Makalah Tokoh-Tokoh Pendidikan Abad Pertengahan Dan Ke 20-Dikonversi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH WAWASAN PENDIDIKAN TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN ABAD PERTENGAHAN DAN ABAD KE 20-AN (TINJAUAN PEMIKIRANNYA)



Dosen Pengampu: Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd. Putu Hari Sudewa, S.Pd., M.Pd. Disusun Oleh : Ketut Gede Wijanaya Arimbawa (2013071035) I Made Shista Dharmawan



(2013071029)



PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Yang Widhi Wasa /Tuhan Maha Esa, atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Tokoh-Tokoh Pendidikan Abad Pertengahan dan Abad Ke 20-an (Tinjauan Pemikirannya)”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Wawasan Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.



Singaraja, 15 November 2020 Penulis



i



Datar isi



KATA PENGANTAR...............................................................................................................i Datar isi..............................................................................................................................ii BAB I...................................................................................................................................1 PENDAHULUAN..................................................................................................................1 A.



LATAR BELAKANG...................................................................................................1



B.



RUMUSAN MASALAH............................................................................................3



C.



TUJUAN PENULISAN...............................................................................................3



BAB II..................................................................................................................................4 PEMBAHASAN....................................................................................................................4 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ABAD PERTENGAHAN...................................................4 A.



Masa Renaissance..................................................................................................4 



Luther.................................................................................................................6







Calvijn.................................................................................................................6







Zwingli................................................................................................................7



B.



Pendidikan Pada Masa Realisme...........................................................................8 



Francis Bacon (1561-1626).................................................................................8







Johan Amos Comenius (1592-1671)...................................................................9



C.



Pendidikan Masa Pencerahan (Aufklarung)............................................................9 



John Locke........................................................................................................11







J.J. Rousseau (1712-1778)................................................................................12



PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ABAD KE 20-AN...........................................................12 A.



Aliran Sosial......................................................................................................13



B.



Aliran Kepribadian............................................................................................13



C.



Aliran Pembaharuan Pengajaran......................................................................13 



Dr. George Kerschensteiner. (1854-1932)........................................................14







John Dewey (1859-1952)..................................................................................15







Dr Maria Montessori (1870-1952)....................................................................15







Dr Ovide Decoly................................................................................................16







Dr Helen Parkhust............................................................................................17







Dr, Rabindranath Tagore (1861-1941)..............................................................18



BAB III...............................................................................................................................19 PENUTUP..........................................................................................................................19 A.



KESIMPULAN........................................................................................................19



B.



SARAN..................................................................................................................20



DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21



BAB I PENDAHULUAN A.



LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan kegiatan proses pembelajaran untuk memperoleh



pengetahuan dan keterampilan. Peserta didik sekaligus mengikuti kebiasaan dari sekumpulan besar manusia dari satu generasi ke generasi yang lain dengan melalui proses pengajaran oleh guru, pelatihan dan juga penelitian. Dengan mengikuti pendidikan yang sudah ditempuh, harapannya para peserta didik mampu memiliki akhlak yang mulia, berkepribadian luhur, tinggi kemampuan spiritualitasnya, memiliki kecerdasan yang luar biasa dan juga mempunyai keterampilan yang nantinya berguna bagi dirinya sendiri dan juga bagi masyarakat sekitar. Tujuan



pendidikan



tidak



lain



adalah



untuk



meningkatkan



atau



mengembangkan potensi sekaligus kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Potensi dan kecerdasan anak yang tumbuh dan berkembang itu harapannya anak-anak akan memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni, kreativitas yang bagus, jasmani dan rohaninya pun sehat, mandiri, berkepribadian yang baik, dan saat berkecimpung di tengah-tengah masyarakat, mereka pun tumbuh menjadi pribadi yang berguna dan mampu memberikan kontribusi yang baik. Tujuan pendidikan ini beberapa diantaranya tertera di dalam UU No. 2 Tahun 1985, UU. No. 20 Tahun 2003, dan MPRS No. 2 Tahun 1960. Teori pendidikan merupakan sebuah pandangan atau serangkaian pendapat yang berkaitan dengan pendidikan yang disajikan oleh tokoh-tokoh pendidikan dalam sebuah sistem konsep. Pada makalah ini akan membahas mengenai tokohtokoh Pendidikan abad pertengahan dan Abad ke 20-an. Pendidikan Abad Pertengahan merupakan pendidikan yang dilaksanakan dalam periode abad pertengahan. Medieval pendidikan dipandang sebagai bentuk yang tidak biasa cukup pendidikan. Namun, pada abad ke-15, terdapat opsi bagi seorang siswa untuk di didik lebih lanjut. Beberapa sekolah bahkan bertempat kedua jenis



1



kelamin, tapi ini siang hari saja. Anak-anak diajarkan dasar-dasar mereka, seperti bagaimana membaca dan menulis. Hal ini karena ini adalah persyaratan dasar jika mereka ingin diterima dalam magang di guild apapun. Pendidikan Abad Pertengahan juga terdiri dari anak-anak petani pergi ke sekolah. Namun, mereka terdiri jumlah yang sangat kecil. Mereka diajarkan bagaimana membaca dan menulis, dan juga belajar matematika dasar. Ini pendidikan bagi petani biasanya dilakukan di sebuah biara. Sebagai bagian dari pendidikan abad pertengahan, perempuan mulia dan anak laki-laki bahkan dikirim untuk belajar di nunneries. Di sana, mereka akan menerima pendidikan dasar mereka. Para biarawati ini mengajarkan siswa bagaimana membaca dan menulis juga. Mereka juga akan mengajar mereka cara berdoa. Girls tambahan diajarkan bagaimana spin dan melakukan menjahit tengah keterampilan dalam negeri lainnya. Ini ditanamkan dalam rangka mempersiapkan mereka untuk kehidupan selanjutnya, karena ini adalah keterampilan dasar yang diperlukan ketika seorang wanita menikah. Kemajuan yang dicapai oleh masyarakat pada abad ke 19 memberikan dampak yang cukup signifikan kepada pendidikan di abad setelahnya. Dunia serasa semakin sempit dan mengecil hingga akhirnya menjadi litle village kondisi ini tentunya memicu percepatan arus informasi , awal abad ini pula ditandai dengan munculnya dua perang dunia, menimbulkan sebuah pemaknaan tersendiri bagi nasionalisme pendidikan, eropa membuat blok nasionalisme lebih besar dalam suatu batasan regional tertentu, sementara asia afrikan nasionalisme semakin menyempit menjadi nasionalisme negara sebagai akibat keinginan untuk merdeka dari hegemoni barat. Kondisi kehidupan beragama juga mengalami perubahan pasca aliran, darwinisme, materialisme, dan positivisme semakin kehilangan pengaruhnya, hal ini kemudian digantikan oleh gerakan sufi seperti teosofi, spritisme, atroposofi, yang mengedepankan aspek ketenangan batin, meskipun aliran ini pada akhir abad ke 20 juga mengaami stagnansi dan akan kembali tergantikan oleh aliran neo materialisme, dan post-modernisme.



B.



RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai



berikut: 1. Siapa saja tokoh pendididkan dalam perkembangan pendidikan pada masa abad pertengahan dan tinjawan pemikirannya? 2. Siapa saja tokoh pendididkan dalam perkembangan pendidikan pada masa abad ke 20-an dan tinjawan pemikirannya? C.



TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari penulisan ini adalah memberikan informasi tentang



apa siapa saja tokoh-tokoh pendididkan dalam perkembangan pendidikan pada masa abad pertengahan dan abad ke 20-an serta tinjawan pemikirannya.



BAB II PEMBAHASA N



PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ABAD PERTENGAHAN Pendidikan Abad Pertengahan merupakan pendidikan yang dilaksanakan dalam periode abad pertengahan. Medieval pendidikan dipandang sebagai bentuk yang tidak biasa cukup pendidikan. Namun, pada abad ke-15, terdapat opsi bagi seorang siswa untuk di didik lebih lanjut. Beberapa sekolah bahkan bertempat kedua jenis kelamin, tapi ini siang hari saja. Anak-anak diajarkan dasar-dasar mereka, seperti bagaimana membaca dan menulis. Hal ini karena ini adalah persyaratan dasar jika mereka ingin diterima dalam magang di guild apapun. A.



Masa Renaissance Renaissance adalah gerakan maknawiyah, yang merupakan reaksi terhadap



sikap hidup abad pertengahan. Renaissance (kelahiran kembali) kebudayaan klasik. Orang kembali mempelajari bahasa latin dan Yunani serta filsafatnya. Ciri dari masa ini adalah manusia ingin bebas dari ikatan abad pertengahan dan berusaha mencari pedoman baru dalam kebebasan individu. Cita-cita menjadi pendeta mulai ditinggalkan, mengarah pada masa kejayaan Republik Romawi. Cita-cita tersebut mendorong dipelajarinya berbagai pengetahuan. Berbagai aliran muncul pada masa ini, seperti: humanisme, reformasi, dan kontra reformasi. 1. Humanisme Lahir di Italia, pelopornya Petrarca dan Bocaccio. Dalam aliran humanisme, Tuhan sebagai pusat norma tertinggi ditinggalkan, cita-cita manusia dicari pada diri manusia sendiri. Ukuran kebenaran, kesusilaan, keindahan, dicari dan didapatkan pada manusia. Dampak bagi pendidikan dan pengajaran: alat pendidikan yang terpenting adalah mempelajari peradaban klasik.



Tujuan utama pengajaran mempelajari peradaban klasik, bahasa Yunani dan bahasa Latin. Pendidikan jasmani juga mendapat tempat terhormat. Akibatnya, pendidikan intelek mempunyai tempat yang terhormat dan menjadi maju, sedangkan pendidikan agama menjadi terbelakang. Dasar pendidikan etika tidak lagi agama, tetapi etika alam. Tujuan pendidikan diarahkan pada pembentukan manusia berani, bebas, dan gembira. Berani diartikan sebagai percaya kepada diri sendiri, bukan taat kepada kekuasaan Tuhan seperti jaman pertengahan. Berani pula untuk memperoleh kemashuran yang telah dicita-citakan oleh ahli filsafat pada jaman Yunani dan Romawi. Bebas diartikan lepas dari ikatan gereja dan tradisi, berkembang selaras, individualistis, bukan manusia kolektifistis seperti pada abad pertengahan. Gembira berarti menunjukkan dirinya kepada kenikmatan duniawi, bukan kepada keakhiratan seperti abad pertengahan. Pengaruh humanisme dalam organisasi sekolah: orang berpendapat bahwa negara harus turut campur dalam pengelolaannya. Pengaruh dalam penetapan bahan pelajaran: terdiri dari artes liberalis yang 7, dengan ditambah ilmu alam, menggambar, dan puisi. 2. Reformasi Awalnya muncul di Jerman, dipelopori oleh Luther dan Calvijn. Reformasi merupakan reaksi terhadap tindakan gereja yang pada masa itu membebani rakyat dengan bermacam pajak. Penagnut aliran ini ingin kembali pada ajaran nasrani, dan hanya mengakui injil sebagai satu-satunya sumber kepercayaan.



Mereka



menyangkal



kekuasaan



Paus



dan



konsili-konsili



(permusyawaratan gereja), karena pertentangan itulah mereka disebut kaum protestan. Berbeda dengan humanisme yang bersifat aristokratis (tertuju hanya kepada lapisan atas), dan membentuk sarjana; reformasi bersifat lebih demokratis, tertuju kepada seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal kepentingan, humanisme lebih tertuju pada kepentingan ilmu pengetahuan, estetika dan filsafat, sedangkan



dalam reformasi mengutamakan kepentingan agama dan tidak setuju dengan filsafat Yunani. Bagi reformasi, bahasa latin dan Yunani hanya untuk memahami injil. Beberapa tokoh reformasi: 



Luther



Merupakan seorang reformator dari Jerman. Pemikirannya dalam pendidikan: a.



Semua anak harus mengunjungi sekolah;



b.



Anak-anak belajar hanya beberapa jam sehari, selebihnya waktu digunakan untuk mempelajari pekerjaan tangan;



c.



Anak perempuan belajar satu jam dalam sehari, selebihnya mereka mengerjakan pekerjaan rumah tangga;



d.



Anak-anak miskin yang betul-betul pintar saja yang disuruh belajar;



e.



Posisi guru dihargai tinggi;



f.



Pelajaran agama dianggap sebagai pelajaran paling penting. Dalam karyanya, luther menterjemahkan injil dalam bahasa Jerman dan



memberikan lagu-lagu agama. Dalam perjuangannya ia banyak mendapat bantuan dari raja-raja yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Paus Roma. Dalam penyelenggaraan pendidikan, negara ikut bertanggungjawab atas pengajaran, bukan lagi gereja seperti pada agama Katolik. 



Calvijn



Dalam buku-bukunya ia banyak mengungkapkan tentang pentingnya pendidikan, serta pengaruhnya di dalam rumah tangga dan pendidikan agama. Dalam hal bahasa, Calvijn lebih mementingkan pelajaran bahasa latin. Di Geneva didirikan sebuah gymnasium yang juga memberikan pelajaran rendah dan satu sekolah tinggi.







Zwingli



Daerah yang dipengaruhi Zwingli lebih kecil dibandingkan Luther maupun Calvijn. Dalam paham paedagogisnya, pelajaran bahasa klasik adalah penting. Ilmu pengetahuan dan ilmu pasti harus diajarkan, tetapi tidak boleh mengambil waktu terlalu banyak. Pendapatnya yang baru adalah bahwa setiap murid harus mempelajari satu pekerjaan tangan. Ia mendirikan sekolah di Zurich, yang kemudian menjadi universitas.



3. Kontra Reformasi Renaissance dialami pula oleh gereja katolik, yang disebut sebagai kontra reformasi. Hal ini disebabkan oleh konsili di Trente (1543-1563) yang memutuskan akan memperbaiki keadaan dan menjalankan disiplin yang keras terhadap peraturan-peraturan gereja serta membela diri terhadap seranganserangan kaum protestan. Dalam konsili itu dibicarakan juga usaha-usaha untuk memperluas pendidikan dan pengajaran. Para uskup harus mendirikan sekolahsekolah seminari untuk memberi kesempatan anak-anak dari keluarga kurang mampu bisa masuk dengan gratis, untuk mendidik calon pendeta, mengajarkan agama kepada anak-anak dan orang dewasa dalam bahasa ibu. Organisasinya disusun seperti susunan ketentaraan dengan paus sebagai “jenderalnya”. Biara menjadi sumber semangat perang untuk memberantas keingkaran orang terhadap agama serta memperluas pengaruh agama katolik dan memperkokoh kedudukan paus. Sekolah-sekolah banyak didirikan, mulai dari sekolah rendah sampai dengan universitas. Mazhab Yezuit di bawah pimpinan Ignatius de Loyola menjadi pelopor dalam dunia pendidikan. rencana pendidikan kaum Yezuit tertera dalam “ratio studiorum”



B.



Pendidikan Pada Masa Realisme Aliran realisme muncul dalam bidang pendidikan kurang lebih tahun 1600.



Aliran ini bertujuan untuk: 1. Meninggalkan cara-cara pembentukan secara klasik, seperti yang dianjurkan oleh humanisme; 2. Mengarahkan perhatian kepada dunia nyata, kepada alam dan benda-benda yang sebenarnya aliran ini muncul disebabkan oleh: 1. Munculnya ilmu-ilmu kealaman; dan 2. Ambruknya sistim pengajaran yang bersifat humanistis. Karena realisme inilah, dunia pengetahuan yang sampai saat itu masih terpengaruh oleh ajaran Aristoteles mulai goyah. Munculnya ilmu-ilmu kealaman disebabkan karena manusia berambisi membongkar segala rahasia-rahasia alam. Manusia mulai mempergunakan fikirannya dengan lebih mendalam. Segala peristiwa alam diselidiki dan diamati. Maka muncullah penemuan-penemuan hebat, seperti penemuan Copernicus yang menyatakan bahwa dunia ini berputar mengelilingi matahari (bertentangan dengan pendapat sebelumnya, yaitu Ptolomaeus bahwa bumilah yang menjadi pusat semesta alam). Banyak musafir yang menjelajah ke segala jurusan untuk menemukan benua-benua baru. ketidaksanggupan ilmu-ilmu klasik dalam menerangkan kenyataan-kenyataan itulah, maka dicari jalan baru. Tokoh yang berperan pada masa ini adalah: 



Francis Bacon (1561-1626)



Idenya dalam pendidikan adalah: a.



Usaha-usaha untuk mencari metode baru;



b.



Penggunaan metode induksi;







c.



Penghargaan besar terhadap matapelajaran-matapelajaran realita: ilmu bumi, ilmu ayat, ilmu alam;



d.



Penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar, nukan bahasa latin lagi.



Johan Amos Comenius (1592-1671)



Hasil karyanya yang terkenal adalah DIDACTICA MAGNA, yang menjelaskan tentang: a. Tujuan pendidikan: pendidikan hendaknya diarahkan pada kehidupan di alam baka, dicapai dengan pembentukan ilmiah dan pendidikan budi pekerti serta kesalehan; b. Metode: pendidikan harus disesuaikan dengan alam; c. Hukum didaktik: kepastian; urutan yang tepat; kelancaran belajar; dan kecepatan belajar; d. Pendidikan kesusilaan didasarkan pada ajaran-ajaran agama, bertujuan mencapai 4 kebajikan dari Plato (budi, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan). C.



Pendidikan Masa Pencerahan (Aufklarung) Gejala-gejala baru muncul pada abad ke-18, terutama pada pertengahan



kedua dari abad itu. Seluruh kegiatan manusia saat itu ditujukan kepada usaha mengadakan pencerahan terhadap abad kegelapan. Abad kegelapan adalah ialah abad pertengahan, yang roh jamannya dianggap berakhir setelah abad ke-18 tiba. Pada masa ini manusia ingin bebas dari ikatan gereja dan tradisi, hasilnya gereja dan negara terpisah. Dalam pendidikan, dituntut agar negara yang harus menyelenggarakan pengajaran, terutama bagi rakyat umum, lepas sama sekali dari pengaruh gereja (tuntutan ini baru berhasil pada akhir abad ke-19). Seluruh gerakan rohaniah dalam pelbagai lapangan itulah yang disebut sebagai Pencerahan, yang telah menguasai alam pikiran orang di Eropa Barat pada



abad ke-18 dan ke-19. dua aliran maknawiyah yang berkembang dan saling mempengaruhi saat itu adalah: 1.



Empirisme



Aliran ini beranggapan bahwa sumber dari segala pengetahuan dan kebenaran adalah empiri atau pengalaman. Segala sesuatu harus dicari dari bahan-bahan yang telah kita peroleh dari pengalaman kita sendiri. Paham ini berasal dari Inggris, dipelopori oleh Francis Bacon (1561-1626). Dalam paham ini, barangsiapa yang menghendaki ilmu pengetahuan harus mengadakan penyelidikan sendiri. Ia harus mencari gejala-gejalanya, kemudian menyusunnya dengan teliti dan dengan menempuh jalan induksi sampai pada hukum-hukum yang umum. Oleh karena itu empiri dan induksi merupakan satusatunya jalan untuk memperoleh pengetahuan. Dengan penyelidikan sendiri, pengamatan fakta-fakta dan pengalaman adalah terbesar maknanya. Aliran ini kemudian lebih diperluas dan diuraikan oleh kaum empiris bangsa Inggris lainnya, seperti John Locke, Berkeley, dan Hume. 2.



Rationalisme Aliran ini lahir di Prancis dan Descartes (1596-1650), berpendapat bahwa



sesuatu itu dianggap benar jika sesuai dengan akal fikiran. Fikiran manusia akan sanggup memecahkan segala persoalan. Untuk menuju ke arah kemajuan dan kesempurnaan, ditempuh jalan fikiran yang sehat. Rationalisme merupakan kelanjutan dari perlawanan terhadap ajaranajaran yang bersifat dogmatis dan tradisi, yang mulai tampak pada abad ke-15 dan ke-16. menurut rationalisme, pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pengamatan alat dria (induksi) masih diragukan kebenarannya. Yang jelas dapat dipercaya adalah kenyataan, bahwa manusia itu berpikir. Ia berpikir dengan akalnya, maka akal budinya itulah yang berkuasa dalam hidupnya. Penyebab manusia berpikir tidak terletak pada manusia sendiri, tetapi pada Tuhan. Yang mengatakan hal itu adalah budi atau akal kita. Budi itulah yang



menetapkan norma-norma hidup. Rationalisme menempatkan budi itu di atas wahyu Ilahi. Budi menetapkan apa yang dapat kita terima dan apa yang tidak, juga di lapangan agama. Beberapa ahli pendidikan besar yang menguasai paedagogik (ilmu mendidik) pada abad ke-18 di antaranya adalah: 



John Locke Sistem pendidikannya sesuai dengan teori tabula-rasa, percaya bahwa



pendidikan itu maha kuasa. Jiwa seorang anak sama dengan sehelai kertas putih yang kosong, yang dapat ditulisi sekehendak hati oleh pendidik, sehingga semua pengetahuan datang dari luar karena pengaruh faktor-faktor lingkungan. Locke tidak mempermasalahkan sama sekali pengaruh pembawaan si anak. Dalam paedagogik, aliran ini disebut Paedagogis optimisme, sebagai lawan dari paedagogis pessimisme (nativisme) yang menganggap bahwa perkembangan jiwa itu adalah hasil daripada faktor pembawaan belaka. Bagi Locke bentuk pengajaran yang terbaik adalah belajar sambil bermain. Nilai formil lebih penting daripada nilai materiil, oleh karena itu Locke lebih mengutamakan pembentukan kesusilaan daripada pembentukan akal. Dalam pendidikan kesusilaan, manusia itu harus selalu dapat menguasai diri sendiri dan memiliki rasa harga diri. Sejak kecil anak harus dibiasakan berbuat baik, untuk itu pendidik hendaknya memegang teguh kewibawaannya. Ia tidak setuju dengan hukuman jasmani dan pemeberian hukuman. Dalam pendidikan agama, Locke memperingatkan agar pelaksanaan pendidikan keagamaan tidak berlebih-lebihan. Ia menganggap injil tidak tepat bagi anak-anak, kecuali beberapa ceritera sebagai bahan bacaan anak-anak. Pengaruh Locke di Inggris tampak di sekolah-sekolah bagi anak-anak bangsawan (public school). Ajaran dan cita-citanya sebagian kita jumpai lagi pada Rousseau dan kaum Philanthropijn.







J.J. Rousseau (1712-1778) Cita-cita pendidikan Rousseau kita jumpai dalam bukunya “Emile”, yang



ditulisnya bagi golongan bangsawan dan kaum terpelajar. Ketika itu anak-anak golongan tersebut mendapat pendidikan dari gubernur-gubernur, yang tidak mengenal perkembangan anak yang sewajarnya dan tidak memberikan kebebasan. Tujuan pendidikan menurutnya adalah membentuk manusia yang bebas dan merdeka. Sifat pendidikan yang dijalankan individualistis, anak harus dijauhkan dari pengaruh masyarakat, bahkan dari pengaruh orang tuanya. Dasar pendidikannya adalah pembawaan anak yang baik. Ia percaya bahwa anak sejak lahir berpembawaan baik. Jika kelak anak itu berkelakuan buruk, hal itu disebabkan karena adanya pengaruh-pengaruh jahat dari dunia sekitar/lingkungannya. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ABAD KE 20-AN Kemajuan yang dicapai oleh masyarakat pada abad ke 19 memberikan dampak yang cukup signifikan kepada pendidikan di abad setelahnya. Dunia serasa semakin sempit dan mengecil hingga akhirnya menjadi litle village kondisi ini tentunya memicu percepatan arus informasi , awal abad ini pula ditandai dengan munculnya dua perang dunia, menimbulkan sebuah pemaknaan tersendiri bagi nasionalisme pendidikan, eropa membuat blok nasionalisme lebih besar dalam suatu batasan regional tertentu, sementara asia afrikan nasionalisme semakin menyempit menjadi nasionalisme negara sebagai akibat keinginan untuk merdeka dari hegemoni barat. Kondisi kehidupan beragama juga mengalami perubahan pasca aliran, darwinisme, materialisme, dan positivisme semakin kehilangan pengaruhnya, hal ini kemudian digantikan oleh gerakan sufi seperti teosofi, spritisme, atroposofi, yang mengedepankan aspek ketenangan batin, meskipun aliran ini pada akhir abad ke 20 juga mengaami stagnansi dan akan kembali tergantikan oleh aliran neo materialisme, dan post-modernisme.



Penggolongan pendidikan pada abad ke 20 digolongkankan menjadi tiga golongan yaitu : Aliran sosial, Aliran kepribadian, Aliran pembaharuan pengajaran (suparlan:76). A.



Aliran Sosial Aliran ini muncul sebagai sebuah reaksi dari pengabaian unsur-unsur



sosial dalam pendidikan secara ekstrem yang terjadi pada periode sebelumnya. Pada periode ini muncul semboyan “pemuda harus di didik agar dapat melayani masyarakat”. Orang-orang yang masuk di dalam tokoh aliran ini antara lain Natorp, Kerschenteiner, dan john Dewey. Aliran sosial ini mengambil langkahlangkah mendirikan sekolah kerja sebagai pelaksana pencapain cita-citanya. B.



Aliran Kepribadian Aliran kepribadian memberikan reaksi kepada pendidikan yang dirasakan



terlalu intelektualistik, intelektualisme hanya mengutamakan pembentukan kecerdasan tanpa mengindahkan pendidikan watak. Aliran ini ingin membentuk manusia yang dapat menguasai diri dan mengenmbangkan kabajikan-kebajikan. Tokoh dari aliran ini antara lain Foerster, Pestalozzi, Gaudig Scheibner, tagore, dan Kihajar Dewantara. C.



Aliran Pembaharuan Pengajaran. Aliran Pembaharuan Pengajaran adalah mereka yang tidak puas terhadap



pelaksanaan pengajaran yang sedang berlaku di saat itu. Mereka mulai mengadakan percobaan-percobaan baru di dalam dunia pengajaran, dan melaksanakan pendapat-pendapat baru di bidang Psikologi, tokohnya antara lain adalah Montesori, Helen Parkhurst, Decroly dan Tagore. Tiga aliran ini sebanarnya tidak berdiri pada kutub yang ekstrem, ketiga penggolongan ini muncul sebagai suatu kritik sistem dari era sebelumnya yang mengabaikan aspek-aspek fundamental dari peseta didik dan sistem pembelajaran yang ada. Tokoh-tokoh aliran pendidikan abad ke-20 di atas akan dibedah sebagaimana berikut.







Dr. George Kerschensteiner. (1854-1932) Dr. George Kerschensteiner mendapat gelar sebagai bapak sekolah kerja di



jerman, ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan ialah pembentukan watak dan pembentukan warga negara yang baik. Definisi baik disini sangat erat kaitannya dengan sejauh mana warga negara tersebut cakap dan sanggup menjalankan pekerjaan untuk berbakti kepada masyarakat. Dia memberikan ciri kepada warga negara yang baik yaitu: 1) Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan. 2) Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara. 3) Dalam menunaikan tugas tersebut haruslah disesuaikan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan warga. Dr. George Kerschensteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan



anak-anak



untuk



dapat



bekerja.



Menurut



Dr.



George



Kerschensteiner tujuan sekolah adalah : 1) Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri, pengalaman adalah yang paling penting. 2) Agar anak mendapat memiliki kemampuan dan kemahiran baru. 3) Agar anak memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan mengabdi kepada negara. Kerschensteiner berpendapat bahwa bekerja adalah melakukan pekerjaan tangan sebab pekerjaan tangan adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan adat, agama, bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan dan yang lainnya. Sekolah harus mampu menyiapkan peserta didik yang siap dan memiliki keterampilan. Teori ini menjadi sebuah landasan dari Sekolah menegah kejuruan atau SMK dia membagi menjadi tiga golongan sekolah keterampilan yaitu sekolah perindustrian, sekolah perdagangan, dan sekolah rumah tangga.







John Dewey (1859-1952). Menurut dewewy sekolah harus menjadi tempat persiapan anak untuk



terjun ke dalam masyarakat. Seluruh pendidikan dewey didasarkan atas aliran pragmatisme. Artinya sesuatu pengetahuan berdasar atas berguna atau tidak berguna dalam kehidupan manusia. Apa yang tidak berguna tidak perlu diajarkan sekolah. Sebaliknya apa yang menguntungkan bagi hidupnyalah yang harus diajarkan.



Alirannya



sangat



dipengaruhi



oleh



alirah



Behaiorisme



dan



pragmatisme. John dewey memandang jiwa sebagai sesuatu yang fungsional dalam hidup sosial. John dewey juga berpendapat bahwa anak didik harus selalau dilatih untuk mengembangkan kegiatannya sendiri, yang ada hubungannya dengan masyarakat. Dan semua itu harus ada di dalam sekolah. Dewey juga terkenal dengan sebutan metode proyek. Di dalam proyek itu anak bebas menentukan pilihan terhadap pekerjaan merancang serta memimpinnya. 



Dr Maria Montessori (1870-1952)



Montessori berpendapat bahwa pendidikan harus berdasar kepada prinsip : a) Semua pendidikan adalah mendidik diri sendiri. b) Kodrat alam. c) Kemerdekaan (kebebasan). Dia berpendapat bahwa prinsip pertama di dalam pendidikan adalah mendidik diri sendiri, ia berpendirian bahwa pendidik hanya berfungsi sebagai pembantu, atau penolong anak di dalam perkembangan. Ketika anak mengerjakan sesuatu secara sendirian maka anak akan semakin maju. Prinsip kedua tentang kodrat alam Montesori berpendapat bahwa menurut alam kodratnya anak itu selalu berkembang. Perkembangan itu selalau datangnya dari alam. Pandangannya ini berdampak kepada pemberian reward and punishment dia mengatakan bahwa pemberian hukuman atau hadiah diberikan oleh alam juga. Alamlah yang akan memberikan balasan atas segala yang dilakukan oleh peserta didik. Kegiatan kerja



mereka timbul dari diri anak-anak dan apabila waktunya telah tiba, itulah yang disebut dengan masa peka ana telah datang. Dan semuanya telah diatur oleh alam. Dalam prinsip kemerdekaan, kemerdekaan adalah milik semua makhluk, bahwa setiap makhluk ingin memiliki kemerdekaan (kebebasan), dalam hal anak dapat dibedakan kemerdekaan lahir atau kemerdekaan batin. Montessori juga mendirikan casa de bambini, casa de bambini bukan merupakan



kelas



namun



suasana



kekeluargaan



yang



diciptakan,



anak



mendapatkan kebebasan sebesar-besarnya. Peralatan-peralatan yang serba kecil yang dapat mempermudah anak-anak untuk mengoprasikannya, serta kamarkamar yang dihias dengan gambar-gambar yang indah. Pendidik tidak disebut guru namun dia disebut pemimpin. Pekerjaan diberikan secara individual sesuai dengan amsa peka mereka. Pelajaran yang diajarkan juga merupakan latihan di dalam kehidupan sehari-hari. Tentang kebersihan gigi memotong kuku dan sebagainya. Casa de bambini sendiri juga memiliki arti pendidikan anak-anak kecil. 



Dr Ovide Decoly. Decoly dalam prinsipnya memposisikan pendidikan di dalam membentuk



manusia yang berperasaan sosial dan bercita-cita sosial. Hal seperti ini dapat dicapai dengan cara: 1) Bergaul dengan anak-anak lain dan juga bergaul dengan binatang. 2) Mengerjakan tugas tertentu sebagai alat untuk melatih perasaan tanggung jawab. Sekolah menuturut Decoly adalah untuk hidup dan oleh hidup. Anak harus dapat di didik untuk dapat bertahan hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat anak. Anak dipersiapkan untuk pembentukan individu dan anggota masyarakat. Oleh karena itu anak-anak harus mempunyai pengetahuan tentang dirinya sendiri, tentang hasrat dan cita-citanya dan pengetahuan tentang dunianya, pengetahuan anak harus bersifat subjektif dan objektif.



Decoly berjasa di dalam lapangan psikologi anak dan didaktik. Dia memiliki dua cara di dalam mengetahui anak yaitu: a) Observasi (pengamatan dengan seksama) b) Tes (pemeriksaan) Kedua cara ini sangat berkaitan sekali sebab cara yang kedua lahir dari cara yang pertama, dia meneliti anak perempuannya sendiri dalam perkembangan pengertian tentang angka. Dia juga menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan hal yang khas dari Decoly yaitu: a) Globalisasi (keseluruhan)’ dari penelitiannya dia menetapkan bahwa anakanak mengamati secara global (keseluruhan), keseluruhan terlebih dahulu dari pada bagian-bagian, dan ini berdasar kepada psikologi totalitas. Bagi dia mengajarkan kalimat lebih mudah dari pada mengajarkan kata-kata lepas. Metode ini bersifat video visual. b) Cetre d’interest : yaitu penyelidikan di dalam psikologi yang menetapkan bahwa anak-anak memiliki minat-minat yang spontan. Pelajaran disesuaikan dengan minat-minat yang spontan tersebut. 



Dr Helen Parkhust Parkhust terkenal dengan rencana daltonnya, pengaruh rencana dalton ini



menyebar luas ke berbagai negara eropa terutaama Inggris, jepang dan Tiongkok. Dalton Plan sebagai suatu pengajaran yang berlaku di amerika. Prinsip pembelajaran dalton adalah sebagai berikut : a) Efisiensi : yang dimaksud dengan prinsip efisiensi adalah latihan hidup anak dicapai dengan tugas-tugas pekerjaan dalam pengajaran, tugas dirancang sedemikian hingga sungguh praktis dan bermanfaat bagi kehidupan anak. b) Prinsip Kebebasan : prinsip kebebasan disini dimaksud anak dapat dengan bebas memilih tugas-tugas yang ingin diselesaikan tanpa paksaan dan



tekanan dari manapun, namun kebebabsan disini masih terikat kepada norma-norma dasar yang berlaku. c) Prinsip kerjasama : dalam prinsip kerjasama adalah interaksi terpimpin, hubungan antara guru dan murid dan antar murid sendiri. Semua pihak akan dapat saling menerima dan saling memberi seta saling mendapat keuntungan. d) Prinsip kerja sendiri: di dalam prinsip dalton kerja sendiri ialajh anak diharapkan dapat berfikir sendiri tanpa bantuan orang lain, anak berkerja dengan kemampuan sendiri, dan tidak terlalu dinilai dari hasil kerjanya. 



Dr, Rabindranath Tagore (1861-1941) Dr, Rabindranath Tagore adalah tokoh humanis dari india, prinsip



pendidikannya didasari dari kondisi sosio antropologis di india saat itu yang masih menganut sistem kasta. Pendidikan mendahulukan golongan atasan karena golongan ini lah yang memiliki pengaruh kepada rakyat jelata dan diharapkan golongan atasan dapat memberikan (meneteskan) pendidikan dan pengajaran ke pada rakyat jelata. Pendidikan baginya adalah untu seluruh rakyat dan dilakukan oleh rakyat, pandangan ini mempengaruhi proses pendidikan di Indonesia seperti sekolah kerja kayutanam dan taman siswa. Dia juga menekankan kepada pendidikan ketuhanan untuk pembentukan kata hati, dia tidak membedakan agama yang satu dengan agama yang lain. Dan pendidikan sebaiknya diselenggarkan oleh asrama agar dapat dilakukan pembinaan yang intensif.



BAB III PENUTUP



A.



KESIMPULAN Perkembangan pendidikan di abad pertengahan memiliki tiga tahap masa perkembangan. “Masa Renaissance yang memiliki 3 aliran antara lainhumanisme, reformasi, dan kontra reformasi, Masa Realisme & Masa Pencerahan (Aufklarung) yang memiliki 2 aliran antara lain: Empirisme dan Rationalisme. Terdapat tokoh-tokoh pendidikan pada masa ini yaitu Luther, Calvijn, Zwingli, Francis Bacon (1561-1626), Johan Amos Comenius (15921671), John Locke, dan J.J. Rousseau (1712-1778) yang mana masing masing toh memeiliki pandangan tersendidiri terhadap pendididkan pada masanya. Pada abad ke 20-an, kondisi kehidupan beragama juga mengalami perubahan pasca aliran, darwinisme, materialisme, dan positivisme semakin kehilangan pengaruhnya, hal ini kemudian digantikan oleh gerakan sufi seperti teosofi, spritisme, atroposofi, yang mengedepankan aspek ketenangan batin, meskipun aliran ini pada akhir abad ke 20 juga mengaami stagnansi dan akan kembali tergantikan oleh aliran neo materialisme, dan post-modernisme. Penggolongan pendidikan pada abad ke 20 digolongkankan menjadi tiga golongan yaitu Aliran sosial, Aliran kepribadian, dan Aliran pembaharuan pengajaran. Terdapat tokoh-tokoh pendidikan pada masa ini yaitu Dr. George Kerschensteiner. (1854-1932), John Dewey (1859-1952), Dr



Maria



Montessori (1870-1952), Dr Ovide Decoly, Dr Helen Parkhust, dan Dr, Rabindranath Tagore (1861-1941) yang mana masing masing toh memeiliki pandangan tersendidiri terhadap pendididkan pada masanya



B.



SARAN Pendidikan pada masa abad pertengahan dan abad 20-an merupakan gambaran tentang sejarah perkembangannya sebuah pendidikan yang kita alami sekarang, jelas sudah bahwa selalu terjadi pembaharuan dari setiap masa kemasa dengan tujuan yang sama adalah demi meningkatkan kualitas manusia. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi



kemajuan



dan



kemanfaatan



mengucapkan terima kasih.



penulisan



ini,



akhirkata



penulis



DAFTAR PUSTAKA



Afidburhanuddin. 2014. Filsafat masa abad pertengahan. Diakses pada tanggal 16 November 2020 pada https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/filsafatmasa-abad-pertengahan/ Ahirotada. 2011. Teori Pendidikan Abad ke-20. Diakses pada tanggal 15 November 2020 pada https://ahirotada.wordpress.com/2011/04/03/teoripendidikan-aban-ke-20/ Padamu, jurnal. 2015 Pengertian Teori Pendididkan. Diakses pada tanggal 17 November 2020 pada https://www.padamu.net/pengertian-teori-pendidikan Topata, Jensen. 2019. Pengertian pendididkan. Diakses pada tanggal 15 November 2020 pada https://www.mypurohith.com/pengertian-pendidikan/