Materi Penkes Kesiapsiagaan Gempa Bumi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MATERI EDUKASI KESIAPSIAGAAN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI 1. Latar Belakang Dari segi kebumian, Indonesia merupakan daerah yang sangat menarik. Indonesia terletak diantara tiga lempeng tektonik yakni lempeng eurasia, lempeng pasifik dan lempeng IndoAustralia. Secara geografis Indonesia terletak pada rangkaian cincin api yang membentang sepanjang lempeng pasifik yang merupakan lempeng tektonik paling aktif di dunia. Zona ini memberikan kontribusi sebesar hampir 90% dari kejadian gempa di bumi dan hampir semuanya merupakan gempa besar di dunia (Amri et al., 2016).



Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar (patahan), aktivitas gunungapi atau runtuhan batuan. Jenis bencana ini bersifat merusak, dapat terjadi saat dan berlangsung dalam waktu singkat. Ancaman bahaya gempa bumi tersebar dihampir seluruh wilayah Kepulauan Indonesia, baik dalam skala kecil hingga skala besar yang merusak. Hanya di Pulau Kalimantan bagian barat, tengah dan selatan sumber gempa bumi tidak ditemukan, walau masih ada guncangan yang berasal dari sumber gempa bumi yang berada di wilayah Laut Jawa dan Selat Makassar. Wilayah yang rawan bencana gempa bumi di Indonesia tersebar mulai dari Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Maluku Utara dan wilayah Papua (Yanuarto, Utomo, & Pinuji, 2019). Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesi (DIBI) BNPB, terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode tahun 2005 hingga 2015



lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan bencana hidrometeorologi dan hanya sekitar 22% (3.810) merupakan bencana geologi. Kejadian bencana hidrometeorologi berupa bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi yang sering terjadi adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi, dan tanah longsor. Kecenderungan jumlah kejadian bencana secara total untuk kedua jenis kelompok yang relatif terus meningkat. Jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor geologis tidak terlalu signifikan dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor hidrometeorologis. Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya gempa bumi dan tsunami pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak yang cukup besar baik dari sisi korban dan kerugian ekonomi. Beberapa gempa besar telah terjadi dalam 10 tahun terakhir mengakibatkan kehilangan jiwa serta kerugian material yang mempengaruhi sektor ekonomi dan pembangunan (Amri et al., 2016). Proses terjadinya gempa sangat sulit untuk diamati secara langsung, sebab melibatkan interaksi yang sangat kompleks antara materi dan energi yang terdapat pada sistem sesar aktif di bawah permukaan bumi (Amri et al., 2016). Dengan demikian, proses ini sangat sulit untuk diprediksi, yang mana sampai saat ini belum ada ahli dan institusi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa bumi sehingga kesiapsiagaan sangat diperlukan sebagai bentuk antisipasi terhadap kemungkinan adanya bencana gempa bumi. Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Dalam menghadapi bencana, kesiapsiagaan menjadi kunci keselamatan (Yanuarto et al., 2019). Hal ini menunjukan dibutuhkan adanya rencana kesiapsiagaan bencana gempa bumi sehingga dapat meminimalisir kerugian yang akan terjadi. Dengan demikian, jelas bahwa kesiapsiagaan bencana perlu terus didorong dan disosialisasikan kepada masyarakat untuk meningkatkan pemahaman praktis tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi ditatanan keluarga dan komunitas masyarakat. Selain itu, diperlukan juga upaya-upaya untuk meningkatkakan pemahaman pengetahuan dasar mengenai kesiapsiagaan bencana gempa bumi yang terkait dengan implementasi pengurangan risiko dan strategi kesiapsiagaan bencana gempa bumi.



2. Gempa Bumi Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar (patahan), aktivitas gunungapi, atau runtuhan batuan. Jenis bencana ini bersifat merusak, dapat terjadi setiap saat dan berlangsung dalam waktu singkat. Gempa bumi dapat menghancurkan bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya dalam sekejap. Sampai saat ini, belum ada ahli dan institusi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa bumi. Institusi yang berwenang untuk mengeluarkan informasi kejadian gempa bumi adalah BMKG. Anda dapat mengetahui informasi dari berbagai parameter mengenai besaran suatu gempa bumi, titik pusat gempa bumi, kedalaman,dan potensi tsunami dari laman (www.bmkg. go.id) atau pun aplikasi gawai BMKG berbasis android atau IOS (Yanuarto et al., 2019). 3. Kesiapsiagaan Dalam menghadapi ancaman bencana, kesiapsiagaan menjadi kunci keselamatan Anda. Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. BNPB menetapkan 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana dan mengharapkan partisipasi Anda dan semua pihak untuk melakukan latihan kesiapsiagaan (Yanuarto et al., 2019). 4. Kesiapsiagaan pada Bencana Gempa Bumi Berbagai upaya kesiapsiagaan yang dapat bermanfaat dalam mengantisipasi situasi bencana gempa bumi. Kesiapsiagaan ini dapat diupayakan dari tatanan keluarga hingga berlanjut dalam komunitas masyarakat. Beberapa upaya penting untuk kesiapsiagaan adalah : (Bethel, Foreman, & Burke, 2011; Magni, Fraboni, & Marincioni, 2017; Yanuarto et al., 2019) 1. Memahami bahaya di lingkungan sekitar Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah 2. Memahami sistem peringatan dini setempat



3. Mengetahui rute evakuasi dan/atau merencanakan jalur evakuasi darurat serta rencana pengungsian 4. Memiliki keterampilan untuk mengevaluasi situasi secara cepat dan mengambil inisiatif tindakan untuk melindungi diri. Melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam menghadapi reruntuhan saat gempa bumi, seperti merunduk, perlindungan terhadap kepala, berpegangan ataupun dengan bersembunyi di bawah meja. 5. Miliki sebuah rencana darurat keluarga Bencana sering terjadi tanpa peringatan sehingga Anda membutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapinya. Salah satu kebutuhan yang diperlukan untuk menghadapi bencana adalah rencana kesiapsiagaan. Rencana ini mencakup : a. Analisis ancaman di sekitar Membahas tanggap bencana dengan anggota keluarga dan mengamankan furniture (Agarwalla et al., 2020; Yanuarto et al., 2019) b. Identifikasi titik kumpul c. Nomor kontak penting d. Ketahui rute evakuasi dan mencari lokasi pusat evakuasi Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila gempa bumi terjadi e. Identifikasi lokasi untuk mematikan air, gas dan listrik f. Identifikasi titik aman di dalam bangunan atau rumah Pastikan struktur design tepat, evaluasi kekokohan serta kekuatan dari bangunan. Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap guncangan gempa bumi dengan fondasi yang kuat. Selain itu, Anda dapat merenovasi bagian bangunan yang sudah rentan menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar (India National Disaster Management, 2018; Yanuarto et al., 2019) g. Identifikasi anggota keluarga yang rentan (anak-anak, lanjut usia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas) Mempersiapkan kebutuhan makanan dan air serta emergency kit. Bagi yang memiliki penyakit kronis, keterbatasan fisik/disabilitas perlu menyiapkan pasokan obat yang sering dikonsumsi sebagai antisipasi bencana (Agarwalla et al., 2020; Yanuarto et al., 2019).



h. Mencari bantuan dari penduduk dan wakil tetangga Dukungan sosial pra-bencana berfungsi sebagai sumber daya kesiapsiagaan bencana dalam mengurangi gejala depresi pascabencana gempa bumi dan tsunami di antara orang-orang yang lebih tua yang selamat dari Jepang Timur Raya Tahun 2011. Dalam penelitian Sasaki et al (2019), menemukan bahwa peserta yang memberi dan menerima dukungan emosional sebelum bencana secara signifikan lebih kecil kemungkinan terjadinya gejala depresi setelah bencana dibandingkan dengan mereka yang tidak mendukung. Risiko timbulnya gejala depresi adalah mereka yang mengalami kerusakan akibat bencana tetapi juga telah memberi dan menerima bantuan tetapi kurang dukungan sosial. Memperkuat bantuan dan dukungan sosial dapat membantu menumbuhkan ketahanan psikologis terhadap bencana. 6. Tas Siaga Bencana (TSB) Tas Siaga Bencana (TSB) merupakan tas tahan air (water proof) yang dipersiapkan anggota keluarga untuk berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencana atau kondisi darurat lain. Tujuan TSB sebagai persiapan untuk bertahan hidup saat bantuan belum datang dan memudahkan kita saat evakuasi menuju tempat aman. Contoh kebutuhan yang esensial diantaranya menyiapkan makanan, air, senter, radio.



7. Memiliki rencana antisipasi bencana untuk keluarga dan mempraktekkan rencana tersebut dengan latihan Didalam Bangunan, seperti rumah, sekolah ataupun bangunan bertingkat: a. Guncangan akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, upayakan keselamatan diri Anda dengan cara berlindung di bawah meja untuk menghindari dari benda-benda yang mungkin jatuh dan jendela kaca. Lindungi kepala dengan bantal atau helm, atau berdirilah di bawah pintu. Bila sudah terasa aman, segera lari keluar rumah b. Jika sedang memasak, segera matikan kompor serta mencabut dan mematikan semua peralatan yang menggunakan listrik untuk mencegah terjadinya kebakaran c. Bila keluar rumah, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, genteng, atau material lain. Tetap lindungi kepala dan segera menuju ke lapangan terbuka, jangan berdiri dekat tiang, pohon, atau sumber listrik atau gedung yang mungkin roboh d. Jangan gunakan lift apabila sudah terasa guncangan. Gunakan tangga darurat untuk evakuasi keluar bangunan. Apabila sudah di dalam elevator, tekan semua tombol atau gunakan interphone untuk panggilan kepada pengelola bangunan e. Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti pada sudut bangunan. f. Apabila Anda berada di dalam bangunan yang memiliki petugas keamanan, ikuti instruksi evakuasi Didalam Mobil : a. Saat terjadi gempa bumi besar, Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil b. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil Anda di kiri bahu jalan dan berhentilah c. Ikuti instruksi dari petugas berwenang dengan memerhatikan lingkungan sekitar atau melalui alat komunikasi lainnya seperti radio atau gawai. d. Apabila mendengar peringatan dini tsunami, segera lakukan evakuasi menuju ke tempat tinggi, seperti bukit dan bangunan tinggi Saat paska bencana gempa bumi : a. Tetap waspada terhadap gempa bumi susulan b. Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri Anda setelah gempa bumi berhenti. Perhatikan reruntuhan maupun benda-benda yang membahayakan pada saat evakuasi



c. Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah meja yang kuat d. Periksa keberadaan api dan potensi terjadinya bencana kebakaran e. Berdirilah di tempat terbuka jauh dari gedung dan instalasi listrik dan air. Apabila di luar bangunan dengan tebing di sekeliling, hindari daerah yang rawan longsor f. Jika di dalam mobil, berhentilah tetapi tetap berada di dalam mobil. Hindari berhenti di bawah atau di atas jembatan atau rambu-rambu lalu lintas 8. Mengurangi dampak bahaya melalui latihan mitigasi dan Melibatkan diri dengan berpartisipasi dalam pelatihan Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Salita, Liwanag, Tiongco, & Kawano (2019), pelatihan bencana bagi masyarakat awam menunjukkan potensi dalam meningkatkan pengurangan dan pengelolaan risiko bencana pada guru sekolah di Angeles City Filipina. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan pelatihan bencana sebagai intervensi diperoleh hasil perubahan signifikan dalam peningkatan pengetahuan, perilaku dan manfaat yang dirasakan, serta penurunan tingkat ketakutan pada peserta pelatihan. 9. Menyimak informasi dari berbagai media, seperti radio, televisi, media online, maupun sumber lain yang resmi. DAFTAR PUSTAKA Agarwalla, R., Pathak, R., Siddiqui, A., Panda, M., Gupta, E., & Islam, F. (2020). A Community-based Intervention Study to Assess the the Effectiveness of Awareness Imparted on Earthquake Preparedness among the Residents of South Delhi, India. Indian Journal of Community Medicine. https://doi.org/10.4103/ijcm.IJCM_404_19 Amri, M. R., Yulianti, G., Yunus, R., Wiguna, S., Adi, A. W., Ichwana, A. N., … Septian, R. T. (2016). Risiko Bencana Indonesia. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Bethel, J. W., Foreman, A. N., & Burke, S. C. (2011). Disaster Preparedness Among Medically Vulnerable



Populations.



AMEPRE,



40(2),



139–143.



https://doi.org/10.1016/j.amepre.2010.10.020 Magni, M., Fraboni, R., & Marincioni, F. (2017). Emergency Preparedness and Management at the University of L’aquila (Central Italy) and the Role of Students’ Associations in the April



6th



2009



Earthquake.



PLOS



Currents



Disasters,



(January).



https://doi.org/10.1371/currents.dis.5df8f1902f10be8920342035c77c14e3 Salita, C., Liwanag, R., Tiongco, R. E., & Kawano, R. (2019). Development , implementation , and evaluation of a lay responder disaster training package among school teachers in Angeles City , Philippines : using Witte ’ s behavioral model. Public Health, 170(045), 23– 31. https://doi.org/10.1016/j.puhe.2019.02.002 Sasaki, Y., Aida, J., Tsuji, T., Koyama, S., Tsuboya, T., & Saito, T. (2019). Pre-disaster social support is protective for onset of post-disaster depression : Prospective study from the Great East



Japan



Earthquake



&



Tsunami.



Scientific



Reports,



1–10.



https://doi.org/10.1038/s41598-019-55953-7 Yanuarto, T., Utomo, A. C., & Pinuji, S. E. (2019). Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).