MAKALAH Tongkol [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BUDIDAYA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy)



Oleh NENGAH AMBAR WATI NOMOR ABSENSI 22



KELAS IX 3 UPTD SMP NEGERI II SEKAMPUNG UDIK LAMPUNG TIMUR LAMPUNG 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1    Latar Belakang Perairan Bengkulu merupakan bagian dari perairan pantai barat sumatatra yang berhadapan langsung dengan samudera hindia yang banyak dipengaruhi angina barat yang basah sehingga mendapatkan curah jujan yang cukup tinggi dengan garis pantai 525 kilometer dengan luas lebih kurang 11.116,2 km. Bagian timurnya berbukit – bukit dengan dataran tinggi yang subur, sedangkan bagian barat merupakan daratan rendah yang relative sempit. Dasar laut umumnya curam dengan dasar yang tidak rata dan berbatu- batu dan juga berkarang terutama 500 meter dari garis pantai dan dasar laut terdiri dari pasir berlumpur (DKP Bengkulu, 2008). Perairan laut Bengkulu cukup kaya dengan sumberdaya ikan dan berprospek untuk kegiatan perikanan tangkap. Ikan tongkol (Euthynnus Affinis) merupakan salah satu komoditi utama ekspor di bidang perikanan di Indonesia. Akan tetapi akibat pengolahan yang kurang baik di beberapa perairan Indonesia termasuk parairan Bengkulu, terutama disebabkan minimnya informasi waktu musim tangkap, daerah penangkapan ikan, disamping kendala teknologi tangkapnya itu sendiri, pemanfaat sumberdaya ikan menjadikan sangat rendah. Peningkatan produksi ikan tongkol (Euthynnus Affinis) di perairan Bengkulu masih dapat ditingkatkan, apabila operasi penangkapannya dapat dilakukan secara yang efektif dan efesian. Salah satu caranya ialah dengan mengetahui musim tangkap ikan tongkol (Euthynnus Affinis) sehingga dapat dilakukan persiapan yang lebih baik untuk melakukan operasi penangkapan yang lebih terarah ikan. Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis mempunyai pengaruh terhadap perekonomian masyarakat perikanan. Diperlukan metode penangkapan maupun metode penentuan fishing ground dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis secara optimal. Ikan tongkol (Euthynnus sp.) sebagai salah satu ikan pelagis kecil memiliki pola gerakan dan sebaran yang dapat diprediksikan dari berbagai indikator penduga, salah satunya adalah klorofil. 1.2    Tujuan             1.    Untuk mengetahui klarifikasi ikan tongkol (Euthynnus Affinis) dan pengertiannya.             2.    Untuk mengetahui fishing ground ikan tongkol (Euthynnus Affinis).             3.    Untuk mengtahui alat tangkap dalam penangkapan ikan tongkol (Euthynnus Affinis).              4.    Untuk mengetahui pengelolahan dan pemasaran ikan tongkol (Euthynnus Affinis).



1.3    Manfaat Dapat mengetahui komoditi perikanan yang khususnya ikan tongkol (Euthynnus Affinis) yaitu dari klarifikasi dan jenis – jenis ikan tongkol, dan tempat mengetahui fishing ground dan alat tangkap yang digunakan untuk penangkapan ikan tongkol serta dapat mengetahui pengolahan  dan pemasaran ikan tongkol .



BAB II        PEMBAHASAN 2.1    Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tongkol ( Euthynnus affinis )



      Ikan tongkol merupakan salah satu ikan yang termasuk kedalam ikan tuna kecil, yang memiliki badan memanjang, tidak memiliki sisik dan juga mempunyai sirip punggung yang sangat keras. Ikan tongkol ini termasuk kedalam family scombridae dengan genus euthynnus yang memiliki ukuran yang lumayan besar, dengan panjang sekitar 50-60 cm dan juga berwarna abu-abu serta memiliki daging debal berwarna merah tua. Ikan Tongkol adalah jenis ikan laut ini ini tergolong ikan pelagis yang artinya hidup di lapisan atas dari suatu perairan dan ikan jenis pelagis merupakan perenang cepat.            A.  Klasifikasi ikan tongkol (Euthynnus affinis) Menurut saenan, 1984 klasifikasi ikan tongkol ini adalah sebagai berikut: Kingdom         :  Animalia Phylum            : Chordata Sub phylum     : Vertebrata Kelas               : Pisces Sub kelas         : Teleostei Ordo                : Percomorphi Famili              : Scombridae Genus              : Euthynnus Spesies             : Euthynnus affinis B.     Morfologi tongkol (Euthynnus affinis) Ikan tongkol masih tergolong pada ikan scombridae, bentuk seperti ikan betuto, dengan kulit yang licin, Sirip dada melengkung, ujungnya lurus dan pangkalnya sangat kecil. Ikan



tongkol merupakan perenang yang tercepat diantara ikan – ikan laut yang berangka tulang. Sirip- sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip-sirip ini dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil daya gesek dari air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Dan di belakang sirip punggung dan sirip dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil yang di sebut finlet. Ikan tongkol dapat mencapai ukuran panjang 60-65 cm dengan berat 1.720 gr pada umur 5 tahun. Panjang pertama kali matang gonad ialah 29 30 cm. Ikan tongkol temasuk ikan pelagis yang hidup pada kedalaman hingga 50 m di daerah tropis dengan kisaran suhu 2728ºC. Ikan tongkol merupakan jenis ikan migratory yang tersebar disekitar perairan samudera atlantik, hindia dan pasifik. Ikan tongkol memiliki 10-12 jari-jari sirip punggung, 10-13 jari-jari halus sirip punggung, 10-14 jari-jari halus sirip dubur, dengan warna punggung kebiru-biruan, ungu tua bahkan berwarna hitam pada bagian kepala. Sebuah pola 15 garis-garis halus, miring hampir horisontal, garis bergelombang gelap di daerah scaleless diatas gurat sisi (linea lateralis). Bagian bawah agak putih (cerah). Dada dan sirip perut ungu, sisi bagian dalam mereka hitam. Badan kuat, memanjang dan bulat. Gigi kecil dan berbentuk kerucut, dalam rangkaian tunggal. Sirip dada pendek, tapi mencapai garis vertikal melewati batas anterior dari daerah scaleless atas corselet. Sebuah flap tunggal besar (proses interpelvic) antara sirip perut. Tubuh telanjang kecuali untuk corselet, yang dikembangkan dengan baik dan sempit di bagian posterior (tidak lebih dari 5 skala yang luas di bawah asal-sirip punggung kedua). Sebuah keel pusat yang kuat pada setiap sisi dasar sirip ekor-kecil antara 2 keel. 2.2  Daerah Penangkapan Ikan ( Fishing Ground ) Daerah Penangkapan Ikan adalah daerah atau area dimana populasi organisme dapat dimanfaatkan sebagai penghasil perikanan, yang bahkan apabila memungkinkan diburu oleh fishing master yang bekerja di kapal-kapal penangkap ikan dengan menggunakan peralatan penangkapan ikan yang dimilikinya. Fishing ground dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, antara lain : temperatur air, salinitas, pH, kecerahan, gerakan air, kedalaman perairan, topografi dasar perairan, bentuk bangunan dasar perairan (bottom properties), kandungan Oksigen terlarut dan makanan. Kondisi-kondisi yang perlu dijadikan acuan dalam menentukan daerah penangkapan ikan adalah sebagai berikut:



1. Daerah tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan dengan mudahnya datang bersama-sama dalam kelompoknya, dan tempat yang baik untuk dijadikan habitat ikan tersebut. Kepadatan dari distribusi ikan tersebut berubah menurut musim, khususnya pada ikan pelagis. Daerah yang sesuai untuk habitat ikan, oleh karena itu, secara alamiah diketahui sebagai daerah penangkapan ikan. Kondisi yang diperlukan sebagai daerah penangkapan ikan harus dimungkinkan dengan lingkungan yang sesuai untuk kehidupan dan habitat ikan, dan juga melimpahnya makanan untuk ikan. Tetapi ikan dapat dengan bebas memilih tempat tinggal dengan kehendak mereka sendiri menurut keadaan dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Oleh karena itu, jika mereka tinggal untuk waktu yang agak lebih panjang pada suatu tempat tertentu, maka tempat tersebut menjadi daerah penangkapan ikan.  2. Daerah tersebut harus merupakan tempat dimana mudah menggunakan peralatan penangkapan ikan bagi nelayan.Umumnya perairan pantai yang bisa menjadi daerah penagkapan ikan memiliki kaitan dengan kelimpahan makanan untuk ikan. Tetapi terkadang pada perairan tersebut sulit untuk dilakukan pengoperasian alat tangkap, khususnya peralatan jaring karena keberadaan kerumunan bebatuan dan karang koral walaupun itu sangat berpotensi



menjadi



pelabuhan. Terkadang



tempat



tersebut



memiliki



arus



yang



menghanyutkan dan perbedaan pasang surut yang besar. Pada tempat tersebut para nelayan sedemikian perlu memperhatikan untuk menghiraukan mengoperasikan alat tangkap. Terkadang mereka menggunakan trap nets, gill nets dan peralatan memancing ikan sebagai ganti peralatan jaring seperti jaring trawl dan purse seine. Sebaliknya, daerah penangkapan lepas pantai tidak mempunyai kondisi seperti itu, tapi keadaan menyedihkan datang dari cuaca yang buruk dan ombak yang tinggi. Para nelayan juga harus mengatasi kondisi buruk ini dengan efektif menggunakan peralatan menangkap ikan.  3. Daerah tersebut harus bertempat di lokasi yang bernilai ekonomis. Jika daerah penangkapan tersebut terlalu jauh dari pelabuhan, memerlukan bahan bakar yang banyak. Jika usaha perikanan tersebut benar-benar memiliki harapan yang besar, usaha yang dijalankan mungkin boleh pergi ke tempat yang lebih jauh. Nelayan yang dalam kasus demikian dapat memperoleh keuntungan dengan manajemen usaha perikanan. Jika kita dapat membuat alat untuk meningkatkan efisiensi usaha perikanan seperti menggunakan mesin perikanan yang lebih efisien, kemudian kita dapat juga memperbesar kapasitas kita untuk menangkap ikan ke tempat yang lebih jauh. Daerah penangkapan ikan juga dikontrol oleh permintaan pasar untuk ikan. Permintaan untuk produk ikan dipengaruhi oleh kapasitas ketersediaan dari tempat tersebut, sebagai contoh, adalah baru saja dikembangkan sebagai daerah penangkapan ikan.



Jadi, daerah penangkapan ikan selalu memiliki nilai yang relatif, berhubungan dengan keseimbangan ekonomi, daerah penangkapan ikan lainnya, efisiensi usaha perikanan dan permintaan ikan di dalam pasar. Begitulah, harus selalu berusaha menemukan daerah penangkapan ikan yang ekonomis dan efektif dari metode penangkapan ikan yang dimodernisasi.  4.    Jenis-jenis dari Daerah Penangkapan Ikan Klasifikasi daerah penangkapan ikan sering dibuat berdasarkan materi sebagai jenis ikan yang ditangkap, jenis dari alat tangkap yang digunakan, daerah perairan di mana usaha perikanan dioperasikan dan area lautan di mana usaha perikanan beroperasi:      Spesies    Jenis



dari ikan: tuna dan skipjack fishing ground, salmon fishing ground, dan sebagainya.



alat tangkap ikan: trawl fishing ground, long line fishing ground, fixed-net



fishing ground, pole and line fishing ground, surrounding-net (jaring lingkar) fishing ground, dan sebagainya.     Kawasan



perairan: daerah penangkapan dalam laut atau permukaan, daerah penangkapan



yang dekat dengan pantai, daerah penangkapan pantai dan daerah penangkapan pada perairan darat.     Kawasan



laut: daerah penangkapan di Pasifik Utara, daerah penangkapan di Laut China



Selatan, daerah penangkapan di China Bagian Tenggara, dan lain sebagainya. Tetapi daerah daerah penangkapan ikan secara umum diklasifikasikan ke dalam dua jenis utama berikut: daerah penangkapan ikan di perairan pantai dan di laut lepas, atau daerah penangkapan ikan pelagis (atau bergerak cepat) dan ikan perairan dasar secara berturut-turut.        5.    Daerah penangkapan ikan di perairan pantai Pada keadaan normal, pesisir pantai memiliki banyak daerah penangkapan ikan yang bagus. Produksi perikanan dari daerah ini dengan baik meningkat dari tahun ke tahun. Daerah penangkapan ikan di perairan pantai termasuk meliputi usaha rumput laut, ikan dan kerangkerangan dan untuk jenis yang khusus bergerak seperti ikan haring, ikan salmon, ikan ekor kuning, ikan tuna dan ikan laut air tawar yang mendekati daerah pantai untuk mencari makanan atau untuk memijah.  Daerah penangkapan ikan di perairan pantai ini mungkin dibagi lagi ke dalam trap-net (jaring perangkap) fishing ground, small trawling (pukat tarik yang kecil) fishing ground, driving in net fishing ground, beach seine (pukat pantai) fishing ground, hand purse seine (purse seine tangan) fishing ground, surrounding net (jaring lingkar) fishing ground, pole and line fishing ground, dan lain sebagainya.            6.    Daerah penangkapan ikan pelagis



Salah satu contoh ikan pelagis di Lautan Pasifik adalah ikan skipjack. Daerah penangkapan untuk ikan skipjack utamanya berlokasi pada lapisan subtropis yang konvergen yang dibentuk oleh pertemuan aliran arus hangat dan arus dingin. Spesies ikan lainnya yang bermigrasi, di kedua jenis arus hangat dan dingin, seperti ikan tuna dan ikan salmon, secara musiman naik menuju utara atau turun ke selatan untuk mencari makanan di dalam pusaran air atau arus rip yang dibentuk oleh pertemuan dua aliran arus. Lebih lanjut, bentuk topografi yang rumit pada pantai dan perairan sampai kedalaman 200 meter di mana arus dasar laut naik keatas dan bercampur dengan massa air hangat pada bagian atas, menghasilkan plankton dalam jumlah yang sangat besar yang dimana mengundang ikan untuk bermigrasi dan menetap di sana. Area migrasi ikan skipjack, tuna dan salmon di Pasifik adalah sangat luas dan hampir tak terhingga dari bagian atas garis katulistiwa hingga ke perairan daerah utara. Tapi hal itu harus diperhatikan bahwa daerah penangkapan ikan yang sesuai untuk spesies ikan pelagis adalah hampir terbatas pada daerah arus rip di perairan tersebut.            7.      Daerah penangkapan ikan demersal Pada continental shelf (paparan benua) di mana umumnya terdapat pada kedalaman 200 m adalah sangat sesuai untuk ikan demersal atau yang hidup di dekat dasar laut. Kolom perairan yang kedalamnya lebih dari 400 m adalah sangat tidak sesuai untuk ikan, kecuali beberapa spesies yang khusus. Makhluk hidup pada dasar laut termasuk yang selalu tinggal di satu tempat, meliputi pergerakan secara horizontal atau pada kedalaman dan pergerakan menuju daerah dangkal, atau secara musiman membuat suatu migrasi yang panjang.  2.3    Musim



Penangkapan



Ikan



Tongkol 



       Ikan tongkol merupakan jenis pelagis yang melakukan migrasi melintasi perairan laut jawa. Hasil analisa menunjukan bahwa musim tangkapan ikan tongkol di Perairan  Kota Bengkulu dan sekitarnya terdapat  4 (empat) bulan yaitu pada bulan Pebruari, April, Mei dan Oktober dengan puncak tertinggi terdapat pada bulan Mei, dengan indek musim penangkapan masing-masing adalah 104,37 %, 110,74 %, 131,22 % dan 103,09 %. Musim tangkapan ikan Tongkol di perairan kota Bengkulu umumnya terjadi pada musim Barat, pengaruh musim barat lebih dominan dari pada musim timur. Telah terjadi pergeseran musim tangkapan ikan tongkol dari musim timur ke musim barat atau dari bulan Oktober ke bulan Februari. Alat tangkap dan kapal yang digunakan pada umumnya masih bersifat sederhana atau tradisional. 2.4    Alat Tangkap



Definisi alat tangkap adalah segalah macam alat yang dipergunakan dalam proses penangkapan ikan termasuk kapal, alat tangkap dan alat bantu penangkapan .ikan tongkol adalah merupakan salah satu jenis ikn laut yang mempunyai harga jual tinngi dan tingkat kesenangan masyrakat yang relatif banyak ikan tong merupakan jenis iakn pelagis yaitu  ikan yang hidui di perairan atas dan ikan perenang cepat, ikan tongkol merupakan ikan yang seing migrasi selalu berpinda pinda dan bergerombol.Jadi alat tangkap yangdi gunakan untuk menangkap ikan tongkol adalah jenis alat tangkap aktif ( bergerak ). Jenis alat tangkap ini cocok untuk menangkap ikan tongkol karena ikantongkol selalu berpindah-pindah. Alat – alat tangkap yang di gunakan untuk melakukan penagkapan ikan tongkol adalah: 1.    Pukat Cincin (Purse Seine) Pukat cincin atau jaring lingkar (purse seine) merupakan jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan Pukat cincin atau purse seine adalah sejenis jaring yang di bagian bawahnya dipasang sejumlah cincin atau gelang besi. Dewasa ini tidak terlalu banyak dilakukan penangkapan tongkol menggunakan pukat cincin, kalau pun ada hanya berskala kecil. Pukat cincin dioperasikan dengan cara melingkarkan jaring terhadap gerombolan ikan. Pelingkaran dilakukan dengan cepat, kemudian secepatnya menarik purse line di antara cincin-cincin yang ada, sehingga jarring akan membentuk seperti mangkuk. Kecepatan tinggi diperlukan agar ikan tidak dapat meloloskan diri. Setelah ikan berada di dalam mangkuk jaring, lalu dilakukan pengambilan hasil tangkapan menggunakan serok atau penciduk. Pukat cincin dapat dioperasikan siang atau malam hari. Pengoperasian pada siang hari sering menggunakan rumpon atau payaos sebagai alat bantu pengumpul ikan. Sedangkan alat bantu pengumpul yang sering digunakan di malam hari adalah lampu, umumnya menggunakan lampu petromaks. Rumpon selain berfungsi sebagai alat pengumpul ikan juga berfungsi sebagai penghambat pergerakan atau ruaya ikan, sehingga ikan akan berada lebih lama di sekitar payaos. Rumpon dapat menjaga atau membantu cakalang tetap berada d lokasi pemasangannya selama 340 hari. 2.    Jaring Insang Jaring insang adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah pemberat pada tali ris bawah. Ada beberapa gill net yang mempunyai penguat bawah (srampat/selvedge) terbuat dari saran



sebagai pengganti pemberat. Tinggi jaring insang permukaan 5-15 meter & bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium terbalik, tinggi jaring insang pertengahan 5-10 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang serta tinggi jaring insang dasar 1-3 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium. Bentuk gill net tergantung dari panjang tali ris atas dan bawah. Jaring insang dibagi menjadi beberapa antara lain : a.     Jaring insang hanyut Jaring insang hanyut adalah jenis gill net yang berbentuk empat persegi panjang. Jaring insang hanyut termasuk dalam klasifikasi jaring insang hanyut di permukaan air (surface drift gill net) atau jaring insang hanyut di pertengahan air (midwater drift gill net) dengan panjang tali ris bawah sama dengan atau lebih kecil daripada panjang tali ris atas. Pengoperasiannya dipasang tegak lurus dan dihanyutkan di dalam perairan mengikuti gerakan arus selama jangka waktu tertentu, salah satu ujung unit gill net diikatkan pada perahu/kapal atau kedua ujung gill net dihanyutkan di perairan. Pada perairan umum, jaring insang hanyut digunakan Hasil tangkapan antara lain baung, kepiting, sepat siam, gabus, koan, lukas, mas, mujair, botia, berukung, benteur, bilih, tawes, depik, hampal, jelawat, kendia, lalawak, sili, nilem, parang, repang, salab, semah, seren, betutu, patin jambal, tempe dan lempuk (SISKA, 2010). b.     Jaring insang tetap Jaring insang tetap adalah jaring insang berbentuk empat persegi panjang. Jaring insang tetap dapat dikategorikan dalam klasifikasi jaring insang tetap di dasar air (bottom set gill net), jaring insang tetap di pertengahan air (midwater set gill net) tergantung pada pemasangan gill net di dalam perairan. Tali ris bawah sama dengan atau lebih panjang daripada tali ris atas. Pengoperasiannya dipasang menetap di perairan dengan menggunakan pemberat selama jangka waktu tertentu. Pada perairan umum, jaring insang hanyut digunakan di danau atau waduk (SISKA, 2010). Dalam pengoperasiannya jaring ini bisa dilabuh (diset), lapisan tengah maupun dibawah lapisan atas, tergantung dari panjang tali yang menghubungkan pelampung dengan pemberat (jangkar). Jaring insang labuh ini sama dengan jaring klitik yaitu jaring insang dasar menetap yang sasaran utama penangkapannya adalah udang dan ikan-ikan dasar. Cara pengoperasian jaring insang labuh ini disamping didirikan secara tegak lurus, dapat juga diatur sedemikian rupa yang seakan-akan menutup permukaan dasar atsau dihamparan tepat di atas karang-karang (Genisa. A. S, 1998). 3.    Jaring Lingkar



Jaring insang lingkar adalah jaring insang yang dalam pengoperasiannya dengan cara melingkarkan ke sasaran tertentu yaitu kawanan ikan yang sebelumnya dikumpulkan melalui alat bantu sinar lampu. Setelah kawanan ikan terkurung kemudian dikejutkan dengan suara dengan cara memukul-mukul bagian perahu, karena terkejut ikan-ikan tersebut akan berceraiberai dan akhirnya tersangkut karena melanggar mata jaring (Genisa. A. S, 1998). 4.    Payang Menurut Monintja (1991), jaring pada payang terdiri atas kantong, dua buah sayap, dua tali ris, tali selembar, serta pelampung dan pemberat. Kantong merupakan satu kesatuan yang berbentuk kerucut terpancung, semakin ke arah ujung kantong jumlah mata jaring semakin berkurang dan ukuran mata jaringnya semakin kecil. Ikan hasil tangkapan akan berkumpul di bagian kantong ini, semakin kecil ukuran mata jaaringmaka semakin kecil kemungkinan ikan meloloskan diri.. Keterangan: 1. Tali selembar kanan 2. Tali selembar kiri 3. Pelampung bulat 4. Sayap kanan 5. Sayap kiri 6. Pemberat 7. pelampung 8. Buntut 9. Tal iris atas 10.Tal iris bawah Sayap merupakan lembaran jaring yang disatukan dan berfungsi sebagai penggiring dan pengejut bagi ikan sehingga ikan mengarah ke mulut jaring. Sayap terdiri atas sayap kiri dan sayap kanan, memiliki ukuran mata jaring yang lebih besar dari bagian lainnya (Monintja, 1991). Tali ris ada dua bagian, yaitu tali ris atas dan tali ris bawah. Tali ris atas lebih panjang dan tali ris bawah yang menyebabkan bibir jaring bagian atas lebih menjorok ke dalam. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari ikan meloloskan diri ke bagian bawah perairan. Tali ris berfungsi untuk merentangkan jaring dan merupakan tempat tali pelampung (floats) dan pemberat (sinker). Tali selembar adalah tali yang mengikat ujung sayap kiri dan kanan jaring, berfungsi menghubungkan antara jaring dan kapal/perahu (Subani dan Barus, 1989). 2.5    Pengolahan Ikan Tongkol



Ikan tongkol merupakan salah satu ikan yang termasuk kedalam ikan tuna kecil, yang memiliki badan memanjang, tidak memiliki sisik dan juga mempunyai sirip punggung yang sangat keras. Ikan tongkol ini termasuk kedalam famili scombridae dengan genus euthynnus yang memiliki ukuran yang lumayan besar, dengan panjang sekitar 50-60 cm dan juga berwarna abu-abu serta memiliki daging debal berwarna merah tua.Komposisi kimia ikan tongkol Komponen kimia utam dari daging ikan adalah air, protein dan lemak yang mencapai 98 % dari total berat daging. Selain itu, komponen ini juga sangat mempengaruhi terhadap nilai nutrisi, sifat fungis, kualitas sensori dan stabilitas penyimpanan pada daging.  Kandungan komponen kimia lainnya itu berupa karbohidrat, vitamin dan mineral berkisar 2 % yang sangat memiliki peran penting dalam biokima didalam jaringan ikan yang sudah mati (Sikoski, 1994). Kandungan gizi  ikan tongkol ini berupa kadar air 71.00-76.776 %, protein 21.60-26.30 %, lemak 1.30-2.10 %, mineral 1.20-150 % dan abu 1.45-3.40 %. Secara umum bagian ikan yang dikonsumsi berkiasr antara 45 – 50 %. (Suzuki, 1981). Pengolahan ikan tongkol berawal dari nelayan, nelayan merupakan produsen.yang menyediakan ikan tongkol dan kemudian nelayan menjual komsumen, tetapi kebanyakan nelayan menjual hasil tangkapnya kepada punggawa dengan harga yang ditentukan oleh punggawa dan selanjutnya punggawa tersebut menjual kepada pedagang besar atau pengepul dan selanjutnya pengepul tersebut menjual kepada pedagang kecil , dan pedagang kecil tersebut menjual kepada konsumen akhir dengan harga yang cukup tinggi. Berikut ini merupakan beberapa olahan dari ikan tongkol yang ada di Indonesia pada umumnya: 1.      Abon ikan Tongkol Abon merupakan makanan ringan atau lauk yang siap saji. Produk olahan tersebut sudah lama dikenal oleh masyarakat umum dan bahan dasar pada pembuatan abon tersebut. Kriteria daging yang baik untuk dipakai pada pembuatan abon yaitu memiliki serat yang kasar dan tidak mengandung banyak duri. Jenis ikan yang memiliki kriteria tersebut diantaranya tuna, cakalang, tongkol, dan lain –lain. 2.      Ikan asin Tongkol Ikan asin merupakan hasil olahan dari ikan bentuk segar yang di awetkan dengan cara pemberian garam dalam jumlah tertentu dan di diamkan selama satu malam kemudian keesokanya dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari maupun menggunakan mesin pengering khusus. 3.      Ikan Tongkol asap



Ikan asap adalah ikan yang diawetkan dengan panas dan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu keras yang banyak menghasilkan asap dan lambat terbakar. Asap mengandung senyawa fenol dan formal dehida, masing-masing bersifat bakterisida (membunuh bakteri). Kombinasi kedua senyawa tersebut juga bersifat fungisida (membunuh kapang). Kedua senyawa membentuk lapisan mengkilat pada permukaan ikan. Panas pembakaran juga membunuh mikroba, dan menurunkan kadar air ikan. Pada kadar air rendah bahan lebih sulit dirusak oleh mikroba. Ikan tongkol adalah salah satu ikan yang banyak di olah dengan cara di asap. 4.      Olahan dapur berbahan ikan tongkol Ada banyak olahan dapur berbahan ikan tongkol yang sering di masak. Contohnya: ikan tongkol rica-rica, ikan tongkol bumbu kuning, ikan tongkol pepes, dan masih banyak lagi. Pengelolahan merupakan salah satu untuk meningkatakan harga jual ikan tongkol dalam penjualan .dan serta pengolahan berfungsi untuk menggawet ikan baik dalam pengemasan, maupun dari pengolahan baik usaha ekpor dan di gunakan sebagai kuliner masakan yang mempunyai nilai jual yang tinggi. 2.6    Pemasaran Ikan  Tongkol A.  Bentuk Rantai Pemasaran Rantai



pemasaran



Ikan



Tongkol



(Euthynnus



affinis)



di



Indonesia.



Ikan



Tongkol (Euthynnus affinis) hasil tangkapan nelayan Indonesia langsung dibeli oleh pengecer, dan selanjutnya langsung dijual ke pasar. Rantai yang sederhana ini lebih menguntungkan dalam usaha penangkapan dan pemasaran, karena harga ikan hasil tangkapan dibeli tinggi dan menguntungkan nelayan, sedangkan untuk perantara dalam hal ini pengecer juga dapat menerima keuntungan yang cukup besar karena persaingan harga antara penjual tidak begitu besar. Pemasaran hasil tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) di Indonesia umumnya ada satu rantai, yaitu:



Gambar 3. Bentuk Rantai Pemasaran Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) B.  Margin Pemasaran antar Sekmen pada Rantai Pemasaran dan Grafik Menurut Hanifiah dan Saefuddin (1986), margin pemasaran merupakan istilah untuk menyatakan perbedaan atau selisih harga yang dibayar pada penjual pertama dan harga yang



dibayar oleh pembeli terakhir. Margin pemasaran ditiap lembaga pemasaran dihitung dengan menghitung selisih antara harga jual dan harga beli disetiap tingkat lembaga pemasaran. Pedagang/bakul mereka menyediakan ikan bagi pengolah. Pedagang/bakul ini berperan hanya sebagai perantara tidak menjual langsung kepada konsumen. Adanya selisih margin dikarenakan jarak mengantarkan produk dari pedagang ke pengolah menyebabkan terjadinya keuntungan atau margin. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi adalah volume produksi, harga per kg, dan biaya pemasaran. Tingginya margin ini juga menyebabkan beban yang ditanggung oleh konsumen menjadi lebih besar.   Gambar 4. Grafik  Fluktuasi Harga Beli dari Segmen Rantai Pemasaran dalam Setahun. Berdasarkan grafik diatas harga beli maksimal bakul sebesar Rp.14,000, sedangkan harga minimum sebesar Rp. 9.000, untuk harga beli minimum  pengolah sebesar Rp. 10.000, dan harga maksimum Rp. 15.000, sedangkan untuk harga beli minimum  konsumen sebesar Rp. 16.000, dan harga maksimum Rp. 20.000. Jika jumlah ikan yang didaratkan sedikit, maka harga jual melambung tinggi dan jika jumlah ikan yang didaratkan banyak, maka harga beli menjadi rendah. Kualitas ikan yang baik juga menjadikan harga beli tinggi.  Gambar 5. Grafik Fluktuasi Harga Jual dari Segmen Rantai Pemasaran dalam Setahun. Berdasarkan grafik diatas harga jual maksimal nelayan sebesar Rp.14,000, sedangkan harga minimum sebesar Rp. 9.000, untuk harga jual minimum  bakul sebesar Rp. 10.000, dan harga maximum Rp. 15.000, sedangkan untuk harga jual minimum  pengolah sebesar Rp. 17.000, dan harga maximum Rp. 20.000. Jika jumlah ikan yang didaratkan sedikit, maka harga jual melambung tinggi dan jika jumlah ikan yang didaratkan banyak, maka harga jual menjadi rendah. Kualitas ikan yang baik juga menjadikan harga jual tinggi.



BAB III PENUTUP 3.1    Kesimpulan Ikan tongkol (Euthynnus sp.) adalah jenis ikan pelagis yang merupakan salah satu komoditas utama ekspor Indonesia yang menjadi pemasukan negara. System pengelolaan dari proses penangkapan hingga packing menjadi pengaruh terhadap minat pasar di komoditi ikan tongkol karena untuk pasar ekspor ikan tongkol yang di butuhkan adalah kualitas nomor 1.  Pemanfaatan lokasi perairan yang kurang maksimal di beberapa perairan Indonesia, terutama disebabkan minimnya informasi waktu musim tangkap, daerah penangkapan ikan, disamping kendala teknologi penangkapan baik kapal maupun alat tangkap yang tidak dapat menjangkau lokasi yang jauh, sehingga mengakibatkan tingkat pemanfaat sumberdaya ikan menjadi sangat rendah. 3.2    Saran Di dalam hal ini proses pemanfaatan lingkungan perairan secara berkelajutan serta pembuatan aturan pelarangan penggunaan alat tangkap trowl merupakan kebijakan pemerintah yang sangat baik, untuk proses perkembangan lingkungan perairan yang lebih baik, yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat untuk waktu yang panjang serta mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA https://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_tongkol http://rahmatsophyan.blogspot.co.id/2015/05/ikan-tongkol-klasifikasi-morfologi.html http://mukhtar-api.blogspot.co.id/2010/05/daerah-penangkapan-fishing-ground.html http://jaliadi.blogdetik.com/2011/06/01/teknik-penangkapan-ikan-tongkol-dengan-memakaialat-tangkap-tradisional-di-periran-teluk-meulaboh/ http://panglimalaot.blogspot.co.id/2013/03/musim-penangkapan-ikan-pelagis-besar.html http://www.kompasiana.com/jufryzelyn/makalah-proses-pembuatan-ikanasin_5529cb9df17e613829d623a8 http://kabarinews.com/mengolah-ikan-asap/55286 http://dapuranda.net/resep-cara-membuat-abon-ikan-tongkol-yang-gurih/ https://ikantongkol.wordpress.com/pemasaran/