari Sultan Daulah Safawiyah, Ismail I, akhirnya ia berhasil menaklukkan Samarkand pada tahun 1494 masehi. Pada tahun 1504 masehi, ia pun dapat berhasil menduduki Kabul, Ibu Kota Afghanistan. Dari sini ia memperluas kekuasaannya ke sebelah Timur India. Saat itu Ibrahim Lodi, penguasa India sedang dilanda krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Daulah Khan Gubernur Lahore dan Alam Khan, paman Ibrahim Lodhi sendiri melakukan pembangkangan pada tahun 1524 masehi pada Ibrahim Lodhi. Dan meminta bantuan Babur untuk merebut Delhi. Tiga kekuatan itu Bersatu untuk menyerang Ibrahim Lodhi, namun Ibrahim Lodhi masih mampu menggagalkan mereka. Daulah Khan dan Alam Khan merasa bahwa Babur tidak sungguh-sungguh dalam membantu mereka, sehingga menimbulkan kecurigaan diantara mereka. Mereka berdua akhirnya berbalik menyerang Babur, Babur tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Babur berusaha keras untuk mengalahkan dua kekuatan ini, hingga akhirnya Daulah Khan dan Alam Khan dapat dikalahkan dan Lahore dapat dikuasainya pada tahun 1525 masehi. Dari Lahore Babur terus bergerak hingga mencapai Panipat. Disinilah ia berjumpa dengan pasukan Ibrahim, maka terjadilah pertempuran yang dahsyat. Ibrahim dan tentaranya berhasil dikalahkan dan terbunuh dalam pertempuran tersebut. Babur memperoleh kemenangan yang amat dramatis dalam pertempuran Panipat I pada tahun 1526 masehi, karena hanya dengan dukungan 26.000 personil Angkatan perang, ia dapat mengalahkan kekuatan Ibrahim yang didukung oleh 100.000 personil Angkatan



11



Dr.H.Syamruddin Nasution,M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, Riau: Penerbit Asa Riau, 2017, Hal: 347-348



20



perang dan 1000 pasukan Gajah. Babur memasuki Kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana. Dengan demikian berdirilah Imperium Dinasti Kerajaan Mughal di India.12 Raja-raja Hindu di seluruh India sangat marah mendengar proklamasi 1526 masehi yang dikumandangkan Babur, pertanda berdirinya Kerajaan Mughal Islam di Negeri mereka. Mereka Menyusun Angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur dibawah pimpinan Rajput. Tantangan tersebut dihadapi Babur pada tanggal 16 maret 1527 Masehi. Di Kanus dekat Agra. Babur berhasil memperoleh kemenangan walaupun musuhnya mempunyai pasukan dalam jumlah besar dan wilayah pemerintahan Rajput pun jatuh dalam kekuasaannya. Sementara itu di Afghanistan masih ada golongan yang setia kepada keluarga Ibrahim Lodhi. Mereka mengangkat adik kandung Ibrahim Lodi bernama Mahmud Lodhi menjadi Sultan. Akan tetapi Sultan Mahmud Lodhi dapat mudah dikalahkan Babur dalam pertempuran dekat Gogra pada tahun 1529 masehi. Setahun berikutnya yaitu pada tahun 1530 masehi, babur meninggal dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang begitu cemerlang dalam Daulah Mughal untuk Sultan berikutnya. Pemerintahannya dilanjutkan oleh anaknya yaitu Humayan.



b. Nashiruddin Humayan Sultan Humayan menggantikan ayahnya menjadi Sultan kedua dari Daulah Mughal di India. Ia tidak sehebat ayahnya, makanya dalam melaksanakan pemerintahannya selama Sembilan tahun tersebut. Ia terus menerus mendapat tantangan dan kondisi negara tidak pernah aman. Waktunya habis untuk berperang melawan musuh-musuhnya, sehingga tidak ada kesempatan baginya untuk memajukan pemerintahannya. Di antara peperangan yang harus dihadapinya adalah menghadapi tantangan pemberontakan yang dilakukan oleh Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Tetapi pemberontakkan ini dapat dipadamkannya dan



12



Dr.Siti Zubaidah,M.ag.,Sejarah Peradaban Islam, Medan: Perdana Publishing, 2016, Hal: 197



21



Nahadur Syah dapat melarikan diri, oleh karena itu Gujarat dapat dikuasai oleh Sultan Humayan. Pada tahun 1540 masehi terjadi lagi pemberontakkan yang dipimpin oleh Shir khan Shah di Kanauj. Dalam pertempuran ini Humayun mengalami kekalahan dan terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya diteruskan ke Persia. Di Persia ia Menyusun kembali tentaranya, setelah mendapat bantuan dari Sulatan kedua Daulah Persia, Tahmasp. Sultan Humayun membalas kekalahannya kepada musuh-musuhnya yaitu Shir Khan Shah dan berhasil mengalahkannya, setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Bangsa Afgahn berduka cita atas meninggalnya Shir Khan Shah, karena telah kehilangan seorang pemimpin yang Tangguh. Dengan meninggalnya Shir Khan Shah, pada tahun 1555 masehi ia dapat Kembali ke India dan menduduki tahta pada Daulah Mughal yang ditinggalkannya. Setahun setelah itu Sultan Humayyan wafat pada tahun 1556 masehi karena terjatuh dari tangga perpustakaannya, Din Panah dan digantikan oleh anaknya yaitu Akbar I yang masih berusia 14 tahun.13 c. Jalaluddin Akbar Masa kejayaan Daulah Mughal berada di tangan empat orang Sultan setelah Sultan Humayyan, salah satunya adalah Jalaludin Akbar atau Akbar I. Sultan Akbar I memegang tampuk kekuasaan yang cukup lama yaitu tahun 1556-1605 masehi. Pada masanya Daulah Mughal memasuki puncak kejayaan, karena semua wilayah yang lepas pada masa Sultan Humayan dapat direbutnya Kembali. Kekuatan pasukan Hemu (Mentri Hindu) pada masa Shir Khan Shah dapat dikalahkan bala tentaranya pada pertempuran Panipat II pada tanggal 5 November 1556 masehi. Akbar I yang masih mud aitu dibantu oleh Bairan Khan (Wakil Sultan Akbat I), ia seorang Syi’ah yang setia membantu Daulah Mughal sejak dari Sultan Babur dan Humayun. Namun di belakang hari ia terlalu memaksakan kehendak faham sekte



13



Dr.H.Syamruddin Nasution,M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, Riau: Penerbit Asa Riau, 2017, Hal: 349-350



22



syi’ahnya dalam pemerintahan Akbar I sehingga ia terpaksa diberhentikandari jabatnnya sebagai Wakil Sultan pada tahun 1561 masehi. Sultan Akbar I yang perkasa itu berhasil meneruskan program program ekspansinya ke sebelah selatan. Ia berhasil menaklukkan Malwa pada tahun 1561 masehi, Chundar 1561 masehi, Kerajaan Ghond 1564 masehi, Chitor 1568 masehi, Ranthabar 1569 masehi, Kalinjar 1569 masehi, Gujarat 1572 masehi, Surat 1573 masehi Bihar 1574 masehi dan Bengal 1576 masehi. Kemudian ke sebelah utara, sehingga Kashmir dapat dikuasainya pada tahun1586 masehi, Di sebelah barat dengan menaklukkan Shind di sebelah barat laut Delhi pada tahun 1590 masehi dan Orissa, ke sebelah timur dapat dikuasainya pada tahun 1592 masehi dan juga Kerajaan Deccan pada tahun 1596 masehi., Narnala tahun 1598 masehi, Ahmadnagar tahun 1600 masehi, dan Asitgah pada tahuan 1601 masehi. Wilayah pemerintahan yang sangat luas itu, diperintah Sultan Akbar I dengan system pemerintahan militeristik atau dengan tangan besi. Bukan itu saja semua pejabat diharuskan mengikuti Latihan kemiliteran. Dari aspek politik, Sultan Akbar I menerapkan system politik toleransi, artinya semua penduduk atau rakyat India, dipandang sama. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan karena etnis dan agama. Tidak lama setelah Sultan Akbar I melakukan ekspansi yang sangat luas sebagaimana disebutkan diatas. Ia pun meninggal dunia pada tahun 1605 masehi. Kejayaan yang telah ia capai dapat diteruskan oleh ketiga Sultan berikutnya. Sultan Jehangir naik menggantikannya d. Nuruddin Jehangir Sultan Akbar I wafat karena terserang penyakit Disentri, lalu putranya yang bernama Salim dinobatkan sebagai penggantinya dengan bergelar Nuruddin Jehangir. Politik yang ditempuh oleh Jehangir berbeda dengan ayahnya sangat bersikap eklektik dan tolerans. Ini karena Jehangir mendapat bimbingan para ulama dan berjanji untuk lebih melindungi agama Islam. Kebijakan Jehangir yang mencerminkan upaya melindungi agama Islam, sekaligus mencapai keadilan, dapat digambarkan sebagai berikut: 23







Tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam.







Dilarang memproduksi dan memperdagangkan barang yang memabukkan.







Pejabat negara tidak dapat memperoleh rumah dari masyarakat.







Pejabat negara tidak boleh mencampuri perkara pribadi masyarakat.







Membebaskan tanpa syarat para tahanan yang sudah tua.







Mendirikan Masjid dan Khafilah di tempat yang jauh dari penduduk untuk keperluan para musafir. Dalam pemerintahan Sultan jehangir ada hal yang sangat dsayangkan yaitu



putra sulung Jehangir yang bernama Khusru memberontak kepada ayahnya , sehingga dia ditangkap, ditawan dan dicungkil matanya sebagai hukuman. Menurut catatan Sir.Thomas Roe, utusan Inggris yang menghadap Sultan jehangir, Khusru adalah seorang putra mahkota yang bijak, disenangi oleh rakyatnya. Dalam pemerintahnnya, Jehangir sangat dipengaruhi oleh permaisurinya yaitu Nur Jahan (bekas istri Raja Dinasti Suri yang terakhir, wali Raja di Benggala). Hukuman mati terhadap Khusru diduga akibat hasutan Nur Jahan. Pengaruh Nur Jahan yang besar Nampak terlihat pada mata uang yang beredar pada kala itu, dimana gambar Nur Jahan tertera pada mata uang tersebut. Jehangir tidak secakap ayahnya. Sultan Akbar. Hanya saja dia mewarisi pemerintahan yang sudah mapan dan teratur hasil kerja ayahnya. Dia hidup di Istana Delhi dalam kemewahan. Tabiatnya tidak tetap, kadang bengis dan kadang sangat halus perasaannya. Hal inilah yang membuat Jeghangir mudah dipengaruhi oleh permaisurinya. Riwayat hidup Jehangir ditulisnya sendiri (otobiografi) yang tertuang dalam judul Tzuki Jahangiri. Jehangir kemudian digantikan oleh putranya, hasil perkawinan dengan Nur Jahan, bernama Khurram yang bergelar Syah Jehan. Sayangnya ia berhasil naik tahta dikarenakan memberontak pada Jehangir di tahun 1627 masehi. Saat itu Jehangir sedang sibuk berperang dengan Raja Iran untuk memperebutkan Kandahar. e. Syihabuddin Syah Jehan



24



Jehangir wafat dengan meninggalkan dua orang putra dari permaisuri Nur Jahan, yakhi Syah Jehan dan Syah Ryar. Syah Ryar seorang yang mewah, pemboros, dan suka plesir, sehingga tidak membahayakan tahta Syeh jehan. Berdasarkan kabar bahwa saat Syeh Jahan memerintah, dia melakukan pembunuhan hampir seluruh keluarganya termasuk adiknya Syah Ryar. Tahun pertama pemerintahannya Syah Jahan harus menghadapi Khan Jahan Lodhi, penguasa Afghanistan yang menyerbu India utara. Tahun kedua Syah jehan bertempur dengan bangsa Rajput. Kedua pasukan musuh ini dapat berhasil dipukul mundur. Syah Jehan menikah dengan seorang Putri bernama Mumtaz Mahal, anak dari Azaf Khan saudara Nur Jahan. Inilah istri yang sangat dikasihi oleh Syah Jehan dan Ketika meninggal pada tahun 1631 masehi, Syah Jehan membangun Taj Mahal untuk mengenang istrinya itu. Bangunan Taj Mahal adalah puncak dari arsitektur Imperium Mughal, semua bahan terbuat dari batu marmer, sangat indah dan monumental dan bangunan yang sangat monumental ini berada di Kota Agra. Syah Jehan memiliki empat orang putra dari istrinya Mumtaz Mahal, diantaranya adalah; Dara Syikoh, Syah Syuja, Aurangzeb dan Murad Bakhsy. Masingmasing putranya telah diangkat menjadi Gubernur di empat wilayah. Masing-masing putranya bersaing memperebutkan tahta hingga tersisa Aurangzeb dan Dara Syikoh. Aurangzeb yang diberi kekuasaan di Decaan telah berhasil membuat stabilitas terkendali di Decaan terutama dalam menghadapi kekuatan kerajaan Hindu yang masih berusaha menolak kekuasaan Islam. Persaingan paling kuat dalam memperebutkan tahta adalah antara Aurangzeb dengan Dara Syikoh. Dalam persaingan tersebut Aurangzeb berhasil mengalahkan Dara Syikoh, dan mengambil alih kekuasaan Sultan Mughal tahun 1658 masehi. Sementara selama 7 tahun Syah Jahan berada dan menghabiskan waktunya di dalam benteng Agra hingga wafat menjemputnya. Syah Jahan, raja yang berambisius telah meninggalkan berbagai bangunan penting pada masa kesultanan Mughal yang menandai kebesaran kebudayaan kerajaan Mughal. f. Muhyddin Aurangzeb Alamghir Pada saat dinobatkan menjadi Sultan Mughal pada tahun 1659 masehi, Aurangzeb menggunakan gelar Sultan Muhyiddin Aurangzeb Alamghir yang artinya 25



orang yang menghidupkan agama dan menaklukkan dunia. Gelar ini Nampak pada kepribadiannya yang alim dan saleh. Pada awal pemerintahannya Aurangzeb telah menyenangkan hati rakyatnya dengan menurunkan pajak. Dalam melaksanakan kebijakannya Sultan Aurangzeb banyak dipengaruhi oleh pemikiran keagamaan yang diberikan oleh Syekh Ahmad dari Sirhind. Sebagai contoh Aurangzeb mengadakan kodifikasi atau penyusunan kitab undang-undang hukum Islam yang bahan-bahannya dikumpulkan dari Mazhab Hanafi. Selain itu, Nampak juga dari politik Islamisasi yang diterapkan oleh Sultan Aurangzeb yaitu kebijakan untuk merebut setiap jengkal tanah orang-orang Hindu yang disebut Darul Harb guna dimasukkan kedalam Daulat kekuasaan Islam atau Darul Islam. Hampir seluruh masa kekuasaan Aurangzeb dihabiskan dengan berperang, terutama untuk menaklukkan wilayah India Tengah yaitu Biyapur dan Golkonda yang sulit ditaklukkan. Hal Ini karena mereka Bersatu dengan Kerajaan Hindu Maratha yang kuat dan dibawah rajanya yang ambisius yaitu Sivaji yang ingin menaklukkan dunia. Selain itu juga Aurangzeb juga menghadapi pemberontakkan orang-orang Sikh yang dipimpin oleh guru spiritual ke-9 dan 10 yaitu Tegh Bahadur dan kemudian Gobind Singh. Agam Sikh menjadi ideologi yang aktif dan militant yang semula bersifat damai dan pasif. Peperangan dengan Raja Afghanistan pun juga terjadi di masa itu. Sultan Aurangzeb yang telah dinobatkan menjadi Sultan Mughal selalu berusaha untuk melakukan kontrol keamanan dalam negeri dengan memantapkan kembali kekuasaan di Deccan. Ketika Sivaji Raja Hindu Maratha wafat di tahun 1680 masehi dan digantikan oleh putranya Sambajhi yang lemah pada tahun 1681 masehi, membuat sekutu pasukan hindu juga turut melemah. Usahayang dilakukan Aurangzeb tidak sia-sia dan membuahkan hasil, dengan semakin banyaknya wilayah yang dikuasai. Tahun 1685 masehi kerajaan Biyapur tunduk, disusul Golkonda tahun 1687 masehi, Tanjore dan Trichinopoly tahun 1689 masehi yang berada di India Selatan. Raja Sambajhi dari Maratha juga berhasil dikalahkan, lalu ditawan dan berikutnya dijatuhi hukuman mati pada tahun 1689 masehi. Aurangzeb berhasil memperluas kekuasaan di India secara utuh melebihi daerah yang berhasil ditaklukan Sultan Akbar.



26



Kekuasaan Aurangzeb berhasil menjangkau Kawasan yang amat luas yaitu India utara, Sebagian besar India tengah dan sebagian India selatan. Hanya Maratha yang sulit ditaklukkan meski rajanya telah dihukum mati. Pada tahun 1696 masehi Maratha kembali melawan Aurangzeb dan Kesehatan Aurangzeb saat itu sedang memburuk di tahun 1705 masehi. Sultan Aurangzeb yang menetap di Ahmadnagar akhirnya wafat di tahun 1707 masehi dengan segala kesederhanaannya. g. Period Desintegrasi Imperium Mughal Pasca wafatnya Aurangzeb Imperium Mughal Mulai mengalami proses desintegrasi. Aurangzeb memiliki tiga orang putra yakni; Mu’azzam putra sulung yang tinggal di Kabul. Azzam dan putra bunsunya kambaks yang berada di Deccan. Setelah meninggalnya Aurangzeb situasi Dinasti Mughal semakin menunjukkan tanda-tanda keruntuhan, sementara kelompok Maratha justru menunjukkan kekuatannya baik dalam menggalang kekuatan maupun luas wilayah. Tiga keturunan Aurangzeb saling berselisih memperebutkan warisan dinasti kerajaan. Mu’azzam ternyata lebih kuat dan berhasil menobatkan diri sebagai penerus Mughal dengan gelar Sultan Bahadur Shah/ Muhammad Syah (1707-1712 M). Kepemimpinan Sultan Bahadur Shah menghadapi keadaan kerajaan yang sulit untuk dikendalikan. Beberapa pemberontakan menggoyang eksistensi Mughal, termasuk pemberontakan kaum Sikh sebagai kelompok ‘agama’ baru yang merupakan sinkritisme Hindu dan Islam. Secara politik sampai dengan keruntuhannya, kesultanan Mughal tinggal berusaha mempertahankan eksistensinya. Para sultan yang berkuasa tidak mampu menyatukan kerajaan. Kerajaan-kerajaan berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Mughal. Konflik keluarga kerajaan terus memperlemah kekuasaan dan mendorong gerakan desintegrasi terus menjalar. Sepeninggal Sultan Bahadur Shah (1712 M) terjadi perebutan kekuasaan oleh empat putranya. Jahamdar Shah berhasil naik tahta kerajaan selama 11 bulan, karena pada tahun 1713 masehi ia dibunuh keponakannya bernama Farukhsiyar yang kemudian berhasil naik tahta hingga tahun 1719. Para sultan yang memerintah sampai dengan tahun 1761 masehi adalah Sultan Muhammad Shah, Ahmad Shah, dan Alamgir II. Sementara kerajaan-kerajaan merdeka terus berdiri sendiri seperti Hydrabad, Quth, dan Bengala.



27



Dengan begitu kekuataan kesultanan Mughall semakin lemah. Bangsa Maratha adalah kelompok yang paling diuntungkan dengan situasi demikian. Mereka juga telah berhasil membangun kekuatan dan sistem pemerintahan yang lebih rapi. Sedikit-demi sedikit daerah yang dahulu dikuasai kesultanan Mughal direbutnya, seperti Gujarat dan Malwa. Pada tahun 1758 masehi Punjab telah berhasil dikuasai Maratha, yang artinya Delhi sebagai pusat kekuasaan Mughal tinggal menunggu waktu saja. Dalam keadaan yang semakin kacau, para Raja Islam mulai sadar untuk melakukan persatuan melawan Maratha. Para raja Islam bersekutu dan meminta bantuan Sultan Ahmad Shah Durrani dari Afghanistan. Pada tahun 1760 masehi Maratha telah menyerang Delhi dan terus bergerak ke utara. Pada tahun 1761 masehi pecah pertempuran di dekat kota Panipat antara pasukan Maratha dengan pasukan gabungan kerajaan Islam India dan tentara Sultan Ahmad Shah Durrani. Tentara Maratha tidak kuasa menghadapi gabungan tentara Islam yang sangat tangguh. Sebanyak 200.000 tentara Maratha tewas dari seluruhnya yang berjumlah 300.000. Perang tersebut merupakan klimaks perlawanan Maratha terhadap kerajaan Islam di India, karena mereka tidak lagi berani mengusik kekuasaan Mughal di India. Keberhasilan menangkis perlawanan bangsa Maratha tidak serta merta membawa dinasti Mughal dalam kejayaan kembali. Kerajaan-kerajaan Islam yang semula bergabung melawan Maratha kembali melakukan rutinitasnya sebagai kerajaan yang berdiri sendiri. Tidak ada upaya nyata dalam menyatukan berbagai kerajaan tersebut. Dinasti Mughal tetap masih ada, tetapi layaknya sebagai macan ompong yang tidak lagi memiliki wibawa. Pemerintahan Sultan Mughal dijalankan oleh para Emir orang-orang kepercayaan yang kebanyakan berasal dari Afghanistan. Hingga akhirnya kekuasaan para Emir bertambah besar dan para Sultan Mughal hanya sebagai boneka alat dari para Emir, sampai datangnya penjajah Inggris para Sultan juga hanya menjadi boneka Inggris. Desintegrasi imperium Mughal terjadi setelah wafatnya Aurangzeb, namun gejalanya dan prosesnya sudah nampak terlihat ketika Aurangzeb masih hidup. Para pejabat negara baik sipil maupun militer umumnya berakhlak bejat dan korup, karena



28



dibesarkan dalam suasana kemewahan. Berkembangnya gaya hidup materialistic dan hedonistic. Para prajuritnya mengalami kemerosotan moral dan tidak ada semangat berjuang. Awal dinasti Babur atau Akbar Bersama tentaranya sanggup berjuang setiap hari selama 30 tahun. Akan tetapi pada masa pemerintahan Aurangzeb, para pejabat sipil dan militer diliputi kemewahan dan berpakaian sutra serta berangkat ke medan laga dengan mengendarai kereta.14 Bila ditelusuri selain sebab diatas, demoralisasi gaya hidup materialistic dan hedonis juga disebabkan oleh berbagai faktor bidang diantaranya adalah: •



Bidang Politik: -



Kebijakan politik Aurangzeb dalam beberapa hal dipandang refresif bagi komunitas Hindu dan Sikh.



-



Tidak adanya figure yang kuat setelah Aurangzeb.



-



Keamanan negara yang labil, karena banyaknya pemberontakkan dan perlawanan.



-



Timbulnya perang saudara yang berkelanjutan dalam setiap pergantian tahta.







Ekonomi -



Hancurnya system perekonomian negara, terutama dalam hal pemasukan keuangan, baik dari pajak atau perdagangan yang terus menerus merosot.



-



Banyaknya biaya atau ongkos yang dikeluarkan untuk membiayai peperangan, menumpas pemberontakan dan perlawanan dari orang-orang Hindu, Sikh dan Muslim sendiri.







Agama -



Sejak masa Aurangzeb diterapkan politik Islamisasi. Dengan adanya politik ini, sikap toleransi dan eklektik berkurang. Khususnya terhadap komunitas Hindu dan Sikh. Sehingga kedua komunitas tersebut merasa terancam dan tidak tenang.



-



Adanya Tindakan penganiayaan karena factor agama dari Sultan Aurangzeb, misalnya hukuman mati bagi Guru spiritual agama Sikh yang



14



Drs.Suwarno, M.S.I., Dinamika Sejarah Asia Selatan, Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2012 Hal: 103



29



ke-9 Tegh Bahadur, membuat Sultan Aurangzeb menjadi tidak popular dimata orang-orang Sikh. -



Kebijakan penghancuran kuil-kuil agama Hindu pada masa Aurangzeb (tetapi faktanya tidak Valid).15



C. Pembaharuan Pemikiran Islam Di India Gerakan pembaharuan yang terjadi dalam dunia Islam, selain Mesir dan Turki adalah Gerakan pembaharuan di India. Di India kesadaran akan kemunduran umat Islam bersamaan dengan waktu timbulnya di Turki, Di Abad kedelapanbelas Masehi Kerajaan Mughal menurun kekuasaannya. Sesudah wafatnya Sultan Aurangzeb di tahun 1707 M. Kerajaaan ini selalu dihadapkan dengan perang saudara untuk merampas kekuasaan di Delhi. Dalam keadaan serupa ini Raja-raja India, terutama dari golongan Maratha ikut pula dalam usaha merebut Delhi. Di tahun 1737 M, mereka sampai ke Delhi dan setelah merampas harta-harta rakyat yang hidup di pinggir Kota mereka Kembali. Dua tahun kemudian Nadir Shah dari Persia dalam serangan terhadap Kerajaan Mughal juga sampai ke Delhi dan setelah memperoleh harta rampasan yang besar ia meninggalkan Ibu Kota itu. Kedua serangan terhadap Delhi ini membuat golongan Sik serta Jat dan Gubernur-gubernur daerah berani mengambil sikap menentang terhadap Sultan. Dari pihak Eropa, Inggris telah pula memulaimemasuki anak benua ini, pada mulanya dengan maksud berdagang tetapi kemudian untuk menguasai India. Di permulaan pertengahan pertama dari abad kedelapanbelas peperangan-peperangan terjadi antara Kerajaan Mughal dan Inggris. Dalam peperangan itu Inggris selalu menang. Hal-hal inilah yang membuat pemikir-pemikir Islam India sadar akan kelemahan umat Islam.16 Posisi seperti ini membuat kerajaan Mughal berada di dalam dilema dan harus memilih dua jalan yang sama pahitnya. Berjuang bersama Hindu untuk menolak penjajah Inggris, atau bekerjasama dengan Inggris untuk melawan kekuatan Hindu.



15



Ibid, Hal. 103-104



16



Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid II, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), 1985, Hal.104-105



30



Namun pada kondisi tertekan seperti itulah umat Islam India mulai menyadari kemunduran dan kelemahan mereka, sehingga timbul keinginan untuk bangkit semula. Dalam mengawali penelaahan tentang berbagai arus pemikiran di kalangan ummat muslim pada masa kini, maka kan dihadapkan kepada kesulitan besar yang bersifat praktis. Todak ada Gerakan pemikiran terjadi tanpa adanya pengaruh. Apakah dorongan-dorongan itu dari luar yang mempengaruhinya itu banyak dan kuat ataukah sedikit dan lemah, semuanya terkait dengan tradisi pemikiran dari pihak yang bersangkutan dan dengan system pemikiran yang sudah ada. Kita tidak dapat berharap akan mampu memahami Gerakan-gerakan modern dalam islam, jika kita tidak mengaitkannya dengan latar belakang yang telah mapan.17 Gerakan-gerakan pembaharuan dan para pemikir Islam di India mulailah bermunculan, diantaranya adalah: 1. Gerakan Mujahidin: Syah Waliullah Sang Pelopor Salah seorang tokoh penting dalam sejarah pembaharuan pemikiran Islam di India adalah Syah Waliullah (1703-1762M), seorang ulama besar yang selalu mengikuti perkembangan umat. Di masa hidupnya dia sudah melihat bahwa umat Islam India berada dalam kondisi kritis. Dari aspek aqidah, ajaran Islam sudah sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur agama Hindu sehingga melahirkan berbagai perbuatan bid’ah. Dari aspek politik, pemerintahan Islam sudah sangat lemah, sehingga kekuasaan sesungguhnya kini berada di tangan orang Hindu. Untuk itu Syah Waliullah menulis surat kepada Raja Afghanistan, Sultan Ahmad Shah agar turun tangan menyelamatkan masyarakat Islam di India.Selain itu dia juga melihat aspek-aspek lain yang telah merusak ajaran Islam seperti, pergantian sistem pemerintahan dari kekhalifahan menjadi sistem monarki yang absolute, perpecahan di kalangan internal umat Islam dan taklid kepada penafsiran para ulama terdahulu. Untuk itu solusi terbaik menuntaskan permasalahan di atas adalah dengan membuka kembali pintu ijtihad, agar umat Islam hidup dinamis dan maju. Pemikiran



17



H.A.R Gibb, Aliran-aliran modern dalam Islam, Jakarta: Penerbit Rajawali, 1990, Hal.1



31



yang dinamis ini membuatnya dianggap sebagai pembuat jembatan penghubung di antara Islam abad pertengahan kepada Islam zaman modern. Ide-ide Syah Waliullah dilanjutkan oleh Syah Abdul Aziz (1746-1823M) yang melihat kenyataan bahwa pengaruh Inggris sudah tidak dapat dilawan dengan senjata. Umat Islam harus belajar kemajauan penjajah tersebut dengan mempelajari bahasanya terlebih dahulu. Pada saat yang sama ulama-ulama India telah berfatwa bahwa belajar bahasa Inggris hukumnya haram, sebab itu merupakan bahasa penjajah kafir. Syah Abdul Aziz menolak fatwa tersebut dan meminta pemuda-pemuda India belajar bahasa Inggris agar dapat mempelajari kemajuan mereka. Selain itu dia juga beralasan bahwa masyarakat Hindu telah banyak menguasai bahasa tersebut sehingga mereka lebih banyak berperan dalam bidang administrasi dan pemerintahan negara dibandingkan dengan umat Islam. Gerakan pembaharuan berikutnya dilanjutkan oleh Sayyid Ahmad Brelvi Syahid (1786-1831M) yang lahir di Rai Bareli. Pada awalnya dia adalah seorang tentara kavaleri yang handal di masa Nawab Amir Khan. Setelah Nawab bergabung dengan Inggris, Sayyid Ahmad keluar dari dunia meliter dan berguru dengan Shah Abdul Aziz di New Delhi. Inti pembaharuannya meliputi dua aspek, politik dan akidah. Dari aspek politik dia ingin mengembalikan daerah kekuasaan Islam yang telah jatuh ke tangan umat Hindu dan Sikh. Sementara pemikiran akidahnya berintikan pada konsep tauhid, antara lain: Pertama, Allah harus disembah secara langsung tanpa perantara. Kedua, Permasalahan tawassul dan wasilah yang berintikan bahawa kedudukan manusia di hadapan Allah adalah sama, sehingga tidak dibenarkan manusia meminta pertolongan kepada manusia dalam masalah ibadah. Ketiga, menolak semua bentuk tradisi bid’ah yang bertentangan dengan ajaran Islam. Untuk itu pintu ijtihad harus senantiasa terbuka sebab dia menjadi jawaban bagi semua permasalahan di atas. Sayyid Ahmad juga menentang taqlid pada pendapat ulama, termasuk diantaranya adalah menentang pendapat-pendapat keempat imam besar. Oleh karena itu berpegang pada mazhab tidak menjadi soal yang penting, sungguhpun ternyata ia sendiri adalah pengikut Mazhab Imam Abu Hanifah. Karena taqlid ditentang, pintu



32



ijtihad baginya terbuka dan tidak tertutup. Ijtihad diperlukan untuk memperoleh interpretasi baru terhadap ayat-ayat Al Qur’an dan hadits.18 Buah fikirannya ditulis dalam buku Sirat Al Mustaqim sebuah karya akidah yang berbeda dari buku sejenis di zaman itu yang kental dengan unsur-unsur mistik. Selain aktif sebagai penulis, dia juga seorang juru dakwah kawakan dan sukses walaupun bukan seorang orator. Sayyid Ahmad Syahid kemudian mendirikan Gerakan Mujahidin sebagai wadah untuk melakukan misi pembaharuannya. Pergerakan ini lebih menekankan pendekatan militer, sehingga aktif berperang membebaskan tanah kekuasaan Islam dari kelompok Sikh dan Hindu. Baginya hanya ada dua tanah kekuasaan yaitu Darul islam dan darul harb. Maka status darul harb harus dirubah menjadi darul Islam dengan cara peperangan atau jihad. Seperti dijelaskan di atas, tokoh ini dianggap sebagai penganut aliran keras dan militan serta menjadikan jihad sebagai alat pembaharuan. Ada pendapat menyatakan bahawa pemikiran ini muncul setelah dia kembali dari Mekkah di tahun 1822 M dan membawa pemahaman Wahabi. Pada akhirnya Sayyid Ahmad menemui syahidnya di dalam peperangan melawan Sikh pada tahun 1831 M di Balekot, kota kecil di kawasan Mansera dalam daerah Hazara. Sesudah kematiannya, maka kelompok Mujahidin terbagi dua, Satu kelompok



kembali



melanjutkan jihad dan kelompok lain beralih dari jihad peperangan kepada jihad pemikiran. Kelompok pertama diteruskan oleh dua orang bersaudara, Maulvi Wilayat Ali (1852M) dan Maulvi ‘Inayat Ali (1858M). Setelah kedua bersaudara ini wafat maka perjuangan melalui jalur bersenjata ini diteruskan oleh Maulvi Abdullah yang wafat pada tahun 1902 M. Sementara kelompok kedua, dipelopori oleh beberapa tokoh penting di antaranya: Muhammad Qasim, Muhammad Iqbal dan Muhammad Ishaq. Ketiganya berhasil mendirikan madrasah Darul Ulum di Deoband pada tahun 1878 M yang kedudukannya setara dengan al-Azhar di Mesir sebagai pusat pendidikan teologi Islam terkemuka di dunia. Walaupun gerakan Mujahidin sudah terbagi kepada dua, namun inti ajarannya tetap sama, yaitu pemurnian tauhid, menentang penjajahan Inggris,



Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),h.157-158. 18



33



menolak berbagai bid’ah dan lainnya. Hanya saja metode perjuangan yang berbeda, satu kelompok menggunakan senjata dan kelompok lain memprioritaskan dunia pendidikan. Karena dari aspek akidah ada persamaan di antara kelompok ini dengan kelompok Wahabi, maka ada yang menyebut gerakan Mujahidin dengan Wahabi India. Akan tetapi pernyataan tersebut tidak seluruhnya betul, sebab ada beberapa perbedaan mendasar di antara gerakan Mujahidin dengan Wahabi, khususnya dalam memandang masalah tasawuf. Kelompok Wahabi sangat keras menentang tasawuf sementara gerakan Mujahidin lebih toleran bahkan dipengaruhi oleh gerakan sufi di India. Maka ada pendapat menyatakan sesungguhnya penjajah Inggrislah yang pertama kali mengaitkan gerakan Mujahidin dengan Wahabiyah untuk merusak image gerakan ini. 2. Sayyid Ahmad Khan (1817-1898 M) Setelah hancurnya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal, sebagai akibat dari pemberontakkan 1857 M,muncullah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin ummat Silam India yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri dan maju Kembali sebagaimana di masa lampau. Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi, pada tahun 1817 M dan menurut keterangan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui Fathimah dan Ali. Neneknya Sayyid Hadi adalah pembesar Istana di zaman Alamghir II (1754-1759M). Ia mendapat didikan tradisionaldalam pengetahuan agamadan disamping Bahasa Arab, ia juga belajar Bahasa Persia. Ia orang yang rajin membaca dan banyak memperluas pengetahuan dengan membaca buku dalam berbagai bidang pengetahuan. Sewaktu berusia delapan belas tahun ia masuk bekerja pada serikat India Timur, kemudian ia bekerja pula sebagai hakim. Tetapi di tahun 1846 M ia pulang Kembali ke Delhi untuk meneruskan studi.19 Inti dari pemikiran Ahmad Khan adalah merubah konfrontasi menjadi kompromi, permusuhan menjadi persahabatan. Sikap menolak semua ide dari barat diubah dengan sikap kooperatif dengan mempelajari kemajuan peradaban dan teknologi yang ada pada penjajah tersebut. Baginya perlawanan terhadap Inggris hanya akan menambah kehancuran umat Islam. Untuk itu, dia berusaha memberi keyakinan



19



Ibid, Hal.165



34



kepada pihak Inggris bahwa pada pemberontakan tahun 1857 umat Islam bukan pemeran utama. Untuk itu ia juga mengeluarkan pamflet yang berisi tentang penjelasan tentang hal-hal yang membawa pada pecahnya pemberontakan tersebut. Di antara sebab-sebab yang ia sebut adalah sebagai berikut: a. Intervensi Inggris dalam soal keagamaan, seperti Pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti-panti yang diasuh oleh orang Inggris, pembentukkan sekolah misi Kristen dan penghapusan Pendidikan agama dari perguruan-perguruan tinggi. b. Tida turut sertanya orang-orang India, baik Islam maupun Hindu dalam Lembaga perwakilan rakyat, hal yang membawa kepada: 1. Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka anggap Inggris datang untuk merubah agama mereka menjadi Kristen. 2. Pemerintah Inggris tidak mengetahui keluhan-keluhan rakyat India. c. Pemerintah Inggris tidak berusaha mengikattali persahabatan dengan rakyat India, sedang kestabilan dalam pemerintahan bergantung kepada hubungan baik dengan rakyat. Sikap tidak menghargai dan tidak menghormati rakyat India, membawa kepada akibat yang tidak baik.20 Kemarahan umat Islam terjadi karena ada informasi yang menyatakan bahwa penjajah Inggris akan melakukan kristenisasi di India. Pada sisi lain penjajah Inggris juga tidak memahami permasalahan sensitif di kalangan masyarakat setempat sehingga banyak tindakan mereka yang menimbulkan kemarahan di tengah masyarakat. Banyak cadangan dan pemikiran Ahmad Khan yang dipakai oleh penjajah Inggris sehingga dapat memperbaiki hubungan India dengan Inggris, khususnya umat Islam. Atas jasa-jasanya tersebut maka kerajaan Inggris menganugerahkan gelaran Sir kepadanya. Kedekatan dan sikap kompromi Ahmad Khan terhadap pihak Inggris sesungguhnya didasari oleh kenyataan bahwa dua model pergerakan Islam di India yang pernah ada telah gagal, yaitu kelompok militan mujahidin dan kelompok reformis. Kelompok mujahidin gagal dengan pemberontakannya dan kelompok modernis kehilangan jati diri keindiaannya sebeb pemikirannya sudah dijajah oleh Inggris. Selain itu Ahmad Khan juga menggunakan pendekatan teologis dan historis. Baginya



20



Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),h.166.



35



hubungan kaum muslimin dengan umat Kristian Inggris jauh lebih dekat daripada dengan masyarakat Hindu India. Sebab Islam dan Kristian adalah penganut agama samawi, sementara Hindu agama bumi atau filsafat. Dari aspek historis, hubungan di antara Islam dan Hindu selalu dihiasi dengan berbagai pemberontakan dan peperangan. Pertimbangan lain kondisi umat Islam sebagai kelompok minoritas membuatnya lebih berpihak kepada Inggris dari India. Baginya keamanan umat Islam di India hanya bisa terjadi selama Inggris masih memerintah India. Jika Inggris kalah maka umat Islam akan tertindas.Dalam aspek pemahaman keagamaan, Ahmad Khan dianggap cenderung kepada Qadariah, yang menganggap manusia memiliki kebebasan untuk memanfaatkan daya yang telah diciptakan tuhan kepadanya. Selain itu dia juga berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini sudah ada aturannya yang disebut dengan sunnatullah. Ahmad Khan juga menolak taklid dan menyerukan semangat ijtihad untuk menyesuaikan pemahaman keagamaan dengan keadaan masyarakat yang sudah berubah. Bahkan dia juga sangat kritis terhadap hadits dan berpendapat bahwa hanya Al Quran yang mutlak benar sementara hadits masih perlu diselidiki kesohihannya. Pemikiran Ahmad Khan menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Kelompok pro Barat sangat mengaguminya dan menganggapnya sebagai seorang modernis Muslim. Apalagi Ahmad Khan memang dikenal dekat dengan kalangan orientalis Barat seperti Thomas Arnold (1795-1842M) seorang ilmuan Inggris yang terkenal. Maka wajar jika Wilfred Cantwell Smith (1916-2000M) penulis buku Modern Islam in India menyediakan bab khusus di dalam bukunya tersebut berbicara dan memuji Ahmad Khan. Namun sebagian intelektual muslim menolak pemikirannya kerana dianggap terlalu rasional dan dipengaruhi pemikiran Barat. Ini dapat dilihat dari pandangan politiknya yang seringkali berpihak kepada kepentingan penjajah Inggris. Sementara dari aspek epistimologi, dia berpendapat bahwa kebenaran harus berdasarkan fakta-fakta ilmu pengetahuan dan hukum alam. Baginya Islam agama ciptaan Tuhan. Alam ini juga ciptaan Tuhan dan diatur dengan ketentuan-ketentuan yang disebut dengan hukum alam. Maka Islam tidak akan mungkin bertentangan dengan ilmu pengetahuan, karena keduanya berasal dari Tuhan. Penemuan sains di barat adalah benar, sebab berdasarkan hukum alam. Ini yang dikatakannya dengan: “There can be no contradiction between “word of God and the work of God”. Ahmad



36



Khan berpendapat bahawa ilmu alam adalah bentuk lain dari wahyu tuhan. Bahkan lebih jauh dikatakannya “Islam is nature and nature is Islam.” Jika Islam tidak mengambil sikap seperti ini maka agama ini tidak akan punya masa depan. Dari aspek perbandingan agama, dia berusaha memadukan aspek-aspek persamaan di antara ajaran Islam dan Kristen dengan mengemukakan ayat-ayat Al Quran yang sejalan dengan ajaran bible dan kemudian ditafsirkan menurut kecenderungan pemikiran pluralismenya. Oleh sebab itu Jamaluddin Al Afghani dalam majalah Al ‘Urwah Al Wutsqa mengkritik penyimpangan yang terjadi pada pemikiran Ahmad Khan, serta menolak ide tersebut dengan menulis buku Ar Rad ‘ala Ad Dahriyin yang intinya menjelaskan bahawa ajaran Islam itu berbeda dan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh agama lain. Selain itu Jamaluddin juga membalas sikap Ahmad Khan yang terlalu dekat dengan Inggris dan membuat berbagai kenyataan yang membenarkan semua sikap Inggeris khasnya keyakinan Kristian yang mereka anut berpadukan ayat-ayat Al Qur’an yang ditafsirkannya . Terlepas dari pro dan kontra, sesungguhnya Ahmad Khan menduduki posisi sangat penting di dalam pembaharuan pemikiran Islam di India. Bahkan Harun Nasution menyamakan kedudukannya dengan Abduh di Mesir, sebab keduanya sama-sama cenderung kepada Qadariah, menolak taklid dan menjunjung tinggi kemampuan akal manusia. Harun dan Abduh adalah pembaharu penting di dalam dunia Islam. Pendapat ini bukanlah sesuatu yang baru, sebab suara yang sama pernah disampaikan oleh Ahmad Amin dan juga Wilfred Cantwell Smith. Bahkan tokoh terakhir ini bertindak lebih jauh dengan menyamakan kedudukan Abduh, Ahmad Khan, Namik Kemal, Tevfic Fikret dengan Haji Agussalim (1884-1955 M) dari Indonesia. Namun jika diamati secara lebih jauh dan tajam sesungguhnya pernyataan tersebut tidak pada tempatnya. Oleh sebab itu Muhammad Al Bahi menolak keras penyamaan tersebut dan menjelaskan bahwa ada beberapa perbedaan fundamental di antara keduanya: Pertama, Abduh selalu menyuarakan penolakan terhadap penjajah asing, sementara Ahmad Khan justeru selalu bekerjasama dengan penjajah Inggris. Kedua, Abduh menolak kebenaran ajaran Kristen sebagaiamana ditulis di dalam bukunya “alIslam wal Nasraniyah ma‘al ‘ilm wa al madniyah”. Sementara Ahmad Khan justru berusaha menjelaskan kebenaran ajaran Kristen, khususnya dalam keaslian kitab suci mereka di dalam bukunya “Tabyin al-Kalam”.46 Pemikiran kontroversi dalam buku ini ternyata akhirnya lenyap bukan saja di kalangan intelektual muslim di India, namun 37



juga pada karya-karya berikutnya. Maka dengan tegas Al Bahi menyesalkan sikap gegabah Ahmad Amin namun tetap beranggapan baik dan menyatakan bahwa intelektual tersebut mungkin terlalu percaya pada sumber orientalis tentang pemikiran keagamaan dan politik Ahmad Khan. Jika Al Bahi bersifat lebih moderat, Maryam Jameelah justeru menganggap pemikiran Ahmad Khan sudah keluar dari ajaran Islam. Ahmad Khan baginya jauh berubah setelah terjadi pemberontakan 1857M yang memposisikan dirinya sebagai pembela Inggris dan Kristen. Bahkan banyak pemikirannya mulai berbau kontroversi seperti, Al Qur’an dan Al Hadits hanya berbicara masalah ibadah yang sempit, penerimaan wahyu hanya merupakan sesuatu yang bersifat khayali dan hukum potong tangan terhadap pencuri sudah tidak sesuai dengan zaman.



3. Gerakan Aligarh Ide-ide yang dicetuskan oleh Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan diteruskan setelahnya oleh murid serta pengikut dan timbullah apa yang dinamakan dengan Gerkan Aligarh. Pusatnya adalah di Sekolah M.A.O.C, yang didirikan pemimpin pembaharuan Islam India itu. di Aligarh. Setelah ditingkatkan menjadi Universitas, dengan nama Universitas Islam Aligarh di tahun 1920 M. Perguruan ini meneruskan tradisi sebagai pusat Gerakan pembaharuan Islam India. Gerakan Aligarh inilah yang menjadi penggerak utama bagi terwujudnya pembaharuan di kalangan ummat Islam India. Dengan adanya Gerakan ini, ide-ide pembaharuan selanjutnya akan tercetus dan dicetuskan oleh Amr Ali, Muhammad Iqbal, Maulana Abul Kalam Azad, dan yang lainnya. Gerakan ini pulalah yang meningkatkan ummat Islam India dari masyarakat yang mundur menjadi masyarakat yang bengkit menuju kemajuan. Pengaruhnya terasa besar sekali di kalangan intelegentia Islam india.21



21



Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),h.174.



38



Sementara bagi kalangan Hindu pendirian gerakan Aligarh erat hubungannya dengan ketakutan umat Islam terhadap kebangkitan masyarakat Hindu. Sehingga ada pendapat yang menyatakan bahwa pendirian gerakan ini sesungguhnya tidak realistik dan bersifat romantic. Hubungan yang kurang baik di antara Hindu dan Islam hanya meliputi kelompok elit dan menengah, bukan masyarakat bawah. Oleh sebab itu sikap curiga Ahmad Khan terhadap umat Hindu dianggap terlalu berlebihan. Namun bagi pihak muslim pendirian gerakan Aligarh tidaklah sesederhana hal di atas. Sebab permasalahan Hindu dan Muslim sudah ada semenjak lama, di mana banyak fakta membuktikan bahawa Islam dan Hindu sukar sekali hidup bersama di dalam satu bangsa. Gerakan ini berpusat di sekolah Muslim Anglo Oriental College (MAOC) yang didirikannya pada tahun 1878 M. Pusat pendidikan ini mengajarkan ilmu-ilmu keislaman (Islamic studies) dengan menggunakan metode barat. Bahkan ada sebagian orang beranggapan bahwa gerakan ini adalah kelompok orang yang menyokong imprealis Barat. Maka wajar jika sekolah ini mendapat banyak fasilitas dari Inggris sehingga pada tahun 1920 M sekolah ini berubah menjadi Universitas Islam Aligarh dan berperan sebagai pusat gerakan pembaharuan Islam di India. Nawab Muhsin Al Mulk atau Sayyid Mahdi Ali (1837-1907M) adalah pelanjut pimpinan Gerakan Aligarh dalam mengembangkan pembaharuan Sayyid Ahmad Khan. Namun tokoh ini bersifat lebih lembut sehingga dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat Islam, baik kelompok modernis maupun ulama Deoband yang selama ini tidak sejalan dengan pemikiran Sayyid Ahmad Khan. Pada akhirnya dia berhasil membentuk Liga Muslimin India pada tahun 1906 M. Tokoh berikutnya yang berperan dalam Gerakan Aligarh adalah Viqar Al Mulk (1841-1917M) yang pada awalnya sangat sejalan dengan Ahmad Khan, khususnya dalam masalah kerjasama dengan Inggris, namun kemudian berubah dan berupaya mengurangi pengaruh Inggris dari MAOC. Setelah itu ada beberapa nama lain yang berpengaruh terhadap Gerakan Aligarh seperti Chiragh Ali, Solahudin Khuda, Maulvi Nazir Ahmad, dan Muhammad Sibli Nu’mani (1875-1914M). Namun setelah meninggalnya Ahmad Khan para pengikutnya sekurang-kurangnya dapat dibagi dua, ada yang masih sejalan namun ada juga yang sudah meninggalkan beberapa prinsip pokok, seperti bekerjasama dengan penjajah Inggeris dan lebih dekat kepada pihak Islam khususnya para Ulama Deoband.



39



4. Sayyid Amir Ali (1849- 1928 M) Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi’ah yang di zaman Nadir Syah (17361747 M), pindah dari Khurasan Persia ke India. Keluarga ini kemudian bekerja di Istana Raja Mughal. Sayyid Amir Ali lahir pada tahun 1849 M dan meninggal dalam usia tujuh puluh Sembilan pada tahun 1928 M. Pendidikannya ia peroleh di Perguruan Tinggi, Muhsiniyyah yang berada di dekat Kalkuta. Disinilah ia belajar Bahasa Arab, selanjutnya ia belajar Bahasa Inggris dan hukum Inggris. Di Tahun 1869 M, ia pergi ke inggris untuk meneruskan studi dan selesai di tahun1873 M, dengan memperoleh kesarjanaan dalam bidang hukum. Selesai dari studi ia Kembali ke India dan pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah Inggris, pengacara, hakim dan guru besar dalam hukum Islam. Yang membuat ia terkenal adalah aktivitasnya dalam bidang politik dan buku karangannya The Spirit of Islam dan A Short History of The Saracens.22 Pada tahun 1877 membentuk National Muhammedan Association (NMA) sebagai wadah persatuan umat Islam India dan membela kepentingan umat Islam di negara tersebut. Enam tahun setelahnya (1883M) ia dilantik menjadi satu dari tiga Anggota Majelis Raja Inggris di India dan satu-satunya yang beragama Islam. Pada tahun 1904 M, dia meninggalkan India untuk menetap di Inggris dan beberapa tahun kemudian menikah dengan gadis Inggris. Karena hubungan baiknya dengan Inggris, dia pun diangkat menjadi orang India pertama dalam Judical Committee of Privacy Council (JCPC). Pokok pembaharuan pemikiran Islam Amir Ali dijelaskan di dalam buku fenomenalnya “The Spirit of Islam”. Buku ini dianggap sebagai satu penafsiran baru dalam memandang Islam, khususnya untuk masyarakat Barat, sehingga di kalangan intelektual Barat buku tersebut merupakan karya terbaik yang pernah ditulis untuk menjelaskan konsep modern di dalam Islam. Inti karya tulisnya menjelaskan Islam sebagai agama kemajuan berdasarkan bukti sejarah dan tamaddunnya di masa lampau.



22



Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),h.181.



40



Kemunduran Islam hari ini menurutnya disebabkan perhatian yang lebih diorientasikan kepada ibadah dan kehidupan di hari kemudian (baca; akhirat). Maka kunci kemajuan Islam di masa depan adalah membuka pintu ijtihad dan memaksimalkan peranan akal yang sesungguhnya memiliki posisi penting di dalam Islam. Amir Ali cenderung kepada pemikiran liberal, seperti jelas terlihat pada pendapatnya bahwa Al Qur’an dari aspek sejarah, sejatinya hanya sesuai untuk masa Rasul shollallahu ‘alaihi wassalam dan jaman ketika itu. Bahkan, Rasul shollallahu ‘alaihi wassalam seolah telah memberi isyarat bahwa ajaran Islam memerlukan akal untuk memahami sebab ada kemungkinan wahyu tidak dapat menjelaskan semua permasalahan yang akan dihadapi. Pendapatnya ini disandarkan pada hadits tentang pengutusan Mu’az ke Yaman. Pemikiran Amir Ali begitu dipengaruhi oleh filsafat dan teologi Syi‟ah, terutama dalam masalah perbuatan manusia yang cenderung kepada Mu’tazilah. Dia berpendapat bahwa kemajuan Islam ada kaitan dengan pemahaman teologi atau ilmu kalam. Islam pernah berhasil di masa Al Mutawakkil yang menjadikan Mu’tazilah sebagai mazhab resmi Negara, sementara kemunduran Islam terjadi setelah menganut mazhab Asy’ariyah. Baginya, pemahaman teologi ini menentang rasionalitas dan lebih bertumpu kepada kepasrahan mendalam (jumud), tidak bersifat dinamis. Agar umat Islam maju harus kembali kepada pemikiran rasional dalam Islam Mu’azilah. Meskipun dipengaruhi pemikiran Ahmad Khan, Amir Ali berbeda pandangan dalam masalah perbandingan agama. Jika Ahmad Khan cenderung kepada pluralisme agama, maka Amir Ali justru menjelaskan secara mendalam perbedaan dan kelebihan ajaran Islam dibandingkan dengan agama-agama lain khususnya Kristen. Terlepas dari pro dan kontra, tulisannya tentang Islam memberikan nuansa baru baik di Timur maupun di Barat. Adapun intisari buku “The Spirit of Islam” sesungguhnya membela ajaran Islam dengan pendekatan Barat, tetapi dengan menggunakan metode yang melahirkan polemik di antara kalangan intelektual Islam di India dan Pakistan. 5. Muhammad Iqbal (1877-1938 M): Pemersatu Dua Kutub Pemikiran Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkot pada tahun 1876 M. Untuk meneruskan studi, kemudian ia oindah ke Lahore dan belajar di sana sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Di Kota itulah ia 41



berkenalan dengan Thomas Arnold, seorang orientalis yang menurut keterangan mendorong Iqbal untuk studi di Inggris. Di tahun 1905 M ia pergi ke negara ini dan masuk ke Universitas Cambridge untuk mempelajari filsafat. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich, Jerman dan disinilah ia memperoleh gelar Ph.D., dalam tasawuf dengan desertasi berjudul The Development of Metaphysics in Persia. Tahun 1908 dia kembali ke Lahore bekerja sebagai seorang lawyer dan dosen filsafat di beberapa universitas. Hasil dari kuliah filsafatnya pada akhirnya menjadi buku sangat terkenal, “The Recontruction of Religious Thought in Islam” yang membahas masalah keagamaan seperti Tuhan, kenabian, hukum, filsafat, tasawuf dan lainnya dengan pendekatan modern dan sangat sistematik. Ini adalah hasil ceramahceramah yang diberikannya di beberapa universitas di India. Kemudian ia memasuki bidang politik dan di tahun 1930 M dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Di dalam perundingan Meja Bundar di London, ia turut dua kali mengambil bagian. Ia juga menghadiri K0onferensi Islam yang diadakan di Yerussalem. Di tahun 1933 M ia diundang ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukkan Universitas Kabul. Dalam usia enam puluh dua ia meninggal dunia di tahun 1938 M.23 Inti dari pemikiran pembaharuan Iqbal juga tidak jauh berbeda dengan tokohtokoh lain di India, khususnya dalam merespon kondisi masyarakat yang jumud dan tertinggal. Selain itu dia juga menolak pemahaman dan pengamalan yang salah tentang konsep zuhud dalam ajaran tasawuf yang menjadi satu penyebab kemunduran umat Islam. Kemudian Iqbal menyerukan semangat ijtihad, sebab baginya pintu ijtihad tetap terbuka dan menjadi lambang kedinamisan hukum Islam. Untuk itu Iqbal membagi Ijtihad kepada tiga tingkatan, yaitu: Ijtihad Mutlak (complete authority), Ijtihad Relatif (relative authorithy) dan Ijtihad Khusus (special authorithy). Ketiga peringkat ijtihad tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi modern dan mencela anggapan bahwa ijtihad, khususnya pada peringkat pertama seakan hanya dapat dilakukan oleh generasi awal Islam saja. Iqbal menambahkan bahwa Islam adalah agama dinamis dan



23



Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),h.190-191.



42



menyerukan agar umat bangkit dan membangun dunia baru. Maka perkataannya yang terkenal adalah “kafir aktif lebih baik daripada muslim tidur”. Namun ada perbedaan di antara Iqbal dengan dua kelompok umat Islam di India, yaitu, Mujahidin dan reformis. Iqbal tidak setuju dengan kelompok Mujahidin yang terlalu eksterm menolak Barat. Pada sisi lain dia juga tidak sependapat dengan kelompok reformis sebagai peniru barat. Baginya sebahagian filsafat barat seperti pemikiran kapitalisme dan imprealisme mutlak harus ditolak, apalagi filsafat sekularisme dan atheisme. Namun Iqbal menganggap ilmu pengetahuan barat dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Iqbal juga menolak pemikiran kelompok pro barat yang menerima filsafat maupun pemahaman keagamamaanya secara utuh. Untuk itu dia banyak memberikan kritik terhadap pemikiran filsafat barat, seperti pembuktian adanya tuhan yang diungkapkan oleh para filosof barat dengan mengemukakan teori atau dalil kosmologi, ontologi, teleologi. Sementara dari aspek keagamaan dia menjelaskan perbedaan ajaran Islam dengan Kristian dan Hindu baik dalam masalah teks kitab suci mahupun sisi rasionalnya. Dia juga menolak filsafat Hindu yang mendudukkan manusia berkasta-kasta. Baik dari aspek sosial maupun keagamaan. Menurut Iqbal manusia pada hakikatnya adalah sama dan tidak mengenal sectarianism. Iqbal juga berbeda dengan tokoh India muslim sebelumnya, Ahmad Khan, khususnya dalam masalah perbandingan agama dan hukum. Iqbal menolak konsep pluralisme, sementara pemikiran Ahmad Khan justeru ke arah itu. Ahmad Khan tetap mencoba mencari titik temu di antara Islam dan Kristen, sementara Iqbal justeru menunjukkan perbedaannya. Sementara di dalam masalah hukum, Iqbal menerima Ijma’ sebagai salah satu sumber hukum Islam, sementara Ahmad Khan menolaknya. Karya terbesar Iqbal sesungguhnya adalah ide tentang negara Pakistan yang disampaikannya dalam Muktamar tahunan Liga Muslim tahun 1930 M. Pada pertemuam inilah pertama kali konsep negara Islam Pakistan dicanangkan dan juga rencana pemisahan Pakistan dari India. Harun Nasution berpendapat bahwa pengaruh terbesar dari Iqbal adalah lahirnya sikap dinamis di kalangan umat Islam India dan menunjukkan mereka jalan 43



untuk menempuh kehidupan yang terbaik sebagai masyarakat minoritas.86 Namun sayangnya Harun tidak menjelaskan pemikiran Iqbal secara utuh dan aspek yang membedakannya dengan tokoh-tokoh lain seperti telah diungkapkan di atas. Seperti diungkapkan di atas, Iqbal sesungguhnya dianggap sebagai intelektual muslim yang mampu menyatukan dua kutub pemikiran, Timur dan Barat, dua dunia pemikiran, Filsafat dan Tasawuf, sehingga hampir tidak ada tokoh sesudahnya yang mampu melakukan hal tersebut. 6. Muhammad Ali Jinnah (1876-1948M): Bapak Pakistan Muhammad Ali Jinnah adalah anak seorang saudagar dan lahir di Karachi pada tanggal 25 Desember 1876 masehi. Saat remaja ia telah pergi ke London untuk meneruskan studi dan disanalah ia memperoleh kesarjanaannnya dalam bidang hukum di tahun 1896 M. Pada tahun itu juga ia kembali ke India dan bekerja sebagai pengacara di Bombay. Tidak lama sesudah itu ia menggabungkan diri dengan Partai Kongres Nasional India. Politik patuh dan setia pada pemerintah Inggris yang terdapat dalam Liga Muslimin tidak sesuai dengan jiwanya. Ia lebih sesuai dengan jiwa menentang Inggris untuk kepentingan Nasional India.yang terdapat dalam Partai Kongres, oleh karena itu ia menjauhkan diri dari Liga Muslimin hingga tahun 1913 M. Ketika organisasi ini merubah sikap dan menerima ide pemerintahan sendiri bagi India, sebagai tujuan perjuangan mulai dari waktu itu sampai dengan akhir hayatnya sejarah hidup dan perjuangannya banyak berkaitan dengan Liga muslimin dan perjuangan ummat Islam india untuk menciptakan Pakistan. Kalau Iqbal pencetus ide Pakistan, maka Jinnah lah yang memperjuangkan sehingga Pakistan memiliki wujud. Pada tahun 1913 itu juga, Jinnah dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Pada waktu itu ia masih mempunyai keyakinan bahwa kepentingan umat Islam India dapat dijamin melalui ketentuan-ketentuan tertentu dalam Undang-Undang Dasar. Untuk itu ia mengadakan pembicaraan dan perundingan dengan pihak Kongres Nasional India. Salah satu hasil dari perundingan ialah Perjanjian Lucknow 1916 M. Menurut perjanjian itu umat Islam India akan memperoleh daerah pemilihan terpisah dan ketentuan ini akan dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar India yang akan disusun kelak kalau telah tiba waktunya. Tetapi lama-kelamaan ia melihat bahwa untuk



44



memperoleh pandangan yang sama antara golongan Islam dan golongan Hindu sangat sulit. Gandhi mengeluarkan konsep nasionalisme India yang di dalamnya umat Islam dan Hindu tergolong menjadi satu bangsa. Dimana konsep Gandhi ini dan politik nonkoperasinya ia tentang dan akhirnya ia meninggalkan Partai Kongres. Selanjutnya dalam Konferensi Meja Bundar London yang diadakan pada tahun 1930-1932 M ia menjumpai hal-hal yang menimbulkan perasaan kecewa dalam dirinya. Ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari lapangan politik dan menetap di London. Di sana ia bekerja sebagai pengacara dan di lain tempat Liga Muslimin perlu pada pimpinan baru lagi aktif, maka pada tahun 1934 M, ia diminta pulang oleh teman-temannya dan pada tahun itu juga ia dipilih menjadi ketua tetap dari Liga Muslimin24 Jinnah telah mulai memasuki dunia politik sejak tahun 1906, kemudian bergabung dengan Indian National Congress di bawah bimbingan Dadabhai Naoroji. Pada tahun 1910 dia terpilih menjadi ahli Viceroy’s Legislative Council mewakili masyarakat Muslim Bombay. Berbeda dengan tokoh pergerakan Islam sebelum dan sezamannya yang biasanya melalui pendidikan Islam tradisional, Jinnah justru melalui semua pendidikan di sekolah sekuler. Maka ada sebagian pendapat menyatakan bahwa Jinnah pada awalnya tidak lebih dari seorang nasionalis moderat yang tidak memiliki keterikatan apapun dengan gerakan Islam. Maka wajar jika pada awalnya dia tidak menolak konsep satu Negara yang dicadangkan masyarakat Hindu dan nasionalis Muslim. Sesudah tahun 1913 M barulah Jinnah lebih dekat kepada kepentingan Islam dan mendukung berdirinya Negara Islam Pakistan. Perubahan pada diri Jinnah terjadi pada April tahun 1913 M saat mengunjungi London dan bertemu dengan Maulana Muhammad Ali dan Syed Wazir Hasan. Kedua tokoh ini meminta Jinnah untuk bergabung dengan Liga Muslim. Ide tentang negara Islam Pakistan sudah mulai ditiupkan oleh Shah Waliullah, lalu dimunculkan oleh Ahmad Khan, dan dikumandangkan oleh Iqbal, akan tetapi Jinnah sesesungguhnya



24



Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),h.195-196.



45



orang yang merealisasikannya. Artinya, Jinnah mampu merealisasikan ide-ide tokoh sebelumnya ke alam nyata. Dia lebih cenderung kepada praktisi bukan pemikir. Walaupun tidak banyak mengeluarkan filsafat dan pemikiran seperti Iqbal, akan tetapi perannya dalam membangun negara Islam Pakistan tidak dapat diingkari. Pada sisi lain perannya mewujudkan negara Islam adalah bukti bahwa dia tetap berasusmsi Islam sebagai agama yang sempurna, bukan hanya mengatur permasalahan ibadah, akan tetapi juga negara. Pada hakikatnya pendirian negara Islam Pakistan yang merdeka tanggal 15 Agustus 1947 M adalah klimaks dari perjuangan umat Islam di India untuk memiliki negara sendiri. yang didasari keyakinan bahawa Hindu dan Muslim di India sesungguhnya tidak mungkin dapat bersatu. Karena agama, budaya dan adat yang berbeda, yang bisa menjadi penghalang perpaduan bangsa di masa akan datang seperti telah diramalkan oleh Shah Waliullah, Ahmad Khan dan Iqbal. Kenyataan ini ternyata terbukti dengan berbagai konfik yang terjadi di antara umat Islam dengan umat Hindu, seperti peristiwa bulan May 1923 di Calcuta, Juli 1924 di Bakrid dan Gulburga dan 2 April 1926 di Calcuta yang meninggalkan banyak korban. Bahkan di tahun 1927 saja ada lebih kurang 31 kasus pertumpahan darah. Penyebab konflik sudah sangat beragam, dari masalah sejarah, politik, agama, bahkan yang terakhir disebabkan oleh masalah ekonomi. Karena dari aspek terakhir ini umat Islam berada pada tingkatan yang lebih rendah dibandingkan masyarakat Hindu. Namun yang jelas benih konflik itu sudah ada semenjak awal, dan peristiwa mutini tahun 1857 M itu merupakan salah satu puncaknya. 7. Abul Kalam Azad (1888-1958 M) Nasionalisme India Maulana Abul Kalam Azad dilahirkan di Mekkah, pada tanggal 11 November 1888 M. Orang tua Abdul Kalam Azad adalah seorang ulama dan pemimpin yang pindah ke Mekkah setelah gagalnya pemberontakan tahun 1857 M. Maulana Abul Kalam Azad beruntung mendapat kesempatan dibesarkan dalam lingkungan yang sangat Islami. Ayahnya, yaitu Maulana Muhammad Khairuddin adalah seorang ulama terkemuka, yang menulis banyak buku dalam bahasa Arab dan Persia akhirnya menjadi rujukan ribuan mahasiswa dari segala penjuru India. Pasca pecah perlawanan terhadap penjajah Inggris pada tahun 1857M, ayah Abul Kalam Azad mengungsi ke Arab saudi dan tinggal di Mekkah, meninggalkan kota 46



asalnya, Delhi bersama ribuan orang lainnya. Dalam usia masih muda yakni usia 24 tahun, pada tahun 1912 M Abul Kalam Azad membuat suatu majalah di Kalkuta yang bernama Al Hilal sebuah majalah mingguan berbahasa Urdu. Penerbitan mingguan ini sebenarnya terinspirasi oleh majalah Al Urwah Al Wustsqa yang diterbitkan oleh Jamaluddin Al Afghani. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa para tokoh pembaharu Islam sesungguhnya menginginkan adanya negara tersendiri yang dapat menjadi rumah bagi umat Islam. Kerana sejarah dan realitas membuktikan sangat sukar bagi umat Islam hidup berdampingan dengan masyarakat mayoritas Hindu India. Namun ada tokoh yang berfikir sebaliknya, dia adalah Abul Kalam Azad (selanjutnya disebut Azad) yang menginginkan agar Islam dan Hindu dapat sama-sama menentang penjajahan Inggeris untuk menciptakan negara India merdeka dimana muslim dan Hindu bisa hidup berdampingan secara baik. Prinsip ini yang membuat Azad setia kepada partai Kongres India dan menjadi salah seorang tokoh penting serta beberapa kali pernah menjadi Menteri Pendidikan mewakili partai tersebut. Maka wajar jika dia dianggap Muslim India yang paling berpengaruh di setiap golongan masyarakat, baik kalangan intelektual maupun orang awam. Abul Kalam memiliki dasar pendidikan Islam yang baik. Dia dilahirkan di Mahalla Qidwah, tak jauh dari Bab as Salam, Mekkah, pada tahun 1888 M, Namun setelah orang tuanya meninggal Azad kembali ke India dan menetap di sana sehingga meninggal dunia di Delhi pada tanggal 22 Februari 1958 M. Azad lebih menonjol di aspek politik. Bahkan dia dianggap orang yang mampu memberi pencerahan terhadap para ulama yang selama ini menjauhi dunia politik untuk ikut serta dalam dunia tersebut. Ini yang dikatakan oleh seorang ulama besar dari Deoband, Mawlana Mahmud Hasan, bahwa kami para ulama tertidur, Azad telah membangunkan kami dari tidur yang nyenyak. Dialah yang telah memadukan di antara agama dan politik. Bahkan orang yang memisahkan agama dari politik adalah satu kesalahan. Dalam masalah pemikiran Islam Azad menulis beberapa karya, di antaranya: Jurnal al-Hilal (1912-1914M), Al Balaghah (1915-1916M), Tazkirah (1919M), Tarjuman al-Quran (1931-1934M), dan Ghubar i-Kathir (1946M). Hampir semua tulisannya berisikan masalah pendidikan dan filsafat. Ada beberapa persamaan dan perbedaan di antara Ahmad Khan dan Azad, di antaranya: Pertama, keduanya sama-sama menyerukan kepada kebebasan berfikir dan 47



membuka pintu ijtihad. Kedua, keduanya menjadikan ayat-ayat al-Quran sebagai dalil untuk kepentingan politik yang mereka ambil. Ahmad Khan menggunakan ayat-ayat berkenaan dengan Ahlul Kitab di dalam surah Ali Imran ayat 64 sebagai dalil bahwa umat Islam lebih dekat kepada Inggris yang beragama Nasrani (ahlul-kitab) dibandingkan dengan umat Hindu India yang musyrik. Sementara Azad menggunakan surah alMumtahanah ayat 8-9 sebagai dalil bahwa umat Islam dan Hindu India sesungguhnya penduduk pribumi yang sedang dijajah Inggeris. Keduanya harus saling membantu menolak penjajahan seperti dimaksud dalam ayat tersebut. Pada sisi lain keduanya berbeda dalam melihat konsep pan islamisme yang diasaskan oleh Jamal alDin al-Afghani. Ahmad Khan menolak menjadikan Turki sebagai pusat pemerintahan Islam sebab pada saat itu Negara tersebut dalam keadaan sekarat. Sementara Azad masih berharap agar Turki mampu membantu India melepaskan diri dari penjajahan Inggeris. Selain itu mereka juga berbeda dalam menentukan konsep Negara. Ahmad Khan lebih cenderung kepada pendirian satu negara tersendiri yang memisahkan Islam dan Hindu, sementara Azad menginginkan satu negara dimana Hindu dan Islam dapat hidup bersama. Akan tetapi ada pemikiran keagamaan Azad yang kontroversi, khususnya dalam masalah kesatuan agama. Dalam hal ini dia seakan menganggap bahwa semua agama pada hakikatnya benar jika setiap pemeluknya menjalankan agama mereka dengan baik. Hal ini juga diungkapkan oleh Asfaque Husein bahawa di dalam buku Tarjuman Al Qur’an Azad menjelaskan inti dari Islam itu adalah : Pengakuan akan keesaan Allah, dan kesatuan agama-agama. Baginya Islam tidak boleh menganggap dirinya superior dibandingkan agama lain, sebab semua agama sesungguhnya sama benarnya. Dari ungkapan di atas dapat dilihat bahwa Azad cenderung kepada pemikiran pluralisme yang menganggap kebenaran tidak tunggal akan tetapi ada pada setiap agama dan pemikiran.



48



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Berdasarkan hasil telaah dari beberapa referensi, bahwasanya dapat diambil kesimpulan bahwa India memiliki posisi penting dalam sejarah peradaban dan pembaharuan pemikiran di dalam Islam. Benih yang ditanam Syah Waliullah kemudian dipupuk dan dikembangkan oleh para penerusnya. Kondisi politik dan sosial pada waktu itu membuat setiap tokoh memiliki cara tersendiri untuk menghidupkan api Islam di tanah Indus. Maka kenyataan ril pada waktu itu harus dijadikan bahan utama dalam memberikan penilaian terhadap pemikiran setiap tokoh yang telah berijtihad. Pemahaman seperti ini diharapkan dapat menjadi input terhadap perumusan konsep pembaharuan dalam Islam di masa kini dan akan datang. Sejarah Islam di India beserta para dinasti dan Raja-raja yang pernah berkuasa dizamannya, sangat berpengaruh terhadap cara berpikir dan bersikap masyarakat modern sekarang ini. Dimulai dari awal masuknya Islam di India hingga runtuhnya Kerajaan Mughal. Kondisi politik dan sosial pada waktu itu juga membuat setiap tokoh memiliki cara tersendiri untuk menghidupkan api Islam di tanah Indus. Oleh sebab itu kenyataan ril pada waktu itu harus dijadikan bahan utama dalam memberikan penilaian terhadap pemikiran setiap tokoh yang telah berijtihad. Namun pembaharuan dan ijtihad bukan berarti kebebasan berfikir tanpa batas di mana ada rambu-rambu yang harus dipatuhi, yakni agama. Pemahaman seperti ini diharapkan dapat menjadi input terhadap perumusan konsep pembaharuan dalam Islam di masa kini dan akan datang. Setidaknya didapati adanya empat kelompok penting dalam peta pemikiran modern Islam di India, yaitu; 1. Kelompok muslim liberal yang mencoba memahami ajaran Islam secara rasional dan memadukan pemahaman tersebut dengan pendekatan Barat. 2. Kelompok muslim ortodoks yang memahami ajaran Islam secara rigid dan anti terhadap semua yang berbau Barat.



49



3. Kelompok muslim reformis yang mengadoptasi pendekatan barat untuk menjelaskan kebenaran Islam dan sebagian mereka menginginkan berdirinya Negara Islam India. 4. Kelompok nasionalis Muslim yang menerima pendekatan Barat namun anti terhadap semua bentuk imprealismenya. Sementara dalam memahami ajaran Islam mereka tidak jauh berbeda dengan kelompok reformis, namun dari segi politik menginginkan Islam menjadi bagian dari India tetapi tidak menginginkan adanya Negara Islam India.



B. Saran Penulis menyadari dalam penulisan dan hasil dari makalah ini masih banyak kekurangan dan masih sangat jauh dari kesempurnaan baik dari sisi muatan isi, analisa dan sumber rujukan maupun sistematika penulisannya, oleh karenanya sumbang saran dan masukan yang kontruktif dari semua pihak terutama dari Bapak Dosen Pengampu mata kuliah ini, sangatlah dibutuhkan untuk perbaikan berikutnya.



50



DAFTAR PUSTAKA



Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang, 1991. Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakkan, Jakarta: PT.Bulan Bintang, 1992. Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1985. Amin,



Saidul, “Peta Pembaharuan Pemikiran Islam https://ejournal.uinib.ac.id diakses tanggal 13 Januari 2021



Di



India”,



dalam



Zubaidah, Siti, Sejarah Peradaban Islam, Medan: Perdana Publishing,2016. Nasution, Syamruddin, Sejarah Peradaban Islam, Riau: CV. Asa Riau,2017. Gibb, H.A.R., Aliran-Aliran Modern Dalam Islam,Jakarta: Rajawali, 1990. Suwarno., Dinamika Sejarah Asia Selatan, Yogyakarta: Penerbit Ombak,2012. https://www.dosenpendidikan.co.id/karakteristik-benua-asia/# diakses 10 Januari 2021 https://republika.co.id/berita/pxr2br313/beragam-versi-sejarah-masuknya-islam-di-india diakses 13 Januari 2021 https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/dunia/19/09/13/pxr2ih313-dinastidinastiislam-di-india diakses tanggal 15 Januari 2021 https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/19/10/23/pztso5313-mengenal-dinastighaznawiyah diakses tanggal 15 Januari 2021 https://wawasansejarah.com/dinasti-ghaznawi/ diakses tanggal 15 Januari 2021 https://ejournal.inaifas.ac.id



51