Melakukan Test Alergi Hasil Kolaborasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kelompok 5 1. 2. 3. 4.



Moch. Ilham Cholis S Irawati Eva Yuanita Feby Hidayati



P17220171002 P17220171006 P17220173021 P17220173032



Melakukan Test Alergi Hasil Kolaborasi Pengertian IC adalah Suatu kegiatan memasukan obat secara benar dan efektif untuk menghindari terjadinya alergi obat. Memberikan obat melalui suntikan intracutan dan intrademal adalah suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau indra dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata “ intra” yang berarti lapis dan “dermis “ yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitifitas terhadap organisme. Tujuan injeksi IC(intracutan) 1) 2) 3) 4)



Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter Memperlancar proses pengobatan dan menghindari pemberian obat Membantu menentukan diagnosaterhadappenyakit tertentu misalnya (tuberculin



test) 5) Menghindarkan pasin dari efek alergi obat (dengan skin test) 6) Digunakan untuk test tuberculin atau test alergi terhadap obat-obatan 7) Pemberian vaksinasi. Lokasi Injeksi IC a. b. c. d.



Lengan bawah bagian atas Dada bagian atas Punggung bagian atas di bawah scapula Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam, dan pungguang bagian atas.



Indikasi injeksi IC(intracutan) a. b. c. d. e.



Pasien yang membutuhkan test alergi ( mantoux test ) Pasien yang akan melakukan vaksinasi Mengalihkan diagnosa penyakit Sebelum memasukkan obat pasien yang tidak sadar



Kontraindikasi injeksi IC(intracutan) a. b. c. d.



Pasien yang mengalami infeksi pada kulit Pasien dengan kulit terluka Pasien yang sudah dilakukan skin test Pasien yang alergi



SOP Tindakan Injeksi IC Persiapan Alat Dan Bahan a. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat b. Obat daam tempatnya c. Spuit 1 cc/spuit insuin/sesuai kebutuhan d. Kapas akohol dalam tempatnya e. Cairan pelarut f. Bak steril diapisi kasa steril (tempat spuit) g. Jarum sesuai kebutuhan h. Perlak dan alas dan nierbeken/bengkok i. Handschoen Pemberian obat/penyuntikkan melalui IC (Intracutan) a. Prinsip : 1) Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat. 2) Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan obat. 3) Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan. 4) Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya



dengan dokter yang



menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang



bertanggungjawab menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan therapi. 5) Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik,



dilakukan



dengan



cara



melarutkan



antibiotik



sesuai



ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.



6) Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD di ambil 0,1 cc dalam spuit, untuk angsung disuntikan pada pasien (Potter & Perry 2010).



b. Prosedur kerja 1) Persiapan : a. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemberian obat b. menjaga privasi pasien c. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien. 2) Tindakan : a. Cuci tangan b. Berdiri di sebelah kanan pasien c. Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju lengan panjang , buka dan naikan d. Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang di suntik e. Buka obat dengan cara : f. Flakon/Vial : buka tutup metal, lakukan disinfeksi tutup karet dengan kapas alkohol. Apabila sediaan obat dalam flakon masih berupa bubuk larutkan dengan aquabidest sebanyak yang tercantum pada petunjuk penggunaan obat g. Flakon/vial : isap udara sebanyak cairan yang diperlukan. Tusuk jarum dengan posisi bavel tegak. Suntikkan udara kedalam flakon. Balik flakon, dengan tangan kiri memegang flakon dengan ibu jari dan jari



tengah. sedangkan tangan kanan memegang ujung barrel dan plugger. Jaga ujung jarum dibawah cairan. Biarkan tekanan udara membantu mengisi obat dalam keadaan spuit. Setelah selesai, tarik jarum dari flakon. h. Ampul : ketuk obat yang ada di ujung ampul, patahkan leher ampul dengan tangan menggunakan kain kasa. i. Ampul : masukkan jarum kedalam ampul. Isap obat. Jaga ujung jarum berada di bawah cairan setelah selesai tarik jarum dari ampul j. Buang udara dalam spuit,tutup kembali kemudian masukkan ke dalam bak injeksi. k. Desinfeksi dengan kapas akohol pada daerah yang akan disuntik l. Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri m. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap keatas yang sudutnya n. o. p. q. r. s. t. u.



15-20º terhadap permukaan kulit Semprotkan obat hingga menjadi gelembung Tarik spuit dan tidak boleh dilakuan massage Setelah penyuntikan area penyuntikan tidak boleh didesinfeksi. Rapikan pasien. Rapikan alat. Cuci tangan Dokumentasikan tindakan. (Sigalingging, 2012) Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan pada area penyutikan dengan melingkari area penyuntikan dengan diameter kira kira 1inchi atau diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai positif jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi daerah yang sudah ditandai,



artinya pasien alergi dengan antibiotik tersebut. v. Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test tuberkulin test, dapat dinilai hasilnya dalam 2 sampai 3 kali 24 jam, positif bila terdapat rubor dolor kalor melebihi diameter 1 cm pada area penyuntikan. w. Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat/tes obat, tanggal, waktu, dan jenis obat. x. Evaluasi respon klien terhadap obat (15 s.d 30 menit)



c. Evaluasi 1) Evaluasi respon klien terhadap zat uji. Berapa obat yang digunakan dalam pengujian dapat menyebabkan alergi. Obat antidot (mis: epinefrin) mungkin perlu diberikan. 2) Evaluasi keadaan lokasi injeksi dalam 24 atau 48 jam, bergantung pada uji yang dilakukan. Ukur area kemerahan dan indurasi dalam milimeter pada diameter terlebar dan dokumentasikan Prosedur Isolasi Pengertian Teknik perawatan isolasi adalah suatu teknik merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan. Tujuan 1. Untuk menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit 2. Mencegah infeksi nosocomial atau HAIs Indikasi



1.



Segera



:



Setelah tiba di tempat kerja



2.



Sebelum



:



a. Kontak langsung dengan pasien b. Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan invasive c. Menyediakan/mempersiapkan obat-obatan d. Mempersiapkan makanan e. Memberi makan pasien f. Meninggalkan rumah sakit



3.



Diantara



:



Prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan terkontaminasi, untuk menghindari kontaminasi silang



4.



Setelah



:



a. Kontak dengan pasien b. Melepas sarung tangan c. Melepas alat pelindung diri d. Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, eksudat luka dan peralatan yang diketahui atau kemungkinan terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, ekskresi (bedpan, urinal), baik menggunakan/tidak menggunakan sarung tangan e. Menggunakan toilet, menyentuh/mengelap hidung dengan tangan



SOP Prosedur Isolasi



ISOLASI PASIEN



No. Dokumen Rumah Sakit Singkawang



Tk.IV



No. Revisi



Halaman



12.07.01



Jl.Prewira H-15 Singkawang



1/ 1



Tanggal Terbit



PROSEDUR TETAP



Ditetapkan Kepala Rumah Sakit Tk. IV 12.07.01 Singkawang



dr.Anton Tri Prasetiyo,Sp.OG Mayor Ckm NRP. 1103000240177 PENGERTIAN



TUJUAN



KEBIJAKAN



PROSEDUR PELAKSANAAN



Isolasi adalah segala usaha pencegahan penularan/penyebaran kuman pathogen dari sumber infeksi (petugas,pasien,carier,pengunjung) ke orang lain. 1. Mencegah agar kasus nosokomial tidak menyebar. 2. Mengamankan dan melindungi karyawan rumah sakit dan masyarakat dari bahaya nosokomial 3. Menjamin mutu pelayanan rumah sakit 1. Setiap pasien yang terindikasi isolasi harus masuk ruang isolasi 2. Bagi petugas kesehatan yang merawat pasien penyakit menular atau bertugas diruang isolasi sebaiknya kebal atau sudah mendapatkan vaksinasi beberapa penyakit menular tertentu,misalnya hepatitis,flu burung dan penyakit menular infeksi lainnya. A. Pengunjung Setiap pengunjung harus melapor kepada perawat jaga untuk mendapatkan penjelasan mengenai isolasi yang berlaku untuk pasien. B. Perawat ruang dan pengunjung. 1. Cuci tangan harus dikerjakan sebelum dan sesudah masuk ruang isolasi,menyentuh bagian tubuh pasien yang menular atau menyentuh pakaian/alat yang ada diruang isolasi. 2. Cuci tangan harus menggunakan antiseptic dengan air bersih yang mengalir,jika secara kasat mata tangan kita kotor dan apabila tangan tampak bersih cukup menggunakan handsrub. 3. Sarung tangan harus digunakanketika : kontak langsung dengan pasien atau bahan yang menular (bahan pemerikasaan laboratorium,pakaian atau sprei bekas pakai),melakukan prosedur medis yang bersifat invasive dan saat menanganani bahan-bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh permukaan yang tercemar.



4. Masker digunakan ketika kontak dengan pasien pada kondisi (penyakit menulat lewat udara,luka terinfeksi misalnya:MRSA). 5. Untuk pasien dengan N95 EU FFP2 atau sejenis yang tersertifikasi U.S NIOSH. 6. Jika tidak memungkinkan penggunaan masker N95 perlu menggunakan Powered Air Puiryfing Respirator (PARP)/ 7. Gaun/Apron hanya dipakai bagi mereka yang kontak langsung dengan pasien atau bahan menular. 8. Petugas kesehatan harus melepas gaun tersebut sebelum meninggalkan ruangan/lingkungan pasien dan sebelum cuci tangan. 9. Gunakan pelindung mata (goggle) apabila ada resiko kena percikan darah dan cairan tubuh pasien. 10. Jika diperlukan gunakan pelindung kaki untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau beda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja diatas kaki,atau resiko terkena cairan tubuh dan darah. C. Petugas Ruangan. 1. Untuk mempermudah pengungjung/petugas,maka pintu diruang isolasi dipasang label berwarna yang sesuai derajat penularan penyakit,yaitu : a. Merah : Unutk isolasi ketat,yaitu pasien dengan sangat menular (difteri,variola,kolonisasis MRSA). b. Putih :Untuk Isolasi proteksi,yaitu pasien dengan daya tahan tubuh sangat menurun (agranulositosis) c. Kuning : Untuk isolasi pasien hepatitis virus. 2. Selain itu ada label biru yang dipasang ditempat penampungan bahan pemeriksaan laboratorium pasien penyakit menular,disertai perkataan :AWAS BAHAN MENULAR. 1. Instalasi Rawat Inap UNIT TERKAIT



2. Tim PPIRS



Prosedur Proteksi Diri Perawat Pengertian Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991). Atau bisa juga disebut alat kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.



APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir. Tujuan 1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. 2. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja. 3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman. Manfaat 1. Untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. 2. Mengurangi resiko akibat kecelakaan. Jenis Alat Pelindung Diri di bagi menjadi 3 kelompok yaitu: 1. APD bagian kepala meliputi : a) Alat Pelindung Kepala : Alat ini adalah kombiansi dari alat pelindung mata,pernapasan dan mata contohnya Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet), Tutup Kepala, Hats/cap, Topi pengaman. b) Alat Pelindung Kepala Bagian Atas : Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet), c) Alat Pelindung Muka : Safety Glasses, Face Shields, Goggles. d) Alat Pelindung Pengliahatan : Kaca Mata e) Alat Pelindung Telinga : Tutup Telinga (Ear muff ), Sumbat Telinga (Ear plugs). f) Alat Pelindung Pernafasan : Masker, Respirator. 2. APD bagian badan meliputi : a) Alat Pelindung Seluruh Badan : jas laboratorium b) Alat Pelindung Badan Bagian Muka : Apron c) Alat Pelindung Bagian Dada : Rompi Pelindung 3. APD bagian anggota badan meliputi : a) Alat Pelindung Tangan : Sarung Tangan (Safety Gloves). b) Alat Pelindung Kaki : sepatu bot. SOP Proteksi Diri Perawat



PROTEKSI DIRI NO. DOKUMEN



:



NO. REVISI



:



S P TGL. TERBIT O HALAMAN



: : PUSKESMAS SILOAM TAMAKO



Ditetapka n Oleh : Kepala Puskesma s Siloam Tamako



Tanda Tangan : Dr. KRISTIAN PARERA NIP. 19811223 200803 1 002



Pengertia n



Proteksi diri adalah upaya untuk melindungi petugas dari penularan penyakit yang mungkin diperoleh akibat pelayanan yang diberikan.



Tujuan



Sebagai pedoman petugas untuk melakukan proteksi diri sehingga titular dari penularan penyalkit yang mungkin diperoleh akibat pelayanan yang diberikan.



Kebijaka n



Surat keputusan Kepala Puskesmas Siloam Tamako Nomor……………. Tentang Sasaran Keselamatan Pasien Puskesmas Siloam Tamako.



Referensi



1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta. 2009 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan. Cetakan III.Jakarta 2010



Langkahlangkah



1. Petugas harus memastikan tangan selalu bersih. 2. Petugas memperkirakan resiko terpajan cairan tubuh atau area terkontaminasi sebelum melakukan kegiatan perawatan kesehatan. 3. Petugas memakai Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan perkiraan resiko terjadinya pajanan :



KONDISI



CUCI TANGA N



SARUN G TANGA N



GAUN/ CELEME K



Sebelum/ setelah kontak pasien/ lingkungan terkontamina si







Kontak langsung darah, cairan tubuh, secret, mukosa kulit terbuka











Resiko percikan badan



ke















Resiko percikan ke badan/ wajah















MASKE R







KACAMAT A PELINDUN G







4. Petugas melepas atau megganti segala perlengkapan APD yang sudah rusak atau sobek segera setelah mengetahui APD tesebut tidak berfungsi optimal. 5. Petugas melepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai memberikan pelayanan. 6. Petugas membuang dengan hati-hati perlengkapan APD yang tidak bias dipakai ulang dan segera mencuci tangan.



Memberikan Obat Sesuai Program Terapi Pengertian Obat merupakan Semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit/ gejalanya, yang diberikan kepada pasien dengan maksud tertentu sesuai dengan guna obat tersebut. Pemberian obat yang aman dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Meskipun obat menguntungkan, namun bukan berarti tanpa reaksi yang merugikan. Sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman dan benar. Karena obat



dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Selain itu juga peran perawat sangat berperan penting dikarenakan perawatlah yang bertanggung jawab terhadap pemberian obat secara langsung kepada pasien. Oleh sebab itu dalam pemberian obat oleh perawat sering menggunakan konsep enam benar, yaitu : 1. Benar Pasien 2. Benar Obat 3. Benar Dosis 4. Benar Cara/Rute 5. Benar Waktu 6. Benar Dokumentasi Efek yang diinginkan (efek terapi) Efek terapeutik obat memang dapat menyembuhkan, tetapi tidak semua obat betul-betul menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya hanya meniadakan atau meringankan gejalanya. Karena itu dapat dibedakan tiga jenis pengoatan, yaitu : 1) Terapi kausal : disini obat bekerja dengan cara meniadakan penyebab penyakit, misalnya pemusnahan kuman, virus atau parasit. 2) Tterapi simptomatis : hanya gejala penyakit yang diobati dan diringankan, penyebabnya yang lebih mendalam tidak dipengaruhi, misalnya kerusakan pada suatu organ atau saraf. 3) Terapi subsitusi : disini obat berfungsi menggantikan zat yang lazimnya dibuat oleh organ yang sakit. Misalnya insulin pada diabetes, karena produksinya oleh pankreas kurang atau terhenti. Efek yang tidak diinginkan (efek samping) 1. Efek samping : adalah segala sesuatu khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan, misalnya rasa mual pada penggunaan digoksin, rasa kantuk pada penggunaan CTM. 2. Idiosinkrasi : peristiwa dimana suatu obat memberikan efek yang secara kualitatif berlainan dari efek normalnya. Umumnya hal ini disebabkan oleh kelainan genetis pada pasien bersangkutan. 3. Alergi : reaksi antara obat dengan tubuh yang membentuk antibodi sehingga seseorang menjadi hipersensitifitas terhadap obat tersebut. 4. Fotosensitasi : adalah kepekaan berlebihan terhadap cahaya akibat penggunaan obat, terutama secara lokal. Efek Toksis (racun) Setiap obat dalam dosis tinggi dapat mengakibatkan efek toksis. Pada umumnya reaksi toksis berhubungan langsung dengan tingginya dosis: bila dosis diturunkan, efek toksis dapat dikurangi. SOP Pemberian Obat Sesuai dengan Terapi Pemberian Obat Melalui Oral Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat. a. Persiapan Alat dan Bahan : a) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat. b) Obat dan tempatnya. c) Air minum dalam tempatnya. b. Prosedur Kerja : a) Cuci tangan. b) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan. 1.



c)



Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat tempat. d) Bantu untuk meminumkannya dengan cara: 1) Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya. 2) Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadian tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman. 3) Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian. 4) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat. 5) Cuci tangan. 2.



Pemberian Obat Melalui Sublingual Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang absorpsinya baik melalui jaringan, kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah diberikan sendiri. Karena tidak melalui lambung, sifat kelabilan dalam asam dan permeabilitas usus tidak perlu dipikirkan. Persiapan a) Persiapan Alat dan Bahan : 1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat. 2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya. b) Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 3) Memberikan obat kepada pasien. 4) Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga terlarut seluruhnya. 5) Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya. 6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat. 7) Cuci tangan.



4.



5.



Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral, Bukal, Sublingual 1. Rute ini cocok dan nyaman bagi klien 2. Ekonomis 3. Dapat menimbulkan efek local atau sistemik 4. Jarang membuat klien cemas Kerugian atau kontraindikasi 1. Rute ini dihindari bila klien mengalami perubahan fungsi saluran cerna, motilitas menurun dan reaksi bedah bagian saluran cerna 2. Beberapa obat dihancurkan oleh sekresi lambung 3. Rute oral dikontraindikasikan pada klien yang tidak mampu menelan (mis, klien yang mengalami gangguan neuromuscular, striktur (penyempitan) esophagus, lesi pada mulut. 4. Obat oral tidak dapat diberikan kepada klien yang terpasang pengisap lambung dan dikontraindikasikan pada klien yang akan menjalani pembedahan atau tes tertentu\



5. Klien tidak sadar atau bingung, sehingga tidak mampu menelan atau mempertahankan dibawah lidah 6. Obat oral dapat mengiritasi lapisan saluran cerna, mengubah warna gigi atau mengecup rasa yang tidak enak. 2. Secara intravena (IV) Pengertian Pemberian obat intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam pembuluh darah vena menggunakan spuit. Tujuan dan manfaat Pemberian obat dengan cara intravena bertujuan untuk : a) Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan pada pasien yang sedaang gawat darurat . b) Menghindari kerusakan jaringan . c) Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar Tempat injeksi intravena : a) pada lengan (vena basilika dan vena sefalika) b) pada tungkai (vena safena) c) pada leher (vena jugularis) d) pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis) Persiapan peralatan untuk pemberian obat intravena a) Buku catatan pemberian obat b) Kapas alkohol c) Sarung tangan sekali pakai d) Obat yang sesuai e) Spuit 2-5ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1,2 inci f) Bak spuit g) Baki obat h) Plester i) Kasa steril j) Bengkok k) Perlak pengalas l) Pembendung vena (torniket) m) Kasa steril n) Betadin Prosedur Kerja: 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 3. Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah yang akan dilakukan 4. Penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka atau ke ataskan. 5. Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang akan diberikan. 6. Apabilaobat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan pelarut (aquades steril). 7. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan. Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi. 8. Desinfeksi dengan kapas alkohol. 9. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet) pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan/minta bantuan atau membendung di atas vena yang akan dilakukan penyuntikan. 10. Ambil spuit yang berisi obat.



11. Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah dengan sudut penyuntikan 150 - 300 12. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan obat hingga habis. 13. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukkan dengan kapas alkohol, dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok. 14. Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis obat serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada). Secara intracutan (IC) Intrakutan Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit. Intra kutan biasanya di gunakan untuk mengetahui sensivitas tubuh terhadap obat yang disuntikkan. Hal tersebut bertujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral. Hal tersebut bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Letak pemberian intrakutan yaitu: 1. Dilengan atas, yaitu tiga jari di bawah sendi bahu tepat di tengah daerah muskulus deltoideus. 2. Dilengan bawah, yaitu bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari peredaran darah. Alat dan Bahan Dalam Pemberian Obat melalui Jaringan Intrakutan a) Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat. b) Obat dalam tempatnya c) Spuit 1 cc/spuit insulin d) Cairan pelarut e) Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit) f) Bengkok g) Perlak dan alasnya. Prinsip Dalam Pemberian Obat Melalui Jaringan Intrakutan a) Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat. b) Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan obat. c) Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan. d) Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan therapi. a. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil



0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc. c. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc dalam spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien Prosedur Kerja Dalam Pemberian Obat Melalui Jaringan Intrakutan a) Cuci tangan b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien c) Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang terbuka dan keatasan d) Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik e) Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquades. Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril. f) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan. g) Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik. h) Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat di permukaan kulit. i) Suntikkkan sampai terjadi gelembung. j) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase. k) Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal dan jenis obat. Secara Intra Muskular (IM) Pengertian Pemberian Obat Secara Intramuskular. Pemberian obat secara intra muskuler adalah Pemberian obat / cairan dengan cara dimasukkan langsung ke dalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar,agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk syaraf, misalnya pada bagian bokong, dan kaki bagian atas, atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat seperti ini memungkinkan obat akan dilepaskan secara berkala dalam bentuk depot obat. Jaringan intramuskular: terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi (setiap 20 mm3 terdiri dari 200 otot dan 700 kapiler darah). Aliran darah tergantung dari posisi otot di tempat penyuntikkan. Indikasi Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular. Indikasi pemberian obat secara intramuscular biasa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral,bebas dari infeksi,lesi kulit,jaringan parut,tonjolan tulang,otot atau saraf besar dibawahnya.Pemberian obat secara intamuskular harus dilakukan atas perintah dokter. Kontra Indikasi Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular. Kontra Indikasi pemberia nobat secara intramuscular : Infeksi,Lesi kulit,Jaringan parut,Tonjolan tulang,Otot atau saraf besar dibawahnya. Daerah Penyuntikan Dalam Pemberian Obat Intramuskular. 1) Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fieksi. 2) Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fieksi. 3) Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fieksi dan diletakkan di depan tiungkai bawah.



4) Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau bcrbaring mendatar lengan atas fieksi. Persiapan Alat dan Bahan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular. 1) Daftar buku obat/catatan dan jadwal pemberian obat. 2) Obat yang dibutuhkan (obat dalam tempatnya). 3) Spuit dan jarum suntik sesuai dengan ukuran.Untuk orang dewasa panjangnya 2,5-3 cm,untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm. 4) Kapas alcohol dalam tempatnya. 5) Cairan pelarut/aquadest steril. 6) Bak instrument/bak injeksi. 7) Gergaji ampul. 8) Bengkok. 9) Handscoon 1 pasang. Prosedur Kerja Pemberian Obat Secara Intramuscular Secara Umum. 1) Mencuci tangan. 2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 3) Ambil obat dan masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosisnya.Setelah itu letakkan dalam bak injeksi. 4) Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (perhatikan lokasi penyuntikan). 5) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi. 6) Lakukan penyuntikan : a) Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara,anjurkan pasien untuk berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi. b) Pada ventrogluteal engan cara,anjurkan pasien untuk miring,tengkurap atau terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi. c) Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diltakkan didepan tungkai bawah. d) Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi. 7) Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus. 8) Setelah jarum masuk,lakukan aspirasi spuit,bila tidak ada darah yang tertarik dalam spuit,maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara perlahan-lahan hingga habis. 9) Setelah selesai,tarik spuit dan tekan sambil di masase penyuntikan dengan kapas alcohol,kemudian spuit yang telah digunakan letakkan dalam bengkok. 10) Catat reaksi pemberian,jumlah dosis,dan waktu pemberian. 11) Cuci tangan. Secara subcutan (SC) Pengertian Pemberian obat dengan cara subcutan adalah memasukkan obat kedalam bagianbawah kulit. Tempat yang dianjurkan untuk suntikan ini adalah lengan bagian atas,kaki bagian atas,dan daerah disekitar pusar. Tujuan Pemberian obat subcutan bertujuan untuk memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subcuta di bawah kulit untuk di absorbsi .



Persiapan peralatan pemberian obat subcutan 1. Buku catatan pemberian obat 2. Kapas alkohol 3. Sarung tangan sekali pak 4. Obat yang sesuai 5. Spuit 2 ml dengan ukuran 25, panjang jarum 5/8 sampai ½ inci 6. Bak spuit 7. Baki obat 8. Plester 9. Kasa steril 10. Bengkok Prosedur a) Cuci tangan b) Siapkan obat sesuai dengan prinsip 5 benar c) Identifikasi klien d) Beri tahu klien prosedur kerjanya e) Atur klien pada posisi yang nyaman f) Pilih area penusukan g) Pakai sarung tangan h) Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol i) Pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada tangan non dominan j) Buka tutup jarum k) Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non dominan dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,masukkan jarum dengan sudut 450 atau 900 . l) Lepaskan tarikan tangan non dominan m) Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit. n) Jika tidak ada darah,masukan obat perlahan-lahan.jika ada darah tarik kembali jarum dari kulit tekan tempat penusukan selama 2menit,dan observasi adanya memar, jika perlu berikan plester,siapkan obat yangbaru. o) Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum di masukan,sambil melakukan enekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan. p) Jika ada perdarahan,tekan area itu dengan menggunakan kasa steril sampai perdarahan berhenti. q) Kembalikan posisi klien r) Buang alat yang sudah tidak dipakai s) Buka sarung tangan t) Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis obat, serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada) Secara intramuscular (IM) Penyuluhan pasien ,Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan efektif. 1. Tahap PraInteraksi a) b) c) d) 2.



Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada Mencuci tangan. Menyiapkan obat dengan benar Menempatkan alat di dekat klien dengan benar



Tahap Orientasi a) Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik b) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien



c) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan 3.



Tahap Kerja a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l) m)



4.



Mengatur posisi klien, sesuai tempat penyuntikan Memasang perlak dan alasnya Membebaskan daerah yang akan di injeksi Memakai sarung tangan Menentukan tempat penyuntikan dengan benar ( palpasi area injeksi terhadap adanya edema, massa, nyeri tekan. Hindari area jaringan parut, memar, abrasi atau infeksi) Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari arah dalam ke luar diameter ±5cm) Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk mereganggkan kulit Memasukkan spuit dengan sudut 90 derajat, jarum masuk 2/3 Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit Memasukkan obat secara perlahan (kecepatan 0,1 cc/detik) Mencabut jarum dari tempat penusukan Menekan daerah tusukan dengan kapas desinfektan Membuang spuit ke dalam bengkok. Tahap Terminasi



a) b) c) d) e) f)



Melakukan evaluasi tindakan Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya Berpamitan dengan klien Membereskan alat-alat Mencuci tangan Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan



Pemberian obat melalui rectum/anus Memberikan obat melalui rectum merupakan pemberian obat dengan memasukan obat melalui anus dan kemudian raktum, dengan tujuan memberikan efek local dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat Supositotia yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah fases, dan merangsang buang air besar. Pemberian obat yang memiliki efek lokal, seperti Dulcolac Supositoria, berfungsi untuk meningkatkan defekasi secara lokal. Pemberian obat dengan efek sistemik, seperti obat Aminofilin Supositoria, berfungsi mendilatasi Bronkhus. Pemberian obat Supositoria ini diberikan tepat pada dinding Rektal yang melewati sphincter ani interna. Konta indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal. a. Persiapan alat dan bahan: 1) Obat Supositoria dalam tempatnya. 2) Sarung tangan. 3) Kain kasa. 4) Vaseline/pelican/pelumas. 5) Kertas tisu. b. Prosedur kerja: 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan. 3) Gunakan satung tangan. 4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa. 5) Oleskan pelicin pada ujung oabat Supositoria.



6) Regangkan glutea dengan tangan kiri. Kemudian masukan Supositiria secara berlahan melalui anus, Sphincher ana interna, serta mengenai dinding rectal ± 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak. 7) Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu. 8) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama ± 45 menit. 9) Setelah selesai, lepaskan sarung tangan kedalam bengkok 10) Cuci tangan. 11) Catat obat, jumblah dosis, dan cara pemberian. Pemberian Obat Melalui Vagina Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untun mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan supositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal. a. Persiapan alat dan bahan: 1) Obat dalam tempatnya. 2) Sarung tangan 3) Kain kasa 4) Kertas tisu 5) Kapas sublimat dalam tempatnya. 6) Pengalas 7) Korentang dalam tempatnya b. Prosedur Kerja: 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan. 3) Gunakan sarung tangan 4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa 5) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat 6) Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal recumbert 7) Apabila jenis obat Supositoria, maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat 8) Renggangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm. 9) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orivisium dan labia dengan tisu 10) Anjurkan untuk tetap dalam posisi selama ±10 menit agar obat bereaksi. 11) Cuci tangan 12) Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian Memberikan Pendidikan Kesehatan Pengertian Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan Pendidikan Kesehatan sebagai "kombinasi dari pengalaman belajar yang direncanakan berdasarkan teori suara yang memberikan individu, kelompok, dan masyarakat kesempatan untuk memperoleh informasi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan kesehatan yang berkualitas."



SOP Pendidikan Kesehatan



PENYULUHAN/PENDIDIKAN KESEHATAN No Dokumen: SOP



No. Revisi Tgl. Terbit Halaman



: : : 1/2 H. Endang Mulyadi. SKM NIP. 19700406199403100 5



UPT PUSKESMAS DTP PANIMBANG 1.



Pengertian



penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan Pendidikan Kesehatan sebagai "kombinasi dari pengalaman belajar yang direncanakan berdasarkan teori suara yang memberikan individu, kelompok, dan masyarakat kesempatan untuk memperoleh informasi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan kesehatan yang berkualitas."



2.



Tujuan



3.



Kebijakan



4.



Referensi



1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. 2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. 3) Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan 1. Surat Keputusan Kepala /SK/PMJ/VIII/2015 tentang



Puskesmas



Nomor



Notoatmodjo, S. 2007, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta



Notoatmodjo, S. 2010, Promosi Kesehatan. Rineka Cipta Jakarta 5.



Prosedur langkah



6



Diagram Alir Individu/kel/ masyarakat



/ 1) Mengkaji kebutuhan kesehatan 2) Menetapkan masalah kesehatan. 3) Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani. 4) Menyusun perencanaan penyuluhan : a) Menetapkan tujuan b) Penentuan sasaran c) Menyusun materi / isi penyuluhan d) Memilih metoda yang tepat e) Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan f) Penentuan kriteria evaluasi. 5) Pelaksanaan penyuluhan 6) Penilaian hasil penyuluhan 7) Tindak lanjut dari penyuluhan



Tindak



lanjut



Mengkaji Kebutuhan Penilaian Mengkaji Kebutuhan



Menetapkan masalah kes



Pelaksanaan penyuluhan



Menyusun rencana penyuluhan : a. Menetapkan tujuan b. Penentuan sasaran



Memprioritas kan masalah



c Menyusun materi penyuluhan d. Memilih metoda yang tepat e. Menentukan alat peraga f. Penentuan kriteria evaluasi.



7.



Unit Terkait



Seluruh upaya wajib dan pengembangan Puskesmas



SAP ALERGI Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi Pokok Bahasan : Alergi. Sasaran : Keluarga Pasien Waktu : 30 menit A. Tujuan Penyuluhan 1. Tujuan Umum Setelah diberikan penyuluhan keluarga pasien akan mampu menjelaskan tentang alergi. 2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, keluarga pasien dapat : a. b. c. d. e. f.



Menjelaskan pengertian alergi. Menjelaskan penyebab alergi. Menyenyebutkan tanda dan ge-ala alergi. Menjelaskan cara penanganan alergi. Menjelaskan cara pencegahan alergi. Menjelaskan dampak jika tidak melakukan alergi.



B. Materi Penyuluhan 1. Pengertian alergi. 2. Penyebab alergi. 3. Tanda dan gejala alergi. 4. Penanganan alergi. 5. Pencegahan alergi . C. Metode Penyuluhan Ceramah dan tanya jawab. D. Media Leaflet



E. Kegiatan Penyuluhan



No



Tahap



Waktu



Kegiatan



1.



Pembukaan



5 menit



1. Perkenalan 2. Menjelaskan Tujuan



2.



Pengembangan



20 menit



Menggali pengetahuan keluarga pasien dan memberikan penJelasan tentang: 1. Pengertian alergi. 2. Penyebab alergi. 3. Tanda dan gejala alergi. 4. Penanganan alergi. 5. Pencegahan alergi. Memberikan kesempatan keluarga pasien untuk bertanya.



3.



Penutup



5 menit



Evaluasi



F. Evaluasi



1. Prosedur : 1) Selama proses penyuluhan berlangsung 2) Selesai penyuluhan 2. Bentuk test : Subyektif 3. Jenis test : Lisan 4. Alat test : 1) Apakah pengertian alergi ? 2) Apa penyebab alergi ? 3) Bagaimana tanda dan gejala alergi ? 4) Bagaimanakah penanganan alergi ? 5) Bagaimana cara untuk mencegah alergi ?



LAMPIRAN MATERI ALERGI



A.



Pengertian Suatu golongan penyakit yang disebabkan oleh reaksi tubuh yang menyimpang terhadap suatu zat tertentu.



B.



Penyebab Alergi Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya reaksi alergi, diantaranya adalah : 1. Bakat atau keturunan 2. Faktor pencetus (udara dingin/stress) 3. Faktor luar : Hirupan (debu rumah tangga/makanan)



C.



Tanda dan Gejala Alergi Tanda dan gejala alergi adalah sebagai berikut : batuk, pilek, rasa gatal-gatal pada hidung atau kulit, mata merah dan berair dan bila parah bisa timbul sesak.



D.



Penanganan Alergi 1. 2. 3. 4.



E.



Mandi Sikat gigi. Keramas. Memotong kuku Cara Melakukan Alergi



1. Hindari penyebab 2. Kenali tanda-tanda alergi 3. Beri anti alergi bila sudah tersedia dan bila belum bawa ke balai pengobatan terdekat. F. 1. 2. 3. 4. 5.



Pencegahan Alergi Makanan yang Perlu dihindari adalah : Buah-buahan : Segala jenis Buah Susu Sapi : Semua makanan yang mengandung susu sapi. Telur dengan induknya (semua makanan yang mengandung telur) Ikan : Semua jenis ikan Kacang : terutama Kacang tanah dan kacang ijo.