Makalah VCT & Pict Hiv Kel [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Novi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH Program VCT (Voluntary Counceling and Testing) dan PITC (Provider Initiated Testing and Counceling) Mata Kuliah HIV and Long-Term Desease Dosen Pengajar : Yustan Azidin, Ns., M.Kep



Disusun Oleh: KELOMPOK IV Magfirah Muhammad Humaidi Nikmatullah Ridha Nopriyanti Rara Wahdiana Rosana Aprilia Wijayanti Wulandari



1714201210043 1714201210047 1714201210052 1714201210056 1714201210060 1714201210064 1714201210074



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS TAHUN 2018



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam penulis panjatkan, karena atas rahmat dan karunianya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini berjudul Program VCT (Voluntary Counceling and Testing) dan PITC (Provider Initiated Testing and Counceling). Dengan tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman tentang tahap dan tugas-tugas perkembangan oleh havighurt’s. Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah HIV and Long-Term Deases. Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya profesi keperawatan.



Banjarmasin, Mei 2018



Penyusun



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..............................................................................................



i



DAFTAR ISI.............................................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................... B. Tujuan Makalah ............................................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian VCT dan PITC ............................................................................. B. Tujuan VCT dan PITC ................................................................................... C. Model pelayanan VCT dan PITC .................................................................. D. Kegiatan pelayanan VCT dan PITC .............................................................. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................... B. Saran .............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel CD4+ dan limfosit sehingga menyebabkan kerusakan sel tersebut, akibatnya adalah penurunan sistem kekebalan tubuh manusia. Acquired Immuno Deficiency Syndroms (AIDS) merupakan kumpulan dari penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh virus HIV, bahkan bisa berujung pada kematian. Penyakit HIV&AIDS sampai saat ini belum bisa disembuhkan, tetapi terapi dari HIV&AIDS dapat membantu individu agar tetap mempertahankan imunitasnya. Virus ini dapat ditularkan melalui pemakaian jarum suntik tidak steril secara bergantian, donor darah, hubungan homoseksual maupun heteroseksual, seks dengan berganti-ganti pasangan. Data World Health Organization (WHO) secara global menunjukkan bahwa orang yang hidup dengan HIV sampai akhir tahun 2011 mencapai 34 juta orang dan 1,7 juta orang meninggal



karena AIDS (UNAIDS, 2012). Semakin meningkatnya



penyakit HIV&AIDS di seluruh Negara menyebabkan diperlukannya programprogram khusus untk menahan laju penularannya. Penyakit HIV&AIDS merupakan pandemi yang sedang dialami oleh seluruh negara. Peningkatan epidemi HIV telah terjadi di Indonesia sejak 10 tahun terakhir ini. Penularan terutama terjadi akibat penggunaan jarum suntik bersama pada pengguna narkotika suntikdan hubungan seks. Hasil Pemodelan epidemi di Indonesia memproyeksikan jumlah ODHA usia 15-49 tahun dari 277,700 pada tahun 2008 akan meningkat menjadi 501,400 pada tahun 2014. Hasil tersebut dengan asumsi bahwatidak ada perubahan yang signifikan dari upaya pengendalian HIV dan AIDS pada kurun waktu tersebut. Stigma masyarakat ini perlu di minimalisir karena dapat memojokkan ODHA. Memanusiakan ODHA merupakan salah satu cara meminimalisir perkembangan virus, karena dengan adanya dukungan dari masyarakat, ODHA pun akan melaksanakan pengobatan tanpa harus menghadapi tekanan malu terhadap umum. Salah satu jalan masuk seseorang untuk mengetahui status HIV adalah melalui konseling dan testing HIV, terdapat beberapa macam diantaranya adalah Voluntary Counselling and Testing (VCT) dan Provider-Initiated Testing and Counselling (PITC). Dua layanan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemahaman individu



tentang status dan penyakit HIV&AIDS, dapat meminimalisir stigma dan diskriminasi ODHA, dan mengurangi laju penyebaran penyakit.



B. Tujuan Makalah 1. Tujuan umum Untuk mengetahui dan memahami Program VCT (Voluntary Counceling and Testing) dan PITC (Provider Initiated Testing and Counceling). 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengertian VCT dan PITC b. Untuk mengetahui tujuan VCT dan PITC c. Untuk mengetahui model pelayanan VCT dan PITC d. Untuk mengetahui kegiatan pelayanan VCT dan PITC e. Untuk mengetahui perbedaan antara VCT dan PITC



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Pengertian VCT dan PITC 1. Pengertian VCT Voluntary Counselling and Testing atau yang lebih dikenal dengan VCT HIV & AIDS merupakan salah satu program yang dilaksanakan dalam upaya mencegah penyebaran penyakit HIV & AIDS. Voluntary Counselling and Testing (VCT) merupakan entry point untuk memberikan perawatan, dukungan dan pengobatan bagi ODHA. VCT juga merupakan salah satu model untuk memberikan informasi secara menyeluruh dan dukungan untuk merubah perilaku berisiko serta mencegah penularan HIV/AIDS. (Haruddin, dkk., 2007) Voluntary Counselling and Testing (VCT) adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus antara konselor dan kliennya dengan tujuan mencegah penularan. (Nursalam, 2007) WHO menyatakan bahwa VCT atau CITC (Client-Initiated Testing and Counselling) merupakan pendekatan primer dalam konseling dan tes HIV & AIDS yang ditekankan pada pengkajian dan menejemen dari perilaku beresiko, memberikan pengetahuan tentang isu-isu dan informasi seperti keinginan dan implikasi untuk melakukan tes, dan strategi-strategi untuk mengurangi perilakuperilaku beresiko dengan partisipasi klien secara aktif dating ke pelayanan kesehatan secara sukarela. Konseling dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan tes untuk mendiagnosa HIV & AIDS, jika didapatkan hasil tes positif maka konseling akan mengarah pada perawatan, terapi dan pelayanan pendukung lainnya. 2. Pengertian PITC Walaupun demikian, ternyata VCT dinilai tidak cukup efektif sehingga muncul inisiatif untuk membuat tes HIV “lebih rutin”. Untuk itulah, pada sekitar Agustus 2006, WHO bersama dengan UNAIDS membuat suatu pernyataan kebijakan untuk mempromosikan Provider Initiated HIV Testing and Counseling (PITC) pada fasilitas penyedia layanan kesehatan yang diintegrasikan pada pelayanan tertentu seperti antenatal care dan tuberculosis (WHO, UNAINDS, 2006)



Provider-initiated HIV testing and counseling (PITC) adalah suatu tes HIV dan konseling yang diinisiasii oleh petugas kesehatan kepada pengunjung sarana layanan kesehatan sebagai bagian dari standar pelayanan medis. (Kemenkes RI, 2012)



B. Tujuan VCT dan PITC 1. Tujuan VCT Tujuan utama adalah untuk mendorong orang yang sehat, asymptomatik untuk mengetahui status HIV,sehat,asymptomatik utk mengetahui status HIV sehingga mereka dapat mengurangi tingkat penularannya.. Sebuah strategi kesehatan masyarakat yang efektif, karena orang dapat mengetahui status HIV mereka sementara mereka masih menjalankan perilaku berisiko. Voluntary Counselling and Testing (VCT) berperan dalam memberikan dukungan moral, informasi serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga dan lingkungan. Menurut Nursalam (2007), VCT mempunyai tujuan sebagai berikut : 1) Upaya pencegahan HIV & AIDS 2) Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi/pengetahuan tentang factor-faktor resiko penyebab seseorang terinfeksi HIV & AIDS. 3) Upaya pengembangan perubahan perilaku, sehingga secara dini mengarahkan mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan termasuk akses terapi antiretroviral (ART), serta membantu mengurangi stigma dalam masyarakat. 3. Tujuan PITC Tujuan utama PITC adalah untuk membuat keputusan klinis dan/atau menentukan pelayanan medis khusus yang tidak mungkin dilaksanakan tanpa mengetahui status HIV seseorang seperti misalnya ART. Apabila seseorang yang dating ke fasilitas



layanan



kesehatan menunjukkan adanya tanda atau gejala yang



dmengarah ke penyakit terkait HIV maka tanggung jawab dari petugas kesehatan adalah menawarkan tes HIV dan konseling kepada pasien tersebut sebagai bagian dari tatalaksana klinis. PITC juga bertujuan untuk mengidentifikasi infeksi HIV pada stadium awal yang belum menunjukkan gekjala penyakit yang



jelas



karena penurunan kekebalan.Oleh karena itu kadang-kadang



konseling dan tes HIV juga ditawarkan kepada pasien dengan gejala yang mungkin tidak terkait dengan HIV sekalipun.



C. Model Pelayanan VCT 1. Model Pelayanan VCT Model pelayanan VCT adalah klien mencari pelayanan konseling dan tes HIV & AIDS, dimana klien akan menerima beberapa pelayanan yaitu (WHO, 2006). : 1) Konseling sebelum tes (Pre-Test Counselling), 2) Persetujuan untuk tes HIV & AIDS (Informed Consent), 3) Tes HIV & AIDS (Testing), 4) Konseling pasca tes dengan pembacaan hasil tes (receive HIV test results during a post-test counseling)



2. Model Pelayanan PITC Sedangkan PITC Sesuai dengan Pedoman WHO/UNAIDS, 2006 mengedepankan “3C” 1) Informed consent 2) Counseling 3) Confidentiality



D. Kegiatan VCT dan PITC 1. Kegiatan VCT a. Konseling Pra Tes 1) Kegiatan Penilaian faktor risiko 2) Informasi tentang HIV/AIDS 3) Mendiskusikan keuntungan dan kerugian mengetahui status HIV 4) Mempersiapkan klien untuk mengetahui hasil Tes HIV Informasi pengurangan dampak buruk 5) Rencana memberitahu pasangan bila hasil tes HIV positif (partner noification) b. Tes HIV 1) VCT mensyaratkan tes HIV setelah ada informed consent orang yang akan diperiksa 2) HIV Tes harus selalu merupakan keputusan individual setelah benarbenar memahami informasi



3) Pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya HIV dalam tubuh (melalui antibodi atau antigen atau virus/fraksi virus) dengan metode rapid diagnostic test (RDT) atau EIA (Enzyme Immuno Assay), dilakukan oleh tenaga medis/teknisi



laboratorium/bidan/perawat



terlatih. c. Konseling Pasca Test 1) Mempersiapkan klien untuk menerima dan membuka hasil 2) Menolong klien untuk memahami dan 'cope' dengan hasilnya 3) Memberikan informasi lanjutan 4) Informasi rujukan klien ke layanan lain 5) Konseling pengurangan dampak buruk 6) Mendiskusikan 'partner notification' a. Bila hasil positif 1) Berikan waktu kepada klien untuk mengungkapkan emosinya 2) Yakinkan bahwa klien paham hasil tes 3) Menolong klien 'cope' dengan hasilnya 4) Diskusikan pelayanan komprehensif 5) Konseling lanjutan dan 'partner notification' b. Bila hasil negatif 1) Yakinkan bahwa klien paham hasilnya 2) Menolong klien 'cope' secara emosional 3) Mendiskusikan 'window period' dan testing ulang 4) Diskusikan pengurangan dampak buruk



2. Kegiatan PITC Kegiatan PITC dilakukan atas inisiatif petugas kesehatan yang menganjurkan kepada klien untuk dilakukan tes HIV, rincian kegiatan antara lain : a. Konseling pra test Dilakukan oleh konselor VCT tenaga terlatih kepada klien yang menginginkan dilakukannya pemeriksaan HIV. Materi antara lain : 1) Informasi dasar tentang HIV AIDS 2) Informasi tentang tatacara penularan dan mengurangi faktor resiko HIV



3) Dokumentasi dan diskusi tentang penggunaan kondom dan jarum suntik steril 4) Keuntungan dan isu potensial berkaitan dengan konseling 5) Prosedur tes HIV dan penyampaian hasil tes HIV 6) Informasi rujukan dan dukungan b. Tes HIV Dilakukan pengambilan darah serta pemeriksaan HIV oleh tenaga laborat yang terlatih dan dilakukan inform consent. c. Konseling pasca test Membantu klien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil tes, konselor melakukan : Penjelasan tentang hasil tes, Pembacaan hasil tes, Pemberian informasi selanjutnya, Rujukan ke fasyankes lain apabila diperlukan, Diskusi untuk mengurangi resiko penularan HIV 1) Konseling hasil tes HIV non reaktif Konseling bagi yang hasilnya non reaktif, minimal harus meliputi hal sebagai berikut: a. Penjelasan tentang hasil tesnya, termasuk penjelasan tentang periode jendela, yaitu belum terdeteksinya antibodi HIV dan anjuran untuk menjalani tes kembali ketika terjadi pajanan HIV. b. Informasi dasar tentang caramencegah terjadinya penularan HIV c. Pemberian kondom laki-laki atau perempuan Baik petugas kesehatan maupun pasien selanjutnya membahas dan menilai perlunya rujukan untuk mendapatkan konseling pasca tes lebih mendalam atau dukungan pencegahan lainnya. 2) Konseling hasil test HIV reaktif Secara umum, konseling hasil tes HIV reaktif direkomendasikan untuk dilakukan dengan bahasa yang sederhana dan singkat dan dilanjutkan dengan dialog untuk menangkap keinginan dan perspektif pasien dalam menangani kasus mereka. Bagi pasien dengan tes HIV positif, maka petugas kesehatan menyempaikan hal sebagai berikut : a. Memberikan informasi hasil test HIV kepada pasien secara sederhana dan jelas dan memastikan pasien mengerti tentang arti tes



b. Melakukan pemeriksaan klinis dan lab secara menyeluruh untuk skrining TB, mencari infeksi oportunistik, memberikan pengobatan infeksi



opostunistik



jika



ada,



memberikan



kotrimoksasol



profilaksis c. Memberikan rencana pengobatan ARV dan informasi tempat pelayanan untuk ARV terdekat dengan pasien. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya d. Memulai konseling Pra ART e. Merujuk ke unit lain terkait dengan kebutuhan pasien baik terkait dengan perawatan, pengobatan maupun pencegahan. 3) Konseling pasca tes bagi ibu hami Konseling bagi perempuan hamil dengan HIV reaktif juga harus meliputi masalah berikut : a. Rencana persalinan b. Penggunaan ARV c. Dukungan gizi yang memadai, termasuk pemenuhan kebutuhan zat besi dan asam folat d. Pemberian ARV pada bayi segera setelah lahir, pemberian kotrimoksasol profilaksis, ASI dan makanan bayi e. Rencana tes HIV pada bayi setelah usia 18 bulan dan tindak lanjut lain terkait dengan perawatan dan pengobatan yang mungkin diperlukan f. Test HIV bagi pasangan.



E. Perbedaan VCT dan PITC Tabel 2.1 Perbedaan VCT dan PITC (Bock et al, 2008) No 1.



Perbedaan Klien/pasien



VCT



PITC



Datang ke UPK khusus Datang ke klinik karena TB untuk test HIV, sudah siap atau symptom TB, tidak untuk tes HIV, biasanya selalu siap untuk tes HIV asimptomatik



2.



Provider



Biasanya adalah konselor Petugas



Kesehatan



yang



terlatih, tidak harus petugas sudah dilatih tentang PITC kesehatan di UPK 3.



Tujuan



utama Pencegahan penularan HIV Mendiagnosis HIV untuk



konseling dan tes melalui HIV



pemeriksaan manajemen klinis TB dan



resiko, pengurangan risiko HIV secara tepat dan tes



4.



Pre-tes



Konseling yang berpusat Provider pada klien one on one merekomendasikan sama-sama pentingnya bagi menawarkan klien



untuk



mengetahui semua



tes



pasien



dan pada TB.



hasil HIV positif maupun Penjelasan singkat tentang negative



pentingnya melakukan tes HIV, waktu lebih singkat untuk pasien dengn tes HIV negative focus pada mereka yang hasil tes HIV positif



5.



Follow-up



HIV positif dirujuk untuk Penatalaksanaan mendapatkan medis



dan



klinis



pelayanan antaara provider TV dan pendukung HIV,



dirujuk



untuk



lainnya, tidak memandang pelayanan pendukung yang hasil testnya, klien dapat lain. dirujuk



ke



VCT



untuk



mendapatkan konseling dan dukungan psikologis



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Voluntary Counselling and Testing atau yang lebih dikenal dengan VCT HIV & AIDS merupakan salah satu program yang dilaksanakan dalam upaya mencegah penyebaran penyakit HIV & AIDS. Voluntary Counselling and Testing (VCT) merupakan entry point untuk memberikan perawatan, dukungan dan pengobatan bagi ODHA. VCT juga merupakan salah satu model untuk memberikan informasi secara menyeluruh dan dukungan untuk merubah perilaku berisiko serta mencegah penularan HIV/AIDS. (Haruddin, dkk., 2007). Sedangkan, Provider-initiated HIV testing and counseling (PITC) adalah suatu tes HIV dan konseling yang diinisiasii oleh petugas kesehatan kepada pengunjung sarana layanan kesehatan sebagai bagian dari standar pelayanan medis. (Kemenkes RI, 2011). Kegiatan VCT dan PITC hampir sama yaitu meliputi konseling pra tes, informed concent, tes HIV, dan konseling pasca tes. Tetapi VCT dan PITC memliki perbedaan diantaranya klien VCT datang ke UPK khusus untuk test HIV, sudah siap untuk tes HIV, biasanya asimptomatik, sedangkan klien PITC Datang ke klinik karena TB atau symptom TB, tidak selalu siap untuk tes HIV.



B. Saran Program VCT dan PITC sudah cukup baik namun masih belum optimal dalam pelaksanaannya, mulai dari aspek input, proses maupun output. Diperlukan komitmen dan kerja sama dari berbagai pihak untuk dapat mewujudkan optimalisasi program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yang lebih komprehensif. Diperlukan peran petugas kesehatan yang terlatih dalam penerapan VCT dan PITC secara komprehensif dalam upaya menurunkan angka kesakitan, kematian dan yang lebih penting menurunkan terjadinya penularan HIV/AIDS.



DAFTAR PUSTAKA



Bock, et al. 2008. Provider initiated HIV testing and counseling in TB clinical settings; tools for program implementation. Int J Tuberc Lung Dis. 12 (3): 69-72 Direkorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, 2010 Modul Bagi Peserta Konseling Dan Tes Hiv Atas Inisiasi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jendral.Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak. Jakarta: Kementerian kesehatan RI, 2012 Departemen Kesehatan RI. (2006) Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara Suka Rela (Voluntary Counseling and Testing).Jakarta: Depkes RI Dirjen P2PL. Haruddin,dkk. 2007. Studi Pelaksanaan HIV Voluntary Counseling And Testing (VCT) Di RSUP DR. SarjitoYogyakarta. http//irc.kmpk.ugm.ac.id Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta ;Salemba Medika. UNAIDS, WHO (2006) AIDS Epidemic Update. 2008. Diakses Tanggal 3 Mei 2018 . URL : Http://Www.Who.Int.