15 0 2 MB
Dr. Yulius Mataputun, M.Pd., Kons.
i
KATALOG DALAM TERBITAN (KDT) MANAJEMEN PENDIDIKAN Copyright @ Penulis : Dr. Yulius Mataputun, M.Pd., Kons., Hak Cipta© 2020, pada penulis
Editor : Hanif Asyhar, M. Pd Layout : Tim Ismaya Publishing Cover Design : Tim Ismaya Publishing Penerbit dan Pemasaran ISMAYA PUBLISHING Jl. Katu no. 26 Kepanjen Malang 65163 Perum Grand Alam Jingga Blok B-9 Merjosari Lowokwaru Kota Malang 65144 Telp/Fax : (0341-392302) 085230562464 / 081334279049 E-mail: [email protected], www.ismayaberkah.com i-vi, 1-204 halaman, 14.5 x 20 cm Cetakan pertama, Desember 2020
ISBN : 978-602-0761-71-8 Sangsi Pelanggaran Pasal 27 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak cipta (1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). (2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
ii
KATA PENGANTAR SEBAGAI usaha dalam mempersiapkan mutu lulusan yang berdaya saing global di lingkungan LPTK khususnya pada Program Manajemen Pendidikan yang memiliki visi dan basis tata kelola institusi/satuan pendidikan yang profesional, maka buku ini sebagai salah satu referensi utama yang memberi wawasan keilmuan mendasar dan bernilai guna bagi banyak orang terutama dalam rangka proses pembentukan calon dan/ atau manajer, supervesor, asesor, dan konsultan pendidikan sesuai kebutuhan pengguna. Atas dasar itu, buku ini, mengkaji tentang konsep dasar manajemen dan pendidikan, perkembangan teori manajemen, manajemen
komponen
sekolah,
dan
peranan
manajer
dalam lembaga pendidikan. Proses penyusunan buku ini lebih cenderung mengkompilasi sejumlah literatur relevan, berdasarkan hasil pengamatan, praktik-praktik baik, regulasi pendidikan, dan hasil riset jurnal pendidikan baik dilakukan penulis maupun rekan sejawat. Penulis menyadari bahwa dalam buku ini masih memiliki berbagai keterbatasan, baik dari isinya, masalah tehnis, terlebih mutuhnya. Namun demikian setidaknya kehadiran buku ini, dapat mempermudah dalam memahami, memperluas dan memperkaya pengetahuan yang berkaitan dengan administrasi/ manajemen, pendidikan, dan ilmu pengetahuan lainnya yang
iii
diperlukan bagi masyarakat luas, kaum akademisi, praktisi, dan profesioal. Sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan yang tidak akan pernah selesai, demikian juga buku ini nantinya akan memerlukan revisi. Untuk saran-saran perbaikan dapat disampaikan kepada penulis: d/a Gang Deho II/37 Perumnas 3 Waena Kota Jayapura Provinsi Papua dengan Nomor HP/ Email: 081249153464/081332858597/liusmataputun@yahoo. co.id Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Jayapura, November 2020 Penulis
Yulius Mataputun
iv
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................... iii DAFTAR ISI ....................................................................... v DAFTAR TABEL................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ............................................................ vii BAB I : KONSEP DASAR ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ........................ A. Pendahuluan ........................................................ B. Pengertian Adminisitrasi & Manajemen............... C. Perbedaan dan Persamaan Administrasi dengan Manajemen .......................................................... D. Pengertian Pendidikan ......................................... E. Konsep Manajemen Pendidikan ..........................
1 1 8 16 29 38
BAB II : PERKEMBANGAN TEORI-TEORI MANAJEMEN................................................... 51 A. Pendahuluan ......................................................... 51 B. Perkembangan Teori Manajemen ......................... 55 BAB III : MANAJEMEN KOMPONEN SEKOLAH.... 80 A. Pendahuluan ........................................................ 80 B. Manajemen Komponen Sekolah........................... 82 BAB IV : PERANAN MANAJER DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN .................................................. 153 A. Pendahuluan.......................................................... 153 B. Tugas dan Fungsi Manajemen Pendidikan........... 156 C. Tugas Telaah Masalah Bagi Manajer ................... 170 D. Tingkatan Manajemen.......................................... 190 v
DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 198 DAFTAR TABEL Tabel: 2.1 Empat Belas Prinsip Fayol............................. 62 Tabel: 2.2 Contoh Grantt Chart...................................... 67 DAFTAR GAMBAR Gambar : 2.1 Robert Owen............................................... 56 Gambar : 2.2 Charles Babbage ........................................ 58 Gambar : 2.3 Henry Fayol................................................. 59 Gambar : 2.4 Fredrick Wihslow Taylor............................. 65 Gambar : 2.5 Henry Laurance Grantt................................ 66 Gambar : 2.6 Douglas MC Gregor.................................... 68 Gambar : 2.7 Abraham Maslow........................................ 70 Gambar : 2.8 Khierarki Kebutuhan Maslow..................... 71 Gambar : 2.9 George R. terry............................................ 74 Gambar : 2.10 Fredrick Herzbeng....................................... 77 Gambar : 2.11 William Edwards Deming........................... 78 Gambar : 4.1 Suasana Rapat yang Demokratis Partisipatif .................................................. 167 Gambar: 4.2 Suasana Lembaga Bermasalah.................... 172
vi
BAB I I BAB BAB I
KONSEP DASAR KONSEP DASAR MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN
A. Pendahuluan A. Pendahuluan KEBERHASILAN sekolah dalam melaksanakan fungsi KEBERHASILAN sekolah dalam melaksanakan fungsi kependidikannya perlu didukung dengan manajemen kependidikannya perlu didukung dengan manajemen yang baik. Indikator manajemen sekolah yang baik yang baik. Indikator manajemen sekolah yang baik dapat dilihat dari budaya kerja sekolah dengan suasana dapat dilihat dari budaya kerja sekolah dengan suasana dan iklim kerja positif dan inovatif. Demikian pula dan iklim kerja positif dan inovatif. Demikian pula penataan fisik dan administrasi atau ketatalaksanaan penataan fisik dan administrasi atau ketatalaksanaan sekolah dengan baik dan memberi kontribusi yang sekolah dengan baik dan memberi kontribusi yang berarti bagi kualitas sekolah dan lulusan. berarti bagi kualitas sekolah dan lulusan. Manajemen sekolah yang profesional dan berdaya Manajemen sekolah yang profesional dan berdaya saing global, menjadi impian setiap institusi dan satuan saing global, menjadi impian setiap institusi dan satuan pendidikan bahkan para pemangku kepentingan. Karena pendidikan bahkan para pemangku kepentingan. Karena kualitas sekolah sangat berpengaruh terhadap animo kualitas sekolah sangat berpengaruh terhadap animo masyarakat untuk meyekolahkan anak-anaknya pada masyarakat untuk meyekolahkan anak-anaknya pada institusi dan/atau satuan pendidikan tertentu. institusi dan/atau satuan pendidikan tertentu. Dalam upaya mencapai apa yang dikemukakan di Dalam upaya mencapai apa yang dikemukakan di atas, maka setiap manajer perlu memahami dan atas, maka setiap manajer perlu memahami dan MANAJEMEN PENDIDIKAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
1 1
1
menguasai konsep dan praktik-praktik baik manajemen pendidikan. Pemahaman dan penguasaan kemampuan tersebut sangat diperlukan agar para manajer memiliki visi, dan basis tata kelola pendidikan bermutu untuk pendidikan bermutu. Keberhasilan
suatu
lembaga
pendidikan
berhubungan dengan menajemen yang diterapkan, sebagai pemaknaan yang universal dari manajemen sebagai seni dan ilmu dalam melaksanakan fungsi Perencanaan,
Pengorganisasian,
Pengendalian
(P4).
Dengan
Pengarahan, demikian,
dan makna
manajemen pendidikan adalah suatu proses secara terusmenerus yang dilakukan oleh organisasi pendidikan melalui
fungsionalisasi
fungsi-fungsi
menajemen
tersebut, yang di dalamnya terdapat upaya saling mempengaruhi,
saling
mengarahkan,
dan
saling
mengawasi, sehingga seluruh aktivitas dan kinerja organisasi tercapai sesuai tujuan diharapkan bersama. Berdasarkan berbagai pemikiran di atas, maka dapat dikatakan bahwa studi tentang manajemen pendidikan sangat penting dengan berbagai argumen dan/atau alasan mendasar, seperti dikatakan Akdon (2009) yaitu: MANAJEMEN PENDIDIKAN 2
2
1. Pengelolaan lembaga pendidikan merupakan bagian dari upaya mencapai tujuan pendidikan; 2. Pelaksanaan kepemimpinan dalam kependidikan merupakan upaya mengintegrasikan aktivitas pendidikan
agar
seluruh
kegiatan
dapat
dikendalikan dengan baik; 3. Pengembangan profesionalitas merupakan bagian dari proses pengembangan sumber daya manusia yang akan mendorong laju perkembangan dan pertumbuhan pendidikan yang lebih optimal dan berhasil guna bagi seluruh civitas pendidikan; 4. Kerjasama
antar
lingkungan
pendidikan
merupakan proses mempermuda tercapainya tujuan pendidikan; 5. Pemusatan kinerja dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar merupakan strategi untuk meraih target pendidikan bagi seluruh anak didik; 6. Pengawasaan dan evaluasi pendidikan akan memberikan
gambaran
pendidikan,
sehingga
tentang keberhasilan dapat
dirumuskan
perencanaan yang baik di masa depan. MANAJEMEN PENDIDIKAN
3 3
Pandangan yang relatif sama seperti dikemukakan Hasibuan, (2007) bahwa pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas baik fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian, sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Karena itu manusia perlu berbagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab.
Sudah pasti dalam pembagian
pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab tersebut secara langsung dan/atau tidak langsung ada kerjasama dalam suatu ikatan kemitraan yang saling menguntungkan. Selain itu manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna, hasil guna dan semua potensi individu dan organisasi berkembang. Dengan manajemen yang baik diharapkan akan memperkecil pemborosan-pemborosan baik dari segi pemanfaatan sumber daya maupun dari sisi waktu dan yang sejenisnya. Ditinjau dari perspektik tanggug jawab pekerjaan, pentingnya
manajemen,
karena
adanya
jenis-jenis
pekerjaan dalam suatu institusi/organisasi ada yang mudah dan yang sukar dikerjakan secara perorangan. Karena itu diperlukan beberapa orang untuk bekerjasama antara
personal lembaga yang akan memudahkan
pelaksanaaan
kegiatan
yang
semula
sangat
MANAJEMEN PENDIDIKAN 4
sulit 4
dilaksanakan sendiri, jadilah mudah dan berhasil, karena setiap
orang
telah
ditetapkan
tugas-tugas
dan
kewajibannya sesuai profesi dan keahliannya masingmasing. Misalnya seorang kepala sekolah akan membagi tugas untuk guru fisika akan mengajar fisika, bukan mata pelajaran lain, seperti kimia. Sekalipun bidang fisika dan bidang kimia masih ada dalam satu rumpun ilmu MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), namun dalam banyak hal substansinya berbeda, apalagi bidang rumpun ilmu lain seperti bahasa dan IPS. Paradigma di atas, memberikan penekanan bahwa seorang manajer profesional, akan memberikan tugas sesuai latar belakang akademik dan sejumlah kompetensi lainya yang menyerta guru tersebut. Itu berarti seorang manajer sebelum membagi tugas habis bagi guru, terlebih dahulu melakukan kajian tentang analisis kebutuhan dan jabatan Sumber Daya Manusia (SDM) serta sumber daya lingkunganya yang akan dimanfaatkan untuk efisiensi dan efektivitas pengelolaan organisasi. Hasil kajian tersebut akan berimplikasi terhadap perencanaan dan pemberdayaan sumber daya organisasi secara profesional. MANAJEMEN PENDIDIKAN
5 5
Seiring dengan perkembangan di era revolusi industri 4.0, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan selain yang telah disebutkan di atas, juga alasan mendasar
pentingnya
pembenahan
manajemen
pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator berikut ini. 1. Adanya lembaga
pergeseran
paradigma,
pendidikan,
memandang
yaitu
lembaga
tata
kelola
pada
awalnya
pendidikan
sebagai
lembaga sosial dan kini bergeser menjadi suatu lahan “bisnis“ dalam arti yang luas yang mengindikasikan
perlunya
perubahan
pengelolaan; 2. Perubahan pengelolaan harus seirama dengan tuntutan zaman, situasi, kondisi dan tuntutan era reformasi, yang akan membawa konsekuensi kepada pengelolaan pendidikan untuk melihat kebutuhan kehidupan di masa depan; 3. Rendahnya daya saing SDM Indonesia di pasar global menyimpan suatu pertanyaan apa yang harus dibenahi dengan pendidikan kita?, salah satunya adalah tata kelolanya; dan MANAJEMEN PENDIDIKAN 6
6
4. Rendahnya kompetensi manajemen di lembaga pendidikan / satuan pendidikan, antara lain disebabkan karena masih banyak manajer yang tidak memiliki latar belakang ilmu pendidikan dan/atau
berkualifikasi
akademik
minimal
Sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) bahkan disarankan telah menempuh program S2 dan S3 kependidikan / manajemen pendidikan yang memiliki
legalitas
Perguruan
Tinggi
dari
Badan
(BAN-PT).
Akreditasi Selain
itu
pengangkatan kepala sekolah yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku seperti yang telah diamanatkan dalam Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 ditegaskan bahwa
calon kepala
sekolah harus lulus Pelatihan Calon Kepala Sekolah,
sedangkan
kepala
sekolah
yang
menjabat dan belum memiliki Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL) calon Kepala Sekolah wajib mengikuti dan lulus pendidikan dan
pelatihan
Penyelenggaraan
penguatan diklat
kepala
sekolah.
dimaksudkan
untuk
penyiapan dan memantapkan kompetensi calon MANAJEMEN PENDIDIKAN
7 7
Kepala
Sekolah
yang
memiliki
wawasan,
pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan dalam memimpin sekolah. B. Pengertian Administrasi dan Manajemen 1. Pengertian Administrasi Administrasi menurut asal katanya (etimologis) yaitu berasal dari intensif,
Bahasa Latin, administrare. Ad berarti
sedangkan
membantu,
dan
ministrare
memenuhi.
berarti Jadi,
melayani,
tugas
utama
administrator adalah memberi pelayanan prima (nyata, pantas, ahli, sopan, ramah, mudah, dan empati). Administrasi dalam Bahasa Inggris yaitu administration ; Bahasa Belanda administratie dalam arti sempit, yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan ketatausahaan (surat-menyurat), pembukuan ringan, ketik-mengetik yang berkaitan dengan masalah teknis ketatausahaan. Dalam
lingkungan
Dinas
Pendidikan
dan
Kebudayaan, administrasi dimaknai dalam arti sempit yaitu administrasi sekolah meliputi: (1) administrasi kepegawaian, (2) administrasi keuangan, (3) administrasi MANAJEMEN PENDIDIKAN 8
8
sarana dan prasaran, (4) administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat (humas), (5) administrasi persuratan dan pengarsipan, (6) administrasi kesiswaan, (7) administrasi kurikulum, (8) administrasi umum, dan (9) administrasi layanan khusus. Administrasi dalam arti luas ialah suatu proses meliputi (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) pengarahan,
dan
(4)
pengendalian
sumber
daya
organisasi. Keempat indikator ini merupakan suatu sistem yang terpadu (terintegrasi), yaitu antara satu dengan yang lainya saling berkaitan dan berpengaruh dalam mencapai tujuan organisasi. Adminitrasi terkait dengan seluruh proses kerjasama antara dua orang atau lebih dengan memanfaatkan sarana dan prasarana tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai tujuan. 2. Pengertian Manajemen Kata manajemen juga berasal dari bahasa latin, yaitu kata manus yang berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja MANAJEMEN PENDIDIKAN
9 9
yaitu managere yang berarti menangani. Managere diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager
untuk
orang
yang
melakukan
kegiatan
manajemen. Akhirnya management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi “manajemen atau pengelolaan.” Manajemen dalam arti sempit adalah manajemen sekolah/madrasah meliputi perencanaan, kepemimpinan, pengawasan, dan sistem informasi sekolah/madarsah Usman, (2009) mengatakan manajemen dalam arti luas ialah seni (art) dan ilmu (science) mengelola (manage) sumber daya 7 M+1 I (Man, Money, Material, Machines, Methods, Marketing, and Minutes + Informasi) untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajer mengelola segala sesuatu berkaitan dengan perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Leading), dan pengendalian (Controlling) disingkat POLC. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat digaris bawahi bahwa konsep manajemen mempunyai konotasi yang lebih luas, antara lain: (1) mempunyai pengertian MANAJEMEN PENDIDIKAN 10
10
sama dengan administrasi yang berusaha mempengaruhi orang agar bekerja secara produktif, (2) memanfaatkan manusia, material, uang, metode secara terpadu guna mencapai tujuan institusional/lembaga, dan (3) mencapai suatu tujuan melalui orang lain. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan terkait dengan
pengertian
manajemen
sebagai
proses
pengelolaan dan pembinaan, yaitu terdapat sejumlah hal yang
perlu
diperhatikan
dan
diimplementasi,
diantaranya: (1) pengelolaan dalam arti pembimbingan; (2) pengelolaan dalam arti menciptakan situasi untuk pendidikan yang bertujuan; (3) pengelolaan dalam arti pengembangan kecerdasan pribadi para pendidik dan proses transmisi ilmu pengetahuan; (4) pengelolaan dalam arti peningkatan dan memajukan lembaga pendidikan melalui kerjasama semua civitas akademik; 5) mengelola dalam arti pengembangan dan pemahaman mendasar terhadap bakat dan minat peserta didik dalam ilmu pengetahuan; dan 6) pengelolaan dalam arti penyaluran dan pengembangan profesionalitas peserta didik dalam kehidupan di masyarakat. MANAJEMEN PENDIDIKAN
11 11
Dalam bahasa sederhana manajemen diartikan ilmu tentang pengaturan segala sesuatu. Hasibuan, (2007) memberikan gambaran dalam mengerti dan memahami tentang manajemen dengan beberapa pertanyaan, yaitu (1) apa yang diatur ?; (2) kenapa harus diatur?; (3) siapa yang mengatur ?; (4) bagaimana mengatur?; dan (5) dimana harus diatur ?. Berikut ini akan dipaparkan gambaran jawaban terhadap pertanyaan tersebut. a. Bahwa yang diatur adalah semua unsur-unsur manajemen yang terdiri dari “7M+ 1I” yaitu Man (manusia), Money (uang), Material (bahan), Machines (mesin/alat), Methods (cara-cara), dan Marketing
(pasar),
Minutes
(waktu),
dan
information (informasi). b. Maksud dan tujuan pentingnya diatur, yaitu agar “7M + 1 I ” itu lebih berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi, dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang optimal; c. Bahwa yang mengatur adalah pemimpin dengan kewenangannya melalui berbagai cara seperti instruksi dan persuasif, sehingga “7M+1 I ” dan MANAJEMEN PENDIDIKAN 12
12
semua proses manajemen terarah pada tujuan yang diharapkan bersama; d. Cara mengaturnya yaitu melalui proses dari urutan yaitu
fungsi-fungsi fungsi
administrasi/manajemen
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian; dan e. Pengelolaan diatur dalam suatu organisasi, karena organisasi merupakan “alat” dan sekaligus “wadah” (tempat) untuk mengatur “7M+1 I” dan semua
aktivitas
proses
manajemen
dalam
mencapai tujuan. Perlu diberi catatan bahwa tugas seorang manajer tidak lain adalah mengurus organisasi secara baik, bukan sebaliknya, organisasi mengalami mismanagement (salah urus). Hal seperti tersebut harus dihindari, karena akan menimbulkan sejumlah persoalan pribadi dan persoalan orang banyak termasuk persoalan dalam organisasi. Dampak dari salah urus organisasi dapat dilihat dari kerugian, pemborosan, bahkan tujuan organisasi tidak akan tercapai. Oleh karena itu manager hendaknya memperhatikan dan memahami berbagai hal sejak awal MANAJEMEN PENDIDIKAN
13 13
pengaturan organisasi serta dapat mengimplementasikan kelima jawaban di atas. Referensi lain mengenai pengertian manajemen dikatakan Nanang, (1996) bahwa manajemen sering diartikan sebagai “ilmu, kiat, dan profesi.” Dikatakan ilmu
karena
manajemen
adalah
suatu
bidang
pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Dikatakan sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugas-tugas. Sementara dipandang sebagai profesi kerena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntut oleh suatu kode etik. Untuk lebih jelasnya ketiga pengertian tersebut dipaparkan berikut ini. Manajemen sebagai ilmu. Pada mulanya manajemen belum dapat dikatakan sebagai teori, karena suatu teori harus memiliki konsep-konsep yang secara sistematis dapat menjelaskan dan meramalkan apa yang akan terjadi dan membuktikan ramalan itu berdasarkan penelitian. Seiring dengan berbagai kajian para ahli, MANAJEMEN PENDIDIKAN 14
14
maka manajemen telah dipandang sebagai suatu ilmu, telah memenuhi kaidah-kaidah keilmuan, yaitu dapat diuraikan secara sistematis, mangandung prinsip, dalil, hukum dan teori yang diperoleh dari kasil riset, pengalaman, pengamatan, secara objektif universal serta dapat dibuktikan
kebenaranya berdasarkan kenyataan
yang ada. Manajemen sebagai suatu kiat atau seni. Untuk mengatur organisasi diperlukan suatu seni dalam melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang yang ada dalam organisasi maupun ada di luar organisasi tetapi memiliki potensi untuk melengkapi dan memajukan organisasi. Semakin banyak belajar tentang manajemen, dalam banyak hal dapat memperoleh informasi tentang seperangkat tindakan. Demikian pula hubungan antar manusia, struktur sosial, dan organisasi menuntut pemahaman ilmu perilaku yang mendasari manajemen. Manajemen sebagai suatu profesi. Profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut persyaratan tertentu, yang menghendaki kompetensi dan kecakapan lainnya sebagai dasar keahlian khusus, diakui dan dihargai oleh MANAJEMEN PENDIDIKAN
15 15
masyarakat dan pemerintah, dan memiliki kode etik. Demikian halnya dengan manajemen sebagai suatu profesi menuntut persyarakatan konseptual, sosial, dan teknikal. Berdasarkan pandangan di atas, maka jelaslah bahwa manajemen adalah suatu proses pengaturan, dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui kerjasama para anggota dan orang lain dengan serta memberdayakan berbagai sumber daya
untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. C. Perbedaan dan Persamaan Administrasi dengan Manajemen Dalam Bahasa Inggris, kata administration dan management dipahami dan digunakan dalam berbagai variasi. Namun dalam beberapa konteks keduanya mempunyai persamaan arti dengan kandungan makna to control yang artinya mengatur dan/atau mengurus. Kata
administrasi
awalnya
digunakan
untuk
organisasi sosial dan manajemen untuk organisasi komersial. Istilah management baru mulai dipopuler setelah dipublikasikan karya ilmiah Taylor yang berjudul MANAJEMEN PENDIDIKAN 16
16
Shop Management pada tahun 1903 dan Principles and Mothods of Scientific Management pada tahun 1911. Saat itu Amerika dan Inggris dalam organisasi komersial mulai
menggunakan
istilah
management
daripada
administration. Sebagian ahli lagi berpendapat bahwa administrasi sama artinya dengan manajemen seperti dikatakan Sutisna
(1987)
bahwa
dalam
pemakaian
umum
administrasi diartikan sama dengan manajemen, dan administrator sama dengan manajer. Namun sebagian ahli lainya berpendapat bahwa administrasi berbeda dengan manajemen. Administrasi lebih cocok digunakan untuk
lembaga-lembaga
pemerintah
yang
lebih
mengutamakan kepentingan sosial dan pelaksanaannya disebut administrator, sedangkan manajemen lebih cocok untuk
lembaga-lembaga
swasta
yang
cenderung
mengutamakan kepentingan komersial dan pimpinannya disebut manajer. Mantja (2000) lebih cenderung menggunakan kedua istilah itu dalam makna yang sama dan/atau digunakan secara bergantian, karena keduanya tidak terdapat perbedaan mendasar secara substansial atau disiplin ilmu. MANAJEMEN PENDIDIKAN
17 17
Penggunaan terminologi administrasi lebih banyak dijumpai di Eropa seperti Italia, Spanyol, Prancis, Jerman, Belgia, dan Belanda. Bahwa administrasi adalah induknya, manajemen adalah anaknya, dan organisasi adalah cucunya, kemudian menyingkatnya dengan sebutan
AMO
(Administrasi,
Manajemen,
dan
Organisasi). Sementara di Inggris dan bekas jajahannya, serta Amerika Serikat lebih cenderung menggunakan terminologi menajemen dengan menganggap bahwa administrasi itu bagian dari manajemen dan organisasi bagian dari administrasi dengan menyingkatnya menjadi MAO (Manajemen Administrasi, dan Organisasi Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, istilah administrasi hanya muncul satu kali, yaitu pada Pasal
39
ayat
(1),
mengatakan
kependidikan
bertugas
pengelolaan,
pengembangan,
bahwa
melaksanakan
tenaga
administrasi,
pengawasan,
dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada
satuan
pendidikan.
Demikian
juga
istilah
manajemen muncul satu kali pula dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 pada Pasal 51 ayat (1) mengatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan anak MANAJEMEN PENDIDIKAN 18
18
usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Mencermati kedua Pasal dalam Undang-Undang Sisdiknas di atas, jelaslah bahwa tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi dll, dan pengelola satuan
pendidikan
mengacu
pada
prinsip-prinsip
manajemen dst…. Jadi, tenaga kependidikan dan/atau pengelola satuan pendidikan melaksanakan administrasi/ manajemen. Berdasarkan beberapa pemikiran di atas, maka dengan kata lain administrasi lebih terfokus kepada pelaksanaan aspek-aspek substantif di sekolah seperti ketatausahaan,
kurikulum,
perlengkapan,
keuangan
sekolah, kebijakan sekolah, dan aktivitas rutin lainnya, sementara manajemen lebih memusatkan perhatian kepada upaya penggerakan dan pemberdayaan SDM Dalam lembaga swasta, manajer berada pada level atas,
sementara
administrasi
berada
pada
level
operasional / melaksanakan apa yang diinstruksikan manajer. Tegasnya, manajemen dapat diartikan sebagai tindakan untuk mencapai tujuan melalui usaha-usaha MANAJEMEN PENDIDIKAN
19 19
orang lain. Misalnya seorang kepala sekolah berupaya mengatur guru-guru dan karyawan, mendayagunakan dan melakukan pembinaan terhadap mereka sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai aktivitas di sekolah. Agar supaya manajer dapat menjalankan tugas dan fungsinya untuk menggerakkan berbagai sumber daya, maka diperlukan sejumlah aturan dan/atau kebijakan-kebijakan (administrasi) agar semua kegiatan dan upaya manajer mencapai tujuan. Berdasarkan disimpulkan
kajian
bahwa
sebelumnya,
persamaan
maka
administrasi
dapat dan
manajemen ada pada objek/sumber daya dan fungsinya. Objek/sumber daya administrasi/manajemen, yaitu Man, Moey, Materials, Method, Machines, Market, dan Minutes
Information (7M +1 I). Sedangkan fungsi
administrasi / manajemen, yaitu fungsi Planning, Organizing, Leading, dan Controlling (POLC) atau sebutan lainnya, baik adminitrasi dan manajemen memiliki fungsi dan makna yang relatif sama. Objek dan/atau sumber daya kajiannya sama yaitu dikenal dengan “7M + 1 I ”, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya dan dapat dijelaskan berikut ini. MANAJEMEN PENDIDIKAN 20
20
1. Man (manusia): berperan sebagai man power dalam organisasi atau perusahaan, diperlukan untuk memimpin, menggerakkan karyawan / bawahan, serta memberikan tenaga dan pikiran untuk kemajuan dan kontinuitas perusahaan. Sumbangan
tenaga
manusia
sebagai
unsur
terpenting yang perlu dikelola dengan baik. Pendidik dan tenaga kependidikan diatur secara profesional,
diantaranya
menempatkan
SDM
kualifikasi
merekrut
sesuai
akademik,
latar
dan
belakang
pengalaman,
dan
kecakapan/keahlian lainya; 2. Money (modal/uang): modal tanah, gedung / bangunan, mesin dan pengelola pendanaan atau pembiayaan
secara
efektif
dan
efisien
memperkecil pemborosan modal / keuangan sekolah. Penggunaan uang secara tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan, selain itu dapat
menggunakan
sumber
daya
secara
minimum untuk hasil yang optimal; 3. Materials
(bahan-bahan):
diperlukan
untuk
mencapai tujuan organisasi perlu diatur dengan MANAJEMEN PENDIDIKAN
21 21
baik untuk mendukung tercapaianya tujuan organisasi; 4. Methods
(metode):
manajer
menggunakan
berbagai macam cara dalam upaya mencapai tujuan; 5. Machines
(mesin-mesin/alat-alat):
sebagai
pendukung yang diperlukan/dipergunakan untuk mencapai tujuan. Mesin-mesin digunakan untuk mendukung dan mengoptimalkan pembelajaran dan tujuan sekolah lainnya; 6. Market (pasar), tempat pertemuan untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan diharapkan berdaya saing, sehingga menarik masyarakat luas terlebih untuk kepuasan pelanggan pendidikan. 7. Minutes (waktu): waktu yang dibutuhkan untuk terselesainnya kegiatan, perlu dikelola dengan baik untuk memperoleh hasil yang optimal dengan prinsip efisiensi dan efektivitas kegiatan organisasi. I.
Information (informasi): data atau berita yang harus sampai ke seluruh stakeholders. Informasi MANAJEMEN PENDIDIKAN
22
22
perlu diatur dengan baik untuk mencapai tujuan organisasi Upaya memahami dan mengimplementasi fungsifungsi manajemen dalam organisasi (perencanaan, pengorganisasian, berikut
ini
akan
pengarahan,
dan
dipaparkan
dalam
pengendalian) tiga
bentuk
kajian/pertanyaan, yaitu pengertiannya, urgensinya, dan cara-cara
mengimplementasi
masing-masing
fungsi
tersebut dalam mengelola institusi/organisasi. 1. Fungsi perencanaan (plenning) a. Pengertian perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian keputusan untuk mengambil tindakan di masa yang akan datang dalam mencapai tujuan. Untuk merealisasi fungsi ini, manajer melakukan berbagai pertanyaan dan refleksi terkait dengan apa, kapan, siapa, dimana, dan bagaimana melaksanakan kegiatan. b. Mengapa perlu perencanaan ? Perencaaan diperlukan agar: (1) manajer memiliki kerangka kerja dan adanya pedoman penyelesaian, (2) MANAJEMEN PENDIDIKAN
23 23
mencegah pemborosan uang, tenaga dan waktu, (3) mencegah hambatan dalam pekerjaan, efisiensi dan efektivitas pekerjaan, (4) memungkinkan terjadinya pemanfaatan
semua
sumberdaya
sehingga
ada
efisiensi biaya, tenaga, dan waktu, dan (5) agar tidak terjadi duplikasi pelaksanaan. c. Bagaimana cara melakukan perencanaan ? Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian seorang manajer dalam melakukan perencanaan,yaitu: (1) perencanaan harus dijabarkan dari tujuan yang ditetapkan
dan
dirumuskan
secara
jelas,
(2)
perencanaan tidak muluk-muluk, tetapi sederhana, realistik, praktis yang dapat dilaksanakan, (3) dijabarkan secara terperinci, memuat uraian kegiatan dan urutan dan rangkaian tindakan, (4) memiliki fleksibilitas,
sehingga
memungkinkan
untuk
dimodifikasi, (5) ada petunjuk mengenai urgensi dan/atau tingkat kepentingan untuk bagian bidanag atau kegiatan, (6) Disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan
terjadinya
pemanfaatan
semua
sumberdaya sehingga ada efisiensi biaya, tenaga, dan MANAJEMEN PENDIDIKAN 24
24
waktu, dan (7) Diusahakan agar tidak terjadi duplikasi pelaksanaan 2. Fungsi pengorganisasian (organizing) a. Pengertian pengorganisasian Pengorganisasian adalah suatu usaha bersama oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan mendayagunakan sumber-sumber untuk capai tujuan efektif dan efisien. b. Mengapaa perlu pengorganisasian ? Pengorganisasian
diperlukan
yaitu,
(1)
untuk
diketahuinya batas-batas bidang yang satu dengan bidang
yang
lain
program/kegiatan, mengetahui
(2) (3)
wewenang
adanya
singkronisasi
masing-masing dan
orang
kewajibannya,
(4)
diketahui hubungan dan tata kerja yang bersifat vertikal
dan
horizontal,
(5)
memperkokoh
kebersamaan dalam tugas dan fungsi masing-masing. c. Bagaimana cara pengorganisasian ? Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan cara melakukan pengorganisasian, yaitu (1) Organisasi perlu memiliki tujuan yang jelas,
dipahami dan
MANAJEMEN PENDIDIKAN
25 25
diterima seluruh anggota serta hanya terdapat satu kesatuan arah, (2) Memiliki struktur organisasi menggambarkan adanya satu perintah, keseimbangan tugas, bagi habis tugas, dan tidak menangani rangkap tugas. 3. Fungsi pengarahan (leading) a. Pengertian pengarahan Suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan untuk memberikan penjelasan, petunjuk serta bimbingan kepada orang-orang yang menjadi bawahannya sebelum dan selama melaksanakan tugas b. Mengapa perlu pengarahan ? Alasan pentingnya pengarahan, yaitu, (1) agar supaya pekerjaan dapat dilaksanakan secara baik sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) diperlukan adanya penjelasan, petunjuk dan pembimbingan terhadap para petugas yang terlibat agar kegiatan berjalan lancar (berupa mengingatkan dan meluruskan bila terjadi penyimpangan)
MANAJEMEN PENDIDIKAN 26
26
c. Bagaimana cara pengarahan ? Cara-cara yang dilakukan manajer dalam upaya pengarahan, yaitu (1) Mengadakan orientasi sebelum seseorang
memulai
melaksanakan
tugas
untuk
mengenal tempat, situasi, alat-alat kerja, dan teman sejawat, (2) Memberikan petunjuk pekerjaan yang akan dilakukan secara lisan dan tertulis (aturan dan tata
kerja),
(3)
Memberi
kesempatan
untuk
berpartisipasi berupa pemberian sumbangan pikiran dan peningkatan mutu, (4) Memberi kesempatan untuk berpartisipasi berupa pemberian sumbangan pikiran dan peningkatan mutu, (5) Mengikutsertakan pegawai dalam membuat perencanaan, dan (6) Memberikan nasihat apabila pegawai mengalami kesulitan melaksanakan tugas. 4. Fungsi Pengendalian (controlling) a. Pengertian Pengendalian Usaha pimpinan untuk mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja, khususnya untuk mengetahui kelancaran kerja para pegawai dalam MANAJEMEN PENDIDIKAN
27 27
melakukan
tugas
mencapai
tujuan.
Fungsi
pengendalian sering juga disebut fungsi evaluasi dan controlling. b. Mengapa perlu ada pengendalian ? Beberapa
alasan
pentingnya
seorang
manajer
melakukan pengawasan, yaitu (1) Untuk mengetahui jalannya kegiatan dan tingkat keberhasilan, tidak terjadi penyimpangan dan kalau ada masalah tidak berlarut-larut diselesaikan dan/atau dikendalikan; (2) untuk mengetahui strategi metode dan teknik yang telah ditetapkan cocok dengan risiko sekecil-kecilnya. c. Bagaimana cara pengendalian ? Beberapa cara yang dapat dilakukan manajer dalam upaya pengawasan, yaitu (1) Pekerjaan pengawasan dilakukan terbuka dan terang-terangan, dilakukan terhadap semua bawahan, tidak pilih kasih, objektif, tidak
disertai
Menggunakan
dengan
sentimen
pribadi,
(2)
pengamatan melalui mata dan alat
indra lainnya, (3) Dilakukan di segala tempat dan waktu, (4) Menggunakan catatan secermat mungkin agar data yang terkumpul lengkap untuk menghindari MANAJEMEN PENDIDIKAN 28
28
subjektivitas, (5)
Jika terjadi penyimpangan harus
segera ditangani. D. Pengertian Pendidikan Kajian dan pemikiran tentang pendidikan, dikenal andanya dua istilah yang hampir sama bentuknya yaitu : kata paedagogie dan paedagogiek. mengatakan
Paedagogie
Purwanto, (1995)
bermakna
“pendidikan”,
sedangkan paedagogiek bermakna “ilmu pendidikan,” Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak.” Sedangkan Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin) yaitu seorang pelayan atau
bujang
pada
zaman
Yunani
Kuno
yang
pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke sekolah. Juga di rumahnya, anak-anak tersebut selalu dalam pengawasan dan penjagaan dari para paedagogos itu. Jadi, paedagoog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhan agar dapat berdiri sendiri (mandiri).
MANAJEMEN PENDIDIKAN
29 29
Batasan mengenai pendidikan cukup beragam. Walaupun demikian pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keserangaman arti. George F. Kneller (Suwarno 2006) mengatakan pendidikan memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemauan fisik individu. Sedangkan pendidian dalam arti sepit, yaitu suatu proses mentranspormasikan pengetahuan, nilainilai, dan keterampilan dari genderasi ke genderasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan
seperti
satuan
pendidikan/sekolah
dan
pendidikan tinggi. John S. Brubacher pendidikan
adalah
(Suwarno 2006) berpendapat
proses
pengembangan
potensi,
kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. MANAJEMEN PENDIDIKAN 30
30
Ditinjau dari aspek regulasi secara nasional, batasan pendidikan telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya sehingga
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan batasan-batasan pendidikan yang telah dikemukakan di atas, maka pada dasarnya setiap ahli memiliki sudat pandangan yang berbeda-beda tetapi maksud dan tujuannya sama dan atau mirip, yakni makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilainilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Mengacu dari kerakteristik pendidikan yang telah dipaparkan di atas, maka berikut ini dikemukakan batasan pendidikan berdasarkan fungsinya, yaitu: (1) pendidikan sebagai proses transformasi budaya, (2) MANAJEMEN PENDIDIKAN
31 31
pembentukan pribadi, (3) penyiapan warga negara, (4) penyiapan tenaga kerja, dan (5) pengembangan potensi diri. 1. Pendidikan Sebagai Proses Transformasi Budaya Pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu genderasi ke genderasi lain. Ketika bayi lahir, ia sudah berada di dalam suatu lingkungan budaya dan kebiasaan tertentu seperti larangan-larangan yang dikehendaki masyarakat, cara menerima tamu, dan tata cara perkawinan. Kesemuanya ini akan mengalami proses transformasi dari genderasih tua
ke genderasi
muda. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan peserta didik dengan mentrasformasikan nilai-nilai yang masih cocok dikembangkan, seperti nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, gotong royong, kesopanan, dan kepekaan sosial. Perlu diperhatikan terkait dalam transformasi nilai-nilai adalah bahwa tidak semua nilai yang ada dan berkembang dalam masyarakat perlu ditransformasikan
dari
genderasih
ke
genderasih,
misalnya pendidikan seks yang dahulu ditabukan diganti dengan pendidikan seks melalui pendidikan formal. MANAJEMEN PENDIDIKAN 32
32
2. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis
dan
sistemik
yang
diarahkan
kepada
pembentukan kepribadian peserta didik. Dikatakan sistematis oleh karena proses pendidikan berlangsung melalui tahap-tahap (prosudural) yang berkesinambungan. Sementara dikatakan suatu kegiatan sistemik olah karena berlangsung dalam semua situasi kondisi, di semua lingkungan yang saling mengisi dan bersinergis antara lingkungan pendidikan informal, formal, dan non formal. Bayi terbentuk,
yang
baru
belum
lahir
kepribadiannya
mempunyai
warna
dan
belum corak
kepribadian tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu pribadi. Untuk menjadi suatu pribadi perlu upaya dari berbagai pihak, berupa bimbingan, latihan-latihan, dan pengalaman melalui bergaul dengan lingkungan di mana anak itu berada. Upaya pembentukan pribadi diarahkan pada pembentukan cipta, rasa, dan karsa (kognitif, afektif, dan psikomotor). Tentunya untuk mencapai hal tersebut bukan hanya diperoleh dalam waktu sesaat tetapi perlu waktu yang lama. MANAJEMEN PENDIDIKAN
33 33
3. Pendidikan sebagai Proses Peyiapan Warga Negara Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Warga negara yang baik dapat dilihat sebagai suatu pribadi yang mengetahui hak dan kewajiban sebagai warga negara, hal ini ditetapkan dalam
Undang-Undang
Dasar
1945
Pasal
27
mengatakan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tak ada kecualinya. Pendidikan
mempunyai
tanggungjawab
untuk
menyiapkan peserta didik menjadi warga negara yang akan memberi kontribusi terhadap pembangunan bangsa dan negara. Nilai-nilai persatuan dan kesatuan serta kebangsaan perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini usia, agar lahir warga negara yang tidak membebani negara, tetapi turut peduli dan bertanggungjawab serta memberi kontribusi terhadap kemajuan bagsa dan negara.
MANAJEMEN PENDIDIKAN 34
34
4. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Tenaga Kerja Pendidikan diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Bekal dasar yang dimaksud berupa bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara seimbang. Dikatakan seimbang karena kunci keberhasilan dalam bekerja tidak semata-mata hanya ditentukan salah satu dari bekal tersebut di atas, misalnya IQ saja, tetapi merupakan kompilasi dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Bahkan Daniel Goleman mengatakan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 % dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 % ditentukan oleh kecerdasan otak Intelligence Quotien (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anakanak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Dikatakan Wijaya, (2007) bahwa Intelligence
Quotien
(IQ)
tinggi
bukan
jaminan
seseorang sukses dalam pekerjaan, melainkan harus pula didukung dengan Emotional Quotient (EQ), bahkan MANAJEMEN PENDIDIKAN
35 35
orang yang memiliki EQ tinggi
mampu mengatasi
konflik yang sedang dihadapi. Berdasarkan kajian ini, menunjukkan
bahwa
sekolah
diharapkan
mampu
menyiapkan peserta didik yang memiliki kompetensi dan/atau kemampuan ganda. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 mengatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Pasal ini menunjukkan bahwa peserta didik perlu dipersiapkan agar dikemudian hari mereka mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang layak. Untuk mencapai maksud
tersebut,
peserta
didik
perlu
disiapkan
sedemikian rupa melalui berbagai program-program pendidikan
dengan
melibatkan
berbagai
pihak,
sebagaimana dikatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara sekolah, masyarakat dan pemerintah. Itu berarti dalam upaya memajukan pendidikan, semua komponen bagsa mestinya dilibatkan. Salah satu contoh bentuk perhatian bersama akan pendidikan, ialah terbentuknya
Komite
Sekolah
di
tingkat
MANAJEMEN PENDIDIKAN 36
satuan 36
pendidikan,
dan
Dewan
Pendidikan
di
tingkat
Kabupaten/Kota. 5. Pendidikan sebagai Proses Mengembangkan Potensi Pendidikan
diartikan
sebagai
upaya
untuk
mengembangkan potensi peserta didik, yang dilakukan secara terencana dan penuh kesadaran. Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa dasarnya
adalah
pendidikan pada
mengembangkan
potensi
dan
karakteristik peserta didik. Potensi yang dimaksud antara lain kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan,
akhlak
mulia,
serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Upaya mengembangkan potensi
peserta didik,
lingkungan pendidikan (non formal, formal maupun in formal) perlu menciptakan suasana
pembelajaran yang
menyenangkan peserta didik. Karena dengan kondisi demikianlah akan memungkinkan potensi peserta didik berkembang secara maksimal. Peserta didik akan menggunakan potensinya untuk kehidupan pribadinya dan memberi kontribusi bagi kehidupan orang lain. MANAJEMEN PENDIDIKAN
37 37
E. Konsep Manajemen Pendidikan 1. Pengertian Manajemen Pendidikan Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mangartikan administrasi lebih luas dari padangan manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi (administarsi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga, menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi. Terkait dengan berbagai pandangan tersebut di atas, maka dalam buku ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumbersumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapaiannya tujuan pendidikan secara optimal. Pengertian dari manajemen pendidikan itu sendiri merupakan gabungan dari dua kata yaitu “manajemen” dan
“pendidikan”.
Secara
sederhana
manajemen
MANAJEMEN PENDIDIKAN 38
38
pendidikan dapat diartikan sebagai manajemen yang dipraktikan dalam dunia pendidikan dengan spesifikasi dan ciri-ciri khas yang ada dalam pendidikan. Manajemen pendidikan pada dasarnya adalah alatalat yang diperlukan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan.
Unsur
merupakan
penerapan
dalam bidang
manajemen
dalam
prinsip-prinsip
pendidikan,
bahwa
pendidikan manajemen manajemen
pendidikan merupakan rangkaian proses yang terdiri dari, perencanaan, pengkoordinasian, penggerakan, dan pengawasan yang dikaitkan dengan bidang pendidikan. Berbagai
pandangan
ahli
mengenai
manajemen
pendidikan dapat dikemukakan berikut ini. a. Usman
(2009)
mengatakan
manajemen
pendidikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian,
kecerdasan, akhlak muia, serta keterampilan yang MANAJEMEN PENDIDIKAN
39 39
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. b. Tim Dosen UPI (2009) mengatakan manajemen pendidikan adalah
suatu penataan bidang
garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas
perencanaan,
pemotivasian,
pengorganisasian,
penganggaran,
pengendalian,
pengawasan, penilaian, dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas. c. Mulyani (Mutari, 2018) mengatakan manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan
pendidikan
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya, agar efektif dan efisien. Manajemen pendidikan sebagai ilmu mempunyai karakteristik tersendiri yang agak berbeda dengan ilmu manajemen lain. Perbedaan manajemen pendidikan dan manajemen
lainnya
terletak
pada
prinsip-prinsip
operasionalnya, bukan pada prinsip-prinsip yang sifatnya MANAJEMEN PENDIDIKAN 40
40
umum. Dengan demikian, meskipun untuk memahami manajemen pendidikan diperlukan pemahaman atau penguasaan prinsip-prinsip manajemen secara umum, tidak berarti bahwa pengetahuan manajemen lain dapat diterapkan
dalam
manajemen
manajemen
pendidikan
pendidikan.
dapat
diartikan
Jadi, sebagai
rangkaian kegiatan yang menunjang tercapainya visi dan misi organisasi pendidikan. Para pendidik dan tenaga kependidikan akan menerapkan
ilmu
manajemen
pendidikan
dalam
melakukan aktivitasnya di sekolah. Berbagai aktivitas dikelola dengan baik dalam upaya mencapai tujuan pendidikan
nasional
sebagaimana
yang
telah
dikemukakan di atas, yaitu mengembangkan potensi peserta didik, agar peserta didik memiliki
enam hal,
yaitu : kekuatan spiritual keagamaan; pengendalian diri; kepribadian; kecerdasan; akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam tersebut,
mencapai manajer
tujuan
sekolah
pendidikan dan
nasional
berbagai
pihak
bekerjasama secara sinergis, yang dapat dilihat dari indikator-indikator berikut ini. MANAJEMEN PENDIDIKAN
41 41
a. Proses pengarahan dan pengintegrasian segala hal, baik personal, spiritual, dan materill yang berhubungan
dengan
pencapaian
tujuan
pendidikan; b. Proses
keseluruhan
pelaksanaan
kegiatan
bersama dalam bidang pendidikan, meliputi perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
pengkoodinasian, pengawasan, pembiayaan, dan pelaporan
dengan
menggunakan
atau
memanfaatkan fasiltas yang tersedia; c. Proses bekerja dengan orang-orang. Dalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif, yang berarti mendatangkan hasil yang baik dan tepat, sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan d. Proses
pelaksanaan
kepemimpinan
untuk
mewujudkan aktivitas kerja sama yang efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. e. Proses pelaksanaan semua kegiatan sekolah dari usaha-usaha besar seperti perumusan kurikulum, koordinasi, konsultasi, korespondensi, control, dan seterusnya, sampai pada usaha-usaha kecil MANAJEMEN PENDIDIKAN 42
42
dan
sederhana,
seperti
penjaga
sekolah,
pembersih halaman dan sebagainya. f. Proses pembinaan atau supervisi pendidikan g. Proses pengawasan seluruh kinerja kependidikan. Perlu
diakui
bahwa
manajemen
pendidikan
merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih muda sehingga tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenal. Istilah lama yang sering digunakan adalah „administrasi‟ pendidikan. Dahulu
ada dua jurusan
namanya menggunakan istilah “administrasi” yaitu jurusan administrasi perkantoran di bawah Fakultas Ilmu Sosial
(FIS) dan jurusan administrasi perkantoran
pendidikan di bawah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Dalam perjalanannya pada tahun 2005, jurusan administrasi pendidikan di FIP berubah nama menjadi manajemen pendidikan. Hal ini akan menunjukkan batas yang jelas terhadap jurusan administrasi perkantoran di FIS dan FIP. Namun demikian dalam perkembanganya ada juga PT tertentu masih bertahan dengan sebutan jurusan dan/atau program studi administrasi pendidikan, sehingga sampai saat ini para pakar dan praktisi dalam bidang
administrasi/manajemen
pendidikan
MANAJEMEN PENDIDIKAN
masih 43 43
memiliki pemahaman yang sama bahwa administrasi dan manajemen
dimaknakan
sama
yaitu
pengelola
organisasi/lembaga pendidikan/satuan pendidikan. Berbagai pertemuan dan perbincangan mengenai program manajemen dan administrasi pendidikan di kalangan akademisi dan praktisi, bahwa untuk sementara disepakati penggunaan istilah manajemen/administrasi pendidikan, dan ditindaklanjuti dengan membentuk wadah bidang tersebut yang diberi nama Asosiasi Program Manajemen/Administrasi Pendidikan Indonesia (APMAPI). Beberapa pengertian tersebut memberikan gambaran bahwa manajemen pendidikan merupakan keseluruhan proses semua sumberdaya yang ada yang dikelola untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif, efisien dan produktif.
Persamaan
administasi
pendidikan
dan
manajemen pendidikan berada pada fungsi-fungsinya, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Perbedaanya terletak pada bidang cakupan kajian substansinya. Manajemen pendidikan dalam arti sempit adalah manajemen sekolah/madrasah meliputi MANAJEMEN PENDIDIKAN 44
44
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
dan
pengawasan sekolah. 2. Manfaat dan Tujuan Manajemen Pendidikan Manfaat dan tujuan mempelajari dan memahami manajemen pendidikan antara lain memberi nilai guna bagi hal-hal berikut. a.
Membantu manajer membuat strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis, rasional pada pilihan strategis;
b.
Merupakan sebuah proses bukan keputusan atau dokumen. Tujuan utama dari proses adalah mencapai pengertian dan komitmen dari apa yang kita rencanakan;
c. Proses
yang
kita
laksanakan
menyediakan
pemberdayaan individual. Pemberdayaan adalah tindakan memperkuat pengertian diri sendiri mengenai efektivitas dengan mendorong dan menghargai usaha kita untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan inisiatif serta imajinasi; MANAJEMEN PENDIDIKAN
45 45
d. Meningkatkan kesadaran kita akan ancaman eksternal
sehingga
kita
akan
terbiasa
mempersiapkan rencana lain atas kejadian yang tidak diinginkan dari faktor luar; e. Kita dapat mengetahui dengan
lebih baik
mengenai strategi pesaing sehingga kita akan lebih mudah menghadapinya; f. Berkurangnya penolakan kita terhadap perubahan karena kita telah mempersiapkan rencana atas perubahan tersebut; g. Memungkinkan
kita
untuk
identifikasi,
penentuan prioritas, dan eksploitasi peluang yang terbaik atas permasalahan dan pilihan keputusan; h. Kita dapat merepresentasikan kerangka kerja untuk aktivitas kontrol dalam kehidupan seharihari dengan lebih baik yang dapat mengatur rencana kegiatan kita; i. Memungkinkan alokasi sumber daya dan waktu yang lebih sedikit bagi kita untuk mengoreksi keputusan yang salah atau tidak terencana; j. Menciptakan kerangka kerja komunikasi internal dengan orang lain; MANAJEMEN PENDIDIKAN 46
46
k. Membantu mengintegrasikan perilaku individu kita kedalam kelompok atau golongan; l. Mendorong pemikiran ke masa depan, sebab dengan mempelajari manajemen kita telah belajar menganalisa rencana; m. Menjadikan kita kooperatif, terintegrasi, dan antusias untuk menghadapi masalah dan peluang; n. Mendorong
terciptanya
sikap
positif
akan
perubahan dalam diri kita; o. Memberikan tingkat kedisiplinan dan formalitas kepada manajemen kegiatan kita. Manfaat pendidikan,
lain
dengan
diharapkan
(organisasi/lembaga)
mempelajari setiap
manajemen
orang/kelompok
minimal akan mendapat hal-hal
berikut, diantaranya; a. Terwujudnya pembelajaran
suasana yang
belajar
Aktif,
dan
Kreatif,
proses Efektif,
Menyenangkan, dan Bermakna (PAKEMB); b. Terciptanya
peserta
didik
yang
aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta MANAJEMEN PENDIDIKAN
47 47
keterampilan
yang
diperlukan
dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara; c. Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya kompetensi manajerial
tenaga
kependidikan
sebagai
manajer); d. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien; e. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan); f. Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80%
masalah
mutu
disebabkan
oleh
pendidikan
yang
manajemennya; g. Terciptanya merata,
perencanaan
bermutu,
relevan,
dan
akuntabel;
meningkatnya citra positif pendidikan; h. Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang kita pilih secara efektif dan efisien; i. Mengevaluasi kinerja, meninjau, dan mengkaji ulang
situasi
serta
melakukan
berbagai
MANAJEMEN PENDIDIKAN 48
48
penyesuaian
dan
koreksi
jika
terdapat
penyimpangan di dalam pelaksanaan strategi; j. Memperbaharui strategi yang kita rumuskan agar sesuai
dengan
perkembangan
lingkungan
eksternal; k. Meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman peluang yang ada; l. Melakukan inovasi atas kegiatan sehingga hidup kita lebih teratur. Tujuan manajemen pendidikan menurut Tim Dosen UPI (2009) yaitu (1) produktivitas, (2) kualitas, (4) efektivitas, dan (5) efisiensi. Produktivitas maksudnya adanya perbandingan antara hasil yang peroleh (output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Kualitas out put berupa jumlah tamatan dan kualitas input berupa jumlah tenaga kerja dan sumber daya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dsb). Produktivitas biasanya digambarkan dari ketepatan menggunakan metode atau cara kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat respons positif bahkan pujian dari orang lain atas hasil kerjanya. Kualitas menunjukkan kepada suatu ukuran MANAJEMEN PENDIDIKAN
49 49
penilaian atau penghargaan yang diberikan dikenakan
kepada
pelayanan
tertentu
atau
berdasarkan
pertimbangan objektif atas bobot kinerjanya.. jasa pelayanan harus menyamai atau melebihi kebutuhan atau harapan
pelanggan
sehingga
pelanggan
mendapat
kepuasan. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi dan/atau kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan. Pandangan Engkoswara (Tim Dosen UPI, 2009) mengatakan bahwa efektivitas dapat juga ditelaah dari : (1) masukan yang merata, (2) keluaran yang banyak dan bermutu, (3) ilmu dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun, (4) pendapatan tamatan yang memadai. Sedangkan efisiensi berkaitan dengan cara membuat sesuatu secara benar dan berdampak. Suatu kegiatan dikatakan efisien bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan menggunakan dan/atau memakai sumber daya yang minimal, efisiensi pendidikan berhubungan degan tercapaian tujuan dengan tingkat efisiensi waktu, biaya, tenaga dan sarana.
MANAJEMEN PENDIDIKAN 50
50
BAB I II BAB BAB II
KONSEP DASAR PERKEMBANGAN TEORI-TEORI PERKEMBANGAN MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN MANAJEMEN TEORI-TEORI MANAJEMEN
A. Pendahuluan KEBERHASILAN A. Pendahuluan sekolah dalam melaksanakan fungsi kependidikannya perlu didukung DALAM beberapa referensi,dengan diakui manajemen para pakar yang Indikator manajemen sekolah yang baik bahwabaik. banyak kesulitan dalam menelusuri dan/atau dapat dilihat sejarah dari budaya kerja sekolah dengandikatakan suasana menjajaki manajemen, bahkan dan iklim kerja dansejarah, inovatif.hanya Demikian pula manajemen tidak positif memiliki merupakan penataan dan administrasi atau ketatalaksanaan bertanda. fisik Beberapa penulis melacak perkembangan sekolah dengan baik pada dan pedagang-pedagang memberi kontribusiSumaria yang pemikiran manajemen berarti bagi kualitaspiramid sekolahMesir dan lulusan. dan pembangunan melibatkan ratusan ribu Manajemen sekolah yang profesional dan berdaya tenaga kerja. Hal ini bertanda bahwa dalam aktivitas saing global, menjadi impian setiap institusi dan satuan pembangunan piramid tersebut di dalamnya ada pendidikan pemangku kepentingan. manajemenbahkan yang para baik. Bahkan Usman Karena (2009) kualitas sekolah sangat berpengaruh terhadap animo mengatakan bahwa manajemen sebenarnya sudah ada masyarakat untukinimeyekolahkan pada sejak manusia ada, hanya anak-anaknya saja istilah-istilah institusi dan/atau satuan pendidikan tertentu. manajemen dalam berbagai referensi, baru bermunculan upaya mencapai apa yang dikemukakan di padaDalam tahun 1800-an. atas, maka setiap manajer perlu memahami dan MANAJEMEN MANAJEMENPENDIDIKAN PENDIDIKAN
1 51 51
Tokoh
utama
yang
mengawali
munculnya
manajemen ialah Mooney (1800-an), yaitu dengan diterapkanya
prinsip
staf
dalam
gereja
Katolik.
Selanjutnya Small (1800-an) memberikan kontribusi pentingnya administrasi yang sistematis dan pendirian universitas manajemen. Menelusuri sejarah awal manajemen di Indonesia, dapat digambarkan dari aktivitas proses pembangunan Candi Brobudur yang dibangun pada abad ke-8 (800 Masehi) yang proses pembangunannya diperkirakan menghabiskan waktu 75-100 tahun lebih dan menyusul pembangunan Candi Prambanan pada abad ke-9 Masehi dibangun mulai tahun 850 Masehi. Proses dan suksesnya pembangunan Candi tersebut suatu hal yang mustahil tidak menggunakan prinsip-prinsip dan fungsi-fungsi manajemen. Jadi, manajemen sudah lama dipraktikkan di Indonesia pada masa prasejarah. Urgensi pemahaman perkembangan manajemen diperlukan sebagai salah satu upaya untuk meletakkan landasan yang kuat dalam mengelola organisasi/ lembaga/ institusi umumnya dan pendidikan khususnya. Manajer pendidikan membutuhkan sejumlah catatan para MANAJEMEN PENDIDIKAN 52
52
pakar yang telah berhasil mengelola lembaganya. Selain itu
diperlukan
pemahaman
sejumlah
teori-teori
manajemen yang akan mendasari praktik-praktik baik tata kelola pendidikan profesional
yang berorientasi
masa depan. Para manajer semakin sukses dalam mengelola lembaganya salah satunya karena dalam praktik kepemimpinannya menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip manajemen. Mempelajari teori manajemen membantu kita menjadi seorang manajer yang efektif dalam mengelola organisasi yang semakin kompleks dewasa ini.
Manajemen
merupakan
disiplin
ilmu
yang
berfokus pada hasil yang mudah dilaksanakan. Teori merupakan kumpulan prinsip yang disusun secara sistematis. Beberapa alasan pentingnya mempelajari teori manajemen antara lain : 1. Teori
mengarahkan
keputusan
manajemen.
Mempelajari teori membantu mamahami proses yang pokok dan dapat memilih suatu tindakan yang efektif. Pada hakikatnya suatu teori merupakan kelompok asumsi-asumsi yang koheren/ logis, yang menjelaskan antara dua atau lebih fakta yang dapat MANAJEMEN PENDIDIKAN
53 53
di observasi. Teori dapat memprediksi apa yang akan terjadi pada situasi tertentu. 2. Teori
membentuk
pandangan
kita
mengenai
organisasi. Mempelajari teori manajemen juga memberi petunjuk dan beberapa ide mengenai organisasi dan manusia didalamnya. 3. Teori membuat kita sadar mengenai lingkungan usaha. Dengan mempelajari teori, kita dapat melihat bahwa setiap teori adalah hasil dari interaksi lingkungan sosial, ekonomi, politik dan kekuatan teknologi yang ada pada waktu tetentu. Pengetahuan ini akan membantu kita memahami teori tertentu cocok terhadap keadaan yang berbeda dana tau lingkungan yang beragam. 4. Teori merupakan suatu sumber ide baru. Teori memungkinkan
kita
pada
suatu
kesempatan
mengambil pandangan yang berbeda dari situasi sehari-hari. Seseorang manajer hendaklah mempelajari dan memahami secara keseluruhan tentang perkembangan (evolusi) manajemen yang telah menghasilkan teori-teori manajemen yang muncul dari berbagai
aliran, sehingga
manajer
MANAJEMEN PENDIDIKAN 54
dapat 54
menggunakan teori yang paling sesuai untuk menghadapi situasi tertentu. Dengan demikian bila seorang manajer menghadapi situasi bagaimanapun kompleksnya akan dapat solusi/keputusan terbaik. B. Perkembangan Teori Manajemen Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa seorang manajer membutuhkan sejumlah teori yang akan menjadi acuan dalam melakukan aktivitas terlebih dalam mengendalikan dan memimpin lembaga. Teori-teori manajemen sampai pada saat ini telah berkembang dengan pesat, namun belum ada suatu teori yang
bersifat
umum
ataupun
berupa
kumpulan-
kumpulan hukum bagi manajemen yang dapat di terapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Para manajemen banyak mengalami dan menjumpai pandangan-pandangan
tentang
manajemen,
yang
berbeda-beda dan setiap pandangan hanya dapat diterapkan untuk kasus tertentu, sehingga
terkadang
masalah-masalah yang sama belum tentu pendekatannya sama. Itu sebabnya diperlukan sejumlah pandangan para ahli dalam rangka tata kelola lembaga yang lebih baik. MANAJEMEN PENDIDIKAN
55 55
Secara umum, teori manajemen dikelompokkan menjadi tiga teori/aliran, yaitu teori manajemen aliran klasik, (2) aliran ilmiah, dan aliran modern. Berikut akan dipaparkan ketiga teori manajemen tersebut. 1. Teori Manajemen Klasik Terdapat
tiga
tokoh
manajemen
klasik
yang
menonjol, yaitu Robert Owen, Charles Babbage, dan Henry Fayol. a. Robert Owen (1771-1858). Pada permulaan tahun 1800 Robert Owen seorang manajer beberapa pabrik kapas di New Lanark Skotlandia menekankan pentingnya unsur manusia dalam produksi.
Gambar 2.1. Robert Owen MANAJEMEN PENDIDIKAN 56
56
Robert Owen membuat perbaikan dalam kondisi kerja,
seperti
pengurangan
hari
kerja
standar,
pembatasan anak-anak di bawah umur yang bekerja dan membangun perumahan yang lebih baik bagi karyawan. Owen nyakin dengan cara ini akan menaikan produksi, keuntungan, dan investasi perusahaan. Selain itu Owen juga
mengembangkan
prosedur
kerja
yang
memungkinkan peningkatan produktivitas. Beberapa
pokok
pikiran
Bapak
Manajemen
Personalia ini, diantaranya bahwa mesin perlu dirawat dengan baik agar memberikan keuntungan kepada perusahaan. Demikian juga tenaga kerja, apabila dipelihara dan dirawat (perhatian, konpensasi, kesehatan, tunjangan dll) oleh pimpinan akan memeberikan keuntungan. Selain itu masalah pendanaan seharusnya lebih banyak dipergunakan untuk meningkatkan SDM dibandingkan dibelanjakan untuk keperluan mesinmesin. Owen tak pernah menyatakan bahwa ia berjuang untuk melakukan perubahan atas dasar kemanusiaan semata-mata, tetapi dengan memperbaiki kondisi pekerja maka produksi dan keuntungan dengan sendirinya akan MANAJEMEN PENDIDIKAN
57 57
meningkat.
Manajer
harus
menjadi
pembaharu
(reformer).
Pekerja sebagai aset perusahaan yang
signifikan terhadap kemajuan suatu organisasi/lembaga b. Charles Babbage (1792-1871) Charles Babbage merupakan orang menganjurkan
prinsip
pembagian
pertama yang kerja
melalui
spesialisasi. Setiap tenaga kerja harus di beri latihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Setiap
karyawan
bertanggungjawab
terhadap
pekerjaannya.
Gambar 2.2. Charles Babbage Beberapa pemikiran seorang matematikawan asal Inggris
ini
mengemukakan
bahwa
computer
diprogramkan dengan baik agar dapat membantu pekerja MANAJEMEN PENDIDIKAN 58
58
secara efektif & efisien. Untuk kemajuan perusahaan, para manajer perlu bertukar pengalaman, pembagian kerja,
pengembangan
menguntungkan
dan
kerjasama merencanakan
yang
saling
pembagian
keuntungan. c. Henry Fayol (1841-1925) Henry Fayol mengemukakan teori dan teknik-teknik administrasi
sebagai
pedoman
bagi
pengelolaan
organisasi yang kompleks. Fayol melihat kecenderungan organisasi akan menghadapi sejumlah tantangan internal dan ekternal, karena itu fungsi-fungsi manajeman perlu dioptimalkan.
Gambar 2.3. Henry Fayol
MANAJEMEN PENDIDIKAN
59 59
Fayol Ia pertama kali mengedepankan abstraksi pengelolaaan lembaga atau lebih dikenal dengan lima fungsi manajemen, yaitu (1) Planing (perencanaan), (2) Organizing
(pengorganisasian,
(3)
Comanding
(pengarahan), (4) Coordinating (Pengkoordinasian), dan (5) Controlling (Pengendalian). Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa fungsi manajemen pertama yaitu perencanaan sangat diperlukan untuk mengatur dan mengevaluasi tindakan selanjutnya. Demikian juga peran pengorganisasian yaitu dapat berusaha untuk menyesuaikan berbagai sumber daya yang terdapat pada organisasi. Dalam manajemen pengarahan dapat dilakukan dengan tujuan untuk memberikan arahan ke semua pekerja agar mau saling bekerjasama dan dapat bekerja secara efektif. Fungsi pengkoordinasian dapat menjaga agar aktivitas sebuah organisasi tetap terus bersinergi dan juga dapat bekerja sama dan komunikasi dengan baik secara formal maupun informal.
Pengendalian
sebuah
kegiatan
untuk
memantau, membuktikan serta memastikan bahwasanya segala aktivitas yang sudah melewati tahapan pada beberapa fungsi manajemen yang sebelumnya telah MANAJEMEN PENDIDIKAN 60
60
berjalan sesuai dengan target selain itu untuk memantau sinkronisasi dengan standar yang telah ditetapkan. Kelima fungsi manajemen tersebut berhubungan antar satu dengan yang lain. Fungsi-fungsi tersebut sangat
berkaitan
dimana
dibutuhkan
planning
(perencanaan). Tanpa adanya perencanaan akan petugas fungsi organisasi tidak akan bisa menjalankan tugasnya dengan
baik
dikarenakan
petugas
(fungsi
pengorganisasian) tersebut tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan. Begitupun dengan fungsi fungsi lainya, jika tidak saling berhubungan maka pelayanan petugas tersebut akan buruk, karena salah satu fungsi tersebut tidak diterapkan dengan baik. Fayol
mengatakan
bahwa
manajer
yang
bertanggung jawab dalam meningkatkan ketelitian dari personel kerja, menghapuskan yang tidak perlu. Ia menegaskan bahwa setiap kebijakan yang berkaitan dengan pekerja merupakan hasil dari pemikiran yang cermat. Pekerja harus menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
yang
didapat
dari
pelatihan,
diberikan
kesempatan kenaikan jabatan yang adil, diberikan MANAJEMEN PENDIDIKAN
61 61
kesempatan untuk pelatihan tambahan, mendapat petunjuk jika mungkin menjabat. Fayol administrasi
mengemukakan untuk
teori
mengelola
dan
organisasi
teknik yang
kompleks dengan empat belas prinsip manajemen seperti dipaparkan dalam Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Empat Belas Prinsip Manajemen Fayol No 1
2
3
4
Komponen Deskripsi Devisi Objek divisi tugas adalah kerja meningkatkan efisiensi melalui reduksi hal-hal yang tidak perlu, meningkatkan output, dan menyederhanakan pelatihan kerja Otoritas Otoritas yang baik untuk memberikan perintah melalui kekuasaan yang snagat dipatuhi. Otoritas memberikan pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan kewajiban Disiplin Disiplin menyatakan secara tidak langsung patuh terhadap peraturan organisasi. Kejelasan pernyataan persetujuan antara organisasi dan anggotanya sangat diperlukan, dan disiplin kelompok tergantung kualitas kepemimpinan Kesatuan Setiap anggota harus menerima komando perintah dari seorang atasannya. MANAJEMEN PENDIDIKAN
62
62
5
Kesatuan arahan
6
Subordinat minat individu
7
Penggajian
8
Sentralisasi
9
Rentang Kendali
10
Perintah
11
Pemerataan
12
Stabilitas personil
Ketaatan terhadap prinsip ini menghindarkan pembagian otoritas dan disiplin Kegiatan yang sama diarahkan untuk mencapai tujuan harus dikelompokkan bersama oleh seorang manajer Minat individu dan kelompok dalam sebuah organisasi tidak melebihi minat organisasi secara keseluruhan (mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan individu) Kompensasi harus terbuka dan memuaskan anggota/organisasinya Manajer harus menguasai tanggungjawab final, tetapi ia harus memberi bawahanya otoritas yang cukup untuk melaksankan tugas dengan sukses. Kelayakan tingkat sentralisasi akan variasi tergantung suasana. Hal ini menjadi pertanyaan bagaimana kelayakan sentralisasi yang dipakai setiap kasus Rentang kendali atau rentang kumendo adalah rentang supervisor dari otoritas di atas ke bawahnya. Garis otoritas harus jelas dan dipatuhi setiap waktu Manusia dan sumber daya material harus dikoordinasikan sesuai tempat dan waktu yang tepat Keinginan pemerataan dan persamaan perlakuan yang diaspirasikan manajer terhadap seluruh bawahannya Kesuksesan organisasi memerlukan kestabilan tempat kerja. Manjerial MANAJEMEN PENDIDIKAN
63 63
mempraktikkan keharusan komitmen jangka panjang anggota terhadap organisasinya. 13 Inisiatif Anggota harus didorong untuk mengembangkan dan melaksanakan rencana peningkatan 14 Semangat Manajer harus mendukung dan tim memelihara kerja tim, semangat tim, dan rasa kebersamaan senasib dan seperjuangan anggotanya. Payol (Usman2009:29)
2. Teori Manajemen Ilmiah Terdapat
dua
tokoh
yang
menonjol
dalam
manajemen ilmiah, yaitu Fredrick Winslor Taylor dan Henry Laurance. a. Fredrick Winslow Taylor (1856-1915) Bapak manajemen ilmiah ini dikenal dengan empat prinsip
dasar
dalam
manajemen,
yaitu
(1)
Pengembangan metode ilmiah dalam manajemen sebagai contoh, untuk pelaksanaan setiap pekerjaan agar sukses, (2) seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan diberikan tanggung jawab atas sesuatu tugas sesuai dengan
kemampuannya,
(3)
pendidikan
dan
pengembangan ilmiah para karyawan, (4) kerja sama MANAJEMEN PENDIDIKAN 64
64
yang baik antara manajemen dan tenaga kerja dan yang paling ekstrim yaitu manajer merupakan pelayan bagi bawahannya bukan bawahan adalah pelayan manajernya. Fredrick Winslow Taylor ialah orang pertama yang mengembangkan manajemen ilmiah. Ia berasumsi bahwa manusia harus diperlakukan seperti mesin. Dalam bekerja setiap manusia diawasi oleh supervisor secara efektif dan efisien. Setiap karyawan harus berproduksi seperti mesin dan harus bekerja tanpa mengenal waktu dan lelah.
Gambar 2.4. Fredrick Winslow Taylor Pemikiran Taylor jika diterapkan dalam dunia organisasi, maka sistem manajemen organisasi dapat dilihat dari sistem kerja yaitu (1) Setiap pekerjaan yang MANAJEMEN PENDIDIKAN
65 65
dilakukan seseorang harus diuraikan menurut bagianbagianya, dan dengan cara ilmiah untuk melakukan setiap bagian dari pekerjaan tersebut perlu ditetapkan sebelumnya, (2) Harus ada kerja sama yang baik antara manajer dan pekerja sehingga segala tugas dapat dilaksankan sesuai rencana, (3) Harus ada pembagian kerja antara manajer dan para pekerja, (4) Manajer harus menjalankan kegiatan supervisi, memberikan perintah, dan merancang apa yang harus dikerjakan, sedangkan para pekerja harus bebas mengerjakan yang ditugaskan. b. Henry Laurance Grantt (1861-1919) Henry Laurance Grantt adalah seorang konsultan manajemen yang berlatar belakang insiyur mekanik yang menciptakan Peta Gantt.
Gambar 2.5. Henry Laurance Grantt MANAJEMEN PENDIDIKAN 66
66
Gantt merupakan
bagan
yang berfungsi untuk; (1)
menentukan durasi pekerjaan terhadap pengembangan waktu, (2) perencanaan dan penjadwalan proyek pekerjaan, dan (3) pemantauan kemajuan pekerjaan. Perencanaan kerja yang direkomendasikan Grantt di atas, diharapkan
dapat membantu para manajer
organisasi untuk bekerja secara efektif dan efisiensi. Berikut ini dipaparkan contoh grant chart untuk rencana kegiatan jangka pendek seperti dalam Tabel 2. 1 berikut ini. Tabel 2.2 Contoh Grantt Chart Deskripsi Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Pelaporan
1
Mei 2 3
4
1
Juni 2 3
4
dst
Kontribusi pikiran dan ide-idenya Henry Laurance Grantt yaitu
(1) Menitikberatkan pada SDM
dalam
meningkatkan produktivitas kerja, (2) Aplikasi prinsipprinsip
ilmiah dalam proses kerja
akan menaikan
produktivitas tenaga kerja, menurunkan biaya, (3) MANAJEMEN PENDIDIKAN
67 67
Menyeleksi tenaga kerja dengan prinsip ilmiah, (4) Menggunakan upah kerja dengan sistem bonus, dan (5) Penggunaan instruksi kerja yang terinci. 3. Teori Manajemen Modern Beberapa pemikiran ahli yang menonjol berkaitan dengan manajemen modern, yaitu Douglas MC Gregor Abraham Maslow, George R. Terry, Frederick Herzberg, dan William Edwars Deming. a. Douglas MC. Gregor (1906-1964 Bapak teori X dan Y atau teori negatif (X) dan positif (Y). Teori X ini mengatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah mahluk pemalas, tidak suka bekerja,
senang
menghindar
dari
pekerjaan
dan
tanggungjawab.
Gambar 2. 6. Douglas MC. Gregor MANAJEMEN PENDIDIKAN 68
68
Pekerja/karyawan
memiliki
ambisi
kecil,
menginginkan balas jasa serta jaminan hidup
namun tinggi
Pekerja terus diawasi, diancam, diarahkan bekerja baik. Sementara teori Y mengatakan bahwa (1) pekerjaan itu
pada hakikatnya adalah pemain
yang dapat
memberikan kepuasan orang lain, (2) pada dasarnya manusia tidak malas dan dapat dipercaya dan dapat mengawasi dirinya sendiri, (3) Bekerja adalah kodrat manusia, jadi tidak perlu Manusia
memiliki
diancam secara ketet, (4)
kemampuan
kreatif
dalam
memecahkan masalah karena itu perlu dimotivasi dan dipenuhi kebutuhan. Baik teori X maupun teori Y keduanya nampak dalam suasana setiap organisasi. Tugas manajer ketika menerapkan prinsip teori tersebut, diantaranya adalah memperhatikan situasi dan kondisi pekerja dan iklim organisasi. b. Abraham Maslow (1908-1970) Abrahan Maslow dikenal dengan teori khierarkhi kebutuhan manusia. Ia mengatakan terdapat lima kebutuhan manusia yang haruslah dipenuhi secara berurut/kontinum, yaitu mulai tingkat
yang
MANAJEMEN PENDIDIKAN
paling 69 69
mendasar yaitu kebutuhan (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, penghargaan, dan sampai yang paling tertinggi aktualisasi
diri).
Manakala
kebutuhan-kebutuhan
tersebut telah terpenuhi, maka seseorang akan puas dan termotivasi untuk bekerja memenuhi kebutuhan yang lebih tiggi. Begitu pula sebaliknya kalau tidak terpenuhi maka seseorang/karyawan akan tidak puas dan tidak termotivasi untuk bekerja.
Gambar 2.7 Abraham Maslow Teori Maslow memandang bahwa setiap individu memiliki kebutuhan dari yang terkecil hingga terbesar. Tingkatan kebutuhan manusia bisa dijabarkan ke dalam piramida kebutuhan Maslow. Piramida tersebut menjadi gambaran bagaimana tingkat kebutuhan setiap individu. Tingkatan tersebut MANAJEMEN PENDIDIKAN 70
70
juga penting diketahui, karena akan dialami
setiap
orang. Untuk lebih jelasnya teori dimaksud akan dipaparkan dalam bentuk Gambar 2.8 berikut.
Gambar 2.8 Khierarki Kebutuhan Manusia Abraham Maslow Berdasarkan Gambar 2.8 di atas, nampak jelas bahwa hasil riset Abramaham Maslow mengkategorikan lima level kebutuhan manusia dan sebagaian besar manusia dalam berbagai aktivitasnya diarahkan pada pemenuhan kebutuhan fisiologis. Untuk lebih jelasnya kelima level kebutuhan tersebut akan diuraikan berikut ini.
MANAJEMEN PENDIDIKAN
71 71
1. Kebutuhan Fisiologis yaitu kebutuhan yang paling dasar yang harus dipenuhi oleh seorang individu. Kebutuhan tersebut mencakup sandang, pangan dan papan.
Contohnya
kebutuhan
makan,
minum,
perumahan, seks, istirahat untuk menjaga kesehatan, berobat jika sakit. 2. Kebutuhan Akan Rasa Aman, yaitu kebutuhan yang diperoleh setelah yang pertama terpenuhi. Pada kebutuhan
tahap
kedua
ini
seorang
individu
menginginkan terpenuhinya rasa keamanan. Pada dasarnya kebutuhan rasa aman ini mengarah pada dua bentuk
yakni:
kebutuhan
keamanan
jiwa
dan
kebutuhan keamanan harta. 3. Kebutuhan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang, yaitu kebutuhan ketiga setelah kebutuhan kedua terpenuhi. Pada kebutuhan ini mencakup perasaan seseorang seperti termilikinya cinta, sayang, keluarga yang bahagia dengan suami/istri dan memperoleh anak dari perkawinan yang sah, tergabung dalam organisasi sosial.
Kebutuhan
seseorang
yang
sosial
disini
membutuhkan
memperhatikan pengakuan
atau
penghormatan dari orang lain. MANAJEMEN PENDIDIKAN 72
72
4. Kebutuhan Penghargaan, yaitu kebutuhan keempat yang dipenuhi setelah kebutuhan ke tiga terpenuhi. Pada
kebutuhan
ini
sesorang
mencakup
pada
keinginan untuk memperoleh harga diri. Harga diri atau respek diri: ini bergantung pada keinginan akan kekuatan, kompetensi, kebebasan, dan kemandirian. Ia juga bertalian dengan achievement motivation, dorongan untuk berprestasi. Pada tahap ini seseorang memiliki prestasi
keinginan kuat yang
dimiliki,
untuk serta
memperhatikan
prestasi
tersebut
selanjutnya diinginkan orang lain mengetahuinya dan menghargai atas prestasi yang telah diperoleh tersebut. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri, kebutuhan tertinggi dari teori Maslow. Pada tahap ini seseorang ingin terpenuhinya keinginan untuk aktualisasi diri, yaitu ia ingin menggunakan potensi yang dimiliki dan mengaktualisasikannya dalam bentuk pengembangan dirinya.
Kondisi
ini
teraplikasi
dalam
bentuk
pekerjaan yang dijalani tidak sekadar bekerja sebagai bagian dari rutinitas kewajiban pekerja kantor saja tetapi lebih dari itu, yaitu sikap kerja yang suka MANAJEMEN PENDIDIKAN
73 73
dengan tantangan, suka dengan hal-hal baru, dan penuh dengan kreativitas tingkat tinggi. Keinginan disertai
dengan
kinerja
yang
produktif
untuk
mengembangkan diri sampai pada pretasi yang maksimal sangat tinggi. c. George R. Terry (1909-1979) George R. Terry dikenal dengan sebutan bapak ilmu manajemen modern. Ia mengatakan manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui dan/atau bersama-sama usaha orang lain. Manajemen penting bagi setiap aktivitas individu
sangat
atau kelompok
dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan
Gambar 2.9. George R. Terry Manajemen berorientasi pada proses (process oriented) dan membutuhkan SDM, pengetahuan, dan MANAJEMEN PENDIDIKAN 74
74
keterampilan agar aktivitas menjadi lebih efektif dan menghasilkan tindakan untuk mencapai kesuksesan. Ia mengatakan tidak akan ada organisasi yang akan sukses tanpa menggunakan manajemen yang baik. Menurut Terry, bahwa penerapan prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Salah satu prinsip manajemen ini yaitu dalam hal division of work (pembagian kerja). Menurutnya pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam
penempatan karyawan
harus
menggunakan
prinsip the right man in the right place (menempatkan orang sesuai keahliannya). Pembagian kerja harus rasional/objektif,
bukan emosional subyektif
yang
didasarkan atas dasar like and dislike (suka dan tidak suka) Pembagian kerja berdasarkan keahlian masingmasing orang yang dilakukan oleh manajer yang berpengalaman akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran, dan keefektifan kerja Pembagian MANAJEMEN PENDIDIKAN
75 75
kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja. Kecerobohan dalam pembagian kerja akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan. Padangan ahli ini yang paling menonjol yaitu membagi 4 fungsi manajemen yaitu yang lebih dikenal dengan
singkatan
POAC
(Planning,
Organising,
Actuating, dan Controling) seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, menjadi kunci seorang manajer dalam membuat program kerja organisasi. Dalam banyak hal pandangan Terry ini, lebih cocok diterapkan di setiap tingkat manajemen dalam menyusun, memproses serta mengatur organisasi yang terorganisir lebih baik. d. Frederick Herzberg (1923-2000) Herzberg mengemukakan teori motivasi berdasar dua faktor yaitu disebutnya motivator (faktor intrinsik) dan faktor higiene (faktor ekstrinsik). 1. Faktor Motivator. Faktor intrinsik yang mendorong dan merangsang karyawan untuk bekerja lebih baik dan produktif, seperti prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, serta kemajuan. MANAJEMEN PENDIDIKAN 76
76
2. Faktor Hygiene. Faktor ekstrinsik yang menimbulkan rasa ketidakpuasan pada karyawan. Kekurangan pada faktor-faktor tersebut akan menimbulkan rasa tidak puas, namun bukan berarti terpenuhinya faktor tersebut akan menjamin timbulnya motivasi kerja. Termasuk dalam faktor ini adalah faktor atasan, lingkungan kerja, hubungan kerja antar-individu, imbalan dan rasa aman, serta kebijakan perusahaan.
Gambar 2.10. Frederick Herzberg Frederick Herzberg mengemukakan 2 tahap dalam memotivasi karyawan/pegawai, yaitu (1) Mencegah timbulnya ketidakpuasan karyawan (lingkungan kerja, atasan,
imbalan dan rasa aman, dan kebijakan
perusahaan dan (2) Memotivasi dan kepuasan karyawan MANAJEMEN PENDIDIKAN
77 77
dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berprestasi, pengakuan pekerjaan, tanggungjawab serta kemajuan. e. William Edwards Deming (1900-1993) William Edwards Deming memberikan kontribusi yang signifikan dan bereputasi dalam memberi inovasi produk berkualitas tinggi dan kekuatan ekonomi. Menurutnya pemimpin adalah aktor utama dalam Supervisi. Itu sebabnya seorang pemimpin diharapkan memiliki
pengetahuan,
kepribadian,
persuasi. Pemimpinan tidak
dan
kekuatan
hanya sekadar pintar. Ia
harus menyeimbangkan antara kepala dan hatinya yaitu sisi emosional dan logikanya.
Gambar 2. 11. William Edwards Deming
MANAJEMEN PENDIDIKAN 78
78
Bapak ahli matematika dan statistic ini adalah salah satu tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan manajemen kualitas ini, dikenal dengan “Deming Philosophy” yang mengajarkan bahwa penggunaan manajemen
yang tepat dan baik akan membawa
organisasi untuk meningkatkan kualitas mereka. Dengan meningkatnya kualitas maka secara bersamaan akan mengurangi
biaya-biaya
dari
organisasi
tersebut.
Menurut Daming kuncinya adalah perbaikan yang dilakukan secara terus-menerus dan peningkatan kualitas akan membawa organisasi ke ara yang lebih baik di masa yang akan datang.
MANAJEMEN PENDIDIKAN
79 79
KONSEP DASARKOMPONEN MANAJEMEN MANAJEMEN BAB I MANAJEMEN PENDIDIKAN BAB III SEKOLAH BAB III KOMPONEN DAN SEKOLAH A. Pendahuluan KEBERHASILAN A. Pendahuluan sekolah dalam melaksanakan fungsi kependidikannya perlu didukung dengan hampir manajemen MANAJEMEN sekolah pada hakikatnya sama yang baik.pengertian Indikator manajemen manajemen sekolah yang Ruang baik dengan pendidikan. dapat dilihat budaya kerjamanajemen sekolah dengan suasana lingkup dandari bidang kajian sekolah juga dan iklim kerja dan inovatif. Demikian pula merupakan ruangpositif lingkup dan kajian manajemen penataan fisikNamun dan administrasi atau ketatalaksanaan pendidikan. demikian manajemen pendidikan sekolah dengan baik danyang memberi mempunyai jangkauan lebih kontribusi luas dari yang pada berarti bagi kualitas dan lulusan. lain, manajemen manajemen sekolah.sekolah Dengan perkataan Manajemen sekolah yang danpendidikan berdaya sekolah merupakan bagian dariprofesional manajemen saing global, menjadi impianpendidikan setiap institusi satuan atau penerapan manajemen dalamdan organisasi pendidikan bahkan salah para pemangku kepentingan. sekolah sebagai satu komponen dari Karena sistem kualitas sekolah sangat berpengaruh terhadap animo pendidikan yang berlaku. masyarakat untuk meyekolahkan anak-anaknya Manajemen sekolah terbatas pada satu sekolahpada saja, institusi dan/atau satuan pendidikan tertentu. sedangkan manajemen pendidikan meliputi seluruh Dalam upaya apabahkan yang dikemukakan di komponen sistem mencapai pendidikan, bisa menjangkau atas, maka setiap manajer perlu memahami dan MANAJEMEN MANAJEMENPENDIDIKAN PENDIDIKAN 80
180
sistem yang lebih luas dan besar (suprasistem) secara regional, nasional, bahkan internasional. Penggunaan istilah manajemen sekolah, merupakan terjemahan dari school management yang akan melihat bagaimana manajemen substansi-subtansi pendidikan di suatu sekolah atau manajemen berbasis sekolah agar dapat berjalan dengan tertib, lancar dan benar-benar terintegrasi
dalam suatu
sistem kerjasama
untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Hal yang paling penting dalam implementasi MBS adalah manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri. Umumnya komponen-komponen sekolah yang perlu dikelola manajer/kepala sekolah/tenaga kependidikan diantaranya
terdapat
tuju
komponen,
yaitu
(1)
manajemen kurikulum dan program pengajaran, (2) manajemen
tenaga
manajemen
kesiswaan,
kependidikan/pegawai, (4)
manajemen
(3)
keuangan/
pendanaan, (5) manajemen sarana dan prasarana, (6) manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (7) manajemen layanan khusus. Ketuju komponen manajemen sekolah/madrasah
tersebut
merupakan
MANAJEMEN PENDIDIKAN
81 81
suatu sistem. Dikatakan demikian karena jika salah satu komponen sekolah mengalami keterhambatan, maka secara tidak langsung dan/atau tidak langsung
akan
berdampak pada komponen lain dan tentu saja akan mempengaruhi
kualitas
sekolah/pendidikan
pada
umumnya. Karena itu setiap manajer diharapkan memahami dan mempraktikkan ketuju hal tersebut sekaligus
menjadi
acuan
utama
bagi
setiap
manajer/kepala sekolah B. Manajemen Komponen Sekolah 1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran Kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan setiap hari sangatlah penting bagi mansia. Kurikulum menjadi inti bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan
pendidikan.
Karena
itu
dalam
penyusunan kurikulum membutuhkan landasan yang kuat, yang didasari pada hasil penelitian dan pemikiran yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal yaitu kegagalan proses dan hasil pendidikan. MANAJEMEN PENDIDIKAN 82
82
Dikenal dua jenis kurikulum di Indonesia, yaitu Kurikulum Nasional (Kurnas) dan kurikulum muatan lokal (Kurlok). Kurikulum nasional merupakan standar nasional
yang
dikembangkan
oleh
Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas). Sedangkan kurikulum muatan lokal merupakan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang disusun oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan atau Kabupaten
/
Kota
dan
pengembangan
dan
implementasinya pada satuan pendidikan. Kurikulum
yang
digunakan
di
kelas
dapat
disesuaikan (dimodifikasi) sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa. Modifikasi dapat dilakukan dengan cara: modifikasi alokasi waktu, proses
pembelajaran,
sarana-prasarana,
isi/materi, lingkungan
belajar, dan pengelolaan kelas. Selain mempertimbagkan kemampuan awal dan karakteristik siswa, juga dalam pengembanganya perlu memperhatikan kondisi dan keadaan lingkungan satuan pendidikan. Sumber daya yang ada dalam satuan pendidikan dapat dimanfaatkan dalam menyusun dan melaksankan kurikulum. MANAJEMEN PENDIDIKAN
83 83
Tata kelola kurikulum (program pengajaran) sekolah antara lain meliputi: (1) modifikasi kurikulum nasional sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa; (2) menjabarkan kalender pendidikan; (3) menyusun jadwal pelajaran dan pembagian tugas mengajar; (4) mengatur pelaksanaan penyusunan program pengajaran persemester
dan
persiapan
pelaksanaan
penyusunan
pelajaran;
program
(5)mengatur
kurikuler
dan
ekstrakurikuler; (6) mengatur pelaksanaan penilaian; (7) mengatur pelaksanaan kenaikan kelas; (8) membuat laporan kemajuan belajar siswa; dan (9) mengatur usaha perbaikan dan pengayaan pengajaran. 2. Manajemen Tenaga Kependidikan/Pegawai Manajemen
tenaga
kependidikan/pegawai
merupakan salah satu bentuk pengelolaan manusia yang bekerja
di
suatu
sekolah
secara
efektif
untuk
menghasilkan sebuah tatanan sistem atau proses pendidikan
yang
baik.
Karena
itu
dibutuhkan
pengetahuan bagaimana mengelola SDM yang ada dalam organisasi pendidikan. MANAJEMEN PENDIDIKAN 84
84
Manajemen tenaga kependidikan/pegawai di sekolah bertujuan
untuk
mendayagunakan
tenaga-tenaga
kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal. Beberapa tujuan pengelolaan SDM, yaitu:
sumber
(1)
Untuk mengembangkan efektivitas kerja
daya
Memperbaiki
manusia di kualitas
dalam
tenaga
organisasi,
kerja dalam
(2) suatu
organisasi sehingga dapat memberikan kontribusi lebih kepada organisasi, (3) Memberikan aturan kerja yang efektif dengan produktivitas tinggi kepada organisasi, (4) Untuk menyeimbangkan antara tujuan masing-masing individu dan menyelaraskan nya hingga mampu bergerak dalam irama yang sama demi mencapai tujuan bersama yaitu tujuan perusahaan, dan (5) Untuk membantu para manajer fungsional dan manajer lini dalam mengelola seluruh tenaga kerja atau karyawan selaku sumber daya manusia dengan cara yang lebih efektif. 3. Manajemen Kesiswaan Kepala sekolah mempunyai peran yang signifikan dan sangat mendasar terkait dengan tata kelola kesiswaan sejak perekrutan/penerimaan siswa baru, MANAJEMEN PENDIDIKAN
85 85
pembinaan siswa, atau pengembangan diri sampai dengan proses kelulusan. Semua kegiatan pendidikan, baik berkenaan dengan manajemen akademik, layanan pendukung akademik, sumber daya manusia dan keuangan, sarana prasaran, dan hubungan sekolah dengan masyarakat diupayakan agar siswa mendapat layanan pendidikan yang optimal. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lencar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan minimal memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan
siswa
baru,
pengelolaan
pembelajaran, dan pembinaan kesiswaan.
proses Bidang-
bidang tersebut ditindaklanjuti dengan tata kelola kesiswaan seperti penerimaan siswa baru; program bimbingan dan konseling; pengelompokan belajar siswa berdasarkan kegiatan pemintan; kehadiran siswa; mutasi siswa; papan statistik siswa; buku induk siswa. Penerimaaan siswa baru yang mengacu pada sistem zona saat ini banyak diperbincangkan masyarakat luas MANAJEMEN PENDIDIKAN 86
86
Sistem zona yang mulai diterapkan sejak Tahun Ajaran 2018//2019 ini banyak menuai pro dan kontra karena dinilai membatasi siswa dengan nilai yang tinggi untuk mendapatkan sekolah favorit. Di sisi lain, pemerintah dalam hal ini Kemendikbud merancang kebijakan ini untuk
menciptakan
pemerataan
pendidikan
dan
meniadakan konsep sekolah favorit. Oleh karena itu selain
memperhatikan
sistem
zonasi,
juga
perlu
menerapakan Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 Pasal 14 ayat 2 dan 3. Pada ayat 2 dikatakan bahwa Seleksi calon peserta didik baru kelas 10 (sepuluh) SMK atau bentuk lain yang sederajat mempertimbangkan kriteria dengan urutan prioritas sesuai dengan daya tampung berdasarkan ketentuan rombongan belajar yaitu (1) SHUN SMP atau bentuk lain yang sederajat dan (2) prestasi di bidang akademik dan non-akademik yang diakui Sekolah. Khusus calon peserta didik pada SMK atau bentuk lain
yang
sederajat,
selain
mengikuti
seleksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekolah dapat melakukan seleksi bakat dan minat sesuai dengan bidang keahlian/program keahlian/kompetensi keahlian yang MANAJEMEN PENDIDIKAN
87 87
dipilihnya dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan Sekolah dan institusi pasangan/asosiasi profesi. Berkaitan dengan hal tersebut, sekolah/madrasah dapat bekerjasama dengan pihak profesional, seperti psikolog dan/atau konselor pada lembaga PT atau lembaga lainya yang memiliki legalitas. Guru bimbingan & konseling
di sekolah/madrasah dapat bekerjasama
dengan pihak profesional dimaksud untuk program penerimaan siswa baru dan dalam program peminatan kurikulum 2013. 4. Manajemen Pembiayaan Pendidikan Manajemen
pembiayaan
pendidikan
adalah
manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan, yang meliputi sumber pendapatan dan pengunaan dana pendidikan. Manajemen keuangan merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan pencatatan,
keuangan
perencanaan,
yang
meliputi
pelaksanaan,
pertanggungjawaban, dan pelaporan. Referensi lain istilah yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan pendidikan juga dikenal dengan administrasi biaya pendidikan yang diartikan dengan MANAJEMEN PENDIDIKAN 88
88
seluruh
proses
kegiatan
yang
direncanakan
dan
dilaksanakan secara sengaja dan dijalankan secara kontinu terhadap biaya (dana) operasional sekolah. Dalam
hal
ini
pelaksanaannya
dapat proses
dijelaskan
bahwa
manajemen
dalam
pendanaan
pendidikan meliputi segenap kegiatan yang berkenaan dengan
penataan
(pengelolaan)
sumber
dana,
penggunaan dana serta mencakup pertanggungjawaban penggunaan dana pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan. Hal
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
(tahapan) yang ada dalam administrasi pembiayaan yaitu:
1) perencanaan
anggaran
(budgeting),
yaitu
kegiatan mengkoordinir semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematik, 2) pelaksanaan (implenmentation involves accounting), yaitu kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat, 3) evaluasi atau pertanggungjawaban (auditing), yaitu proses penilaian terhadap pencapaian tujuan. Secara umum kegiatan yang ada dalam manajemen pembiayaan pendidikan meliputi: penyusunan anggaran, MANAJEMEN PENDIDIKAN
89 89
pembiayaan, pemeriksaan, atau dengan kata lain bisa ditegaskan bahwa manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah
mulai
dari
perencanaan,
pembukuan,
pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah. Hal ini perlu dilakukan agar prosesnya berjalan secara efektif dan terhindar dari berbagai penyalah gunaan yang berdampak pada terhambatnya proses pendidikan dan tujuan pendidikan tidak dapat diwujudkan secara maksimal. Pembahasan masalah pembiayaan pendidikan secara umum mencakup konsep dasar pembiayaan pendidikan, prinsip-prinsip
pengelolaan
keuangan
penganggaran
(penyusunan
aggaran)
pendidikan, dan
fungsi
penganggaran. Secara lebih rinci bisa dijelaskan sebagai berikut: a. Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan Menurut teori human capital, SDM merupakan komponen terpenting dalam rangka merencanakan dan melaksanakan pembangunan di setiap Negara. Sumber daya manusia tidak semata-mata dianggap sebagai faktor produksi melainkan penggerak sistem produksi secara MANAJEMEN PENDIDIKAN 90
90
menyeluruh.
Investasi
di
bidang
SDM
sangat
menentukan bagi keberlangsungan dan keberlanjutan rencana pembangunan suatu negara. Hal ini juga berlaku dalam upaya menjalankan dan mencapai tujuan suatu lembaga pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan anggaran atau pembiayaan untuk pendidikan, hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa anggaran pendidikan merupakan salah satu elemen penting untuk menunjang jalannya seluruh pelaksanaan pendidikan. Atas
dasar
mewujudkan menunjang
pemikiran
pembiayaan tercapainya
di
atas,
pendidikan tujuan
maka yang
pendidikan
untuk bisa yaitu
meningkatkan mutu SDM maka pembiayaan pendidikan itu harus dimanage sebaik mungkin. Dengan kata lain bisa ditegaskan bahwa, supaya berhasil manajemen pembiayaan pendidikan itu harus dijalankan secara efektif
yaitu
perencanaan,
dengan
menjalankan
pelaksanaan
fungsi-fungsi
dan
pengawasan
dalam
manajemen
(pertanggungjawaban). Jadi,
secara
konseptual,
pendanaan pendidikan langkah yang harus ditempuh adalah sama dengan manajemen secara umum yaitu MANAJEMEN PENDIDIKAN
91 91
membuat perencanaan penganggaran dana pendidikan, menjalankan setiap program yang telah direncanakan, serta
mengawasi
pelaksanaan
setiap
program
penganggaran yang telah direncanakan, sehingga bisa dipertanggung penggunaan
jawabkan anggaran
dengan pendidikan
penyelewengan-penyelewengan tercapainya
tujuan
pendidikan
baik
sehingga
terhindar
yang itu
dari
menghambat sendiri
yaitu
meningkatkan SDM. b. Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Pendidikan Dalam manajemen dana (keuangan) pendidikan, agar penggunaan anggaran bisa berjalan secara efektif maka harus didasarkan pada prinsip-prinsip umum pengelolaan keuangan sebagai berikut: 1) hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan, 2) terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/ kegiatan, 3)terbuka dan transparan, dalam pengertian dari dan untuk apa keuangan lembaga tersebut perlu dicatat dan dipertanggung jawabkan serta disertai buktinya. Secara
umum
kesemua
prinsip
penggunaan
anggaran dan keuangan pendidikan tidak terlepas dari MANAJEMEN PENDIDIKAN 92
92
terbatasnya anggaran pendidikan itu sendiri, sehingga dalam penggunaannya harus dikelola seefektif dan seefesien mungkin, dengan kata lain dengan anggaran yang ada harus diupayakan untuk bisa mencapai tujuan pendidikan secara maksimal. c. Penganggaran (Penyusunan Aggaran) Penganggaran
merupakan
proses
penyusunan
anggaran. Penganggaran merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk uang yang berguna sebagai acuan (pedoman) dalam jalannya proses kegiatan suatu lembaga dalam jangka waktu (periode) tertentu. Oleh karena itu, dalam anggaran tergambar kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga. Penyusunan anggaran merupakan langkah-langkah positif yang sangat fundamental untuk merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi, dalam konteks pendanaan pendidikan maka melibatkan pimpinan satuan pendidikan itu sendiri yaitu kepala sekolah dan jajarannya.
Pada
dasarnya,
penyusunan
anggaran
merupakan negosiasi atau musyawarah antara pimpinan MANAJEMEN PENDIDIKAN
93 93
dengan bawahannya dalam menentukan besarnya alokasi biaya suatu penganggaran. Sebagai organisasi sektor public, maka penyusunan anggaran (pendanaan) pendidikan mempunyai fungsi lebih dari sekedar acuan pengalokasian dana, tetapi lebih daripada itu juga berfungsi sebagai bentuk akuntabilitas atas penggunaan dana publik yang dikelolanya. Hasil akhir
dari
suatu
musyawarah
tentang
rencana
penganggaran tersebut merupakan suatu pernyataan tentang (rencana) pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan dari setiap sumber dana. d. Fungsi Penganggaran Selain
sebagai
alat
untuk
perencanaan
dan
pengendalian, penganggaran juga merupakan alat bantu bagi manajemen dalam mengarahkan suatu lembaga menempatkan organisasi dalam posisi yang kuat atau lemah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa anggaran juga dapat berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Secara lebih rinci mengenai fungsi penganggaran dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut: MANAJEMEN PENDIDIKAN 94
94
1. Perencanaan. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan, sehingga dengan fungsi ini lembaga bisa mengetahui arah kebijakan yang akan dilaksanakan. Dimana semua kebijakan yang akan dilaksanakan sesuai dengan ketersediaan dana yang telah dianggarkan. 2. Pengendalian. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian, artinya dengan adanya perencanaan penganggaran maka lembaga dapat menghindari pengeluaran
yang
berlebihan
atau
adanya
pengunaan anggaran yang tidak proporsional yaitu tidak tepat guna dan tidak semestinya, sehingga merugikan proses pendidikan itu sendiri. 3. Alat koordinasi dan komunikasi. Selain kedua fungsi di atas, anggaran juga berfungsi sebagai alat
koordinasi
anggaran
yang
artinya
dengan
komperhensif
dokumen
maka
setiap
lembaga bisa mendeteksi dan mengkoordinir tugas apa saja yang harus dijalankan oleh unitunit (bagian) lainnya. 4. Sebagai alat penilain kinerja. Artinya anggaran bisa dijadikan sebagai barometer apakan suatu MANAJEMEN PENDIDIKAN
95 95
unit (bagian) telah bekerja sesuai dengan target atau tidak, hal ini dikarenakan dalam penyusunan perencanaan program kerja telah disesuaikan antara program yang dirancang dengan dana yang dibutuhkan, sehingga efektif atau tidaknya pelaksanaan program tersebut bisa diukur dari pemanfaatan dana. 5. Sebagai alat motivasi. Fungsi motivasi ini akan berfungsi
jika
anggaran
memenuhi
sifat
menantang tapi masih realistis (mungkin) untuk dipenuhi. Artinya suatu anggaran itu hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga sulit untuk dipenuhi, akan tetapi juga jangan terlalu rendah sehingga menjadi tidak menantang. e. Bentuk-Bentuk Pendanaan Biaya Pendidikan adalah semua pengeluaran yang memiliki kaitan langsung dengan penyelenggaraan pendidikan. Biaya pendidikan merupakan sumber daya yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Biaya pendidikan terdiri dari semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan MANAJEMEN PENDIDIKAN 96
96
baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang) Biaya pendidikan meliputi biaya investasi, biaya operasional, dan biaya personal. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia serta modal kerja tetap. Biaya operasioanal
meliputi
gaji
pendidik
dan
tenaga
kependidikan, serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai serta biaya pendidikan tak langsung berupa air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur dan sebagainya. Selain itu juga ada biaya personal yang mencakup pembiayaan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk dapat mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dipaparkan jenisjenis
pendanaan
berdasarkan
sifatnya
dapat
diklasifikasikan menjadi dua, antara lain: 1) Pendanaan yang bersifat rutin, yaitu pendanaan yang dilakukan oleh sekolah sebagai lembaga yang dilakukan secara rutin dalam target atau periode waktu tertentu, misalnya pengeluaran MANAJEMEN PENDIDIKAN
97 97
pelaksanaan proses belajar mengajar, pengeluaran tata usaha sekolah, pendanaan untuk pemeliharaan
sarana/prasarana
sekolah,
pendanaan untuk menunjang kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya, administrasi, dan lain-lain. 2) Pendanaan yang bersifat tidak rutin, yaitu pendanaan yang dilakukan oleh sekolah hanya pada waktu tertentu tergantung kebutuhan dan tidak terjadwal secara periodik sebagaiman pendanaan
rutin,
misalnya:
pembangunan
gedung, pagar, lapangan dan lain-lain. f. Sistem Pertanggungjawaban Dalam sistem manajemen keuangan (pendanaan), pertanggungjawaban merupakan salah satu kegiatan sangat vital hal ini merupakan bentuk akuntabilitasi pengelolaan keuangan suatu lembaga, hal ini juga berlaku dalam konteks manajemen keuangan pendidikan. Sekolah yang merupakan lembaga pendidikan, dalam manajemen keuangannya juga diadakan pertanggung jawaban, hal ini sesuai dengan prinsip dasarnya yaitu sekolah
merupakan
lembaga
sektor
publik
MANAJEMEN PENDIDIKAN 98
yang 98
pengelolaan keuangannya harus dipertanggungjawabkan seakuntabel mungkin kepada publik. Implementasi pertanggungjawaban
dalam
manajemen
sekolah
dilakukan setiap akhir tahun anggaran. Pertanggung jawaban ini dilakukan dalam rapat dewan sekolah, yang diikuti oleh pemangku kepentingan
pendidikan yang
meliputi komponen sekolah, komponen masyarakat dan pemerintah daerah yang terkait. 5. Manajemen Sarana dan Prasaran Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen penting yang harus terpenuhi dalam menunjang sistem pendidikan. Menurut Ketentuan Umum Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007, sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindahpindah, sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan
fungsi
sekolah/madrasah.
Sarana
pendidikan antara lain gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat media pembelajaran. Sedangkan yang termasuk prasarana seperti halaman, taman, lapangan, jalan menuju sekolah. MANAJEMEN PENDIDIKAN
99 99
Menurut Asmani (2012:15), manajemen sarana dan prasarana adalah manajemen sarana sekolah dan sarana bagi pembelajaran, yang meliputi ketersediaan dan pemanfaatan sumber belajar bagi guru, siswa serta penataan ruangan-ruangan yang dimiliki. Manajemen
sarana
dan
prasarana
pendidikan
bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, inventarisasi dan penghapusan serta penataan ( Mulyasa, 2011). Manajemen sarana
dan prasarana
yang baik
diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, dan
indah
sehingga
menciptakan
kondisi
yang
menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara
kuantitatif,
kualitatif
dan
relevan
dengan
kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun peserta didik MANAJEMEN PENDIDIKAN 100
100
sebagai pelajar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan persyaratan pengadaan sarana dan prasarana dengan membuat daftar prioritas keperluan pada setiap sekolah oleh tim dan tenaga kependidikan yang profesional pada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan melakukan “need assesment” sekolah. Perencanaan merupakan kegiatan analisis kebutuhan terhadap segala kebutuhan dan
perlengkapan yang
dibutuhkan sekolah untuk kegiatan pembelajaran peserta dan didik dan kegiatan penunjang lainnya. Kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan sekolah berlangsung. Kegiatan ini biasa dilakukan pada awal tahun pelajaran dan disempurnakan tiap triwulan atau tiap semester dengan melibatkan komunitas sekolah. 1) Prosedur
Perencanaan.
mengadakan
analisa
materi dan alat/media yang dibutuhkan ; Seleksi terhadap alat yang masih dapat dimanfaatkan; Mencari dan atau menetapkan dana; Menunjuk seseorang
yang
akan
diserahkan
untuk
mengadakan alat dengan pertimbangan keahlian dan kejujuran. MANAJEMEN PENDIDIKAN
101 101
2) Hal-hal
yang
harus
diperhatikan
dalam
perencanaan sarana dan prasarana pendidikan. Perencanaan pengadaan barang harus dipandang sebagai bagian integral dari usaha kualitas sekolah. 6. Manajemen
Hubungan
Sekolah
dengan
Masyarakat a. Pentingnya kerja sama Pada hakikatnya
kerjasama adalah suatu bentuk
interaksi social yang ditandai dengan berbagai kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dalam mencapai tujuan bersama. Sekolah dan orangtua/masyarakat memiliki berbagai kepentingan yang sama dalam pembangunan pendidikan. Karena itu mereka perlu menyatukan persepsi tentang kepentingan anak-anak di sekolah. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati masyarakat pada umumnya serta dari publiknya, MANAJEMEN PENDIDIKAN 102
102
pada khususnya sehingga kegiatan operasional sekolah/ pendidikan semakin efektif dan efisen, demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pada hakikatnya sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, khususnya masyarakat publiknya, seperti para orangtua murid/anggota Komite Sekolah (dahulu dikenal BP3), dan atasan langsungnya. Demikian pula hasil pendidikan pelaksanaan sekolah akan menjadi harapan bahkan dambaan masyarakatnya, maka kegiatan-kegiatan sekolah juga harus terpadu dengan derap masyarakatnya. Sekolah juga menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, orangtua, dan masyarakat. Syaukani (2002) mengatakan bahwa seharusnya antara sekolah dan orangtua memiliki titik singgung dalam berbagai peran pendidikan. Kelemahan sekolah harus
ditutupi
keluarga.
Begitu
juga
sebaliknya
kegagalan lingkungan keluaraga dalam pembangunan pendidikan harus ditutupi oleh keberhasilan pendidikan di sekolah. Dengan demikian seperti yang dikatakan Arief (2002) bahwa sekolah dan orangtua mempunyai hubungan yang sinergis yang saling bekerja sama dan MANAJEMEN PENDIDIKAN
103 103
saling
mendukung.
Orangtua
dan
sekolah
perlu
menentukan arah pendidikan bagi anak/murid dan kemudian memikirkan bagaimana mencapai tujuan. Alasan yang sangat mendasar dikemukakan Sallis (1993) bahwa ada tiga pelanggan pendidikan, yaitu murid sebagai pelanggan utama (primary customers), orangtua
sebagai
pelanggan
sekunder
(secondary
customers), dan masyarakat sebagai pelanggan tersier (tertiary customers). Dari ketiga kelompok pengguna jasa pendidikan tersebut, Sherry dan Henrqess (1991) lebih menegaskan bahwa
orangtua dan masyarkat
merupakan kelompok kunci pemakai produk sekolah. Jika demikian halnya maka tidak salah kalau orangtua dan
masyarakat
dengan
segala
sumber
dayanya
dilibatkan secara aktif dalam pembangunan pendidikan Selain alasan tersebut di atas, juga
alasan
berdasarkan hasil kajian empirik seperti yang dilakukan Ann Henderson (Betty 2001) menyimpulkan bahwa: (1) program pendidikan dirancang dengan melibatkan orangtua, menghasilkan siswa dengan kemampuan yang lebih baik dari sekolah tanpa bimbingan orangtua, (2) sekolah
yang
memiliki
hubungan
baik
MANAJEMEN PENDIDIKAN 104
dengan 104
masyarakat, mempunyai siswa yang lebih baik daripada sekolah yang terpisah dengan masyarakat, (3) siswa yang dibimbing oleh orangtua dalam belajar dan orangtua tetap berkoordinasi dengan sekolah ternyata berprestasi lebih baik. Hasil
penelitian di
atas menunjukkan
bahwa
pelibatan orangtua dalam berbagai program sekolah, orangtua membimbing anaknya, serta relasi dengan orangtua murid itu baik, maka ada kecenderungan hasil belajar lebih baik. Temuan lain memperkuat riset di atas dikemukakan
oleh
Danzberger
dan
Funth
(Wohjosumidjo, 1999) bahwa kemitraan antara sekolah dengan masyarakat akan memperbaiki keefektifan sekolah dan memberikan kontribusi terhadap kualitas kehidupan di dalam masyarakat keseluruhan. Jika hasil riset mengatakan seperti itu, lalu apa yang menjadi faktor penyebab kurangnya peranserta masyarakat dalam pembangunan pendidikan ? a. Faktor Penyebab Kurangnya Peranserta Masyarakat Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa ada kesenjangan antara sekolah dan maysrakat dalam pembangunan pendidikan. Kesenjangan itu terjadi MANAJEMEN PENDIDIKAN
105 105
karena dengan berbagai alasan, yaitu karena kurangnya perhatian komponen sekolah dan masyarakat terhadap pendidikan lebih disebabkan oleh sejumlah factor, antara lain
dikemukakan
Arthana,
dkk;
(1999)
bahwa
kurangnya peranserta masyarakat terhadap pendidikan di sekolah lebih disebabkan karena perbedaan kepentingan. Samani
(1996)
mengatakan
bahwa
sebenarnya
orangtua/BP3 region Surabaya ingin sekali berperan, tetapi tidak tahu bagaimana jalannnya. Sementara pihak sekolah takut menyampaiakan konsep proses pendidikan. Pidarta (1999) juga mengatakan sama dengan yang disebutkan di atas bahwa penyebab kurangnya peranserta orangtua dan masyarakat,
yaitu mungkin
karena
kesadaran akan keikutsertaannya terhadap pendidikan di sekolah masih kurang. Atau dapat saja karena keadaan sosial ekonomi mereka masih memprihatinkan, dan atau pihak
sekolah
belum
ada
keberanian
untuk
mempeloporinya. Pandangan tokoh ini mencermati tiga peyebab masyarakat kurang mendukung, yaitu karena masyarakat kurang sadar akan tanggungjawabnya, mungkin masalah sosial ekonomi masyarakat yang belum sejahtera dan keterbatasan kemampuan sekolah MANAJEMEN PENDIDIKAN 106
106
dalam menggalang kerja sama dengan masyarakat. Lebih lanjut Supriono dan Sapari (2001) juga mengatakan bahwa peyebab minimnya partisipasi masyarakat di sekolah karena kepala sekolah kurang peka terhadap keadaan masyarakat di sekolah. Sisi lain alasan-alasan di atas juga karena mungkin pendekatan yang digunakan kepala sekolah belum efektif sehingga masyarakat belum maksimal dalam memajukan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah mestinya mengenal secara dekat lingkungan terdekat sekolah. Dengan begitu ia mengetahui sumber-sumber yang dapat digarap untuk menggalang kerja sama. Dalam kaitan itu kepala sekolah perlu melakukan berbagai cara dan pendekatan baik secara individu (kontak personal) mapupun kontak kelompok atau melembaga. Mencermati beberapa hasil kajian empirik tersebut di atas, maka
dapat digarisbawahi bahwa penyebab
kurangnya peranserta masyarakat di sekolah, antara lain : (1) karena danya perbedaan kepentingan, (2) sekolah kurang berani menyampaikan konsep proses pendidikan, (3) kesadaran akan keikutsertaan masyarakat masih kurang, (4) keadaan sosial ekonomi masyarakat masih MANAJEMEN PENDIDIKAN
107 107
memprihatinkan, (5) sekolah belum ada keberanian untuk memulai atau mempelopori kerja sama, (6) kepala sekolah kurang peka terhadap keadaan masyarakat di sekitar sekolah, (7) pendekatan yang digunakan sekolah masih kurang efektif C. Cara Kerja Sama Sekolah dengan Mayarakat Dalam upaya menggalang kerjasama sekolah dengan masyarakat dalam pembangunan pendidikan diperlukan berbagai cara. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (1999) memberi petunjuk bagaimana sekolah menjalin kerjasama dengan masyarakat, yaitu: (1) melakukan komunikasi secara intensif, (2) melibatkan orangtua sebagai sponsor/panitia kegiatan sekolah, (3) libatkan orangtua untuk mengambil keputusan, (4) mendorong guru untuk melibatkan orangtua menunjang keberhasilan siswa. Sekolah jika memperhatikan berbagai petunjuk tersebut di atas, maka akan terlihat dinamika hubungan yang kondusif antara
sekolah dengan
masyarakat,
antara lain (1) pada saat penerimaan murid baru, sekolah dapat mengirim ucapan selamat bergabung dengan sekolah dan komite sekolah, (2) memperkenalkan MANAJEMEN PENDIDIKAN 108
108
keberadaan sekolah dan kegiatannya, (3) mengadakan rapat pada tingkat kelas, (4) kirimkan berita sekolah secara periodik, (5) bagikan daftar personal sekolah secara lengkap, (6) mengundang orangtua jika anaknya berprestasi terlebih anak yang berkesulitan belajar, dan (7) melakukan kunjungan rumah. Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, Collins (1992) juga mengemukakan beberapa saran antara lain; (1) jalinlah jalur hubungan komunikasi yang terbuka dengan orangtua, (2) hindarkan menghubungi orangtua hanya dengan berita-berita “buruk”, tetapi biarkan mereka tahu beberapa hal yang “baik”, mengenai anak mereka, (3) jika sekolah melihat timbulnya masalah, jangan takut untuk memberitahukan orangtua, (4) dalam membahas masalah perilaku atau kepribadian dengan orangtua, bersikap “ bijaksana”, (5) ajaklah orangtua ikutserta
dalam
mengubah
perilaku
anak
secara
keseluruhan. Cara kerja sama sekolah dengan masyakat selain disebutkan di atas, juga dapat mengembangkan cara-cara lain,
seperti
konsultasi,
ceramah,
bazar,
saling
berkunjung. Semua pesan/informasi dapat disampaiakan MANAJEMEN PENDIDIKAN
109 109
melalui cara di atas, dari sekolah ke orangtua/masyarakat atau sebaliknya dari orangtua/masyarakat ke sekolah . Sekolah dapat
juga menggunakan jasa media massa
seperti radio, surat khabar, televisi, telepon, internet, dan atau sejenisnya. Saluran/media komunikasi ini dapat dimanfaatkan oleh sekolah dengan masyarakat dalam mengalang
berbagai
bidang
kerjasama
untuk
melaksanakan sejumlah kegiatan di sekolah dan di masyarakat. Media komunikasi apa yang digunakan, sangat tergantung dari sifat dan karakteristik kebutuhan. Hal
yang
perlu
diperhatikan
oleh
sekolah
dan
masyarakat adalah memilih dan menggunakan media tersebut secara efektif dan efisien. d. Bidang-Bidang Kerja Sama antara Sekolah dengan Masyarakat Membangun pendidikan di sekolah tidak terbatas pada bidang-bidang tertentu saja seperti hanya pada masalah pembiayaan yang telah disinggung sebelumnya, tetapi sekolah dan masyarakat dapat mengembangkan bidang yang lain seperti bidang pendidikan dan moral, pengembangan bakat/keterampilan, bidang pengajaran, MANAJEMEN PENDIDIKAN 110
110
pendidikan anak berkebutuhan khusus, muatan lokal, dan dalam bidang control/kepengawasan. Dalam bidang pendidikan moral/mental, sekolah dapat bekerjasama dengan oraganisasi keagamaan di masyarakat dalam upaya mencegah dan membina moral/mental anak-anak di sekolah. Demikian juga bidang pengembangan bakat/keterampilan, sekolah dapat saja bekerja sama dengan organisasi kemasyarakatan atau kontak personal anggota masyarakat yang memiliki keterampilan pada bidang tertentu. Dalam bidang pengajaran, sekolah dapat saja bekerja sama dengan kelompok ahli/kelompok professional yang ada di masyarakat untuk membantu dan menjalin kerja sama dalam mengajarkan bidang tertentu yang menjadi kelemahan sekolah dan atau kelemahan masyarakat. Dalam bidang anak berkebutuhan khusus, sekolah dapat saja mengajak organisasi dan kontak personal yang berwenang dan memiliki keahlian dalam bidang anak berkebutuhan
khusus
ini.
Sekolah
dapat
mengalitangankan kasus tertentu kepada pihak yang ahli dalam bidang tertentu. Dalam pengembangan muatan lokal, sekolah dapat saja bekerjasama dengan dengan MANAJEMEN PENDIDIKAN
111 111
anggota/tokoh
masyarakat
dalam
memilih
dan
menetapkan muatan lokal yang perlu dikembangkan di daerah/sekolah. Pemilihan jenis muatan lokal secara tepat (peluang, potensi, dan arah kebijakan daerah) akan memberi kontribusi bagi pembangunan pada umumnya dan pembangunan pendidikan Bidang
di sekolah pada khsusnya.
control/pengawsan,
sekolah
memberi
kepercayaan kepada masyarakat untuk mengontrol dan mengawasi pendidikan di sekolah, mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Komite sekolah dan Dewan pendidikan mempunyai tanggng jawab untuk mengotrol pendidikan
di
tingkat
sekolah
dan
di
tingkat
Kabupaten/Kota Pembangunan pendidikan dapat dijalankan dengan baik, kalau konsep pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dikembangkan dalam berbagai program di sekolah, seperti dikatakan Mataputun (2019) bahwa ke depan
sekolah
dapat
mengembangkan
jenis-jenis
partisipasi masyarakat untuk menopang program sekolah yaitu: MANAJEMEN PENDIDIKAN 112
112
1. Melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatan di sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial, perpisahan siswa tamatan, peringatan hari besar nasional dan keagamaan, serta pentas seni. Pelibatan masyarakat disesuaiakan dengan hoby, kemampuan/kompetensi, dan jenis pekerjaan mereka selama ini. 2. Mengidentifikasi tokoh masyarakat. Orang-orang (tokoh) yang mampu mempengaruhi masyarakat pertama-tama dihubungi sekolah. Mereka mungkin berasal dari orangtua siswa, figur masyarakat, olahragawan, seniman, psikolog, dokter, pengusaha, akuntan, dan notaris. 3. Melibatkan
tokoh
masyarakat
dalam
berbagai
program sesuai bakat dan minat mereka, misalnya olahragawan dilibatkan dalam program pembinaan olah raga di sekolah. Dokter dilibatkan
dalam
membina UKS dan Palang Merah Remaja (PMR). Psikolog dan konselor dilibatkan dalam program pengembangan diri berupa pelayanan konseling dan penelusuran bakat dan minat atau dalam Kurikulum 2013 dikenal dengan program peminatan. MANAJEMEN PENDIDIKAN
113 113
4. Memilih
waktu
masyarakat
yang
sesuai
tepat
kondisi
untuk dan
melibatkan
perkembangan
masyarakat, misalnya pelibatan dokter dalam kegiatan imunisasi masal
atau program lain dibutuhkan
sekolah saat tertentu. e. Bentuk Kerja Sama Sekolah dengan Masyarakat Sebagai
wujud
kerja
sama
sekolah
dengan
masyarakat dalam pembangunan pendidikan, maka perlu dibentuk badan atau wadah untuk menampung dan mengontrol berbagai aspirasi dan aktivitas sekolah dan masyarakat dalam pembangunan pendidikan
baik di
tingkat sekolah maupun ditingkat Kabupaten/Kota. Dikatakan Mataputun (2018) bahwa kepala sekolah dapat berperan sebagai negosiator terhadap sejumlah program dan kegiatan di sekolah baik secara internal maupun eksternal, seperti kemampuan dalam mengatur segala sesuatu dengan orang lain terutama dengan staf sekolah dan mirta sekolah/komite sekolah dalam kaitanya dengan program rehabilitasi ruang kelas, bekerjasama dengan Dinas Pertanian/Holtikultura dalam upaya penataan kerindangan area/taman sekolah yang MANAJEMEN PENDIDIKAN 114
114
menyejukkan
sekaligus
dalam
rangka
edukasi
pelestarian lingkungan di sekitar sekolah dalam program adiwiyata Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Sifat
kerjasama/hubungan
sekolah
dengan
masyarakat merupakan hubungan timbal balik yang menghasilkan manfaat bagi kedua belah pihak, bersifat sukarela berdasarkan prinsip bahwa sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan (integral) dari masyarakat, kontinu/ berkesinambungan antara sekolah dengan masyarakat, dan hubungan keluar kampus atau “external public relation” guna menambah simpati masyarakat tehadap sekolah. Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 pada pasal 2 dikatakan
bahwa
komite
sekolah
dalam
rangka
melaksanakan fungsi secara gotong-royong, demokratis, mandiri, profesional, dan akuntabel, komite sekolah bertugas sebagai berikut. a. Memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
kebijakan dan
program
pendidikan Sekolah;
terkait: 2)
1)
Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RAPBS/RKAS); 3) MANAJEMEN PENDIDIKAN
115 115
kriteria
kinerja
Sekolah;
4)
kriteria
fasilitas
pendidikan di Sekolah; dan 5) kriteria kerjasama Sekolah dengan pihak lain. b. Menggalang dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat baik perorangan/ organisasi/ dunia
usaha/dunia
industri
maupun
pemangku
kepentingan lainnya melalui upaya kreatif dan inovatif; c. Mengawasi pelayanan pendidikan di Sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan d. Menindaklanjuti keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari peserta didik, orangtua/wali, dan masyarakat serta hasil pengamatan Komite Sekolah atas kinerja Sekolah. Tujuan umum pembentukan komite sekolah adalah untuk membentuk suatu organisasi dalam masyarakat di sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta kepedulian terhadap peningkatan kuliatas sekolah. Sedangkan tujuan khusus pembentukan komite sekolah, yaitu ; (1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa
masyarakat
operasional
dan
dalam
program
melahirkan pendidikan
kebijakan dui
MANAJEMEN PENDIDIKAN 116
satuan 116
pendidikan,
(2)
meningkatkan
peranserta
masyarakat
tanggugjawab
dalam
dan
penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan, (3) menciptakan suasana
dan
demiokratis
kondisi dalam
transparan,
peyelenggaraan
akuntabel, dan
dan
pelayanan
pendidikan yang bermutu pada satuan pendidikan Selain komite sekolah, juga dapat dikembangkan wadah/organisasi lainnya yang dipandang perlu demi kemajuan
sekolah,
seperti
kepramukaan,
panitia
perpisahan murid, panitia pengembangan sekolah, grup drum band, sanggar seni, persatuan sepak bola, persatuan bela diri, dan yang sejenisnya. Hasil studi Pidarta (1995) di Australia khususnya di negara bagian Victoria, di sana ada wadah asosiasi orangtua murid di SD. Wadah ini bertanggungjawab untuk menangani kantin, pakaian seragam, kegiatan pencarian dana, dan kegiatan lain yang ada di luar sekolah. Demikian juga panitia perpisahan murid, sekolah melibatkan wakil orangtua murid SMP, dari kelas satu sampai kelas tiga yang baru saja tamat. Mereka akan membantu sekolah dalam membuat MANAJEMEN PENDIDIKAN
117 117
rancangan kegiatan, penggalangan dana dan kebutuhan lainnya yang diperlukan dalam kegiatan tertentu. Wadah-wadah tersebut di atas
akan memberi
kontribusi di sekolah, untuk kepentingan pemberian pengajaran,
pengembangan
muatan
lokal
dan
pengembangan diri bagik melalui kegiatan pelayanan bimbingan
dan
konseling
maupun
kegiatan
ektrakurikuler. Kehadiran Dewan Pendidikan di kabupaten/kota , diharapkan akan berfungsi antara lain : (1) untuk mendorong
tumbuhnya
perhatian
dan
komitmen
masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, (2) melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi)
pemerintah,
dan
DPRD,
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan bermutu, dan (3)
menampung dan menganalisis aspirasi, ide,
tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat f. Implikasi Pengembangan Kerja Sama Sekolah dengan Masyarakat Bertolak dari apa yang telah dibahas dalam bagian sebelumnya, maka terlihat beberapa karakteristik utama, MANAJEMEN PENDIDIKAN 118
118
yang
perlu
pengelolaan
diperhatikan sekolah
berbagai
berbasis
pihak
asrama,
dalam seperti
dikemukakan Mataputun, (2007), berikut ini. Pertama: komponen sekolah (kepala sekolah dan guru-guru) sebagai pelopor utama penggerak kerja sama. Mereka akan menghubungi, mengajak, dan akan menyakinkan
masyarakat
terlebih
orangtua
murid
tentang tanggungjawab bersama dalam pembangunan pendidikan. Sekolah memberikan informasi seluasluasnya tentang program sekolah, perkembangannya serta pembangunan yang sedang dan yang akan dihadapi di sekolah. Sekolah menyakinkan masyarakat bahwa sekolah adalah milik masyarakat dan akan memberi manfaat bagi kepentingan masyarakat umumnya. Sekolah yang maju akan
berkolerasi
bagi
terciptanya
keadaan
dan
kenyamanan masyarakat dalam pembangunan Simpati yang diharapkan dari publiknya akan menambah animo masyarakat terhadap sekolah tersebut, yang berarti menambah masukan yang sangat berharga. Maka segala daya upaya untuk menambah simpati harus terus dilancarkan dengan meningkatkan layanannya MANAJEMEN PENDIDIKAN
119 119
kepada
masyarakat,
unggulannya
serta
menampilkan prestasi
yang
produk-produk menonjol
yang
berakibat baik harus dimanfaatkan untuk usaha-usaha diatas, seperti acara tutup tahun yang diikuti dengan bazaar
yang
menampilkan
serta
memperkenalkan
prestasi-prestasi sekolah, hasil pekerjaan serta kreasi para siswa, hasil penelitian, hasil kejuaraan keteladanan dan sebagainya. Kedua:
sejalan
dengan
karateristik
di
atas,
masyarakat dan orangtua murid dilibatkan dalam berbagai perumusan kebijakan pendidikan, mulai dari identifikasi kurikulum
kebutuhan yang
masyarakat,
mengakomodir
perumusan
kebutuhan
(need
assessment) masyarakat dan dalam proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas) Ketiga: untuk mengembangkan kerja sama serta mengawasi
proses/program
pendidikan
diperlukan
penyelenggara-penyelenggara kependidikan (administrator, guru, sumber daya pendukung lainnya termasuk yang berasal dari masyarakat) yang benar-benar handal, berdedikasi tinggi, inovatif serta kreatif. Dan untuk MANAJEMEN PENDIDIKAN 120
120
menanamkan kepercayaan kepada masyarakat, kepala sekolah hendak menerapkan manajemen terbuka bagi komponen sekolah/pemerintah, masyarakat dan amat penting lagi adalah orangtua murid Keempat:
agar
para
pengusaha
dan
anggota
masyarakat lainnya peduli dengan pendidikan, maka dalam menghadapi era yang mengglobal diperlukan Peraturan
Daerah
(PERDA).
perusahaan/lembaga mempunyai
dan
kewajiban
Dengan
anggota
membantu
begitu
masyarakat
sekolah
dalam
berbagai kepentingan. Pihak sekolah tidak segan-segan menghubungi dan mengajak pengguna jasa pendidikan apakah itu perorangan atau lembaga/oragnisasi/ institusi swasta maupun negeri untuk membantu sekolah/satuan pendidikan. Jika masyarakat dan sekolah bersinergis, maka situasi ini akan berdampak pada kualitas luaran suatu satuan pendidikan yang bermutu, yang pada akhirnya SDM yang bermutu akan semakin diminati oleh pengguna jasanya lembaga/organisasi/Intitusi. Kelima:
untuk
mewujudkan
apa
yang
telah
dikemukakan di atas, perlu dibentuk badan-badan di luar struktur
organisasi
formal
yang
mengikutsertakan
MANAJEMEN PENDIDIKAN
121 121
masyarakat
umumnya
dan
masyarakat
pemerhati
pendidikan pada khsusnya. Komite sekolah dan Dewan pendidikan sebagai organisasi perwakilan orangtua dan masyarakat di sekolah dan di tingkat Kabupaten/Kota perlu
dioptimalkan
perannya
dalam
membangun
pendidikan di sekolah. Dengan demikian sekolah tidak bekerja sendiri tetapi dapat bekerja sama dengan berbagai pihak terutama komite sekolah Dengan adanya hubungan-hubungan tersebut diatas dapatlah terjalin kreativitas serta dinamika kedua belah pihak yang inovatif. Selain itu dapat memadukan kehidupan
sekolah
dan
kehidupan
masyarakat.
Diharapkan perpaduan sekolah dan masyarakat akan memberi kontribusi terhadap kemajuan sekolah terutama pertumbuhan dan perkembagan peserta didik 7. Manjemen Layanan Khusus Sekolah Manajemen layanan khusus di suatu sekolah merupakan bagian penting dalam MBS yang efektif dan efisien. Sekolah merupakan salah satu sarana dan/atau yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dari penduduk bangsa Indonesia. Sekolah tidak hanya MANAJEMEN PENDIDIKAN 122
122
memiliki tanggung jawab dan tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu penegetahuan dan teknologi saja, melainkan harus menjaga dan meningkatkan kesehatan baik jasmani maupun rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 19 Tahun 2005 Bab II Pasal 4 yang memuat tentang adanya tujuan pendidikan nasional. Untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab tersebut maka sekolah memerlukan suatu manajemen layanan khusus yang dapat mengatur segala kebutuhan peserta didiknya sehingga tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai. Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya
ditetapkan
dan
di
organisasikan
untuk
mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Pelayanan khusus diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah antara lain juga berusaha agar peserta didik senantiasa berada dalam keadaan baik dari aspek
jasmani
maupun
rohaninya.
Jadi,
dapat
digarisbawahi bahwa manajemen layanan khusus adalah MANAJEMEN PENDIDIKAN
123 123
suatu proses kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada
peserta
didik
untuk
menunjang
kegiatan
pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien Pelayanan khusus yang diberikan sekolah kepada peserta didik, antar sekolah satu dengan sekolah lainnya pada umumnya sama, tetapi proses pengelolaan dan pemanfaatannya
yang
berbeda.
Beberapa
bentuk
manajemen layanan khusus yang ada di sekolah antara lain yaitu: a. Layanan Perpustakaan Peserta Didik Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang proses pembelajaran di
sekolah,
melayani
informasi-informasi
yang
dibutuhkan serta memberi layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka. Selain itu perpustakaan berfungsi sebagai salah satu faktor yang mempercepat akselerasi transfer ilmu pengetahuan. Perpustakaan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem pendidikan suatu lembaga. Perpustakaan berfungsi sebagai sumber MANAJEMEN PENDIDIKAN 124
124
informasi, dan merupakan penunjang yang penting artinya bagi suatu riset ilmiah, sebagai bahan acuan atau referensi, melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka. b. Layanan Kesehatan Peserta Didik Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk sebuah wadah bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Usaha kesehatan sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat
yang
dijalankan
sekolah.
Tujuan
diselenggarakannya program UKS, secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat
sehingga
memungkinkan
pertumbuhan
dan
perkembangan anak yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya Payanan kesehatan di sekolah merupakan sebuah klinik yang didirikan sebagai bagian dari Universitas atau sekolah yang berdiri sendiri yang menentukan diagnosa dan pengobatan fisik, dan penyakit jiwa. Selain itu layanan kesehatan juga dapat diartikan sebagai usaha sekolah dalam rangka membantu (mungkin bersifat MANAJEMEN PENDIDIKAN
125 125
sementara) peserta didiknya mengalami persoalan yang berkaitan dengan kesehatan. c. Layanan Asrama Peserta Didik Bagi
para
peserta
didik
khususnya
jenjang
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh dari orang tuanya diperlukan asrama. Selain manfaat untuk peserta didik, asrama mempunyai manfaat bagi para pendidik dan petugas asrama tersebut. Bagi daerah yang karena kondisi geografis yang sangat sulit dengan jangkauan yang cukup isolasi atau yang dikenal dengan wilayah 3T (Terpencil, Terpencar, dan Terisolir) diperlukan asrama, dalam memperkecil kesulitan pengelolaan kegiatan pendidikan. Model layanan boarding school mendukung proses belajar mengajar yang kondusif, sehingga mampu meningkatkan IQ
siswa
pemondokan
secara serta
optimal, kegiatan
kegiatan
keasramaan/
ekstrakurikuler
yang
memberikan perkembangan terhadap EQ dan SQ siswa sehingga perkembangan peserta didik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik dapat terwujud. MANAJEMEN PENDIDIKAN 126
126
Hasil kajian Budiono (2008) mengatakan
bahwa
pendidikan dengan pola asrama memberi manfaat sebagai bentuk proses inisiasi (akulturasi) yang sangat efektif. Pelajar yang berasal dari masyarakat tradisional dipisahkan dari sistem tradisionalnya dan diantarkan ke dalam sistem nilai medern yang menghargai waktu, disipilin, tangungjawab, rajin, kerja keras, hidup bersih, kerjasama,
menghargai
eksistensi
setiap
individu,
solidaritas dan taat terhadap norma agama. Pendidikan berasrama
memberi
hasil
yang
optimal
karena
dilaksanakan memenuhi kriteria komprehensif serta aspek-aspek kompetensi manusia modern yang kognitif, efektif, dan juga psikomotorik. Pogau. (2009) mengutip sambutan Gubernur Papua, Barnabas Suebu
mengatakan bahwa pendidikan pola
asrama paling jitu di Papua,
agar setiap anak-anak
Papua dididik sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang berlaku, serta mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menjadi modal dasar. Lebih lanjut dikatakan, bahwa tidak cukup seorang anak hanya pintar dan cerdas, tetapi yang terpenting adalah memiliki aklhak dan karakter yang baik. Kehadiran Yayasan PESAT telah membantu MANAJEMEN PENDIDIKAN
127 127
meringankan beban pemerintah daerah, dimana bisa mendidik dan membina anak-anak Papua untuk menjadi manusia. Banyak prestasi
yang anak-anak asuhanya
mewakili sekolahnya untuk ikut olimpiade di Jayapura, bahkan ada beberapa yang sempat ke Jakarta. Selain itu anak-anak mereka juga telah menulis bulletin AGAPE yang mereka terbitkan setiap bulannya secara berkala. 1) Keunggulan Pendidikan Berpola Asrama Dalam sumber Republika ( 2004) dipaparkan bahwa ada beberapa keunggulan yang bakal didapat dari siswa dengan belajar di sekolah berasrama, yaitu a) Pendidikan berpola asrama lebih efektif dan efisien. Siswa tidak perlu menunggu kendaraan jemputan atau bergegas mencari angkutan umum. Mereka tibah di tempat belajar, dalam waktu yang tidak terlalu lama dan dengan wajah yang masih segar dan siap menerima pelajaran; b) Proses pembelajaran
lebih teratur.
Pengajar
setiap saat membuka tangan, menerima peserta didiknya dalam kesulitan berbagai situasi dan kondisi. Guru membantu mengatasi kesulitan MANAJEMEN PENDIDIKAN 128
128
dalam memahami matapelajaran tertentu dan bentuk perhatian lainnya; c) Selain menggunakan kurikulum nasional, juga ada
pengayaan
materi
pelajaran.
Ada
penambahan materi yang khas sesuai misi lembaga
pendidikan.
Menyiapkan
calon
pemimpin masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, berdaya juang tinggi, kreatif, inovatif, serta mempunyai landasan iman dan taqwa yang kuat ; d) Kurikulum diperkaya dengan penguasaan basic knowledge of science and technology serta peningkatan iman dan taqwa. Ada penambahan waktu dibandingkan sekolah umum lainya. e) Selama
sepekan,
proses
pembelajaran
berlangsung 60 jam. Ini berarti jamnya lebih banyak dari pada waktu yang ditetapkan dalam kurikulum nasional yang berjumlah 42 jam, dimana proses pembelajarannya
berlangsung
dari pukul 07.00 s.d 13.35. f) Pada SLTP-SMA Internat Al Kausar, Sukabumi, dapat menawarkan pendidikan 5 tahun untuk dua MANAJEMEN PENDIDIKAN
129 129
jenjang pendidikan (SMP dan SMA) ini, tidak semua
materi
pelajaran
dalam
kurikulum
dijabarkan kepada peserta didik satu per satu. Hanya kontektual saja, yakni materi yang berkatan dengan kehidupan sehari-hari saja. ” Materi yang esensial saja.” g) Ada
pelajaran yang diintegrasikan. Misalnya,
matematika dengan ekonomi. Dikenal juga belajar tuntas dan menguragi pekerjaan rumah (PR) h) Kurikulum pendidikan dan pembinaan peserta didik sengaja dirancang ke arah pembentukan karakter unggul. Keunggulan tersebut tertuang dalam Dimensi Keunggulan Murid (DKM), yaitu berkepribadian
islami,
menguasai
ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta memiliki keterampilan, kemandirian, dan kepemimpinan. DKM ini dijadikan kualifikasi kelulusan. i) Dapat memadukan pola pendidikan modern dengan nilai-nilai agama Islam atau agama lainnya. Selain dimaksudkan menyiapkan anak didik yang berkarakter, berkepribadian, dan MANAJEMEN PENDIDIKAN 130
130
mengusai iptek, juga pembinaan rohani yang menjadi ciri khas tersendiri. Semuanya terpadu dalam pola pembinaan di sekolah dan asrama. Di samping juga mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris pada tingkat intermediate, bahasa Arab untuk memahami Alquran, mengusai penggunaan
komputer,
membuat
dan
mempresentasikan karya tulis, serta mengusai minimal 3 cabang olahraga. j) Karena peserta didik tinggal di asrama, maka selama 24 jam mereka dapat melaksanakan berbagai bentuk kegiatan termasuk aktivitas keagamaan dengan bimbingan penuh dari setiap guru (guru agama maupun guru matapelajaran lainnya) k) Dalam segi keilmuan, kualitas dilakukan secara
akademik
total. Guru tidak sekadar
mengajar, tapi juga memotivasi anak didiknya untuk berprestasi dan memiliki daya juang. Ada guru asuh yang membina beberapa siswa, memonitor perkembangan dan kesulitan yang dihadapi anak didiknya. Peserta didik yang MANAJEMEN PENDIDIKAN
131 131
tergolong lemah, diberi pembinaan khusus, agar tidak sampai gagal dalam studi. l) Model pembelajaran dan manejemen pendidikan berpola asrama tentu saja harus dibayar dengan biaya yang tidak sedikit. Diperlukan dukungan orang tua dan pemerintah dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun di asrama. Seiring dengan gegasan dan temuan-temuan tersebut di atas, juga Frans (2009) mengatakan bahwa sekolah berbasis asrama pada Yayasan PCP akan menerapkan sistem pendidikan umum dan khusus. Artinya mata pelajaran yang didapatkan di sekolah-sekolah lain akan didapatkan siswa dan siswi di sekolah Menengah Theologia Kristen-Gereja-Gereja Reformis di Indonesia Papau (SMTK-GGRIP) Merauke. Dikatakan lebih lanjut bahwa kehadiran sekolah berasrama akan memberi warna tersendiri, kerena siswa dan siswi di asramakan di lingkungan sekolah. Sekolah berbasis asrama sangat baik karena secara tidak langsung peserta didik dibimbing sekaligus terlatih dan ketika keluar atau tamat sekolah, MANAJEMEN PENDIDIKAN 132
132
dapat
memiliki
pengetahuan
lebih
memadai
dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain Dalam sumber lain dikemukan Sutrisno (2008) bahwa ada beberapa keunggulan Boarding School jika dibandingkan dengan sekolah reguler yaitu: (1) program pendidikan paripurna, (2) fasilitas lengkap, (3) guru yang berkualitas, (4) lingkungan
yang berkualitas, (5)
lingkungan yang kondusif, (6) siswa yang heterogen, (7) jaminan keamanan, dan (8) jaminan kualitas. Kedelapan keunggulan tersebut akan diuraikan berikut ini a) Program
pendidikan
sekolah-sekolah
regular
paripurna,
umumnya
terkonsentrasi
pada
kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama dapat merancang
program
pendidikan
yang
komprehensif-holistic dari program pendidikan keagamaan, academic development, life skill (soft skill dan hard skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai MANAJEMEN PENDIDIKAN
133 133
pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup. b) Fasilitas lengkap, sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari fasilitas sekolah yaitu kelas belajar yang baik (AC, 24 siswa, smart board, mini library, camera), laboratorium, clinic, sarana olah raga semua cabang olah raga, Perpustakaan, kebun dan taman hijau. Sementara di asrama fasilitasnya adalah kamar (telepon, TV, AC, Pengering Rambut, tempat handuk, karpet diseluruh ruangan, tempat cuci tangan, lemari kamar mandi, gantungan pakaian dan lemari cuci, area
belajar
pribadi,
lemari
es,
detector
kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar, rak-rak yang luas, pintu darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur terdiri dari: meja dan kursi yang besar, perlengkapan makan
dan
pecah
belah
yang
lengkap,
microwape, lemari es, ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua toaster listrik, tempat sampah, MANAJEMEN PENDIDIKAN 134
134
perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi yang nyaman. c) Guru
yang
berkualitas,
sekolah-sekolah
berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan
sekolah
konvensional.
Kecerdasan
intellektual, sosial, spiritual, dan kemampuan paedagogis-metodologis
serta
kemampuan
bahasa asing: Inggris, Arab, Mandarin, dll. d) Lingkungan
yang kondusif, dalam sekolah
berasrama semua elemen yang ada dalam komplek
sekolah
terlibat
dalam
proses
pendidikan. Aktornya tidak hanya guru, tapi semua orang dewasa yang ada di boarding school. Siswa tidak bisa lagi diajarkan dengan teori semata, tapi siswa melihat langsung praktik kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya. Sehingga ketika kita mengajarkan tertib bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai tukang sapu sampai principal berbahasa asing. Begitu juga dalam MANAJEMEN PENDIDIKAN
135 135
membangun religius socity, maka semua elemen yang terlibat mengimplementasikan agama secara baik. e) Siswa yang heterogen,
sekolah berasrama
mampu menampung peserta didik dari berbagai latar belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang social, budaya, tingkat kecerdasan, kempuan akademik
yang sangat
beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan national dan peserta didik terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom anak dan menghargai pluralitas. f)
Jaminan keamanan, sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan peserta didiknya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan militer untuk menjaga keamanan peserta didiknya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar “dosa” dilist sedemikan MANAJEMEN PENDIDIKAN
136
136
rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat. Jaminan
keamanan
diberikan
sekolah
berasarama, mulai dari jaminan kesehatan (tidak terkena penyakit menular), tidak Narkotika, Psikotropika, dan Obat Terlarang (NARKOBA) sering juga diistilahkan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA), terhindar dari pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik (tauran
dan
perpeloncoan),
serta
jaminan
pengaruh kejahatan dunia maya. g) Jaminan kualitas, sekolah berasrama dengan program yang komprehensif-holistik, fasilitas yang lengkap, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan terkontrol, dapat memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Dalam sekolah berasrama, pintar tidak pintarnya anak, baik dan tidak baiknya anak sangat tergantung pada sekolah karena 24 jam anak bersama sekolah. kemungkinan pengaruh intervensi lainnya sangat sulit mempengaruhi anak. MANAJEMEN PENDIDIKAN
137 137
2) Kelemahan Pendidikan Berpola Asrama Pendidikan
berasrama,
bukan
tidak
punya
kekurangan. Ada plus, tapi ada pula minusnya. Sutjipto (2005) melihat, kekurangan model pendidikan berpola asrama yaitu : a) Karena mereka hidup terpisah dengan keluarga dan masyarakat, maka kecenderungan anak-anak dapat saja kehilangan esensi dalam hidup dan kekurangan kasih sayang. b) Kalau boarding school dikelola dengan bagus, bisa
melahirkan
anak
didik
yang
bagus.
Sebaliknya, kalau dikelola dengan asal-asalan, hasilnya pun tak jauh dari itu. c) Kecenderungan orang tua
yang memasukkan
anaknya ke dalam pendidikan yang dikelola secara boarding school adalah biasanya orang tua yang mampu secara finansial. Karena itu sekolah yang berpola asrama perlu mendapat dukungan pendanaan dari pemerintah dan berbagai pihak, supaya sekolah berasrama tidak hanya menjadi milik orang tua yang memiliki pendanaan yang cukup tetapi juga orang tua yang memiliki MANAJEMEN PENDIDIKAN 138
138
pendaannya
menegah
ke
bawah.
Dengan
demikian sekolah berasrama akan menjadi milik masyarakat
dan
menjadi
alat
bantu
bagi
pemerintah dalam mempercepat pembangunan pendidikan. Mengacu dari poin dua tersebut di atas, maka kelemahan yang sering kali terjadi di sekolah-sekolah yang berpola asrama ialah kesulitan mencari tenaga guru yang profesional dan yang cocok dipekerjakan pada sekolah yang berpola asrama. Demikian juga kepala sekolah, diperlukan kemampuan manajemen
yang
profesional dan akuntabel. Aspek dan kompetensi ini masih jarang ditemukan, karena keterbatasan SDM yang berkompeten. Karena itu untuk menjadi pimpinan sekolah
yang
berpola
asrama
minimal
berlatar
pendidikan Magister Manajemen Pendidikan (S2 MMP), dan pernah menjadi guru, dan memiliki bakat menjadi seorang pemimpin, terlebih memiliki kepribadian yang baik. Sebagai upaya mempercepat akses dan kualitas pendidikan secara merata, dikatakan Mataputun 2011 bahwa
pembangunan
pendidikan
berpola
MANAJEMEN PENDIDIKAN
asrama 139 139
menjadi salah satu model pengelolaan pendidikan yang perlu dikembangkan, antara lain mengembangkan pola SD 2 bagian, yaitu SD kecil kelas 1 sampai kelas 3 ditempatkan di kampung-kampung sedangkan kelas 4 hingga kelas 6 ke SD induk berasarama di distrik berdampingan
dengan
SMP.
Model
seperti
ini
diharapkan dapat menyiapkan SDM yang tidak hanya memiliki kompetensi akademik tetapi potensi holistik lainya. Untuk mewujudkan hal tersebut, pengelolaan pendidikan
berpola
asrama,
diperlukan
dukungan
fasilitas yang memadai, dan lingkungan yang kondusif, sistem pengelolan lebih lentur, efektif, dan menerapkan MBS... 6. Layanan Bimbingan dan Konseling Peserta Didik Layanan bimbingan dan konseling atau pelayanan khusus ini, adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada siswa agar
memahami, mengarahkan diri,
bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Pelayanan BK di sekolah diharapkan memberi kontribusi terhadap pengembangan Kehidupan Efektif Sehari-hari MANAJEMEN PENDIDIKAN 140
140
(KES) peserta didik. Makna KES dalam pelayanan BK sencakup semua kegiatan, perbuatan dan tingkah laku yang
mengandung
kompetensi,
terencana
dan
bersasaran. Berfungsinya KES akan mendukung individu sepenuhnya untuk mandiri dan berkembang secara optimal. Peserta didik dalam proses perkembangan dan dalam kehidupanya terkadang mengalami masalah sehingga Kehidupan Efektif sehari-hari yang terganggu (KES-T) Kondisi seperti ini menjadi salah satu penyebab lemahnya kemandirian peserta didik dan menghambat perkembangan pribadinya ke depan. Karena itu kondisi tersebut perlu dibantu sekolah melalui pelayanan BK oleh guru BK, dengan fous pada terwujudnya KES peserta didik. Individu dengan KES yang tinggi dapat dilihat
dari
perilaku
sehari-hari
seperti
dapat
menggunakan waktu dan semua sumber daya diri secara efektif
dan
efisien
dalam
kehidupan
sehari-hari,
menjalani berbagai kegiatan dengan penuh sukacita. Individu memiliki kemampuan pribadi
yang mampu
menghadapi lingkungan , memiliki kondisi mental yang sehat letika menghadapi berbagai masalah, memiliki MANAJEMEN PENDIDIKAN
141 141
integritas, dapat menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan kondisi, mampu mengambil tindakan untuk mencari solusi suatu masalah. Dilihat dari perspektif kebijakan pendidikan dan kebudayaan saat ini terdapat tujuh jenis layanan, yaitu layanan
orientasi,
informasi,
penempatan
dan
penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok. Para ahli bimbingan
di
Indonesia
saat
ini
sudah
mulai
meluncurkan dua jenis layanan baru yaitu layanan konsultasi dan layanan mediasi. Untuk mendukung pelayanan di
atas,
maka diperlukan 6
kegiatan
pendukung dan 6 bidang bimbingan serta 5 format layanan (Prayitno, 2017). Terkait dengan sistem pelayanan BK di atas, penulis menyederhanakan sistem pelayanan BK dengan istilah pelayanan sistem angka
“9665”. Angka sembilan
mengandung arti sembilan jenis layanan, angka enam merujuk pada enam bidang bimbingan, angka enam berikutnya menunjukkan enam kegiatan pendukung, dan angka lima merunjuk pada lima format layanan. MANAJEMEN PENDIDIKAN 142
142
a. Sembilan Jenis Layanan 1) Layanan Orientasi Layanan orientasi peserta didik diarahkan pada pemahaman lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah
dan
objek-objek
yang
dipelajari,
untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik dilingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester, dengan tujuan agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai. Layanan ini akan berfungsi pencegahan dan pemahaman. Materi kegiatan layanan
orientasi
menyangkut
:
a)
pengenalan
lingkungan dan fasilitas sekolah, b) peraturan dan hakhak serta kewajiban siswa, c) organisasi dan wadahwadah yang dapat membantu dan meningkatkan hubungan sosial siswa, d) kurikulum dengan seluruh aspek-aspeknya, e) peranan kegiatan bimbingan karir, f) peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah dan kesulitan siswa.
MANAJEMEN PENDIDIKAN
143 143
2) Layanan Informasi Layanan
informasi
adalah
layanan
yang
memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti: informasi diri, sosial,belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman. Materi layanan informasi menyangkut : a) tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi, b) usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk-bentuk penyuluhan dan pengembangan, c) tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata krama, dan sopan santun, d) nilai-nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat, e) mata pelajaran dan pembidangannya seperti program inti dan program tambahan, f) sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti Ujian Sekolah (US), Ujian MANAJEMEN PENDIDIKAN 144
144
Nasional (UN), dan g) fasilitas penunjang/sumber belajar. 3) Layanan Penempatan dan Penyaluran Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler sesuai dengan potensi, bakat, minat serta kondisi pribadinya. Layanan ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan penempatan
dan
potensi lainnya. Layanan
penyaluran
berfungsi
untuk
pengembangan siswa. Materi kegiatan layanan penempatan dan penyaluran meliputi : a) Penempatan kelas siswa, program study/jurusan dan pilihan ekstrakurrikuler yang dapat menunjang
pengembangan
sikap,
kebiasaan,
kemampuan, bakat dan minat. b) Membantu dalam kegiatan program khusus sesuai dengan kebutuhan siswa, baik pengajaran maupun program pengayaan dan seleksi masuk perguruan tinggi. c) Penempatan dan MANAJEMEN PENDIDIKAN
145 145
penyaluran dalam kelompok sebaya, kelompok belajar dan organisasi kesiswaan serta kegiatan sosial sekolah. 4) Layanan Penguasaan Konten Layanan penguasaan konten merupakan layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat, seperti
melatihkan
mengemukakan
cara
berbicara
dana
tau
pendapat,
berpidata,
berdiskusi,
mempraktikkan 3 M (mendengar, memahami, dan merespons
sesuatu
mempersiapkan
diri
dengan
baik)
untuk
masuk
dan
cara-cara
dalam
seleksi
wawacara 5) Layanan Konseling Perorangan Layanan konseling perorangan merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing
untuk
membahas
dan
mengentaskan
permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya, agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. MANAJEMEN PENDIDIKAN 146
146
Layanan konseling perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi. Pelaksanaan usaha dan pengentasan siswa dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut, a) pengenalan dan pemahaman permasalahan, b) analisis yang tepat, c) aplikasi dan pemecahan permasalahan, d) evaluasi, baik evaluasi awal, proses ataupun evaluasi akhir, e) tindak lanjut. 6) Layanan Bimbingan Kelompok. Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama
melalui
dinamika
kelompok
untuk
membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, kegiatan belajar, karier/jabatan, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan bimbingan kelompok berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan. 7) Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok merupakan layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi MANAJEMEN PENDIDIKAN
147 147
masing-masing anggota kelo mpok melalui dinamika kelompok. Layanan konseling kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi. 8) Layanan Konsultasi. Layanan
konsultasi
merupakan
layanan
yang
membantu peserta didik dan/atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik. Layanan ini sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis
tidak langsung melayani
klien tetapi melalui bantuan dari orang lain. 9) Layanan Mediasi Layanan membantu
mediasi peserta
merupakan
layanan
yang
didik/individu
dengan
cara
memediasi kedua atau berbagai pihak yang sedang bertikai. Diharapkan dengan kemampuan professional konseler dapat membantu penyelesaian pertikaian kedua bela pihak (yang sedang bermasalah). Jadi,
dalam
konteks layanan mediasi posisi konselor sebagai perancang dan pengatur proses bantuan, dan bukan sebagai penentu pemecahan masalah. MANAJEMEN PENDIDIKAN 148
148
b. Bidang Bimbingan dan Konseling Dalam kegiatan pengembangan diri terdapat empat bidang bimbingan yang dilakukan di sekolah, yaitu bidang pribadi, social, belajar, dan karier. Dalam perkembanganya
ditabahkan
lagi
dengan
bidang
kehidupan keagamaan dan kehidupan keluarga. Jadi, enam
bidang bimbingan itu menjadi
a)
bidang
pengembangan pribadi, b) pengembangan kehidupan social, c) pengembangan
belajar,
d) pengembangan
karier, e) pengembangan kehidupan keagamaan, f) pengembangan kehidupan keluarga. c. Kegiatan Pendukung BK Optimalisasi
pelayanan
BK,
memerlukan
sejumlah kegiatan pedukung, yaitu a) aplikasi instrumen, b) himpunan data, c) konferensi kasus, d) kunjungan rumah, e) tampilan kepustakaan, dan f) alih tangan kasus. Guru BK perlu melaksakan kegiatan tersebut untuk mendukung pelayanan yang maksimal, seperti perlunya kunjungan rumah dalam upaya memperoleh data dan informasi terkait dengan penanganan kasus MANAJEMEN PENDIDIKAN
149 149
tertentu. Selain itu perlu alih tangan kasus jika masalah yang dialami klien berkaitan dengan ahlian lain. d. Lima Format Pelayanan Sejumlah
kegiatan
pelayanan
bimbingan
dan
konseling disebutkan sebelumnya, dalam praktiknya dapat dilakukan dalam berbagai macam cara, yaitu format individu, (2) format kelompok, (3) format klasikal, (4) format lapangan, (5) format “politik. Guru BK dapat mengidentifikasi format-format layanan tersebut dan mampu memilih dan memilah format tersebut sesuai kondisi dan latar belakang kegiatan pelayanan. 7. Layanan Kafetaria Peserta Didik Kantin atau warung sekolah diperlukan adanya di tiap sekolah, supaya makanan yang dibeli peserta didik terjamin kebersihannya dan cukup mengandung gizi. Para guru diharapkan sekali-kali mengontrol kantin sekolah dan berkonsultasi dengan pengelola kantin mengenai makanan yang bersih dan bergizi. Peran lain kantin sekolah yaitu supaya para peserta didik
tidak
berkeliaran
mencari
makanan
MANAJEMEN PENDIDIKAN 150
keluar 150
lingkungan
sekolah,
yang
belum
tentu
terjamin
kebersihannya. Oleh karena itu sekolah perlu mengajak pengelola kantin dalam menjaga secara bersama-sama tentang sumber gizi dan kesehatan makan dan minuman yang dikomsusi semua orang. Layanan kafetaria adalah layanan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh peserta didik disela-sela mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah sesuai dengan daya jangkau peserta didik. Makanan dan minuman yang tersedia di kafetaria tersebut, terjangkau dilihat dari jumlah uang saku peserta didik, tetapi juga memenuhi syarat kebersihan dan cakupan gizinya. 8. Layanan Laboratorium Peserta Didik Laboratorium diperlukan peserta didik apabila mereka akan mengadakan penelitian yang berkaitan dengan
percobaan-percobaan
tentang
suatu
objek
tertentu. Laboratorium sebagai sarana penunjang proses belajar mengajar baik tertutup maupun terbuka yang dipergunakan
untuk
melaksanakan
praktikum,
penyelidikan, percobaan, pengembangan dan bahkan pembakuan. MANAJEMEN PENDIDIKAN
151 151
9. Layanan Koperasi Peserta Didik Layanan koperasi dimaksudkan untuk mendidik peserta didik agar bernaluri kewirausahaan. Hal ini sangat membantu peserta didik dalam mempersiapkan kehidupan yang akan datang. Koperasi sekolah dalam pengelolaannya melibatkan guru dan personalia sekolah. Sedangkan koperasi peserta didik atau biasa disebut disebut Koperasi Siswa (Kopsis) adalah koperasi yang ada di sekolah tetapi pengelolaanya adalah oleh pesera didik, kedudukan guru di dalam Kopsis adalah sebagai pembimbing saja, bukan sebagai pengelola. 10. Layanan Keamanan Peserta Didik Layanan keamanan yaitu layanan yang dapat memberikan rasa aman pada siswa selama siswa belajar di sekolah misalnya adanya penjagaan oleh Satuan Pengamanan (Satpam) sekolah. Untuk menjamin tenaga keamanan diharapkan Satpam memiliki kompetensi dan pengalaman dalam menjaga kemanan dan ketertiban lingkungan
sekolah
termasuk
keamanan
lalulintas
penyebrangan di depan sekolah.
MANAJEMEN PENDIDIKAN 152
152
BAB I BAB IV
KONSEP DASAR PERANAN MANAJER MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN PERANAN MANAJER DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
A. Pendahuluan A. Pendahuluan sekolah dalam melaksanakan fungsi KEBERHASILAN MANAJER adalah pemimpin suatu kependidikannya perlupimpinan didukungatau dengan manajemen organisasi/lembaga. Dalam lembaga yang baik. Indikator manajemen sekolah pendidikan, yang baik pimpinnan pemimpin masing-masing organisasi/ dapat dilihat atau dari budaya kerja sekolah dengan suasana lembaga bervariasi, seperti Demikian sebutan Rektor, dan iklim sebutanya kerja positif dan inovatif. pula Ketua Umum, Ketuaatau Jurusan, Direktur penataan fisik danDekan, administrasi ketatalaksanaan Pascasarjana, Ketua Studi, Ketua untuk sekolah sekolah dengan baikProgram dan memberi kontribusi yang tinggi,bagi kepala sekolah dalam berbagai jenjang satuan berarti kualitas sekolah dan lulusan. pendidikan, dansekolah sebutan disesuaikan dengan Manajemen yanglain profesional dan berdaya keunikan organisasi/lembaga saing global, menjadi impian masing-masing. setiap institusi dan satuan Manajerial berasal dari kata manajer yangKarena berarti pendidikan bahkan para pemangku kepentingan. orang yang menjadi pimpinan atau orang yang mengatur kualitas sekolah sangat berpengaruh terhadap animo jadwal, membuat Manajeranak-anaknya juga dapat diartikan masyarakat untukrencana.” meyekolahkan pada sebagai dan/atau orang yang bertanggungjawab atas hasil kerja institusi satuan pendidikan tertentu. orang-orang yang mencapai ada di dalam Keunggulan Dalam upaya apa organisasi. yang dikemukakan di suatu maka bangsa setiap tidak lagi semata-mata ditandai dengan atas, manajer perlu memahami dan MANAJEMEN MANAJEMENPENDIDIKAN PENDIDIKAN
1 153 153
melimpahnya sejumlah kekayaan alamnya, tetapi lebih daripada itu, yaitu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan atau kualitas manajernya (pimpinan dan/atau pemimpinnya). Beberapa kajian tentang mutu manajer diapandang sangat menentukan kipra pembangunan umumnya dan lembaga pendidikan khususnya. Manajer memegang otoritas
tertinggi
dan
menentukan
perkembangan
lembaga pendidikan. Kedudukannya sangat strategis kerena
berhubungan
secara
langsung
dengan
pengambilan keputusan dan kebijakan yang ditetapkan untuk
dilaksanakan
secara
operasional
seluruh
bawahannya. Oleh karena itu diperlukan penguatan manajemen lembaga pendidikan antara lain dengan menyiapkan dan melatihkan sejumlah kecakapan para calon dan/atau para manajer pendidikan tidak lain adalah untuk mengantisipasi perubahan global yang disertai dengan perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi informasih. Perubahan global sangat cepat dan pesat, sehingga perlu ada perbaikan yang berkelanjutan (continuitas improvement) di bidang pendidikan, dan secara langsung MANAJEMEN PENDIDIKAN 154
154
dan/atau tidak langsung akan berdampak pada output pendidikan yang berdaya saing pada era revolusi industri 4.0. Persaingan tersebut hanya akan dimenangkan oleh lembaga pendidikan yang tetap memperhatikan kualitas pendidikan dalam tata kelolanya. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemimpin pendidikan/sekolah harus memenuhi
indikator
yang
telah
ditetapkan
oleh
pemerintah dan/atau pimpinan lembaga/yayasan. Dilihat dari perspektik regulasi dan kebijakan pemerintah terdapat beberapa tahapan harus dijalani calon kepala sekolah, diantaranya memiliki sertifikat dari lembaga yang telah ditetapkan pemerintah yaitu Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS). Dalam Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 ditegaskan bahwa tugas pokok kepala sekolah pada pasal 15 terdiri yaitu (1) sepenuhnya untuk melaksanakan tugas pokok manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan dengan tujuan
untuk mengembangkan
sekolah dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan. Jika terjadi kekurangan guru pada satuan pendidikan, Kepala MANAJEMEN PENDIDIKAN
155 155
Sekolah dapat melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan
agar
proses
pembelajaran
pembimbingan
tetap
berlangsung
pada
atau satuan
pendidikan yang bersangkutan dan tugas pembelajaran atau pembimbingan tersebut merupakan tugas tambahan di luar tugas pokoknya. Sementara Beban kerja bagi kepala sekolah yang ditempatkan di Sekolah Indonesia di Luar Negeri (SILN) selain
melaksanakan
dikemukakan di atas,
beban
kerja
sebagaimana
juga melaksanakan promosi
kebudayaan Indonesia. Kepala sekolah bukan lagi sekadar guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah, akan tetapi benar-benar seorang yang memiliki kualitas. Kepala sekolah tidak lagi mengajar, kecuali terdapat kekurangan guru, maka kepala sekolah dapat saja membantu melaksanakan tugas pembelajaran di kelas. B. Tugas dan Fungsi Manajer Lembaga Pendidikan Tugas dan fungsi manajer adalah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu merencanakan seluruh program kerja lembaga pendidikan secara konseptual. MANAJEMEN PENDIDIKAN 156
156
Kunci dasar dari visi dan misi serta penjabarannya perlu diorganisasikan dengan matang agar seluruh manajer dan bawahannya dapat melakukan hubungan kerjasama yang sinergis dan mampu melaksanakan secara praktis hingga pada hal-hal yang bersifat teknis. Kepemimpinan manajer memegang peranan sangat penting dalam perkembangan lembaga pendidikan. Kepala sekolah sebagai agen perubahan (agent of change) sebagai pelopor perubahan sekaligus menjadi contoh dalam pola pikir, budaya kerja, dan berperilaku bagi semua orang dalam organisasi. Jiwa kepemimpinan manajer dipertaruhkan dalam proses pembinaan para pendidik, pegawai tata usaha, dan personal pendukung lainnya. Sebagai manajer ia harus mengetahui, mengerti, dan memahami semua hal yang berkaitan dengan administrasi organisasi pendidikan. Bahkan ia harus memahami potensi yang dimiliki oleh pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan pemahaman yang baik, diharapkan terbangun
komunikasipun dengan
dalam
harmonis
bekerja terutama
akan untuk
menyelesaikan masalah dihadapi lembaga pendidikan yang dipimpinnya. MANAJEMEN PENDIDIKAN
157 157
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai manajer organisasi pendidikan, manajer harus memiliki berbagai persyaratan tertentu agar ia dapat menjalan tugasnya dengan baik. Menjadi manajer pendidikan dan/atau kepala sekolah minimal memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV);
memiliki
sertifikat pendidik; bagi Guru Pegawai Negeri Sipil memiliki pangkat paling rendah Penata, golongan ruang III/c; pengalaman mengajar paling singkat 6 (enam) tahun menurut jenis dan jenjang sekolah masing-masing, kecuali di TK/TKLB memiliki pengalaman mengajar paling singkat 3 (tiga) tahun di TK/TKLB; memiliki hasil penilaian prestasi kerja Guru dengan sebutan paling rendah “Baik” selama 2 (dua) tahun terakhir; memiliki pengalaman manajerial dengan tugas yang relevan dengan fungsi sekolah paling singkat 2 (dua) tahun; sehat
jasmani,
rohani,
Psikotropika, dan Zat
dan
bebas
Narkotika,
Adiktif (NAPZA) berdasarkan
surat keterangan dari rumah sakit Pemerintah; tidak pernah dikenakan hukuman disiplin sedang dan/atau berat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; tidak sedang menjadi tersangka atau tidak MANAJEMEN PENDIDIKAN 158
158
pernah menjadi terpidana; dan berusia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun pada waktu pengangkatan pertama sebagai Kepala Sekolah, dan pernyaratan lainya sesuai kondisi dan kebutuhan daerah. Beberapa lembaga pendidikan yang menghendaki agar manajer memiliki pengalaman bekerja relatif lama, sementara
ada juga lembaga pendidikan yang tidak
memperhatikan dan memprioritaskan masa kerja tetapi lebih
pada
kemampuan
dan
kematangan
dalam
menyelesaikan masalah pendidikan/sekolah. Biasanya lembaga pendidikan yang menuntut agar manajer memiliki pengalaman bekerja yang relatif lama adalah lembaga pendidikan yang kualitas sangat baik, memiliki tenaga pendidik dan personal sekolah yang profesional, sehingga mampu menghasilkan lulusan bermutu lebih baik dibandingkan dengan
lembaga pendidikan lain
yang sejenis. Pengalaman kerja akan mematangkan cara kerja seorang manajer. Manajer harus memiliki kepribadian yang baik. Manajer yang tidak ada pendirian, emosional, ceroboh, pemarah, dan berbagai sifat buruk lainnya akan menghambat tercapainya tujuan lembaga pendidikan. MANAJEMEN PENDIDIKAN
159 159
Sebaliknya, manajer yang memiliki
sifat pengayom,
penyabar, tidak ceroboh, luwes, ramah, tegas tetapi tidak kaku, membantu para pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengerjakan tugas-tugasnya akan berdampak pada suasana lembaga pendidikan yang tertib dengan suasana yang kondusif dan produktif dalam organisasi. Manajer lembaga pendidikan diharapkan memiliki pengetahuan dan kecakapan yang sesuai dengan bidang dan tanggungjawabnya dalam pengelolaan lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Manajer juga diharapkan memiliki
ide-ide
kreatif-inovatif
yang
dapat
meningkatkan perkembangan lembaga pendidikan dan pendidikan pada umumnya. Sebagai manajer suatu lembaga pendidikan, ia mengemban tugas-tugas yang sangat strategis dalam mencapai tujuan pendidikan. Sesuai Perpendikbud Nomor 6 Tahun 2018 Bab VII Pasal 15 dikatakan bahwa (1) beban kerja Kepala Sekolah yaitu sepenuhnya melaksanakan tugas pokok manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan.
(2)
Beban
kerja
Kepala
Sekolah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk MANAJEMEN PENDIDIKAN 160
160
mengembangkan sekolah dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan. (3) Dalam hal terjadi kekurangan guru pada satuan pendidikan, Kepala Sekolah dapat melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan agar proses pembelajaran atau pembimbingan tetap berlangsung pada satuan pendidikan yang bersangkutan. (4) Kepala Sekolah yang melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tugas
pembelajaran
atau
pembimbingan
tersebut
merupakan tugas tambahan di luar tugas pokoknya. (5) Beban kerja bagi kepala sekolah yang ditempatkan di Sekolah Indonesia di Luar Negeri (SILN) selain melaksanakan beban kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) juga melaksanakan promosi kebudayaan Indonesia. Secara konseptual tugas manajer dan/atau kepala sekolah yaitu: 1. Membuat perencanaan. Perencanaan yang dibuat oleh
manajer
pengajaran, guru/dosen,
berkaitan
kesiswaaan, pengembangan
dengan
program
pembinaan kurikulum,
MANAJEMEN PENDIDIKAN
para dan 161 161
pelaksanaan
pengembangan
siswa/mahasiswa
yang
bersifat
aktivitas intra
dan
ekstrakurikuler 2. Pengembangan dan pemberdayaan kepegawaian 3. Pengelolaa andministrasi keungan lembaga 4. Pengembangan sarana dan prasarana Selain hal tersebut di atas, juga diperlukan kecerdasan
intelektual
dan
emosional
dalam
kepemimpinannya melakukan berbagai hal, diantaranya: 1. Pelaksana kegiatan yang arif dan bijaksana, serta tidak memaksakan kehendak; 2. Berwibawa dan loyal
terhadap tugas dan
kewajibannya; 3. Ahli dan terampil; 4. Perencanaan yang penuh dedikasi; 5. Pengambil keputusan yang tegas, akurat, dan penuh perhitungan ke depan; 6. Refresentasi dari semua bawahannya; 7. Pegawas yang memberi teladan dengan pedoman Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, dan Tut wuri handayani; MANAJEMEN PENDIDIKAN 162
162
8. Motivator dan stabilisator untuk segala situasi dan kondisi; 9. Pemberi
rewards
and
punishments
wasit
yang adil
bagi
bawahannya. 10. Bertindak
sebagai
dalam
menyelesaikan konflik yang terjadi di lemabaga; 11. Panutan
bagi
bawahannya,
dan
mampu
berkomunikasi dengan suasana hati yang tenang dan menyejukkan. Untuk menjalankan tugas manajer yang lebih baik lagi selain yang telah disebutkan di atas, juga seorang manajer dituntut bijaksana dalam mengambil keputusan, seperti digambarkan oleh Ki Hadjar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo , Ing Madyo Mangun Karso, dan
Tut
Wuri
Handayani
Ing
Ngarso
Sung
Tulodo artinya Ing ngarso itu didepan/ dimuka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti teladan. Jadi, makna Ing Ngarso Sung Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri teladan bagi orang-orang disekitarnya. Selain itu Ing Madyo Mangun Karso, Ing Madyo artinya di
tengah-tengah,
Membangun
MANAJEMEN PENDIDIKAN
berarti 163 163
membangkitkan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi, makna dari kata itu adalah seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Karena itu seseorang juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan. Kata Tut mengikuti
Wuri Handayani, Tut Wuri
dari
belakang
dan
artinya
handayani
berati
memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga arti Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Seorang
manajer
selain
mempertimbangkan
petunjuk-petunjuk di atas, juga perlu memperhatikan langkah-langkah yang dikemukakan Purwanto, (1995) dalam mengambil keputusan, yaitu sebagai berikut. 1. Memahami masalah terlebih dahulu, mencari penyebab atau latar belakang lahirnya masalah. Jika akar masalahnya telah diketahui, langkah MANAJEMEN PENDIDIKAN 164
164
selanjutnya
mencari
sulusi
sejumlah
alternatifnya; 2. Menentukan pedoman pemecahan masalah untuk mempermudah
operasional
dan
teknik
pelaksanaannya oleh semua bawahannya; 3. Menyajikan
berbagai
alternatif
pemecahan
masalah, melakukan seleksi alternatif yang lebih memungkinkan
dengan
mempertimbangkan
kemampuan sumber daya dan sumber dana yang tersedia; 4. Penilaian terhadap alternatif pemecahan masalah secara rasional dengan cara menampung berbagai pendapat dari seluruh manajer dan bawahannya, sehingga pengetahuan tentang alternatif yang paling memungkinkan untuk diterapkan akan lebih akurat, efisien, dan efektif; 5. Memperhitungkan secara matang implikasi yang akan
ditimbulkan
pemecahan masalah
dari
masalah. yang
pemilihan Alternatif
ditetapkan
alternatif pemecahan merupakan
kebijaksanaan manajer yang secara wewenang, ia pun bertanggungjawab penuh terhadap risiko MANAJEMEN PENDIDIKAN
165 165
yang ditimbulkannya,
baik
positif maupun
negatif, menguntungkan atau merugikan. Manajer yang bijak adalah manajer yang ketika manghadapi
masalah
selalu
melibatkan
semua
bawahannya untuk ikut serta memecahkan masalah sesuai dengan kapasitas dan keahliannya. Manajer tidak sendiri
dalam
mengelola
oragnisasi.
Ia
selalu
berhubungan dengan orang lain dalam rangka kegiatan operasional setiap hari kerja. Oleh karena itu setiap orang dalam suatu organisasi dapat saja menjadi penyebab permasalahan dan dapat saja diperankan sebagai orang yang dapat memaparkan alternatif pemecahan masalah organisasi. Gagasan pemecahan masalah sedemikian
rupa
dari
seluruh
dapat ditampung bawahannya,
dan
bawahannya diberi kesempatan untuk memberikan contoh pemecahan masalah. Dengan cara ini, seorang manajer telah melakukan proses pelimpahan gagasan atau ide kepada bawahannya, prestasi bawahan akan mudah dikenal, dan hal itu sekaligus merupakan proses MANAJEMEN PENDIDIKAN 166
166
kaderisasi atau pemberdayaan potensi dan kecakapan bawahan dalam upaya pengembangan karier karyawan. Karyawan yang memiiliki kecakapan khusus terkait dengan tupoksinya akan memberi arti bagi hidupnya dan oragnisasi. Tingkat produktivitas bawahan meningkat, maka secara langgung dapat saja berdampak pada kemajuan organisasi dan komunitasnya. Berikut ini dipaparkan contoh model rapat yang memberdayakan bahawan dalam bentuk gambar
proses penyelesaian
masalah dengan melibatkan banyak orang dalam lembaga, seperti yang ada dalam gambar 4.1 berikut ini.
Gambar 4.1 Suasana Rapat yang Demokratis Partisipatif MANAJEMEN PENDIDIKAN
167 167
Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat peran manajer melibatkan banyak orang dalam organisasi untuk membicarakan berbagai hal terkait dengan kemajuan lembaga. Manajer yang demokratis dan berpegang pada asas partisipasi dalam majerialnya. Sikap manajer tersebut memiliki ciri-ciri berikut ini. 1. Masalah lembaga dibahas bersama. Semua masalah dalam lembaga dan sangat menggangu suasana
dan
produktifvitas
lembaga,
dikemukakan dan dibahasa bersama dengan bawahannya, agar persoalan yang sebenarnya secara transparan diketahui bersama-sama, Hal itu dilakukan karena adanya komitmen tentang rasa memilki (sese of belonging) terhadap lembaga pendidikan, sebagai tempat pengabdian hidupnya. 2. Masalah dibahas bersama akan menjadi bahan renungan seluruh personal lembaga, kemudian seluruh bawahannya diminta pendapat dan gagasannya yang dapat dijadikan solusi alternatif permasalahan yang dihadapi. Cara ini dilakukan pimpinan
karena ia memahami bahwa setiap MANAJEMEN PENDIDIKAN
168
168
karyawan
memiliki
potensi,
pengetahuan,
pengalaman yang beragam, dan tidak menutup kemungkinan, ada diantara karyawan dapat memberikan solusi yang paling tepat, efektif, dan efisien. 3. Pecarian alternatif pemecahan masalah dihadapi bersama, dan alternatif tersebut
ditetapkan
sebagai jalan keluar sekaligus merupakan uji coba pemecahan masalah. Oleh sebab itu, pengambilan keputusan seorang manajer dalam menetapkan pilihan pemecahan masalah perlu mempertimbagkan berbagai kemungkinan. 4. Terkadang bawahan sama sekali tidak memiliki keberanian
mengatur
pendapatnya,
apalagi
bwahan yang mersa takut pendapatnya salah, atau jika dijadikan solusi yang berdampak kerugian yang lebih para bagi lembaga. Dalam keadaan itu, manajer harus mengambil keputusan sendiri karena tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan otoritas yang dimilikinya.
MANAJEMEN PENDIDIKAN
169 169
C. Tugas Telaah Masalah Bagi Manajer Pada
hakikatnya,
manajer
yang
memiliki
keterampilan konseptual adalah manajer yang cerdas menelaah masalah yang dihadapi. Semua permasalahan memerlukan keputusan, mulai masalah rutin sampai pada masalah rumit, kritis, dan fundamental yang harus ditelaah secara rasional. Permasalahan yang dihadapi oleh
lembaga
pendidikan
biasanya
tidak
hanya
disebabkan oleh satu faktor, melainkan beberapa faktor atau bisa juga oleh sebuah penyebab tetapi dampaknya lebih luas terutama bagi suasana dan iklim kerja organisasi. Permasalahan
lambaga
dapat
bersumber
dari
individu dan kelompok tetapi juga dalam lembaga itu sendiri
bahkan
sumber
permasalahannya
dari
pendekatan manajer yang kurang profesional dalam menelaah masalah dalam lembaga. Dalam beberapa kasus terutama di daerah 3T terdapat 4 masalah pendidikan/sekolah umumnya yaitu (1) keterbatasan jumlah dan kualitas
guru atau guru yang kurang
kompeten, (2) keterbatasan jumlah dan kualitas ruang kelas, (3) keterbatasan dana pendidikan, (4) keterbatasan MANAJEMEN PENDIDIKAN 170
170
jumlah dan kualitas bahan belajar. Permasalahan tersebut seringkali tidak menjadi fokus perhatian dari manajer dalam menyusun program kerja sekolah, akibatnya sekolah tidak dapat melaksanakan kegiatan sebagaimana mestinya. Permasalahan lainya yang seringkali terjadi di lingkungan sekolah khususnya, seperti
(1) masalah
bully atau perundungan. Ini umumnya dilakukan oleh siswa yang merasa superior atas siswa lainnya, (2) masalah bolos, (3) masalah tawuran, masalah ini sudah masuk ke ranah pidana sebab bisa mengakibatkan korban nyawa, menganggu ketertiban umum dan sebagainya, (4) masalah lingkungan kontor, dan (5) masalah merokok. Pendidikan/sekolah yang bermasalah juga dapat dilihat dari suasana dan/atau iklim sekolah yang kurang kondusif seperti dilukiskan dalam Gambar 4.2 berikut ini.
MANAJEMEN PENDIDIKAN
171 171
Gambar 4.2 Suasana Lembaga Bermasalah Gambar 4.2 di atas, melukiskan suasana lembaga yang tidak sehat, yang ditandai dengan suasana psikhis dan dan kecenderungan instruksi dan tekanan kerja stres, limit waktu yang sangat ketat dengan target-target yang telah ditetapkan lembaga. Hal ini disebkan berbagai faktor, baik bersumber dari manajer itu sendiri maupun orang lain termasuk dari bawahannya. Hasil kajian Aziz dan
Suwatno
(2019)
menunjukan
bahwa
gaya
kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja guru. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai “agen of change (agen perubahan)”, bertugas untuk membangun peserta didik agar sanggup memecahkan masalah nasional
(internal)
dan
menenangkan
persaingan
MANAJEMEN PENDIDIKAN 172
172
internasional (eksternal). Untuk lebih jelasnya berikut ini akan
dipaparkan
faktor-faktor
penyebab
lahirnya
masalah dalam suatu lembaga, yaitu: 1. Faktor kepemimpinan suatu lembaga. Faktor ini dapat menjadi penyebab datangnya masalah, misalnya menempatkan manajer yang bukan ahlinya, belum berpengalaman, dan mungkin berwatak pemarah, otoriter, tidak percaya kepada bawahannya, dan terlalu idealis atau perfeksionis, sehingga seluruh kerja bawahan dianggap tidak ada yang benar dan tidak seorang pun yang berprestasi; 2. Faktor penempatan manajer madya dan manajer operasional yang kurang menguasai unit kerja yang
dipimpinnya
serta
kurang
memiliki
keterampilan teknis yang dapat diajarkan kepada bawahan-bawahannya; 3. Faktor sarana dan prasarana yang dimiliki lembaga pendidikan yang kurang memadai bagi tercapainya tujuan pendidikan; 4. Faktor
tujuan
pendidikan
yang ditetapkan,
terutama jika diantara tujuan yang hendak dicapai MANAJEMEN PENDIDIKAN
173 173
dengan sumber-sumber daya dan dana tidak seimbang; 5. Faktor SDM, misalnya para pendidik dan tenaga kependidikan yang tidak profesional dan tidak memiliki semangat pegabdian yang utuh serta loyalitas yang kuat pada lembaga pendidikan; 6. Faktor kurikulum yang tidak rasional, materi pembelajaran dan proses pembelajaran yang tidak sistematis, diurutkan
sesuai
misalnya kurikulum dengan
jenjang
tidak satuan
pendidikan dan latar belakang pertumbuhan dan perkembangan peserta didik; 7. Faktor sumber dana bagi operasional lembaga pendidikan, termasuk gaji dan/atau insentif yang terlalu kecil bagi para pendidik dan tenaga kependidikan; 8. Faktor media pendidikan, misalnya perpustakaan yang kurang menunjang bahkan belum tersedia; 9. Faktor lingkungan sekolah dan lingkungan eksternal sekolah yang kurang menunjang. Interaksi pihak lembaga dengan masyarakat yang renggang; dan MANAJEMEN PENDIDIKAN 174
174
10. Sistem manajemen yang kurang profesional. Jika sistem yang dibangun kurang profesional, maka hasilnyapun tidak jauh dari itu. Salah satu komponen tidak berperan dan/atau membuat kesalahan akan berdampak pada sistem lembaga secara keseluruhan. Sebagai contoh,
dalam
kendaraan salah satu bagian tidak berfungsi, maka secara otomatis kendaraan tersebut kurang berfungsi secara baik. Fungsi telaah masalah, kaitannya dengan tugas manajer, terletak pada proses menentukan langkahlangkah pengambilan keputusan, diantaranya dapat diupayakan dengan berbagai cara dan pendekatan, yaitu; 1. Pendekatan kepekaan intuitif, yaitu seorang manajer harus memiliki kepekaan intuitif dalam mencari solusi alternatif pemecahan masalah. Pendekatan ini biasanya didukung oleh watak dan bakat manajer dalam kepemimpinannya. 2. Pendekatan
konsultatif,
yaitu
mencoba
mengkonsultasikan seluruh permasalahan kepada orang yang dianggap memiliki keahlian khusus dalam menangani masalah. Apabila masalahnya MANAJEMEN PENDIDIKAN
175 175
berkaitan
dengan
berkonsultasilah
hukum, dengan
maka
sebaiknya
lembaga
bantuan
hukum, pengacara, atau sarjana hukum
yang
sudah profesional dalam menangani masalah hukum, baik hukum keperdataan maupun hukum kepidanaan, dan sebagainya 3. Pendekatan kompromistik (pendekatan intuitif dan konsultatif), yaitu memadukan dua pedekatan guna
lebih
menyempurnakan
alternatif
pemecahan masalah. 4. Pendekatan komperatif, yaitu membadingkan masalah yang dihadapi dengan lembaga lain yang mungkin pernah menghadapi masalah yang sama, sehingga pengalaman lembaga yang dimaksud dapat
dijadikan
pertimbangan
bagi
solusi
alternatif pemecahan masalah. 5. Pendekatan
proses
“trial-anda
error”.
Pendekatan ini memiliki ciri sebagai berikut. (1) Melalui
analisis
terbatas
terhadap
suatu
permasalahan kemudian mengambil keputusan, (2) Keputusan yang diambil bersifat remedial tidak didasarkan atas inovasi, (3) Keputusan MANAJEMEN PENDIDIKAN 176
176
bersifat menghilangkan berbagai kendala atau faktor yang menghambat terlaksananya kegiatan, yang tidak didasarkan atas tujuan yang pasti atau pelaksanaan yang keluar dari perencanaan yang sudah
diputuskan
(in
konsistensi
realisasi
program) Berbagai
alternatif
yang
ditawarkan
guna
memecahkan masalah yang dihadapi adakalanya dapat dikompromikan apabila secara substansial memiliki sifat-sifat yang saling menunjang. Sebaliknya ada pula yang harus ditetapkan karena ada alternatif yang saling berlawanan. Oleh karena itu, secara keseluruhan, alternatif yang ditawarkan perlu ditelaah. Alternatif setiap masalah yang dihadapi harus sesuai dengan masalah yang bersangkutan. Jika masalahnya berkaitan dengan
profesionalitas
personalia,
alternatif
pemecahannya harus berkaitan secara langsung dengan personalia,
baik
sebagai
pribadi
maupun
sistem
personalia dari suatu unit kerja tertentu. Demikian pula, dalam kaitannya dengan masalah kurikulum, proses belajar
mengajar,
kepemimpinan
upah
seorang
atau
insentif
manejer,
dan
pegawai, masalah
MANAJEMEN PENDIDIKAN
177 177
siswa/mahasiswa, alternatifnya harus merupakan solusi yang dapat menghilangkan permasalahan yang dihadapi secara langsung. Pengkajian berbagai alternatif berfungsi untuk mengetahui secara lebih jernih terhadap serangkaian konsekuensi yang timbul dari pelaksaan alternatif yang dimaksudkan. Konsekuensi pelaksanaan suatu alternatif dapat bersifat positif dan negatif, atau resikonya dapat menguntungkan atau sebaliknya merugikan. Aspekaspek positif dan negatif ini dapat dilihat dari segi manfaat,
biaya,
dan
nilai.
Dengan
kajian
yang
mendalam, rasional, dan komprehensif, pemilihan alternatif pemecahan masalah dapat menekan sekecil mungkin dampak yang akan merugikan lembaga pendidikan.
Jadi,
permasalahan
tidak
dianggap
hambatan, seharusnya dipandang sebagai tantangan. Dengan pengelolaan masalah yang baik, pola dan pendekatan penyelesaian yang rasional, permasalahan akan berubah menjadi motivasi yang kuat untuk meningkatkan kemajuaan lembaga pendidikan. Permasalahan merupakan tantangan bagi kemajuan lembaga pendidikan, secara langsung memerlukan MANAJEMEN PENDIDIKAN 178
178
penentuan alternatif yang langkah pertamanya adalah menentukan kriteria sebagai unsur kajian alternatif pemecahan masalah, yang juga dapat diartikan sebagai aturan
atau
standar
yang
dapat
dipakai
untuk
melaksanakan ranking terhadap semua alternatif yang tersedia. Selain itu, kriteria yang ditetapkan akan dapat menghubungkan unsur-unsur tujuan dan dampak yang ditimbulkan oleh pemilihan alternatif tersebut karena pemilihan dan penetapan alternatif merupakan salah satu tugas manajer dalam pengambilan keputusan. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan penjajakan (inquiry) tentang hal berikut. 1. Nilai, tujuan dan kriteria. Nilai adalah hakikat dari alternatif, hikmah dilaksanakan alternatif bagi
kemajuan
lembaga
pendidikan,
atau
implikasi baik dan buruknya terhadap lembaga pendidikan. Tujuan adalah sasaran atau target yang
hendak
dicapai,
sedangkan
kriteria
merupakan ragam dari alternatif yang telah diketahui jenis, sifat, dan ciri-cirinya. 2. Identifikasi
alternatif-alternatif.
Artinya
memberikan nama yang jelas untuk setiap MANAJEMEN PENDIDIKAN
179 179
alternatif yang ditawarkan. Konsep dari seluruh alternatif disusun secara sistematis, objektif, logis, dan transparan. 3. Evaluasi dan perbandingan alternatif. Kegiatan menilai atau mengukur alternatif, dengan cara memperhitungkan
proposionalitasnya
dengan
sumber daya dan sumber dana yang tersedia, serta situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Dengan demikian, pemilihan alternatif sebagai pengambilan
keputusan
dapat
diprediksikan
untung dan ruginya. Ini merupakan bagian dari fungsi manajemen manajer
sebagai
yang dilaksanakan oleh forcasting
(memperkirakan
kejadian di masa depan) organisasi. Alternatif yang ditelaah oleh manajer secara langsung merupakan penjajakan tujuan dari keputusan yang diambil. Penjajakan tujuan dilakukan dalam rangka penentuan kebutuhan manajer dan lembaga pendidikan yang dikelolanya secara keseluruhan. Dalam penjajakan tujuan ini sekaligus akan dapat diketahui nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan tujuan akhir (ultimate goals) yang dicapai. MANAJEMEN PENDIDIKAN 180
180
Manajer yang cerdas, cermat, dan bijaksana dalam pengambilan keputusan, terutama ketika menetapkan alternatif peemecahan masalah adalah manajer yang mementingkan
penelitian
dan
pengujian
terhadap
berbagai alternatif yang ada. Penelitian dan pengujian bukan coba-coba atau berspekulasi, tetapi merupakan kerangka kerja metodologis dan taktis untuk menetapkan pilihan terbaik dari sekian banyak alternatif yang ada. Berbagai penelitian dan pengujian alternatif yang ditawarkan, tidak menutup kemungkinan ditemukannya alternatif baru yang lebih efektif dan afesien. Untuk mengetahui efektivitas berbagai alternatif yang dapat dikembangkan, perlu ada penjajakan kriteria yang nantinya dapat dipakai sebagai ukuran. Oleh karena itu, penelitian, penemuan, bahkan intuisi juga dibutuhkan dalam rangka membuat perkiraan tentang kondisi dan hambatan dalam pelaksanaan berbagai alternatif yang telah diidentifikasikan. Setelah ditemukan berbagai kemungkinan alternatif, tiap-tiap alternatif tersebut perlu diteliti, baik dari segi kemungkinan pelaksanaanya beserta resiko yang dihadapi. Alternatif-alternatif itu diperbandingkan.
Dalam
melakukan
penjajakan,
MANAJEMEN PENDIDIKAN
181 181
sebaiknya permasalahan yang dihadapi dilihat secara komperhensif dan/atau menyeluruh. Penelitian terhadap alternatif-alternatif pemacahan masalah dilakukan dengan langkah-langkah konkret berikut. 1. Melakukan eksplorasi general terhadap realitas atau fakta-fakta yang terjadi. 2. Menetapkan
permasalahan
faktual
yang
merupakan hasil ekplorasi 3. Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam
bentuk
pertanyaan-pertanyaan
atau
pernyataan 4. Membatasi permasalahan dengan mempertimbangkan kuantitas atau kualitas masalah yang dihadapi 5. Mengumpulkan data-data faktual berkaitan dengan masalah yang dihadapi, sebagai bukti adanya masalah 6. Mencari hubungan antarpeyebab dan akibat yang ditimbulkan oleh masalah yang dihadapi 7. Memprediksikan akibat-akibat yang mungkin akan ditimbulkan apabila maslah dibiarkan MANAJEMEN PENDIDIKAN 182
182
berlarut-larut tanpa diselesaikan dan dicari solusinya 8. Menggambarkan dan menawarkan berbagai alternative pemecahan masalah dengan alasan konseptualnya. 9. Menggambarkan dan menawarkan berbagai alternatif pemecahan masalah. 10. Menafsirkan alternatif pemecahan masalah yang ditetapkan sesuai dengan pendekatan yang digunakan 11. Menentukan pilihan utama alternatif masalah setelah mempertimbangkan dampak yang akan dihadapi 12. Menilai
dan
mengukur
hasil-hasil
yang
diperoleh setelah melaksanakan alternative pemecahan masalah 13. Menyimpulkan
hasil
akhir
dan
merekomendasikan alternative yang sudah diterapkan
untuk
dikembangkan
dan
dikonseptualisasikan agar lebih memeudahkan proses
operasionalnya
dan
menghambat
permasalahan serupa muncul kembali. MANAJEMEN PENDIDIKAN
183 183
Pengambilan keputusan oleh manajer, berkaitan dengan
pemilihan
alternatif
pemecahan
masalah.
Manajer akan melibatkan semua pihak dalam lembaga pendidikan. Visi dan misi tidak dapat dioperasionalkan apabila tidak didukung
dan dibantu oleh seluruh
personal yang memiliki latar kemampuan, keterampilan dan pengalaman yang berbeda-beda. Manajer harus mengembangakn konsep kerja sama antar personal agar pelaksanaan alternatif pemecahan masalah lebih cepat dan mudah. Kerjasama dapat diciptakan jika manajer memiliki keterampilan manusiawi. Manajer
selain
menentukan
langkah-langkah
penetapan alternatif pemecahan masalah, juga harus melakukan verifikasi alternatif yang diambil dengan cara mengundang seluruh personal lembaga pendidikan yang dipimpinnya atau wakil-wakil pimpinan yang ditetapkan oleh surat keputusan dan membicarakan pengambilan keputusannya secara terbuka. Misalnya melakukan rapat senat, rapat pimpinan, rapat dosen, rapat komite dan/atau dewan sekolah, dan yang sejenisnya. Dalam berbagai rapat itu akan muncul kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sehingga pengambilan MANAJEMEN PENDIDIKAN 184
184
keputusan yang dilakukan oleh manajer bersifat terbuka, konfirmasi, dan verifikasif. Pengambilan keputusan yang dilakukan manajer harus mengacu pada pandanganpandangan
rasional
dan
bijaksana
yang
telah
dimusyawarakan dengan seluruh bawahanya. Oleh sebab itu, dalam menetapkan alternatif pemecahan masalah, manajer harus memperhatikan hal-hal berikut . 1. Sumber dan latar belakang permasalahan. 2. Alasan-alasan pentingnya memberikan perhatian serius terhadap permasalahan yang ada 3. Kelompok atau institusi yang menjadi sasaran suatu keputusan program. 4. Keuntungan-keuntungan yang dapat diraih. 5. Program yang telah dilaksanakan yang ada kaitannnya dengan masalah yang dihadapi 6. Tujuan yang diinginkan 7. Kerangka analisis berkisar pada macam-macam alternatif, metodologi, dan asumsi. 8. Alternatif,
yaitu
uraian,
efektivitas,
biaya,
pengaruh sampingan, keterangan lain yang diperlukan MANAJEMEN PENDIDIKAN
185 185
Dalam menjalankan fungsinya sebagai manajer dan atau pimpinan lembaga pendidikan, misalnya rektor kepala sekolah, ketua yayasan, ia harus memiliki keampuan menguasai dan melaksankan tugasnya dengan baik. Ia bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan pendidikan., mengatur
mengatur hal-hal
proses
yang
belajar
menyangkut
mengajar, kesiswaan,
personalia, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran dan komponen sekolah lainnnya. Selain itu,
majer
tersebut
memilki
wewenang
untuk
menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Manajer lembaga pendidikan harus kreatif dan mampu memilki ide-ide dan inisiatif yang menujang perkembangan sekolah. Ide kreatifnya dapat digunakan untuk membuat perencanaan, menyusun organisasi sekolah,
memberikan
pengarahan,
dan
mengatur
pembagian kerja, mengelola kepegawaian yang ada di lingkungan sekolah agar seluruh proses adminstrasi di lembaga pendidikan yang dipimpinnya dapat berjalan dengan lancer dan mampu mencapai tujuan yang diharapkan. MANAJEMEN PENDIDIKAN 186
186
Manajer yang profesional dapat dilihat juga dari kecakapan guru/dosen,
sosialnya petugas
misalnya
melibatkan
administrasi,
para
pengusaha,
pemerintahan setempat agar rencana yang telah disusun dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk tugas tersebut, diperlukan manajer yang memilki kecakapan social dengan berbgai kemampuan dalam mempengaruhi dan menyakinkan orang lain. Manajer dalam suatu lembaga pendidikan bertugas pula dalam hal berikut. 1. Mengendalikan pelaksanaan kurikulum, meliputi isi,
metode
penyajian,
penggunaan
alat
perlengkapan, dan penilaiannya agar berlangsung sesuai
dengan
ketentuan
dan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku; 2. Mengendalikan tenga teknis agar memenuhi persyaratan
formal
yang
berlaku
dan
melaksankan tugasnya sesuai dengan ketentuan dan peraturan perudang-undangan yang berlaku; 3. Mengendalikan pengadaan, penggunaan, dan pemeliharaan sarana lambaga pedidikan sesuai dengan keputusan dan peraturan perundangMANAJEMEN PENDIDIKAN
187 187
undangan yang berlaku, serta menjaga agar kualitas dan kuantitas sarana lembaga pendidikan memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku; 4. Mengendalikan tata usaha lembaga pendidikan, meliputi urusan kepegawaian, urusan keuangan, dan urusan perkantoran agar berjalan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangundangan yang berlaku; 5.
Mengendalikan hubungan kerja sama dengan masyarakat, antara lain dengan pemerintah daerah, dunia usaha, dan lain-lain;
6. Menilai proses dan hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketetapan dan waktu; 7. Menilai
pelaksanaan
kerja
tenaga
teknis
pendidikan; 8. Menilai pemanfaatan sarana pendidikan; 9. Menilai efisiensi dan keefektifan tata usaha pendidikan; 10. Menilai
hubungan
kerja
sama
dengan
masyarakat, antara lain pemerintah daerah, dunia usaha, dan lain-lain; MANAJEMEN PENDIDIKAN 188
188
11. Melaksnakan
program
pendidikan
serta
perbaikan
terhadap
pemberdayaan
memberikan
petunjuk
penyimpangan
dalam
pengelolaan pendidikan yang meliputi segi; a. Proses dan hasil pelaksanaan kurikulum yang dicapai pada periode tertentu; b. Kegiatan di bidang pengelolaan gedung dan bagunan, halaman, perabot, alat-alat kantor, dan sarana pendidikan lainnya; c. Pengembangan sekolah,
guru,
personal tenaga
termasuk tata
usaha
kepala yang
mencakup segi disiplin, sikap, dan tingkah laku,
pembinaan
karier,
peningkatan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan profesi masing-masing; d. Tata usaha termasuk urusan keuangan, urusan sarana, dan urusan kepegawaian; dan e. Hubungan lembaga dengan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3 sekarang Komite Sekolah) dan masyarakat umumnya.
MANAJEMEN PENDIDIKAN
189 189
D. Tingkatan Manajemen Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa tugas-tugas manajemen adalah menggunakan sumber daya
yang
dimiliki
seoptimal
mungkin,
dengan
melakukan kegiatan efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi itu tercapai. Ditinjau dari tingkatannya dalam organisasi terdapat tiga jenis manajer, yaitu manajer puncak (top managers), manajer menengah (middle managers), dan manajer garis pertama (first line managers) 1. Manajer puncak (top managers), adalah seseorang atau beberapa orang yang memegang jabatan tertinggi dalam suatu organisasi (berada pada puncak
tingkat manajerial). Manajer puncak
bertanggungjawab secara menyeluruh terhadap manajemen Tugasnya
organisasi adalah
yang
menetapkan
bersangkutan. kebijakan
operasional dan mengarahkan organisasi dalam berinteraksi dengan lingkungannya, baik mikro maupun makro. Contoh manajer puncak adalah pimpinan
dan
wakil
pimpinan
perusahaan
MANAJEMEN PENDIDIKAN 190
190
perseorangan, direktur rumah sakit, rektor, direktur utama suatu PT, dan yang sejenisnya; 2. Manajer menengah (middle managers) adalah seseorang atau beberapa oranag yang berada di bawah manajer puncak, tetapi membawahi manajer lain. Jadi, manajer ini ada apabila organisasi yang bersangkutan mempunyai lebih dari satu jenjang. Mereka
bertanggungjawab
untuk
pengarahan
kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengimplementasikan
kebijakan
organisasi
dan
mencari
keseimbangan antara tuntutan atasannya dengan kemampuan para bawahannya. Contohnya adalah manajer bagian produksi, kepala seksi desain produk, dan dekan; 3. Manajer garis pertama (firt line managers), adalah seseorang atau beberapa orang yang berada di tingkat bawah dalam hierarki orgnisasi. Manajer garis
pertama
tidak
membawahi
manajer,
melainkan langsung membawahi para karyawan operasional
serta
bertanggungjawab
terhadap
kelancaran pekerjaan para karyawan. Contohnya MANAJEMEN PENDIDIKAN
191 191
adalah mandor bagunan, sales supervisor, dan yang sejenisnya. Dalam lembaga pendidikan, misalnya pendidikan formal jenjang pendidikan
dasar dan pendidikan
menengah yang termasuk manajer puncak yaitu kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Sedangkan pada pendidikan tinggi yaitu rektor dan para wakil rektor. Manajer tingkat menengah yaitu dekan dan para wakil dekan
yang
bertanggungjawab
dalam
mengelola
fakultas. Manajer garis pertama di sekolah dilaksanakan oleh wali kelas, yaitu guru yang bertugas dan bertanggungjawab membina kelasnya masing-masing. Pada lembaga PT dipegang oleh ketua jurusan atau ketua program studi yang dibantu oleh sekretaris jurusan Manajer tingkat manengah, seperti wakil dekan II memiliki
bawahan
langsung
yang
mengelola
pengadministrasian pada ruang lingkup kepegawaian dan keuangan, yaitu kepala sub bagian (kasubag) tata usaha, sedangkan wakil dekan I dibantu oleh kasubag akademik dan ketua jurusan serta sekretaris jurusan, sementara wakil dekan III bertugas menangani dan mengelola lembaga dalam bidang kemahasiswaan yang dibantu MANAJEMEN PENDIDIKAN 192
192
oleh kasubag kemahasiswaan bersama dengan kasubag akademik. Oleh karena itu jabatan ini disebut kasubag akademik dan kemahasiswaan. Jenis-jenis manajer dapat dibedakan menurut ruang lingkup kegiatan yang dikelolanya, yaitu (1) manajer fungsional dan (2) manajer umum. Manajer fungsional (functional managers), yaitu manajer yang hanya bertanggungjawab
atas
suatu
kegiatan
saja
atau
menjalankan satu fungsi manajerial saja, misalnya manajer pemesaran, manajer keungan, atau manajemen SDM. Sedangkan manajer umum (general managers), yaitu manager yang bertanggungjawab atas seluruh kegiatan dalam unitnya, seperti keuangan pemasaran, produksi/operasi, dan SDM Pada tingkat fakultas, manajer umum dipegang oleh dekan, sedangkan para wakil dekannya termasuk manajer fungsional, karena menjalankan tugas dan kewajibannya dalam salah satu jenis kegiatan, yang bertanggungjawab sepenuhnya kepada dekan. Untuk menjadi manajer yang profesional, diharapkan memiliki keterampilan dan sejumlah kecakapan pendukungnya. Terkait dengan hal tersebut, Robert &. Kazn (Wahyudi, MANAJEMEN PENDIDIKAN
193 193
2009:68) mengedepankan tiga jenis keterampilan utama yang
dibutuhkan
oleh
tingkat
manajer,
yaitu
keterampilan teknis, keterampilan manusiawi, dan keterampilan konseptual. a. Keterampilan teknis (technical skill), adalah kemampuan menggunakan alat-alat, teknis suatu bidang membuat
yang
khusus,
produk,
misalnya
pemeliharaan
keterampilan mesin,
dan
penjualan produk. Kaitannya dengan lembaga pendidikan keterampilan pimpinan PT keterampilan
membuat
kalender
yaitu
akademik,
keterampilan menggunakan computer dan disertai dengan menggunakan multi media (LCD dan labtop) dan sebagainya dalam upaya memperlancar tugas dan fungsi manajer dalam menjalankan kegiatan PT; b. Keterampilan manusiawi (human skills), adalah kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dan memotivasi orang lain, baik sebagi individu maupun sebagi kelompok. Keterampilan ini sangat penting bagi manajer agar ia dapat bekerjasama dengan anggota-anggota organisasi yang lain, MANAJEMEN PENDIDIKAN 194
194
maupun pimpinan kelompoknya sendiri, misalnya dalam
memimpin
rapat
seorang
manajer
menderngar dan menghargai pikiran dan saran dari peserta
rapat.
Dalam
lembaga
pendidikan,
keterampilan manusiawi sangat penting karena pendidik
berhubungan
dengan
siswa,
dosen
berhubungan dengan mahasiswa, dan pimpinan berhubungan dengan bawahannya; c. Keterampilan konseptual (consptual skills) adalah kemampuan
untuk
mengkoordinasikan
dan
memadukan berbagai kegiatan untuk kepentingan organisasi,
seperti
kemampuan
memahami
perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi yang dipimpinnya. Keterampilan ini wajib dimiliki oleh pimpinan pusat atau manajer puncak. Rektor dan dekan mampu menjadi konseptor yang andal dalam membuat visi dan misi PT, kepala sekolah mampu membuat konsep lembaga
pendidikan
atau
sekolah
yang
dipimpinnya menjadi lembaga pendidikan atau sekolah yang berwawasan dan berorientasi ke depan serta lulusan yang berdaya saing global (era MANAJEMEN PENDIDIKAN
195 195
revolusi industri 4.0) yang memberi kontribusi bagi kebutuhan masyarakat luas. Hasil
penelitian
Ayuba
&
Lisdawati
(2019)
menemukan adaya peluang penerapan kompetensi manajerial kepala sekolah technical skills, human skills, dan conceptual dalam meningkatkan mutu pendidikan. Ketiga indikator tersebut, memiliki relevansi yang berhubungan erat dengan substansi utama dalam proses peningkatan mutu pendidikan, yang menitikberatkan pada profesionalitas kepala sekolah, baik dalam arti sebagai manager dan sekaligus sebagai leader yang baik. Dengan kata lain kompetensi manajerial kepala sekolah, dapat diterapkan untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah secara maksimal. Sejalan dengan kajian di atas, juga hasil penelitian Anggraeni & Kurniatun. (2016) menunjukkan, secara parsial
maupun
bersama-sama
keduanya
(kinerja
manajerial kepala sekolah dan kinerja mengajar guru) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap mutu sekolah.
Dengan
kata
lain
hasil
penelitian
ini
memberikan petunjuk kepada kepala sekolah agar meningkatkan kinerja manajerialnya, khususnya dalam MANAJEMEN PENDIDIKAN 196
196
kemampuan pengambilan keputusan yang tepat, dan para guru bisa memperbaiki kinerja mengajarnya dengan menambah pengetahuan, wawasan, dan keilmuannya, khususnya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guna mewujudkan pembelajaran yang efektif.
MANAJEMEN PENDIDIKAN
197 197
DAFTAR DAFTAR PUSTAKA PUSTAKA Arief, A. 2002. Kecakapan Hidup Melalui Pendekatan Berbasis Luas. Surabaya: SIC. Arthana, dkk; 1999. Model Manajemen Sekolah Dasar yang Efektif dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Laporan Penelitian Universitas Negeri Surabaya. Asmani, 2012. Tips Aplikasi Manajemen sekolah. Jogjakarta: Diva Press (anggota IKAPI). Anggraeni, I., Aan, K; & Kurniatun. 2016. Kinerja Manajerial Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru dan Mutu Sekolah Dasar. Jurnal Administrasi Pendidikan. XXIII (2): 134-140. Akdon. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung : CV Pustaka Setia. Ayuba, M. B; & Lisdawati, M. 2019. Penerapan Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Al-Minhaj. Jurnal Pendidikan Islam, 2 (1): 174-189. Azis, A. Q; & Suwatno. 2019. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMK Negeri 11 Bandung Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 4 (2): 246253. MANAJEMEN PENDIDIKAN 198
198
Betty, Y. 2001. Peningkatan Produktivitas Pendidikan dengan Melibatkan Orang Tua dalam Program Sekolah. Pelangi Pendidikan. 8 (2):117-120. Budiono, A. 2008. Mencari Model Pendidikan di Papua. htt//com/Tabloit Jubi/April 28. Collins M. 1992. Mengubah Perilaku Siswa: Pendekatan Positif. Jakarta: Gunung Mulia. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 1999. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta: Depdikbud. Frans. 2009. Yayasan PCD Dirikan Sekolah Berbasis Asrama. Merauke : htt//com/Papos/29 April 2009/00:00. Hasibuan, H. M. S. P 2016. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara. Usman, H. 2019. Adminitrasi, Manajemen, Kepemimpinan Pendidikan: Teori Praktik.Yogyakarta: Bumi Aksara.
dan dan
Mataputun, Y. 2007. Pengembangan Kerja Sama Sekolah dengan Masyarakat dalam Pembangunan Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 5 (2): 83-93.
MANAJEMEN PENDIDIKAN
199 199
________, 2011. Pembangunan Pendidikan Berpola Asrma dan Permasalahannnya. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran , 7 (3): 80-95. ________, 2018. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Berbasis Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual Terhadap Iklim Sekolah. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. ________, 2019. Manajemen Berbasis Sekolah. Malang: CV Ismaya Berkah Group. Munarti, S. 2011. Manajemen Sekolah. Jogyakarta: ArRuzz media. Mulyasa, H. E. 2011. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Mantja, W. 200. Manajemen Pendidikan dalam Era Reformasi, Jurnal Ilmu Pendidikan, 7 (2): 88-90. Nanang, F, 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Bandung. Pidarta, M. 1995. SD dan Teknik-Teknik Mengajar pada beberapa Sekolah di Australia. Surabaya: Laboratorium Adminitrasi Pendidikan FIP-IKIP. _______, 1999. Pemikiran Tentang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Supervisi
MANAJEMEN PENDIDIKAN 200
200
Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk Lain yang Sederajat. Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah. Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah. Prayitno, 2017. Konseling Profesional yang Berhasil: Layanan dan Kegiatan Pendukung. Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada. Pogau, O. 2009. 15 Tahun PESAT Membangun Pendidikan Berpola Asrama di Papua. Htt://Pogaukto.com/2009/12/pesat-Nabiremembangun pendidikan-html. Purwanto, M. N. 1995. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Paraktis, Bandung : Remaja Rosdakarya. Republika. 2004. Belajar di Sekolah Berasrama, Membentuk Siswa Berkarakter Unggul. htt;//com/Republika/26 Maret//2004/20:80. Samani, M. 1996. Prospek Profesi Guru. Makalah disajikan pada Seminar Wawasan Guru di Surabaya Tanggal 21-12-1996. MANAJEMEN PENDIDIKAN
201 201
Sallis, E. 1993. Total Quality Manajemen In Education. Landon: Philadelplila. Sheey K and Henrqees G. R. 1991. Education Managemen and Particippation. Tokyo: Bostan London Toronto Sydney. Supriono, S dan Supari, A. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah: Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar Melalu Pemberdayaan Masyarakat, Otonomi Sekolah dan Pembelajaran Aktif, Kreatif dan menyenangkan (PAKEM). Surabaya: SIC. Sutrisno. 2008. Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School). htt://com/8 September 2008. Sutisna, O. 1989. Administrasi Pendidikan Untuk Profesional. Bandung: Tarsito. Suwarno, W. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Tim
Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional. MANAJEMEN PENDIDIKAN 202
202
Wahjosumidjo, 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan dan Permasalahan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Wahyudi, 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization), Bandung : CV Alfa Beta. Wijaya, D. 2007. Peluang Meningkatkan Karier dengan Inteligensi (Kecerdasan). Jakarta: Restu Agung.
MANAJEMEN PENDIDIKAN
203 203
BAB I
KONSEP DASAR MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN
A. Pendahuluan KEBERHASILAN sekolah dalam melaksanakan fungsi kependidikannya perlu didukung dengan manajemen yang baik. Indikator manajemen sekolah yang baik dapat dilihat dari budaya kerja sekolah dengan suasana dan iklim
kerja positif dan inovatif. Demikian pula
penataan fisik dan administrasi atau ketatalaksanaan sekolah dengan baik dan memberi kontribusi yang berarti bagi kualitas sekolah dan lulusan. Manajemen sekolah yang profesional dan berdaya saing global, menjadi impian setiap institusi dan satuan pendidikan bahkan para pemangku kepentingan. Karena kualitas sekolah sangat berpengaruh terhadap animo masyarakat untuk meyekolahkan anak-anaknya pada institusi dan/atau satuan pendidikan tertentu. Dalam upaya mencapai apa yang dikemukakan di atas, maka setiap manajer perlu memahami dan MANAJEMEN PENDIDIKAN 204
1