Makalah Teknik BK Kelompok 6 (Teknik Umum BK) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH Teknik Bimbingan dan Konseling (Teknik Umum Konseling) Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Teknik Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu : Rima Irmayanti, M.Pd



Disusun Oleh : Kelompok 6 Wandini Widya Putri Wandi Moch Faizal Ziyan Nurul Madani



20010293 20010217 20010067



B3 KELAS MALAM JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP SILIWANGI 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Teknik Bimbingan dan Konseling ( Teknik Umum Konseling ) ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen kami ibu Rima Irmayanti, M.Pd pada mata kuliah Teknik Bimbingan dan Konseling. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teknik Bimbingan dan Konseling bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Rima Irmayanti, M.Pd selaku dosen Teknik Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Cimahi, …. Oktober 2021



Kelompok 6



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apa itu Bimbingan dan Konseling? Membahas bimbingan dan Konseling untuk dunia pendidikan menjadi menarik. Karena, hal ini berkaitan dengan masa depan generasi muda yang akan memimpin bangsa ini ke depan. Berbagai masalah di era modern sekarang ini menurut pihak sekolah untuk meningkatkan profesionalitas konselor, sehingga mampu memecahkan setiap problem yang dialami siswa, baik pribadi maupun sosial. Kompleksitas problem di era globalisasi memang sulit dikendalikan. Ia melaju dengan kecepatan mahadasyat dan selalu menimbulkan masalah psikologi, moral, mental, mind set, dan transformasi kultural dan struktural yang canggih dan supercepat. Lambat mengantisipasi dinamika akseleratif ini membuat sekolah semakin ketinggalan zaman. Di sinilah urgensinya optimalisasi fungsi konseling sebagai starting point mengembangkan potensi besar anak didik dan menjaganya dari berbagai godaan dan penyimpangan, yang setiap saat siap menerkam. Menuju sekolah yang berkualitas dengan proses dan output yang berkualitas membutuhkan sentuhan tangan dingin konselor yang profesional. Hal ini harus dilakukan secara intensif untuk mengawali tujuan inti pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia, yakni menjadikan manusia sebagai makhluk terbaik yang diciptakan Tuhan di muka bumi ini. Anak didik dipersiapkan menjadi manusia terbaik dengan sederet kualitas unggul yang sulit tertandingi. Bimbingan dan konseling di sekolah, selain meminimalisir angka kenakalan murid, juga mempunyai peran vital dalam meningkatkan kualitas anak didik. Hal tersebut, tidak lepas dari kualifikasi konselor yang multifungsi. Seorang konselor adalah seorang psikolog yang pandai menyelami dunia anak secara mendalam. Ia cepat mengidentifikasi, memetakan, dan menemukan factor penyebab masalah, lalu menyusun formula untuk menanganinya dengan cara mengetahui tehnik dan prosedur dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling membutuhkan tehnik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan terhadap macam-macam tehnik yang ada, supaya konselor mahir dalam kerja praktiknya. Di samping itu, keberanian dalam mempraktikan macam-macam tehnik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai tehnik. Selain konselor harus menguasai tehnik juga harus paham tentang prosedur-prosedur dalam bimbingan dan konseling. Terkadang ada konselor yang sudah merasa nyaman dengan satu tehnik, sehingga tidak mau untuk mencoba tehnik yang lainnya. Mental status quo semacam ini harus dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan observasi yang terus-menerus untuk mengambangkan teknik konseling sebagai jawaban terhadap kompleksitas suatu problem. 1.2 Perumusan Masalah



BAB II PEMBAHASAN Pengertian Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling Teknik adalah cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Bimbingan ialah mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyetir.Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bantuan atau pertolongan. Pada pelaksanaan layanan konseling, terdapat dua Teknik utama yang harus dimiliki konselor yaitu teknik umum atau dikenal dengan teknik keterampilan dasar konseling, dan teknik khusus atau teknik yg berkaitan dengan pendekatan/teori konseling. Kedua teknik ini penting untuk dikuasai oleh para guru BK/konselor dalam pelaksanaan layanan konseling terhadap konseli. Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya. Jadi, teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka. Macam-Macam Teknik Bimbingan dan Konseling BIMBINGAN DAN KONSELING membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan terhadap macam-macam teknik yang ada supaya konselor mahir dalam kerja praktik. Di samping itu, diperlukan keberanian dalam memperaktikkan macam-macam teknik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai teknik. Terkadang, ada seseorang yang ketika enjoy dengan satu teknik, dia tidak mau mencoba teknik lain. Mental status quo semacam ini harus dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan observasi terusmenerus untuk mengembangkan teknik konseling sebagai jawaban terhadap kompleksitas problem di era modernisasi dan informasi sekarang ini. A.    Teknik umum konseling Teknik umum konseling merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahapantahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan disampaikan beberapa janis teknik umum, diantaranya: a.       Perilaku attending Perilaku atending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen-komponen mata, bahasa verbal, dan bahasa non verbal. Karena komponen-komponen tersebut tidak mudah, maka perlu latihan secara bertahap dan terus-menerus.



Perilaku attending yang ditampilkan konselor akan mempengaruhi kepribadian konseli yaitu a. Meningkatkan harga diri konseli, sebab sikap dan perilaku attending memungkinkan konselor menghargai konseli. Karena konseli merasa dihargai, maka harga diri konseli ada tau meningkat. b. Dengan perilaku attending dapat menciptakan suanana aman bagi konseli, karena konseli merasa ada orang yang bias dipercayai, teman untuk berbicara, dan merasa terlindungi secara emosional. c. Perilaku attending memberikan keyakinan kepada konseli bahwa konselor adalah tempat untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya. Perilaku attending bertujuan agar calon konselor dapat memperlihatkan penampilan yang attending diberbagai situasi hubungan interpersonal secara umum, khususnya dalam relasi konseling dengan konseli. b.      Empati Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dulakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati. Seorang calon konselor harus dilatih agar peka terhadap perasaan konseli, memahami pikirannya, dan mampu merasakan perasaan dan pengalaman konseli. Dengan demikian konseli akan terbuka dan mau mengungkapkan dunia dalamnya lebih jauh baikberbentuk perasaan, pengalaman dan pikiran. Untuk mencapai hal tersebut maka dilatihkan teknik mengenai perasaan, pengalaman, pikiran (keadaan dunia dalam konseli) baik dengan cara biasa (Primary Empathy) maupun dengan cara yang lebih mendalam/menyentuh (Advanced Accurate Empathy). Empati terbagi menjadi dua, yaitu: 1.      Empati primer (primary empathy), yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pemikiran, dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka. Contoh ungkapam empati primer “ Klien                : sakit rasanya pak, ketika apa yang kita inginkan tidak bisa tercapai, hanya karena kekurangan ini (menangis) Konnselor        : saya dapat memahami dan merasakan bagaimana perasaan, pemikiran, serta keinginan yang sedang anda rasakan (sambil melakukan sentuhan). 2.      Empati tingkat tinggi (advanced accurate empathy), yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pemikiran, keinginan, serta pengalaman lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi yang terdalam berupa perasaan, pemikiran, pengalaman, termasauk penderitaannya. Contoh: “ Klien                : yang saya rasakan kini hanyalah rasa sakit dan malu yang mendalam akibat kejadian itu. Konselor          :saya dapat merasakan apa yang sedang anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman anda tersebut” c.       Refleksi



Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal. Untuk membantu orang lain agar menjelaskan perasaannya, konselor harus mengenal betul perasaan orang yang diajak bicara. Itulah sebabnya, penekanan dalam uraian dan kegiatan ini terletak pada identifikasi dan ekspresi perasaan konselor sendiri dan sebagian terletak pada pengenalan perasaan orang lain. Terdapat tiga jenis refleksi, yautu: 1.      Refleksi perasaan, yautu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh “sepertinya yang anda katakan adalah ....” 2.      Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil dari pengamatan perilaku verbal dan non verbal. Contoh “sepertinya maksud anda ....” 3.      Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. “sepertinya yang anda katakan adalah suatu ....” d.      Eksplorasi Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Barangkali konseli hadir karena terpaksa, sehingga dia enggan mengemukakan perasaan atau pikirannya. Dengan teknik ini memungkinan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam. Terdaapat tiga jenis teknik refleksi, yaitu: 1.



Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan. Contoh:



Klien                : saya bingung harus bagaimana lagi pak, saya .... saya.... udah gak tau mau kemana lagi. konselor           :bisakah anda jelaskan bagaimana perasaan bingung yang anda maksud?” 2.      Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh “saya yakin anda dapat menjelaskan tentang ide anda sekolah sambil bekerja”. 3.      Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman klien. “saya terkesan dengan pengalaman yang telah anda lalui, namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap masa depan anda”



e.       Menangkap perasaan (paraphrasing) Menangkap perasaan adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien dengan teliti mendengar pesan utama klien, menangkap kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal: adakah atau nampaknya, dan mengamati respon klien terhadap konselor. Untuk memudahkan konseli memahami ide, perasaan dan pengalamannya, seorang konselor perlu



menangkap pesan utamanya dan menyatakannya secara sederhana dan mudah dipahami dan disampaikan dengan Bahasa konselor sendiri. Hal ini penting, karena seringkali konseli mengemukakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya berbelit, berputar atau Panjang. Ada empat tujuan utama dari teknik ini yaitu: (1) untuk mengatakan kembali kepada konseli bahwa konselor Bersama dia, dan berusaha untuik memahami apa yang dikatakan konseli; (2) mendapatkan apa yang dikemukakan konseli dalam bentuk ringkasan; (3) memberi arah wawancara konseling; (4) pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan konseli. Contoh: Klien          : itu pekerjaan sangat baik, tetapi saya tidak dapat mengambilnya, saya tak tahu kok begitu? Konselor    : tampaknya anda masih ragu f.       Pertanyaan terbuka (opened question) Pertanyan terbuka adalah teknik untuk memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan seperti ini akan menyulitkan klien, jika dia tidak mengetahui alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karena itu sebaikya gunakanlah kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dan dapatkah. Contoh: “apakah anda merasakan ada sesuatau yang mengganjal dihati anda?”. g.      Pertanyaan tertutup (closed question) Didalam proses konseling, tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan pertanyaan terbuka, dalam hal tertentu dapat pula menggunakan pertanyaan tertutup. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi, menjernihkan atau menjelaskan sesuatu, dan menghentikan pembicaraan klien yang menyimpang jauh. Contoh: Klien          : saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan. Koselor      : biasanya anda dapat rangking berapa? Klien          : tiga Konselor    : sekarang? Klien          : tujuh belas. h.      Dorongan minimal (minimal encouragement) Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan: oh ... ya ... lalu ... terus ... dan ... tujuannya dalah agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar tujuan dari pembicaraan tersebut tercapai. Akan tetapi penggunaan dorongan minimal dilakukan secara selektif yaitu dilakukan saat konseli mulai kelihatan akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya, saat konseli kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan, dan saat konselor ragu terhadap pembicaraan konseli. Dengan kata lain, dorongan minimal dapat meningkatkan eksplorasi diri. Contoh: Klien          : saya tak sanggup lagi menghadapi ini... saya hampir.... (klien menghentikan pembicaraan)



Konselor    : terus .... Klien          : bunuh diri. Konselor    : lalu?



i.        Interpretasi Interpretasi adalah teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor. Tujuannya adalah untuk memberikan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut. Contoh: Klien          : saya berfikir bahwa dengan berhenti sekolah saya dapat fokus membantu orang tua saya berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lagi pula, adik saya banyak dan mereka juga butuh dana untuk sekolah. Konselor    : membantu orang tua adalah wajib hukumnya bagi setiap anak. Apalagi membahagiakannya. Namun, pendidikan WAJAR DIKDAS (Wajib Belajar Dua Belas Tahun) adalah suatu hal yang mutlak bagi setiap warga negara indonesia. Apalagi, semakin canggih zaman maka semakin ketat pula lah persaingan dalam mendapat pekerjaan. Sekarang coba anda lihat, dalam melamar pekerjaan dalam suatu institusi minimal SMA. Mungkin kedepannya bukan SMA lagi. Bisa jadi S1. Nah, untuk itu sangat disayangkan jika orang seperti anda berhenti sekolah. j.        Mengarahkan (directing) Untuk mengajak konseli berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor. Keterampilan yang dibutuhkan untuk maksud tersebut adalah mengarahkan (directing) yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran. Contoh: Klien          : ayah saya selalu memarahi saya tanpa ada alasan yang jelas, saya sudah tidak tahan lagi. Akhirnya, bertengkarlah kami. Konselor    : bisakah anda memperaktekkannya kepada saya bagaimana sikap dan kata-kata ayah anda didepan saya jika ayah anda sedang marah. k.      Menyimpulkan sementara (summarizing) Supaya pembicaraan maju secara bertahap dan arah pembicaraan semakin jelas, maka setiap periode waktu tertentu konselor bersama konseli perlu menyimpulkan pembicaraan. Kebersamaan itu diperlukan agar konseli mempunyai pemahaman bahwa keputusan mengenai dirinya menjadi tanggung jawab sendiri., sedangkan konselor hanyalah membantu. Menyimpulkan sementara adalah teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengambil kilas balik (feed back) dari hal-hal yang telah dibicarakan, untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap, untuk meningkatkan kualitas diskusi, dan untuk mempertajam atau memperjelas focus pada kegiatan konseling. Contoh “ setelah kita berbincang sekian lama. Alangkah baiknya kita simpulkan dulu sementara agar tujuan pembicaraan kita semakin jelas. Dari perbincangan tersebut dapat dipetik kesimpulan yaitu: tekad anda kuliah sambil bekerja semakin jelas. Namun masih ada hambatan yang akan anda hadapi, yaitu:



tuntutan orang tua yang menyuruh anda untuk cepat wisuda dan waktu yang dituntut oleh perusahaan tempat anda bekerja sangatlah padat”



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan • Teknik adalah cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Bimbingan adalah mengarahkan, memandu, mengelola dan menyetir atau dapat diartikan pula sebagai bantuan atau pertolongan. Sedangkan Konseling upaya untuk membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menetukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya. • Teknik bimbingan konseling adalah cara ataupun metode yang dilakukan untuk membantu, mengarahkan ataupun memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menetukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka. • Macam-macam teknik bimbingan konseling antara lain Teknik umum adalah teknik yang lazim digunakan dalam tahap-tahap konseling dan merupakan dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Saran Teknik-teknik dalam bimbingan konseling sangat penting untuk dipelajari dan dipahami dalam proses belajar mengajar di karenakan dengan kita mengetahui dan mempelajari teknik-teknik bimbingan konseling kita mampu berpikir dengan baik dalam mengambil sebuah keputusan dengan bijak sehingga cara ataupun metode yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan dapat membantu, dan dapat mengarahkan seseorang atau kelompok agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya supaya bisa menentukan tujuan hidup.



DAFTAR PUSTAKA Asman, Jamal Ma’mur. 2010. Panduan Efekif Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 1 E. Mulyana, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung:Rosda Kara, 2007), hlm. 5-6 Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya. Prayitno& Amti Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT. Rineka Cipta Jakarta, hlm. 5 Nurihsan, A. Juntika. 2007. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama. hlm 20