Manajemen Pendidikan Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Dr. Yulius Mataputun, M.Pd., Kons.



i



KATALOG DALAM TERBITAN (KDT) MANAJEMEN PENDIDIKAN Copyright @ Penulis : Dr. Yulius Mataputun, M.Pd., Kons., Hak Cipta© 2020, pada penulis



Editor : Hanif Asyhar, M. Pd Layout : Tim Ismaya Publishing Cover Design : Tim Ismaya Publishing Penerbit dan Pemasaran ISMAYA PUBLISHING Jl. Katu no. 26 Kepanjen Malang 65163 Perum Grand Alam Jingga Blok B-9 Merjosari Lowokwaru Kota Malang 65144 Telp/Fax : (0341-392302) 085230562464 / 081334279049 E-mail: [email protected], www.ismayaberkah.com i-vi, 1-204 halaman, 14.5 x 20 cm Cetakan pertama, Desember 2020



ISBN : 978-602-0761-71-8 Sangsi Pelanggaran Pasal 27 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak cipta (1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). (2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).



ii



KATA PENGANTAR SEBAGAI usaha dalam mempersiapkan mutu lulusan yang berdaya saing global di lingkungan LPTK khususnya pada Program Manajemen Pendidikan yang memiliki visi dan basis tata kelola institusi/satuan pendidikan yang profesional, maka buku ini sebagai salah satu referensi utama yang memberi wawasan keilmuan mendasar dan bernilai guna bagi banyak orang terutama dalam rangka proses pembentukan calon dan/ atau manajer, supervesor, asesor, dan konsultan pendidikan sesuai kebutuhan pengguna. Atas dasar itu, buku ini, mengkaji tentang konsep dasar manajemen dan pendidikan, perkembangan teori manajemen, manajemen



komponen



sekolah,



dan



peranan



manajer



dalam lembaga pendidikan. Proses penyusunan buku ini lebih cenderung mengkompilasi sejumlah literatur relevan, berdasarkan hasil pengamatan, praktik-praktik baik, regulasi pendidikan, dan hasil riset jurnal pendidikan baik dilakukan penulis maupun rekan sejawat. Penulis menyadari bahwa dalam buku ini masih memiliki berbagai keterbatasan, baik dari isinya, masalah tehnis, terlebih mutuhnya. Namun demikian setidaknya kehadiran buku ini, dapat mempermudah dalam memahami, memperluas dan memperkaya pengetahuan yang berkaitan dengan administrasi/ manajemen, pendidikan, dan ilmu pengetahuan lainnya yang



iii



diperlukan bagi masyarakat luas, kaum akademisi, praktisi, dan profesioal. Sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan yang tidak akan pernah selesai, demikian juga buku ini nantinya akan memerlukan revisi. Untuk saran-saran perbaikan dapat disampaikan kepada penulis: d/a Gang Deho II/37 Perumnas 3 Waena Kota Jayapura Provinsi Papua dengan Nomor HP/ Email: 081249153464/081332858597/liusmataputun@yahoo. co.id Semoga bermanfaat. Terima kasih.



Jayapura, November 2020 Penulis



Yulius Mataputun



iv



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................... iii DAFTAR ISI ....................................................................... v DAFTAR TABEL................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ............................................................ vii BAB I : KONSEP DASAR ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ........................ A. Pendahuluan ........................................................ B. Pengertian Adminisitrasi & Manajemen............... C. Perbedaan dan Persamaan Administrasi dengan Manajemen .......................................................... D. Pengertian Pendidikan ......................................... E. Konsep Manajemen Pendidikan ..........................



1 1 8 16 29 38



BAB II : PERKEMBANGAN TEORI-TEORI MANAJEMEN................................................... 51 A. Pendahuluan ......................................................... 51 B. Perkembangan Teori Manajemen ......................... 55 BAB III : MANAJEMEN KOMPONEN SEKOLAH.... 80 A. Pendahuluan ........................................................ 80 B. Manajemen Komponen Sekolah........................... 82 BAB IV : PERANAN MANAJER DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN .................................................. 153 A. Pendahuluan.......................................................... 153 B. Tugas dan Fungsi Manajemen Pendidikan........... 156 C. Tugas Telaah Masalah Bagi Manajer ................... 170 D. Tingkatan Manajemen.......................................... 190 v



DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 198 DAFTAR TABEL Tabel: 2.1 Empat Belas Prinsip Fayol............................. 62 Tabel: 2.2 Contoh Grantt Chart...................................... 67 DAFTAR GAMBAR Gambar : 2.1 Robert Owen............................................... 56 Gambar : 2.2 Charles Babbage ........................................ 58 Gambar : 2.3 Henry Fayol................................................. 59 Gambar : 2.4 Fredrick Wihslow Taylor............................. 65 Gambar : 2.5 Henry Laurance Grantt................................ 66 Gambar : 2.6 Douglas MC Gregor.................................... 68 Gambar : 2.7 Abraham Maslow........................................ 70 Gambar : 2.8 Khierarki Kebutuhan Maslow..................... 71 Gambar : 2.9 George R. terry............................................ 74 Gambar : 2.10 Fredrick Herzbeng....................................... 77 Gambar : 2.11 William Edwards Deming........................... 78 Gambar : 4.1 Suasana Rapat yang Demokratis Partisipatif .................................................. 167 Gambar: 4.2 Suasana Lembaga Bermasalah.................... 172



vi



BAB I I BAB BAB I



KONSEP DASAR KONSEP DASAR MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN



A. Pendahuluan A. Pendahuluan KEBERHASILAN sekolah dalam melaksanakan fungsi KEBERHASILAN sekolah dalam melaksanakan fungsi kependidikannya perlu didukung dengan manajemen kependidikannya perlu didukung dengan manajemen yang baik. Indikator manajemen sekolah yang baik yang baik. Indikator manajemen sekolah yang baik dapat dilihat dari budaya kerja sekolah dengan suasana dapat dilihat dari budaya kerja sekolah dengan suasana dan iklim kerja positif dan inovatif. Demikian pula dan iklim kerja positif dan inovatif. Demikian pula penataan fisik dan administrasi atau ketatalaksanaan penataan fisik dan administrasi atau ketatalaksanaan sekolah dengan baik dan memberi kontribusi yang sekolah dengan baik dan memberi kontribusi yang berarti bagi kualitas sekolah dan lulusan. berarti bagi kualitas sekolah dan lulusan. Manajemen sekolah yang profesional dan berdaya Manajemen sekolah yang profesional dan berdaya saing global, menjadi impian setiap institusi dan satuan saing global, menjadi impian setiap institusi dan satuan pendidikan bahkan para pemangku kepentingan. Karena pendidikan bahkan para pemangku kepentingan. Karena kualitas sekolah sangat berpengaruh terhadap animo kualitas sekolah sangat berpengaruh terhadap animo masyarakat untuk meyekolahkan anak-anaknya pada masyarakat untuk meyekolahkan anak-anaknya pada institusi dan/atau satuan pendidikan tertentu. institusi dan/atau satuan pendidikan tertentu. Dalam upaya mencapai apa yang dikemukakan di Dalam upaya mencapai apa yang dikemukakan di atas, maka setiap manajer perlu memahami dan atas, maka setiap manajer perlu memahami dan MANAJEMEN PENDIDIKAN MANAJEMEN PENDIDIKAN



1 1



1



menguasai konsep dan praktik-praktik baik manajemen pendidikan. Pemahaman dan penguasaan kemampuan tersebut sangat diperlukan agar para manajer memiliki visi, dan basis tata kelola pendidikan bermutu untuk pendidikan bermutu. Keberhasilan



suatu



lembaga



pendidikan



berhubungan dengan menajemen yang diterapkan, sebagai pemaknaan yang universal dari manajemen sebagai seni dan ilmu dalam melaksanakan fungsi Perencanaan,



Pengorganisasian,



Pengendalian



(P4).



Dengan



Pengarahan, demikian,



dan makna



manajemen pendidikan adalah suatu proses secara terusmenerus yang dilakukan oleh organisasi pendidikan melalui



fungsionalisasi



fungsi-fungsi



menajemen



tersebut, yang di dalamnya terdapat upaya saling mempengaruhi,



saling



mengarahkan,



dan



saling



mengawasi, sehingga seluruh aktivitas dan kinerja organisasi tercapai sesuai tujuan diharapkan bersama. Berdasarkan berbagai pemikiran di atas, maka dapat dikatakan bahwa studi tentang manajemen pendidikan sangat penting dengan berbagai argumen dan/atau alasan mendasar, seperti dikatakan Akdon (2009) yaitu: MANAJEMEN PENDIDIKAN 2



2



1. Pengelolaan lembaga pendidikan merupakan bagian dari upaya mencapai tujuan pendidikan; 2. Pelaksanaan kepemimpinan dalam kependidikan merupakan upaya mengintegrasikan aktivitas pendidikan



agar



seluruh



kegiatan



dapat



dikendalikan dengan baik; 3. Pengembangan profesionalitas merupakan bagian dari proses pengembangan sumber daya manusia yang akan mendorong laju perkembangan dan pertumbuhan pendidikan yang lebih optimal dan berhasil guna bagi seluruh civitas pendidikan; 4. Kerjasama



antar



lingkungan



pendidikan



merupakan proses mempermuda tercapainya tujuan pendidikan; 5. Pemusatan kinerja dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar merupakan strategi untuk meraih target pendidikan bagi seluruh anak didik; 6. Pengawasaan dan evaluasi pendidikan akan memberikan



gambaran



pendidikan,



sehingga



tentang keberhasilan dapat



dirumuskan



perencanaan yang baik di masa depan. MANAJEMEN PENDIDIKAN



3 3



Pandangan yang relatif sama seperti dikemukakan Hasibuan, (2007) bahwa pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas baik fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian, sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Karena itu manusia perlu berbagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab.



Sudah pasti dalam pembagian



pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab tersebut secara langsung dan/atau tidak langsung ada kerjasama dalam suatu ikatan kemitraan yang saling menguntungkan. Selain itu manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna, hasil guna dan semua potensi individu dan organisasi berkembang. Dengan manajemen yang baik diharapkan akan memperkecil pemborosan-pemborosan baik dari segi pemanfaatan sumber daya maupun dari sisi waktu dan yang sejenisnya. Ditinjau dari perspektik tanggug jawab pekerjaan, pentingnya



manajemen,



karena



adanya



jenis-jenis



pekerjaan dalam suatu institusi/organisasi ada yang mudah dan yang sukar dikerjakan secara perorangan. Karena itu diperlukan beberapa orang untuk bekerjasama antara



personal lembaga yang akan memudahkan



pelaksanaaan



kegiatan



yang



semula



sangat



MANAJEMEN PENDIDIKAN 4



sulit 4



dilaksanakan sendiri, jadilah mudah dan berhasil, karena setiap



orang



telah



ditetapkan



tugas-tugas



dan



kewajibannya sesuai profesi dan keahliannya masingmasing. Misalnya seorang kepala sekolah akan membagi tugas untuk guru fisika akan mengajar fisika, bukan mata pelajaran lain, seperti kimia. Sekalipun bidang fisika dan bidang kimia masih ada dalam satu rumpun ilmu MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), namun dalam banyak hal substansinya berbeda, apalagi bidang rumpun ilmu lain seperti bahasa dan IPS. Paradigma di atas, memberikan penekanan bahwa seorang manajer profesional, akan memberikan tugas sesuai latar belakang akademik dan sejumlah kompetensi lainya yang menyerta guru tersebut. Itu berarti seorang manajer sebelum membagi tugas habis bagi guru, terlebih dahulu melakukan kajian tentang analisis kebutuhan dan jabatan Sumber Daya Manusia (SDM) serta sumber daya lingkunganya yang akan dimanfaatkan untuk efisiensi dan efektivitas pengelolaan organisasi. Hasil kajian tersebut akan berimplikasi terhadap perencanaan dan pemberdayaan sumber daya organisasi secara profesional. MANAJEMEN PENDIDIKAN



5 5



Seiring dengan perkembangan di era revolusi industri 4.0, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan selain yang telah disebutkan di atas, juga alasan mendasar



pentingnya



pembenahan



manajemen



pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator berikut ini. 1. Adanya lembaga



pergeseran



paradigma,



pendidikan,



memandang



yaitu



lembaga



tata



kelola



pada



awalnya



pendidikan



sebagai



lembaga sosial dan kini bergeser menjadi suatu lahan “bisnis“ dalam arti yang luas yang mengindikasikan



perlunya



perubahan



pengelolaan; 2. Perubahan pengelolaan harus seirama dengan tuntutan zaman, situasi, kondisi dan tuntutan era reformasi, yang akan membawa konsekuensi kepada pengelolaan pendidikan untuk melihat kebutuhan kehidupan di masa depan; 3. Rendahnya daya saing SDM Indonesia di pasar global menyimpan suatu pertanyaan apa yang harus dibenahi dengan pendidikan kita?, salah satunya adalah tata kelolanya; dan MANAJEMEN PENDIDIKAN 6



6



4. Rendahnya kompetensi manajemen di lembaga pendidikan / satuan pendidikan, antara lain disebabkan karena masih banyak manajer yang tidak memiliki latar belakang ilmu pendidikan dan/atau



berkualifikasi



akademik



minimal



Sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) bahkan disarankan telah menempuh program S2 dan S3 kependidikan / manajemen pendidikan yang memiliki



legalitas



Perguruan



Tinggi



dari



Badan



(BAN-PT).



Akreditasi Selain



itu



pengangkatan kepala sekolah yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku seperti yang telah diamanatkan dalam Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 ditegaskan bahwa



calon kepala



sekolah harus lulus Pelatihan Calon Kepala Sekolah,



sedangkan



kepala



sekolah



yang



menjabat dan belum memiliki Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL) calon Kepala Sekolah wajib mengikuti dan lulus pendidikan dan



pelatihan



Penyelenggaraan



penguatan diklat



kepala



sekolah.



dimaksudkan



untuk



penyiapan dan memantapkan kompetensi calon MANAJEMEN PENDIDIKAN



7 7



Kepala



Sekolah



yang



memiliki



wawasan,



pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan dalam memimpin sekolah. B. Pengertian Administrasi dan Manajemen 1. Pengertian Administrasi Administrasi menurut asal katanya (etimologis) yaitu berasal dari intensif,



Bahasa Latin, administrare. Ad berarti



sedangkan



membantu,



dan



ministrare



memenuhi.



berarti Jadi,



melayani,



tugas



utama



administrator adalah memberi pelayanan prima (nyata, pantas, ahli, sopan, ramah, mudah, dan empati). Administrasi dalam Bahasa Inggris yaitu administration ; Bahasa Belanda administratie dalam arti sempit, yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan ketatausahaan (surat-menyurat), pembukuan ringan, ketik-mengetik yang berkaitan dengan masalah teknis ketatausahaan. Dalam



lingkungan



Dinas



Pendidikan



dan



Kebudayaan, administrasi dimaknai dalam arti sempit yaitu administrasi sekolah meliputi: (1) administrasi kepegawaian, (2) administrasi keuangan, (3) administrasi MANAJEMEN PENDIDIKAN 8



8



sarana dan prasaran, (4) administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat (humas), (5) administrasi persuratan dan pengarsipan, (6) administrasi kesiswaan, (7) administrasi kurikulum, (8) administrasi umum, dan (9) administrasi layanan khusus. Administrasi dalam arti luas ialah suatu proses meliputi (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) pengarahan,



dan



(4)



pengendalian



sumber



daya



organisasi. Keempat indikator ini merupakan suatu sistem yang terpadu (terintegrasi), yaitu antara satu dengan yang lainya saling berkaitan dan berpengaruh dalam mencapai tujuan organisasi. Adminitrasi terkait dengan seluruh proses kerjasama antara dua orang atau lebih dengan memanfaatkan sarana dan prasarana tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai tujuan. 2. Pengertian Manajemen Kata manajemen juga berasal dari bahasa latin, yaitu kata manus yang berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja MANAJEMEN PENDIDIKAN



9 9



yaitu managere yang berarti menangani. Managere diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager



untuk



orang



yang



melakukan



kegiatan



manajemen. Akhirnya management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi “manajemen atau pengelolaan.” Manajemen dalam arti sempit adalah manajemen sekolah/madrasah meliputi perencanaan, kepemimpinan, pengawasan, dan sistem informasi sekolah/madarsah Usman, (2009) mengatakan manajemen dalam arti luas ialah seni (art) dan ilmu (science) mengelola (manage) sumber daya 7 M+1 I (Man, Money, Material, Machines, Methods, Marketing, and Minutes + Informasi) untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajer mengelola segala sesuatu berkaitan dengan perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Leading), dan pengendalian (Controlling) disingkat POLC. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat digaris bawahi bahwa konsep manajemen mempunyai konotasi yang lebih luas, antara lain: (1) mempunyai pengertian MANAJEMEN PENDIDIKAN 10



10



sama dengan administrasi yang berusaha mempengaruhi orang agar bekerja secara produktif, (2) memanfaatkan manusia, material, uang, metode secara terpadu guna mencapai tujuan institusional/lembaga, dan (3) mencapai suatu tujuan melalui orang lain. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan terkait dengan



pengertian



manajemen



sebagai



proses



pengelolaan dan pembinaan, yaitu terdapat sejumlah hal yang



perlu



diperhatikan



dan



diimplementasi,



diantaranya: (1) pengelolaan dalam arti pembimbingan; (2) pengelolaan dalam arti menciptakan situasi untuk pendidikan yang bertujuan; (3) pengelolaan dalam arti pengembangan kecerdasan pribadi para pendidik dan proses transmisi ilmu pengetahuan; (4) pengelolaan dalam arti peningkatan dan memajukan lembaga pendidikan melalui kerjasama semua civitas akademik; 5) mengelola dalam arti pengembangan dan pemahaman mendasar terhadap bakat dan minat peserta didik dalam ilmu pengetahuan; dan 6) pengelolaan dalam arti penyaluran dan pengembangan profesionalitas peserta didik dalam kehidupan di masyarakat. MANAJEMEN PENDIDIKAN



11 11



Dalam bahasa sederhana manajemen diartikan ilmu tentang pengaturan segala sesuatu. Hasibuan, (2007) memberikan gambaran dalam mengerti dan memahami tentang manajemen dengan beberapa pertanyaan, yaitu (1) apa yang diatur ?; (2) kenapa harus diatur?; (3) siapa yang mengatur ?; (4) bagaimana mengatur?; dan (5) dimana harus diatur ?. Berikut ini akan dipaparkan gambaran jawaban terhadap pertanyaan tersebut. a. Bahwa yang diatur adalah semua unsur-unsur manajemen yang terdiri dari “7M+ 1I” yaitu Man (manusia), Money (uang), Material (bahan), Machines (mesin/alat), Methods (cara-cara), dan Marketing



(pasar),



Minutes



(waktu),



dan



information (informasi). b. Maksud dan tujuan pentingnya diatur, yaitu agar “7M + 1 I ” itu lebih berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi, dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang optimal; c. Bahwa yang mengatur adalah pemimpin dengan kewenangannya melalui berbagai cara seperti instruksi dan persuasif, sehingga “7M+1 I ” dan MANAJEMEN PENDIDIKAN 12



12



semua proses manajemen terarah pada tujuan yang diharapkan bersama; d. Cara mengaturnya yaitu melalui proses dari urutan yaitu



fungsi-fungsi fungsi



administrasi/manajemen



perencanaan,



pengorganisasian,



pengarahan, dan pengendalian; dan e. Pengelolaan diatur dalam suatu organisasi, karena organisasi merupakan “alat” dan sekaligus “wadah” (tempat) untuk mengatur “7M+1 I” dan semua



aktivitas



proses



manajemen



dalam



mencapai tujuan. Perlu diberi catatan bahwa tugas seorang manajer tidak lain adalah mengurus organisasi secara baik, bukan sebaliknya, organisasi mengalami mismanagement (salah urus). Hal seperti tersebut harus dihindari, karena akan menimbulkan sejumlah persoalan pribadi dan persoalan orang banyak termasuk persoalan dalam organisasi. Dampak dari salah urus organisasi dapat dilihat dari kerugian, pemborosan, bahkan tujuan organisasi tidak akan tercapai. Oleh karena itu manager hendaknya memperhatikan dan memahami berbagai hal sejak awal MANAJEMEN PENDIDIKAN



13 13



pengaturan organisasi serta dapat mengimplementasikan kelima jawaban di atas. Referensi lain mengenai pengertian manajemen dikatakan Nanang, (1996) bahwa manajemen sering diartikan sebagai “ilmu, kiat, dan profesi.” Dikatakan ilmu



karena



manajemen



adalah



suatu



bidang



pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Dikatakan sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugas-tugas. Sementara dipandang sebagai profesi kerena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntut oleh suatu kode etik. Untuk lebih jelasnya ketiga pengertian tersebut dipaparkan berikut ini. Manajemen sebagai ilmu. Pada mulanya manajemen belum dapat dikatakan sebagai teori, karena suatu teori harus memiliki konsep-konsep yang secara sistematis dapat menjelaskan dan meramalkan apa yang akan terjadi dan membuktikan ramalan itu berdasarkan penelitian. Seiring dengan berbagai kajian para ahli, MANAJEMEN PENDIDIKAN 14



14



maka manajemen telah dipandang sebagai suatu ilmu, telah memenuhi kaidah-kaidah keilmuan, yaitu dapat diuraikan secara sistematis, mangandung prinsip, dalil, hukum dan teori yang diperoleh dari kasil riset, pengalaman, pengamatan, secara objektif universal serta dapat dibuktikan



kebenaranya berdasarkan kenyataan



yang ada. Manajemen sebagai suatu kiat atau seni. Untuk mengatur organisasi diperlukan suatu seni dalam melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang yang ada dalam organisasi maupun ada di luar organisasi tetapi memiliki potensi untuk melengkapi dan memajukan organisasi. Semakin banyak belajar tentang manajemen, dalam banyak hal dapat memperoleh informasi tentang seperangkat tindakan. Demikian pula hubungan antar manusia, struktur sosial, dan organisasi menuntut pemahaman ilmu perilaku yang mendasari manajemen. Manajemen sebagai suatu profesi. Profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut persyaratan tertentu, yang menghendaki kompetensi dan kecakapan lainnya sebagai dasar keahlian khusus, diakui dan dihargai oleh MANAJEMEN PENDIDIKAN



15 15



masyarakat dan pemerintah, dan memiliki kode etik. Demikian halnya dengan manajemen sebagai suatu profesi menuntut persyarakatan konseptual, sosial, dan teknikal. Berdasarkan pandangan di atas, maka jelaslah bahwa manajemen adalah suatu proses pengaturan, dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui kerjasama para anggota dan orang lain dengan serta memberdayakan berbagai sumber daya



untuk



mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. C. Perbedaan dan Persamaan Administrasi dengan Manajemen Dalam Bahasa Inggris, kata administration dan management dipahami dan digunakan dalam berbagai variasi. Namun dalam beberapa konteks keduanya mempunyai persamaan arti dengan kandungan makna to control yang artinya mengatur dan/atau mengurus. Kata



administrasi



awalnya



digunakan



untuk



organisasi sosial dan manajemen untuk organisasi komersial. Istilah management baru mulai dipopuler setelah dipublikasikan karya ilmiah Taylor yang berjudul MANAJEMEN PENDIDIKAN 16



16



Shop Management pada tahun 1903 dan Principles and Mothods of Scientific Management pada tahun 1911. Saat itu Amerika dan Inggris dalam organisasi komersial mulai



menggunakan



istilah



management



daripada



administration. Sebagian ahli lagi berpendapat bahwa administrasi sama artinya dengan manajemen seperti dikatakan Sutisna



(1987)



bahwa



dalam



pemakaian



umum



administrasi diartikan sama dengan manajemen, dan administrator sama dengan manajer. Namun sebagian ahli lainya berpendapat bahwa administrasi berbeda dengan manajemen. Administrasi lebih cocok digunakan untuk



lembaga-lembaga



pemerintah



yang



lebih



mengutamakan kepentingan sosial dan pelaksanaannya disebut administrator, sedangkan manajemen lebih cocok untuk



lembaga-lembaga



swasta



yang



cenderung



mengutamakan kepentingan komersial dan pimpinannya disebut manajer. Mantja (2000) lebih cenderung menggunakan kedua istilah itu dalam makna yang sama dan/atau digunakan secara bergantian, karena keduanya tidak terdapat perbedaan mendasar secara substansial atau disiplin ilmu. MANAJEMEN PENDIDIKAN



17 17



Penggunaan terminologi administrasi lebih banyak dijumpai di Eropa seperti Italia, Spanyol, Prancis, Jerman, Belgia, dan Belanda. Bahwa administrasi adalah induknya, manajemen adalah anaknya, dan organisasi adalah cucunya, kemudian menyingkatnya dengan sebutan



AMO



(Administrasi,



Manajemen,



dan



Organisasi). Sementara di Inggris dan bekas jajahannya, serta Amerika Serikat lebih cenderung menggunakan terminologi menajemen dengan menganggap bahwa administrasi itu bagian dari manajemen dan organisasi bagian dari administrasi dengan menyingkatnya menjadi MAO (Manajemen Administrasi, dan Organisasi Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, istilah administrasi hanya muncul satu kali, yaitu pada Pasal



39



ayat



(1),



mengatakan



kependidikan



bertugas



pengelolaan,



pengembangan,



bahwa



melaksanakan



tenaga



administrasi,



pengawasan,



dan



pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada



satuan



pendidikan.



Demikian



juga



istilah



manajemen muncul satu kali pula dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 pada Pasal 51 ayat (1) mengatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan anak MANAJEMEN PENDIDIKAN 18



18



usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Mencermati kedua Pasal dalam Undang-Undang Sisdiknas di atas, jelaslah bahwa tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi dll, dan pengelola satuan



pendidikan



mengacu



pada



prinsip-prinsip



manajemen dst…. Jadi, tenaga kependidikan dan/atau pengelola satuan pendidikan melaksanakan administrasi/ manajemen. Berdasarkan beberapa pemikiran di atas, maka dengan kata lain administrasi lebih terfokus kepada pelaksanaan aspek-aspek substantif di sekolah seperti ketatausahaan,



kurikulum,



perlengkapan,



keuangan



sekolah, kebijakan sekolah, dan aktivitas rutin lainnya, sementara manajemen lebih memusatkan perhatian kepada upaya penggerakan dan pemberdayaan SDM Dalam lembaga swasta, manajer berada pada level atas,



sementara



administrasi



berada



pada



level



operasional / melaksanakan apa yang diinstruksikan manajer. Tegasnya, manajemen dapat diartikan sebagai tindakan untuk mencapai tujuan melalui usaha-usaha MANAJEMEN PENDIDIKAN



19 19



orang lain. Misalnya seorang kepala sekolah berupaya mengatur guru-guru dan karyawan, mendayagunakan dan melakukan pembinaan terhadap mereka sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam berbagai aktivitas di sekolah. Agar supaya manajer dapat menjalankan tugas dan fungsinya untuk menggerakkan berbagai sumber daya, maka diperlukan sejumlah aturan dan/atau kebijakan-kebijakan (administrasi) agar semua kegiatan dan upaya manajer mencapai tujuan. Berdasarkan disimpulkan



kajian



bahwa



sebelumnya,



persamaan



maka



administrasi



dapat dan



manajemen ada pada objek/sumber daya dan fungsinya. Objek/sumber daya administrasi/manajemen, yaitu Man, Moey, Materials, Method, Machines, Market, dan Minutes



Information (7M +1 I). Sedangkan fungsi



administrasi / manajemen, yaitu fungsi Planning, Organizing, Leading, dan Controlling (POLC) atau sebutan lainnya, baik adminitrasi dan manajemen memiliki fungsi dan makna yang relatif sama. Objek dan/atau sumber daya kajiannya sama yaitu dikenal dengan “7M + 1 I ”, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya dan dapat dijelaskan berikut ini. MANAJEMEN PENDIDIKAN 20



20



1. Man (manusia): berperan sebagai man power dalam organisasi atau perusahaan, diperlukan untuk memimpin, menggerakkan karyawan / bawahan, serta memberikan tenaga dan pikiran untuk kemajuan dan kontinuitas perusahaan. Sumbangan



tenaga



manusia



sebagai



unsur



terpenting yang perlu dikelola dengan baik. Pendidik dan tenaga kependidikan diatur secara profesional,



diantaranya



menempatkan



SDM



kualifikasi



merekrut



sesuai



akademik,



latar



dan



belakang



pengalaman,



dan



kecakapan/keahlian lainya; 2. Money (modal/uang): modal tanah, gedung / bangunan, mesin dan pengelola pendanaan atau pembiayaan



secara



efektif



dan



efisien



memperkecil pemborosan modal / keuangan sekolah. Penggunaan uang secara tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan, selain itu dapat



menggunakan



sumber



daya



secara



minimum untuk hasil yang optimal; 3. Materials



(bahan-bahan):



diperlukan



untuk



mencapai tujuan organisasi perlu diatur dengan MANAJEMEN PENDIDIKAN



21 21



baik untuk mendukung tercapaianya tujuan organisasi; 4. Methods



(metode):



manajer



menggunakan



berbagai macam cara dalam upaya mencapai tujuan; 5. Machines



(mesin-mesin/alat-alat):



sebagai



pendukung yang diperlukan/dipergunakan untuk mencapai tujuan. Mesin-mesin digunakan untuk mendukung dan mengoptimalkan pembelajaran dan tujuan sekolah lainnya; 6. Market (pasar), tempat pertemuan untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan diharapkan berdaya saing, sehingga menarik masyarakat luas terlebih untuk kepuasan pelanggan pendidikan. 7. Minutes (waktu): waktu yang dibutuhkan untuk terselesainnya kegiatan, perlu dikelola dengan baik untuk memperoleh hasil yang optimal dengan prinsip efisiensi dan efektivitas kegiatan organisasi. I.



Information (informasi): data atau berita yang harus sampai ke seluruh stakeholders. Informasi MANAJEMEN PENDIDIKAN



22



22



perlu diatur dengan baik untuk mencapai tujuan organisasi Upaya memahami dan mengimplementasi fungsifungsi manajemen dalam organisasi (perencanaan, pengorganisasian, berikut



ini



akan



pengarahan,



dan



dipaparkan



dalam



pengendalian) tiga



bentuk



kajian/pertanyaan, yaitu pengertiannya, urgensinya, dan cara-cara



mengimplementasi



masing-masing



fungsi



tersebut dalam mengelola institusi/organisasi. 1. Fungsi perencanaan (plenning) a. Pengertian perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian keputusan untuk mengambil tindakan di masa yang akan datang dalam mencapai tujuan. Untuk merealisasi fungsi ini, manajer melakukan berbagai pertanyaan dan refleksi terkait dengan apa, kapan, siapa, dimana, dan bagaimana melaksanakan kegiatan. b. Mengapa perlu perencanaan ? Perencaaan diperlukan agar: (1) manajer memiliki kerangka kerja dan adanya pedoman penyelesaian, (2) MANAJEMEN PENDIDIKAN



23 23



mencegah pemborosan uang, tenaga dan waktu, (3) mencegah hambatan dalam pekerjaan, efisiensi dan efektivitas pekerjaan, (4) memungkinkan terjadinya pemanfaatan



semua



sumberdaya



sehingga



ada



efisiensi biaya, tenaga, dan waktu, dan (5) agar tidak terjadi duplikasi pelaksanaan. c. Bagaimana cara melakukan perencanaan ? Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian seorang manajer dalam melakukan perencanaan,yaitu: (1) perencanaan harus dijabarkan dari tujuan yang ditetapkan



dan



dirumuskan



secara



jelas,



(2)



perencanaan tidak muluk-muluk, tetapi sederhana, realistik, praktis yang dapat dilaksanakan, (3) dijabarkan secara terperinci, memuat uraian kegiatan dan urutan dan rangkaian tindakan, (4) memiliki fleksibilitas,



sehingga



memungkinkan



untuk



dimodifikasi, (5) ada petunjuk mengenai urgensi dan/atau tingkat kepentingan untuk bagian bidanag atau kegiatan, (6) Disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan



terjadinya



pemanfaatan



semua



sumberdaya sehingga ada efisiensi biaya, tenaga, dan MANAJEMEN PENDIDIKAN 24



24



waktu, dan (7) Diusahakan agar tidak terjadi duplikasi pelaksanaan 2. Fungsi pengorganisasian (organizing) a. Pengertian pengorganisasian Pengorganisasian adalah suatu usaha bersama oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan mendayagunakan sumber-sumber untuk capai tujuan efektif dan efisien. b. Mengapaa perlu pengorganisasian ? Pengorganisasian



diperlukan



yaitu,



(1)



untuk



diketahuinya batas-batas bidang yang satu dengan bidang



yang



lain



program/kegiatan, mengetahui



(2) (3)



wewenang



adanya



singkronisasi



masing-masing dan



orang



kewajibannya,



(4)



diketahui hubungan dan tata kerja yang bersifat vertikal



dan



horizontal,



(5)



memperkokoh



kebersamaan dalam tugas dan fungsi masing-masing. c. Bagaimana cara pengorganisasian ? Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan cara melakukan pengorganisasian, yaitu (1) Organisasi perlu memiliki tujuan yang jelas,



dipahami dan



MANAJEMEN PENDIDIKAN



25 25



diterima seluruh anggota serta hanya terdapat satu kesatuan arah, (2) Memiliki struktur organisasi menggambarkan adanya satu perintah, keseimbangan tugas, bagi habis tugas, dan tidak menangani rangkap tugas. 3. Fungsi pengarahan (leading) a. Pengertian pengarahan Suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan untuk memberikan penjelasan, petunjuk serta bimbingan kepada orang-orang yang menjadi bawahannya sebelum dan selama melaksanakan tugas b. Mengapa perlu pengarahan ? Alasan pentingnya pengarahan, yaitu, (1) agar supaya pekerjaan dapat dilaksanakan secara baik sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) diperlukan adanya penjelasan, petunjuk dan pembimbingan terhadap para petugas yang terlibat agar kegiatan berjalan lancar (berupa mengingatkan dan meluruskan bila terjadi penyimpangan)



MANAJEMEN PENDIDIKAN 26



26



c. Bagaimana cara pengarahan ? Cara-cara yang dilakukan manajer dalam upaya pengarahan, yaitu (1) Mengadakan orientasi sebelum seseorang



memulai



melaksanakan



tugas



untuk



mengenal tempat, situasi, alat-alat kerja, dan teman sejawat, (2) Memberikan petunjuk pekerjaan yang akan dilakukan secara lisan dan tertulis (aturan dan tata



kerja),



(3)



Memberi



kesempatan



untuk



berpartisipasi berupa pemberian sumbangan pikiran dan peningkatan mutu, (4) Memberi kesempatan untuk berpartisipasi berupa pemberian sumbangan pikiran dan peningkatan mutu, (5) Mengikutsertakan pegawai dalam membuat perencanaan, dan (6) Memberikan nasihat apabila pegawai mengalami kesulitan melaksanakan tugas. 4. Fungsi Pengendalian (controlling) a. Pengertian Pengendalian Usaha pimpinan untuk mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja, khususnya untuk mengetahui kelancaran kerja para pegawai dalam MANAJEMEN PENDIDIKAN



27 27



melakukan



tugas



mencapai



tujuan.



Fungsi



pengendalian sering juga disebut fungsi evaluasi dan controlling. b. Mengapa perlu ada pengendalian ? Beberapa



alasan



pentingnya



seorang



manajer



melakukan pengawasan, yaitu (1) Untuk mengetahui jalannya kegiatan dan tingkat keberhasilan, tidak terjadi penyimpangan dan kalau ada masalah tidak berlarut-larut diselesaikan dan/atau dikendalikan; (2) untuk mengetahui strategi metode dan teknik yang telah ditetapkan cocok dengan risiko sekecil-kecilnya. c. Bagaimana cara pengendalian ? Beberapa cara yang dapat dilakukan manajer dalam upaya pengawasan, yaitu (1) Pekerjaan pengawasan dilakukan terbuka dan terang-terangan, dilakukan terhadap semua bawahan, tidak pilih kasih, objektif, tidak



disertai



Menggunakan



dengan



sentimen



pribadi,



(2)



pengamatan melalui mata dan alat



indra lainnya, (3) Dilakukan di segala tempat dan waktu, (4) Menggunakan catatan secermat mungkin agar data yang terkumpul lengkap untuk menghindari MANAJEMEN PENDIDIKAN 28



28



subjektivitas, (5)



Jika terjadi penyimpangan harus



segera ditangani. D. Pengertian Pendidikan Kajian dan pemikiran tentang pendidikan, dikenal andanya dua istilah yang hampir sama bentuknya yaitu : kata paedagogie dan paedagogiek. mengatakan



Paedagogie



Purwanto, (1995)



bermakna



“pendidikan”,



sedangkan paedagogiek bermakna “ilmu pendidikan,” Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak.” Sedangkan Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin) yaitu seorang pelayan atau



bujang



pada



zaman



Yunani



Kuno



yang



pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke sekolah. Juga di rumahnya, anak-anak tersebut selalu dalam pengawasan dan penjagaan dari para paedagogos itu. Jadi, paedagoog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhan agar dapat berdiri sendiri (mandiri).



MANAJEMEN PENDIDIKAN



29 29



Batasan mengenai pendidikan cukup beragam. Walaupun demikian pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keserangaman arti. George F. Kneller (Suwarno 2006) mengatakan pendidikan memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemauan fisik individu. Sedangkan pendidian dalam arti sepit, yaitu suatu proses mentranspormasikan pengetahuan, nilainilai, dan keterampilan dari genderasi ke genderasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan



seperti



satuan



pendidikan/sekolah



dan



pendidikan tinggi. John S. Brubacher pendidikan



adalah



(Suwarno 2006) berpendapat



proses



pengembangan



potensi,



kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. MANAJEMEN PENDIDIKAN 30



30



Ditinjau dari aspek regulasi secara nasional, batasan pendidikan telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya sehingga



memiliki



kekuatan



spiritual



keagamaan,



pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan batasan-batasan pendidikan yang telah dikemukakan di atas, maka pada dasarnya setiap ahli memiliki sudat pandangan yang berbeda-beda tetapi maksud dan tujuannya sama dan atau mirip, yakni makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilainilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Mengacu dari kerakteristik pendidikan yang telah dipaparkan di atas, maka berikut ini dikemukakan batasan pendidikan berdasarkan fungsinya, yaitu: (1) pendidikan sebagai proses transformasi budaya, (2) MANAJEMEN PENDIDIKAN



31 31



pembentukan pribadi, (3) penyiapan warga negara, (4) penyiapan tenaga kerja, dan (5) pengembangan potensi diri. 1. Pendidikan Sebagai Proses Transformasi Budaya Pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu genderasi ke genderasi lain. Ketika bayi lahir, ia sudah berada di dalam suatu lingkungan budaya dan kebiasaan tertentu seperti larangan-larangan yang dikehendaki masyarakat, cara menerima tamu, dan tata cara perkawinan. Kesemuanya ini akan mengalami proses transformasi dari genderasih tua



ke genderasi



muda. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan peserta didik dengan mentrasformasikan nilai-nilai yang masih cocok dikembangkan, seperti nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, gotong royong, kesopanan, dan kepekaan sosial. Perlu diperhatikan terkait dalam transformasi nilai-nilai adalah bahwa tidak semua nilai yang ada dan berkembang dalam masyarakat perlu ditransformasikan



dari



genderasih



ke



genderasih,



misalnya pendidikan seks yang dahulu ditabukan diganti dengan pendidikan seks melalui pendidikan formal. MANAJEMEN PENDIDIKAN 32



32



2. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis



dan



sistemik



yang



diarahkan



kepada



pembentukan kepribadian peserta didik. Dikatakan sistematis oleh karena proses pendidikan berlangsung melalui tahap-tahap (prosudural) yang berkesinambungan. Sementara dikatakan suatu kegiatan sistemik olah karena berlangsung dalam semua situasi kondisi, di semua lingkungan yang saling mengisi dan bersinergis antara lingkungan pendidikan informal, formal, dan non formal. Bayi terbentuk,



yang



baru



belum



lahir



kepribadiannya



mempunyai



warna



dan



belum corak



kepribadian tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu pribadi. Untuk menjadi suatu pribadi perlu upaya dari berbagai pihak, berupa bimbingan, latihan-latihan, dan pengalaman melalui bergaul dengan lingkungan di mana anak itu berada. Upaya pembentukan pribadi diarahkan pada pembentukan cipta, rasa, dan karsa (kognitif, afektif, dan psikomotor). Tentunya untuk mencapai hal tersebut bukan hanya diperoleh dalam waktu sesaat tetapi perlu waktu yang lama. MANAJEMEN PENDIDIKAN



33 33



3. Pendidikan sebagai Proses Peyiapan Warga Negara Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Warga negara yang baik dapat dilihat sebagai suatu pribadi yang mengetahui hak dan kewajiban sebagai warga negara, hal ini ditetapkan dalam



Undang-Undang



Dasar



1945



Pasal



27



mengatakan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tak ada kecualinya. Pendidikan



mempunyai



tanggungjawab



untuk



menyiapkan peserta didik menjadi warga negara yang akan memberi kontribusi terhadap pembangunan bangsa dan negara. Nilai-nilai persatuan dan kesatuan serta kebangsaan perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini usia, agar lahir warga negara yang tidak membebani negara, tetapi turut peduli dan bertanggungjawab serta memberi kontribusi terhadap kemajuan bagsa dan negara.



MANAJEMEN PENDIDIKAN 34



34



4. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Tenaga Kerja Pendidikan diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Bekal dasar yang dimaksud berupa bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara seimbang. Dikatakan seimbang karena kunci keberhasilan dalam bekerja tidak semata-mata hanya ditentukan salah satu dari bekal tersebut di atas, misalnya IQ saja, tetapi merupakan kompilasi dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Bahkan Daniel Goleman mengatakan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 % dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 % ditentukan oleh kecerdasan otak Intelligence Quotien (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anakanak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Dikatakan Wijaya, (2007) bahwa Intelligence



Quotien



(IQ)



tinggi



bukan



jaminan



seseorang sukses dalam pekerjaan, melainkan harus pula didukung dengan Emotional Quotient (EQ), bahkan MANAJEMEN PENDIDIKAN



35 35



orang yang memiliki EQ tinggi



mampu mengatasi



konflik yang sedang dihadapi. Berdasarkan kajian ini, menunjukkan



bahwa



sekolah



diharapkan



mampu



menyiapkan peserta didik yang memiliki kompetensi dan/atau kemampuan ganda. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 mengatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Pasal ini menunjukkan bahwa peserta didik perlu dipersiapkan agar dikemudian hari mereka mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang layak. Untuk mencapai maksud



tersebut,



peserta



didik



perlu



disiapkan



sedemikian rupa melalui berbagai program-program pendidikan



dengan



melibatkan



berbagai



pihak,



sebagaimana dikatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara sekolah, masyarakat dan pemerintah. Itu berarti dalam upaya memajukan pendidikan, semua komponen bagsa mestinya dilibatkan. Salah satu contoh bentuk perhatian bersama akan pendidikan, ialah terbentuknya



Komite



Sekolah



di



tingkat



MANAJEMEN PENDIDIKAN 36



satuan 36



pendidikan,



dan



Dewan



Pendidikan



di



tingkat



Kabupaten/Kota. 5. Pendidikan sebagai Proses Mengembangkan Potensi Pendidikan



diartikan



sebagai



upaya



untuk



mengembangkan potensi peserta didik, yang dilakukan secara terencana dan penuh kesadaran. Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa dasarnya



adalah



pendidikan pada



mengembangkan



potensi



dan



karakteristik peserta didik. Potensi yang dimaksud antara lain kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,



kecerdasan,



akhlak



mulia,



serta



keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Upaya mengembangkan potensi



peserta didik,



lingkungan pendidikan (non formal, formal maupun in formal) perlu menciptakan suasana



pembelajaran yang



menyenangkan peserta didik. Karena dengan kondisi demikianlah akan memungkinkan potensi peserta didik berkembang secara maksimal. Peserta didik akan menggunakan potensinya untuk kehidupan pribadinya dan memberi kontribusi bagi kehidupan orang lain. MANAJEMEN PENDIDIKAN



37 37



E. Konsep Manajemen Pendidikan 1. Pengertian Manajemen Pendidikan Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mangartikan administrasi lebih luas dari padangan manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi (administarsi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga, menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi. Terkait dengan berbagai pandangan tersebut di atas, maka dalam buku ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumbersumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapaiannya tujuan pendidikan secara optimal. Pengertian dari manajemen pendidikan itu sendiri merupakan gabungan dari dua kata yaitu “manajemen” dan



“pendidikan”.



Secara



sederhana



manajemen



MANAJEMEN PENDIDIKAN 38



38



pendidikan dapat diartikan sebagai manajemen yang dipraktikan dalam dunia pendidikan dengan spesifikasi dan ciri-ciri khas yang ada dalam pendidikan. Manajemen pendidikan pada dasarnya adalah alatalat yang diperlukan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan.



Unsur



merupakan



penerapan



dalam bidang



manajemen



dalam



prinsip-prinsip



pendidikan,



bahwa



pendidikan manajemen manajemen



pendidikan merupakan rangkaian proses yang terdiri dari, perencanaan, pengkoordinasian, penggerakan, dan pengawasan yang dikaitkan dengan bidang pendidikan. Berbagai



pandangan



ahli



mengenai



manajemen



pendidikan dapat dikemukakan berikut ini. a. Usman



(2009)



mengatakan



manajemen



pendidikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,



pengendalian



diri,



kepribadian,



kecerdasan, akhlak muia, serta keterampilan yang MANAJEMEN PENDIDIKAN



39 39



diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. b. Tim Dosen UPI (2009) mengatakan manajemen pendidikan adalah



suatu penataan bidang



garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas



perencanaan,



pemotivasian,



pengorganisasian,



penganggaran,



pengendalian,



pengawasan, penilaian, dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas. c. Mulyani (Mutari, 2018) mengatakan manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan



pendidikan



yang



telah



ditetapkan



sebelumnya, agar efektif dan efisien. Manajemen pendidikan sebagai ilmu mempunyai karakteristik tersendiri yang agak berbeda dengan ilmu manajemen lain. Perbedaan manajemen pendidikan dan manajemen



lainnya



terletak



pada



prinsip-prinsip



operasionalnya, bukan pada prinsip-prinsip yang sifatnya MANAJEMEN PENDIDIKAN 40



40



umum. Dengan demikian, meskipun untuk memahami manajemen pendidikan diperlukan pemahaman atau penguasaan prinsip-prinsip manajemen secara umum, tidak berarti bahwa pengetahuan manajemen lain dapat diterapkan



dalam



manajemen



manajemen



pendidikan



pendidikan.



dapat



diartikan



Jadi, sebagai



rangkaian kegiatan yang menunjang tercapainya visi dan misi organisasi pendidikan. Para pendidik dan tenaga kependidikan akan menerapkan



ilmu



manajemen



pendidikan



dalam



melakukan aktivitasnya di sekolah. Berbagai aktivitas dikelola dengan baik dalam upaya mencapai tujuan pendidikan



nasional



sebagaimana



yang



telah



dikemukakan di atas, yaitu mengembangkan potensi peserta didik, agar peserta didik memiliki



enam hal,



yaitu : kekuatan spiritual keagamaan; pengendalian diri; kepribadian; kecerdasan; akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam tersebut,



mencapai manajer



tujuan



sekolah



pendidikan dan



nasional



berbagai



pihak



bekerjasama secara sinergis, yang dapat dilihat dari indikator-indikator berikut ini. MANAJEMEN PENDIDIKAN



41 41



a. Proses pengarahan dan pengintegrasian segala hal, baik personal, spiritual, dan materill yang berhubungan



dengan



pencapaian



tujuan



pendidikan; b. Proses



keseluruhan



pelaksanaan



kegiatan



bersama dalam bidang pendidikan, meliputi perencanaan,



pengorganisasian,



pengarahan,



pengkoodinasian, pengawasan, pembiayaan, dan pelaporan



dengan



menggunakan



atau



memanfaatkan fasiltas yang tersedia; c. Proses bekerja dengan orang-orang. Dalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif, yang berarti mendatangkan hasil yang baik dan tepat, sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan d. Proses



pelaksanaan



kepemimpinan



untuk



mewujudkan aktivitas kerja sama yang efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. e. Proses pelaksanaan semua kegiatan sekolah dari usaha-usaha besar seperti perumusan kurikulum, koordinasi, konsultasi, korespondensi, control, dan seterusnya, sampai pada usaha-usaha kecil MANAJEMEN PENDIDIKAN 42



42



dan



sederhana,



seperti



penjaga



sekolah,



pembersih halaman dan sebagainya. f. Proses pembinaan atau supervisi pendidikan g. Proses pengawasan seluruh kinerja kependidikan. Perlu



diakui



bahwa



manajemen



pendidikan



merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih muda sehingga tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenal. Istilah lama yang sering digunakan adalah „administrasi‟ pendidikan. Dahulu



ada dua jurusan



namanya menggunakan istilah “administrasi” yaitu jurusan administrasi perkantoran di bawah Fakultas Ilmu Sosial



(FIS) dan jurusan administrasi perkantoran



pendidikan di bawah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Dalam perjalanannya pada tahun 2005, jurusan administrasi pendidikan di FIP berubah nama menjadi manajemen pendidikan. Hal ini akan menunjukkan batas yang jelas terhadap jurusan administrasi perkantoran di FIS dan FIP. Namun demikian dalam perkembanganya ada juga PT tertentu masih bertahan dengan sebutan jurusan dan/atau program studi administrasi pendidikan, sehingga sampai saat ini para pakar dan praktisi dalam bidang



administrasi/manajemen



pendidikan



MANAJEMEN PENDIDIKAN



masih 43 43



memiliki pemahaman yang sama bahwa administrasi dan manajemen



dimaknakan



sama



yaitu



pengelola



organisasi/lembaga pendidikan/satuan pendidikan. Berbagai pertemuan dan perbincangan mengenai program manajemen dan administrasi pendidikan di kalangan akademisi dan praktisi, bahwa untuk sementara disepakati penggunaan istilah manajemen/administrasi pendidikan, dan ditindaklanjuti dengan membentuk wadah bidang tersebut yang diberi nama Asosiasi Program Manajemen/Administrasi Pendidikan Indonesia (APMAPI). Beberapa pengertian tersebut memberikan gambaran bahwa manajemen pendidikan merupakan keseluruhan proses semua sumberdaya yang ada yang dikelola untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif, efisien dan produktif.



Persamaan



administasi



pendidikan



dan



manajemen pendidikan berada pada fungsi-fungsinya, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Perbedaanya terletak pada bidang cakupan kajian substansinya. Manajemen pendidikan dalam arti sempit adalah manajemen sekolah/madrasah meliputi MANAJEMEN PENDIDIKAN 44



44



perencanaan,



pengorganisasian,



pelaksanaan,



dan



pengawasan sekolah. 2. Manfaat dan Tujuan Manajemen Pendidikan Manfaat dan tujuan mempelajari dan memahami manajemen pendidikan antara lain memberi nilai guna bagi hal-hal berikut. a.



Membantu manajer membuat strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis, rasional pada pilihan strategis;



b.



Merupakan sebuah proses bukan keputusan atau dokumen. Tujuan utama dari proses adalah mencapai pengertian dan komitmen dari apa yang kita rencanakan;



c. Proses



yang



kita



laksanakan



menyediakan



pemberdayaan individual. Pemberdayaan adalah tindakan memperkuat pengertian diri sendiri mengenai efektivitas dengan mendorong dan menghargai usaha kita untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan inisiatif serta imajinasi; MANAJEMEN PENDIDIKAN



45 45



d. Meningkatkan kesadaran kita akan ancaman eksternal



sehingga



kita



akan



terbiasa



mempersiapkan rencana lain atas kejadian yang tidak diinginkan dari faktor luar; e. Kita dapat mengetahui dengan



lebih baik



mengenai strategi pesaing sehingga kita akan lebih mudah menghadapinya; f. Berkurangnya penolakan kita terhadap perubahan karena kita telah mempersiapkan rencana atas perubahan tersebut; g. Memungkinkan



kita



untuk



identifikasi,



penentuan prioritas, dan eksploitasi peluang yang terbaik atas permasalahan dan pilihan keputusan; h. Kita dapat merepresentasikan kerangka kerja untuk aktivitas kontrol dalam kehidupan seharihari dengan lebih baik yang dapat mengatur rencana kegiatan kita; i. Memungkinkan alokasi sumber daya dan waktu yang lebih sedikit bagi kita untuk mengoreksi keputusan yang salah atau tidak terencana; j. Menciptakan kerangka kerja komunikasi internal dengan orang lain; MANAJEMEN PENDIDIKAN 46



46



k. Membantu mengintegrasikan perilaku individu kita kedalam kelompok atau golongan; l. Mendorong pemikiran ke masa depan, sebab dengan mempelajari manajemen kita telah belajar menganalisa rencana; m. Menjadikan kita kooperatif, terintegrasi, dan antusias untuk menghadapi masalah dan peluang; n. Mendorong



terciptanya



sikap



positif



akan



perubahan dalam diri kita; o. Memberikan tingkat kedisiplinan dan formalitas kepada manajemen kegiatan kita. Manfaat pendidikan,



lain



dengan



diharapkan



(organisasi/lembaga)



mempelajari setiap



manajemen



orang/kelompok



minimal akan mendapat hal-hal



berikut, diantaranya; a. Terwujudnya pembelajaran



suasana yang



belajar



Aktif,



dan



Kreatif,



proses Efektif,



Menyenangkan, dan Bermakna (PAKEMB); b. Terciptanya



peserta



didik



yang



aktif



mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta MANAJEMEN PENDIDIKAN



47 47



keterampilan



yang



diperlukan



dirinya,



masyarakat, bangsa, dan negara; c. Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya kompetensi manajerial



tenaga



kependidikan



sebagai



manajer); d. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien; e. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan); f. Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80%



masalah



mutu



disebabkan



oleh



pendidikan



yang



manajemennya; g. Terciptanya merata,



perencanaan



bermutu,



relevan,



dan



akuntabel;



meningkatnya citra positif pendidikan; h. Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang kita pilih secara efektif dan efisien; i. Mengevaluasi kinerja, meninjau, dan mengkaji ulang



situasi



serta



melakukan



berbagai



MANAJEMEN PENDIDIKAN 48



48



penyesuaian



dan



koreksi



jika



terdapat



penyimpangan di dalam pelaksanaan strategi; j. Memperbaharui strategi yang kita rumuskan agar sesuai



dengan



perkembangan



lingkungan



eksternal; k. Meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman peluang yang ada; l. Melakukan inovasi atas kegiatan sehingga hidup kita lebih teratur. Tujuan manajemen pendidikan menurut Tim Dosen UPI (2009) yaitu (1) produktivitas, (2) kualitas, (4) efektivitas, dan (5) efisiensi. Produktivitas maksudnya adanya perbandingan antara hasil yang peroleh (output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Kualitas out put berupa jumlah tamatan dan kualitas input berupa jumlah tenaga kerja dan sumber daya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dsb). Produktivitas biasanya digambarkan dari ketepatan menggunakan metode atau cara kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat respons positif bahkan pujian dari orang lain atas hasil kerjanya. Kualitas menunjukkan kepada suatu ukuran MANAJEMEN PENDIDIKAN



49 49



penilaian atau penghargaan yang diberikan dikenakan



kepada



pelayanan



tertentu



atau



berdasarkan



pertimbangan objektif atas bobot kinerjanya.. jasa pelayanan harus menyamai atau melebihi kebutuhan atau harapan



pelanggan



sehingga



pelanggan



mendapat



kepuasan. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi dan/atau kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan. Pandangan Engkoswara (Tim Dosen UPI, 2009) mengatakan bahwa efektivitas dapat juga ditelaah dari : (1) masukan yang merata, (2) keluaran yang banyak dan bermutu, (3) ilmu dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun, (4) pendapatan tamatan yang memadai. Sedangkan efisiensi berkaitan dengan cara membuat sesuatu secara benar dan berdampak. Suatu kegiatan dikatakan efisien bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan menggunakan dan/atau memakai sumber daya yang minimal, efisiensi pendidikan berhubungan degan tercapaian tujuan dengan tingkat efisiensi waktu, biaya, tenaga dan sarana.



MANAJEMEN PENDIDIKAN 50



50



BAB I II BAB BAB II



KONSEP DASAR PERKEMBANGAN TEORI-TEORI PERKEMBANGAN MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN MANAJEMEN TEORI-TEORI MANAJEMEN



A. Pendahuluan KEBERHASILAN A. Pendahuluan sekolah dalam melaksanakan fungsi kependidikannya perlu didukung DALAM beberapa referensi,dengan diakui manajemen para pakar yang Indikator manajemen sekolah yang baik bahwabaik. banyak kesulitan dalam menelusuri dan/atau dapat dilihat sejarah dari budaya kerja sekolah dengandikatakan suasana menjajaki manajemen, bahkan dan iklim kerja dansejarah, inovatif.hanya Demikian pula manajemen tidak positif memiliki merupakan penataan dan administrasi atau ketatalaksanaan bertanda. fisik Beberapa penulis melacak perkembangan sekolah dengan baik pada dan pedagang-pedagang memberi kontribusiSumaria yang pemikiran manajemen berarti bagi kualitaspiramid sekolahMesir dan lulusan. dan pembangunan melibatkan ratusan ribu Manajemen sekolah yang profesional dan berdaya tenaga kerja. Hal ini bertanda bahwa dalam aktivitas saing global, menjadi impian setiap institusi dan satuan pembangunan piramid tersebut di dalamnya ada pendidikan pemangku kepentingan. manajemenbahkan yang para baik. Bahkan Usman Karena (2009) kualitas sekolah sangat berpengaruh terhadap animo mengatakan bahwa manajemen sebenarnya sudah ada masyarakat untukinimeyekolahkan pada sejak manusia ada, hanya anak-anaknya saja istilah-istilah institusi dan/atau satuan pendidikan tertentu. manajemen dalam berbagai referensi, baru bermunculan upaya mencapai apa yang dikemukakan di padaDalam tahun 1800-an. atas, maka setiap manajer perlu memahami dan MANAJEMEN MANAJEMENPENDIDIKAN PENDIDIKAN



1 51 51



Tokoh



utama



yang



mengawali



munculnya



manajemen ialah Mooney (1800-an), yaitu dengan diterapkanya



prinsip



staf



dalam



gereja



Katolik.



Selanjutnya Small (1800-an) memberikan kontribusi pentingnya administrasi yang sistematis dan pendirian universitas manajemen. Menelusuri sejarah awal manajemen di Indonesia, dapat digambarkan dari aktivitas proses pembangunan Candi Brobudur yang dibangun pada abad ke-8 (800 Masehi) yang proses pembangunannya diperkirakan menghabiskan waktu 75-100 tahun lebih dan menyusul pembangunan Candi Prambanan pada abad ke-9 Masehi dibangun mulai tahun 850 Masehi. Proses dan suksesnya pembangunan Candi tersebut suatu hal yang mustahil tidak menggunakan prinsip-prinsip dan fungsi-fungsi manajemen. Jadi, manajemen sudah lama dipraktikkan di Indonesia pada masa prasejarah. Urgensi pemahaman perkembangan manajemen diperlukan sebagai salah satu upaya untuk meletakkan landasan yang kuat dalam mengelola organisasi/ lembaga/ institusi umumnya dan pendidikan khususnya. Manajer pendidikan membutuhkan sejumlah catatan para MANAJEMEN PENDIDIKAN 52



52



pakar yang telah berhasil mengelola lembaganya. Selain itu



diperlukan



pemahaman



sejumlah



teori-teori



manajemen yang akan mendasari praktik-praktik baik tata kelola pendidikan profesional



yang berorientasi



masa depan. Para manajer semakin sukses dalam mengelola lembaganya salah satunya karena dalam praktik kepemimpinannya menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip manajemen. Mempelajari teori manajemen membantu kita menjadi seorang manajer yang efektif dalam mengelola organisasi yang semakin kompleks dewasa ini.



Manajemen



merupakan



disiplin



ilmu



yang



berfokus pada hasil yang mudah dilaksanakan. Teori merupakan kumpulan prinsip yang disusun secara sistematis. Beberapa alasan pentingnya mempelajari teori manajemen antara lain : 1. Teori



mengarahkan



keputusan



manajemen.



Mempelajari teori membantu mamahami proses yang pokok dan dapat memilih suatu tindakan yang efektif. Pada hakikatnya suatu teori merupakan kelompok asumsi-asumsi yang koheren/ logis, yang menjelaskan antara dua atau lebih fakta yang dapat MANAJEMEN PENDIDIKAN



53 53



di observasi. Teori dapat memprediksi apa yang akan terjadi pada situasi tertentu. 2. Teori



membentuk



pandangan



kita



mengenai



organisasi. Mempelajari teori manajemen juga memberi petunjuk dan beberapa ide mengenai organisasi dan manusia didalamnya. 3. Teori membuat kita sadar mengenai lingkungan usaha. Dengan mempelajari teori, kita dapat melihat bahwa setiap teori adalah hasil dari interaksi lingkungan sosial, ekonomi, politik dan kekuatan teknologi yang ada pada waktu tetentu. Pengetahuan ini akan membantu kita memahami teori tertentu cocok terhadap keadaan yang berbeda dana tau lingkungan yang beragam. 4. Teori merupakan suatu sumber ide baru. Teori memungkinkan



kita



pada



suatu



kesempatan



mengambil pandangan yang berbeda dari situasi sehari-hari. Seseorang manajer hendaklah mempelajari dan memahami secara keseluruhan tentang perkembangan (evolusi) manajemen yang telah menghasilkan teori-teori manajemen yang muncul dari berbagai



aliran, sehingga



manajer



MANAJEMEN PENDIDIKAN 54



dapat 54



menggunakan teori yang paling sesuai untuk menghadapi situasi tertentu. Dengan demikian bila seorang manajer menghadapi situasi bagaimanapun kompleksnya akan dapat solusi/keputusan terbaik. B. Perkembangan Teori Manajemen Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa seorang manajer membutuhkan sejumlah teori yang akan menjadi acuan dalam melakukan aktivitas terlebih dalam mengendalikan dan memimpin lembaga. Teori-teori manajemen sampai pada saat ini telah berkembang dengan pesat, namun belum ada suatu teori yang



bersifat



umum



ataupun



berupa



kumpulan-



kumpulan hukum bagi manajemen yang dapat di terapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Para manajemen banyak mengalami dan menjumpai pandangan-pandangan



tentang



manajemen,



yang



berbeda-beda dan setiap pandangan hanya dapat diterapkan untuk kasus tertentu, sehingga



terkadang



masalah-masalah yang sama belum tentu pendekatannya sama. Itu sebabnya diperlukan sejumlah pandangan para ahli dalam rangka tata kelola lembaga yang lebih baik. MANAJEMEN PENDIDIKAN



55 55



Secara umum, teori manajemen dikelompokkan menjadi tiga teori/aliran, yaitu teori manajemen aliran klasik, (2) aliran ilmiah, dan aliran modern. Berikut akan dipaparkan ketiga teori manajemen tersebut. 1. Teori Manajemen Klasik Terdapat



tiga



tokoh



manajemen



klasik



yang



menonjol, yaitu Robert Owen, Charles Babbage, dan Henry Fayol. a. Robert Owen (1771-1858). Pada permulaan tahun 1800 Robert Owen seorang manajer beberapa pabrik kapas di New Lanark Skotlandia menekankan pentingnya unsur manusia dalam produksi.



Gambar 2.1. Robert Owen MANAJEMEN PENDIDIKAN 56



56



Robert Owen membuat perbaikan dalam kondisi kerja,



seperti



pengurangan



hari



kerja



standar,



pembatasan anak-anak di bawah umur yang bekerja dan membangun perumahan yang lebih baik bagi karyawan. Owen nyakin dengan cara ini akan menaikan produksi, keuntungan, dan investasi perusahaan. Selain itu Owen juga



mengembangkan



prosedur



kerja



yang



memungkinkan peningkatan produktivitas. Beberapa



pokok



pikiran



Bapak



Manajemen



Personalia ini, diantaranya bahwa mesin perlu dirawat dengan baik agar memberikan keuntungan kepada perusahaan. Demikian juga tenaga kerja, apabila dipelihara dan dirawat (perhatian, konpensasi, kesehatan, tunjangan dll) oleh pimpinan akan memeberikan keuntungan. Selain itu masalah pendanaan seharusnya lebih banyak dipergunakan untuk meningkatkan SDM dibandingkan dibelanjakan untuk keperluan mesinmesin. Owen tak pernah menyatakan bahwa ia berjuang untuk melakukan perubahan atas dasar kemanusiaan semata-mata, tetapi dengan memperbaiki kondisi pekerja maka produksi dan keuntungan dengan sendirinya akan MANAJEMEN PENDIDIKAN



57 57



meningkat.



Manajer



harus



menjadi



pembaharu



(reformer).



Pekerja sebagai aset perusahaan yang



signifikan terhadap kemajuan suatu organisasi/lembaga b. Charles Babbage (1792-1871) Charles Babbage merupakan orang menganjurkan



prinsip



pembagian



pertama yang kerja



melalui



spesialisasi. Setiap tenaga kerja harus di beri latihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Setiap



karyawan



bertanggungjawab



terhadap



pekerjaannya.



Gambar 2.2. Charles Babbage Beberapa pemikiran seorang matematikawan asal Inggris



ini



mengemukakan



bahwa



computer



diprogramkan dengan baik agar dapat membantu pekerja MANAJEMEN PENDIDIKAN 58



58



secara efektif & efisien. Untuk kemajuan perusahaan, para manajer perlu bertukar pengalaman, pembagian kerja,



pengembangan



menguntungkan



dan



kerjasama merencanakan



yang



saling



pembagian



keuntungan. c. Henry Fayol (1841-1925) Henry Fayol mengemukakan teori dan teknik-teknik administrasi



sebagai



pedoman



bagi



pengelolaan



organisasi yang kompleks. Fayol melihat kecenderungan organisasi akan menghadapi sejumlah tantangan internal dan ekternal, karena itu fungsi-fungsi manajeman perlu dioptimalkan.



Gambar 2.3. Henry Fayol



MANAJEMEN PENDIDIKAN



59 59



Fayol Ia pertama kali mengedepankan abstraksi pengelolaaan lembaga atau lebih dikenal dengan lima fungsi manajemen, yaitu (1) Planing (perencanaan), (2) Organizing



(pengorganisasian,



(3)



Comanding



(pengarahan), (4) Coordinating (Pengkoordinasian), dan (5) Controlling (Pengendalian). Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa fungsi manajemen pertama yaitu perencanaan sangat diperlukan untuk mengatur dan mengevaluasi tindakan selanjutnya. Demikian juga peran pengorganisasian yaitu dapat berusaha untuk menyesuaikan berbagai sumber daya yang terdapat pada organisasi. Dalam manajemen pengarahan dapat dilakukan dengan tujuan untuk memberikan arahan ke semua pekerja agar mau saling bekerjasama dan dapat bekerja secara efektif. Fungsi pengkoordinasian dapat menjaga agar aktivitas sebuah organisasi tetap terus bersinergi dan juga dapat bekerja sama dan komunikasi dengan baik secara formal maupun informal.



Pengendalian



sebuah



kegiatan



untuk



memantau, membuktikan serta memastikan bahwasanya segala aktivitas yang sudah melewati tahapan pada beberapa fungsi manajemen yang sebelumnya telah MANAJEMEN PENDIDIKAN 60



60



berjalan sesuai dengan target selain itu untuk memantau sinkronisasi dengan standar yang telah ditetapkan. Kelima fungsi manajemen tersebut berhubungan antar satu dengan yang lain. Fungsi-fungsi tersebut sangat



berkaitan



dimana



dibutuhkan



planning



(perencanaan). Tanpa adanya perencanaan akan petugas fungsi organisasi tidak akan bisa menjalankan tugasnya dengan



baik



dikarenakan



petugas



(fungsi



pengorganisasian) tersebut tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan. Begitupun dengan fungsi fungsi lainya, jika tidak saling berhubungan maka pelayanan petugas tersebut akan buruk, karena salah satu fungsi tersebut tidak diterapkan dengan baik. Fayol



mengatakan



bahwa



manajer



yang



bertanggung jawab dalam meningkatkan ketelitian dari personel kerja, menghapuskan yang tidak perlu. Ia menegaskan bahwa setiap kebijakan yang berkaitan dengan pekerja merupakan hasil dari pemikiran yang cermat. Pekerja harus menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan



yang



didapat



dari



pelatihan,



diberikan



kesempatan kenaikan jabatan yang adil, diberikan MANAJEMEN PENDIDIKAN



61 61



kesempatan untuk pelatihan tambahan, mendapat petunjuk jika mungkin menjabat. Fayol administrasi



mengemukakan untuk



teori



mengelola



dan



organisasi



teknik yang



kompleks dengan empat belas prinsip manajemen seperti dipaparkan dalam Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Empat Belas Prinsip Manajemen Fayol No 1



2



3



4



Komponen Deskripsi Devisi Objek divisi tugas adalah kerja meningkatkan efisiensi melalui reduksi hal-hal yang tidak perlu, meningkatkan output, dan menyederhanakan pelatihan kerja Otoritas Otoritas yang baik untuk memberikan perintah melalui kekuasaan yang snagat dipatuhi. Otoritas memberikan pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan kewajiban Disiplin Disiplin menyatakan secara tidak langsung patuh terhadap peraturan organisasi. Kejelasan pernyataan persetujuan antara organisasi dan anggotanya sangat diperlukan, dan disiplin kelompok tergantung kualitas kepemimpinan Kesatuan Setiap anggota harus menerima komando perintah dari seorang atasannya. MANAJEMEN PENDIDIKAN



62



62



5



Kesatuan arahan



6



Subordinat minat individu



7



Penggajian



8



Sentralisasi



9



Rentang Kendali



10



Perintah



11



Pemerataan



12



Stabilitas personil



Ketaatan terhadap prinsip ini menghindarkan pembagian otoritas dan disiplin Kegiatan yang sama diarahkan untuk mencapai tujuan harus dikelompokkan bersama oleh seorang manajer Minat individu dan kelompok dalam sebuah organisasi tidak melebihi minat organisasi secara keseluruhan (mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan individu) Kompensasi harus terbuka dan memuaskan anggota/organisasinya Manajer harus menguasai tanggungjawab final, tetapi ia harus memberi bawahanya otoritas yang cukup untuk melaksankan tugas dengan sukses. Kelayakan tingkat sentralisasi akan variasi tergantung suasana. Hal ini menjadi pertanyaan bagaimana kelayakan sentralisasi yang dipakai setiap kasus Rentang kendali atau rentang kumendo adalah rentang supervisor dari otoritas di atas ke bawahnya. Garis otoritas harus jelas dan dipatuhi setiap waktu Manusia dan sumber daya material harus dikoordinasikan sesuai tempat dan waktu yang tepat Keinginan pemerataan dan persamaan perlakuan yang diaspirasikan manajer terhadap seluruh bawahannya Kesuksesan organisasi memerlukan kestabilan tempat kerja. Manjerial MANAJEMEN PENDIDIKAN



63 63



mempraktikkan keharusan komitmen jangka panjang anggota terhadap organisasinya. 13 Inisiatif Anggota harus didorong untuk mengembangkan dan melaksanakan rencana peningkatan 14 Semangat Manajer harus mendukung dan tim memelihara kerja tim, semangat tim, dan rasa kebersamaan senasib dan seperjuangan anggotanya. Payol (Usman2009:29)



2. Teori Manajemen Ilmiah Terdapat



dua



tokoh



yang



menonjol



dalam



manajemen ilmiah, yaitu Fredrick Winslor Taylor dan Henry Laurance. a. Fredrick Winslow Taylor (1856-1915) Bapak manajemen ilmiah ini dikenal dengan empat prinsip



dasar



dalam



manajemen,



yaitu



(1)



Pengembangan metode ilmiah dalam manajemen sebagai contoh, untuk pelaksanaan setiap pekerjaan agar sukses, (2) seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan diberikan tanggung jawab atas sesuatu tugas sesuai dengan



kemampuannya,



(3)



pendidikan



dan



pengembangan ilmiah para karyawan, (4) kerja sama MANAJEMEN PENDIDIKAN 64



64



yang baik antara manajemen dan tenaga kerja dan yang paling ekstrim yaitu manajer merupakan pelayan bagi bawahannya bukan bawahan adalah pelayan manajernya. Fredrick Winslow Taylor ialah orang pertama yang mengembangkan manajemen ilmiah. Ia berasumsi bahwa manusia harus diperlakukan seperti mesin. Dalam bekerja setiap manusia diawasi oleh supervisor secara efektif dan efisien. Setiap karyawan harus berproduksi seperti mesin dan harus bekerja tanpa mengenal waktu dan lelah.



Gambar 2.4. Fredrick Winslow Taylor Pemikiran Taylor jika diterapkan dalam dunia organisasi, maka sistem manajemen organisasi dapat dilihat dari sistem kerja yaitu (1) Setiap pekerjaan yang MANAJEMEN PENDIDIKAN



65 65



dilakukan seseorang harus diuraikan menurut bagianbagianya, dan dengan cara ilmiah untuk melakukan setiap bagian dari pekerjaan tersebut perlu ditetapkan sebelumnya, (2) Harus ada kerja sama yang baik antara manajer dan pekerja sehingga segala tugas dapat dilaksankan sesuai rencana, (3) Harus ada pembagian kerja antara manajer dan para pekerja, (4) Manajer harus menjalankan kegiatan supervisi, memberikan perintah, dan merancang apa yang harus dikerjakan, sedangkan para pekerja harus bebas mengerjakan yang ditugaskan. b. Henry Laurance Grantt (1861-1919) Henry Laurance Grantt adalah seorang konsultan manajemen yang berlatar belakang insiyur mekanik yang menciptakan Peta Gantt.



Gambar 2.5. Henry Laurance Grantt MANAJEMEN PENDIDIKAN 66



66



Gantt merupakan



bagan



yang berfungsi untuk; (1)



menentukan durasi pekerjaan terhadap pengembangan waktu, (2) perencanaan dan penjadwalan proyek pekerjaan, dan (3) pemantauan kemajuan pekerjaan. Perencanaan kerja yang direkomendasikan Grantt di atas, diharapkan



dapat membantu para manajer



organisasi untuk bekerja secara efektif dan efisiensi. Berikut ini dipaparkan contoh grant chart untuk rencana kegiatan jangka pendek seperti dalam Tabel 2. 1 berikut ini. Tabel 2.2 Contoh Grantt Chart Deskripsi Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Pelaporan



1



Mei 2 3



4



1



Juni 2 3



4



dst



Kontribusi pikiran dan ide-idenya Henry Laurance Grantt yaitu



(1) Menitikberatkan pada SDM



dalam



meningkatkan produktivitas kerja, (2) Aplikasi prinsipprinsip



ilmiah dalam proses kerja



akan menaikan



produktivitas tenaga kerja, menurunkan biaya, (3) MANAJEMEN PENDIDIKAN



67 67



Menyeleksi tenaga kerja dengan prinsip ilmiah, (4) Menggunakan upah kerja dengan sistem bonus, dan (5) Penggunaan instruksi kerja yang terinci. 3. Teori Manajemen Modern Beberapa pemikiran ahli yang menonjol berkaitan dengan manajemen modern, yaitu Douglas MC Gregor Abraham Maslow, George R. Terry, Frederick Herzberg, dan William Edwars Deming. a. Douglas MC. Gregor (1906-1964 Bapak teori X dan Y atau teori negatif (X) dan positif (Y). Teori X ini mengatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah mahluk pemalas, tidak suka bekerja,



senang



menghindar



dari



pekerjaan



dan



tanggungjawab.



Gambar 2. 6. Douglas MC. Gregor MANAJEMEN PENDIDIKAN 68



68



Pekerja/karyawan



memiliki



ambisi



kecil,



menginginkan balas jasa serta jaminan hidup



namun tinggi



Pekerja terus diawasi, diancam, diarahkan bekerja baik. Sementara teori Y mengatakan bahwa (1) pekerjaan itu



pada hakikatnya adalah pemain



yang dapat



memberikan kepuasan orang lain, (2) pada dasarnya manusia tidak malas dan dapat dipercaya dan dapat mengawasi dirinya sendiri, (3) Bekerja adalah kodrat manusia, jadi tidak perlu Manusia



memiliki



diancam secara ketet, (4)



kemampuan



kreatif



dalam



memecahkan masalah karena itu perlu dimotivasi dan dipenuhi kebutuhan. Baik teori X maupun teori Y keduanya nampak dalam suasana setiap organisasi. Tugas manajer ketika menerapkan prinsip teori tersebut, diantaranya adalah memperhatikan situasi dan kondisi pekerja dan iklim organisasi. b. Abraham Maslow (1908-1970) Abrahan Maslow dikenal dengan teori khierarkhi kebutuhan manusia. Ia mengatakan terdapat lima kebutuhan manusia yang haruslah dipenuhi secara berurut/kontinum, yaitu mulai tingkat



yang



MANAJEMEN PENDIDIKAN



paling 69 69



mendasar yaitu kebutuhan (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, penghargaan, dan sampai yang paling tertinggi aktualisasi



diri).



Manakala



kebutuhan-kebutuhan



tersebut telah terpenuhi, maka seseorang akan puas dan termotivasi untuk bekerja memenuhi kebutuhan yang lebih tiggi. Begitu pula sebaliknya kalau tidak terpenuhi maka seseorang/karyawan akan tidak puas dan tidak termotivasi untuk bekerja.



Gambar 2.7 Abraham Maslow Teori Maslow memandang bahwa setiap individu memiliki kebutuhan dari yang terkecil hingga terbesar. Tingkatan kebutuhan manusia bisa dijabarkan ke dalam piramida kebutuhan Maslow. Piramida tersebut menjadi gambaran bagaimana tingkat kebutuhan setiap individu. Tingkatan tersebut MANAJEMEN PENDIDIKAN 70



70



juga penting diketahui, karena akan dialami



setiap



orang. Untuk lebih jelasnya teori dimaksud akan dipaparkan dalam bentuk Gambar 2.8 berikut.



Gambar 2.8 Khierarki Kebutuhan Manusia Abraham Maslow Berdasarkan Gambar 2.8 di atas, nampak jelas bahwa hasil riset Abramaham Maslow mengkategorikan lima level kebutuhan manusia dan sebagaian besar manusia dalam berbagai aktivitasnya diarahkan pada pemenuhan kebutuhan fisiologis. Untuk lebih jelasnya kelima level kebutuhan tersebut akan diuraikan berikut ini.



MANAJEMEN PENDIDIKAN



71 71



1. Kebutuhan Fisiologis yaitu kebutuhan yang paling dasar yang harus dipenuhi oleh seorang individu. Kebutuhan tersebut mencakup sandang, pangan dan papan.



Contohnya



kebutuhan



makan,



minum,



perumahan, seks, istirahat untuk menjaga kesehatan, berobat jika sakit. 2. Kebutuhan Akan Rasa Aman, yaitu kebutuhan yang diperoleh setelah yang pertama terpenuhi. Pada kebutuhan



tahap



kedua



ini



seorang



individu



menginginkan terpenuhinya rasa keamanan. Pada dasarnya kebutuhan rasa aman ini mengarah pada dua bentuk



yakni:



kebutuhan



keamanan



jiwa



dan



kebutuhan keamanan harta. 3. Kebutuhan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang, yaitu kebutuhan ketiga setelah kebutuhan kedua terpenuhi. Pada kebutuhan ini mencakup perasaan seseorang seperti termilikinya cinta, sayang, keluarga yang bahagia dengan suami/istri dan memperoleh anak dari perkawinan yang sah, tergabung dalam organisasi sosial.



Kebutuhan



seseorang



yang



sosial



disini



membutuhkan



memperhatikan pengakuan



atau



penghormatan dari orang lain. MANAJEMEN PENDIDIKAN 72



72



4. Kebutuhan Penghargaan, yaitu kebutuhan keempat yang dipenuhi setelah kebutuhan ke tiga terpenuhi. Pada



kebutuhan



ini



sesorang



mencakup



pada



keinginan untuk memperoleh harga diri. Harga diri atau respek diri: ini bergantung pada keinginan akan kekuatan, kompetensi, kebebasan, dan kemandirian. Ia juga bertalian dengan achievement motivation, dorongan untuk berprestasi. Pada tahap ini seseorang memiliki prestasi



keinginan kuat yang



dimiliki,



untuk serta



memperhatikan



prestasi



tersebut



selanjutnya diinginkan orang lain mengetahuinya dan menghargai atas prestasi yang telah diperoleh tersebut. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri, kebutuhan tertinggi dari teori Maslow. Pada tahap ini seseorang ingin terpenuhinya keinginan untuk aktualisasi diri, yaitu ia ingin menggunakan potensi yang dimiliki dan mengaktualisasikannya dalam bentuk pengembangan dirinya.



Kondisi



ini



teraplikasi



dalam



bentuk



pekerjaan yang dijalani tidak sekadar bekerja sebagai bagian dari rutinitas kewajiban pekerja kantor saja tetapi lebih dari itu, yaitu sikap kerja yang suka MANAJEMEN PENDIDIKAN



73 73



dengan tantangan, suka dengan hal-hal baru, dan penuh dengan kreativitas tingkat tinggi. Keinginan disertai



dengan



kinerja



yang



produktif



untuk



mengembangkan diri sampai pada pretasi yang maksimal sangat tinggi. c. George R. Terry (1909-1979) George R. Terry dikenal dengan sebutan bapak ilmu manajemen modern. Ia mengatakan manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui dan/atau bersama-sama usaha orang lain. Manajemen penting bagi setiap aktivitas individu



sangat



atau kelompok



dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan



Gambar 2.9. George R. Terry Manajemen berorientasi pada proses (process oriented) dan membutuhkan SDM, pengetahuan, dan MANAJEMEN PENDIDIKAN 74



74



keterampilan agar aktivitas menjadi lebih efektif dan menghasilkan tindakan untuk mencapai kesuksesan. Ia mengatakan tidak akan ada organisasi yang akan sukses tanpa menggunakan manajemen yang baik. Menurut Terry, bahwa penerapan prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Salah satu prinsip manajemen ini yaitu dalam hal division of work (pembagian kerja). Menurutnya pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam



penempatan karyawan



harus



menggunakan



prinsip the right man in the right place (menempatkan orang sesuai keahliannya). Pembagian kerja harus rasional/objektif,



bukan emosional subyektif



yang



didasarkan atas dasar like and dislike (suka dan tidak suka) Pembagian kerja berdasarkan keahlian masingmasing orang yang dilakukan oleh manajer yang berpengalaman akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran, dan keefektifan kerja Pembagian MANAJEMEN PENDIDIKAN



75 75



kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja. Kecerobohan dalam pembagian kerja akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan. Padangan ahli ini yang paling menonjol yaitu membagi 4 fungsi manajemen yaitu yang lebih dikenal dengan



singkatan



POAC



(Planning,



Organising,



Actuating, dan Controling) seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, menjadi kunci seorang manajer dalam membuat program kerja organisasi. Dalam banyak hal pandangan Terry ini, lebih cocok diterapkan di setiap tingkat manajemen dalam menyusun, memproses serta mengatur organisasi yang terorganisir lebih baik. d. Frederick Herzberg (1923-2000) Herzberg mengemukakan teori motivasi berdasar dua faktor yaitu disebutnya motivator (faktor intrinsik) dan faktor higiene (faktor ekstrinsik). 1. Faktor Motivator. Faktor intrinsik yang mendorong dan merangsang karyawan untuk bekerja lebih baik dan produktif, seperti prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, serta kemajuan. MANAJEMEN PENDIDIKAN 76



76



2. Faktor Hygiene. Faktor ekstrinsik yang menimbulkan rasa ketidakpuasan pada karyawan. Kekurangan pada faktor-faktor tersebut akan menimbulkan rasa tidak puas, namun bukan berarti terpenuhinya faktor tersebut akan menjamin timbulnya motivasi kerja. Termasuk dalam faktor ini adalah faktor atasan, lingkungan kerja, hubungan kerja antar-individu, imbalan dan rasa aman, serta kebijakan perusahaan.



Gambar 2.10. Frederick Herzberg Frederick Herzberg mengemukakan 2 tahap dalam memotivasi karyawan/pegawai, yaitu (1) Mencegah timbulnya ketidakpuasan karyawan (lingkungan kerja, atasan,



imbalan dan rasa aman, dan kebijakan



perusahaan dan (2) Memotivasi dan kepuasan karyawan MANAJEMEN PENDIDIKAN



77 77



dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berprestasi, pengakuan pekerjaan, tanggungjawab serta kemajuan. e. William Edwards Deming (1900-1993) William Edwards Deming memberikan kontribusi yang signifikan dan bereputasi dalam memberi inovasi produk berkualitas tinggi dan kekuatan ekonomi. Menurutnya pemimpin adalah aktor utama dalam Supervisi. Itu sebabnya seorang pemimpin diharapkan memiliki



pengetahuan,



kepribadian,



persuasi. Pemimpinan tidak



dan



kekuatan



hanya sekadar pintar. Ia



harus menyeimbangkan antara kepala dan hatinya yaitu sisi emosional dan logikanya.



Gambar 2. 11. William Edwards Deming



MANAJEMEN PENDIDIKAN 78



78



Bapak ahli matematika dan statistic ini adalah salah satu tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan manajemen kualitas ini, dikenal dengan “Deming Philosophy” yang mengajarkan bahwa penggunaan manajemen



yang tepat dan baik akan membawa



organisasi untuk meningkatkan kualitas mereka. Dengan meningkatnya kualitas maka secara bersamaan akan mengurangi



biaya-biaya



dari



organisasi



tersebut.



Menurut Daming kuncinya adalah perbaikan yang dilakukan secara terus-menerus dan peningkatan kualitas akan membawa organisasi ke ara yang lebih baik di masa yang akan datang.



MANAJEMEN PENDIDIKAN



79 79



KONSEP DASARKOMPONEN MANAJEMEN MANAJEMEN BAB I MANAJEMEN PENDIDIKAN BAB III SEKOLAH BAB III KOMPONEN DAN SEKOLAH A. Pendahuluan KEBERHASILAN A. Pendahuluan sekolah dalam melaksanakan fungsi kependidikannya perlu didukung dengan hampir manajemen MANAJEMEN sekolah pada hakikatnya sama yang baik.pengertian Indikator manajemen manajemen sekolah yang Ruang baik dengan pendidikan. dapat dilihat budaya kerjamanajemen sekolah dengan suasana lingkup dandari bidang kajian sekolah juga dan iklim kerja dan inovatif. Demikian pula merupakan ruangpositif lingkup dan kajian manajemen penataan fisikNamun dan administrasi atau ketatalaksanaan pendidikan. demikian manajemen pendidikan sekolah dengan baik danyang memberi mempunyai jangkauan lebih kontribusi luas dari yang pada berarti bagi kualitas dan lulusan. lain, manajemen manajemen sekolah.sekolah Dengan perkataan Manajemen sekolah yang danpendidikan berdaya sekolah merupakan bagian dariprofesional manajemen saing global, menjadi impianpendidikan setiap institusi satuan atau penerapan manajemen dalamdan organisasi pendidikan bahkan salah para pemangku kepentingan. sekolah sebagai satu komponen dari Karena sistem kualitas sekolah sangat berpengaruh terhadap animo pendidikan yang berlaku. masyarakat untuk meyekolahkan anak-anaknya Manajemen sekolah terbatas pada satu sekolahpada saja, institusi dan/atau satuan pendidikan tertentu. sedangkan manajemen pendidikan meliputi seluruh Dalam upaya apabahkan yang dikemukakan di komponen sistem mencapai pendidikan, bisa menjangkau atas, maka setiap manajer perlu memahami dan MANAJEMEN MANAJEMENPENDIDIKAN PENDIDIKAN 80



180



sistem yang lebih luas dan besar (suprasistem) secara regional, nasional, bahkan internasional. Penggunaan istilah manajemen sekolah, merupakan terjemahan dari school management yang akan melihat bagaimana manajemen substansi-subtansi pendidikan di suatu sekolah atau manajemen berbasis sekolah agar dapat berjalan dengan tertib, lancar dan benar-benar terintegrasi



dalam suatu



sistem kerjasama



untuk



mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Hal yang paling penting dalam implementasi MBS adalah manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri. Umumnya komponen-komponen sekolah yang perlu dikelola manajer/kepala sekolah/tenaga kependidikan diantaranya



terdapat



tuju



komponen,



yaitu



(1)



manajemen kurikulum dan program pengajaran, (2) manajemen



tenaga



manajemen



kesiswaan,



kependidikan/pegawai, (4)



manajemen



(3)



keuangan/



pendanaan, (5) manajemen sarana dan prasarana, (6) manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (7) manajemen layanan khusus. Ketuju komponen manajemen sekolah/madrasah



tersebut



merupakan



MANAJEMEN PENDIDIKAN



81 81



suatu sistem. Dikatakan demikian karena jika salah satu komponen sekolah mengalami keterhambatan, maka secara tidak langsung dan/atau tidak langsung



akan



berdampak pada komponen lain dan tentu saja akan mempengaruhi



kualitas



sekolah/pendidikan



pada



umumnya. Karena itu setiap manajer diharapkan memahami dan mempraktikkan ketuju hal tersebut sekaligus



menjadi



acuan



utama



bagi



setiap



manajer/kepala sekolah B. Manajemen Komponen Sekolah 1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran Kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan setiap hari sangatlah penting bagi mansia. Kurikulum menjadi inti bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh



kegiatan



pendidikan.



Karena



itu



dalam



penyusunan kurikulum membutuhkan landasan yang kuat, yang didasari pada hasil penelitian dan pemikiran yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal yaitu kegagalan proses dan hasil pendidikan. MANAJEMEN PENDIDIKAN 82



82



Dikenal dua jenis kurikulum di Indonesia, yaitu Kurikulum Nasional (Kurnas) dan kurikulum muatan lokal (Kurlok). Kurikulum nasional merupakan standar nasional



yang



dikembangkan



oleh



Departemen



Pendidikan Nasional (Depdiknas). Sedangkan kurikulum muatan lokal merupakan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang disusun oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan atau Kabupaten



/



Kota



dan



pengembangan



dan



implementasinya pada satuan pendidikan. Kurikulum



yang



digunakan



di



kelas



dapat



disesuaikan (dimodifikasi) sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa. Modifikasi dapat dilakukan dengan cara: modifikasi alokasi waktu, proses



pembelajaran,



sarana-prasarana,



isi/materi, lingkungan



belajar, dan pengelolaan kelas. Selain mempertimbagkan kemampuan awal dan karakteristik siswa, juga dalam pengembanganya perlu memperhatikan kondisi dan keadaan lingkungan satuan pendidikan. Sumber daya yang ada dalam satuan pendidikan dapat dimanfaatkan dalam menyusun dan melaksankan kurikulum. MANAJEMEN PENDIDIKAN



83 83



Tata kelola kurikulum (program pengajaran) sekolah antara lain meliputi: (1) modifikasi kurikulum nasional sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa; (2) menjabarkan kalender pendidikan; (3) menyusun jadwal pelajaran dan pembagian tugas mengajar; (4) mengatur pelaksanaan penyusunan program pengajaran persemester



dan



persiapan



pelaksanaan



penyusunan



pelajaran;



program



(5)mengatur



kurikuler



dan



ekstrakurikuler; (6) mengatur pelaksanaan penilaian; (7) mengatur pelaksanaan kenaikan kelas; (8) membuat laporan kemajuan belajar siswa; dan (9) mengatur usaha perbaikan dan pengayaan pengajaran. 2. Manajemen Tenaga Kependidikan/Pegawai Manajemen



tenaga



kependidikan/pegawai



merupakan salah satu bentuk pengelolaan manusia yang bekerja



di



suatu



sekolah



secara



efektif



untuk



menghasilkan sebuah tatanan sistem atau proses pendidikan



yang



baik.



Karena



itu



dibutuhkan



pengetahuan bagaimana mengelola SDM yang ada dalam organisasi pendidikan. MANAJEMEN PENDIDIKAN 84



84



Manajemen tenaga kependidikan/pegawai di sekolah bertujuan



untuk



mendayagunakan



tenaga-tenaga



kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal. Beberapa tujuan pengelolaan SDM, yaitu:



sumber



(1)



Untuk mengembangkan efektivitas kerja



daya



Memperbaiki



manusia di kualitas



dalam



tenaga



organisasi,



kerja dalam



(2) suatu



organisasi sehingga dapat memberikan kontribusi lebih kepada organisasi, (3) Memberikan aturan kerja yang efektif dengan produktivitas tinggi kepada organisasi, (4) Untuk menyeimbangkan antara tujuan masing-masing individu dan menyelaraskan nya hingga mampu bergerak dalam irama yang sama demi mencapai tujuan bersama yaitu tujuan perusahaan, dan (5) Untuk membantu para manajer fungsional dan manajer lini dalam mengelola seluruh tenaga kerja atau karyawan selaku sumber daya manusia dengan cara yang lebih efektif. 3. Manajemen Kesiswaan Kepala sekolah mempunyai peran yang signifikan dan sangat mendasar terkait dengan tata kelola kesiswaan sejak perekrutan/penerimaan siswa baru, MANAJEMEN PENDIDIKAN



85 85



pembinaan siswa, atau pengembangan diri sampai dengan proses kelulusan. Semua kegiatan pendidikan, baik berkenaan dengan manajemen akademik, layanan pendukung akademik, sumber daya manusia dan keuangan, sarana prasaran, dan hubungan sekolah dengan masyarakat diupayakan agar siswa mendapat layanan pendidikan yang optimal. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lencar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan minimal memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan



siswa



baru,



pengelolaan



pembelajaran, dan pembinaan kesiswaan.



proses Bidang-



bidang tersebut ditindaklanjuti dengan tata kelola kesiswaan seperti penerimaan siswa baru; program bimbingan dan konseling; pengelompokan belajar siswa berdasarkan kegiatan pemintan; kehadiran siswa; mutasi siswa; papan statistik siswa; buku induk siswa. Penerimaaan siswa baru yang mengacu pada sistem zona saat ini banyak diperbincangkan masyarakat luas MANAJEMEN PENDIDIKAN 86



86



Sistem zona yang mulai diterapkan sejak Tahun Ajaran 2018//2019 ini banyak menuai pro dan kontra karena dinilai membatasi siswa dengan nilai yang tinggi untuk mendapatkan sekolah favorit. Di sisi lain, pemerintah dalam hal ini Kemendikbud merancang kebijakan ini untuk



menciptakan



pemerataan



pendidikan



dan



meniadakan konsep sekolah favorit. Oleh karena itu selain



memperhatikan



sistem



zonasi,



juga



perlu



menerapakan Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 Pasal 14 ayat 2 dan 3. Pada ayat 2 dikatakan bahwa Seleksi calon peserta didik baru kelas 10 (sepuluh) SMK atau bentuk lain yang sederajat mempertimbangkan kriteria dengan urutan prioritas sesuai dengan daya tampung berdasarkan ketentuan rombongan belajar yaitu (1) SHUN SMP atau bentuk lain yang sederajat dan (2) prestasi di bidang akademik dan non-akademik yang diakui Sekolah. Khusus calon peserta didik pada SMK atau bentuk lain



yang



sederajat,



selain



mengikuti



seleksi



sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekolah dapat melakukan seleksi bakat dan minat sesuai dengan bidang keahlian/program keahlian/kompetensi keahlian yang MANAJEMEN PENDIDIKAN



87 87



dipilihnya dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan Sekolah dan institusi pasangan/asosiasi profesi. Berkaitan dengan hal tersebut, sekolah/madrasah dapat bekerjasama dengan pihak profesional, seperti psikolog dan/atau konselor pada lembaga PT atau lembaga lainya yang memiliki legalitas. Guru bimbingan & konseling



di sekolah/madrasah dapat bekerjasama



dengan pihak profesional dimaksud untuk program penerimaan siswa baru dan dalam program peminatan kurikulum 2013. 4. Manajemen Pembiayaan Pendidikan Manajemen



pembiayaan



pendidikan



adalah



manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan, yang meliputi sumber pendapatan dan pengunaan dana pendidikan. Manajemen keuangan merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan pencatatan,



keuangan



perencanaan,



yang



meliputi



pelaksanaan,



pertanggungjawaban, dan pelaporan. Referensi lain istilah yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan pendidikan juga dikenal dengan administrasi biaya pendidikan yang diartikan dengan MANAJEMEN PENDIDIKAN 88



88



seluruh



proses



kegiatan



yang



direncanakan



dan



dilaksanakan secara sengaja dan dijalankan secara kontinu terhadap biaya (dana) operasional sekolah. Dalam



hal



ini



pelaksanaannya



dapat proses



dijelaskan



bahwa



manajemen



dalam



pendanaan



pendidikan meliputi segenap kegiatan yang berkenaan dengan



penataan



(pengelolaan)



sumber



dana,



penggunaan dana serta mencakup pertanggungjawaban penggunaan dana pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan. Hal



yang perlu diperhatikan dalam kegiatan



(tahapan) yang ada dalam administrasi pembiayaan yaitu:



1) perencanaan



anggaran



(budgeting),



yaitu



kegiatan mengkoordinir semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematik, 2) pelaksanaan (implenmentation involves accounting), yaitu kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat, 3) evaluasi atau pertanggungjawaban (auditing), yaitu proses penilaian terhadap pencapaian tujuan. Secara umum kegiatan yang ada dalam manajemen pembiayaan pendidikan meliputi: penyusunan anggaran, MANAJEMEN PENDIDIKAN



89 89



pembiayaan, pemeriksaan, atau dengan kata lain bisa ditegaskan bahwa manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah



mulai



dari



perencanaan,



pembukuan,



pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah. Hal ini perlu dilakukan agar prosesnya berjalan secara efektif dan terhindar dari berbagai penyalah gunaan yang berdampak pada terhambatnya proses pendidikan dan tujuan pendidikan tidak dapat diwujudkan secara maksimal. Pembahasan masalah pembiayaan pendidikan secara umum mencakup konsep dasar pembiayaan pendidikan, prinsip-prinsip



pengelolaan



keuangan



penganggaran



(penyusunan



aggaran)



pendidikan, dan



fungsi



penganggaran. Secara lebih rinci bisa dijelaskan sebagai berikut: a. Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan Menurut teori human capital, SDM merupakan komponen terpenting dalam rangka merencanakan dan melaksanakan pembangunan di setiap Negara. Sumber daya manusia tidak semata-mata dianggap sebagai faktor produksi melainkan penggerak sistem produksi secara MANAJEMEN PENDIDIKAN 90



90



menyeluruh.



Investasi



di



bidang



SDM



sangat



menentukan bagi keberlangsungan dan keberlanjutan rencana pembangunan suatu negara. Hal ini juga berlaku dalam upaya menjalankan dan mencapai tujuan suatu lembaga pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan anggaran atau pembiayaan untuk pendidikan, hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa anggaran pendidikan merupakan salah satu elemen penting untuk menunjang jalannya seluruh pelaksanaan pendidikan. Atas



dasar



mewujudkan menunjang



pemikiran



pembiayaan tercapainya



di



atas,



pendidikan tujuan



maka yang



pendidikan



untuk bisa yaitu



meningkatkan mutu SDM maka pembiayaan pendidikan itu harus dimanage sebaik mungkin. Dengan kata lain bisa ditegaskan bahwa, supaya berhasil manajemen pembiayaan pendidikan itu harus dijalankan secara efektif



yaitu



perencanaan,



dengan



menjalankan



pelaksanaan



fungsi-fungsi



dan



pengawasan



dalam



manajemen



(pertanggungjawaban). Jadi,



secara



konseptual,



pendanaan pendidikan langkah yang harus ditempuh adalah sama dengan manajemen secara umum yaitu MANAJEMEN PENDIDIKAN



91 91



membuat perencanaan penganggaran dana pendidikan, menjalankan setiap program yang telah direncanakan, serta



mengawasi



pelaksanaan



setiap



program



penganggaran yang telah direncanakan, sehingga bisa dipertanggung penggunaan



jawabkan anggaran



dengan pendidikan



penyelewengan-penyelewengan tercapainya



tujuan



pendidikan



baik



sehingga



terhindar



yang itu



dari



menghambat sendiri



yaitu



meningkatkan SDM. b. Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Pendidikan Dalam manajemen dana (keuangan) pendidikan, agar penggunaan anggaran bisa berjalan secara efektif maka harus didasarkan pada prinsip-prinsip umum pengelolaan keuangan sebagai berikut: 1) hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan, 2) terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/ kegiatan, 3)terbuka dan transparan, dalam pengertian dari dan untuk apa keuangan lembaga tersebut perlu dicatat dan dipertanggung jawabkan serta disertai buktinya. Secara



umum



kesemua



prinsip



penggunaan



anggaran dan keuangan pendidikan tidak terlepas dari MANAJEMEN PENDIDIKAN 92



92



terbatasnya anggaran pendidikan itu sendiri, sehingga dalam penggunaannya harus dikelola seefektif dan seefesien mungkin, dengan kata lain dengan anggaran yang ada harus diupayakan untuk bisa mencapai tujuan pendidikan secara maksimal. c. Penganggaran (Penyusunan Aggaran) Penganggaran



merupakan



proses



penyusunan



anggaran. Penganggaran merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk uang yang berguna sebagai acuan (pedoman) dalam jalannya proses kegiatan suatu lembaga dalam jangka waktu (periode) tertentu. Oleh karena itu, dalam anggaran tergambar kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga. Penyusunan anggaran merupakan langkah-langkah positif yang sangat fundamental untuk merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi, dalam konteks pendanaan pendidikan maka melibatkan pimpinan satuan pendidikan itu sendiri yaitu kepala sekolah dan jajarannya.



Pada



dasarnya,



penyusunan



anggaran



merupakan negosiasi atau musyawarah antara pimpinan MANAJEMEN PENDIDIKAN



93 93



dengan bawahannya dalam menentukan besarnya alokasi biaya suatu penganggaran. Sebagai organisasi sektor public, maka penyusunan anggaran (pendanaan) pendidikan mempunyai fungsi lebih dari sekedar acuan pengalokasian dana, tetapi lebih daripada itu juga berfungsi sebagai bentuk akuntabilitas atas penggunaan dana publik yang dikelolanya. Hasil akhir



dari



suatu



musyawarah



tentang



rencana



penganggaran tersebut merupakan suatu pernyataan tentang (rencana) pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan dari setiap sumber dana. d. Fungsi Penganggaran Selain



sebagai



alat



untuk



perencanaan



dan



pengendalian, penganggaran juga merupakan alat bantu bagi manajemen dalam mengarahkan suatu lembaga menempatkan organisasi dalam posisi yang kuat atau lemah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa anggaran juga dapat berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Secara lebih rinci mengenai fungsi penganggaran dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut: MANAJEMEN PENDIDIKAN 94



94



1. Perencanaan. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan, sehingga dengan fungsi ini lembaga bisa mengetahui arah kebijakan yang akan dilaksanakan. Dimana semua kebijakan yang akan dilaksanakan sesuai dengan ketersediaan dana yang telah dianggarkan. 2. Pengendalian. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian, artinya dengan adanya perencanaan penganggaran maka lembaga dapat menghindari pengeluaran



yang



berlebihan



atau



adanya



pengunaan anggaran yang tidak proporsional yaitu tidak tepat guna dan tidak semestinya, sehingga merugikan proses pendidikan itu sendiri. 3. Alat koordinasi dan komunikasi. Selain kedua fungsi di atas, anggaran juga berfungsi sebagai alat



koordinasi



anggaran



yang



artinya



dengan



komperhensif



dokumen



maka



setiap



lembaga bisa mendeteksi dan mengkoordinir tugas apa saja yang harus dijalankan oleh unitunit (bagian) lainnya. 4. Sebagai alat penilain kinerja. Artinya anggaran bisa dijadikan sebagai barometer apakan suatu MANAJEMEN PENDIDIKAN



95 95



unit (bagian) telah bekerja sesuai dengan target atau tidak, hal ini dikarenakan dalam penyusunan perencanaan program kerja telah disesuaikan antara program yang dirancang dengan dana yang dibutuhkan, sehingga efektif atau tidaknya pelaksanaan program tersebut bisa diukur dari pemanfaatan dana. 5. Sebagai alat motivasi. Fungsi motivasi ini akan berfungsi



jika



anggaran



memenuhi



sifat



menantang tapi masih realistis (mungkin) untuk dipenuhi. Artinya suatu anggaran itu hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga sulit untuk dipenuhi, akan tetapi juga jangan terlalu rendah sehingga menjadi tidak menantang. e. Bentuk-Bentuk Pendanaan Biaya Pendidikan adalah semua pengeluaran yang memiliki kaitan langsung dengan penyelenggaraan pendidikan. Biaya pendidikan merupakan sumber daya yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Biaya pendidikan terdiri dari semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan MANAJEMEN PENDIDIKAN 96



96



baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang) Biaya pendidikan meliputi biaya investasi, biaya operasional, dan biaya personal. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia serta modal kerja tetap. Biaya operasioanal



meliputi



gaji



pendidik



dan



tenaga



kependidikan, serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai serta biaya pendidikan tak langsung berupa air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur dan sebagainya. Selain itu juga ada biaya personal yang mencakup pembiayaan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk dapat mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dipaparkan jenisjenis



pendanaan



berdasarkan



sifatnya



dapat



diklasifikasikan menjadi dua, antara lain: 1) Pendanaan yang bersifat rutin, yaitu pendanaan yang dilakukan oleh sekolah sebagai lembaga yang dilakukan secara rutin dalam target atau periode waktu tertentu, misalnya pengeluaran MANAJEMEN PENDIDIKAN



97 97



pelaksanaan proses belajar mengajar, pengeluaran tata usaha sekolah, pendanaan untuk pemeliharaan



sarana/prasarana



sekolah,



pendanaan untuk menunjang kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya, administrasi, dan lain-lain. 2) Pendanaan yang bersifat tidak rutin, yaitu pendanaan yang dilakukan oleh sekolah hanya pada waktu tertentu tergantung kebutuhan dan tidak terjadwal secara periodik sebagaiman pendanaan



rutin,



misalnya:



pembangunan



gedung, pagar, lapangan dan lain-lain. f. Sistem Pertanggungjawaban Dalam sistem manajemen keuangan (pendanaan), pertanggungjawaban merupakan salah satu kegiatan sangat vital hal ini merupakan bentuk akuntabilitasi pengelolaan keuangan suatu lembaga, hal ini juga berlaku dalam konteks manajemen keuangan pendidikan. Sekolah yang merupakan lembaga pendidikan, dalam manajemen keuangannya juga diadakan pertanggung jawaban, hal ini sesuai dengan prinsip dasarnya yaitu sekolah



merupakan



lembaga



sektor



publik



MANAJEMEN PENDIDIKAN 98



yang 98



pengelolaan keuangannya harus dipertanggungjawabkan seakuntabel mungkin kepada publik. Implementasi pertanggungjawaban



dalam



manajemen



sekolah



dilakukan setiap akhir tahun anggaran. Pertanggung jawaban ini dilakukan dalam rapat dewan sekolah, yang diikuti oleh pemangku kepentingan



pendidikan yang



meliputi komponen sekolah, komponen masyarakat dan pemerintah daerah yang terkait. 5. Manajemen Sarana dan Prasaran Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen penting yang harus terpenuhi dalam menunjang sistem pendidikan. Menurut Ketentuan Umum Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007, sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindahpindah, sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan



fungsi



sekolah/madrasah.



Sarana



pendidikan antara lain gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat media pembelajaran. Sedangkan yang termasuk prasarana seperti halaman, taman, lapangan, jalan menuju sekolah. MANAJEMEN PENDIDIKAN



99 99



Menurut Asmani (2012:15), manajemen sarana dan prasarana adalah manajemen sarana sekolah dan sarana bagi pembelajaran, yang meliputi ketersediaan dan pemanfaatan sumber belajar bagi guru, siswa serta penataan ruangan-ruangan yang dimiliki. Manajemen



sarana



dan



prasarana



pendidikan



bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, inventarisasi dan penghapusan serta penataan ( Mulyasa, 2011). Manajemen sarana



dan prasarana



yang baik



diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, dan



indah



sehingga



menciptakan



kondisi



yang



menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara



kuantitatif,



kualitatif



dan



relevan



dengan



kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun peserta didik MANAJEMEN PENDIDIKAN 100



100



sebagai pelajar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan persyaratan pengadaan sarana dan prasarana dengan membuat daftar prioritas keperluan pada setiap sekolah oleh tim dan tenaga kependidikan yang profesional pada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan melakukan “need assesment” sekolah. Perencanaan merupakan kegiatan analisis kebutuhan terhadap segala kebutuhan dan



perlengkapan yang



dibutuhkan sekolah untuk kegiatan pembelajaran peserta dan didik dan kegiatan penunjang lainnya. Kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan sekolah berlangsung. Kegiatan ini biasa dilakukan pada awal tahun pelajaran dan disempurnakan tiap triwulan atau tiap semester dengan melibatkan komunitas sekolah. 1) Prosedur



Perencanaan.



mengadakan



analisa



materi dan alat/media yang dibutuhkan ; Seleksi terhadap alat yang masih dapat dimanfaatkan; Mencari dan atau menetapkan dana; Menunjuk seseorang



yang



akan



diserahkan



untuk



mengadakan alat dengan pertimbangan keahlian dan kejujuran. MANAJEMEN PENDIDIKAN



101 101



2) Hal-hal



yang



harus



diperhatikan



dalam



perencanaan sarana dan prasarana pendidikan. Perencanaan pengadaan barang harus dipandang sebagai bagian integral dari usaha kualitas sekolah. 6. Manajemen



Hubungan



Sekolah



dengan



Masyarakat a. Pentingnya kerja sama Pada hakikatnya



kerjasama adalah suatu bentuk



interaksi social yang ditandai dengan berbagai kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dalam mencapai tujuan bersama. Sekolah dan orangtua/masyarakat memiliki berbagai kepentingan yang sama dalam pembangunan pendidikan. Karena itu mereka perlu menyatukan persepsi tentang kepentingan anak-anak di sekolah. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati masyarakat pada umumnya serta dari publiknya, MANAJEMEN PENDIDIKAN 102



102



pada khususnya sehingga kegiatan operasional sekolah/ pendidikan semakin efektif dan efisen, demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pada hakikatnya sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, khususnya masyarakat publiknya, seperti para orangtua murid/anggota Komite Sekolah (dahulu dikenal BP3), dan atasan langsungnya. Demikian pula hasil pendidikan pelaksanaan sekolah akan menjadi harapan bahkan dambaan masyarakatnya, maka kegiatan-kegiatan sekolah juga harus terpadu dengan derap masyarakatnya. Sekolah juga menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, orangtua, dan masyarakat. Syaukani (2002) mengatakan bahwa seharusnya antara sekolah dan orangtua memiliki titik singgung dalam berbagai peran pendidikan. Kelemahan sekolah harus



ditutupi



keluarga.



Begitu



juga



sebaliknya



kegagalan lingkungan keluaraga dalam pembangunan pendidikan harus ditutupi oleh keberhasilan pendidikan di sekolah. Dengan demikian seperti yang dikatakan Arief (2002) bahwa sekolah dan orangtua mempunyai hubungan yang sinergis yang saling bekerja sama dan MANAJEMEN PENDIDIKAN



103 103



saling



mendukung.



Orangtua



dan



sekolah



perlu



menentukan arah pendidikan bagi anak/murid dan kemudian memikirkan bagaimana mencapai tujuan. Alasan yang sangat mendasar dikemukakan Sallis (1993) bahwa ada tiga pelanggan pendidikan, yaitu murid sebagai pelanggan utama (primary customers), orangtua



sebagai



pelanggan



sekunder



(secondary



customers), dan masyarakat sebagai pelanggan tersier (tertiary customers). Dari ketiga kelompok pengguna jasa pendidikan tersebut, Sherry dan Henrqess (1991) lebih menegaskan bahwa



orangtua dan masyarkat



merupakan kelompok kunci pemakai produk sekolah. Jika demikian halnya maka tidak salah kalau orangtua dan



masyarakat



dengan



segala



sumber



dayanya



dilibatkan secara aktif dalam pembangunan pendidikan Selain alasan tersebut di atas, juga



alasan



berdasarkan hasil kajian empirik seperti yang dilakukan Ann Henderson (Betty 2001) menyimpulkan bahwa: (1) program pendidikan dirancang dengan melibatkan orangtua, menghasilkan siswa dengan kemampuan yang lebih baik dari sekolah tanpa bimbingan orangtua, (2) sekolah



yang



memiliki



hubungan



baik



MANAJEMEN PENDIDIKAN 104



dengan 104



masyarakat, mempunyai siswa yang lebih baik daripada sekolah yang terpisah dengan masyarakat, (3) siswa yang dibimbing oleh orangtua dalam belajar dan orangtua tetap berkoordinasi dengan sekolah ternyata berprestasi lebih baik. Hasil



penelitian di



atas menunjukkan



bahwa



pelibatan orangtua dalam berbagai program sekolah, orangtua membimbing anaknya, serta relasi dengan orangtua murid itu baik, maka ada kecenderungan hasil belajar lebih baik. Temuan lain memperkuat riset di atas dikemukakan



oleh



Danzberger



dan



Funth



(Wohjosumidjo, 1999) bahwa kemitraan antara sekolah dengan masyarakat akan memperbaiki keefektifan sekolah dan memberikan kontribusi terhadap kualitas kehidupan di dalam masyarakat keseluruhan. Jika hasil riset mengatakan seperti itu, lalu apa yang menjadi faktor penyebab kurangnya peranserta masyarakat dalam pembangunan pendidikan ? a. Faktor Penyebab Kurangnya Peranserta Masyarakat Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa ada kesenjangan antara sekolah dan maysrakat dalam pembangunan pendidikan. Kesenjangan itu terjadi MANAJEMEN PENDIDIKAN



105 105



karena dengan berbagai alasan, yaitu karena kurangnya perhatian komponen sekolah dan masyarakat terhadap pendidikan lebih disebabkan oleh sejumlah factor, antara lain



dikemukakan



Arthana,



dkk;



(1999)



bahwa



kurangnya peranserta masyarakat terhadap pendidikan di sekolah lebih disebabkan karena perbedaan kepentingan. Samani



(1996)



mengatakan



bahwa



sebenarnya



orangtua/BP3 region Surabaya ingin sekali berperan, tetapi tidak tahu bagaimana jalannnya. Sementara pihak sekolah takut menyampaiakan konsep proses pendidikan. Pidarta (1999) juga mengatakan sama dengan yang disebutkan di atas bahwa penyebab kurangnya peranserta orangtua dan masyarakat,



yaitu mungkin



karena



kesadaran akan keikutsertaannya terhadap pendidikan di sekolah masih kurang. Atau dapat saja karena keadaan sosial ekonomi mereka masih memprihatinkan, dan atau pihak



sekolah



belum



ada



keberanian



untuk



mempeloporinya. Pandangan tokoh ini mencermati tiga peyebab masyarakat kurang mendukung, yaitu karena masyarakat kurang sadar akan tanggungjawabnya, mungkin masalah sosial ekonomi masyarakat yang belum sejahtera dan keterbatasan kemampuan sekolah MANAJEMEN PENDIDIKAN 106



106



dalam menggalang kerja sama dengan masyarakat. Lebih lanjut Supriono dan Sapari (2001) juga mengatakan bahwa peyebab minimnya partisipasi masyarakat di sekolah karena kepala sekolah kurang peka terhadap keadaan masyarakat di sekolah. Sisi lain alasan-alasan di atas juga karena mungkin pendekatan yang digunakan kepala sekolah belum efektif sehingga masyarakat belum maksimal dalam memajukan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah mestinya mengenal secara dekat lingkungan terdekat sekolah. Dengan begitu ia mengetahui sumber-sumber yang dapat digarap untuk menggalang kerja sama. Dalam kaitan itu kepala sekolah perlu melakukan berbagai cara dan pendekatan baik secara individu (kontak personal) mapupun kontak kelompok atau melembaga. Mencermati beberapa hasil kajian empirik tersebut di atas, maka



dapat digarisbawahi bahwa penyebab



kurangnya peranserta masyarakat di sekolah, antara lain : (1) karena danya perbedaan kepentingan, (2) sekolah kurang berani menyampaikan konsep proses pendidikan, (3) kesadaran akan keikutsertaan masyarakat masih kurang, (4) keadaan sosial ekonomi masyarakat masih MANAJEMEN PENDIDIKAN



107 107



memprihatinkan, (5) sekolah belum ada keberanian untuk memulai atau mempelopori kerja sama, (6) kepala sekolah kurang peka terhadap keadaan masyarakat di sekitar sekolah, (7) pendekatan yang digunakan sekolah masih kurang efektif C. Cara Kerja Sama Sekolah dengan Mayarakat Dalam upaya menggalang kerjasama sekolah dengan masyarakat dalam pembangunan pendidikan diperlukan berbagai cara. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (1999) memberi petunjuk bagaimana sekolah menjalin kerjasama dengan masyarakat, yaitu: (1) melakukan komunikasi secara intensif, (2) melibatkan orangtua sebagai sponsor/panitia kegiatan sekolah, (3) libatkan orangtua untuk mengambil keputusan, (4) mendorong guru untuk melibatkan orangtua menunjang keberhasilan siswa. Sekolah jika memperhatikan berbagai petunjuk tersebut di atas, maka akan terlihat dinamika hubungan yang kondusif antara



sekolah dengan



masyarakat,



antara lain (1) pada saat penerimaan murid baru, sekolah dapat mengirim ucapan selamat bergabung dengan sekolah dan komite sekolah, (2) memperkenalkan MANAJEMEN PENDIDIKAN 108



108



keberadaan sekolah dan kegiatannya, (3) mengadakan rapat pada tingkat kelas, (4) kirimkan berita sekolah secara periodik, (5) bagikan daftar personal sekolah secara lengkap, (6) mengundang orangtua jika anaknya berprestasi terlebih anak yang berkesulitan belajar, dan (7) melakukan kunjungan rumah. Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, Collins (1992) juga mengemukakan beberapa saran antara lain; (1) jalinlah jalur hubungan komunikasi yang terbuka dengan orangtua, (2) hindarkan menghubungi orangtua hanya dengan berita-berita “buruk”, tetapi biarkan mereka tahu beberapa hal yang “baik”, mengenai anak mereka, (3) jika sekolah melihat timbulnya masalah, jangan takut untuk memberitahukan orangtua, (4) dalam membahas masalah perilaku atau kepribadian dengan orangtua, bersikap “ bijaksana”, (5) ajaklah orangtua ikutserta



dalam



mengubah



perilaku



anak



secara



keseluruhan. Cara kerja sama sekolah dengan masyakat selain disebutkan di atas, juga dapat mengembangkan cara-cara lain,



seperti



konsultasi,



ceramah,



bazar,



saling



berkunjung. Semua pesan/informasi dapat disampaiakan MANAJEMEN PENDIDIKAN



109 109



melalui cara di atas, dari sekolah ke orangtua/masyarakat atau sebaliknya dari orangtua/masyarakat ke sekolah . Sekolah dapat



juga menggunakan jasa media massa



seperti radio, surat khabar, televisi, telepon, internet, dan atau sejenisnya. Saluran/media komunikasi ini dapat dimanfaatkan oleh sekolah dengan masyarakat dalam mengalang



berbagai



bidang



kerjasama



untuk



melaksanakan sejumlah kegiatan di sekolah dan di masyarakat. Media komunikasi apa yang digunakan, sangat tergantung dari sifat dan karakteristik kebutuhan. Hal



yang



perlu



diperhatikan



oleh



sekolah



dan



masyarakat adalah memilih dan menggunakan media tersebut secara efektif dan efisien. d. Bidang-Bidang Kerja Sama antara Sekolah dengan Masyarakat Membangun pendidikan di sekolah tidak terbatas pada bidang-bidang tertentu saja seperti hanya pada masalah pembiayaan yang telah disinggung sebelumnya, tetapi sekolah dan masyarakat dapat mengembangkan bidang yang lain seperti bidang pendidikan dan moral, pengembangan bakat/keterampilan, bidang pengajaran, MANAJEMEN PENDIDIKAN 110



110



pendidikan anak berkebutuhan khusus, muatan lokal, dan dalam bidang control/kepengawasan. Dalam bidang pendidikan moral/mental, sekolah dapat bekerjasama dengan oraganisasi keagamaan di masyarakat dalam upaya mencegah dan membina moral/mental anak-anak di sekolah. Demikian juga bidang pengembangan bakat/keterampilan, sekolah dapat saja bekerja sama dengan organisasi kemasyarakatan atau kontak personal anggota masyarakat yang memiliki keterampilan pada bidang tertentu. Dalam bidang pengajaran, sekolah dapat saja bekerja sama dengan kelompok ahli/kelompok professional yang ada di masyarakat untuk membantu dan menjalin kerja sama dalam mengajarkan bidang tertentu yang menjadi kelemahan sekolah dan atau kelemahan masyarakat. Dalam bidang anak berkebutuhan khusus, sekolah dapat saja mengajak organisasi dan kontak personal yang berwenang dan memiliki keahlian dalam bidang anak berkebutuhan



khusus



ini.



Sekolah



dapat



mengalitangankan kasus tertentu kepada pihak yang ahli dalam bidang tertentu. Dalam pengembangan muatan lokal, sekolah dapat saja bekerjasama dengan dengan MANAJEMEN PENDIDIKAN



111 111



anggota/tokoh



masyarakat



dalam



memilih



dan



menetapkan muatan lokal yang perlu dikembangkan di daerah/sekolah. Pemilihan jenis muatan lokal secara tepat (peluang, potensi, dan arah kebijakan daerah) akan memberi kontribusi bagi pembangunan pada umumnya dan pembangunan pendidikan Bidang



di sekolah pada khsusnya.



control/pengawsan,



sekolah



memberi



kepercayaan kepada masyarakat untuk mengontrol dan mengawasi pendidikan di sekolah, mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Komite sekolah dan Dewan pendidikan mempunyai tanggng jawab untuk mengotrol pendidikan



di



tingkat



sekolah



dan



di



tingkat



Kabupaten/Kota Pembangunan pendidikan dapat dijalankan dengan baik, kalau konsep pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dikembangkan dalam berbagai program di sekolah, seperti dikatakan Mataputun (2019) bahwa ke depan



sekolah



dapat



mengembangkan



jenis-jenis



partisipasi masyarakat untuk menopang program sekolah yaitu: MANAJEMEN PENDIDIKAN 112



112



1. Melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatan di sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial, perpisahan siswa tamatan, peringatan hari besar nasional dan keagamaan, serta pentas seni. Pelibatan masyarakat disesuaiakan dengan hoby, kemampuan/kompetensi, dan jenis pekerjaan mereka selama ini. 2. Mengidentifikasi tokoh masyarakat. Orang-orang (tokoh) yang mampu mempengaruhi masyarakat pertama-tama dihubungi sekolah. Mereka mungkin berasal dari orangtua siswa, figur masyarakat, olahragawan, seniman, psikolog, dokter, pengusaha, akuntan, dan notaris. 3. Melibatkan



tokoh



masyarakat



dalam



berbagai



program sesuai bakat dan minat mereka, misalnya olahragawan dilibatkan dalam program pembinaan olah raga di sekolah. Dokter dilibatkan



dalam



membina UKS dan Palang Merah Remaja (PMR). Psikolog dan konselor dilibatkan dalam program pengembangan diri berupa pelayanan konseling dan penelusuran bakat dan minat atau dalam Kurikulum 2013 dikenal dengan program peminatan. MANAJEMEN PENDIDIKAN



113 113



4. Memilih



waktu



masyarakat



yang



sesuai



tepat



kondisi



untuk dan



melibatkan



perkembangan



masyarakat, misalnya pelibatan dokter dalam kegiatan imunisasi masal



atau program lain dibutuhkan



sekolah saat tertentu. e. Bentuk Kerja Sama Sekolah dengan Masyarakat Sebagai



wujud



kerja



sama



sekolah



dengan



masyarakat dalam pembangunan pendidikan, maka perlu dibentuk badan atau wadah untuk menampung dan mengontrol berbagai aspirasi dan aktivitas sekolah dan masyarakat dalam pembangunan pendidikan



baik di



tingkat sekolah maupun ditingkat Kabupaten/Kota. Dikatakan Mataputun (2018) bahwa kepala sekolah dapat berperan sebagai negosiator terhadap sejumlah program dan kegiatan di sekolah baik secara internal maupun eksternal, seperti kemampuan dalam mengatur segala sesuatu dengan orang lain terutama dengan staf sekolah dan mirta sekolah/komite sekolah dalam kaitanya dengan program rehabilitasi ruang kelas, bekerjasama dengan Dinas Pertanian/Holtikultura dalam upaya penataan kerindangan area/taman sekolah yang MANAJEMEN PENDIDIKAN 114



114



menyejukkan



sekaligus



dalam



rangka



edukasi



pelestarian lingkungan di sekitar sekolah dalam program adiwiyata Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Sifat



kerjasama/hubungan



sekolah



dengan



masyarakat merupakan hubungan timbal balik yang menghasilkan manfaat bagi kedua belah pihak, bersifat sukarela berdasarkan prinsip bahwa sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan (integral) dari masyarakat, kontinu/ berkesinambungan antara sekolah dengan masyarakat, dan hubungan keluar kampus atau “external public relation” guna menambah simpati masyarakat tehadap sekolah. Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 pada pasal 2 dikatakan



bahwa



komite



sekolah



dalam



rangka



melaksanakan fungsi secara gotong-royong, demokratis, mandiri, profesional, dan akuntabel, komite sekolah bertugas sebagai berikut. a. Memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan



kebijakan dan



program



pendidikan Sekolah;



terkait: 2)



1)



Rencana



Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RAPBS/RKAS); 3) MANAJEMEN PENDIDIKAN



115 115



kriteria



kinerja



Sekolah;



4)



kriteria



fasilitas



pendidikan di Sekolah; dan 5) kriteria kerjasama Sekolah dengan pihak lain. b. Menggalang dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat baik perorangan/ organisasi/ dunia



usaha/dunia



industri



maupun



pemangku



kepentingan lainnya melalui upaya kreatif dan inovatif; c. Mengawasi pelayanan pendidikan di Sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan d. Menindaklanjuti keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari peserta didik, orangtua/wali, dan masyarakat serta hasil pengamatan Komite Sekolah atas kinerja Sekolah. Tujuan umum pembentukan komite sekolah adalah untuk membentuk suatu organisasi dalam masyarakat di sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta kepedulian terhadap peningkatan kuliatas sekolah. Sedangkan tujuan khusus pembentukan komite sekolah, yaitu ; (1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa



masyarakat



operasional



dan



dalam



program



melahirkan pendidikan



kebijakan dui



MANAJEMEN PENDIDIKAN 116



satuan 116



pendidikan,



(2)



meningkatkan



peranserta



masyarakat



tanggugjawab



dalam



dan



penyelenggaraan



pendidikan di satuan pendidikan, (3) menciptakan suasana



dan



demiokratis



kondisi dalam



transparan,



peyelenggaraan



akuntabel, dan



dan



pelayanan



pendidikan yang bermutu pada satuan pendidikan Selain komite sekolah, juga dapat dikembangkan wadah/organisasi lainnya yang dipandang perlu demi kemajuan



sekolah,



seperti



kepramukaan,



panitia



perpisahan murid, panitia pengembangan sekolah, grup drum band, sanggar seni, persatuan sepak bola, persatuan bela diri, dan yang sejenisnya. Hasil studi Pidarta (1995) di Australia khususnya di negara bagian Victoria, di sana ada wadah asosiasi orangtua murid di SD. Wadah ini bertanggungjawab untuk menangani kantin, pakaian seragam, kegiatan pencarian dana, dan kegiatan lain yang ada di luar sekolah. Demikian juga panitia perpisahan murid, sekolah melibatkan wakil orangtua murid SMP, dari kelas satu sampai kelas tiga yang baru saja tamat. Mereka akan membantu sekolah dalam membuat MANAJEMEN PENDIDIKAN



117 117



rancangan kegiatan, penggalangan dana dan kebutuhan lainnya yang diperlukan dalam kegiatan tertentu. Wadah-wadah tersebut di atas



akan memberi



kontribusi di sekolah, untuk kepentingan pemberian pengajaran,



pengembangan



muatan



lokal



dan



pengembangan diri bagik melalui kegiatan pelayanan bimbingan



dan



konseling



maupun



kegiatan



ektrakurikuler. Kehadiran Dewan Pendidikan di kabupaten/kota , diharapkan akan berfungsi antara lain : (1) untuk mendorong



tumbuhnya



perhatian



dan



komitmen



masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, (2) melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi)



pemerintah,



dan



DPRD,



berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan bermutu, dan (3)



menampung dan menganalisis aspirasi, ide,



tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat f. Implikasi Pengembangan Kerja Sama Sekolah dengan Masyarakat Bertolak dari apa yang telah dibahas dalam bagian sebelumnya, maka terlihat beberapa karakteristik utama, MANAJEMEN PENDIDIKAN 118



118



yang



perlu



pengelolaan



diperhatikan sekolah



berbagai



berbasis



pihak



asrama,



dalam seperti



dikemukakan Mataputun, (2007), berikut ini. Pertama: komponen sekolah (kepala sekolah dan guru-guru) sebagai pelopor utama penggerak kerja sama. Mereka akan menghubungi, mengajak, dan akan menyakinkan



masyarakat



terlebih



orangtua



murid



tentang tanggungjawab bersama dalam pembangunan pendidikan. Sekolah memberikan informasi seluasluasnya tentang program sekolah, perkembangannya serta pembangunan yang sedang dan yang akan dihadapi di sekolah. Sekolah menyakinkan masyarakat bahwa sekolah adalah milik masyarakat dan akan memberi manfaat bagi kepentingan masyarakat umumnya. Sekolah yang maju akan



berkolerasi



bagi



terciptanya



keadaan



dan



kenyamanan masyarakat dalam pembangunan Simpati yang diharapkan dari publiknya akan menambah animo masyarakat terhadap sekolah tersebut, yang berarti menambah masukan yang sangat berharga. Maka segala daya upaya untuk menambah simpati harus terus dilancarkan dengan meningkatkan layanannya MANAJEMEN PENDIDIKAN



119 119



kepada



masyarakat,



unggulannya



serta



menampilkan prestasi



yang



produk-produk menonjol



yang



berakibat baik harus dimanfaatkan untuk usaha-usaha diatas, seperti acara tutup tahun yang diikuti dengan bazaar



yang



menampilkan



serta



memperkenalkan



prestasi-prestasi sekolah, hasil pekerjaan serta kreasi para siswa, hasil penelitian, hasil kejuaraan keteladanan dan sebagainya. Kedua:



sejalan



dengan



karateristik



di



atas,



masyarakat dan orangtua murid dilibatkan dalam berbagai perumusan kebijakan pendidikan, mulai dari identifikasi kurikulum



kebutuhan yang



masyarakat,



mengakomodir



perumusan



kebutuhan



(need



assessment) masyarakat dan dalam proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas) Ketiga: untuk mengembangkan kerja sama serta mengawasi



proses/program



pendidikan



diperlukan



penyelenggara-penyelenggara kependidikan (administrator, guru, sumber daya pendukung lainnya termasuk yang berasal dari masyarakat) yang benar-benar handal, berdedikasi tinggi, inovatif serta kreatif. Dan untuk MANAJEMEN PENDIDIKAN 120



120



menanamkan kepercayaan kepada masyarakat, kepala sekolah hendak menerapkan manajemen terbuka bagi komponen sekolah/pemerintah, masyarakat dan amat penting lagi adalah orangtua murid Keempat:



agar



para



pengusaha



dan



anggota



masyarakat lainnya peduli dengan pendidikan, maka dalam menghadapi era yang mengglobal diperlukan Peraturan



Daerah



(PERDA).



perusahaan/lembaga mempunyai



dan



kewajiban



Dengan



anggota



membantu



begitu



masyarakat



sekolah



dalam



berbagai kepentingan. Pihak sekolah tidak segan-segan menghubungi dan mengajak pengguna jasa pendidikan apakah itu perorangan atau lembaga/oragnisasi/ institusi swasta maupun negeri untuk membantu sekolah/satuan pendidikan. Jika masyarakat dan sekolah bersinergis, maka situasi ini akan berdampak pada kualitas luaran suatu satuan pendidikan yang bermutu, yang pada akhirnya SDM yang bermutu akan semakin diminati oleh pengguna jasanya lembaga/organisasi/Intitusi. Kelima:



untuk



mewujudkan



apa



yang



telah



dikemukakan di atas, perlu dibentuk badan-badan di luar struktur



organisasi



formal



yang



mengikutsertakan



MANAJEMEN PENDIDIKAN



121 121



masyarakat



umumnya



dan



masyarakat



pemerhati



pendidikan pada khsusnya. Komite sekolah dan Dewan pendidikan sebagai organisasi perwakilan orangtua dan masyarakat di sekolah dan di tingkat Kabupaten/Kota perlu



dioptimalkan



perannya



dalam



membangun



pendidikan di sekolah. Dengan demikian sekolah tidak bekerja sendiri tetapi dapat bekerja sama dengan berbagai pihak terutama komite sekolah Dengan adanya hubungan-hubungan tersebut diatas dapatlah terjalin kreativitas serta dinamika kedua belah pihak yang inovatif. Selain itu dapat memadukan kehidupan



sekolah



dan



kehidupan



masyarakat.



Diharapkan perpaduan sekolah dan masyarakat akan memberi kontribusi terhadap kemajuan sekolah terutama pertumbuhan dan perkembagan peserta didik 7. Manjemen Layanan Khusus Sekolah Manajemen layanan khusus di suatu sekolah merupakan bagian penting dalam MBS yang efektif dan efisien. Sekolah merupakan salah satu sarana dan/atau yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dari penduduk bangsa Indonesia. Sekolah tidak hanya MANAJEMEN PENDIDIKAN 122



122



memiliki tanggung jawab dan tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu penegetahuan dan teknologi saja, melainkan harus menjaga dan meningkatkan kesehatan baik jasmani maupun rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 19 Tahun 2005 Bab II Pasal 4 yang memuat tentang adanya tujuan pendidikan nasional. Untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab tersebut maka sekolah memerlukan suatu manajemen layanan khusus yang dapat mengatur segala kebutuhan peserta didiknya sehingga tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai. Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya



ditetapkan



dan



di



organisasikan



untuk



mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Pelayanan khusus diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah antara lain juga berusaha agar peserta didik senantiasa berada dalam keadaan baik dari aspek



jasmani



maupun



rohaninya.



Jadi,



dapat



digarisbawahi bahwa manajemen layanan khusus adalah MANAJEMEN PENDIDIKAN



123 123



suatu proses kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada



peserta



didik



untuk



menunjang



kegiatan



pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien Pelayanan khusus yang diberikan sekolah kepada peserta didik, antar sekolah satu dengan sekolah lainnya pada umumnya sama, tetapi proses pengelolaan dan pemanfaatannya



yang



berbeda.



Beberapa



bentuk



manajemen layanan khusus yang ada di sekolah antara lain yaitu: a. Layanan Perpustakaan Peserta Didik Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang proses pembelajaran di



sekolah,



melayani



informasi-informasi



yang



dibutuhkan serta memberi layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka. Selain itu perpustakaan berfungsi sebagai salah satu faktor yang mempercepat akselerasi transfer ilmu pengetahuan. Perpustakaan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem pendidikan suatu lembaga. Perpustakaan berfungsi sebagai sumber MANAJEMEN PENDIDIKAN 124



124



informasi, dan merupakan penunjang yang penting artinya bagi suatu riset ilmiah, sebagai bahan acuan atau referensi, melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka. b. Layanan Kesehatan Peserta Didik Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk sebuah wadah bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Usaha kesehatan sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat



yang



dijalankan



sekolah.



Tujuan



diselenggarakannya program UKS, secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat



sehingga



memungkinkan



pertumbuhan



dan



perkembangan anak yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya Payanan kesehatan di sekolah merupakan sebuah klinik yang didirikan sebagai bagian dari Universitas atau sekolah yang berdiri sendiri yang menentukan diagnosa dan pengobatan fisik, dan penyakit jiwa. Selain itu layanan kesehatan juga dapat diartikan sebagai usaha sekolah dalam rangka membantu (mungkin bersifat MANAJEMEN PENDIDIKAN



125 125



sementara) peserta didiknya mengalami persoalan yang berkaitan dengan kesehatan. c. Layanan Asrama Peserta Didik Bagi



para



peserta



didik



khususnya



jenjang



pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh dari orang tuanya diperlukan asrama. Selain manfaat untuk peserta didik, asrama mempunyai manfaat bagi para pendidik dan petugas asrama tersebut. Bagi daerah yang karena kondisi geografis yang sangat sulit dengan jangkauan yang cukup isolasi atau yang dikenal dengan wilayah 3T (Terpencil, Terpencar, dan Terisolir) diperlukan asrama, dalam memperkecil kesulitan pengelolaan kegiatan pendidikan. Model layanan boarding school mendukung proses belajar mengajar yang kondusif, sehingga mampu meningkatkan IQ



siswa



pemondokan



secara serta



optimal, kegiatan



kegiatan



keasramaan/



ekstrakurikuler



yang



memberikan perkembangan terhadap EQ dan SQ siswa sehingga perkembangan peserta didik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik dapat terwujud. MANAJEMEN PENDIDIKAN 126



126



Hasil kajian Budiono (2008) mengatakan



bahwa



pendidikan dengan pola asrama memberi manfaat sebagai bentuk proses inisiasi (akulturasi) yang sangat efektif. Pelajar yang berasal dari masyarakat tradisional dipisahkan dari sistem tradisionalnya dan diantarkan ke dalam sistem nilai medern yang menghargai waktu, disipilin, tangungjawab, rajin, kerja keras, hidup bersih, kerjasama,



menghargai



eksistensi



setiap



individu,



solidaritas dan taat terhadap norma agama. Pendidikan berasrama



memberi



hasil



yang



optimal



karena



dilaksanakan memenuhi kriteria komprehensif serta aspek-aspek kompetensi manusia modern yang kognitif, efektif, dan juga psikomotorik. Pogau. (2009) mengutip sambutan Gubernur Papua, Barnabas Suebu



mengatakan bahwa pendidikan pola



asrama paling jitu di Papua,



agar setiap anak-anak



Papua dididik sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang berlaku, serta mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menjadi modal dasar. Lebih lanjut dikatakan, bahwa tidak cukup seorang anak hanya pintar dan cerdas, tetapi yang terpenting adalah memiliki aklhak dan karakter yang baik. Kehadiran Yayasan PESAT telah membantu MANAJEMEN PENDIDIKAN



127 127



meringankan beban pemerintah daerah, dimana bisa mendidik dan membina anak-anak Papua untuk menjadi manusia. Banyak prestasi



yang anak-anak asuhanya



mewakili sekolahnya untuk ikut olimpiade di Jayapura, bahkan ada beberapa yang sempat ke Jakarta. Selain itu anak-anak mereka juga telah menulis bulletin AGAPE yang mereka terbitkan setiap bulannya secara berkala. 1) Keunggulan Pendidikan Berpola Asrama Dalam sumber Republika ( 2004) dipaparkan bahwa ada beberapa keunggulan yang bakal didapat dari siswa dengan belajar di sekolah berasrama, yaitu a) Pendidikan berpola asrama lebih efektif dan efisien. Siswa tidak perlu menunggu kendaraan jemputan atau bergegas mencari angkutan umum. Mereka tibah di tempat belajar, dalam waktu yang tidak terlalu lama dan dengan wajah yang masih segar dan siap menerima pelajaran; b) Proses pembelajaran



lebih teratur.



Pengajar



setiap saat membuka tangan, menerima peserta didiknya dalam kesulitan berbagai situasi dan kondisi. Guru membantu mengatasi kesulitan MANAJEMEN PENDIDIKAN 128



128



dalam memahami matapelajaran tertentu dan bentuk perhatian lainnya; c) Selain menggunakan kurikulum nasional, juga ada



pengayaan



materi



pelajaran.



Ada



penambahan materi yang khas sesuai misi lembaga



pendidikan.



Menyiapkan



calon



pemimpin masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, berdaya juang tinggi, kreatif, inovatif, serta mempunyai landasan iman dan taqwa yang kuat ; d) Kurikulum diperkaya dengan penguasaan basic knowledge of science and technology serta peningkatan iman dan taqwa. Ada penambahan waktu dibandingkan sekolah umum lainya. e) Selama



sepekan,



proses



pembelajaran



berlangsung 60 jam. Ini berarti jamnya lebih banyak dari pada waktu yang ditetapkan dalam kurikulum nasional yang berjumlah 42 jam, dimana proses pembelajarannya



berlangsung



dari pukul 07.00 s.d 13.35. f) Pada SLTP-SMA Internat Al Kausar, Sukabumi, dapat menawarkan pendidikan 5 tahun untuk dua MANAJEMEN PENDIDIKAN



129 129



jenjang pendidikan (SMP dan SMA) ini, tidak semua



materi



pelajaran



dalam



kurikulum



dijabarkan kepada peserta didik satu per satu. Hanya kontektual saja, yakni materi yang berkatan dengan kehidupan sehari-hari saja. ” Materi yang esensial saja.” g) Ada



pelajaran yang diintegrasikan. Misalnya,



matematika dengan ekonomi. Dikenal juga belajar tuntas dan menguragi pekerjaan rumah (PR) h) Kurikulum pendidikan dan pembinaan peserta didik sengaja dirancang ke arah pembentukan karakter unggul. Keunggulan tersebut tertuang dalam Dimensi Keunggulan Murid (DKM), yaitu berkepribadian



islami,



menguasai



ilmu



pengetahuan dan teknologi, serta memiliki keterampilan, kemandirian, dan kepemimpinan. DKM ini dijadikan kualifikasi kelulusan. i) Dapat memadukan pola pendidikan modern dengan nilai-nilai agama Islam atau agama lainnya. Selain dimaksudkan menyiapkan anak didik yang berkarakter, berkepribadian, dan MANAJEMEN PENDIDIKAN 130



130



mengusai iptek, juga pembinaan rohani yang menjadi ciri khas tersendiri. Semuanya terpadu dalam pola pembinaan di sekolah dan asrama. Di samping juga mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris pada tingkat intermediate, bahasa Arab untuk memahami Alquran, mengusai penggunaan



komputer,



membuat



dan



mempresentasikan karya tulis, serta mengusai minimal 3 cabang olahraga. j) Karena peserta didik tinggal di asrama, maka selama 24 jam mereka dapat melaksanakan berbagai bentuk kegiatan termasuk aktivitas keagamaan dengan bimbingan penuh dari setiap guru (guru agama maupun guru matapelajaran lainnya) k) Dalam segi keilmuan, kualitas dilakukan secara



akademik



total. Guru tidak sekadar



mengajar, tapi juga memotivasi anak didiknya untuk berprestasi dan memiliki daya juang. Ada guru asuh yang membina beberapa siswa, memonitor perkembangan dan kesulitan yang dihadapi anak didiknya. Peserta didik yang MANAJEMEN PENDIDIKAN



131 131



tergolong lemah, diberi pembinaan khusus, agar tidak sampai gagal dalam studi. l) Model pembelajaran dan manejemen pendidikan berpola asrama tentu saja harus dibayar dengan biaya yang tidak sedikit. Diperlukan dukungan orang tua dan pemerintah dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun di asrama. Seiring dengan gegasan dan temuan-temuan tersebut di atas, juga Frans (2009) mengatakan bahwa sekolah berbasis asrama pada Yayasan PCP akan menerapkan sistem pendidikan umum dan khusus. Artinya mata pelajaran yang didapatkan di sekolah-sekolah lain akan didapatkan siswa dan siswi di sekolah Menengah Theologia Kristen-Gereja-Gereja Reformis di Indonesia Papau (SMTK-GGRIP) Merauke. Dikatakan lebih lanjut bahwa kehadiran sekolah berasrama akan memberi warna tersendiri, kerena siswa dan siswi di asramakan di lingkungan sekolah. Sekolah berbasis asrama sangat baik karena secara tidak langsung peserta didik dibimbing sekaligus terlatih dan ketika keluar atau tamat sekolah, MANAJEMEN PENDIDIKAN 132



132



dapat



memiliki



pengetahuan



lebih



memadai



dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain Dalam sumber lain dikemukan Sutrisno (2008) bahwa ada beberapa keunggulan Boarding School jika dibandingkan dengan sekolah reguler yaitu: (1) program pendidikan paripurna, (2) fasilitas lengkap, (3) guru yang berkualitas, (4) lingkungan



yang berkualitas, (5)



lingkungan yang kondusif, (6) siswa yang heterogen, (7) jaminan keamanan, dan (8) jaminan kualitas. Kedelapan keunggulan tersebut akan diuraikan berikut ini a) Program



pendidikan



sekolah-sekolah



regular



paripurna,



umumnya



terkonsentrasi



pada



kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama dapat merancang



program



pendidikan



yang



komprehensif-holistic dari program pendidikan keagamaan, academic development, life skill (soft skill dan hard skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai MANAJEMEN PENDIDIKAN



133 133



pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup. b) Fasilitas lengkap, sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari fasilitas sekolah yaitu kelas belajar yang baik (AC, 24 siswa, smart board, mini library, camera), laboratorium, clinic, sarana olah raga semua cabang olah raga, Perpustakaan, kebun dan taman hijau. Sementara di asrama fasilitasnya adalah kamar (telepon, TV, AC, Pengering Rambut, tempat handuk, karpet diseluruh ruangan, tempat cuci tangan, lemari kamar mandi, gantungan pakaian dan lemari cuci, area



belajar



pribadi,



lemari



es,



detector



kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar, rak-rak yang luas, pintu darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur terdiri dari: meja dan kursi yang besar, perlengkapan makan



dan



pecah



belah



yang



lengkap,



microwape, lemari es, ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua toaster listrik, tempat sampah, MANAJEMEN PENDIDIKAN 134



134



perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi yang nyaman. c) Guru



yang



berkualitas,



sekolah-sekolah



berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan



sekolah



konvensional.



Kecerdasan



intellektual, sosial, spiritual, dan kemampuan paedagogis-metodologis



serta



kemampuan



bahasa asing: Inggris, Arab, Mandarin, dll. d) Lingkungan



yang kondusif, dalam sekolah



berasrama semua elemen yang ada dalam komplek



sekolah



terlibat



dalam



proses



pendidikan. Aktornya tidak hanya guru, tapi semua orang dewasa yang ada di boarding school. Siswa tidak bisa lagi diajarkan dengan teori semata, tapi siswa melihat langsung praktik kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya. Sehingga ketika kita mengajarkan tertib bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai tukang sapu sampai principal berbahasa asing. Begitu juga dalam MANAJEMEN PENDIDIKAN



135 135



membangun religius socity, maka semua elemen yang terlibat mengimplementasikan agama secara baik. e) Siswa yang heterogen,



sekolah berasrama



mampu menampung peserta didik dari berbagai latar belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang social, budaya, tingkat kecerdasan, kempuan akademik



yang sangat



beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan national dan peserta didik terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom anak dan menghargai pluralitas. f)



Jaminan keamanan, sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan peserta didiknya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan militer untuk menjaga keamanan peserta didiknya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar “dosa” dilist sedemikan MANAJEMEN PENDIDIKAN



136



136



rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat. Jaminan



keamanan



diberikan



sekolah



berasarama, mulai dari jaminan kesehatan (tidak terkena penyakit menular), tidak Narkotika, Psikotropika, dan Obat Terlarang (NARKOBA) sering juga diistilahkan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA), terhindar dari pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik (tauran



dan



perpeloncoan),



serta



jaminan



pengaruh kejahatan dunia maya. g) Jaminan kualitas, sekolah berasrama dengan program yang komprehensif-holistik, fasilitas yang lengkap, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan terkontrol, dapat memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Dalam sekolah berasrama, pintar tidak pintarnya anak, baik dan tidak baiknya anak sangat tergantung pada sekolah karena 24 jam anak bersama sekolah. kemungkinan pengaruh intervensi lainnya sangat sulit mempengaruhi anak. MANAJEMEN PENDIDIKAN



137 137



2) Kelemahan Pendidikan Berpola Asrama Pendidikan



berasrama,



bukan



tidak



punya



kekurangan. Ada plus, tapi ada pula minusnya. Sutjipto (2005) melihat, kekurangan model pendidikan berpola asrama yaitu : a) Karena mereka hidup terpisah dengan keluarga dan masyarakat, maka kecenderungan anak-anak dapat saja kehilangan esensi dalam hidup dan kekurangan kasih sayang. b) Kalau boarding school dikelola dengan bagus, bisa



melahirkan



anak



didik



yang



bagus.



Sebaliknya, kalau dikelola dengan asal-asalan, hasilnya pun tak jauh dari itu. c) Kecenderungan orang tua



yang memasukkan



anaknya ke dalam pendidikan yang dikelola secara boarding school adalah biasanya orang tua yang mampu secara finansial. Karena itu sekolah yang berpola asrama perlu mendapat dukungan pendanaan dari pemerintah dan berbagai pihak, supaya sekolah berasrama tidak hanya menjadi milik orang tua yang memiliki pendanaan yang cukup tetapi juga orang tua yang memiliki MANAJEMEN PENDIDIKAN 138



138



pendaannya



menegah



ke



bawah.



Dengan



demikian sekolah berasrama akan menjadi milik masyarakat



dan



menjadi



alat



bantu



bagi



pemerintah dalam mempercepat pembangunan pendidikan. Mengacu dari poin dua tersebut di atas, maka kelemahan yang sering kali terjadi di sekolah-sekolah yang berpola asrama ialah kesulitan mencari tenaga guru yang profesional dan yang cocok dipekerjakan pada sekolah yang berpola asrama. Demikian juga kepala sekolah, diperlukan kemampuan manajemen



yang



profesional dan akuntabel. Aspek dan kompetensi ini masih jarang ditemukan, karena keterbatasan SDM yang berkompeten. Karena itu untuk menjadi pimpinan sekolah



yang



berpola



asrama



minimal



berlatar



pendidikan Magister Manajemen Pendidikan (S2 MMP), dan pernah menjadi guru, dan memiliki bakat menjadi seorang pemimpin, terlebih memiliki kepribadian yang baik. Sebagai upaya mempercepat akses dan kualitas pendidikan secara merata, dikatakan Mataputun 2011 bahwa



pembangunan



pendidikan



berpola



MANAJEMEN PENDIDIKAN



asrama 139 139



menjadi salah satu model pengelolaan pendidikan yang perlu dikembangkan, antara lain mengembangkan pola SD 2 bagian, yaitu SD kecil kelas 1 sampai kelas 3 ditempatkan di kampung-kampung sedangkan kelas 4 hingga kelas 6 ke SD induk berasarama di distrik berdampingan



dengan



SMP.



Model



seperti



ini



diharapkan dapat menyiapkan SDM yang tidak hanya memiliki kompetensi akademik tetapi potensi holistik lainya. Untuk mewujudkan hal tersebut, pengelolaan pendidikan



berpola



asrama,



diperlukan



dukungan



fasilitas yang memadai, dan lingkungan yang kondusif, sistem pengelolan lebih lentur, efektif, dan menerapkan MBS... 6. Layanan Bimbingan dan Konseling Peserta Didik Layanan bimbingan dan konseling atau pelayanan khusus ini, adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada siswa agar



memahami, mengarahkan diri,



bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Pelayanan BK di sekolah diharapkan memberi kontribusi terhadap pengembangan Kehidupan Efektif Sehari-hari MANAJEMEN PENDIDIKAN 140



140



(KES) peserta didik. Makna KES dalam pelayanan BK sencakup semua kegiatan, perbuatan dan tingkah laku yang



mengandung



kompetensi,



terencana



dan



bersasaran. Berfungsinya KES akan mendukung individu sepenuhnya untuk mandiri dan berkembang secara optimal. Peserta didik dalam proses perkembangan dan dalam kehidupanya terkadang mengalami masalah sehingga Kehidupan Efektif sehari-hari yang terganggu (KES-T) Kondisi seperti ini menjadi salah satu penyebab lemahnya kemandirian peserta didik dan menghambat perkembangan pribadinya ke depan. Karena itu kondisi tersebut perlu dibantu sekolah melalui pelayanan BK oleh guru BK, dengan fous pada terwujudnya KES peserta didik. Individu dengan KES yang tinggi dapat dilihat



dari



perilaku



sehari-hari



seperti



dapat



menggunakan waktu dan semua sumber daya diri secara efektif



dan



efisien



dalam



kehidupan



sehari-hari,



menjalani berbagai kegiatan dengan penuh sukacita. Individu memiliki kemampuan pribadi



yang mampu



menghadapi lingkungan , memiliki kondisi mental yang sehat letika menghadapi berbagai masalah, memiliki MANAJEMEN PENDIDIKAN



141 141



integritas, dapat menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan kondisi, mampu mengambil tindakan untuk mencari solusi suatu masalah. Dilihat dari perspektif kebijakan pendidikan dan kebudayaan saat ini terdapat tujuh jenis layanan, yaitu layanan



orientasi,



informasi,



penempatan



dan



penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok. Para ahli bimbingan



di



Indonesia



saat



ini



sudah



mulai



meluncurkan dua jenis layanan baru yaitu layanan konsultasi dan layanan mediasi. Untuk mendukung pelayanan di



atas,



maka diperlukan 6



kegiatan



pendukung dan 6 bidang bimbingan serta 5 format layanan (Prayitno, 2017). Terkait dengan sistem pelayanan BK di atas, penulis menyederhanakan sistem pelayanan BK dengan istilah pelayanan sistem angka



“9665”. Angka sembilan



mengandung arti sembilan jenis layanan, angka enam merujuk pada enam bidang bimbingan, angka enam berikutnya menunjukkan enam kegiatan pendukung, dan angka lima merunjuk pada lima format layanan. MANAJEMEN PENDIDIKAN 142



142



a. Sembilan Jenis Layanan 1) Layanan Orientasi Layanan orientasi peserta didik diarahkan pada pemahaman lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah



dan



objek-objek



yang



dipelajari,



untuk



mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik dilingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester, dengan tujuan agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai. Layanan ini akan berfungsi pencegahan dan pemahaman. Materi kegiatan layanan



orientasi



menyangkut



:



a)



pengenalan



lingkungan dan fasilitas sekolah, b) peraturan dan hakhak serta kewajiban siswa, c) organisasi dan wadahwadah yang dapat membantu dan meningkatkan hubungan sosial siswa, d) kurikulum dengan seluruh aspek-aspeknya, e) peranan kegiatan bimbingan karir, f) peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah dan kesulitan siswa.



MANAJEMEN PENDIDIKAN



143 143



2) Layanan Informasi Layanan



informasi



adalah



layanan



yang



memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti: informasi diri, sosial,belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman. Materi layanan informasi menyangkut : a) tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi, b) usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk-bentuk penyuluhan dan pengembangan, c) tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata krama, dan sopan santun, d) nilai-nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat, e) mata pelajaran dan pembidangannya seperti program inti dan program tambahan, f) sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti Ujian Sekolah (US), Ujian MANAJEMEN PENDIDIKAN 144



144



Nasional (UN), dan g) fasilitas penunjang/sumber belajar. 3) Layanan Penempatan dan Penyaluran Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler sesuai dengan potensi, bakat, minat serta kondisi pribadinya. Layanan ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan penempatan



dan



potensi lainnya. Layanan



penyaluran



berfungsi



untuk



pengembangan siswa. Materi kegiatan layanan penempatan dan penyaluran meliputi : a) Penempatan kelas siswa, program study/jurusan dan pilihan ekstrakurrikuler yang dapat menunjang



pengembangan



sikap,



kebiasaan,



kemampuan, bakat dan minat. b) Membantu dalam kegiatan program khusus sesuai dengan kebutuhan siswa, baik pengajaran maupun program pengayaan dan seleksi masuk perguruan tinggi. c) Penempatan dan MANAJEMEN PENDIDIKAN



145 145



penyaluran dalam kelompok sebaya, kelompok belajar dan organisasi kesiswaan serta kegiatan sosial sekolah. 4) Layanan Penguasaan Konten Layanan penguasaan konten merupakan layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat, seperti



melatihkan



mengemukakan



cara



berbicara



dana



tau



pendapat,



berpidata,



berdiskusi,



mempraktikkan 3 M (mendengar, memahami, dan merespons



sesuatu



mempersiapkan



diri



dengan



baik)



untuk



masuk



dan



cara-cara



dalam



seleksi



wawacara 5) Layanan Konseling Perorangan Layanan konseling perorangan merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing



untuk



membahas



dan



mengentaskan



permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya, agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. MANAJEMEN PENDIDIKAN 146



146



Layanan konseling perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi. Pelaksanaan usaha dan pengentasan siswa dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut, a) pengenalan dan pemahaman permasalahan, b) analisis yang tepat, c) aplikasi dan pemecahan permasalahan, d) evaluasi, baik evaluasi awal, proses ataupun evaluasi akhir, e) tindak lanjut. 6) Layanan Bimbingan Kelompok. Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama



melalui



dinamika



kelompok



untuk



membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, kegiatan belajar, karier/jabatan, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan bimbingan kelompok berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan. 7) Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok merupakan layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi MANAJEMEN PENDIDIKAN



147 147



masing-masing anggota kelo mpok melalui dinamika kelompok. Layanan konseling kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi. 8) Layanan Konsultasi. Layanan



konsultasi



merupakan



layanan



yang



membantu peserta didik dan/atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik. Layanan ini sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis



tidak langsung melayani



klien tetapi melalui bantuan dari orang lain. 9) Layanan Mediasi Layanan membantu



mediasi peserta



merupakan



layanan



yang



didik/individu



dengan



cara



memediasi kedua atau berbagai pihak yang sedang bertikai. Diharapkan dengan kemampuan professional konseler dapat membantu penyelesaian pertikaian kedua bela pihak (yang sedang bermasalah). Jadi,



dalam



konteks layanan mediasi posisi konselor sebagai perancang dan pengatur proses bantuan, dan bukan sebagai penentu pemecahan masalah. MANAJEMEN PENDIDIKAN 148



148



b. Bidang Bimbingan dan Konseling Dalam kegiatan pengembangan diri terdapat empat bidang bimbingan yang dilakukan di sekolah, yaitu bidang pribadi, social, belajar, dan karier. Dalam perkembanganya



ditabahkan



lagi



dengan



bidang



kehidupan keagamaan dan kehidupan keluarga. Jadi, enam



bidang bimbingan itu menjadi



a)



bidang



pengembangan pribadi, b) pengembangan kehidupan social, c) pengembangan



belajar,



d) pengembangan



karier, e) pengembangan kehidupan keagamaan, f) pengembangan kehidupan keluarga. c. Kegiatan Pendukung BK Optimalisasi



pelayanan



BK,



memerlukan



sejumlah kegiatan pedukung, yaitu a) aplikasi instrumen, b) himpunan data, c) konferensi kasus, d) kunjungan rumah, e) tampilan kepustakaan, dan f) alih tangan kasus. Guru BK perlu melaksakan kegiatan tersebut untuk mendukung pelayanan yang maksimal, seperti perlunya kunjungan rumah dalam upaya memperoleh data dan informasi terkait dengan penanganan kasus MANAJEMEN PENDIDIKAN



149 149



tertentu. Selain itu perlu alih tangan kasus jika masalah yang dialami klien berkaitan dengan ahlian lain. d. Lima Format Pelayanan Sejumlah



kegiatan



pelayanan



bimbingan



dan



konseling disebutkan sebelumnya, dalam praktiknya dapat dilakukan dalam berbagai macam cara, yaitu format individu, (2) format kelompok, (3) format klasikal, (4) format lapangan, (5) format “politik. Guru BK dapat mengidentifikasi format-format layanan tersebut dan mampu memilih dan memilah format tersebut sesuai kondisi dan latar belakang kegiatan pelayanan. 7. Layanan Kafetaria Peserta Didik Kantin atau warung sekolah diperlukan adanya di tiap sekolah, supaya makanan yang dibeli peserta didik terjamin kebersihannya dan cukup mengandung gizi. Para guru diharapkan sekali-kali mengontrol kantin sekolah dan berkonsultasi dengan pengelola kantin mengenai makanan yang bersih dan bergizi. Peran lain kantin sekolah yaitu supaya para peserta didik



tidak



berkeliaran



mencari



makanan



MANAJEMEN PENDIDIKAN 150



keluar 150



lingkungan



sekolah,



yang



belum



tentu



terjamin



kebersihannya. Oleh karena itu sekolah perlu mengajak pengelola kantin dalam menjaga secara bersama-sama tentang sumber gizi dan kesehatan makan dan minuman yang dikomsusi semua orang. Layanan kafetaria adalah layanan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh peserta didik disela-sela mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah sesuai dengan daya jangkau peserta didik. Makanan dan minuman yang tersedia di kafetaria tersebut, terjangkau dilihat dari jumlah uang saku peserta didik, tetapi juga memenuhi syarat kebersihan dan cakupan gizinya. 8. Layanan Laboratorium Peserta Didik Laboratorium diperlukan peserta didik apabila mereka akan mengadakan penelitian yang berkaitan dengan



percobaan-percobaan



tentang



suatu



objek



tertentu. Laboratorium sebagai sarana penunjang proses belajar mengajar baik tertutup maupun terbuka yang dipergunakan



untuk



melaksanakan



praktikum,



penyelidikan, percobaan, pengembangan dan bahkan pembakuan. MANAJEMEN PENDIDIKAN



151 151



9. Layanan Koperasi Peserta Didik Layanan koperasi dimaksudkan untuk mendidik peserta didik agar bernaluri kewirausahaan. Hal ini sangat membantu peserta didik dalam mempersiapkan kehidupan yang akan datang. Koperasi sekolah dalam pengelolaannya melibatkan guru dan personalia sekolah. Sedangkan koperasi peserta didik atau biasa disebut disebut Koperasi Siswa (Kopsis) adalah koperasi yang ada di sekolah tetapi pengelolaanya adalah oleh pesera didik, kedudukan guru di dalam Kopsis adalah sebagai pembimbing saja, bukan sebagai pengelola. 10. Layanan Keamanan Peserta Didik Layanan keamanan yaitu layanan yang dapat memberikan rasa aman pada siswa selama siswa belajar di sekolah misalnya adanya penjagaan oleh Satuan Pengamanan (Satpam) sekolah. Untuk menjamin tenaga keamanan diharapkan Satpam memiliki kompetensi dan pengalaman dalam menjaga kemanan dan ketertiban lingkungan



sekolah



termasuk



keamanan



lalulintas



penyebrangan di depan sekolah.



MANAJEMEN PENDIDIKAN 152



152



BAB I BAB IV



KONSEP DASAR PERANAN MANAJER MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN PERANAN MANAJER DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN



A. Pendahuluan A. Pendahuluan sekolah dalam melaksanakan fungsi KEBERHASILAN MANAJER adalah pemimpin suatu kependidikannya perlupimpinan didukungatau dengan manajemen organisasi/lembaga. Dalam lembaga yang baik. Indikator manajemen sekolah pendidikan, yang baik pimpinnan pemimpin masing-masing organisasi/ dapat dilihat atau dari budaya kerja sekolah dengan suasana lembaga bervariasi, seperti Demikian sebutan Rektor, dan iklim sebutanya kerja positif dan inovatif. pula Ketua Umum, Ketuaatau Jurusan, Direktur penataan fisik danDekan, administrasi ketatalaksanaan Pascasarjana, Ketua Studi, Ketua untuk sekolah sekolah dengan baikProgram dan memberi kontribusi yang tinggi,bagi kepala sekolah dalam berbagai jenjang satuan berarti kualitas sekolah dan lulusan. pendidikan, dansekolah sebutan disesuaikan dengan Manajemen yanglain profesional dan berdaya keunikan organisasi/lembaga saing global, menjadi impian masing-masing. setiap institusi dan satuan Manajerial berasal dari kata manajer yangKarena berarti pendidikan bahkan para pemangku kepentingan. orang yang menjadi pimpinan atau orang yang mengatur kualitas sekolah sangat berpengaruh terhadap animo jadwal, membuat Manajeranak-anaknya juga dapat diartikan masyarakat untukrencana.” meyekolahkan pada sebagai dan/atau orang yang bertanggungjawab atas hasil kerja institusi satuan pendidikan tertentu. orang-orang yang mencapai ada di dalam Keunggulan Dalam upaya apa organisasi. yang dikemukakan di suatu maka bangsa setiap tidak lagi semata-mata ditandai dengan atas, manajer perlu memahami dan MANAJEMEN MANAJEMENPENDIDIKAN PENDIDIKAN



1 153 153



melimpahnya sejumlah kekayaan alamnya, tetapi lebih daripada itu, yaitu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan atau kualitas manajernya (pimpinan dan/atau pemimpinnya). Beberapa kajian tentang mutu manajer diapandang sangat menentukan kipra pembangunan umumnya dan lembaga pendidikan khususnya. Manajer memegang otoritas



tertinggi



dan



menentukan



perkembangan



lembaga pendidikan. Kedudukannya sangat strategis kerena



berhubungan



secara



langsung



dengan



pengambilan keputusan dan kebijakan yang ditetapkan untuk



dilaksanakan



secara



operasional



seluruh



bawahannya. Oleh karena itu diperlukan penguatan manajemen lembaga pendidikan antara lain dengan menyiapkan dan melatihkan sejumlah kecakapan para calon dan/atau para manajer pendidikan tidak lain adalah untuk mengantisipasi perubahan global yang disertai dengan perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi informasih. Perubahan global sangat cepat dan pesat, sehingga perlu ada perbaikan yang berkelanjutan (continuitas improvement) di bidang pendidikan, dan secara langsung MANAJEMEN PENDIDIKAN 154



154



dan/atau tidak langsung akan berdampak pada output pendidikan yang berdaya saing pada era revolusi industri 4.0. Persaingan tersebut hanya akan dimenangkan oleh lembaga pendidikan yang tetap memperhatikan kualitas pendidikan dalam tata kelolanya. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemimpin pendidikan/sekolah harus memenuhi



indikator



yang



telah



ditetapkan



oleh



pemerintah dan/atau pimpinan lembaga/yayasan. Dilihat dari perspektik regulasi dan kebijakan pemerintah terdapat beberapa tahapan harus dijalani calon kepala sekolah, diantaranya memiliki sertifikat dari lembaga yang telah ditetapkan pemerintah yaitu Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS). Dalam Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 ditegaskan bahwa tugas pokok kepala sekolah pada pasal 15 terdiri yaitu (1) sepenuhnya untuk melaksanakan tugas pokok manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan dengan tujuan



untuk mengembangkan



sekolah dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan. Jika terjadi kekurangan guru pada satuan pendidikan, Kepala MANAJEMEN PENDIDIKAN



155 155



Sekolah dapat melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan



agar



proses



pembelajaran



pembimbingan



tetap



berlangsung



pada



atau satuan



pendidikan yang bersangkutan dan tugas pembelajaran atau pembimbingan tersebut merupakan tugas tambahan di luar tugas pokoknya. Sementara Beban kerja bagi kepala sekolah yang ditempatkan di Sekolah Indonesia di Luar Negeri (SILN) selain



melaksanakan



dikemukakan di atas,



beban



kerja



sebagaimana



juga melaksanakan promosi



kebudayaan Indonesia. Kepala sekolah bukan lagi sekadar guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah, akan tetapi benar-benar seorang yang memiliki kualitas. Kepala sekolah tidak lagi mengajar, kecuali terdapat kekurangan guru, maka kepala sekolah dapat saja membantu melaksanakan tugas pembelajaran di kelas. B. Tugas dan Fungsi Manajer Lembaga Pendidikan Tugas dan fungsi manajer adalah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu merencanakan seluruh program kerja lembaga pendidikan secara konseptual. MANAJEMEN PENDIDIKAN 156



156



Kunci dasar dari visi dan misi serta penjabarannya perlu diorganisasikan dengan matang agar seluruh manajer dan bawahannya dapat melakukan hubungan kerjasama yang sinergis dan mampu melaksanakan secara praktis hingga pada hal-hal yang bersifat teknis. Kepemimpinan manajer memegang peranan sangat penting dalam perkembangan lembaga pendidikan. Kepala sekolah sebagai agen perubahan (agent of change) sebagai pelopor perubahan sekaligus menjadi contoh dalam pola pikir, budaya kerja, dan berperilaku bagi semua orang dalam organisasi. Jiwa kepemimpinan manajer dipertaruhkan dalam proses pembinaan para pendidik, pegawai tata usaha, dan personal pendukung lainnya. Sebagai manajer ia harus mengetahui, mengerti, dan memahami semua hal yang berkaitan dengan administrasi organisasi pendidikan. Bahkan ia harus memahami potensi yang dimiliki oleh pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan pemahaman yang baik, diharapkan terbangun



komunikasipun dengan



dalam



harmonis



bekerja terutama



akan untuk



menyelesaikan masalah dihadapi lembaga pendidikan yang dipimpinnya. MANAJEMEN PENDIDIKAN



157 157



Dalam melaksanakan fungsinya sebagai manajer organisasi pendidikan, manajer harus memiliki berbagai persyaratan tertentu agar ia dapat menjalan tugasnya dengan baik. Menjadi manajer pendidikan dan/atau kepala sekolah minimal memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV);



memiliki



sertifikat pendidik; bagi Guru Pegawai Negeri Sipil memiliki pangkat paling rendah Penata, golongan ruang III/c; pengalaman mengajar paling singkat 6 (enam) tahun menurut jenis dan jenjang sekolah masing-masing, kecuali di TK/TKLB memiliki pengalaman mengajar paling singkat 3 (tiga) tahun di TK/TKLB; memiliki hasil penilaian prestasi kerja Guru dengan sebutan paling rendah “Baik” selama 2 (dua) tahun terakhir; memiliki pengalaman manajerial dengan tugas yang relevan dengan fungsi sekolah paling singkat 2 (dua) tahun; sehat



jasmani,



rohani,



Psikotropika, dan Zat



dan



bebas



Narkotika,



Adiktif (NAPZA) berdasarkan



surat keterangan dari rumah sakit Pemerintah; tidak pernah dikenakan hukuman disiplin sedang dan/atau berat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; tidak sedang menjadi tersangka atau tidak MANAJEMEN PENDIDIKAN 158



158



pernah menjadi terpidana; dan berusia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun pada waktu pengangkatan pertama sebagai Kepala Sekolah, dan pernyaratan lainya sesuai kondisi dan kebutuhan daerah. Beberapa lembaga pendidikan yang menghendaki agar manajer memiliki pengalaman bekerja relatif lama, sementara



ada juga lembaga pendidikan yang tidak



memperhatikan dan memprioritaskan masa kerja tetapi lebih



pada



kemampuan



dan



kematangan



dalam



menyelesaikan masalah pendidikan/sekolah. Biasanya lembaga pendidikan yang menuntut agar manajer memiliki pengalaman bekerja yang relatif lama adalah lembaga pendidikan yang kualitas sangat baik, memiliki tenaga pendidik dan personal sekolah yang profesional, sehingga mampu menghasilkan lulusan bermutu lebih baik dibandingkan dengan



lembaga pendidikan lain



yang sejenis. Pengalaman kerja akan mematangkan cara kerja seorang manajer. Manajer harus memiliki kepribadian yang baik. Manajer yang tidak ada pendirian, emosional, ceroboh, pemarah, dan berbagai sifat buruk lainnya akan menghambat tercapainya tujuan lembaga pendidikan. MANAJEMEN PENDIDIKAN



159 159



Sebaliknya, manajer yang memiliki



sifat pengayom,



penyabar, tidak ceroboh, luwes, ramah, tegas tetapi tidak kaku, membantu para pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengerjakan tugas-tugasnya akan berdampak pada suasana lembaga pendidikan yang tertib dengan suasana yang kondusif dan produktif dalam organisasi. Manajer lembaga pendidikan diharapkan memiliki pengetahuan dan kecakapan yang sesuai dengan bidang dan tanggungjawabnya dalam pengelolaan lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Manajer juga diharapkan memiliki



ide-ide



kreatif-inovatif



yang



dapat



meningkatkan perkembangan lembaga pendidikan dan pendidikan pada umumnya. Sebagai manajer suatu lembaga pendidikan, ia mengemban tugas-tugas yang sangat strategis dalam mencapai tujuan pendidikan. Sesuai Perpendikbud Nomor 6 Tahun 2018 Bab VII Pasal 15 dikatakan bahwa (1) beban kerja Kepala Sekolah yaitu sepenuhnya melaksanakan tugas pokok manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan.



(2)



Beban



kerja



Kepala



Sekolah



sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk MANAJEMEN PENDIDIKAN 160



160



mengembangkan sekolah dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan. (3) Dalam hal terjadi kekurangan guru pada satuan pendidikan, Kepala Sekolah dapat melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan agar proses pembelajaran atau pembimbingan tetap berlangsung pada satuan pendidikan yang bersangkutan. (4) Kepala Sekolah yang melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tugas



pembelajaran



atau



pembimbingan



tersebut



merupakan tugas tambahan di luar tugas pokoknya. (5) Beban kerja bagi kepala sekolah yang ditempatkan di Sekolah Indonesia di Luar Negeri (SILN) selain melaksanakan beban kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) juga melaksanakan promosi kebudayaan Indonesia. Secara konseptual tugas manajer dan/atau kepala sekolah yaitu: 1. Membuat perencanaan. Perencanaan yang dibuat oleh



manajer



pengajaran, guru/dosen,



berkaitan



kesiswaaan, pengembangan



dengan



program



pembinaan kurikulum,



MANAJEMEN PENDIDIKAN



para dan 161 161



pelaksanaan



pengembangan



siswa/mahasiswa



yang



bersifat



aktivitas intra



dan



ekstrakurikuler 2. Pengembangan dan pemberdayaan kepegawaian 3. Pengelolaa andministrasi keungan lembaga 4. Pengembangan sarana dan prasarana Selain hal tersebut di atas, juga diperlukan kecerdasan



intelektual



dan



emosional



dalam



kepemimpinannya melakukan berbagai hal, diantaranya: 1. Pelaksana kegiatan yang arif dan bijaksana, serta tidak memaksakan kehendak; 2. Berwibawa dan loyal



terhadap tugas dan



kewajibannya; 3. Ahli dan terampil; 4. Perencanaan yang penuh dedikasi; 5. Pengambil keputusan yang tegas, akurat, dan penuh perhitungan ke depan; 6. Refresentasi dari semua bawahannya; 7. Pegawas yang memberi teladan dengan pedoman Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, dan Tut wuri handayani; MANAJEMEN PENDIDIKAN 162



162



8. Motivator dan stabilisator untuk segala situasi dan kondisi; 9. Pemberi



rewards



and



punishments



wasit



yang adil



bagi



bawahannya. 10. Bertindak



sebagai



dalam



menyelesaikan konflik yang terjadi di lemabaga; 11. Panutan



bagi



bawahannya,



dan



mampu



berkomunikasi dengan suasana hati yang tenang dan menyejukkan. Untuk menjalankan tugas manajer yang lebih baik lagi selain yang telah disebutkan di atas, juga seorang manajer dituntut bijaksana dalam mengambil keputusan, seperti digambarkan oleh Ki Hadjar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo , Ing Madyo Mangun Karso, dan



Tut



Wuri



Handayani



Ing



Ngarso



Sung



Tulodo artinya Ing ngarso itu didepan/ dimuka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti teladan. Jadi, makna Ing Ngarso Sung Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri teladan bagi orang-orang disekitarnya. Selain itu Ing Madyo Mangun Karso, Ing Madyo artinya di



tengah-tengah,



Membangun



MANAJEMEN PENDIDIKAN



berarti 163 163



membangkitkan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi, makna dari kata itu adalah seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Karena itu seseorang juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan. Kata Tut mengikuti



Wuri Handayani, Tut Wuri



dari



belakang



dan



artinya



handayani



berati



memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga arti Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Seorang



manajer



selain



mempertimbangkan



petunjuk-petunjuk di atas, juga perlu memperhatikan langkah-langkah yang dikemukakan Purwanto, (1995) dalam mengambil keputusan, yaitu sebagai berikut. 1. Memahami masalah terlebih dahulu, mencari penyebab atau latar belakang lahirnya masalah. Jika akar masalahnya telah diketahui, langkah MANAJEMEN PENDIDIKAN 164



164



selanjutnya



mencari



sulusi



sejumlah



alternatifnya; 2. Menentukan pedoman pemecahan masalah untuk mempermudah



operasional



dan



teknik



pelaksanaannya oleh semua bawahannya; 3. Menyajikan



berbagai



alternatif



pemecahan



masalah, melakukan seleksi alternatif yang lebih memungkinkan



dengan



mempertimbangkan



kemampuan sumber daya dan sumber dana yang tersedia; 4. Penilaian terhadap alternatif pemecahan masalah secara rasional dengan cara menampung berbagai pendapat dari seluruh manajer dan bawahannya, sehingga pengetahuan tentang alternatif yang paling memungkinkan untuk diterapkan akan lebih akurat, efisien, dan efektif; 5. Memperhitungkan secara matang implikasi yang akan



ditimbulkan



pemecahan masalah



dari



masalah. yang



pemilihan Alternatif



ditetapkan



alternatif pemecahan merupakan



kebijaksanaan manajer yang secara wewenang, ia pun bertanggungjawab penuh terhadap risiko MANAJEMEN PENDIDIKAN



165 165



yang ditimbulkannya,



baik



positif maupun



negatif, menguntungkan atau merugikan. Manajer yang bijak adalah manajer yang ketika manghadapi



masalah



selalu



melibatkan



semua



bawahannya untuk ikut serta memecahkan masalah sesuai dengan kapasitas dan keahliannya. Manajer tidak sendiri



dalam



mengelola



oragnisasi.



Ia



selalu



berhubungan dengan orang lain dalam rangka kegiatan operasional setiap hari kerja. Oleh karena itu setiap orang dalam suatu organisasi dapat saja menjadi penyebab permasalahan dan dapat saja diperankan sebagai orang yang dapat memaparkan alternatif pemecahan masalah organisasi. Gagasan pemecahan masalah sedemikian



rupa



dari



seluruh



dapat ditampung bawahannya,



dan



bawahannya diberi kesempatan untuk memberikan contoh pemecahan masalah. Dengan cara ini, seorang manajer telah melakukan proses pelimpahan gagasan atau ide kepada bawahannya, prestasi bawahan akan mudah dikenal, dan hal itu sekaligus merupakan proses MANAJEMEN PENDIDIKAN 166



166



kaderisasi atau pemberdayaan potensi dan kecakapan bawahan dalam upaya pengembangan karier karyawan. Karyawan yang memiiliki kecakapan khusus terkait dengan tupoksinya akan memberi arti bagi hidupnya dan oragnisasi. Tingkat produktivitas bawahan meningkat, maka secara langgung dapat saja berdampak pada kemajuan organisasi dan komunitasnya. Berikut ini dipaparkan contoh model rapat yang memberdayakan bahawan dalam bentuk gambar



proses penyelesaian



masalah dengan melibatkan banyak orang dalam lembaga, seperti yang ada dalam gambar 4.1 berikut ini.



Gambar 4.1 Suasana Rapat yang Demokratis Partisipatif MANAJEMEN PENDIDIKAN



167 167



Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat peran manajer melibatkan banyak orang dalam organisasi untuk membicarakan berbagai hal terkait dengan kemajuan lembaga. Manajer yang demokratis dan berpegang pada asas partisipasi dalam majerialnya. Sikap manajer tersebut memiliki ciri-ciri berikut ini. 1. Masalah lembaga dibahas bersama. Semua masalah dalam lembaga dan sangat menggangu suasana



dan



produktifvitas



lembaga,



dikemukakan dan dibahasa bersama dengan bawahannya, agar persoalan yang sebenarnya secara transparan diketahui bersama-sama, Hal itu dilakukan karena adanya komitmen tentang rasa memilki (sese of belonging) terhadap lembaga pendidikan, sebagai tempat pengabdian hidupnya. 2. Masalah dibahas bersama akan menjadi bahan renungan seluruh personal lembaga, kemudian seluruh bawahannya diminta pendapat dan gagasannya yang dapat dijadikan solusi alternatif permasalahan yang dihadapi. Cara ini dilakukan pimpinan



karena ia memahami bahwa setiap MANAJEMEN PENDIDIKAN



168



168



karyawan



memiliki



potensi,



pengetahuan,



pengalaman yang beragam, dan tidak menutup kemungkinan, ada diantara karyawan dapat memberikan solusi yang paling tepat, efektif, dan efisien. 3. Pecarian alternatif pemecahan masalah dihadapi bersama, dan alternatif tersebut



ditetapkan



sebagai jalan keluar sekaligus merupakan uji coba pemecahan masalah. Oleh sebab itu, pengambilan keputusan seorang manajer dalam menetapkan pilihan pemecahan masalah perlu mempertimbagkan berbagai kemungkinan. 4. Terkadang bawahan sama sekali tidak memiliki keberanian



mengatur



pendapatnya,



apalagi



bwahan yang mersa takut pendapatnya salah, atau jika dijadikan solusi yang berdampak kerugian yang lebih para bagi lembaga. Dalam keadaan itu, manajer harus mengambil keputusan sendiri karena tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan otoritas yang dimilikinya.



MANAJEMEN PENDIDIKAN



169 169



C. Tugas Telaah Masalah Bagi Manajer Pada



hakikatnya,



manajer



yang



memiliki



keterampilan konseptual adalah manajer yang cerdas menelaah masalah yang dihadapi. Semua permasalahan memerlukan keputusan, mulai masalah rutin sampai pada masalah rumit, kritis, dan fundamental yang harus ditelaah secara rasional. Permasalahan yang dihadapi oleh



lembaga



pendidikan



biasanya



tidak



hanya



disebabkan oleh satu faktor, melainkan beberapa faktor atau bisa juga oleh sebuah penyebab tetapi dampaknya lebih luas terutama bagi suasana dan iklim kerja organisasi. Permasalahan



lambaga



dapat



bersumber



dari



individu dan kelompok tetapi juga dalam lembaga itu sendiri



bahkan



sumber



permasalahannya



dari



pendekatan manajer yang kurang profesional dalam menelaah masalah dalam lembaga. Dalam beberapa kasus terutama di daerah 3T terdapat 4 masalah pendidikan/sekolah umumnya yaitu (1) keterbatasan jumlah dan kualitas



guru atau guru yang kurang



kompeten, (2) keterbatasan jumlah dan kualitas ruang kelas, (3) keterbatasan dana pendidikan, (4) keterbatasan MANAJEMEN PENDIDIKAN 170



170



jumlah dan kualitas bahan belajar. Permasalahan tersebut seringkali tidak menjadi fokus perhatian dari manajer dalam menyusun program kerja sekolah, akibatnya sekolah tidak dapat melaksanakan kegiatan sebagaimana mestinya. Permasalahan lainya yang seringkali terjadi di lingkungan sekolah khususnya, seperti



(1) masalah



bully atau perundungan. Ini umumnya dilakukan oleh siswa yang merasa superior atas siswa lainnya, (2) masalah bolos, (3) masalah tawuran, masalah ini sudah masuk ke ranah pidana sebab bisa mengakibatkan korban nyawa, menganggu ketertiban umum dan sebagainya, (4) masalah lingkungan kontor, dan (5) masalah merokok. Pendidikan/sekolah yang bermasalah juga dapat dilihat dari suasana dan/atau iklim sekolah yang kurang kondusif seperti dilukiskan dalam Gambar 4.2 berikut ini.



MANAJEMEN PENDIDIKAN



171 171



Gambar 4.2 Suasana Lembaga Bermasalah Gambar 4.2 di atas, melukiskan suasana lembaga yang tidak sehat, yang ditandai dengan suasana psikhis dan dan kecenderungan instruksi dan tekanan kerja stres, limit waktu yang sangat ketat dengan target-target yang telah ditetapkan lembaga. Hal ini disebkan berbagai faktor, baik bersumber dari manajer itu sendiri maupun orang lain termasuk dari bawahannya. Hasil kajian Aziz dan



Suwatno



(2019)



menunjukan



bahwa



gaya



kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja guru. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai “agen of change (agen perubahan)”, bertugas untuk membangun peserta didik agar sanggup memecahkan masalah nasional



(internal)



dan



menenangkan



persaingan



MANAJEMEN PENDIDIKAN 172



172



internasional (eksternal). Untuk lebih jelasnya berikut ini akan



dipaparkan



faktor-faktor



penyebab



lahirnya



masalah dalam suatu lembaga, yaitu: 1. Faktor kepemimpinan suatu lembaga. Faktor ini dapat menjadi penyebab datangnya masalah, misalnya menempatkan manajer yang bukan ahlinya, belum berpengalaman, dan mungkin berwatak pemarah, otoriter, tidak percaya kepada bawahannya, dan terlalu idealis atau perfeksionis, sehingga seluruh kerja bawahan dianggap tidak ada yang benar dan tidak seorang pun yang berprestasi; 2. Faktor penempatan manajer madya dan manajer operasional yang kurang menguasai unit kerja yang



dipimpinnya



serta



kurang



memiliki



keterampilan teknis yang dapat diajarkan kepada bawahan-bawahannya; 3. Faktor sarana dan prasarana yang dimiliki lembaga pendidikan yang kurang memadai bagi tercapainya tujuan pendidikan; 4. Faktor



tujuan



pendidikan



yang ditetapkan,



terutama jika diantara tujuan yang hendak dicapai MANAJEMEN PENDIDIKAN



173 173



dengan sumber-sumber daya dan dana tidak seimbang; 5. Faktor SDM, misalnya para pendidik dan tenaga kependidikan yang tidak profesional dan tidak memiliki semangat pegabdian yang utuh serta loyalitas yang kuat pada lembaga pendidikan; 6. Faktor kurikulum yang tidak rasional, materi pembelajaran dan proses pembelajaran yang tidak sistematis, diurutkan



sesuai



misalnya kurikulum dengan



jenjang



tidak satuan



pendidikan dan latar belakang pertumbuhan dan perkembangan peserta didik; 7. Faktor sumber dana bagi operasional lembaga pendidikan, termasuk gaji dan/atau insentif yang terlalu kecil bagi para pendidik dan tenaga kependidikan; 8. Faktor media pendidikan, misalnya perpustakaan yang kurang menunjang bahkan belum tersedia; 9. Faktor lingkungan sekolah dan lingkungan eksternal sekolah yang kurang menunjang. Interaksi pihak lembaga dengan masyarakat yang renggang; dan MANAJEMEN PENDIDIKAN 174



174



10. Sistem manajemen yang kurang profesional. Jika sistem yang dibangun kurang profesional, maka hasilnyapun tidak jauh dari itu. Salah satu komponen tidak berperan dan/atau membuat kesalahan akan berdampak pada sistem lembaga secara keseluruhan. Sebagai contoh,



dalam



kendaraan salah satu bagian tidak berfungsi, maka secara otomatis kendaraan tersebut kurang berfungsi secara baik. Fungsi telaah masalah, kaitannya dengan tugas manajer, terletak pada proses menentukan langkahlangkah pengambilan keputusan, diantaranya dapat diupayakan dengan berbagai cara dan pendekatan, yaitu; 1. Pendekatan kepekaan intuitif, yaitu seorang manajer harus memiliki kepekaan intuitif dalam mencari solusi alternatif pemecahan masalah. Pendekatan ini biasanya didukung oleh watak dan bakat manajer dalam kepemimpinannya. 2. Pendekatan



konsultatif,



yaitu



mencoba



mengkonsultasikan seluruh permasalahan kepada orang yang dianggap memiliki keahlian khusus dalam menangani masalah. Apabila masalahnya MANAJEMEN PENDIDIKAN



175 175



berkaitan



dengan



berkonsultasilah



hukum, dengan



maka



sebaiknya



lembaga



bantuan



hukum, pengacara, atau sarjana hukum



yang



sudah profesional dalam menangani masalah hukum, baik hukum keperdataan maupun hukum kepidanaan, dan sebagainya 3. Pendekatan kompromistik (pendekatan intuitif dan konsultatif), yaitu memadukan dua pedekatan guna



lebih



menyempurnakan



alternatif



pemecahan masalah. 4. Pendekatan komperatif, yaitu membadingkan masalah yang dihadapi dengan lembaga lain yang mungkin pernah menghadapi masalah yang sama, sehingga pengalaman lembaga yang dimaksud dapat



dijadikan



pertimbangan



bagi



solusi



alternatif pemecahan masalah. 5. Pendekatan



proses



“trial-anda



error”.



Pendekatan ini memiliki ciri sebagai berikut. (1) Melalui



analisis



terbatas



terhadap



suatu



permasalahan kemudian mengambil keputusan, (2) Keputusan yang diambil bersifat remedial tidak didasarkan atas inovasi, (3) Keputusan MANAJEMEN PENDIDIKAN 176



176



bersifat menghilangkan berbagai kendala atau faktor yang menghambat terlaksananya kegiatan, yang tidak didasarkan atas tujuan yang pasti atau pelaksanaan yang keluar dari perencanaan yang sudah



diputuskan



(in



konsistensi



realisasi



program) Berbagai



alternatif



yang



ditawarkan



guna



memecahkan masalah yang dihadapi adakalanya dapat dikompromikan apabila secara substansial memiliki sifat-sifat yang saling menunjang. Sebaliknya ada pula yang harus ditetapkan karena ada alternatif yang saling berlawanan. Oleh karena itu, secara keseluruhan, alternatif yang ditawarkan perlu ditelaah. Alternatif setiap masalah yang dihadapi harus sesuai dengan masalah yang bersangkutan. Jika masalahnya berkaitan dengan



profesionalitas



personalia,



alternatif



pemecahannya harus berkaitan secara langsung dengan personalia,



baik



sebagai



pribadi



maupun



sistem



personalia dari suatu unit kerja tertentu. Demikian pula, dalam kaitannya dengan masalah kurikulum, proses belajar



mengajar,



kepemimpinan



upah



seorang



atau



insentif



manejer,



dan



pegawai, masalah



MANAJEMEN PENDIDIKAN



177 177



siswa/mahasiswa, alternatifnya harus merupakan solusi yang dapat menghilangkan permasalahan yang dihadapi secara langsung. Pengkajian berbagai alternatif berfungsi untuk mengetahui secara lebih jernih terhadap serangkaian konsekuensi yang timbul dari pelaksaan alternatif yang dimaksudkan. Konsekuensi pelaksanaan suatu alternatif dapat bersifat positif dan negatif, atau resikonya dapat menguntungkan atau sebaliknya merugikan. Aspekaspek positif dan negatif ini dapat dilihat dari segi manfaat,



biaya,



dan



nilai.



Dengan



kajian



yang



mendalam, rasional, dan komprehensif, pemilihan alternatif pemecahan masalah dapat menekan sekecil mungkin dampak yang akan merugikan lembaga pendidikan.



Jadi,



permasalahan



tidak



dianggap



hambatan, seharusnya dipandang sebagai tantangan. Dengan pengelolaan masalah yang baik, pola dan pendekatan penyelesaian yang rasional, permasalahan akan berubah menjadi motivasi yang kuat untuk meningkatkan kemajuaan lembaga pendidikan. Permasalahan merupakan tantangan bagi kemajuan lembaga pendidikan, secara langsung memerlukan MANAJEMEN PENDIDIKAN 178



178



penentuan alternatif yang langkah pertamanya adalah menentukan kriteria sebagai unsur kajian alternatif pemecahan masalah, yang juga dapat diartikan sebagai aturan



atau



standar



yang



dapat



dipakai



untuk



melaksanakan ranking terhadap semua alternatif yang tersedia. Selain itu, kriteria yang ditetapkan akan dapat menghubungkan unsur-unsur tujuan dan dampak yang ditimbulkan oleh pemilihan alternatif tersebut karena pemilihan dan penetapan alternatif merupakan salah satu tugas manajer dalam pengambilan keputusan. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan penjajakan (inquiry) tentang hal berikut. 1. Nilai, tujuan dan kriteria. Nilai adalah hakikat dari alternatif, hikmah dilaksanakan alternatif bagi



kemajuan



lembaga



pendidikan,



atau



implikasi baik dan buruknya terhadap lembaga pendidikan. Tujuan adalah sasaran atau target yang



hendak



dicapai,



sedangkan



kriteria



merupakan ragam dari alternatif yang telah diketahui jenis, sifat, dan ciri-cirinya. 2. Identifikasi



alternatif-alternatif.



Artinya



memberikan nama yang jelas untuk setiap MANAJEMEN PENDIDIKAN



179 179



alternatif yang ditawarkan. Konsep dari seluruh alternatif disusun secara sistematis, objektif, logis, dan transparan. 3. Evaluasi dan perbandingan alternatif. Kegiatan menilai atau mengukur alternatif, dengan cara memperhitungkan



proposionalitasnya



dengan



sumber daya dan sumber dana yang tersedia, serta situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Dengan demikian, pemilihan alternatif sebagai pengambilan



keputusan



dapat



diprediksikan



untung dan ruginya. Ini merupakan bagian dari fungsi manajemen manajer



sebagai



yang dilaksanakan oleh forcasting



(memperkirakan



kejadian di masa depan) organisasi. Alternatif yang ditelaah oleh manajer secara langsung merupakan penjajakan tujuan dari keputusan yang diambil. Penjajakan tujuan dilakukan dalam rangka penentuan kebutuhan manajer dan lembaga pendidikan yang dikelolanya secara keseluruhan. Dalam penjajakan tujuan ini sekaligus akan dapat diketahui nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan tujuan akhir (ultimate goals) yang dicapai. MANAJEMEN PENDIDIKAN 180



180



Manajer yang cerdas, cermat, dan bijaksana dalam pengambilan keputusan, terutama ketika menetapkan alternatif peemecahan masalah adalah manajer yang mementingkan



penelitian



dan



pengujian



terhadap



berbagai alternatif yang ada. Penelitian dan pengujian bukan coba-coba atau berspekulasi, tetapi merupakan kerangka kerja metodologis dan taktis untuk menetapkan pilihan terbaik dari sekian banyak alternatif yang ada. Berbagai penelitian dan pengujian alternatif yang ditawarkan, tidak menutup kemungkinan ditemukannya alternatif baru yang lebih efektif dan afesien. Untuk mengetahui efektivitas berbagai alternatif yang dapat dikembangkan, perlu ada penjajakan kriteria yang nantinya dapat dipakai sebagai ukuran. Oleh karena itu, penelitian, penemuan, bahkan intuisi juga dibutuhkan dalam rangka membuat perkiraan tentang kondisi dan hambatan dalam pelaksanaan berbagai alternatif yang telah diidentifikasikan. Setelah ditemukan berbagai kemungkinan alternatif, tiap-tiap alternatif tersebut perlu diteliti, baik dari segi kemungkinan pelaksanaanya beserta resiko yang dihadapi. Alternatif-alternatif itu diperbandingkan.



Dalam



melakukan



penjajakan,



MANAJEMEN PENDIDIKAN



181 181



sebaiknya permasalahan yang dihadapi dilihat secara komperhensif dan/atau menyeluruh. Penelitian terhadap alternatif-alternatif pemacahan masalah dilakukan dengan langkah-langkah konkret berikut. 1. Melakukan eksplorasi general terhadap realitas atau fakta-fakta yang terjadi. 2. Menetapkan



permasalahan



faktual



yang



merupakan hasil ekplorasi 3. Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam



bentuk



pertanyaan-pertanyaan



atau



pernyataan 4. Membatasi permasalahan dengan mempertimbangkan kuantitas atau kualitas masalah yang dihadapi 5. Mengumpulkan data-data faktual berkaitan dengan masalah yang dihadapi, sebagai bukti adanya masalah 6. Mencari hubungan antarpeyebab dan akibat yang ditimbulkan oleh masalah yang dihadapi 7. Memprediksikan akibat-akibat yang mungkin akan ditimbulkan apabila maslah dibiarkan MANAJEMEN PENDIDIKAN 182



182



berlarut-larut tanpa diselesaikan dan dicari solusinya 8. Menggambarkan dan menawarkan berbagai alternative pemecahan masalah dengan alasan konseptualnya. 9. Menggambarkan dan menawarkan berbagai alternatif pemecahan masalah. 10. Menafsirkan alternatif pemecahan masalah yang ditetapkan sesuai dengan pendekatan yang digunakan 11. Menentukan pilihan utama alternatif masalah setelah mempertimbangkan dampak yang akan dihadapi 12. Menilai



dan



mengukur



hasil-hasil



yang



diperoleh setelah melaksanakan alternative pemecahan masalah 13. Menyimpulkan



hasil



akhir



dan



merekomendasikan alternative yang sudah diterapkan



untuk



dikembangkan



dan



dikonseptualisasikan agar lebih memeudahkan proses



operasionalnya



dan



menghambat



permasalahan serupa muncul kembali. MANAJEMEN PENDIDIKAN



183 183



Pengambilan keputusan oleh manajer, berkaitan dengan



pemilihan



alternatif



pemecahan



masalah.



Manajer akan melibatkan semua pihak dalam lembaga pendidikan. Visi dan misi tidak dapat dioperasionalkan apabila tidak didukung



dan dibantu oleh seluruh



personal yang memiliki latar kemampuan, keterampilan dan pengalaman yang berbeda-beda. Manajer harus mengembangakn konsep kerja sama antar personal agar pelaksanaan alternatif pemecahan masalah lebih cepat dan mudah. Kerjasama dapat diciptakan jika manajer memiliki keterampilan manusiawi. Manajer



selain



menentukan



langkah-langkah



penetapan alternatif pemecahan masalah, juga harus melakukan verifikasi alternatif yang diambil dengan cara mengundang seluruh personal lembaga pendidikan yang dipimpinnya atau wakil-wakil pimpinan yang ditetapkan oleh surat keputusan dan membicarakan pengambilan keputusannya secara terbuka. Misalnya melakukan rapat senat, rapat pimpinan, rapat dosen, rapat komite dan/atau dewan sekolah, dan yang sejenisnya. Dalam berbagai rapat itu akan muncul kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sehingga pengambilan MANAJEMEN PENDIDIKAN 184



184



keputusan yang dilakukan oleh manajer bersifat terbuka, konfirmasi, dan verifikasif. Pengambilan keputusan yang dilakukan manajer harus mengacu pada pandanganpandangan



rasional



dan



bijaksana



yang



telah



dimusyawarakan dengan seluruh bawahanya. Oleh sebab itu, dalam menetapkan alternatif pemecahan masalah, manajer harus memperhatikan hal-hal berikut . 1. Sumber dan latar belakang permasalahan. 2. Alasan-alasan pentingnya memberikan perhatian serius terhadap permasalahan yang ada 3. Kelompok atau institusi yang menjadi sasaran suatu keputusan program. 4. Keuntungan-keuntungan yang dapat diraih. 5. Program yang telah dilaksanakan yang ada kaitannnya dengan masalah yang dihadapi 6. Tujuan yang diinginkan 7. Kerangka analisis berkisar pada macam-macam alternatif, metodologi, dan asumsi. 8. Alternatif,



yaitu



uraian,



efektivitas,



biaya,



pengaruh sampingan, keterangan lain yang diperlukan MANAJEMEN PENDIDIKAN



185 185



Dalam menjalankan fungsinya sebagai manajer dan atau pimpinan lembaga pendidikan, misalnya rektor kepala sekolah, ketua yayasan, ia harus memiliki keampuan menguasai dan melaksankan tugasnya dengan baik. Ia bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan pendidikan., mengatur



mengatur hal-hal



proses



yang



belajar



menyangkut



mengajar, kesiswaan,



personalia, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran dan komponen sekolah lainnnya. Selain itu,



majer



tersebut



memilki



wewenang



untuk



menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Manajer lembaga pendidikan harus kreatif dan mampu memilki ide-ide dan inisiatif yang menujang perkembangan sekolah. Ide kreatifnya dapat digunakan untuk membuat perencanaan, menyusun organisasi sekolah,



memberikan



pengarahan,



dan



mengatur



pembagian kerja, mengelola kepegawaian yang ada di lingkungan sekolah agar seluruh proses adminstrasi di lembaga pendidikan yang dipimpinnya dapat berjalan dengan lancer dan mampu mencapai tujuan yang diharapkan. MANAJEMEN PENDIDIKAN 186



186



Manajer yang profesional dapat dilihat juga dari kecakapan guru/dosen,



sosialnya petugas



misalnya



melibatkan



administrasi,



para



pengusaha,



pemerintahan setempat agar rencana yang telah disusun dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk tugas tersebut, diperlukan manajer yang memilki kecakapan social dengan berbgai kemampuan dalam mempengaruhi dan menyakinkan orang lain. Manajer dalam suatu lembaga pendidikan bertugas pula dalam hal berikut. 1. Mengendalikan pelaksanaan kurikulum, meliputi isi,



metode



penyajian,



penggunaan



alat



perlengkapan, dan penilaiannya agar berlangsung sesuai



dengan



ketentuan



dan



peraturan



perundang-undangan yang berlaku; 2. Mengendalikan tenga teknis agar memenuhi persyaratan



formal



yang



berlaku



dan



melaksankan tugasnya sesuai dengan ketentuan dan peraturan perudang-undangan yang berlaku; 3. Mengendalikan pengadaan, penggunaan, dan pemeliharaan sarana lambaga pedidikan sesuai dengan keputusan dan peraturan perundangMANAJEMEN PENDIDIKAN



187 187



undangan yang berlaku, serta menjaga agar kualitas dan kuantitas sarana lembaga pendidikan memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku; 4. Mengendalikan tata usaha lembaga pendidikan, meliputi urusan kepegawaian, urusan keuangan, dan urusan perkantoran agar berjalan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangundangan yang berlaku; 5.



Mengendalikan hubungan kerja sama dengan masyarakat, antara lain dengan pemerintah daerah, dunia usaha, dan lain-lain;



6. Menilai proses dan hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketetapan dan waktu; 7. Menilai



pelaksanaan



kerja



tenaga



teknis



pendidikan; 8. Menilai pemanfaatan sarana pendidikan; 9. Menilai efisiensi dan keefektifan tata usaha pendidikan; 10. Menilai



hubungan



kerja



sama



dengan



masyarakat, antara lain pemerintah daerah, dunia usaha, dan lain-lain; MANAJEMEN PENDIDIKAN 188



188



11. Melaksnakan



program



pendidikan



serta



perbaikan



terhadap



pemberdayaan



memberikan



petunjuk



penyimpangan



dalam



pengelolaan pendidikan yang meliputi segi; a. Proses dan hasil pelaksanaan kurikulum yang dicapai pada periode tertentu; b. Kegiatan di bidang pengelolaan gedung dan bagunan, halaman, perabot, alat-alat kantor, dan sarana pendidikan lainnya; c. Pengembangan sekolah,



guru,



personal tenaga



termasuk tata



usaha



kepala yang



mencakup segi disiplin, sikap, dan tingkah laku,



pembinaan



karier,



peningkatan



pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan profesi masing-masing; d. Tata usaha termasuk urusan keuangan, urusan sarana, dan urusan kepegawaian; dan e. Hubungan lembaga dengan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3 sekarang Komite Sekolah) dan masyarakat umumnya.



MANAJEMEN PENDIDIKAN



189 189



D. Tingkatan Manajemen Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa tugas-tugas manajemen adalah menggunakan sumber daya



yang



dimiliki



seoptimal



mungkin,



dengan



melakukan kegiatan efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi itu tercapai. Ditinjau dari tingkatannya dalam organisasi terdapat tiga jenis manajer, yaitu manajer puncak (top managers), manajer menengah (middle managers), dan manajer garis pertama (first line managers) 1. Manajer puncak (top managers), adalah seseorang atau beberapa orang yang memegang jabatan tertinggi dalam suatu organisasi (berada pada puncak



tingkat manajerial). Manajer puncak



bertanggungjawab secara menyeluruh terhadap manajemen Tugasnya



organisasi adalah



yang



menetapkan



bersangkutan. kebijakan



operasional dan mengarahkan organisasi dalam berinteraksi dengan lingkungannya, baik mikro maupun makro. Contoh manajer puncak adalah pimpinan



dan



wakil



pimpinan



perusahaan



MANAJEMEN PENDIDIKAN 190



190



perseorangan, direktur rumah sakit, rektor, direktur utama suatu PT, dan yang sejenisnya; 2. Manajer menengah (middle managers) adalah seseorang atau beberapa oranag yang berada di bawah manajer puncak, tetapi membawahi manajer lain. Jadi, manajer ini ada apabila organisasi yang bersangkutan mempunyai lebih dari satu jenjang. Mereka



bertanggungjawab



untuk



pengarahan



kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengimplementasikan



kebijakan



organisasi



dan



mencari



keseimbangan antara tuntutan atasannya dengan kemampuan para bawahannya. Contohnya adalah manajer bagian produksi, kepala seksi desain produk, dan dekan; 3. Manajer garis pertama (firt line managers), adalah seseorang atau beberapa orang yang berada di tingkat bawah dalam hierarki orgnisasi. Manajer garis



pertama



tidak



membawahi



manajer,



melainkan langsung membawahi para karyawan operasional



serta



bertanggungjawab



terhadap



kelancaran pekerjaan para karyawan. Contohnya MANAJEMEN PENDIDIKAN



191 191



adalah mandor bagunan, sales supervisor, dan yang sejenisnya. Dalam lembaga pendidikan, misalnya pendidikan formal jenjang pendidikan



dasar dan pendidikan



menengah yang termasuk manajer puncak yaitu kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Sedangkan pada pendidikan tinggi yaitu rektor dan para wakil rektor. Manajer tingkat menengah yaitu dekan dan para wakil dekan



yang



bertanggungjawab



dalam



mengelola



fakultas. Manajer garis pertama di sekolah dilaksanakan oleh wali kelas, yaitu guru yang bertugas dan bertanggungjawab membina kelasnya masing-masing. Pada lembaga PT dipegang oleh ketua jurusan atau ketua program studi yang dibantu oleh sekretaris jurusan Manajer tingkat manengah, seperti wakil dekan II memiliki



bawahan



langsung



yang



mengelola



pengadministrasian pada ruang lingkup kepegawaian dan keuangan, yaitu kepala sub bagian (kasubag) tata usaha, sedangkan wakil dekan I dibantu oleh kasubag akademik dan ketua jurusan serta sekretaris jurusan, sementara wakil dekan III bertugas menangani dan mengelola lembaga dalam bidang kemahasiswaan yang dibantu MANAJEMEN PENDIDIKAN 192



192



oleh kasubag kemahasiswaan bersama dengan kasubag akademik. Oleh karena itu jabatan ini disebut kasubag akademik dan kemahasiswaan. Jenis-jenis manajer dapat dibedakan menurut ruang lingkup kegiatan yang dikelolanya, yaitu (1) manajer fungsional dan (2) manajer umum. Manajer fungsional (functional managers), yaitu manajer yang hanya bertanggungjawab



atas



suatu



kegiatan



saja



atau



menjalankan satu fungsi manajerial saja, misalnya manajer pemesaran, manajer keungan, atau manajemen SDM. Sedangkan manajer umum (general managers), yaitu manager yang bertanggungjawab atas seluruh kegiatan dalam unitnya, seperti keuangan pemasaran, produksi/operasi, dan SDM Pada tingkat fakultas, manajer umum dipegang oleh dekan, sedangkan para wakil dekannya termasuk manajer fungsional, karena menjalankan tugas dan kewajibannya dalam salah satu jenis kegiatan, yang bertanggungjawab sepenuhnya kepada dekan. Untuk menjadi manajer yang profesional, diharapkan memiliki keterampilan dan sejumlah kecakapan pendukungnya. Terkait dengan hal tersebut, Robert &. Kazn (Wahyudi, MANAJEMEN PENDIDIKAN



193 193



2009:68) mengedepankan tiga jenis keterampilan utama yang



dibutuhkan



oleh



tingkat



manajer,



yaitu



keterampilan teknis, keterampilan manusiawi, dan keterampilan konseptual. a. Keterampilan teknis (technical skill), adalah kemampuan menggunakan alat-alat, teknis suatu bidang membuat



yang



khusus,



produk,



misalnya



pemeliharaan



keterampilan mesin,



dan



penjualan produk. Kaitannya dengan lembaga pendidikan keterampilan pimpinan PT keterampilan



membuat



kalender



yaitu



akademik,



keterampilan menggunakan computer dan disertai dengan menggunakan multi media (LCD dan labtop) dan sebagainya dalam upaya memperlancar tugas dan fungsi manajer dalam menjalankan kegiatan PT; b. Keterampilan manusiawi (human skills), adalah kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dan memotivasi orang lain, baik sebagi individu maupun sebagi kelompok. Keterampilan ini sangat penting bagi manajer agar ia dapat bekerjasama dengan anggota-anggota organisasi yang lain, MANAJEMEN PENDIDIKAN 194



194



maupun pimpinan kelompoknya sendiri, misalnya dalam



memimpin



rapat



seorang



manajer



menderngar dan menghargai pikiran dan saran dari peserta



rapat.



Dalam



lembaga



pendidikan,



keterampilan manusiawi sangat penting karena pendidik



berhubungan



dengan



siswa,



dosen



berhubungan dengan mahasiswa, dan pimpinan berhubungan dengan bawahannya; c. Keterampilan konseptual (consptual skills) adalah kemampuan



untuk



mengkoordinasikan



dan



memadukan berbagai kegiatan untuk kepentingan organisasi,



seperti



kemampuan



memahami



perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi yang dipimpinnya. Keterampilan ini wajib dimiliki oleh pimpinan pusat atau manajer puncak. Rektor dan dekan mampu menjadi konseptor yang andal dalam membuat visi dan misi PT, kepala sekolah mampu membuat konsep lembaga



pendidikan



atau



sekolah



yang



dipimpinnya menjadi lembaga pendidikan atau sekolah yang berwawasan dan berorientasi ke depan serta lulusan yang berdaya saing global (era MANAJEMEN PENDIDIKAN



195 195



revolusi industri 4.0) yang memberi kontribusi bagi kebutuhan masyarakat luas. Hasil



penelitian



Ayuba



&



Lisdawati



(2019)



menemukan adaya peluang penerapan kompetensi manajerial kepala sekolah technical skills, human skills, dan conceptual dalam meningkatkan mutu pendidikan. Ketiga indikator tersebut, memiliki relevansi yang berhubungan erat dengan substansi utama dalam proses peningkatan mutu pendidikan, yang menitikberatkan pada profesionalitas kepala sekolah, baik dalam arti sebagai manager dan sekaligus sebagai leader yang baik. Dengan kata lain kompetensi manajerial kepala sekolah, dapat diterapkan untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah secara maksimal. Sejalan dengan kajian di atas, juga hasil penelitian Anggraeni & Kurniatun. (2016) menunjukkan, secara parsial



maupun



bersama-sama



keduanya



(kinerja



manajerial kepala sekolah dan kinerja mengajar guru) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap mutu sekolah.



Dengan



kata



lain



hasil



penelitian



ini



memberikan petunjuk kepada kepala sekolah agar meningkatkan kinerja manajerialnya, khususnya dalam MANAJEMEN PENDIDIKAN 196



196



kemampuan pengambilan keputusan yang tepat, dan para guru bisa memperbaiki kinerja mengajarnya dengan menambah pengetahuan, wawasan, dan keilmuannya, khususnya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guna mewujudkan pembelajaran yang efektif.



MANAJEMEN PENDIDIKAN



197 197



DAFTAR DAFTAR PUSTAKA PUSTAKA Arief, A. 2002. Kecakapan Hidup Melalui Pendekatan Berbasis Luas. Surabaya: SIC. Arthana, dkk; 1999. Model Manajemen Sekolah Dasar yang Efektif dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Laporan Penelitian Universitas Negeri Surabaya. Asmani, 2012. Tips Aplikasi Manajemen sekolah. Jogjakarta: Diva Press (anggota IKAPI). Anggraeni, I., Aan, K; & Kurniatun. 2016. Kinerja Manajerial Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru dan Mutu Sekolah Dasar. Jurnal Administrasi Pendidikan. XXIII (2): 134-140. Akdon. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung : CV Pustaka Setia. Ayuba, M. B; & Lisdawati, M. 2019. Penerapan Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Al-Minhaj. Jurnal Pendidikan Islam, 2 (1): 174-189. Azis, A. Q; & Suwatno. 2019. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMK Negeri 11 Bandung Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 4 (2): 246253. MANAJEMEN PENDIDIKAN 198



198



Betty, Y. 2001. Peningkatan Produktivitas Pendidikan dengan Melibatkan Orang Tua dalam Program Sekolah. Pelangi Pendidikan. 8 (2):117-120. Budiono, A. 2008. Mencari Model Pendidikan di Papua. htt//com/Tabloit Jubi/April 28. Collins M. 1992. Mengubah Perilaku Siswa: Pendekatan Positif. Jakarta: Gunung Mulia. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 1999. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta: Depdikbud. Frans. 2009. Yayasan PCD Dirikan Sekolah Berbasis Asrama. Merauke : htt//com/Papos/29 April 2009/00:00. Hasibuan, H. M. S. P 2016. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara. Usman, H. 2019. Adminitrasi, Manajemen, Kepemimpinan Pendidikan: Teori Praktik.Yogyakarta: Bumi Aksara.



dan dan



Mataputun, Y. 2007. Pengembangan Kerja Sama Sekolah dengan Masyarakat dalam Pembangunan Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 5 (2): 83-93.



MANAJEMEN PENDIDIKAN



199 199



________, 2011. Pembangunan Pendidikan Berpola Asrma dan Permasalahannnya. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran , 7 (3): 80-95. ________, 2018. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Berbasis Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual Terhadap Iklim Sekolah. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. ________, 2019. Manajemen Berbasis Sekolah. Malang: CV Ismaya Berkah Group. Munarti, S. 2011. Manajemen Sekolah. Jogyakarta: ArRuzz media. Mulyasa, H. E. 2011. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Mantja, W. 200. Manajemen Pendidikan dalam Era Reformasi, Jurnal Ilmu Pendidikan, 7 (2): 88-90. Nanang, F, 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Bandung. Pidarta, M. 1995. SD dan Teknik-Teknik Mengajar pada beberapa Sekolah di Australia. Surabaya: Laboratorium Adminitrasi Pendidikan FIP-IKIP. _______, 1999. Pemikiran Tentang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.



Supervisi



MANAJEMEN PENDIDIKAN 200



200



Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk Lain yang Sederajat. Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah. Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah. Prayitno, 2017. Konseling Profesional yang Berhasil: Layanan dan Kegiatan Pendukung. Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada. Pogau, O. 2009. 15 Tahun PESAT Membangun Pendidikan Berpola Asrama di Papua. Htt://Pogaukto.com/2009/12/pesat-Nabiremembangun pendidikan-html. Purwanto, M. N. 1995. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Paraktis, Bandung : Remaja Rosdakarya. Republika. 2004. Belajar di Sekolah Berasrama, Membentuk Siswa Berkarakter Unggul. htt;//com/Republika/26 Maret//2004/20:80. Samani, M. 1996. Prospek Profesi Guru. Makalah disajikan pada Seminar Wawasan Guru di Surabaya Tanggal 21-12-1996. MANAJEMEN PENDIDIKAN



201 201



Sallis, E. 1993. Total Quality Manajemen In Education. Landon: Philadelplila. Sheey K and Henrqees G. R. 1991. Education Managemen and Particippation. Tokyo: Bostan London Toronto Sydney. Supriono, S dan Supari, A. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah: Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar Melalu Pemberdayaan Masyarakat, Otonomi Sekolah dan Pembelajaran Aktif, Kreatif dan menyenangkan (PAKEM). Surabaya: SIC. Sutrisno. 2008. Problem dan Solusi Pendidikan Sekolah Berasrama (Boarding School). htt://com/8 September 2008. Sutisna, O. 1989. Administrasi Pendidikan Untuk Profesional. Bandung: Tarsito. Suwarno, W. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Tim



Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta.



Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional. MANAJEMEN PENDIDIKAN 202



202



Wahjosumidjo, 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan dan Permasalahan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Wahyudi, 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization), Bandung : CV Alfa Beta. Wijaya, D. 2007. Peluang Meningkatkan Karier dengan Inteligensi (Kecerdasan). Jakarta: Restu Agung.



MANAJEMEN PENDIDIKAN



203 203



BAB I



KONSEP DASAR MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN



A. Pendahuluan KEBERHASILAN sekolah dalam melaksanakan fungsi kependidikannya perlu didukung dengan manajemen yang baik. Indikator manajemen sekolah yang baik dapat dilihat dari budaya kerja sekolah dengan suasana dan iklim



kerja positif dan inovatif. Demikian pula



penataan fisik dan administrasi atau ketatalaksanaan sekolah dengan baik dan memberi kontribusi yang berarti bagi kualitas sekolah dan lulusan. Manajemen sekolah yang profesional dan berdaya saing global, menjadi impian setiap institusi dan satuan pendidikan bahkan para pemangku kepentingan. Karena kualitas sekolah sangat berpengaruh terhadap animo masyarakat untuk meyekolahkan anak-anaknya pada institusi dan/atau satuan pendidikan tertentu. Dalam upaya mencapai apa yang dikemukakan di atas, maka setiap manajer perlu memahami dan MANAJEMEN PENDIDIKAN 204



1