Makalah Sistem Penghawaan Alami - Kelompok 2 Paralel [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR



MATA KULIAH : SAINS BANGUNAN DAN UTILITAS 1 JUDUL TUGAS : SISTEM PENGHAWAAN ALAMI



DOSEN: 1. 2. 3. 4. 5.



I NYOMAN SUSANTA, ST., MErg. NI MADE MITHA MAHASTUTI, ST., MT. I WAYAN YUDA MANIK, ST., MT. IR. IDA BAGUS GDE PRIMAYATNA, MErg. MADE WINA SATRIA, ST., MT.



ANGGOTA KELOMPOK 2 : I GST. LANANG AGUNG ANANTA AGRA WICAKSANA



(1805521076)



I KADEK ADI PRANADITYA



(1805521084)



IDA BAGUS ANANTA WISNU PUTRA



(1805521082)



I MADE SUASTAMA YUDA



(1805521107)



IDA BAGUS DWIANGGARA PUTRA MANUABA



(1805521113)



i



KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat karuniaNyalah, makalah yang berjudul ”Sistem Penghawaan Alami” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang diharapkan. Makalah ini kami susun guna melaksanakan kewajiban yang telah diberikan kepada mahasiswa semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 dalam mata kuliah Sains Bangunan dan Utilitas 1. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas peran serta yang telah mendukung kami baik saran, bimbingan maupun informasi yang sangat membantu makalah ini. Oleh karena adanya keterbatasan waktu dalam penyusunan makalah ini serta keterbatasan pengetahuan, kami hanya dapat menuangkan secara garis besar. Kami sadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu, kami harapkan segala kritik & saran yang sifatnya mendukung atau membangun guna menyempurnakan makalah ini. Demikianlah, semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya mengenai pengetahuan tentang penghawaan alami.



Om Shanti, Shanti, Shanti Om.



Denpasar, 4 September 2019



Tim Penulis



ii



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL……………………………………………………....... i KATA PENGANTAR………………………………………………………… ii DAFTAR ISI…………………………………………………………………... iii BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………….



1



1.1 Latar Belakang………………………………………………………



1



1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………..



3



1.3 Tujuan……………………………………………………………….



3



1.4 Manfaat……………………………………………………………...



4



BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………… 5 2.1 Pengertian Penghawaan Alami……………………………………… 5 2.1.1 Sifat Angin…………………………………………………….



5



2.1.2 Terjadinya Angin……………………………………………...



5



2.1.3 Penghawaan Alami Untuk Daerah Iklim Tropis……………....



7



2.1.4 Manfaat penghawaan alami……………………………………



7



2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Penghawaan Alami………………



8



2.1.6 Temperatur dan Kecepatan Angin…………………………….



8



2.1.7 Sumber Penghawaan Alami…………………………………..



8



2.1.8 Penghawaan alami dan iklim………………………………….



9



2.2 Peran Penghawaan dalam Kehidupan………………………………. 11 2.3 Hal-Hal yang Sangat Berkaitan dengan Penghawaan Alami……….. 12 2.4 Hal yang Biasa Diperhatikan Mengoptimalkan Pengkondisian Penghawaan…………………………………………………............. 12 2.5 Penerapan Penghawaan Alami Pada Bangunan…………………….. 15 2.5.1 Tata Massa Bangunan………………………………………… 16 2.5.2 Pola Tatanan Massa Bangunan……………………………….. 16 2.5.3 Bentuk Massa Bangunan……………………………………… 18 2.6 Faktor Desain Penghawaan………………………………………… 19 2.7 Jenis Penghawaan Alami…………………………………………… 22 2.7.1. Jenis Ventilasi………………………………………………... 27 iii



2.7.2 Faktor Sistem Ventilasi…………………………………….



31



2.8 Jenis Bukaan……………………………………………………… 43 2.9 Strategi Desain Memaksimalkan Penghawaan Alami……………. 50 2.10 Perancangan Ventilasi …………………………………………….. 68 2.11 Layout Pengendalian Aliran Angin dan Optimalisasi Pemanfaatannya Terhadap Bangunan…………………………………………………71 2.12 Cara Menentukan Ukuran Bukaan Berdasarkan Luas Ruangan….. 74 2.13 Menghitung Kapasitas ……………………………………………. 77 BAB III. PENUTUP………………………………………………….... 79 3.1 Kesimpulan…………………………………………………… 79 3.2 Saran…………………………………………………………... 80 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 81



iv



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sistem operasional suatu bangunan tidak cukup hanya mengandalkan elemen-elemen pembentuk ruang serta perabotan akibat aktifitas manusia, namun juga diperlukan sistem lingkungan dan utilitas untuk mendukung kinerja bangunan. Oleh karena itu, mahasiswa perlu memahami sistem sains dan utilitas bangunan sehingga sebuah bangunan dapat beroperasi sesuai dengan fungsinya. Sistem sains dan utilitas bangunan terdiri dari berbagai macam cakupan materi, salah satunya adalah penghawaan alami. Indonesia merupakan daerah tropis yang mana juga terdapat musim panas, terutama Bali. Oleh karena itu setiap bangunan gedung yang ada di daerah yang terdapat musim panas harus mempunyai system penghawaan yang baik. Jika tidak memiliki sirkulasi penghawaan yang baik, maka bangunan tersebut tidak akan bisa digunakan sepenuhnya karena usernya akan terganggu. System penghawaan terdiri dari system penghawaan buatan, dan system penghawaan alami. Pada saat ini, orang-orang sedang gencar untuk mengetahui maupun mengembangkan system penghawaan alami karena adanya atau untuk mengatasi masalah global warming. Penghawaan alami sangat dibutuhkan agar terjadi pertukaran udara yang ada di dalam bangunan dengan yang ada diluar bangunan dengan sendirinya tanpa bantuan mesin. Udara adalah komponen penting dalam kehidupan. Tanpa udara mahluk hidup tidak dapat bernafas. Apabila kekukarangan udara, manusia tidak dapat melakukan kegiatan sebagaimana mestinya karena organ-organ di dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Didalam merancang sebuah bangunan, masalah penghawaan yang terkait suhu udara dalam ruangan merupakan hal yang penting untuk dicermati, karena hal ini berhubungan langsung dengan kenyamanan manusia dalam melakukan aktivitas di dalam ruangan tersebut. Banyak hal dan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam merancang sistem penghawaan dalam sebuah 1



bangunan. Mulai dari faktor internal hingga faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal contohnya, jumlah manusia yang melakukan aktivitas di dalam ruangan tersebut. Sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan. Dalam menciptakan sistem penghawaan, salah satu yang diinginkan adalah terciptanya kenyamanan termal. Kenyamanan termal adalah suatu kondisi yang dialami oleh manusia akibat pengaruh dari lingkungannya. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh suhu udara, kecepatan angin, dan kelembaban udara. Ada dua jenis sistem penghawaan untuk menciptakan kenyamanan termal, yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan. Angin yaitu udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara(tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi. Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin disekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara menjadi penas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi Terjadinya Angin Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut. Penghawaan alami atau ventilasi alami adalah proses pertukaran udara di dalam bangunan melalui bantuan elemen-elemen bangunan yang terbuka.



2



Sirkulasi udara yang baik di dalam bangunan dapat memberikan kenyamanan. Aliran udara dapat mempercepat proses penguapan di permukaan kulit sehingga dapat memnerikan kesejukan bagi penghuni bangunan. Pertukaran udara di dalam bangunan juga sangat penting bagi kesehatan. Di dalam bangunan banyak terbentuk uap air dari berbagai macam aktivitas seperti memasak, mandi, dan mencuci. Uap air ini cenderung mengendap di dalam ruangan. Aneka zat berbahaya juga banyak terkandung pada cat, karpet, atau furnitur, yang timbul akibat reaksi bahan kimia yang terkandung di dalam bendabenda tersebut dengan uap air. Jika bangunan tidak memiliki sirkulasi udara yang baik, zat-zat kimia tersebut akan tertinggal di dalam ruangan dan dapat terhirup oleh manusia. Angin adalah udara yang bergerak. Udara bergerak dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Karena itu perletakan bukaan dinding/lubang angin juga harus diperhatikan fungsinya



1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut. 1. Apa Pengertian Penghawaan Alami? 2. Hal apa saja yang berkaitan dengan Penghawaan Alami? 3. Bagaimana cara mengoptimalkan pengkondisian penghawaan? 4. Bagaimana sistem dan jenis penghawaan alami? 5. Bagaimana komponen yang melekat pada penghawaan alami? 6. Bagaimana lay out yang akan berpengaruh pada sistem penghawaan alami? 7. Bagaimana kapasitas yang akan berpegaruh terhadap penghawaan alami? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan ini antara lain : 1. Mengetahui tentang penghawaan alami 2. Mengetahui hal yang berkaitan dengan penghawaan alami 3. Mengetahui cara mengoptimalkan pengkondisian penghawaan yang baik 3



4. Mengetahui sistem dan jenis dari penghawaan alami 5. Mengetahui komponen yang melekat pada penghawaan alami 6. Mengetahui penggambaran layout yang berpengaruh pada penghawaan alami 7. Mengetahui kapasotas yang berpengaruh pada penghawaan alami 1.4 Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan ini, antara lain 1. Mahasiswa arsitektur dan arsitek, yaitu dapat mempelajari dan memahami prinsip-



prinsip



dasar



mengenai



penghawaan



alami



dan



dapat



menerapkannya pada desainnya. 2. Masyarakat umum/ klien, yaitu dapat memberikan pengetahuan tambahan tentang penggunaan pengkondisian penghawaan alami dan juga diharapkan adanya komunikasi yang baik antara arsitek dengan klien (masyarakat umum) sehingga penyampaian informasi tentang bangunan yang akan dibangun tidak merugikan salah satu pihak.



4



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Penghawaan Alami Angin yaitu udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara (tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi. 2.1.1 Sifat Angin Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin disekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara menjadi penas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi 2.1.2 Terjadinya Angin Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut. Penghawaan alami atau ventilasi alami adalah proses pertukaran udara di dalam bangunan melalui bantuan elemen-elemen bangunan yang terbuka. Sirkulasi udara yang baik di dalam bangunan dapat memberikan kenyamanan. Aliran udara dapat mempercepat proses penguapan di permukaan kulit sehingga dapat memnerikan kesejukan bagi penghuni bangunan.



5



Pada dasarnya penghawaan alami di dalam bangunan merupakan jaminan akan adanya aliran udara yang baik dan sehat dengan kesejukan yang sewajarnya. Untuk mendapatkan penghawaan yang baik perlu dirancang bentuk, elemen dan detail arsitektur yang bertujuan mengoptimalkan aliran udara sejuk. Pertimbangan utama dalam perancangan optimalisasi penghawaan alami adalah dengan menganalisis datangnya arah angin. Pertukaran udara di dalam bangunan juga sangat penting bagi kesehatan. Di dalam bangunan banyak terbentuk uap air dari berbagai macam aktivitas seperti memasak, mandi, dan mencuci. Uap air ini cenderung mengendap di dalam ruangan. Aneka zat berbahaya juga banyak terkandung pada cat, karpet, atau furnitur, yang timbul akibat reaksi bahan kimia yang terkandung di dalam bendabenda tersebut dengan uap air. Jika bangunan tidak memiliki sirkulasi udara yang baik, zat-zat kimia tersebut akan tertinggal di dalam ruangan dan dapat terhirup oleh manusia. Angin adalah udara yang bergerak. Udara bergerak dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Karena itu perletakan bukaan dinding / lubang angin juga harus diperhatikan fungsinya Jika fungsinya untuk mengalirkan udara panas dari dalam ruangan keluar, maka lubang angin diletakkan di bagian tertinggi. Misalnya lubang berkipas angin di plafon kamar mandi (exhaust fan). Lubang angin demikian, efektif untuk mengalirkan udara panas akibat penggunaan air panas untuk mandi. Selain bukaan pada dinding, perlu diperhatikan adanya angin yang mengalir di bawah atap. Dengan demikian suhu udara di dalam ruangan menjadi lebih rendah. “Jendela nako dapat menghasilkan sirkulasi udara yang optimal. Bilah-bilah pada jendela dapat diubah posisinya sehingga aliran udara dapat diarahkan sesuai keinginan. Pada saat kecepatan angin tinggi jendela nako dapat menjadi penahan angin sehingga kecepatan angin yang masuk dapat berkurang” Selain bukaan pada dinding, penghawaan alami dapat ditambah dengan cara membuat daun pintu yang tidak massif. Daun pintu dibuat dengan desain semi terbuka, bagian atasnya berbentuk jeruji yang ditutup dengan kawat nyamuk. Dengan demikian, dalam keadaan pintu tertutup dan terkunci pun aliran angin tetap



6



masuk ke dalam ruangan. Apabila diperlukan lebih banyak privasi, cukup ditambahkan gorden, dan aliran udara tetap masuk.



2.1.3 Penghawaan Alami Untuk Daerah Iklim Tropis Suhu antara 28º-38º C musim kemarau, 25º-29º C musim hujan. Bukaan lebar diperlukan untuk sirkulasi udara (panas, kotor, lembab ke luar) dalam ruang. Jika kanan kiri belakang bangunan terhalang bangunan tetangga, bisa digunakan menara angin, tekanan udara panas akan tertarik keluar dari menara ini digantikan udara segar. Sebaiknya bhangunan memiliki beranda beratap yang cukup lebar sebagai penahan, penyaring udara panas antara ruang luar dan ruang dalam, selain sebagai penegas pintu masuk dan tempat penerima tamu. Sebaiknya di sekeliling bangunan ditanami pepohonan, perdu dan semak untuk menyaring udara, debu dan polusi. Kelembaban udara 40-70 % di musim hujan, 80-100 % di musim hujan. Curah hujan mencapai 3000 mm/ tahun (tinggi). Atap bersudut besar (35º atau lebih / kemiringan curam adalah solusinya, agar air hujan cepat mengalir ke bawah. Kecepatan angin 5 m/detik (lemah). Makin lembab makin lemah anginnya. Di iklim tropis lembab mampu beradaptasi pada suhu antara 24º-30º C, merasa kurang nyaman di ruangan bersuhu di atas 28º C. Sinar matahari menyinari alam tropis/ khatulistiwa sekitar 12 jam perharinya 2.1.4 Manfaat penghawaan alami Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah yang berarti kadar karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Fungsi kedua adalah membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri pathogen yang cenderung hidup dan berkembang dalam ruangan dengan dengan tingkat kelembapan tinggi. Dengan sirkulasi yang baik, bakteri akan terbawa oleh udara akan selalu mengalir.



7



2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Penghawaan Alami Suplai udara segar menggantikan udara kotor di dalam ruang secara alami tanpa menggunakan peralatan mekanis Kelebihan : 1. Ramah Lingkungan 2. Lebih hemat Kekurangan : 1. Suhu, kecepatan angin, kelembaban, kualitas udara tidak mudah diatur 2. Gangguan serangga 3. Gangguan lingkungan



2.1.6 Temperatur dan Kecepatan Angin Angin yaitu udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara(tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Untuk mengatasi temperatur yang tinggi seperti di kota besar memperbanyak dan memberdayakan area taman baik taman depan, samping, dalam, atau belakang untuk mendapatkan penghawaan yang sesuai untuk rumah tinggal atau bangunan.



2.1.7 Sumber Penghawaan Alami Sumber penghawaan alami sangat bergantung pada kondisi angin di sekitar bangunan. Untuk mendapatkan penghawaan alami ada beberapa hal yang perlu di perhatikan 1. Tersedianya udara luar yang sehat (bebas bau, debu dan polutan) 2. Suhu udara luar tidak terlalu tinggi (maksimal 28 C) 3. Tidak banyak bangunan disekitar yang akan menghalangi aliran udara horizontal 4. Lingkungan tidak bising



8



2.1.8 Penghawaan alami dan iklim Penghawaan alami termasuk dalam kategori pendingin pasif, yang dimaksud pendingin pasif adalah kondisi di dalam berubah-ubah tergantung arah angina yang datang, karena itulah penghawaan alami juga sangat tergantung pada iklim di sekitar bangunan.



Karena Indonesia terletak di sepanjang garis katulistiwa, Indonesia memiliki iklim tropis lembab, pada umumnya bangunan-bangunan didesain dengan memaksimalkan kecepatan angin untuk dapat mendinginkan struktur bangunan ataupun pencapaian kenyamanan psikologis.



Secara umum angin memiliki arah yang dipengaruhi iklim makro. Sebagai contoh di wilayah Indonesia angin dalam iklim makro megalir dari arah Tenggara ke Barat Daya. Namun demikian iklim mikro yang dipengaruhi cuaca dan bentukbentuk di sekitar bangunan akan lebih mempengaruhi aliran angin tersebut. Ada teori penataan masa bangunan yang di buat berselang-seling hingga aliran angin dapat lebih lancar tanpa tertutupi salah satu bangunan. Bentuk lain dari pengelolaan lingkungan sekitar bangunan adalah rancangan tangkapan angin dengan masa bangunan yang menyudut hingga mengarahkan angin lebih keras.



Untuk penataan ruang dalam bangunan juga dapat diatur hingga ada aliran angin dari lokasi ruang yang dingin menuju ke lokasi ruang lain yang panas. Hal ini perlu dipahami dengan ilmu fisika yang menetapkan bahwa udara akan mengalir dari tempat bertekanan rendah pada suhu yang dingin menuju tempat bertekanan tinggi pada suhu yang panas. Jika dalam satu bangunan terdapat ruang panas dibagian atap, sedang ruang dingin di bagian bawah yang terteduhi pohon atau terdinginkan dengan kolam, maka perlu diatur ruang-ruang diantaranya sehingga menjadi penghubung dua lokasi ruang yang berbeda tekanan dan suhu tersebut. Ruang-ruang antara ini seayaknya memiliki bukaan atau dibuat dengan partisi yang tidak memenuhi dinding sehingga dapat mengalirkan angin.



9



Dalam kasus tertentu arah angin dapat sejajar dengan dinding, oleh karenanya perlu rancangan detail arsitektur agar membentuk bukaan yang mampu menangkap arah angin tersebut. Sirip-sirip yang diletakkan vertikal di samping jendela akan dengan mudah menangkap angin dan mengalirkannya ke dalam ruang hingga tercapai kesejukan. Dalam satu ruang minimal perlu diletakkan dua jendela dalam posisi yang berjauhan agar terjadi ventilasi silang (cross ventilation).



Perlu diwaspadai pula bahwa angin ini terkadang membawa debu. Lingkungan luar yang penuh dengan perkerasan atau terbuka dengan penutup tanah/pasir berpotensi menerbangkan debu hingga terbawa angin masuk ke dalam bangunan. Untuk mengantisipasi selayaknya di sekeliling bangunan banyak ditanam pepohonan dan rumput sebagai filter debu sekaligus pendingin suhu. Rumput dan tanaman perdu yang terkena debu akan bersih ketika terjadi penyiraman pada dedaunan dan membawa kotoran jatuh ke dalam tanah



Angin yaitu udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara(tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi.



Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin disekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara menjadi penas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi



Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara



pada



suatu



daerah



atau



wilayah.



Hal



ini



berkaitan



dengan



besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. 10



Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.



2.2 Peran Penghawaan dalam Kehidupan Perencanaan penghawaan yang baik didalam rumah lebih optimal dengan menggunakan penghawaan alami. Penghawaan yang baik akan membawa dampak positif baik bagi fisik bangunan maupun pengguna, diantaranya : Menjaga kelembaban dalam rumah, Dengan adanya aliran udara didalam rumah, akan mengurangi tingkat kelembaban. Kelembaban yang berlebih dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur didalam rumah. Selain itu, dengan kelembaban yang tinggi, asupan udara dalam pernafasan penghuni rumah juga menjadi kurang baik sehingga dapat mengganggu kesehatan. Mendapatkan suhu udara rumah yang nyaman, Suhu udara ideal yang nyaman bagi manusia adalah 24-26’C. Sedangkan kelembaban ideal yang sehat adalah 50-60%. Suhu udara dalam rumah dapat naik akibat dari kondisi fisik bangunan maupun aktivitas dari penghuni. Paparan sinar matahari pada siang hari, aktivitas memasak, computer, merokok, dan lain-lain merupakan penyebab dari naiknya suhu udara di dalam rumah. Tanpa adanya perencanaan penghawaan yang tepat, kenaikan suhu udara tersebut dapat mengakibatkan kenyamanan menjadi terganggu. Menghemat energi, Dengan penghawaan alami, penghuni lebih hemat energy karena tidak perlu memakai sistem penghawaan buatan. Penghawaan buatan seperti air conditioner, exhaust fan, kipas angin, dan sistem penghawaan buatan lainnya saat ini masih dominan menggunakan energy listrik yang cukup besar.



11



Mendapatkan udara segar dari luar. Dengan sistem penghawaan yang benar, udara segar dari luar rumah dapat masuk dan menggantikan polusi udara dalam rumah. Polusi udara dalam rumah dapat berupa asap rokok, asap kompor, udara dengan bakteri/virus ketika salah satu penghuni sakit, aroma wewangian, karbondioksida, dll. Sedangkan udara segar dari luar berupa oksigen dapat berasal dari vegetasi yang berada di sekitar rumah. Keamanan dalam rumah, Beberapa kasus terjadinya kebakaran akibat tabung gas bocor merupakan salah satu contoh perencanaan penghawaan yang tidak baik. Gas yang bocor akan terperangkap dalam ruangan tanpa bisa keluar sehingga terakumulasi dan menyebabkan kebakaran. 2.3 Hal-Hal yang Sangat Berkaitan dengan Penghawaan Alami 1. Pencahayaan Yaitu kebutuhan penerangan pada suatu ruang yang kita buat, terutama untuk pemanfaatan penerangan dari cahaya alami, karena berhubungan dengan pembukaan. 2. Kelembaban Yaitu banyaknya uap air pada udara dalam ruangan. 3. Luas bukaan Bukaan pada ruangan yang memungkinkan adanya pergantian udara, dan masuknya cahaya. Bukaan dapat berupa pintu, jendela, jalusi, lubang angin atau lostos atau lupangan, dan lubang-lubang lain yang mungkin ada pada suatu ruangan. 2.4. Hal yang Biasa Diperhatikan Mengoptimalkan



Pengkondisian



Penghawaan a.



Orientasi Bangunan. Radiasi matahari adalah penyebab utama tingginya suhu di dalam rumah.



Sebisa mungkin hindari banyak bukaan di arah timur dan barat. Apabila tidak bisa 12



dihindari, bisa diupayakan adanya barrier terhadap radiasi panas matahari, terutama matahari sore di arah barat. Barrier bisa berupa tanaman atau vegetasi, atau elemen bangunan berupa sun shading. Sun shading berupa elemen vertikal (sirip) atau elemen horizontal (topi-topi/over hang). Indonesia secara geografis memiliki iklim tropis. Arah lintasan matahari dari timur ke barat dapat menyebabkan suhu didalam rumah meningkat apabila kita salah dalam menempatkan bukaan. Arah hadap bukaan yang paling ideal adalah menghadap utara atau selatan agar tidak terpapar langsung sinar matahari. Orientasi bangunan diletakkan antara lintasan matahari dan angin. Letak gedung yang paling menguntungkan apabila memilih arah dari timur ke barat. Bukaan-bukaan menghadap Selatan dan Utara agar tidak terpapar langsung sinar matahari. b.



Menata bentuk dan konfigurasi ruang didalam rumah. Bentuk bangunan yang terlalu massif dan melebar tegak lurus dengan arah



angin luar akan menghambat aliran udara yang masuk ke dalam rumah. Maka diperlukan bentuk massa bangunan rumah yang dinamis sesuai dengan pergerakan angin luar. Penataan ruang dalam rumah yang terlalu bersekat-sekat juga akan menghambat aliran udara yang masuk dan melewati ruang dalam rumah. Sehingga diperlukan penataan ruang yang meminimalisir sekat pembatas. Letakkan ruangan yang berpotensi sebagai penghasil polusi, panas dan lembab jauh dari area lain. Berikan ventilasi yang cukup besar pada ruang tersebut sehingga udara dapat keluar masuk dengan lancar. Tambahkan teras yang mempunyai fungsi sebagai ruang perantara udara luar dan dalam, sehingga terjadi penyesuaian.



c.



Perbanyak bukaan. Bukaan atau ventilasi udara yang dianjurkan adalah paling tidak sebesar 15%



dari luas lantai bangunan. d.



Atur letak bukaan. Ventilasi udara haruslah berada di kedua sisi bangunan atau ruangan. Tidak



akan banyak manfaatnya apabila bukaan hanya berada di salah satu sisi 13



bangunan. Udara luar tidak akan bisa masuk ke dalam rumah bila tidak ada lubang yang lain untuk jalan keluar udara. Jadi, harus dihindari memanfaatkan seluruh kavling hingga ke belakang. Sisakan sedikit bagian kavling di belakang rumah yang terbuka hingga ke atas, supaya terjadi ventilasi silang. Dalam satu ruangan pun, sebaiknya, jendela/bukaan tidak berada pada sisi yang sama. Misalkan suatu bidang dinding mempunyai jendela di sisi sebelah kiri, sebaiknya bidang dinding yang berseberangan mempunyai jendela di sisi kanan. Dengan konfigurasi seperti ini, diharapkan seluruh bagian rumah/ ruangan akan tersentuh oleh aliran udara. Inti dari penghawaan alami yang baik adalah pergerakan udara. Pergerakan udara bisa terjadi ketika ada bukaan yang memungkinkan udara masuk dan keluar rumah. Bukaan ini bisa berupa jendela, boven, roster, atau lubang pada dinding. Sifat udara panas yang mengalir ke atas, memerlukan bukaan pada bagian atas dinding. e.



Menggunakan sistem cross ventilation. Penempatan bukaan pada rumah yang berseberangan sebaiknya tidak



diletakkan berdekatan atau sejajar, agar angina yang lewat tidak segera keluar, namun dapat menjangkau melewati seisi ruangan terlebih dahulu. Penempatan dengan cara menyilang dapat lebih optimal untuk pergerakan udara di dalam ruang. f.



Menanam vegetasi di sekitar rumah Fungsi vegetasi dalam kaitannya dengan penghawaan diantaranya adalah



sebagai penghasil O2, penahan radiasi matahari, dan perindang. O2 merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas, sehingga lebih banyak vegetasi, suplai O2 ke dalam rumah semakin banyak. Radiasi matahari yang dapat berbahaya bagi manusia, dapat tereliminasi dengan hadangan dari rimbunnya daun vegetasi. Udara panas akibat terpapar sinar matahari juga dapat berkurang oleh halangan tajuk vegetasi. Vegetasi juga dapat ditempatkan didalam rumah untuk penyejuk ruangan. Sifat dasar material vegetasi yang menyerap panas akan mengurangi tingkat suhu didalam rumah. g.



Menggunakan Plafond Sebagai Perangkap Panas dan Insulator dibawah



Atap. 14



Udara panas akibat terpaparnya atap oleh sinar matahari, dapat terperangkap dan tidak menyebar ke area bawah ruangan dengan adanya plafond. Lebih baik lagi ketika udara panas tersebut diberikan jalan berupa bukaan pada gunung-gunung sehingga dapat keluar. Udara panas dari atap juga dapat dihalangi dengan bahan material insulator yang sudah banyak dijual di pasaran. h.



Menggunakan Material Alami Bangunan yang Banyak Menyerap Panas. Material alami seperti kayu pada rumah baik untuk dinding, pelapis dinding,



maupun interior dapat mengurangi panas yang ada pada ruangan. Bisa juga menggunakan tanaman sebagai pagar pembatas, atau menggunakan kolam air sebagai penyejuk. Penggunaan genteng tanah liat lebih meminimalisir panas daripada penggunaan atap berbahan logam. i.



Menggunakan Secondary Skin Pada Dinding Rumah Secondary skin atau dinding pelapis dapat mereduksi panas dalam rumah



karena udara panas terperangkap pada ruang antara dinding rumah dengan secondary skin. Ini sangat bagus diterapkan pada dinding rumah yang terkena paparan sinar matahari secara langsung terus menerus. 2.5 Penerapan Penghawaan Alami Pada Bangunan Penghawaan alami yang paling penting ialah angin/udara alami. Oleh karena itu dalam merencanakan sebuah bangunan kita diharuskan bagaimana memberi bukaan-bukaan atau meletakkan bukaan yang tepat pada setiap bangunan agar penghawaan yang masuk dalam bangunan dapat masuk secara optimal dan dapat memberikan kenyamanan di dalamnya. Dampak bangunan terhadap alam disekitarnya yaitu : 1.



Bentuk pola massa



2.



Geometri bangunan



3.



Kondisi topografi



4.



Kekasaran permukiman



5.



Orientasi massa bangunan 15



Faktor faktor penghawaan alami yang masuk pada bangunan 1.



Tingkat kekuatan angin



2.



Pergerakan udara



3.



Adanya perbedaan tekanan



4.



Adanya perbedaan suhu



2.5.1 Tata Massa Bangunan ‘ Tata massa dalam perancangan sangat mempengaruhi pergerakan udara. Melalui pengolahan tata massa dapat memecah, menghalangi, dan mengarahkan angin pada bangunan Pola tata massa bangunan dapat mempengaruhi pergerakan angin yang dapat menghasilkan sistem penghawaan alami dalam suatu bangunan melalui bukaan, yang dapat menimbulkan kenyamanan thermal pengguna bangunan 2.5.2 Pola Tatanan Massa Bangunan



Sumber : https://www.scribd.com/doc/289161186/penghawaan-alami Kecepatan aliran udara tidak dapat merata masuk dalam bangunan. Udara akan masuk dari sisi depan dan belakang bangunan saja. Karena tidak ada jarak antar bangunan yang dapat membantu aliran udara menyebar ke berbagai sisi bangunan



Sumber : https://www.scribd.com/doc/289161186/penghawaan-alami



16



Pola tata massa berderet diatas sudah terdapat jarak antar massa untuk mempermudah aliran udara masuk ke seluruh ruang dalam bangunan. Namun karena jarak terlalu sempit, maka kemerataan aliran udara pada tiap-tiap bangunan kurang terpenuhi



Sumber : https://www.scribd.com/doc/289161186/penghawaan-alami Penataan pola massa berderet seperti ini, dengan diberikan jarak yang cukup. Maka aliran udara dapat menyebar masuk dalam tiap sisi hunian. Sehingga kecepatan angin yang ditangkap oleh hunian dapat lebih merata.



‘ Sumber : https://www.scribd.com/doc/289161186/penghawaan-alami Pada penataan massa majemuk seperti gambar diatas, aliran udara dapat mengalir lebih mudah daripada tata massa berderet. Namun tidak ada jarak antar massa bangunan, maka kecepatan aliran udara juga tidak dapat mengalir merata pada masing-masing bangunan



Sumber : https://www.scribd.com/doc/289161186/penghawaan-alami Pola tata massa majemuk diatas lebih baik daripada pola tata massa majemuk sebelumnya, karena terdapat jarak antar bangunan. Sehingga kecepatan aliran udara



17



dapat membelok dan merata ke masing-masing bangunan dari berbagai sisi secara maksimal



Sumber : https://www.scribd.com/doc/289161186/penghawaan-alami Tata massa majemuk diatas merupakan tata massa yang paling baik. Karena jarak yang digunakan sangat cukup, sehingga kecepatan angin dapat mengalir dan membelok pada merata pada tiap bangunan. Angin yang ditangkap oleh bangunan juga lebih banyak karena aliran udara merata pada masing-masing 2.5.3 Bentuk Massa Bangunan Udara mengalir dari tempat bertekanan tinggi menuju ke daerah bertekan rendah. Tekanan udara dapat di manipulasi degan mengatur lokasi dan ukuran bukaan. Jika kecepatan udaranya rendah, outletnya di perbesar. Bangunan sebaiknya berbentuk persegi panjang, hal ini menguntungkan dalam penerapan ventilasi silang



Sumber : http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturanpenghawaan-dan-pencahayaan-pada-bangunan/



18



2.6 Faktor Desain Penghawaan a. Orientasi Bangunan 



Orientasi bangunan diletakkan antara lintasan matahari dan angin. Letak gedung yang paling menguntungkan apabila memilih arah dari timur ke barat. Bukaan- bukaan menghadap Selatan dan Utara agar tidak terpapar langsung sinar matahari.



Sumber:http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengatu ran-penghawaan-dan-pencahayaan-pada-bangunan/







Letak gedung tegak lurus terhadap arah angina



19



Sumber : http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturanpenghawaan-dan-pencahayaan-pada-bangunan/







Menghadirkan pohon peneduh di halaman yang dapat menurunkan suhu



Sumber : http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturanpenghawaan-dan-pencahayaan-pada-bangunan/ 



Memakai bentuk atap miring (pelana sederhana) yang dapat mengeliminasi suhu dibawah ruang bawah atap



Sumber : http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturanpenghawaan-dan-pencahayaan-pada-bangunan/ 



Plafon yang ditinggikan, agar udara dapat bergeraklebih bebas







Memiliki bukaan yang cukup untuk masuknya udara







Penempatan bukaan secara horizontal maupun vertikal







Penempatan ruangan yang lebih besar ke arah aliran angin







Hindari penempatan bukaan dengan jarak yang terlalu dekat, hal ini menyebabkan perputaran angin telalu cepat



20







Hindari penempatan bukaan yang benar-benar berseberangan, hal ini menyebabkan angin yang masuk langsung keluar begitu saja







Memperhatikan orientasi jendela terhadap matahari, misalnya ruang tidur tidak boleh menghadap ke barat







Memakai menara angin, yang berfungsi menangkap dan menghisap angin, sehingga udara dapat terus bersirkulasi







Ruang yang mengakibatkan tambahan panas (dapur)sebaiknya dijauhkan sedikit dari rumah







Ruang yang menambah kelembaban (kamar mandi, wc, tempat cuci) harus direncanakan dengan pertukaran udara yang tinggi.







Memberi teras pada bangunan/rumah, berfungsi sebagai area peralihan antara ruang luar (halaman) dengan ruang dalam (bangunan) yang dapat menciptakan iklim mikro, baik di dalam bangunan ataupun di sekitarnya.







Memberi teritisan lebar di sekeliling atap bangunan untuk membuat ruang di dalamnya semakin sejuk



Beberapa cara untuk meningkatkan kualitas udara di dalam bangunan : 1. Penataan ruang yang tepat 2. Memakai



bahan



bangunan



dan



bahan



perabot



yang mengandung



bahan kimia sedikit 3. Memastikan tidak ada jamur pada elemen bangunan dan perabot akibat kelembaban tinggi 4. Memperbanyak penanaman tumbuhan hijau 5. Membatasi merokok di dalam ruangan 6. Mamakai konsep secondary skin pada fasad untuk meredam panas matahari. 7. Menyediakan lahan terbuka di dalam bangunan 8. Menggunakan Insulator panas di bawah material atap 9. Meletakkan Kolam air pada lingkungan bangunan



21



2.7 Jenis Penghawaan Alami a.



Cross Ventilation System Cross Ventilation System (CVS) atau yang biasa disebut sistem ventilasi



silang dapat dilakukan dengan meletakkan dua buah jendela atau bukaan di kedua sisi ruangan. Ventilasi ini dapat diletakkan diberbagai tempat bangunan, seperti di atas jendela dan pintu yang berrfungsi mengalirkan udara di tengah ruangan, diatap (contoh ventilasi pada plafon memberikan ruang agar udara panas dari dalam bangunan dapat keluar sehingga aliran udara segar dalam ruangan lancar) serta ventilasi bawah yang berfungsi memberikan pasokan udara lebih banyak dan merata kedalam ruangan Udara di dalam ruangan harus selalu diganti oleh udara segar karena udara di dlaam ruangan ini banyak mengandung CO2 (karbondioksida) hasil aktivitas penghuni ruangan seperti bernapas, merokok, menyalakan lilin,memasak, dan sebagainya. Sementara itu, udara bersih yang dimasukkan ke dalam ruangan adalah udara yang banyak mengandung O2 (oksigen). Dalam system cross ventilation ini dikenal dua macam bukaan, sebagai berikut 



Inlet, merupakan bukaan yang menghadap ke arah datangnya angin sehingga berfungsi untuk memasukkan udara ke dalam ruangan.







Outlet, merupakan bukaan lain di dalam ruangan yang berfungsi untuk mengeluarkan udara.



22



Sumber : http://slendroo.blogspot.com/2011/10/penghawaan-alami.html



Bukaan yang dimaksud di atas dapat berupa lubang angin, kisi-kisi, jendela yang bias dibuka, pintu yang senantiasa terbuka atau pintu tertutup yang bias mengalirkan udara (misalnya pintu kasa atau pintu berjalusi.



Agar ruangan dapat teraliri udara secara optimal maka perletakan bukaan harus



disesuaikan



dengan



arah



datangnya



angin.



Perletakan/posisi



bukaan inlet dan outletdalam system cross ventilation dapat dibedakan menjadi dua jenis, sebagai berikut. Posisi diagonal (cross). Bukaan inlet dan outlet diletakkan dengan posisi ini apabila angin dating secara tegak lurus (perpendicular) ke arah bukaan inlet.



Sumber : http://slendroo.blogspot.com/2011/10/penghawaan-alami.html



Posisi berhadapan langsung. Bukaan inlet dan outle tdiletakkan pada posisi ini mana kala angin datang bersudut/tidak tegak lurus (obligue) ke arah bukaan inlet.



23



Sumber : http://slendroo.blogspot.com/2011/10/penghawaan-alami.html



Namun ada kalanya perletakan bukaan ini tidak dapat disusun seperti teknik di atas. Hal ini mungkin terjadi karena bidang yang mengarah ke luar tidak saling berhadapan. Disamping itu, sebab lain yang mungkin timbul adalah faktor keterbatasan lahan sehingga ruang tersebut hanya memiliki satu bidang saja yang menghadap kea rah luar bangunan. Pada kondisi-kondisi semacam ini, cross ventilation tetap dapat dilakukan yaitu dengan menambahkan sirip-sirip vertikal di tepi bukaan sebagai pengarah udara untuk masuk atau keluar ruangan. Sirip-sirip vertikal ini bisa terbuat dari batu bata, kayu, maupun beton.



24



Sumber : http://slendroo.blogspot.com/2011/10/penghawaan-alami.html



Pada inlet dan outlet secara vertikal juga harus diperhatikan. Posisi inlet yang lebih rendah daripada outlet akan mengalirkan udar pada ketinggian tubuh manusia sehingga tubuh manusia bias merasakan kesejukan dari udara tersebut. Sebaliknya, posisi inlet yang lebih tinggi daripada outlet justru akan membuat aliran udara hanya menjangkau sebagian kecil tubuh manusia bagian atas sehingga kesegaran tidak dapat dirasakan penghuni rumah tersebut. Detail pemasangan bukaan juga harus diperhatikan agar diperoleh cross ventilation yang sempurna. Posisi bukaan penangkap udara (inlet) sebaiknya berada pada ketinggian aktivitas manusia, yaitu sekitar 0,5-0,8 m, sementara bukaan outlet sebaiknya dibuat lebih tingggi karena udara yang akan dikeluarkan dari ruangan itu adalah udara yang panas dan udara yang panas selalu berada di bagian atas ruangan. Alternatif lain perletakan outlet adalah pada atap apabila menggunakan atap bertipe jack roof. Lubang antara atap induk dengan atap ‘topi’ pada jack roof dapat diberi kisi-kisi sebagai bukaan keluarnya udara (outlet). Posisi outlet pada atap inilebih efektif untuk mengeluarkan udara panas yang banyak berkumpul di bagian atas ruangan tersebut. 25



Sumber : http://slendroo.blogspot.com/2011/10/penghawaan-alami.html



Dimensi atau kecepatan aliran udara dari bukaan inlet dan outlet juga harus diperhatikan. Jika bukaan inlet memiliki dimensi atau kecepatan aliran udara lebih kecil daripada bukaan outlet maka kecepatan aliran udara di dalam ruangan akan meningkat



30%



dari



kecepatan



udara



di



luar



ruang.



Namun,



jika



bukaan inlet memiliki dimensi atau kecepatan aliran udara lebih besar daripada bukaan outlet maka kecepatan aliran udara di dalam ruang akan turun 30% dari kecepatan di luar ruangan.



Sumber : http://slendroo.blogspot.com/2011/10/penghawaan-alami.html



26



Dari kedua tipe dia atas, pemilihan dimensi bukaan inlet yang lebih kecil dari bukaan outlet atau memakai dimension yang sama besar namun dengan model yang berbeda (kemampuan alir udara berbeda) lebih direkomendasikan. Menurut cara membukanya, ventilasi alami ada 2 macam. Yaitu ventilasi alami yang terbuka permanen, ataupun ventilasi alami temporer yang dapat dibuka dan ditutup. Sebaiknya, sebuah rumah mempunyai keduanya. Ventilasi permanen untuk menjamin pertukaran udara minimal setiap hari, ventilasi temporer untuk difungsikan apabila memerlukan kondisi penghawaan yang lebih baik, misalnya ketika jumlah penghuni rumah sedang banyak, atau ketika cuaca sangat panas.



Sumber : http://calonarsiteksukses.blogspot.com/2014/09/penghawaanalami.html



2.7.1. Jenis Ventilasi Menurut cara membukanya, ventilasi alami ada 2 macam. Yaitu ventilasi alami yang terbuka permanen, ataupun ventilasi alami temporer yang dapat dibuka dan ditutup. Sebaiknya, sebuah rumah mempunyai keduanya. Ventilasi permanen untuk menjamin pertukaran udara minimal setiap hari, ventilasi temporer untuk difungsikan apabila memerlukan kondisi penghawaan yang lebih baik. Jenis-jenis ventilasi alami :



27



1. Jendela biasa.



Gambar 3.2 Jendela Biasa Sumber: fandicivilba89.blogspot.co.id



2. Jendela boven. Boven biasanya berada di atas kusen, bisa menjadi satu atau terpisah. Boven ada beberapa macam, ada boven yang mempunyai daun seperti jendela biasa, ada boven yang diisi dengan 2 bilah kaca yang menyisakan celah udara di antaranya seperti yang banyak dipakai di kamar mandi, atau boven yang yang diisi dengan ram kayu. Ram kayu berguna untuk faktor keamanan, yaitu supaya tidak ada orang yang bisa menerobos masuk melalui lubang boven. Gambar. Jendela Boven Sumber: fandicivilba89.blogspot.co.id



3. Jalusi/krepyak. Adalah bilah-bilah kayu yang terpasang permanen di kusen. Celah-celah di antara bilah-bilah inilah yang akan menjadi lubang untuk aliran udara alami. 28



Gambar. Jalusi/Krepyak Sumber : fandicivilba89.blogspot.co.id



4. Kaca naco. Kaca naco adalah jendela yang kacanya dibagi menjadi beberapa segmen dan mempunyai mekanisme yang bisa digerakkan membuka dan menutup. Kaca naco mempunyai kelemahan berupa faktor keamanan yang tidak terlalu baik. Selain itu, kaca naco termasuk kurang ekonomis.



Gambar. Kaca Naco Sumber : fandicivilba89.blogspot.co.id



5. Loster. Loster adalah sebutan untuk ornamen yang mengisi lubang ventilasi di dinding. Kegunaan loster sama seperti ram, yaitu untuk memperkecil ukuran lubang karena faktor keamanan. Loster sendiri terbuat dari berbagai macam bahan : 



Loster kayu. Seperti halnya kusen, loster kayu memerlukan finishing. Finishing loster kayu bisa mempergunakan cat kayu, politur, atau melamin. 29







Loster beton. Biasanya berharga paling murah. Loster beton pun mempunyai kualitas yang bermacam-macam. Ada yang halus, ada yang kasar. Ada yang mempunyai satu sisi, ada yang mempunyai 2 sisi. Loster beton terbuat dari campuran semen, air, dan pasir yang dipress. Kekuatan loster beton tentu tergantung kekuatan dan banyaknya semen yang menjadi campurannya. Finishing loster beton biasanya hanya menggunakan cat tembok biasa.







Loster keramik. Loster keramik cocok bagi rumah yang bergaya unik dan etnik. Loster keramik tidak memerlukan finishing lagi.







Loster tanpa pengisi. Ada juga loster yang hanya merupakan lubang di tembok saja, dan tidak diisi dengan bahan pengisi apapun. Syaratnya adalah lubang tersebut tidak mempunyai lebar lebih dari 15 cm. Pertimbangannya adalah faktor keamanan.



Gambar. Loster Kayu Sumber: fandicivilba89.blogspot.co.id



Gambar. Loster Beton Sumber: fandicivilba89.blogspot.co.id



30



Oleh Texas Engineering Experiment Station, telah dilakukan penelitian tentang ventilasi silang dengan hasil sebagai gambar-gambar di bawah ini: 



Tak ada arus, karena tak ada jalan keluar.







Lubang keluar sama luas dengan lubang masuk. Arus ventilasi yang terjadi baik untuk daerah kedudukan tubuh manusia. Lebih baik bila lubang keluar diperluas lagi.







Lubang masuk tinggi lubang keluar rendah, tidak baik, karena menimbulkan daerah udara-mati di bawah lubang masuk, yang justru merupakan tempat yang balk dan dibutuhkan oleh tubuh manusia







Lubang-lubang luas, ventilasi baik sekali.







Penambahan lubang keluar, memperbaiki situasi pada daerah tubuh manusia.







Pada lubang masuk diberikan semacam overstek dan angin langsung keluar lewat lubang sisi keluar.







Pada sisi keluar ditambahkan satu lubang di bagian bawah, dan terjadilah perbaikan aliran udara pada daerah tubuh manusia.







Dengan melepas sedikit overstek, aliran udara menjadi lebih baik lagi.







Dengan kasa-kasa ventilasi dapat lebih diperbaiki lagi.



2.7.2 Faktor Sistem Ventilasi Sistem ventilasi (kata benda) (ventilation system) adalah salah satu komponen bangunan yang mendukung terjadinya proses ventilasi atau pergantian udara di dalam ruangan. Faktor-faktor desain sistem ventilasi yang mempengaruhi pergerakan udara di dalam bangunan yaitu sebagai berikut: 1. Orientasi bukaan 2. Lokasi bukaan 3. Dimensi bukaan 4. Rasio bukaan 5. Tipe bukaan 6. Pengarah bukaan 7. Jalur sirkulasi dan penghalan 31



a. Orientasi Bukaan Dengan menggunakan model ruang bujur sangkar atau persegi panjang, ditinjau secara denah, posisi outlet terhadap inlet sebagai berikut: 1.Berhadapan 2.Bersebelahan 3.Pada sisi yang sama



Sumber



:



https://www.slideshare.net/RahmaRainbow/penghawaan-alamiterkait-sistem-ventilasi-terhadap-kenyamana-termalbangunan-rumah-susun-industri-dalam-sidang-evaluasi



Orientasi bukaan dengan pergerakan udara di dalam ruang berkaitan dengan: 1. Orientasi inlet dengan arah gerak udara. Perbedaan orientasi inlet terhadap arah angin datang mengakibatkan perbedaan arah pergerakan udara. 2. Orientasi inlet dan outlet dengan kecepatan gerak udara. 32



Perbedaan orientasi inlet dan outlet terhadap arah angin datang mengakibatkan perbedaan kecepatan gerak udara.



Orientasi bukaan harus diatur dengan sudut tertentu terhadap arah angin datang, tergantung apakah pergerakan udara pada tapak menjadi potensi atau kendala, agar diperoleh arah dan kecepatan gerak dalam ruang yang mendukung perolehan kenyamanan termal.



Sumber



:



https://www.slideshare.net/RahmaRainbow/penghawaan-alamiterkait-sistem-ventilasi-terhadap-kenyamana-termalbangunan-rumah-susun-industri-dalam-sidang-evaluasi



b. Lokasi Bukaan Kaitan lokasi bukaan dengan pergerakan udara di dalam ruang adalah sebagai berikut: 1. Lokasi inlet dan outlet dengan arah gerak udara 2. Perbedaan elevasi antara inlet dan outlet dengan arah gerak udara Parameter pergerakan udara yang merata dalam ruang sebagai berikut: 1. Udara bergerak menyapu hampir seluruh ruang 2. Terbentuk olakan (eddy) yang membantu pemerataan aliran udara pada area yang tidak langsung dilalui angina 3. Terjadi cross ventilation, posisi inlet, dan outlet tidak frontal berhadapan dan tidak berada pada elevasi yang sama



33



Sumber



:



https://www.slideshare.net/RahmaRainbow/penghawaan-alamiterkait-sistem-ventilasi-terhadap-kenyamana-termalbangunan-rumah-susun-industri-dalam-sidang-evaluasi



Sumber



:



https://www.slideshare.net/RahmaRainbow/penghawaan-alamiterkait-sistem-ventilasi-terhadap-kenyamana-termalbangunan-rumah-susun-industri-dalam-sidang-evaluasi



Untuk mendukung perolehan kenyamanan termal, posisikan inlet dan outlet pada posisi yang tepat, tidak frontal berhadapan dan berbeda elevasi



34



(lihat gambar di atas C dan D) sehingga terbentuk cross ventilation dimana arah gerak udara dalam ruang lebih merata.



Kaitan lokasi bukaan dengan pergerakan udara di dalam ruang adalah sebagai berikut: 1. Lokasi inlet dan outlet dengan arah gerak udara 2. Perbedaan elevasi antara inlet dan outlet dengan arah gerak udara



Parameter pergerakan udara yang merata dalam ruang sebagai berikut: 1. Udara bergerak menyapu hampir seluruh ruang 2. Terbentuk olakan (eddy) yang membantu pemerataan aliran udara pada area yang tidak langsung dilalui angina



Sumber



:



https://www.slideshare.net/RahmaRainbow/penghawaan-alamiterkait-sistem-ventilasi-terhadap-kenyamana-termalbangunan-rumah-susun-industri-dalam-sidang-evaluasi



3.Terjadi cross ventilation, posisi inlet, dan outlet tidak frontal berhadapan dan tidak berada pada elevasi yang sama



35



Sumber : https://www.slideshare.net/RahmaRainbow/penghawaan-alamiterkait-sistem-ventilasi-terhadap-kenyamana-termal-bangunan-rumahsusun-industri-dalam-sidang-evaluasi



c. Dimensi Bukaan Kaitan dimensi bukaan dengan pergerakan udara di dalam ruang yaitu meliputi laju udara (air flow) dan pergantian udara (air changes). Makin besar dimensi inlet, laju udara (air flow) dan pergantian udara (air changes) makin tinggi. Agar sirkulasi udara berjalan dengan baik, diperlukan luas minimal bukaan udara masuk (inlet) dengan nilai tertentu. Luas ini adalah nilai rata-rata yang diperlukan untuk ventilasi/ penghawaan alami pada suatu ruang di iklim tropis basah dengan kondisi kecepatan udara normal (0,6 m/det s/d 1,5 m/det). Pemilihan alternatif cara perhitungan berdasarkan: 1. Perolehan radiasi panas matahari. Persentase berdasarkan luas dinding fasad antara 40% - 80% luas dinding. Makin besar perolehan radiasi panas matahari maka angka persentase makin kecil. 2. Estetika. Proporsi luas bukaan udara masuk (inlet) terhadap luas dinding (window to wall ratio/ WWR) tetap mempertimbangkan nilai estetika. Cara perhitungan luas minimal suatu bukaan udara masuk (inlet) pada suatu ruang adalah: 1. Berdasarkan luas dinding fasad ruang. 40% - 80% luas dinding 2. Berdasarkan luas ruang. 20% luas ruang.



Dimensi bukaan 20% luas ruang



Dimensi bukaan 80% luas fasad 36



Sumber



:



https://www.slideshare.net/RahmaRainbow/penghawaan-alamiterkait-sistem-ventilasi-terhadap-kenyamana-termalbangunan-rumah-susun-industri-dalam-sidang-evaluasi



Dari dua cara perhitungan tersebut, diambil perolehan luas yang terbesar dengan tetap tidak mengabaikan estetika. Karena luas merupakan nilai rata-rata maka perhitungan dapat diterapkan pada ruang dengan kedalaman berapa pun asalkan masih dapat dijangkau oleh pergerakan udara, juga memungkinkan diterapkan pada fasad dengan orientasi mana pun yang tidak terkait arah angin datang.



d. Rasio Bukaan 1. Dengan luas outlet yang sama, makin luas inlet, kecepatan gerak udara dalam ruang cenderung makin meningkat. 2. Dengan luas inlet yang sama, makin besar luas outlet, kecepatan gerak udara dalam ruang cenderung makin meningkat.



Sumber



:



https://www.slideshare.net/RahmaRainbow/penghawaan-alamiterkait-sistem-ventilasi-terhadap-kenyamana-termalbangunan-rumah-susun-industri-dalam-sidang-evaluasi



37



Sumber



:



https://www.slideshare.net/RahmaRainbow/penghawaan-alamiterkait-sistem-ventilasi-terhadap-kenyamana-termalbangunan-rumah-susun-industri-dalam-sidang-evaluasi



Berdasarkan gambar di atas, jika kecepatan gerak udara di tapak/ luar bangunan 100% dan orientasi inlet 45 terhadap arah angin datang, dapat disimpulkan bahwa dengan luas inlet yang sama, makin besar luas outlet, kecepatan gerak udara dalam ruang cenderung makin meningkat.



38



Sumber



:



https://www.slideshare.net/RahmaRainbow/penghawaan-alamiterkait-sistem-ventilasi-terhadap-kenyamana-termalbangunan-rumah-susun-industri-dalam-sidang-evaluasi



e.



Tipe Bukaan



Bukaan (opening) pada bangunan dapat berupa jendela, lubang angin, lubang, celah, dan kisi-kisi. Kaitan tipe bukaan dengan pergerakan udara di dalam ruang sebagai berikut: 1. Tipe inlet yang berbeda akan menghasilkan arah gerak udara yang berbeda 2. Tipe inlet yang berbeda akan menghasilkan efektifitas yang berbeda terhadap laju udara dan pergantian udara Terkait kenyamanan termal, bila kecepatan gerak udara/ angin adalah potensi maka tipe inlet yang dibutuhkan, yaitu sebagai berikut: 1. Tipe inlet harus dapat mengarahkan gerak udara dalam ruang semerata mungkin. 2. Tipe inlet harus optimal dalam mendukung laju udara (air flow) dan pergantian udara dalam ruang. 3. Tipe inlet harus fleksibel untuk dibuka tutup tergantung kebutuhan. f.



Pengarah Bukaan



Pada gambar di atas sebagai pengarah pada inlet adalah sebagai berikut: 1. Inlet A dan D, Daun jendela tipe bukaan horizontally pivoted yang mengarahkan gerak udara ke bawah dan ke atas. 2. Inlet B, Kisi-kisi yang mengarahkan gerak udara ke atas. 3. Inlet C, Daun jendela tipe bukaan casement top hung yang mengarahkan gerak udara ke bawah.



39



Sumber



:



https://www.slideshare.net/RahmaRainbow/penghawaan-alamiterkait-sistem-ventilasi-terhadap-kenyamana-termalbangunan-rumah-susun-industri-dalam-sidang-evaluasi



Pada gambar di samping sebagai pengarah pada inlet adalah sebagai berikut: 1. Inlet A dan B, Kisi-kisi yang mengarahkan gerak udara ke atas dan ke bawah 2. Inlet C, Daun jendela tipe bukaan casement top hung yang mengarahkan gerak udara ke atas 3. Inlet D, Lubang pada dinding dengan tambahan tirai gulung (screen) yang mengarahkan gerak udara ke bawah.



40



Sumber



:



https://www.slideshare.net/RahmaRainbow/penghawaan-alamiterkait-sistem-ventilasi-terhadap-kenyamana-termalbangunan-rumah-susun-industri-dalam-sidang-evaluasi



g.



Jalur Sirkulasi dan Penghalang Pada penghawaan alami, sistem ventilasi meliputi bukaan udara masuk (inlet),



bukaan udara keluar (outlet), dan jalur sirkulasi udara antara inlet dan outlet.



Sumber



:



https://www.slideshare.net/RahmaRainbow/penghawaan-alamiterkait-sistem-ventilasi-terhadap-kenyamana-termalbangunan-rumah-susun-industri-dalam-sidang-evaluasi



41



Sumber



:



https://www.slideshare.net/RahmaRainbow/penghawaan-alamiterkait-sistem-ventilasi-terhadap-kenyamana-termalbangunan-rumah-susun-industri-dalam-sidang-evaluasi



Pergerakan udara dalam ruang yang terjadi berdasarkan gambar (dengan titik acuan notasi bintik merah) sebagai berikut: 1. Kondisi A Outlet bersebelahan dengan inlet, titik acuan belum memperoleh gerak udara yang merata. 2. Kondisi B dan C Outlet bersebelahan dengan inlet seperti kondisi A, penambahan dinding penghalang belum dapat mengarahkan gerak udara semerata mungkin. 3. Kondisi D Outlet bersebelahan dengan inlet, dinding memanjang di depan inlet menjadi penghalang. 4. Kondisi E dan F



42



Outlet berhadapan dengan inlet seperti kondisi D, dinding membagi dan mengarahkan udara, sehingga diperoleh arah gerak udara yang lebih merata. b.



Barier System Barier pada penghawaan disebut juga penghalang untuk mengurangi volume



udara panas yang masuk kedalam rumah. Cara ini dilakukan salah satunya dengan menggunakan barier yang berupa tanaman pada sisi rumah, kadar panas yang dibawa oleh udara menuju rumah dapat berkurang karena sebagian udara panas tersebut diredam oleh barisan pepohonan pada sisi rumah. c. Elemen Air (Kolam) Adanya elemen air, baik di luar maupun didalam area rumah dapat menambah kesejukan hunian, karena udara panas yang berasal dari luar bangunan direndam dengan udara dingin yang dihasilkan dari elemen air tersebut sehingga mampu mendinginkan ruangan. d. Plafon Plafon dapat menahan udara panas yang datang dari atas atau atap. Semakin tinggi jarak langit-langit dengan lantai, akan menambah kesejukan didalam rumah karena adanya cukup ruang untuk perputaran dan pertukaran udara. e. Secondary Skin Secondary skin atau selubung/kulit bangunan yang kedua, dapat menambah lama waktu panas masuk kedalam rumah dan dapat menghindari percikan air hujan. Ada berbagai material yang dapaat digunakan sebagai secondary skin, salah satunya penggunaan material batu alam.



2.8 Jenis Bukaan 1. Pintu 



Pintu Swing Jenis pintu yang paling umum dan selalu digunakan di bangunan manapun



adalah pintu swing atau pintu kupu-kupu, yaitu pintu biasa yang dapat membuka43



menutup dengan cara didorong ke depan atau ditarik kebelakang dengan putaran satu arah maupun dua arah.



Sumber : 



Pintu Geser Pintu model ini sering disebut juga dengan sliding door. Cara membukanya



dengan menggeser pintu ke samping kanan atau kiri. Pintu geser ini biasanya digunakan pada ruang yang sempit karena tidak memerlukan ruang unntuk mengayunkan pintu seperti pintu swing. Pintu geser juga mulai banyak digunakan pada lemari pakaian. karena memberikan kesan rapih. Namun kekurangannya, pemasangannya lebih sulit dan memerlukan struktur bantalan yang kuat untuk menggantung, dan dapat merepotkan bila roda keluar dari rel pengaman.



44



Sumber : https://www.dekoruma.com/artikel/62153/jenis-desain-pintu-geser 



Pintu Lipat Pintu ini sering disebut juga dengan folding door. Cara membukanya pun



tidak berbeda dengan pintu geser, yaitu dengan digeser kesamping dan menggunakan bantalan rel, namun bedanya pintunya dilipat. Jenis pintu ini biasanya sering digunakan pada ruang keluarga yang menghadap ke taman belakang atau pada pintu garasi.







Pintu Putar Otomatis



Pintu putar otomatis atau revolving door digunakan pada mall, hotel, dan gedung perkantoran. Pintu ini akan berputar secara otomatis saat terdapat gerakan orang yang hendak memasuki ruangan



45



Sumber : https://indonesian.alibaba.com/product-detail/automatic-revolvingdoor-manufacturer-60601280297.html



2. Jendela 



Fixed Window Disebut juga dengan jendela mati karena tidak mempunyai engsel jendela.



Jendela ini tidak bisa dibuka tutup dan hanya mengalirkan cahaya matahari untuk menerangi ruangan, bukan udara yang masuk ke ruangan. Karena tidak bisa memasukan sirkulasi udara pengunaan tipe jendela ini sebaiknya perlu di pertimbangkan sebaik mungkin.



Sumber : https://ecochoicewindows.ca/windows/fixed-casement-windows/







Sliding Window Sliding Window, sesuai dengan namanya sliding window atau jendela



geser dibuka tutup dengan cara di geser secara horizontal, dan satu diantaranya adalah jendela mati. Sliding door biasanya menggunakan engsel.



46



Sumber : https://www.tarrantwindows.com/windows/sliding-windows/ 



Double and Single Hung Window Double Hung Window merupakan jendela yang terdiri atas 2 daun di susun



vertikal dan di operasikan dengan cara menggeser salah satu daun jendela secara vertical. Sendangkan Single Hung Window adalah jendela yang memiliki bentuk fisik yang sama dengan Double Hung Window yang membedakannya adalah hanya 1 daun yang dapat di geser, Single Hung Window hanya bisa menyediakan 50% bukaan



47



Sumber : https://lakewashingtonwindows.com/windows/double-hung-windowreplacement/ 



Casement Window Casement Window/Bukaan ke luar/ samping kiri/kanan (jendela biasa) Jendela dengan jenis bukaan ini merupakan jendela dengan letak engsel di samping. Jendela dapat dibuka penuh 100% sehingga memberikan ventilasi udara yang optimal.



Sumber : https://www.homedepot.com/b/Doors-Windows-WindowsCasement-Windows/N-5yc1vZbxe9 



Awning dan Hopper Window Tipe jendela ini memiliki prinsip kerja yang mirip dengan jendela ayun



hanya saja sisi jendela yang di kaitkan adalah sisi atas(Awning) atau bawahnya(Hopper). Jendela jenis ini membuka kearah luar dengan posisi engsel di atas. Dengan ventilasi ruangan yang cukup memadai dan sudut bukaan bisa diatur sesuai



48



Sumber : http://www.windowsplusdenver.com/awning-hopper-windowinstallation-replacement-denver-colorado.html 



Pivot Window Jenis ini memiliki engsel di tengah. Jendela membuka dan menutup



dengan cara diputar 90 derajat atau 180 derajat secara horizontal maupun vertikal. Ventilasi udara terasa lebih optimal.



Sumber : https://www.indiamart.com/proddetail/upvc-pivot-window13114028597.html







Jalousie Window Jalousie Window adalah jendela yang memiliki pelat-pelat penjang



horizontal (sirip) dari kayu yang tersusun rapat.



49



Sumber : https://id.pinterest.com/pin/154389093458330270/?lp=true 2.9 Strategi Desain Memaksimalkan Penghawaan Alami 1. DAERAH IKLIM TROPIS KERING Ciri-ciri iklim tropis kering, yaitu: a. Kelembaban rendah. b. Curah hujan rendah c. Perbedaan temperature antara malam dan sinag besar. d. Radiasi matahari sangat kuat dan permukaan tanah reflektif. e. Suhu udara pada siang hari tinggi dan pada malam hari rendah (45o dan 10o Celcius). f. Pada malam hari berbalik dingin karena radiasi balik bumi cepat berlangsung g. Menjelang pagi udara dan tanah benar-benar dingin karena radiasi balik sudah habis. Pada siang hari radiasi panas tinggi dan akumulasi radiasi tertinggi pukul 15.00. Sering terjadi badai angin pasir karena dataran yang luas. h. Pada waktu sore hari sering terdengar suara ledakan batu-batuan karena perubahan suhu yang tiba-tiba Strategi penghawaan alami bangunan daerah tropis kering : 50



Bukaan-bukaan dinding kecil untuk mencegah radiasi sinar langsung dan angin atau debu kering masuk sehingga mempertahankan kelembaban.Menambah kelembaban ruang dalam dengan menambahkan kolam dan tanaman pada ruang yang terbuka agar angina tau udara yang dibawa terasa lebih sejuk. 2. DAERAH IKLIM SUB TROPIS Ciri-ciri iklim sub tropis: a. Memiliki empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. b. Perbedaan musim yang sangat jelas, maksudnya pada musim panas radiasi matahari besar, sedangkan pada musim dingin radiasi matahari sangat kecil. c. Jam siang musim panas lebih lama dari pada jam malam, sebaliknya pada musim dingin jam siang lebih pendek dari pada jam malam d. Akumulasi panas pada musim panas lebih kurang ¾ waktu musim panas, begitu sebaliknya pada musim dingin e. Pada waktu musim dingin hujan salju, kelembaban rendah. f. Pada musim-musim tertentu disertai angin dataran yang cukup kencang. g. Pada belahan utara sinar matahari selalu berada di selatan dan pada musim dingin kadang-kadang matahari tidak muncul. Strategi penghawaan alami bangunan daerah sub tropis : a. Membatasi pertukaran udara dalam dan luar, karena pertukaran udara membawa serta energi panasnya. b.



Bangunan dibuat dengan dinding rangkap yang tebal, dengan penambahan bahan isolasi panas di antara kedua lapisan dinding sehingga panas di dalam bangunan tidak mudah dirambatkan ke udara luar.



3. DAERAH IKLIM TROPIS BASAH Ciri-Ciri Iklim Tropis Lembab : a. Curah hujan tinggi. 51



b. Kelembaban tinggi c. Temperatur yang hampir selalu tinggi d. Angin (aliran udara) sedikit. e. Radiasi matahari sedang sampai kuat (matahari bersinar sepanjang tahun) f. Pertukaran panas kecil, karena tingginya kelembaban sehingga air tidak mudah menguap. Strategi penghawaan alami daerah tropis lembab: a. Bangunan sebaiknya terbuka dengan jarak yang cukup antara masingmasing banguna, untuk menjamin sirkulasi udara yang baik. b. Lebar bangunan untuk mendapatkan ventilasi silang. c. Ruang sekitar bangunan diberi peneduh, tanpa mengganggu sirkulasi udara. d. Bangunan mempunyai dua jenis jendela, temporal dan tetap.



Adapun strategi sistem secara umum pada penghawaan alami, yaitu: 1. VENTILASI SILANG (CROSS VENTILATION) Sistem ini meletakkan bukaan pada arah yang berhadapan, sehingga terjadi pertukaran udara dari dalam keluar bangunan. Efektivitas tercapai dari ukuran bukaan (inlet-outlet), hasilnya adalah adanya peningkatan kecepatan udara dan turunnya suhu ruangan.



52



Gambar Ventilasi Silang Sumber: uruhara69.blogspot.co.id



Sumber : www.livingloving.net



53



Sumber : https://desainrumaharsitek77.com/ventilasi



Sumber : https://desainrumaharsitek77.com/ventilasi



Key Architectural Issues: Ventilasi silang yang sukses membutuhkan sebuah bentuk bangunan yang memaksimalkan eksposur ke arah angin yang berlaku, menyediakan untuk 54



inlet yang memadai daerah, penghalang internal yang minimal (antara inlet dan outlet), dan menyediakan untuk area outletyang memadai. Pertimbangan peletakan bukaan memperhatikan juga sumber kebisingan.



Gambar.Ventilasi Silang Sumber: uruhara69.blogspot.co.id



Prosedur Desain: a.



Pengaturan peletakan bukaan (inlet-outlet) dalam ruangan, sumber panas terbesar dalam ruang harus didekatkan dengan outlet.



b.



Memperkirakan beban pendingin untuk ruangan (heat gain for space).



c.



Memperhatikan beban pendinginan pada tiap lantai.



d.



Menentukan besarnya daerah inlet , dibebaskan dari serangga, adanya pemberian shading.



e.



Tentukan daerah inlet sebagai persentase dari luas lantai.



f.



Meletakkan arah-arah inlet-outlet pada persimpangan yang tepat, sesuai dengan kecepatan pergerakan udara.



g.



Membandingkan kapasitas dengan kebutuhan.



h.



Memperbesar dan memperkecil ukuran inlet guna menyesuaikan dengan kebutuhan pendinginan dalam ruang.



55



Gambar.Cross Ventilation Cooling Capacity Sumber: uruhara69.blogspot.co.id



Arus angin datang dari luar ruang secara horizontal, dapat terjadi bila terdapat perbedaan suhu udara luar dan dalam ruang atau antar ruang dalam bangunan. Ventilasi silang berfungsi dengan baik, maka pada dinding harus ada bukaan atau lubang seperti pintu, jendela, atau lubang angin. Aliran udara masuk kedalam ruangan tidak terlalu kuat dan tidak terhambat, dan harus diarahkan ke bagian-bagian ruang yang ditempati atau dipakai. Kemungkinan penempatan lubang ventilasi Penempatan lubang ventilasi adalah penting untuk pengarahan aliran udara dari lubang masuk (inlet) ke lubang keluar (outlet). Keadaan 1 Tidak ada lubang keluar tidak ada aliran udara keluar, ventilasi tidak efektif, menimbulkan ketidaknyamanan. Keadaan 2 Pada dinding yang berhadapan terdapat masing-masing satu lubang masuk dan satu lubang keluar yang sama luasnya. Lubang masuk letaknya keluar, terletak dalam batas daerah hunian atau kerja (living zone) : 0,30m – 1,80m diatas lantai. Luas lubang keluar lebih besar dari lubang masuk adalah lebih baik. Keadaan 3



56



Lubang masuk terletak tinggi, lubang keluar rendah. Terjadi kantung udara dibawah lubang masuk, tidak ada aliran udara dalam daerah hunian. Ventilasi kurang efektif. Keadaan 4 Lubang masuk dan keluar sama tinggi dan sama luas ventilasi baik sekali. Pemasangan kisi-kisi, jalusi, sungkup (kanopi) pada lubang masukan dapat memperbaiki pola aliran udara masuk kedalam ruang : Penampatan lubang keluar Penempatan lubang keluar hampir tidak merubah pola aliran udara dalam ruang. Aliran udara dalam ruang hanya tergantung pada ukuran, bentuk dan letak lubang angin masuk. Ventilasi lebih baik lagi bila dibuat dua lubang masuk dengan lubang besar pada bagian bawah dna lubang kecil atau jalusi dibagian atas. Kecepatan aliran udara masuk dapat diperbesar bila lubang keluar dibuat lebih besar. Perbandingan ukuran lubang keluar dengan lubang masuk mempengaruhi kecepatan aliran udara dalam ruang. Makin besar perbandingan lubang, makin tinggi kecepatan aliran udara. Dalam gambar ditunjukkan besar kecepatan aliran udara dalam ruang dinyatakan dalam persen kecepatan udara luar. 2.



VENTILASI PASIF (STACK VENTILATION) Sistem ini menggunakan strategi pendinginan pasif yang mengambil



keuntungan stratifikasi suhu. Prinsip penting adalah: a. Udara panas akan naik keatas. b. Lingkungan-pertukaran udara. Untuk mengefektifkannya (yaitu menghasilkan aliran udara yang besar), perbedaan antara suhu udara ambien indoor dan outdoor harus setidaknya 3 ° F [1,7



57



° C]. Perbedaan suhu yang lebih besar dapat menyediakan lebih sirkulasi udara yang efektif dan pendinginan. Salah satu cara untuk mencapai perbedaan suhu lebih besar adalah untuk meningkatkan ketinggian tumpukan tumpukan – semakin tinggi, semakin besar stratifikasi vertikal suhu. Key Architectural Issues: Stack perlu menghasilkan perbedaan suhu yang besar antara udara keluar dan udara masuk. Tumpukan cenderung zona "blur" termal mendukung ruang yang lebih rendah padaventilasi"rantai"-dengan katalain, memberikan pergerakan udara lebih (ventilasi) pada tingkat yang lebih rendah dari tumpukan stack.



Gambar Ventilasi Pasif Sumber: uruhara69.blogspot.co.id



Prosedur Desain: a.



Meninggikan bangunan, diberi ventilasi pada bagian atas bangunan (2 kali puncak tertinggi bangunan). 58



b.



Menentukan ukuran bukaan stack yang tepat pada area bawah dan atas, inlet- outlet.



Menentukan ukuran bukaan sesuaikan dengan kebuhan ruang, lihat padagrafik. c.



Gambar Kapasitas Ventilasi Pasif Sumber: uruhara69.blogspot.co.id



3. EVAPORATIVE COOL TOWERS Sistem



ini



menggunakan



asas



langsung



evaporative



pendinginan



dandowndraft untuk pasif mendinginkan udara luar panas kering dan bersirkulasi melalui sebuah bangunan.Udara kering panas terkena air di puncak menara. Seperti air menguap ke udara di



dalam menara, suhu udara turun dan isi



kelembaban meningkat udara; udara lebih padat yang dihasilkan tetes menuruni menara ada keluar dari pembukaan dipangkalan.



59



Gambar Evaporative Cool Towers Sumber: uruhara69.blogspot.co.id



Secara teoritis udara yang muncul dari proses penguapan akan memiliki suhu bola kering sama dengan suhu wet bulb. Dalam aplikasi praktis hasil proses dalam suatu bola kering suhu yang adalah sekitar 20 sampai 40% lebih tinggi dari wet bulb (Givoni 1994). Evaporative kinerja menara adalah tergantung pada wet bulb depresi (perbedaan antara suhu bola kering dan basah udara). Semakin besar depresi wet bulb semakin besar potensi perbedaan antara suhu udara ambien di luar ruangan dan suhu dari udara dingin keluar menara. Tingkat aliran udara dari dasar menara dingin tergantung pada depresi dan wet bulb desain menarakhususnya ketinggian menara dan daerah bantalan dibasahi di puncak menara. Key Architectural Issues: Menara evaporative bekerja efektif dengan rencana lantai terbuka yang memungkinkan pendinginan udara beredar di seluruh interior tanpa terhambat oleh dinding atau partisi. Menara dingin tidak mengandalkan angin untuk sirkulasi udara dan membutuhkan masukan energi minimal. Menara ini memang mengharuskan bahwa bantalan menguapkan akan terus disimpan basah dan meningkatkan relatif kelembaban udara ambien. Menara juga melibatkan aliran udara yang cukup besar volume- nya. Prosedur Desain: a.



Membangun kondisi desain. 60



b.



Cari suhu udara keluar perkiraan untuk menentukan kelayakan



c. Menentukan tingkat aliran udara yang diperlukan. Tentukan jumlah aliran udara keluar (pada suhu bola kering meninggalkan) yang diperlukan untuk mengimbangi beban pendinginan ruang / bangunan yang masuk akal. 4. NIGHT VENTILATION OF THERMAL MASS Sistem ini mengambil keuntungan dari sifat kapasitif bahan besar untuk mempertahankan kenyamanan suhu ruang. Massa bahan suhu udara moderat mengurangi ayunan ekstrim bolak suhu panas dan dingin. Pada siang hari, saat suhu hangat dan radiasi matahari dan beban internal yang bertindak untuk meningkatkan suhu interior, massa bangunan menyerap dan menyimpan panas. Pada malam hari, saat suhu udara luar yang dingin, udara luar disirkulasikan melalui panas bangunan. Udara panas yang diserap selama siang hari dilepaskan dari massa udara dingin ke beredar melalui ruang dan luar ruangan kemudian dibuang. Siklus ini memungkinkan massa untuk melepaskan, memperbaharui potensi untuk menyerap lebih panas hari



berikutnya. Selama



bulan-bulan dingin, massa yang sama dapatdigunakan untuk membantu memberikan udara panas secara pasif.



Keberhasilan dari strategi ini sangat bergantung pada iklim setempat. Perbedaan suhu harus besar (sekitar 20 ° F [11 ° C]). Tinggi suhu siang hari (dan/atau matahari beban dan keuntungan panas internal) menghasilkan beban pendinginan. Suhu malam hari rendah dapat menyediakan panas yang tenggelam (sumber coolth). Massa termal menghubungkan dua kondisi sepanjang waktu. Key Architectural Issues: Karena strategi ini bergantung pada aliran udara luar yang luas seluruh bangunan, penataan ruang bangunan penting untuk yang kebaikan desain yang diinginkan, terutama pada ventilasi alami yang akan memberikan airflow. Prosedur Desain:



61



a. Menentukan potensi ventilasi malam massa termal untuk diberikan lokasi. b. Memperoleh data iklim dan menghitung udara dalam ruangan serendah mungkin suhu. Cari udara musim panas desain bola tertinggi kering suhu (DBT), kisaran rata-rata suhu harian untuk lokasi proyek, dan menghitung suhu terendah DB. c. Perkiraan suhu terendah massa. d. Hitung kapasitas penyimpanan massa termal. e. Tentukan persentase dari panas yang tersimpan yang dapat dihapus padamalam hari. f. Menentukan tingkat ventilasi yang diperlukan untuk mendinginkan termal massa termal pada malam hari. g. Bandingkan persyaratan ventilasi dengan kebutuhan desain lainnya.



5. EARTH COOLING TUBES(COOL TUBES) Sistem tabung pendingin ini digunakan untuk mendinginkan ruang dengan membawa udara luar ke dalam ruang interior melalui pipa bawah tanah atau udara tubes. Efek pendinginan tergantung pada keberadaan perbedaan suhu antara udara luar dan tanah di kedalaman tabung.



Gambar. Earth Cooling Tubes Sumber: uruhara69.blogspot.co.id



62



Key Architectural Issues: Tabung pendinginan bumi ini perlu dibangun dari tahan lama, kuat, tahan terhadap korosi, dan efektif biaya, menggunakan bahan seperti aluminium dan plastik.Ukuran dari tabung mempertimbangkan hal-hal berikut ini: a.



kondisi tanah setempat,



b.



kelembaban tanah,



c.



tinggi tabung,



d.



faktor site sekitar.



Untuk mengoptimalkan kinerja pendinginan tabung harus dikubur setidaknya 6 ft [1,8 m] dalam. Bila mungkin tabung harus ditempatkan dalam teduh lokasi.



Gambar Instalasi Earth Cooling Tubes Sumber: uruhara69.blogspot.co.id



Prosedur Desain : a. Menentukan suhu tanah pada saat musim panas. b. Menentukan karakteristik kelembaban tanah. c. Perkiraan beban pendinginan untuk instalasi tabung bumi. d. Tentukan panjang tabung bumi yang diperlukan.



63



Sumber: uruhara69.blogspot.co.id



6. EARTH SHELTERING Sistem ini meletakkan bangunan di bawah tanah, pada dasarnya adalah implementasi pasif dari prinsip tanah yang mendasari sumber pompa panas, dalam tanah menyediakan lingkungan hangat di musim dingin dan lingkungan yang dingin di musim panas, jika dibandingkan dengan atmosfer lingkungan di atas tanah.Hal yang perlu diperhatikan adalah sistem struktur, waterproofing, dan sistem insulasi pada desain.



Gambar. Earth Cooling Tubes Sumber : http://sophiemarcella.blogspot.com/2011/



64



Selain mengurangi suhu ekstrem, penutup tanah juga dapat menghasilkan waktu yang cukup lama tertinggal pengalihan suhu terendah dari pertengahan musim dingin dan ke musim semi dan tertinggi suhu keluar dari musim panas dan musim gugur. Sistem ini mampu untuk menahan api dan angin kencang. Key Architectural Issues: Mampu menghemat energi pendingin dan pemanas ruang, karena mampu menyetabilkan suhu dalam ruang, kemudian karena letak bangunan yang terselubung, maka mampu menahan adanya kebisingan dari area luar bangunan. Prosedur Desain: a. Menganalisis situs, mempertimbangkan pola-pola drainase alam, ada vegetasi, akses matahari, pola angin aliran, mikro, dan kondisi bawah permukaan. b. Pilih sistem struktural. c. Pilih strategi waterproofing yang sesuai. d. Perhitungan yang tepat, mengenai luasnya bagian bangunan yang tertutupi oleh tanah. e. Menggunakan sistem penghijauan pada dalam dan luar bangunan yang tepat.



65



Sumber : http://sophiemarcella.blogspot.com/2011/



7. ABSORPTION CHILLERS Sistem ini tidak menggunakan energi listrik dalam jumlah berlebih, tenaga yang digunakan bisa dari air panas maupun uap panas. Air mengalir melalui proses empat tahap, yaitu penguapan, kondensasi, penguapan, penyerapan panas yang bergerak sebagai bagian integral dari lithium bromide process.



Sumber: uruhara69.blogspot.co.id



66



Key Architectural Issues: Menara pendingin yang digunakandengan pendingin serapan cenderung lebih besar dariyang digunakan dengan system kapasitas sebanding uap kompresi. Ruang eksternal untuk menara pendingin harus dipertimbangkan selama skematik desain. Sebuah kualitas sumber air, seperti danau atau baik, dapat digunakan sebagai pengganti menara sebagai penyerap untuk energi. Prosedur Desain : a. Menentukan area mana yang akan didinginkan. b. Memperhitungkan beban pendingin yang diperlukan. c. Memperhatikan persyaratan ruang chiller. d. Memperhatikan area mekanik untuk mengadakan absorbtion chiller.



Sumber: uruhara69.blogspot.co.id



67



Gambar. Earth Cooling Tubes Sumber: uruhara69.blogspot.co.id 2.10 Perancangan Ventilasi 1. Perencanaan Ventilasi Alami A. Perancangan ventilasi alami dilakukan sebagai berikut: -



Mentukan kebutuhan ventilasi udara yang diperlukan sesuai fungsi ruangan.



-



Mentukan ventilasi gaya angin atau ventilasi gaya termal yang akan digunakan.



B. Ventilasi gaya angin Faktor yang mempengaruhi laju ventilasi yang disebabkan gaya angin termasuk : a). Kecepatan rata-rata. b). Arah angin yang kuat. c). Variasi kecepatan dan arah angin musiman dan harian. d). Hambatan setempat, seperti bangunan yang berdekatan, bukit, pohon dan semak belukar.



Liddamnet (1988) meninjau relevansi tekanan angin sebangai mekanisme penggerak. Model simulasi lintasan aliran jamak dikembangkan dan menggunakan ilustrasi pengaruh angin pada laju pertukaran udara.



68



Kecepatan angin biasanya terendah pada musim panas dari pada musim dingin. Pada beberapa tempat relatif kecepatannya di bawah setengah rata-rata untuk lebih dari beberapa jam per bulan. Karena itu, sistem ventilasi alami sering dirancang untuk kecepatan angin setengah rata-rata dari musiman.



Persamaan di bawah ini menunjukkan kuantitas gaya udara melalui ventilasi bukaan inlet oleh angin atau menentukan ukuran yang tepat dari bukaan untuk menghasilkan laju aliran udara :



Q = CV.A.V……............................................................................………..



dimana : Q = laju aliran udara, m3 / detik. A = luas bebas dari bukaan inlet, m2. V = kecepatan angin, m/detik. CV = effectiveness dari bukaan (CV dianggap sama dengan 0,5 ~ 0,6 untuk angin yang tegak lurus dan 0,25 ~ 0,35 untuk angin yang diagonal).



Inlet sebaiknya langsung menghadap ke dalam angin yang kuat. Jika tidak ada tempat yang menguntungkan, aliran yang dihitung dengan persamaan akan berkurang, jika penempatannya kurang lazim, akan berkurang lagi.



C. Penepatan outlet yang diinginkan 1.



Pada sisi arah tempat teduh dari bangunan yang berlawanan langsung dengan inlet.



2.



Pada atap, dalam area tekanan rendah yang disebabkan oleh aliran angin yang tidak menerus.



3.



Pada sisi yang berdekatan ke muka arah angin dimana area tekanan rendah terjadi dalam pantauan pada sisi arah tempat teduh, dalam ventilator atap, atau pada cerobong.



4. Inlet sebaiknya ditempatkan dalam daerah bertekanan tinggi, outletsebaiknya ditempatkan dalam daerah negatip atau bertekanan rendah. 69



D. Ventilasi gaya termal Jika tahanan didalam banguanan tidak cukup berarti, aliran disesbabkan oleh efek cerobong yang dapat dinyatakan dengan persamaan: ……………....................................................……



dimana : Q



= laju aliran, m3 / detik.



K



= koefisien pelepasan untuk bukaan.



DhNPL = tinggi dari tengah-tengah bukaan terendah sampai NPL , m T1



= Temperatur di dalam bangunan, K.



To



= Temperatur luar, K.



Persamaan ini digunakan jika T1 > To , jika T1 < To , ganti T1 dengan To, dan ganti (T1-To) dengan (To – T1). Temperatur rata-rata untuk T1 sebaiknya dipakai jika panasnya bertingkat. Jika bangunan mempunyai lebih dari satu bukaan, luas outlet dan inlet dianggap sama.



E. Koefisien pelepasan K dihitung untuk semua pengaruh yang melekat, seperti hambatan permukaan, dan campuran batas.



Perkiraan DhNPL sulit. Jika satu jendela atau pintu menunjukkan bagian-bagian yang besar (mendekati 90%) dari luas bukaan total dalam selubung, NPL adalah tinggi tengah-tengah lubang, dan DhNPL sama dengan setengah tingginya.



Untuk kondisi ini, aliran yang melalui bukaan dua arah, yaitu udara dari sisi hangat mengalir melalui bagian atas bukaan, dan udara dari sisi dingin mengalir melalui bagian bawah. Campuran batas terjadi dikedua sisi antar muka aliran yang berlawanan, dan koefisien orifis dapat dihitung sesuai dengan persamaan (Kiel dan Wilson, 1986) :



70



K = 0,40 + 0,0045.( Ti – To )……….................................................………



Jika ada bukaan lain yang cukup, aliran udara yang melalui bukaan akan tidak terarah dan campuran batas tidak dapat terjadi.



Koefisien pelepasan K = 0,65 sebaiknya dipakai. Tambahan informasi pada cerobong yang disebabkan aliran udara untuk ventilasi alami bisa dipenuhi pada referensi Foster dan Down (1987). Aliran terbesar per unit luas dari bukaan diperoleh jika inlet dan outlet sama.



Persamaan ke dua diatas didasarkan pada kesamaan ini. Kenaikan luas outlet di atas luas inlet atau sebaliknya, menaikkan aliran udara tetapi tidak proporsional terhadap penambahan luas. Jika bukaan tidak sama, gunakan luas yang terkecil dalam persamaan dan tambahkan kenaikannya.



2. Perancangan Ventilasi Mekanik a). Perancangan sistem ventilasi mekanis dilakukan sebagai berikut : 1). tentukan kebutuhan udara ventilasi yang diperlukan sesuai fungsi ruangan. 2). tentukan kapasitas fan. 3). rancang sistem distribusi udara, baik menggunakan cerobong udara (ducting)atau fan yang dipasang pada dinding/atap. b). Jumlah laju aliran udara yang perlu disediakan oleh sistem ventilasi mengikuti persyaratan. c). Untuk mengambil perolehan kalor yang terjadi di dalam ruangan, diperlukan laju aliran udara dengan jumlah tertentu untuk menjaga supaya temperatur udara di dalam ruangan tidak bertambah melewati harga yang diinginkan. Jumlah laju aliran udara V (m3/detik) tersebut, dapat dihitung 2.11 Layout Pengendalian Aliran Angin dan Optimalisasi Pemanfaatannya Terhadap Bangunan 1. Konfigurasi bentuk bangunan



71



Sumber : http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturanpenghawaan-dan-pencahayaan-pada-bangunan/ 2. Mengalirkan udara panas dari bawah ke atas



Sumber : http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturanpenghawaan-dan-pencahayaan-pada-bangunan/ Gambar. Penempatan bukaan pada bagian bawah dinding di atas penutup lantai.



72



Sumber : http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturanpenghawaan-dan-pencahayaan-pada-bangunan/ Gambar. Bukaan pada atap difungsikan sebagai pengalir panas Dengan penempatan yang lebih tinggi, ±30 cm di atas permukaan lantai, hasil yang diperoleh lebih maksimal di banding peletakan bukaan tepat di atas lantai. 3. Wind tunnel



Sumber : http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturanpenghawaan-dan-pencahayaan-pada-bangunan/



Konsep wind tunnel sebagai pengarah aliran udara lebih tepat digunakan pada ruang-ruang terbuka. angin yang dialirkan ke area yang sempit dari tempat terbuka yang luas memiliki kecepatan yang lebih tinggi dan tekanan yang lebih besar sehingga hembusan angin diharapkan menjangkau ke daerah yang lebih jauh. 4. Ventilasi Silang 73



Sumber : http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturanpenghawaan-dan-pencahayaan-pada-bangunan/



2.12 Cara Menentukan Ukuran Bukaan Berdasarkan Luas Ruangan Ventilasi adalah kata yang sering kita dengar apabila kita sedang membuat desain sebuah bangunan. Sistem sirkulasi udara yang baik sangat menentukan apakah bangunan yang kita rancang akan terasa nyaman atau tidak. Kenapa kita harus memperhatikan sistem sirkulasi udara? mungkin itu pertanyaan yang mucul di benak kita, manusia dengan sistem pernafasannya yang meghisap Oksigen (O2) dan mengeluarkan Karbon Dioksida (CO2) mengharuskan kita mengatur berapakah kadar oksigen yang harus masuk dan berapakah kadar karbon dioksida yang harus dibuang. Selain kebutuhan untuk manusia, seiring perkembangan zaman ventilasi juga banyak dimanfaatkan untuk mengalirkan udara maupun mengeluarkan udara untuk



74



fasilitas tertentu, misalnya sistem produksi di factory, sistem clean room di laboratorium, dan masih banyak lagi. Sistem ventilasi udara ada tiga : 1. Natural Ventilation ( Sistem sirkulasi udara alami) 2. Mechanical Ventilation ( Sistem sirkulasi udara dengan fan), Sistem Class-1 3.Combination Ventilation (Sistem sirkulasi udara Intake Air Fan dan Exhaust air natural), Sistem Class-2 4. Combination Ventilation (Sistem sirkulasi udara Intake Air natural dan Exhaust Air fan), Sistem Class-3



Berikut gambaran mengenai ketiga sistem diatas ;



1. Natural Ventilation



Sumber : http://meberbagi.blogspot.com/2015/12/cara-menghitung-kebutuhanventilasi.html



Sistem supply udara (Intake Air) dan sistem pengeluaran udara (Exhaust Air) keduanya menggunakan aliran udara alami, yaitu dengan membuat bukaan atau opening sehingga udara dapat mengalir dengan sendirinya. Kelebihan sistem ini adalah biaya yang relatif sedikit. Kekurangannya adalah kita tidak bisa memastikan berapakah aliran udaranya, karena sistem ini sangat tergantung pada kondisi udara luar.



75



2. Mechanical Ventilation (Sistem Class-2)



Sumber : http://meberbagi.blogspot.com/2015/12/cara-menghitung-kebutuhanventilasi.html



Sistem Intake air dan Exhaust Air, keduanya sama-sama menggunakan bantuan Fan, Kelebihan sistem ini adalah kita dapat mengkondisikan sesuai dengan kebutuhan, karena kita bisa memilih kapasitas Fan dengan kapasitas yang beragam, dan cocok pemasangan untuk ruangan yang memperhatikan supply udara yang bersih dengan penggunaan filter. Kekurangannya adalah memerlukan biaya yang besar, baik itu biaya pembelian unit fan, biaya installasi, biaya pemakaian listrik dan biaya maintenance.



3. Combination Ventilation (Sistem Class-2 dan Class-3)



Sumber



:



http://meberbagi.blogspot.com/2015/12/cara-menghitungkebutuhan-ventilasi.html



Sistem ini mengkombinasikan antara sistem Natural Ventilation dan Mechanical Ventilation. Intake air menggunakan natural ventilation dan exhaust air 76



menggunakan sistem Fan, bisa juga diaplikasikan dengan kondisi sebaliknya. Kelebihan sistem ini biaya yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan menggunakan Mechanical Ventilation, tetapi sistem yang cukup bisa diandalkan. Kekurangannya adalah masih ada biaya untuk pemakaian listrik dan maintenance.



2.13



Menghitung Kapasitas Dalam menentukan ukuran, menggunakan dasar pendekatan antara lain,



fungsi dan aktifitas ruang, kapasitas ruang, kebutuhan manusia akan oksigen dan sebagainya. 1. Luas lubang penerangan/cahaya : Luas pintu dan jendela tidak masuk dalam perhitungan a. Untuk kamar tidur 1/6 × luas lantai ruang b. Kamar duduk 1/7 – 1/6 × luas lantai ruang. c. Sekolah dan kantor 1/6 – 1/5 × luas lantai ruang. d. Rumah sakit 1/6 - 1/5 × luas lantai ruang. e. Bengkel 1/6 - 1/3 × luas lantai ruang. f. Gudang 1/10 × luas lantai ruang 2. Luas lubang ventilasi. Dalam penentuan lubang ventilasi luas pintu dan jendela tidak di perhitungkan. Luas minimum lubang ventilasi adalah : antara: 40/1 sampai dengan 10/1× luas lantai ruang. 3. Lubang kusen pintu dan jendela. Dasar pertimbangan penentuan ukuran kusen pintu dan jendela adalah berdasarkan pada pendekatan fungsi ruang dalam suatu bangunan dan tinjauan dari aspek estetika. Ukuran yang dipakai adalah ukuran dalam, yaitu jarak tepi- tepi dalam kusen.



77



Menentukan Ukuran Pintu Dan Jendela: 1.



Tinggi pintu, ditentukan berdasarkan tinggi orang normal 1,60 m ditambah



tinggi bebas 0,40 m sampai dengan 0,60 m. 2. Lebar pintu, ditentukan berdasarkan tempat dan fungsinya. a. Untuk pintu KM/WC : antara 0,60 m sampai dengan 0,70 m b. Kamar tidur



: 0,80 m



c. Kamar tamu



: 1,00 m sampai dengan 1,20 m



d. Pintu utama kantor



: sampai 3,00 m



e. Untuk garasi, gudang : Tinggi kendaraan ditambah 0,40 s/d 0,60 m. Tinggi minimum 2,50 m. Lebar minimum 3,00 m f. Untuk bangunan monumental : dengan menggunakan skala monumental, disesuaikan dengan proporsi bangunannya. 3. Tinggi Jendela Tinggi ambang atas jendela dibuat sama dengan tinggi ambang atas pintu agar tampak serasi. Tinggi ambang bawah dari kusen jendela disesuaikan fungsi ruang. Untuk ruang tidur : 0,80 m s/d 1,20 m dari lantai. Untuk ruang tamu, keluarga : 0,20



m s/d



0,40m agar



ruangan



memperoleh



penerangan



sebanyak-



banyaknya.Untuk ruang-ruan sekolah dibuat setinggi 1,30 m dari lantai agar para peserta diklat tidak dapat melihat keluar saat pelajaran berlangsung 4. Ukuran Kayu Ukuran kayu yang sering dipergunakan untuk kusen : 6/12, 8/12, 8/14,10/15 dsb. Untuk ukuran yang tidak ada dalam perdagangan, harus memesan sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki. Ukuran kayu untuk daun dan panil : 3/10, 3/12, 3/30,4/30, 2/2



78



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Pada dasarnya penghawaan alami di dalam bangunan merupakan jaminan akan adanya aliran udara yang baik dan sehat dengan kesejukan yang sewajarnya. Untuk mendapatkan penghawaan yang baik perlu dirancang bentuk, elemen dan detail arsitektur yang bertujuan mengoptimalkan aliran udara sejuk. Pertimbangan utama dalam perancangan optimalisasi penghawaan alami adalah dengan menganalisis datangnya arah angin Dari data dan fakta yang telah dipaparkan diatas maka kami dapat menyimpulkan bahwa penghawaan alami adalah angin yang bergerak yang di karenakan perbedaan tekanan(tekanan tinggi ke tekanan rendah). Sehingga kita dapat memanfaatkan hal tersebut untuk membuat bukaan yang efektif, sehingga ruangan yang kita rancang mendapatkan penghawaan yang baik dengan suhu berkisar 20̊ C-25̊ C tanpa menggunakan penghawaan buatan, dikarenakan penghawaan buatan terdapat beberapa dampak negative seperti menjadi salah 1 penyebab terjadinya pemanasan global. Komponen-komponen pendukung yang dapat



digunakan



antara



lain



berupa



bukaan-bukaan



seperti



pintu,jendela,ventilasi,dan lain sebagainya dan untuk peletakannya sangat tidak disarankan menaruh 2 buah bukaan yang benar-benar bersebrangan. Jika hal tersebut terjadi maka dampaknya adalah angin yang masuk melalui jendela yang 1 akan langsung keluar melalui jendela yang satunya lagi, dan berdampak pada naiknya suhu pada ruang tersebut atau dalam kata lain bisa di katakana jika 2 buah bukaan tersebut tidak efektif. Jenis – jenis penghawaan alami menurut cara membukanya, ventilasi alami ada 2 macam. Yaitu ventilasi alami yang terbuka permanen, ataupun ventilasi alami temporer yang dapat dibuka dan ditutup.Penghawaan Alami memerukan desain khusus pada masing-masing iklim untuk menyesuaikan



79



kebutuhan penghawaan alami pada ruangan pada masing-masing iklim tempat tinggal. Untuk menghitung jumlah kapasitasnya tergantung dari luasan ruang yang ada untuk ruangan yang di tempati manusia cukup lama seperti kamar tidur memerlukan luasan bukaan 1/6 dari luasan lantai. Sedangkan untuk ruangan yang tidak selalu ditempati manusia seperti gudang memerlukan luasan bukaan 1/10 dari luas lantai. Untuk sistem penghawaan yang digunakan itu bergantung kepada lingkungan sekitar dari ruangan tersebut sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan. 3.2 Saran Salah satu bagian dari utilitas bangunan yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu rancangan adalah sistem penghawaan alami. Sebagai seorang arsitek seharusnya mengetauhi dan memahami bagaimana sistem penghawaan alami yang baik dalam suatu bangunan. Hal ini disebabkan karena penghawaan alami



tidak



hanya berpengaruh terhadap kualitas bangunan tetapi juga



terhadap civitas di dalam bangunan. Oleh karena itu sistem penghawaan alami harus diperhatikan dalam proses perancangan suatu bangunan. Meskipun kita sebagai penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan kami dalam menulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.



80



DAFTAR PUSTAKA



Silvana, Desti. 2011. Aspek Iklim Dalam Perancangan Arsitektur.Retrivied from



http://silvanaekasari.blogspot.co.id/2011/01/aspek-iklim-dalam-



perancangan.html.Diakses 10/10/2016 Herusu, Arifin.2008.Strategi from



Perancangan



Iklim



Tropis.Retrivied



http://herusu71.blogspot.co.id/2008/11/strategi-perancangan-iklim-



tropis.html.Diakses pada tanggal 10/10/2016 Sulthoni,



Muhammad.



2011.



Penghawaan



Alami,



dari http://slendroo.blogspot.co.id/2011/10/penghawaan-alami.html, diakses 11 Oktober 2016. Yoga, Krisna.



2014.



Penghawaan



darihttp://uruhara69.blogspot.co.id/2014/09/penghawaan-alami.html,



Alami, diakses



11 Oktober 2016. Arsitektur Hijau. 2015. Pengaturan Pengahawaan dan Pencahayaan pada Bangunan,



dari



http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturanpenghawaan- dan-pencahayaan-pada-bangunan/, diakses pada 11 oktober 2016 Herusu, Arifin.2015.Tentang Iklim Tropis Lembab dan Tropis.Retrivied from (Sumber:



http://herusu71.blogspot.co.id/2015/10/tentang-iklim-tropis-lembab-



dan- tropis.htmlpada tanggal 10/10/20



81



82