Malpresentasi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Elfa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MALPRESENTASI



PHATOFISIOLOGI Oleh : Kelompok 3 MITHA RISTISUARTI KUSUMA (201510104269) BEBY YOHANA OKTA AYUNINGTYAS (201510104270) ELFA RAHMAWATI FITRI (201510104271) ROSITA KHAERINA (201510104272) SY. A’ISYATUN ABIDAH AL-IDRUS (201510104273) NINING NAZRIH (201510104274) ARUM WAHYUNINGTYAS (201510104275) TITI WENNY MULYA (201510104276) SHUFIA AULIA CITRA (201510104277)



PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA T.A 2015/2016



KATA PENGANTAR Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok dengan judul ”Malpresentasi” ini tepat pada waktunya. Terima kasih kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun khususnya serta pembaca pada umumnya.



Yogyakarta, 20 November 2015



Tim Penyusun



DAFTAR ISI



Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. KATA PENGANTAR…………………………………………………… DAFTAR ISI ……………………………………………………………. BAB I PENDAHULUAN…………………………………………… BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... A Pengertian Sistem Gastrointestinal.........................



ii iii 1 3 3



B Fungsi Sistem Pencernaan.....................................



3



C Garis Besar Sistem Pencernaan.............................. D Organ-Organ Sistem Pencernaan...........................



4 6



Patofisiologi Gangguan Sistem Gastrointestinal….



9



E



BAB III PENUTUP....................................................................... A Kesimpulan................................................................ B Saran.........................................................................



40 40 40



BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang



Salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat pada suatu wilayah tertentu adalah angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Semakin meningkatnya AKI dan AKB menunjukkan bahwa semakin meningkat juga masalah kesehatan di suatu wilayah tertentu (Kemenkes RI, 2009).



Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan milenium dengan target 102 per 100.000 KH. Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) masih tetap tinggi bahkan mengalami peningkatan dari 228/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007) menjadi 359/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012) Persentase Penyebab Kematian Ibu Melahirkan menurut Kemenppa (2015) perdarahan 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%, abortus 5%, partus lama / macet 5%, emboli obstetri 3%, komplikasi masa puerpureum 8%, dan penyebab lainnya yaitu 11%. Partus lama / macet juga merupakan penyumbang penyebab angka kematian ibu yang mana disebabkan oleh salah satunya yaitu kelainan presentasi. Presentasi janin dalam keadaan normal adalah Vertex (puncak kepala). Berdasarkan presentasi ini, serviks dapat membuka sampai 10 cm untuk mengakomodasi kepala bayi yang merupakan bagian dengan diameter terbesar pada tubuh bayi. Serviks belum membuka cukup lebar untuk memungkinkan kepala bayi lewat apabila yang pertama kali memasuki panggul bukan kepala. tanpa intervensi medis, kepala bayi dapat tertahan di rongga serviks yang sempit (Saifudin. 2008) Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak presentasi bokong, diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka kejadian presentasi bokong jika dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu dengan multigravida dibanding pada primigravida, sedangkan jika dihubungkan dengan panggul ibu maka angka kejadian presentasi bokong terbanyak adalah pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin yang tidak baik pada PAP. (Rusmiawan. 2012) Presentasi bokong hanya terjadi pada sekitar 3 sampai 4 persen pelahiran bayi tunggal, tetapi mempunyai angka morbiditas dan mortalitas janin yang tinggi. (Cunningham, 2006).



B Tujuan 1 Tujuan umum 2



Untuk menjelaskan tentang malpresentasi janin. Tujuan khusus a Menjelaskan patofisiologi terjadinya malpresentasi janin. b Menjelaskan cara mendiagnosa malpresentasi pada janin. c Menjelaskan penatalaksanaan atau manajemen pada kejadian malpresentasi janin.



C Rumusan Masalah



Berdasarkan latar belakang disimpulkan patofisiologi terjadinya malpresentasi pada janin?”



bahwa



“Bagaimana



Mentolateral Kanan Mentoanterior Mentoposterior Kiri Kiri Kanan Kiri Kanan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA MALPRESENTASI A; Presentasi Wajah



Presentasi ini terjadi ketika sikap kepala mengadopsi salah satu jenis ekstensi sempurna. Presentasi ini bisa primer (terjadi sebelum persalinan) atau sekunder (terjadi selama persalinan). Denominatornya adalah mentum dan diameter presentasinya adalah submentobregmatik (9,5 cm). (Fraser. 2012) Saat sikap kepala adalah ekstensi komplet, oksiput janin akan bersentuhan dengan spina dan wajah akan menjadi bagian presentasi janin. Sebagian besar kasus yang terjadi pada persalinan adalah dari posisi oksipitoposterior (presentasi wajah sekunder). Jarang, presentasi wajah terlihat jelas sebelum persalinan dan mungkin dihubungkan dengan abnormalitas kongenital (presentasi wajah primer). (Medforth. 2012)



1



2



3



Penyebab a; Uterus tertekuk ke samping (oblikuitas / kemiringan anterior) b; Pelvis terkontraksi c; Tali pusat kencang atau kusut / terbelit d; Polihidramnion e; Abnormalitas kongenital (misal: anensefali) f; Kehamilan multipel (Medforth. 2012) Diagnosis Diagnosis di masa antenatal tidak mungkin ditegakkan karena presentasi biasanya terbentuk selama persalinan. (Medforth. 2012) a; Palpasi abdomen 1; Presentasi wajah mungkin sulit didiganosis, terutama jika mentum berada di anterior. 2; Oksiput teraba menonjol, dengan alur di antara kepala dan punggung. 3; Ekstremitas dapat dipalpasi pada sisi yang berlawanan dengan oksiput. 4; Jantung janin terdengar paling jelas pada dada janin di sisi yang sama seperti ekstremitas. Dalam posisi mentoposterior, jantung janin sulit didengar. b; Pemeriksaan vagina 1; Bagian presentasi janin tinggi, lunak, dan tidak beraturan 2; Rabung orbital, mata, hidung, dan mulut dapat teraba. 3; Seiring kemajuan persalinan, wajah mengalami edema, sehingga sulit dibedakan dari presentasi bokong. 4; Hati-hati, jangan sampai melukai atau menginfeksi mata dengan jari pemeriksa. (Fraser. 2012) Mekanisme posisi mentoanterior kiri a; Ekstensi. Penurunan terjadi seiring peningktan ekstensi kepala. Mentum menjadi bagian presentasi paling depan. b; Rotasi internal kepala. Ini terjadi saat dagu mencapai dasar panggul dan berotasi ke depan seperdelapan lingkaran. Dagu keluar dari bawah simfisis pubis. c; Fleksi. Fleksi terjadi saat sinsiput, verteks, dan oksiput menyapu perineum; kepala lahir. d; Restitusi. Ini terjadi ketika dagu berputar seperdelapan lingkaran ke sisi kirir wanita e; Rotasi internal bahu. Bahu memasuki panggul dalam diameter oblik



4



5



kiri dan bahu anterior mencapai dasar panggul pertama kali, lalu berotasi ke depan seperdelapan lingkaran sepanjang sisi kanan panggul. f; Rotasi eksternal kepala. Gerakan ini terjadi secara bersamaan. Dagu bergerak lagi seperdelapan lingkaran ke kiri. g; Fleksi lateral. Bahu anterior keluar dari bawah simfisis pubis, bahu posterior menyapu perineum dan badan dilahirkan dengan gerakan fleksi lateral. (Fraser. 2012) Kemungkinan alur dan hasil akhir persalinan a; Persalinan lama Kondisi ini terjadi karena bagian presentasi janin kurang pas masuk dan tulang wajah tidak mengalami mulase. Tekanan aksis janin diarahkan ke dagu dan kepala ekstensi hampir mendekati sudut-sudut yang tepat terhadpa spina, sehingga diameter yang akan memasuki panggul meningkat. b; Posisi mentoanterior Dengan kontraksi uterus yang baik, kepala akan turun dan berotasi dan persalinan akan mengalami kemajuan sehingga terjadi kelahiran spontan. c; Posisi mentoposterior Jika kepala mengalami ekstensi sempurna dan kontraksi berlangsung efektif, mentum akan berotasi ke depan dan posisi menjadi anterior. d; Posisi mentoposterior persisten Jika kepala ekstensi secara tidak sempurna dan sinsiput mencapai dasar panggul terlebih dahulu dan berotasi seperdelapan lingkaran sehingga dagu masuk ke rongga sakrum, tidak ada mekanisme lanjutan yang memungkinkan dan persalinan menjadi macet. (Fraser. 2012) Manajemen persalinan a; Manajemen persalinan: presentasi wajah 1; Informasikan dokter obstetri 2; Jangan pasang elektroda kulit kepala janin dan hati-hati jangan sampai melukai atau menginfeksi mata selama pemeriksaan vagina 3; Setelah ketuban pecah, pastikan bahwa tidak terjadi prolaps tali pusat 4; Pantau penurunan kepala dengan palpasi abdomen 5; Kaji pembukaan serviks dan penurunan kepala melalui pemeriksaan vagina setiap 2-4 jam. Dalam posisi mentoposterior, catat apakah mentum lebih rendah dari sinsiput. Jika kepala tetap tinggi meskipun kontraksi berlangsung dengan baik, seksio sesarea cenderung dilakukan. b; Kala satu persalinan menjadi kelahiran kepala



6



1; Saat wajah tampak di vulva, pertahankan ekstensi dengan menahan sinsiput dan membiarkan mentum keluar dari bawah simpisis pubis sebelum oksiput dibiarkan menyapu perineum. Dengan cara ini, diameter submentovertikal (11,5 cm), dan bukaan diameter mentovertikal (13,5 cm), yang akan mendistensi orifisium vagina. 2; Karena perineum juga terdistensi oleh diameter biparietal (9,5 cm), episiotomi elektif dapat dilakukan. 3; Jika kepala tidak turun pada kala dua dan berada dalam posisi mentoanterior, dokter obstetri dapat saja melahirkan bayi dengan forsep; ketika rotasi tidak sempurna, atau posisi tetap mentoposterior, pelahiran forsep rotasional memungkinkan untuk dilakukan. 4; Jika kepala mengalami impaksi, atau terdapat dugaan disproporsi, seksio sesarea perlu dilakukan. (Fraser. 2012) Sedangkan menurut Medforth (2012) penatalaksanaan persalinan dan kelahirannya: a; Persalinan sering kali memanjang, bagian presentasi kurang masuk dengan baik sehingga kemajuan persalinan berlangsung secara lambat. b; Kenyamanan maternal dan dukungan sangat penting. c; Komunikasi dan empati karena wanita mungkin menjadi kehilangan semangat dan cemas terhadap kemampuannya. d; Sebelum pelahiran, jelaskan kemungkinan adanya memar pada wajah janin pada orang tua. e; Kenali keterlambatan atau komplikasi di tahap awal. f; Hindari penggunaan elektroda kulit kepala janin. g; Hindari penggunaan oksitosin per IV. h; Pelahiran dapat difasilitasi dengan menopang posisi janin yang berada pada posisi ekstensi dan berikan tekanan lembut pada sinsiput sampai mentum keluar. i; Episiotomi mungkin diindikasikan, sebelum oksiput menyentuh perineum. Komplikasi a; Persalinan macet b; c; d; e; f;



Prolaps tali pusat Memar / edema wajah Hemoragi serebral Trauma perineum dan trauma vagina. Ketuban pecah dini (Fraser. 2012 dan Medforth. 2012)



B; Presentasi Dahi



Pada kondisi ini, kepala janin sebagian mengalami ekstensi, sedangkan tulang frontal, yang dibatasi oleh fontanel anterior dan tabung orbital, berada di pintu atas panggul. Diameter bagian presentasi janin adalah mentovertikal (13,5 cm). (Fraser. 2012) Saat sikap kepala adalah ekstensi sebagian, tulang frontal menjadi bagian presentasi janin. Presentasi dahi lebih jarang terjadi dibandingkan presentasi wajah, terjadi satu dari 1000 kelahiran. Penyebabnya sama seperti pada presentasi wajah. (Medforth. 2012) 1; Penyebab Penyebabnya ini sama seperti pada presentasi wajah sekunder; selama proses ekstensi dari presentasi verteks ke presentasi wajah, dahi akan menjadi bagian presentasi untuk sementara waktu, dan pada beberapa kasus, presentasi dahi ini akan menetap. (Fraser. 2012) 2; Diagnosis Presentasi dahi biasanya tidak terdeteksi sebelum awitan persalinan. a; Palpasi abdomen Letak kepala tinggi, kepala tampak terlalu besar dan tidak turun ke panggul meskipun kontraksi uterus baik. b; Pemeriksaan vagina 1; Bagian presentasi tinggi 2; Fontanel anterior mungkin dirasakan di salah satu sisi panggul, sedangkan rabung orbital, dan kemungkinan pangkal hidung, dirasakan di sisi lain. 3; Kaput suksedaneum yang besar dapat menutupi penanda (hand mark) ini jika wanita tlah memasuki persalinan selama beberapa jam. (Fraser. 2012) 3; Manajemen a; Informasikan dokter obstetri segera jika diduga ada presentasi dahi; kelahiran pervagina sangat jarang terjadi, kecuali wanita memiliki panggul yang besar dan bayi berukuran kecil. b; Jika tidak terdapat bukti gangguan pada janin, wanita mungkin diperbolehkan untuk bersalin dalam waktu singkat untuk mengantisipasi apabila ekstensi kepala yang lebih jauh mengubah presentasi dahi ke presentasi wajah. c; Kadang kala, fleksi spontan dapat terjadi, menyebabkan presentasi verteks. (Fraser. 2012) 4; Komplikasi



Sakroanteriorkanan Sakroposterior Sakrolateral kiri kiri kanan kiri kanan



Komplikasi ini sama seperti komplikasi pada presentasi wajah, kecuali bahwa persalinan macet yang memerlukan seksio sesarea merupakan suatu probabilitas, bukan kemungkinan semata. (Fraser. 2012) C; Presentasi Bokong



Pada presentasi ini, janin berada dalam posisi longitudinal, sedangkan bokong berada di kutub bawah uterus. Terdapat enam posisi presentasi bokong. (Fraser. 2012)



Frank Breech Bokong Presentasi Komplet Kaki Lutut



1; Tipe posisi presentasi bokong 1; Bokong dengan tungkai ekstensi (bokong murni / frank breech)



2; Bokong komplet 3; Bokong kaki 4; Presentasi lutut (Fraser. 2012) 2; Penyebab Sering kali tidak teridentifikasi penyebabnya, tetapi kondisi berikut lebih sering terjadi pada presentasi bokong: 1; Tungkai terekstensi 2; 3; 4; 5; 6;



Persalinan prematur Kehamilan kembar Polihidramnion Hidrosefali Abnormalitas uteri



7; Plasenta previa (Fraser. 2012) 3; Diagnosis Antenatal 1; Pemeriksaan abdomen Palpasi a; Letak longitudinal dengan presentasi lunak, yang lebih mudah dirasakan dengan menggunakan genggaman Pawlik (Pawlik's grip) b; Kepala biasanya dapat dirasakan di fundus sebagai sebuah masaa bundar dan keras yang dapat digerakkan dengan bebas dari punggung dengan ballotement menggunakan satu atau kedua tangan. c; Jika tungkai ekstensi, kaki dapat menghalangi gerakan tersebut. d; Saat bokong berada pada posisi anterior dan janin fleksi, mungkin sulit mencari lokasi kepala, tetapi penggunaan genggaman kombinasi, yaitu memegang kutub atas dan bawah secara bersamaan, dapat membantu penegakkan diagnosis. e; Wanita dapat mengeluhkan ketidaknyamanan di bawah rusuk mereka, terutama di malam hari, karena tekanan kepala janin pada diafragma mereka. Auskultasi a; Saat bokong belum memasuki pintu atas panggul, jantung janin terdengar paling jelas di atas umbilikus. b; Saat tungkai terekstensi, bokong turun ke dalam panggul dengan mudah. Jantung janin kemudian terdengar di bagian yang lebih rendah. Pemeriksaan ultrasonografi Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menunjukkan presentasi bokong Pemeriksaan foto rontgen (sinar x) Meskipun sebagian besar didahului oleh ultrasonografi, pemeriksaan sinar x memiliki keuntungan tambahan, yaitu memungkinkan dilakukannya pelvimetri pada saat yang bersamaan. (Fraser. 2012) 4; Diagnosis selama persalinan a; Pemeriksaan abdomen Presentasi bokong dapat didiagnosis saat ibu masuk rumah sakit untuk menjalani persalinan. b; Pemeriksaan vagina



1; Bokong terasa lebih lunak dan tidak teratur, dan tidak teraba



sutura. 2; Anus dapat teraba dan mekonium segara pada jari pemeriksa biasanya cukup untuk menegakkan diagnosis presentasi bokong. 3; Jika tungkai terkestensi, genitalia eksternal sangat jelan terlihat, tetapi harus dingat bahwa genitalia tersebut mengalami edema. 4; Jika tungkai terba, bidan harus membedakannya dari tangan. Presentasi dapat dikonfirmasi dengan pemindaian ultrasonografi atau sinar x. (Fraser. 2012) 5; Manajemen Antenatal. Jika bidan memperkirakan atau mendeteksi presentasi bokong pada usia kehamilan 36 minggu atau lebih, bidan harus merujuk wanita ke dokter obstetri. Terdapat berbagai opini di kalangan dokter obstetri tentang manajemen presentasi bokonh selama kehamilna, dan keputusan tentang manajemen tersebut biasanya ditunda sampai menjelang cukup bulan. a; Versi sefalik eksternal Versi sefalik eksternal (external version, ECV) adalah upaya manipulasi abdomen ibu secara eksternal untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala / sefalik. ECV dapat dilakukan pada usia kehamilan ukup bulan oleh seorang praktisis terlatih dan berpengalaman dalam prosedur ini, dan hanya boleh dilakukan di unti yang memiliki fasilitas untuk pelahiran gawat darurat. Kontraindikasi ECV terdiri dari : a; Preeklampsia atau hipertensi b; c; d; e; f;



Kehamilan kembar Oligohidramnion Pecah ketuban Janin hidrosefalus Kondisi yang memerlukan pelahiran dengan seksio sesarea. (Fraser. 2012) 6; Presentasi bokong persisten Pada usia gestasi 37 minggu, diskusi tentang pilihan yang tersedia harus dilakukan antara ibu dan praktisi berpengalaman. Selanjutnya, diambil keputusan apakah akan melakukan seksio sesarea elektif atau berupaya melahirkan bayi per vagina. a; Pengkajian untuk kelahiran per vagina



Setiap keraguan tentang kemampuan panggul untuk mengakomodasi kepala janin harus diatasi sebelum bokong lahir dan kepala berupaya memasuki pintu atas panggul. b; Ukuran janin Ukuran janin, terutama berkaitan dengan ukuran tubuh ibu, dapat dikaji saat palpasi abdomen, tetapi akan lebih akurat jika dinilai berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi. c; Kapasitas panggul



7



Kapasitas panggul dapat dinilai pada saat pemeriksaan vagina. Pemeriksaan ini akan menunjukkan bentuk sakrum dan menghasilkan pengukuran diameter anteroposterior yang akurat pada pintu atas panggul, rongga panggul, dan pintu bawag panggul. Pada ibu multigravida, informasi tentang tipe kelahiran dan ukuran bayi sebelumnya jika dibandingkan dengan ukuran janin yang dikandung saat ini dapat turur membantu. (Fraser. 2012) Mekanisme posisi sakroanterior kiri a; Kompaksi. Penurunan terjadi seiring peningkatan kompaksi akibat peningkatan fleksi ekstremitas. b; Rotasi internal bokong. Bokong anterior mencapai dasar p[anggul pertama kali dan berotasi ke depan seperdelapan lingkaran di sepanjang sisi kanan panggul hingga posisinya ada di bawah simfisis pubis. Diameter bitrokanter saat ini berada dalam diameter anteroposterior pintu bawah panggul. c; Fleksi lateral tubuh. Bokong anterior keluar dari simfisis pubis, bokong posterior menyapu perineum dan bokong dilahirkan dengan gerakan fleksi lateral. d; Restitusi bokong. Bokong anteriro berpindah sedikit ke sisi kanan ibu. e; Rotasi internal bahu. Bahu memasuki panggul pada diameter oblik yang sama seperti bokonh, yakni oblik kiri. Bahu anterior berotasi ke depan seperdelapan lingkaran di sepanjang sisi kanan panggul dan keluar dari bawah simfisis pubis, bahu posterior menyapu perineum dan bahu dilahirkan. f; Rotasi internal kepala. Kepala memasuki panggul sedemikian rupa sehingga sutura sagitalis berada di diameter transversal pintu atas panggul. Oksiput berotasi ke depan di sepanjang sisi kriri dan area suboksipital (tengkuk leher), menempati permukaan bawah simfisis pubis.



8



g; Rotasi eksternal tubuh. Pada saat yang sama, tubuh berputar sehingga punggung menjadi bagian teratas janin. h; Kelahiran kepalas. Dagu, wajah, dan sinsiput menyapu perineum dan kepala dilahirkan dalam sikap fleksi. (Fraser. 2012) Manajemen persalinan Wanita harus melihat kelahiran per vagina sebagai suatu norma (standar) untuk kasus presentasi bokong selama tidak ada komplikasi, meskipun harus diperjelas bahwa pelahiran mungkin saja dilakukan dengan skdio sesarea. (Fraser. 2012) Pengkajian cermat harus dilakukan di awal persalinan dan manajemen persalinan yang telah diantisispasi harus ditinjau kembali. Konsulen obstetri harus diberi informasi tentang rpesentasi bokong dalam persalinan. (Fraser. 2012) Kala satu persalinan  Perawatan dasar selama tahap ini sama seperti pada persalinan normal 



Air ketuban yang tercampur mekonium ditemukan akibat kompresi abdomen janin dan tidka selalu menunjukkan tanda-tanda penurunan kondisi janin.  Pemeriksaan vagina harus dilakukan untuk memastikan bahwa tidak terjadi prolaps tali pusat segera setelah ketuban pecah. Jika ketuban tidak pecah secara spontan pada tahap awal, membiarkannya tetap utuh dianggap lebih aman sampai persalinan terjadi, dan bokong berada setinggi spina iskiadika. Kala dua persalinan  Pembukaan lengkap serviks harus selalu dikonfirmasi melalui pemeriksaan vagina sebelum, wanita mulai mengejan secara aktif.    



Di rumah sakit, informasikan dokter obstetri tentang awitan kala dua Dokter pediatrik harus hadir saat kelahiran Informasikan pula dokter anestesi untuk berjaga-jaga seandainya dibutuhkan anestesi umum. Mengejan aktif dimulai saat bokong mendistensi vulva. Kegagalan bokong untuk turun ke perineum pada kala dua, meskipun kontraksi



a; Tipe kelahiran per vagina 1; Kelahiran bokong spontan. Kelahiran terjadi dengan sedikit



bantuan dari penolong kelahiran. 2; Kelahiran bokong dibantu. Bokong dilahirkan secara spontan, tetapi sedikit bantuan dibutuhkan untuk melahirkan tungkai atau lengan yang terekstensi dan juga kepala.



3; Ekstraksi bokong. Tipe ini adalah pelahiran manipulatif yang dilakukan oleh seorang doker obstetri dan bertujuan mempercepat pelahiran dalam situasi darurat, seperti penurunan kondisi janin. (Fraser. 2012) b; Manajemen kelahiran bokong 1; Saat bokong mendistensi perineum, wanita berada dalam posisi tegak atau dalam posisi litotomi. Kandung kemih harus kosong dan biasanya dilakukan kateterisasi pada tahap ini. Jika analgesia epidural tidak sedang digunakan, suntikkan sampai dengan 10 ml lidokain 0,5% murni ke perineum jika episiotomi akan dilakukan. (Bius pudential trekadang digunakan oleh dokter obstetri.) 2; Bokong dilahirkan secara spontan 3; Jika tungkai fleksi, kaki tidak engage di vulva dan bayi lahir sejauh umbilikus. 4; Gelungan tali pusat dapat di tarik turun secara perlahan untuk mencegah traksi pada umbilikus. 5; Bidan harus merasakan siku, yang biasanya terdapat di dada. Jika demikian lengan akan keluar pada kontraksi berikutnya. Jika lengan tidak terva, berarti legan berda dalam posisi ekstensi. (Fraser. 2012) c; Kelahiran bahu. 1; Bahu harus berotasi ke diameter anteroposterior pintu bawah panggul. (ada baiknya) membungkus handuk kecil ke sekeliling pinggul bayi, yang mempertahankan kehangatan dan memudahkan pegangan pada kulit yang licin). 2; Pegang bayi pada krista ilikanya, dengan posisi kedua ibu jari sejajar di atas sakrum dan miringkan tubuh bayi ke arah sakrum ibu untuk membebaskan bahu anterior. 3; Saat bahu anteriror telah bebas, bokong diangkat menuju abdomen ibu agar bahu posterior dan lengan dapat melewati perineum. 4; Kepala memasuki pintu atas panggul dan turun melalui pelvis sedemikian rupa sehingga sutura sagitalis berada di diameter transversal. 5; Punggung harus tetap miring sampai hal ini terjadi, tetapi setelah itu punggung akan menajdi bagian paling atas. Jika punggung berputar ke atas terlalu cepat, diameter anteroposterior kepala akan memasuki diameter anteroposterior pintu atas panggul dan mengalami ekstensi. Bahu kemudian dapat mengalami impkasi di pintus bawah panggul dan ekstensi kepala dapat menyebabkan kesulitan.



(Fraser. 2012) d; Kelahiran kepala 1; Saat punggung berbailk, bayi dibiarkan tergantung dari vulva tanpa ditopang. 2; Berat bdan bayi membawa kepala ke dasar panggul, tempat oksiput berotasi ke depan. Sutura sagitalis kini berada dalam diameter anteroposterior pintus bawah panggul. 3; Jika rotasi kepala gagal terjadi, dua jari harus diletkakkan pada tulang malar (pipi) dan kepala bayi diputar. 4; Bayi dapat dibiarkan tergantung selama 1 atau 2 menit. 5; Secara bertahap leher akan memanjang, garis batas rambut terlihat dan regio suboksipital dapat dirasakan. (Fraser. 2012) Kelahiran kepala yang terkontrol penting untuk mencegah perubahan tekanan intrakanial yang mendadak dan hemoragi serebral yang terjadi kemudian. Terdapat tiga metode : 1; Pelahiran dengan forsep. Sebagian besar kelahiran bokong dilakukan / dibantu oleh dokter obstetri, yang akan menggunakan forsep untuk mengeluarkan kepala yang muncul belakangan sehingga pelahiran dapat terkontrol. 2; Metode Burns Marshall (jika kepala fleksi) a; Berdiri di depan ibu dan dengan menggunakan tangan kiri, pegang pergelangan kaki bayi dari belakang dengan mosisikan jari telunjuk di antara kedua pergelangan kaki. b; Bayi diupayakan tetap teregang dengan traksi yang memadai agar leher tidak tertekuk ke belakang dan mengalami fraktur. c; Regio suboksipital, dan bukan leher, harus menjadi poros perputaran di bawah apeks arkus pubis. Jika tidak, medula spinalis akan remuk. d; Kedua kaki diangkat dengan sudut lengkung 180 derajat sampai mulut dan hidung bebas di vulva. e; Tangan kanan dapat menjaga perineum agar kepala tidak keluar secara mendadak. Ibu harus diminta untuk bernapas secara teratur dan bebas sehingga kubah tengkorak dapat keluar secara bertahap.



Metode Burns Marshall melahirkan kepala yang muncul belakangan pada presentasi bokong.



B A



Kedua kaki bayi dipegang dan tubuh dibiarkan terenggang. Mulut dan hidung bebas. Kubah kepala dilahirkan secara perlahan



3; 3; 3; Perasat Mauriceau-Semmie-Veit (fleksi rahang dan traksi bahu). Perasat ini terutama digunakan jika terjadi keterlambatan penurunan kepala karena ekstensi. a; Posisi bayi mengangkangi lengan kanan penolong dan telapak tangan menopang dada. Dua jari diletakkan pada tulang malar (pipi). b; Dua jari tangan kiri dibuat kait untuk memegang bahu, sedangkan jari tengah mendorong oksiput untuk membantu fleksi. c; Traksi diberikan untuk menarik kepala keluar dari vagina dan saat regio suboksipital tampak, tubuh diangkat untuk membantu kepala berputar ke sekeliling simfisis pubis. d; Kecepatan pelahiran kepala harus dikontrol sehingga kepala tidak keluar secara mendadak. e; Pemberian obat uterotonika ditunda sampai kepala lahir. (Fraser. 2012) e; Pelahiran tungkai yang terekstensi 1; Keterlambatan dapat terjadi di pintu bawah panggul karena tungkai membelat tubuh dan menghambat fleksi lateral tulang belakang. 2; Saat fosa popliteal tampak di vulva, dua jari diletakkan di sepanjang salah satu paha bayi dan ujung jari diletakkan di fosa. 3; Tungkai disapu ke sisi abdomen (mengabduksikan pinggul) dan lutut difleksikan dengan memberikan tekann pada permukaan



Membantu pelahiran tungkai yang terekstensi dengan memberikan tekanan pada fosa popliteal



bawahnya. Saat gerakan ini dilanjutkan, bagian bawah tungkai akan menyembul dari vagina. 4; Ulangi untuk melahirkan tungkai kedua. Lutut adalah sebuah sendi engsel, yang hanya dapat ditekuk ke satu arah. Jika lutut ditarik ke depan dari abdomen, cedera berat pada sendi dapat terjadi. (Fraser. 2012)



f;



Pelahiran lengan yang terekstensi Lengan yang terekstensi didiagnosis ketika siku tidak teraba di dada setelah umbilikus lahir. Kondisi ini diatasi dengan menggunakan perasat Lovset. Perasat ini adalah kombinasi rotasi dan traksi ke bawah untuk melahirkan lengan, apa pun posisinya. Arah rotasi harus selalu membawa punggung menjadi bagian teratas dan lengan dilahirkan dari bawah arkus pubis. 1; Saat umbilikus lahir dan bahi berada dalam diameter anteroposterior, pegang bayi di bagian krista iliakanya dengan memosisikan ibu ajri di atas sakrum. 2; Traksi ke bawah diberikan sampai aksila trelihat. 3; pertahankan traksi ke bawah, tubuh dirotasikan sejauh setengah lingkaran 180 derajat, dimulai dengan memutar punggung ke posisi paling atas. Friksi lengan posterior terhadap tulang pubis saat bahu berpindah ke bagian anterior menyapu lengan di depan wajah. Pergerakan ini memungkinkan bahu memasuki panggul dalam diameter transversal. 4; Dua jari pertama yang berada di sisi yang sama dengan punggung bayi di gungakan untuk memebelat humerus dan menariknya ke dada saat siku fleksi. 5; Tubuh kini berotasi kembali ke arah sebaliknya dan lengan kedua dilahirkan dengan cara serupa. (Fraser. 2012)



Pegangan yang benar untuk perasat Lovset



Perasat Lovset untuk pelahiran lengan yang terekstensi



A B C E G H F D



D



g; Kelahiran kepala 1; Kepala ekstensi. Jika, saat tubuh dibiarkan menggantung, leher dan



garis rambut tidak terlihat, kemungkinan kepala mengalami ekstensi. Ini dapat diatasi dengan penggunaan forsep atau perasat Mauriceau-Semmie-Veit.



9



2; Rotasi posterior oksiput. Malrotasi kepala ini jarang terjadi dan biasnya terjadi akibat kesalahan manjemen. Untuk melahirakn kepala pada oksiput posteriornya, dagu dan wajah dibiarkan melewati bagian bawah simfisis pubis sejauh pangkal hidung, dn bayi kemudian diangkat ke arah abdomen ibu sehingga oksiput dapat menyapu perineum. (Fraser. 2012) Komplikasi Terlepas dari kesulitan yang telah disebutkan, kompplikasi lain dapat muncul, yang sebagian besar akan mengganggu jani. Banyak di antaranya dapat dicegah dengan hanya mengizinkan seorang operator berpengalaman, atau peserta didik yang diawasi dengan ketat, untuk melahirkan bayi dengan: a; Impkasi bokong b; Prolaps tali pusat c; Cedera lahir: 1; kerusakan jaringan superfisial 2; fraktur humerus, klavikula, atau femur atau diskolaksi bahu atau pinggul 3; palsi Erbs 4; trauma pada organ internal 5; kerusakan pada adrenal 6; kerusakan medula spinalis atasu frakturtulang belakang 7; hemoragi intraknanial 8; hipoksia janin 9; pelepasan plasenta secara prematur 10; trauma maternal Komplikasi maternal akibat pelahiran bokong sama seperti ditemukan dalam pelahiran vagina operatif lain. (Fraser. 2012)



D; Presentasi Bahu



Saat letak aksis panjang janin bersilangan dengan aksis panjang uterus (letak transversal), bahu kemungkinan besar menjadi bagian presentasi. Terkadang letaknya miring, tetapi kondisi ini tidak menetap, karena kontraksi uterus selama persalinan akan mengubahnya menjadi letak longitudinal atau



transversal. Sebelum mencapai cukup-bulan, letak transversal atau oblik dapat merupakan letak transisional. (Fraser. 2012) 1; Penyebab. Maternal a; Kelemahan otot abdomen dan uterus b; Abnormalitas uterus c; Panggul kontraksi Janin d; Kehamilan prematur e; Keamilan kembar f; Polihidramnion g; Janin mengalamai maserasi h; Plasenta previa (Fraser. 2012) 2; Diagnosis a; Antenatal Palpasi abdomen 1; Uterus tampak besar dan tinggi fundus kurang dari yang diperkirakan berdasarkan periode gestasi. 2; Pada palpasi panggul dan fundus, tidak teraba kepala ataupun bokong. Kepala yang dapat digerakkan dietmukan di salah satu sisi abdomen dan bokong sedikit lebih tinggi dibandingkan kepala. Ultrasonografi Pemindaian ultrasonografi dapat digunakan untuk memastikan letak dan presentasinya. b; Intrapartum Palpasi abdomen 1; Temuan seperti di atas, tetapi ketika ketuban telah pecah, gambaran uterus yang tidak teratur menajdi semakin jelas. 2; Jika uterus berkontraksi dengan kuat dan membungkus janin dengan ketat, palpasi sangat sulit dilakukan. 3; Panggul tidak lagi kosong, bahu terjepit ke dalamnya. Pemeriksaan dalam 1; Pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan tanpa terlebih dahulu memastikan bahwa tidka terdapat plasenta previa. 2; Pada persalinan awal, bagian presentasi mungkin tidak teraba. 3; Ketuban biasanya pecah sejak dini 4; Jika persalinan telah berjalan selama beberapa waktu, bahu



dapat terba speerti sebuah massa yang bentuknya tidka teratur. 5; Kadang kala rusuk dapat dipalpasi, karakteristiknya yang berpola seperti kisi-ksiis dapat dijadikan pemeriksaan diagnostic 6; Ketika bahu memasuki pintu atas panggul, lengan dapat mengalami prolaps, bagian ini harus dibedakan dari tungkai. (Fraser. 2012) 3; Manajemen a; Antenatal Penyebabnya harus dicari sebelum meutuskan serangkaian manjemen. Setelah dipastikan tidak ada plasenta previa atau abnormalitas, ECV dapat diupayakan. Jika ECV gagal, atau jika janin kembali ke letak transversal pada kunjungan antenatal selanjutnya, ibu dirawat di rumah sakit sambil tetap dilakukan pengkajian lanjutan tentang penyebab kondisi tersbeut. Ibu seringkali tetap berada di rumah sakit sampai melahirkan karena terdapat risiko prolaps tali pusat jika terjadi pecah ketuban. (Fraser. 2012) b; Intrapartum Jika letak transversal terdeteksi di awal persalinan, sedangkan ketuban tetap utuh, dokter obstetri atau profesional kesehatan yang kompeten dapat mengupayakan ECV, dan jika ini berhasil, dilanjutkan dengan pecah ketuban terkontrol. Jika terjadi pecah ketuban spontan, pemeriksaan vagina harus segera dilakukan untuk menyingkirkan dugaan prolaps tali pusat. Seksio sesarea segera harus dilakukan: 1; jika tali pusat mengalami prolaps 2; jika ketuban sudah pecah 3; jika ECV tidak berhasil 4; jika persalinan telah mengalami kemajuan selama beberapa jam (Fraser. 2012) 4; Komplikasi a; Prolaps tali pusat b; Prolaps lengan c; Impaksi presentasi bahu yang menyebabkan persalinan macet, uterus mengalami ruptur, dan bayi lahir mati. (Fraser. 2012)



BAB III PENUTUP A; Kesimpulan B; Saran



DAFTAR PUSTAKA Fraser, D. Cooper, M. 2012. Buku Saku Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Medforth, J. Battersby, S. Dkk. 2012. Kebidanan Oxford dari Bidan untuk Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Rusmiawan. 2012. http://eprints.ums.ac.id/20392/2/BAB_I.pdf. Diakses 20 November 2015 pukul 19.00 Saifudin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Edisi ke-4, Cetakan ke-1. Jakarta : PT Bina Pustaka



Kemenppa. 2015. Angka Kematian Ibu Melahirkan. http://kemenpppa.go.id/phocadownload/Angka%20Kematian%20Ibu %20Melahirkan.pdf diakses 20 November 2015 pukul 19:14