Makalah Spi Kel. 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MUHAMMAD SEBAGAI PELETAK DASAR PERADABAN ISLAM Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam Dosen Pengampu: MUHAMMAD HUSNI, M.Hum.



Oleh: DWI LESTARI NIM. 1904140019 MUHAMMAD REZA NIM. 1904140029 NOVIANI RISNANDA NIM. 1904140097



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH 1442 H/2020 M



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT. atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang berjudul "Nabi Muhammad Sebagai Peletak Dasar Peradaban Islam". Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari dosen dan pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Akhirnya, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Semoga Allah SWT. senantiasa memberkahi kehidupan kita dan semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Amin ya rabbal'alamin.



Palangka Raya, 16 Maret 2020



Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.............................................................................................i DAFTAR ISI..........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Latar Belakang..............................................................................................1 B. Rumusan Masalah.........................................................................................1 C. Tujuan...........................................................................................................2 D. Metode Penulisan..........................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3 A. Nabi Muhammad dan Dakwah di Mekkah...................................................3 B. Pembentukan Sistem Sosial di Madinah.......................................................9 C. Dinamika Setelah Pembentukan Konstitusi................................................12 BAB III PENUTUP..............................................................................................15 A. Kesimpulan.................................................................................................15 B. Saran............................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembinaan peradaban Islam berlangsung sejak rasul pertama Adam a.s. diutus Allah untuk merintis pelaksanaan tugas kekhalifahan di muka bumi. Pembinaan peradaban Islam tersebut terus berjalan secara berkelanjutan sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat manusia. Apabila terjadi stagnasi pertumbuhan peradaban Islam, Allah mengirim rasulnya untuk meluruskan dan menyempurnakannya. Dengan demikian rasulrasul Allah tersebut memiliki fungsi yang saling berkait dalam pembinaan dan penyempurnaanperadaban Islam, yaitu rasul yang diutus kemudian berfungsi untuk meluruskan dan menyempurnakan peradaban Islam yang telah dibina atau dikembangkan oleh rasul sebelumnya. Muhammad adalah pembina dan penyempurna terakhir, berarti proses pembinaan peradaban Islam telah mencapai puncak kedewasaan dan kesempurnaan. Selanjutnya dalam pembahasan tentang pembinaan peradaban Islam akan difokuskan pada masa Muhammad ketika menyampaikan dan membudayakan ajaran Islam, sampai terbina peradaban islam yang telah mencapai tingkat kesempurnaan (kedewasaan). Masa tersebut berlangsung sejak diutusnya Muhammad menjadi rasul sampai wafat. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Muhammad saw. memulai tugasnya membina peradaban Islam dalam lingkungan budaya bangsa Arab, tempat beliau dilahirkan. Namun, sebagai rasul terakhir, tugasnya bukanlah hanya terbatas mengislamkan peradaban atau budaya bangsa Arab semata, melainkan mencakup seluruh umat manusia (rahmatan lil alamin).1 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana nabi Muhammad dan dakwahnya di Mekkah? 2. Bagaimana pembentukan sistem sosial di Madinah? 3. Bagaimana dinamika setelah pembentukan konstitusi?



1



Susmihara, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Ombak, 2013, h. 96-97.



1



C. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami nabi Muhammad dan dakwahnya di Mekkah. 2. Mengetahui dan memahami pembentukan sistem sosial di Madinah. 3. Mengetahui dan mamahami dinamika setelah pembentukan konstitusi. D. Metode Penulisan Penulisan makalah ini menggunakan metode literature kajian pustaka (library research) terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema makalah yang dibuat, dan juga bersumber dari beberapa artikel.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Nabi Muhammad dan Dakwah di Mekkah 1. Sebelum Masa Kerasulan Nabi Muhammad Saw. Adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun kelahiran nabi dikenal dengan nama Tahun Gajah (570 M).2 Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah Sa'diyyah. Dalam asuhannyalah Muhammad dibesarkan sampai usia empat tahun. Setelah itu, kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia enam tahun, dia menjadi yatim piatu. Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, dia sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Mekah secara keseluruhan, tetapi dia miskin. Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekah. Pada usia 12 tahun ia ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syria bersama Abu Thalib. Dalam perjalanan ini, ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasihatkan Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki



Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, )Jakarta: Litera Antarnusa, 1990, cet. 12), hlm. 49. 2



3



daerah Syria, sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya.3 Pada usia yang kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Dari pernikahan itu, dikaruniai enam orang anak dus putra dan empat putri: Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum, dan Fatimah.4 2. Masa Kerasulan dan Dakwah Nabi a. Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi Nabi Muhammad saw. sebagai rasul pertama kali menerima wahyu di Gua Hira. Pada saat itu, ia sangat prihatin terhadap kesukarankesukaran di Mekah yang menyebabkan ia berusaha mencari keheningan dan memisahkan diri dari pergaulan masyarakat dengan berkontempolasi di Gua Hira. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum pengangkatan sebagai nabi yang benar dan lurus, beliau memilih Gua Hira sebagai tempat yang cocok untuk mewujudkan harapannya. Disana beliau bertafakur sehingga pada tanggal 17 ramadhan tahun 611 M, malaikat Jibril mendapat perintah dari Allah swt. untuk menyampaikan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad saw. sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Alaq:96/ 1-5:



ۡ ِ‫ۡٱق َر ۡأ ب‬ َ‫ن‬F‫نس‬ َ ُّ‫ق ۡٱق َر ۡأ َو َرب‬ َ َ‫ق َخل‬ َ َ‫ك ٱلَّ ِذي َخل‬ َ ِّ‫ٱس ِم َرب‬ َ ٰ ِ ‫ك ٱأۡل َ ۡك َر ُم ٱلَّ ِذي َعلَّ َم بِ ۡٱلقَلَ ِم َعلَّ َم ٱإۡل‬ ٍ َ‫ق ٱإۡل ِ ن ٰ َسنَ ِم ۡن َعل‬ ۡ‫َما لَمۡ يَ ۡعلَم‬ Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan



Ibid., hlm. 56. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014, cet. 25), hlm. 17-18. 3 4



4



Tuhanmulah yang Maha mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipillih Tuhan sebagai nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama. Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke Gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Q.S. al-Mudatsir:74/ 1-7:



ۡ Fَ‫ز ف‬Fَ ۡ‫كَ فَطَه ِّۡر َوٱلرُّ ج‬FFَ‫ك فَ َكب ِّۡر َوثِيَاب‬ َ‫ت َۡكثِ ُر َولِ َربِّك‬F ‫ٱهج ُۡر َواَل تَمۡ نُن ت َۡس‬F َ َّ‫ ِذ ۡر َو َرب‬F ‫ َّدثِّ ُر قُمۡ فَأَن‬F‫ا ۡٱل ُم‬FFَ‫ٰيَٓأَيُّه‬ ۡ َ‫ف‬ ‫ٱصبِ ۡر‬ Artinya: “Wahai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah lalu berilah peringatan. Dan agungkanlah Tuhanmu. Dan bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji. Dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan karena Tuhanmu bersabarlah.” Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama beliau melakukannya secara diam-diam dilingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh nabi sejak ibunya Aminah masih hidup, juga termasuk orang yang pertama masuk Islam. Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka dibawa Abu Bakar 5



langsung kepada nabi dan masuk Islalm di hadapan nabi sendiri. Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah memeluk agama Islam.5 b. Dakwah Secara Terang-terangan Nabi Muhammad saw. memperkenalkan Islam secara terbuka kepada masyarakat umum setelah Allah swt. menurunkan ayat dalam firmannya Q.S. al-Hijr:15/ 9



َ‫إِنَّا ن َۡحنُ نَ َّز ۡلنَا ٱل ِّذ ۡك َر َوإِنَّا لَهۥُ لَ ٰ َحفِظُون‬ Artinya: “Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Beliau menyandarkan masyarakat bahwa jalan hidup yang mereka tempuh selama ini tidak benar, menyimpang dari ajaran Ibrahim yang sebenarnya. Mereka beliau ajak kembali pada ajaran yang benar, yaitu ajaran tauhid yang diwariskan Ibrahim, dan meninggalkan tradisi kemusyrikan yang bertentangan. Nabi Muhammad mengajak mereka untuk



memperhatikan



ayat



(bukti



adanya



Tuhan)



sebagaimana



diisyaratkan pada wahyu pertama. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Di samping itu, ia juga menyeru orang-orang yang datang ke Mekah, dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Dengan usahanya yang gigih, hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut nabi yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang tak punya. Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah rasul. Pertama-tama mereka mengira bahwa kekuatan nabi terletak pada perlindungan dan pembelaan Abu 5



Ibid., hlm. 19-20.



6



Thalib yang amat disegani itu. Karena itu mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan nabi dengan Abu Thalib dan mengancam dengan mengatakan: "Kami minta anda memilih satu di antara dua: memerintahkan Muhammad berhenti dari dakwahnya atau anda menyerahkannya kepada kami. Dengan demikian, anda akan terhindar dari kesulitan yang tidak diinginkan." Tampaknya, Abu Thalib cukup terpengaruh dengan ancaman tersebut, sehingga ia mengharapkan Muhammad menghentikan dakwahnya. Namun, nabi menolak dengan mengatakan: "Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini, walaupun seluruh anggota dan sanak keluarga akan mengucilkan saya." Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya ittu, kemudian berkata: "Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu". Untuk



kali



berikutnya,



mereka



langsung



kepada



Nabi



Muhammad. Mereka mengutus Utbah bin Rabiah, seorang ahli retorika, untuk membujuk nabi. Mereka menawarkan tahta, wanita, dan harta asal Nabi Muhammad bersedia menghentikan dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Muhammad dengan mengatakan: "Demi Allah, biar pun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya." Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum Quraisy gagal, tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan. Tindakan kekerasan itu lebih intensif dilaksanakan setelah mereka mengetahui bahwa di lingkungan rumah tangga mereka sendiri sudah ada yang masuk Islam. Budak-budak yang selama ini mereka anggap sebagai harta, sekarang sudah ada yang masuk Islam dan mempunyai kepercayaan yang berbeda dengan tuan mereka. Budak-budak itu disiksa tuannya dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy juga mengharuskan setiap keluarga untuk



7



menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam sampai dia murtad kembali. Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah terhadap kaum muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Mekah. Pada tahun kelima kerasulannya, nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat pengungsian, karena Negus (raja) negeri itu adalah seorang yang adil. Rombongan pertama sejumlah sepuluh orang pria dan empat orang wanita, di antaranya Usman bin Affan beserta istrinya Ruqayah puteri Rasulullah, Zubair bin Awwam dan Abdurrahman bin Auf. Kemudian, menyusul rombongan kedua sejumlah hampir seratus orang, dipimpin oleh Ja'far bin Abu Thalib. Di tengah meningkatnya kekejaman kaum Quraisy, dua orang kuat Quraisy masuk Islam, Hamzah dan Umar bin Khatab. Dengan masuk Islamnya dua tokoh besar ini posisi umat Islam semakin kuat. Pada tahun kesepuluh kenabian, Abu Thalib meninggal pada usia 87 tahun. Tiga hari setelah itu, Khadijah istri nabi, meninggal dunia. Tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi muhammad saw. Sepeninggal dua pendukung itu, kafir Quraisy tidak segan-segan lagi melampiaskan nafsu amarahnya terhadap nabi. Melihat reaksi penduduk Mekah demikian rupa, nabi kemudian berusaha menyebarkan Islam ke luar kota. Namun di Thaif ia diejek, disoraki, dan dilempari batu, bahkan sampai terluka di bagian kepala dan badannya. Untuk menghibur nabi yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra dan memikrajkan beliau pada tahun ke-10 kenabian. Berita tentang Isra dan Mikraj ini menggemparkan masyarakat Mekah. Bagi orang kafir, ia dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan nabi. Sedangkan bagi orang yang beriman, ia merupakan ujian keimanan.6 Setelah peristiwa Isra dan Mikraj, perkembangan besar bagi kemajuan dakwah nabi, yakni datangnya sejumlah penduduk Yastrib (Madinah) untuk berhaji ke Mekah. Melalui perjanjian Aqabah pertama 6



Ibid., hlm. 23-24.



8



yang berisi ikrar kesetiaan dan perjanjian Aqabah kedua yang berisi mereka akan membai'at Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin telah memberikan kebesaran jiwa kepada Nabi Muhammad untuk segera memerintahkan sahabat hijrah ke Yastrib, meskipun intimidasi terhadap kaum muslimin semakin meningkat. Nabi muhammad saw. sendiri akhirnya hijrah ke Yastrib ditemani Abu Bakar karena kaum kafir Quraisy sedang mempersiapkan rencana pembunuhan kepada Nabi Muhammad saw. B. Pembentukan Sistem Sosial di Madinah Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib (Madinah), nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota itu. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara.7 Berbagai kebijakan telah dicanangkan Nabi Muhammad saw. untuk membangun masyarakat Islam di Madinah, antara lain: 1. Mendirikan Masjid Sebelum sampai Yatsir, Rasulullah terlebih dahulu memasuki Quba pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriyah, dan menetap selama 4 hari. Pada waktu itulah beliau mendirikan masjid Quba, masjid pertama dalam sejarah Islam. Pembangunan masjid selain untuk tempat shalat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin, di samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid pada masa nabi juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan. 2. Membina Persaudaraan (Persatuan) Kaum Muhajirin dan Anshar Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin, orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah, dan Anshar, penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin tersebut. Dengan demikian,



diharapkan



setiap



muslim



merasa



terikat



dalam



suatu



persaudaraan dan kekeluargaan. Apa yang dilakukan Rasulullah ini berarti



7



Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985, cetakan kelima), hlm. 101.



9



menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah. 3. Membina Dasar-dasar Perekonomian dan Ketahanan Masyarakat Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, Nabi memerintahkan kaum Muhajirin agar bekerja dan berusaha sesuai dengan keahliannya, serta bekerja sama dengan kaum Anshar. Mereka yang ahli agama supaya meneruskan usaha dagangannya. Sedangkan yang pandai bertani supaya bekerja sama dengan saudaranya, kaum Anshar, untuk mengerjakan tanah pertanian mereka. 4. Hubungan Persahabatan dengan Pihak-pihak lain yang tidak Beragama Islam Di Madinah, di samping orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi. Kemerdekaan beragama



dijamin



dan



seluruh



anggota



masyarakat



berkewajiban



mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar. 5. Membina Kesejahteraan Sosial Untuk melindungi harta kekayaan perseorangan, keluarga maupun milik bersama masyarakat, Nabi melarang segala bentuk pencurian, dan mengancam dengan berbagai sanksi berat. Nabi melarang segala bentuk perbuatan yang mengarah pad hal yang bertentangan dengan kemaslahatan dan ketertiban umum, seperti perjudian dan minum khamar. Nabi juga melarang adanya riba dan mewajibkan zakat pada setiap harta yang telah mencapai nishab. 6. Membina Keluarga Sejahtera dalam Masyarakat Islam Setelah terbentuk masyarakat Islam di Madinah, kebiasaan jahiliyah bangsa Arab secara bertahap ditiadakan oleh Nabi saw. Untuk menjamin keharmonisan hubungan keluarga, Islam sangat membenci perceraian dan hanya mengizinkan dalam situasi dan kondisi tertentu. Berkaitan dengan hal



10



ini, jauh-jauh Islam telah melarang perzinaan. Agar kesejahteraan anak-anak terjamin, di samping anggota keluarga itu berkewajiban memberi makan, minum, dan memelihara kesehatannya, Islam mewajibkan pada kedua orang tuanya untuk mendidik. Setelah berbagai perjuangan dan perlawanan beliau bersama para sahabat,



sementara



orang-orang



Arab



berduyun-duyun



menyatakan



keislamannya, maka Nabi merasa bahwa tugas kerasulannya telah purna. Tepat pada bulan Dzulhijjah tahun 10 H. (632M), beliau meninggalkan Madinah menuju Mekah beserta 100.000 sahabat melaksanakan haji wada' (perpisahan). Nabi Muhammad menyampaikan kotbahnya yang sangat bersejarah. Isi kotbah itu antara lain: larangan menumpahkan darah kecuali dengan haq dan larangan mengambil harta orang lain dengan batil, karena nyawa dan harta benda adalah suci; larangan riba dan menganiaya; perintah untuk memperlakukan para istri dengan baik dan lemah lembut dan perintah menjauhi dosa; semua pertengkaran antara mereka di zaman jahiliyah harus saling dimaafkan; balas dendam dengan tebusan darah tidak lagi dibenarkan; persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus ditegakkan; hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik, mereka makan seperti apa yang dimakan tuannya dan memakai seperti apa yang dipakai tuannya; dan yang terpenting adalah umat Islam harus selalu berpegang kepada dua sumber yaitu Al-quran dan sunnah nabi. Setelah itu, Nabi Muhammad segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas keagamaan dan para dai dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam. Dua bulan setelah itu, nabi menderita sakit demam. Pada hari senin, 12 Rabiul Awal 11 H / 8 Juni 632 M Nabi Muhammad saw. wafat di rumah istrinya Aisyah. Dari perjalanan sejarah nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad saw. di samping sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan, pemimpin politik, dan administrasi yang cakap. Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan seluruh jazirah Arab ke dalam kekuasannya.



11



C. Dinamika Setelah Pembentukan Konstitusi Guna menciptakan suasana tenteram dan aman di Madinah, Nabi membuat perjanjian persahabatan dan perdamaian dengan kaum Yahudi Madinah. Diantara perjanjian tersebut adalah:8 1. Kaum Yahudi hidup damai bersama-sama dengan kaum muslimin. Kedua belah pihak memiliki beberapa untuk memeluk dan menjalankan agamanya masing-masing. 2. Kaum Muslimin dan Yahudi wajib menolong untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka, dan mengenai kebutuhan keluarga menjadi tanggungan masing-masing. 3. Kaum Muslimin dan Yahudi wajib saling menasihati dan melaksanakan kebaikan serta keuntungan bersama. 4. Kota Madinah adalah kota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat oleh perjanjian. 5. Jika terjadi perselisihan antara kaum Muslimin dan Yahudi, sekiranya hal itu akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, maka harus diserahkan pada Allah dan Rasul-Nya. 6. Siapa yang tinggal di dalam kota atau luar kota Madinah, wajid dilindungi keselamatan dirinya, kecuali orang zalim dan bersalah, sebab Allah swt. menjadi pelindung orang-orang yang baik dan berbakti. Perjanjian tersebut dikenal dengan sebutan "Konstitusi Madinah". Dengan adanya konstitusi Madinah inilah masyarakat Islam di Madinah berkembang menjadi satu kesatuan politik, dan berdasar pada konstitusi ini pula berkembang sistem politik dan pemerintahan dalam budaya Islam. Langkah berikutnya memperluas pengakuan kedaulatan dari kabilah-kabilah yang ada di luar Madinah sekaligus memperluas jangkauan berlakunya konstitusi Madinah. Walau terjadi ikatan perjanjian damai melalui konstitusi Madinah, tidaklah berarti beliau lepas dari berbagai pihak yang bersikap intoleran dan pengkhianatan terhadap perjanjian yang telah disepakati bersama. Sikap intoleran muncul dari kaum Quraisy Mekah. Mereka tidak senang 8



Susmihara, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Ombak, 2013, hlm. 131.



12



terhadap hijrah kaum muslimin maupun menyusun kekuatan yang tangguh di sana. Sebab, hal itu akan mengganggu perdagangan mereka sehingga kehidupan perekonomian mereka terancam. Karena itu, kaum Quraisy Mekah senantiasa berusaha menggalang kerja sama dengan kabilah-kabilah di sekitar Madinah untuk berkomplot menyerang kaum Muslimin di Madinah. Bahkan mereka juga telah menjalin kerja sama dengan kaum Yahudi Madinah, dan berhasil menghasutnya untuk melanggar perjanjian perdamaian dengan kaum Muslimin. Sebagai akibatnya terjadilah Perang Badar yang dimenangkan pihak umat Islam. Kekalahan ini merupakan pukulan berat bagi kaum Quraisy Mekah, sehingga mereka mengadakan pembalasan dengan persiapan yang cukup matang, yang kemudian meletus Perang Uhud, di mana umat Islam kalah. Akibatnya kaum Yahudi Madinah mengingkari perjanjian perdamaian yang telah disepakati, bahkan mereka bergabung dengan Quraisy Mekah membentuk pasukan untuk menyerang Muhammad saw. Akibatnya terjadi Perang Ahzab, yang dimenangkan umat Islam dengan diplomasi yang bijaksana. Peristiwa pengkhianatan Yahudi inilah yang menyebabkan konstitusi Madinah mengalami revisi pelaksanaannya di kemudian hari. Setelah pemberontakan demi pemberontakan berhasil dipadamkan, kaum Muslimin merasa rindu dan bermaksud mengunjungi kakbah di Mekah. Tetapi kaum musyrik Mekah menghalanginya dan menyebabkan kaum Muslimin gagal melaksanakan ibadah haji pada tahun ke-6 H. Tetapi kegagalan tersebut segera terhibur dengan adanya perjanjian Hudaibiyah yang antara lain isinya: "Kaum Muslimin boleh melaksanakan ibadah haji tahun depan, dan tidak akan terjadi saling menyerang selama 10 tahun." Dalam kesempatan damai tersebut, dimanfaatkan oleh Nabi untuk mempropagandakan ajaran Islam tanpa gangguan kaum musyrikin ke dalam lingkungan budaya masyarakat secara lebih luas, bahkan sampai menjangkau ke luar lingkungan budaya bangsa Arab. Hasilnya sungguh luar biasa, sebagaimana dituturkan para ahli sejarah: "Orang-orang yang memeluk agama Islam dalam waktu semenjak perjanjian Hudaibiyyah merupakan suatu kemenangan gemilang yang dinamakan oleh Tuhan di dalam Alquran dalam



13



surat al-Fath ayat 1-3." Akibatnya Islam dan kedaulatan kaum muslimin di Madinah mulai dikenal secara luas oleh kaum di luar Jazirah Arab.9



9



Ibid., hlm. 132-134.



14



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pertama-tama



Nabi



Muhammad



berdakwah



secara



diam-diam



dilingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Setelah turun wahyu surah al-Hijr ayat 9, Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Beliau menyandarkan masyarakat bahwa jalan hidup yang mereka tempuh selama ini tidak benar, menyimpang dari ajaran Ibrahim yang sebenarnya. Mereka beliau ajak kembali pada ajaran yang benar, yaitu ajaran tauhid yang diwariskan Ibrahim, dan meninggalkan tradisi kemusyrikan yang bertentangan. Nabi Muhammad mengajak mereka untuk memperhatikan ayat (bukti adanya Tuhan) sebagaimana diisyaratkan pada wahyu pertama. Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah rasul dengan cara diplomatik dan bujuk rayu serta dengan kekerasan secara fisik. Hal itu pun mendorong Nabi untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Mekah. Berbagai kebijakan telah dicanangkan Nabi Muhammad saw. untuk membangun masyarakat Islam di Madinah, antara lain: Mendirikan masjid; Membina Persaudaraan (Persatuan) Kaum Muhajirin dan Anshar; Membina Dasar-dasar



Perekonomian



dan



Ketahanan



Masyarakat;



Hubungan



Persahabatan dengan Pihak-pihak lain yang tidak Beragama Islam; Membina Kesejahteraan Sosial; dan Membina Keluarga Sejahtera dalam Masyarakat Islam. Guna menciptakan suasana tenteram dan aman di Madinah, Nabi membuat perjanjian persahabatan dan perdamaian dengan kaum Yahudi Madinah. Perjanjian tersebut dikenal dengan sebutan "Konstitusi Madinah". Dengan adanya konstitusi Madinah inilah masyarakat Islam di Madinah berkembang menjadi satu kesatuan politik, dan berdasar pada konstitusi ini pula berkembang sistem politik dan pemerintahan dalam budaya Islam.



15



Sebagai akibatnya terjadilah Perang Badar yang dimenangkan pihak umat Islam. kemudian meletus Perang Uhud, di mana umat Islam kalah. Akibatnya kaum Yahudi Madinah mengingkari perjanjian perdamaian yang telah disepakati, bahkan mereka bergabung dengan Quraisy Mekah membentuk pasukan untuk menyerang Muhammad saw. Akibatnya terjadi Perang Ahzab, yang dimenangkan umat Islam dengan diplomasi yang bijaksana. Peristiwa pengkhianatan Yahudi inilah yang menyebabkan konstitusi Madinah mengalami revisi pelaksanaannya di kemudian hari. B. Saran Untuk lebih mempertebal keimanan kita terhadap Rasulullah saw. kita harus selalu meyakini apa yang dilaksanakan oleh Rasulullah yang menjadi Rasul Allah sebagai landasan untuk kita bertindak, agar setiap apa yang kita lakukan atau laksanakan sesuai dengan sunnah Rasul.



16



DAFTAR PUSTAKA Haekal, Muhammad Husain, 1990, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera Antarnusa. Nasution, Harun, 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press. Susmihara, 2013, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Ombak. Yatim, Badri, 2014, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.



17