15 0 7 MB
BAB-I PENDAHULUAN A. Umum 1. Latar Belakang Kerusakan Jalan sering terjadi karena kondisi tanah dasar yang tidak stabil,dalam hal ini terjadi kerusakan jalan karena penurunan tanah,jika tanah dasar mengalami penurunan maka komponen jalan diatasnya juga akan mengalami penurunan dengan beban secara terus menerus sehingga terjadi kerusakan komponen jalan. Dalam kasus ini terjadi penurunan diakibatkan karena tanah dasar dari perkerasan jalan ini adalah jenis tanah aluvial. Tanah Aluvial adalah jenis tanah yang terbentuk karena endapan halus di aliran sungai. Tanah aluvial memiliki struktur tanah yang pejal dan tergolong liat atau liat berpasir yang memiliki kadar zat organik yang tinggi sehingga merupakan tanah yang tidak stabil untuk didirikan bangunan diatasnya. perlu adanya penggantian tanah aluvial ini agar stabil. 2. Pembongkaran Jalan Pembongkaran jalan perlu dilakukan untuk mengganti komponen tanah dasar yang menjadi penyebab terjadinya amblesan/penurunan jalan. Pembongkaran dilakukan dengan berbagai macam alat berat antara lain dengan menggunakan excavator breaker sebagai penghancur material perkerasan jalan sampai pada lapisan subgrade/tanah dasar. excavator bucket berfungsi sebagai alat mengambil material hasil penghancuran excavator breaker serta melakukan penggalian tanah dasar.
3. Pekerjaan Perkerasan Jalan Pekerjaan jalan meliputi pembersihan, penggalian dan pembuatan lapisan perkerasan jalan. Pada pekerjaan pembangunan bendungan tugu menggunakan perkerasan jalan tipe lentur. Perkerasan lentur yang digunakan tersusun atas lapisan : -
Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course) setebal 30 cm Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base) setebal 20 cm
-
Lapisan Permukaan (Surface Course) yang terdiri dari HRS setebal 4 cm dan ATB setebal 6 cm
Pekerjaan Jalan pada pekerjaan pembangunan bendungan tugu terdapat di beberapa lokasi antara lain : -
Area pekerjaan relokasi jalan Ponorogo – Trenggalek Area pekerjaan jalan hantar menuju puncak bendungan Area pekerjaan jalan akses menuju lokasi proyek
RELOKASI JALAN
JALAN HANTAR
JALAN AKSES
Lokasi Pekerjaan Perkerasan Jalan di Pekerjaan Pembangunan Bendungan Tugu
1. SUB BASE GRADE (LAPIS PONDASI BAWAH ASPAL) PERKERASAN BAWAH ( SUB BASE COURSE ).
1.1 UMUM Sub base course atau perkerasan bawah. Adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapisan tanah dasar dan perkerasan atas. Dengan demikian sub base course merupakan
pondasi
yang
mendukung
perkerasan
atas
dan
lapisan
permukaan. Material untuk lapis pondasi bawah harus ditempatkan dan dipadatkan, dan lapis tidak boleh melebihi (20) cm sesudah pemadatan. Macam Ayakan (mm) / Nominal 63 Sieve Size (mm) Persen Berat Lolos / Percentage 100 Passing
37,5
19,0
67-
40-
100
100
9,5
4,75
25-80
16-66
2,36
1055
1,18
0,425
0,075
6-45
3-33
0-20
1) Fungsi sub base adalah : a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban beban roda. b. Effisiensi penggunaan material dengan mengurangi lapisan lapisan diatasnya ( yang relatif lebih mahal. c. Sebagai drainase blanket sheet agar air tanah tidak mengumpul pada pondasi maupun tanah dasar. Untuk maksud ini biasa digunakan material non plastis (pasir kelempungan ). d. Untuk memudahkan pekerjaan awal ( dengan maksud membuat jalan sementara ). Sub base course yang lazim digunakan di Indonesia adalah : a. Batu belah dengan ballast pasir ( konstruksi System Telford ). b. Dengan sirtu ( pasir grosok ) atau tanah sirtu ( konstruksi Pit=Run Gravel System )
2) Pengaturan Kadar Air dan Kepadatan Spesifikasi untuk pengaturan kadar air dan kepadatan dari material lapis pondasi bawah harus sama dengan yang dicantumkan pada sub bab 7.6.2, kecuali bila kadar
air berkisar antara minus tiga persen (3%) sampai plus satu persen (1%) dari kadar air optimal dan berat isi kering untuk setiap layer material lapis pondasi bawah tidak boleh kurang dari sembilan puluh lima persen (95%) berat isi kering maksimum, sesuai dengan ASTM D 698 dan JIS A-1210. Material lapis pondasi bawah harus dipadatkan minimum 40 % dari nilai CBR yang ditentukan dalam ASTM D 1883, JIS A-1211 atau standar yang sama dengan standar tersebut. 3) Penempatan dan Pemadatannya Spesifikasi untuk penempatan dan pemadatan material lapis pondasi bawah termasuk pengujiannya harus sama, seperti yang tercantum dalam sub bab 7.6.3, kecuali bahwa ketebalan setiap lapisan sesudah pemadatan, tidak lebih dari dua puluh (20) cm. 1.2 Metode Kerja Penghamparan Lapis Pondasi Bawah Penghamparan material pondasi bawah berupa batu kali menggunakan alat transportasi dumptruck kemudian diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan alat vibratory roller.
Pekerjaan perataan dengan Vibratory roller dilakukan lagi pada saat penghamparan lapis pondasi atas dan lapis permukaan. Pada saat penghamparan material pondasi,dilakukan pengerjaan elevasi timbunan dengan alat Total Station dan perlengkapanya.
1.Metode Penghamparan Subgrade
MULAI
Pengangkutan material ke lokasi pengerjaan jalan
Penghamparan Material Pada Lokasi Pengerjaan jalan elevasi urugan dengan alat theodolit dan perlengkapanya.
Perataan dan pemadatan material
Lapis Melebihi 20 cm setelah pemadatan
Cek/ Tes
SELESAI
Flow Chart Metode Kerja Penghamparan Agregat Pada Subgrade
1) Pekerjaan Lapis pondasi bawah (sub-base course) setebal 30 cm
Vibratory Roller
Metode Kerja Penghamparan Agregat Sub-Base Couese 1) Pengangkutan material ke lokasi perbaikan jalan Agregat yang digunakan pada Lapisan Pondasi Bawah suatu Jalan (Sub Base Course) adalah Agregat Kelas A atau Kelas B dan diangkut ke lokasi perbaikan jalan menggunakan Dump truck. 2) Penghamparan Material Pada Lokasi Perbaikan Jalan Penghamparan mateerial yang telah dibawa ke lokasi perbaikan jalan dengan menggunakan dumptruck dilakukan di bagian jalan yang sudah digali hingga lapisan Tanah keras (Base Course)
3) Perataan material Dengan Menggunakan Vibratory Roller
Material yang telah dihamparkan oleh dump truck kemudian diratakan oleh vibratory roller dengan cara dilewati di bagian jalan yang telah diperbaiki yang telah dihamparkan material berupa agregat sehingga agregat-agregat awalnya tidak rata menjadi rata dan memadat. 4) Pengukuran elevasi tanah dengan menggunakan TS (Total Station) Pengukuran dengan Total Station bertujuan untuk mengetahui posisi, lokasi dan elevasi tanah yang sudah di urug agar diketahui elevasi tanah keras untuk mengetahui berapa besar material yang harus dihamparkan.
1.2
CTB (Cement Treated Base)
1.2.1 Umum CTB (Cement Treated Base) adalah campuran semen, air, serta agregat halus dan kasar yang melalui proses gradasi laboratorium. Bahan bahan tersebut dicampur dengan alat khusus yang dapat menghasilkan campuran beton setengah basah dengan kadar air minimum (Slump Nol). Penggunaan CTB biasanya pada kostruksi perkerasan jalan sebagai lapisan konstruksi pondasi bawah (Sub Base) atau pondasi atas (Base Course). Kelebihan dari penggunaan konstruksi CTB adalah sebagai berikut : 1. Lapisan konstruksi CTB tidak peka terhadap air, sifat ini sangat membantu untuk konstruksi dimana muka air tanahnya tinggi dan kondisi curah hujan yang tinggi. 2. Nilai CBR yang dihasilkan > 100 % (lebih tinggi dari agregat biasa), sehingga dapat mengurangi tebal rencana perkerasan. 3. Masa pelaksanaan yang relatif cepat. 4. CTB hanya membutuhkan masa curing 3 hari untuk dilalui kendaraan / dilanjutkan pekerjaan konstruksi diatasnya setelah pemadatan. 5. CTB tidak membutuhkan bekisting / cetakan dan tulangan. 6. CTB tidak membutuhkan siar detalasi dan construction joint. 7. CTB dapat mengakomodasi penurunan setempat.
Agregat, Semen, Air yang sudah melalui proses laboratorium grading dicampur di plant CTB kemudian diangkut dengan menggunakan dump truck untuk siap digelar dilapangan dengan alat penghampar Motor Grader, Finisher dan Alat pemadat yang digunakan adalah Tandem Roller dengan berat 6 – 8 ton dan Tire Roller dengan berat 10 -12 ton. 1. Lingkup Pekerjaan a) Pekerjaan ini meliputi penyediaan, pencampuran, penghamparan dan pemadatan agregat, semen dan air sehubungan dengan persyaratan dalam spesifikasi ini dan harus sesuai dengan dimensi dan potongan melintang yang tertera dalam gambar serta garis dan kemiringan pada desain. b) Cement Treated Base harus dibuat dalam satu deretan dari lajur-lajur paralel. Sambungan konstruksi memanjang harus dicetak dengan cetakan sementara yang dipasang sesuai ketinggian dan kemiringan yang dipersyaratkan sedemikian sehingga memungkinkan pemadatan dan penyelesaiannya. Cetakan samping harus dibuka sebelum lajur disampingnya dibuat. c) Semen Portland Semen Portland yang dipakai harus dari merek yang sudah lazim dipakai di Indonesia dan memenuhi persyaratan ASTM C 150 untuk semen tipe I. Dengan persetujuan Pemberi Tugas semen dengan additive puzzolan mungkin dapat dipakai dengan syarat kandungan puzzolan tidak lebih dari 30% berat. d) Air Air yang dipakai untuk mencampur dan mengawetkan adukan harus bersih tidak mengandung bahan bahan yang dapat mengurangi kualitas seperti lumpur, minyak, asam, bahan bahan organik, alkali, garam atau kotoran-kotoran lainnya yang merugikan. 2. Bahan yang Diproses a) Agregat 1) Agregat yang dipakai dapat dari batu pecah atau kerikil (gravel). Material halus secara alami berasal dari pemecahan agregat sendiri. 2) Pasir dapat dipakai sebagai tambahan untuk dapat memenuhi gradasi yang dipersyaratkan.
3) Gravel yang dipecah maupun yang tidak dipecah harus merupakan batuan yang keras, tahan terhadap ausan, memenuhi kualitas, memenuhi gradasi dan tidak mengandung batuan pipih, memanjang, bebas dari kotoran dan material lain yang tidak layak untuk konstruksi. 4) Metoda yang dipakai untuk memproduksi batu pecah harus dapat menghasilkan produksi yang konsisten. Bila perlu guna memenuhi persyaratan atau mengeliminasi kelebihan partikel halus, hasil pecahan disaring dulu. 5) Semua material yang lolos saringan No. 4 hasil dari pemecahan batu, gravel, atau hasil daur ulang dapat dicampurkan kedalam material base sepanjang memenuhi persyaratan gradasi. 6) Gradasi harus memenuhi batasan dalam tabel berikut ini apabila diuji dengan metoda ASTM C 136 dan ASTM C 117 (penyaringan basah) Macam Ayakan (mm) / Nominal
40
4,75
100
0-10
1,8
0,45
0,21
0,075
35-80
15-50
0-25
Sieve Size (mm) Persen Berat Lolos / Percentage
45100
Passing
7) Gradasi dalam tabel tersebut adalah batasan yang menentukan kelayakan agregat yang dapat dipakai sebagai sumber material. Gradasi akhir ditentukan berdasarkan batasan tabel tersebut dan harus merata dari kasar sampai halus. 8)Bagian
dari
agregat
base,
termasuk
material
yang
dicampur
yang
lolos
saringan No. 40 harus mempunyai Liquid Limit tidak lebih dari 25% dan Plasicity Index tidak lebih dari 6% apabila diuji dengan metoda ASTM D 423 dan ASTM D 424. 9)Material yang tidak layak seperti lempung, lanau, gypsum, potongan-potongan kayu dan plastik harus dibuang dari agregat base.
10) Kadar Semen a) Sebelum pekerjaan dimulai, harus diadakan tes laboratorium terhadap contoh agregat, semen dan air untuk menentukan jumlah semen yang diperlukan guna memenuhi persyaratan. b) Kadar semen berkisar antara 3% sampai 6% dari berat kering agregat. c) Spesimen tes dibuat dengan kadar semen berbeda beda dan dipadatkan sesuai ASTM D 1557 metoda D dan kadar air optimum ditentukan untuk setiap kadar semen. Sampel yang dipadatkan pada OMC akan ditentukan kuat desaknya (compressive strength) sesudah 6 hari dan direndam selama 24 jam. Kadar semen yang akan dipakai adalah kadar semen terhadap berat yang menghasilkan karakteristik kuat desak laboratorium pada 7 hari tidak kurang dari 4481 kPa, berdasarkan tes terhadap sekurang kurangnya 6 silinder. Karakteristik kuat desak ditentukan dengan rumus X6 – 1 x Sd6 dimana X6 = rata rata dari 6 tes Sd6 = standar deviasi dari 6 tes
3. Penempatan, Pencampuran dan Pemadatan Cetakan dan Penghamparan 1) Penghamparan Cement Treated Base dapat dilaksanakan dengan menggunakan cetakan atau dengan menggunakan alat penghampar tanpa cetakan samping. 2) Bila menggunakan cetakan kayu atau metal, panjang minimum adalah 3 meter dan harus mempunyai ketebalan sama dengan tebal padat base course dan dapat menghasilkan alignment yang bagus. Cetakan harus ditempatkan sesuai dengan garis, elevasi dan kemiringan sesuai gambar rencana. 3)
Agar
ketinggian
dan
kemiringan
sesuai
persyaratan
dan
gambar
dapat
terpenuhi, lapisan teratas dari cement treated baseharus dihampar dengan menggunakan mechanical paver. 4)
Lapisan
dibawah
lapisan
motor
grader,
power
teratas shovel
dapat atau
dihampar
dengan
peralatan
menggunakan
yang
sejanis.
5)
Bila
Kontraktor
material
harus
menggunakan mampu
dan 6)
Sebelum
Bawah
treated
disiapkan
dan
dan
dalam
memenuhi Hamparan
base
peralatan
memadatkan
yang
Lapisan cement
penghampar,
menghampar
kontur
Persiapan 1)
alat
dihampar,
sesuai
ketebalan persyaratan.
(Underlying lapisan
suppy
Course)
dibawahnya
yang
harus
dipersyaratkan.
2) Lapisan bawah ini harus sudah disetujui oleh Pemberi Tugas sebelum penghamparan 3)
Pengecekan dengan berupa
ketinggian
grade lajur
stakes, lajur
dan
kemiringan
steelpins, sejajar
dimulai.
atau
dengan
hamparan
mal sumbu
(forms) dari
dapat yang
dilakukan ditempatkan
perkerasan
(landasan,
taxiway, jalan dsb), dalam interval sedemikian sehingga memungkinkan benang
benang
dapat
direntang
daiantara
stakes,
pins,
atau
tersebut 4) Untuk melindungi lapisan bawahnya (underlying course) dan agar drainase berfungsi dengan baik, penghamparan CTB harus dimulai dari tengah pada perkerasan yang berbentuk punggung (crowned) atau pada bagian tertinggi pada perkerasan yang miring kesatu arah. 4. Pencampuran 1) Cement Treated Base harus dicampur di mixing plant sentral, dapat sistem batching maupun menerus (continous). Perbandingan agregat dan semen dapat berdasrkan berat ataupun volume. 2) Agregat untuk CTB harus dipisahkan paling tidak dalam dua ukuran dan setiap ukuran harus disimpan terpisah. Satu tempat berisi agregat yang tertinggal diatas saringan No. 4 dan tempat satunya lagi berisi agregat yang lolos saringan No. 4 3) Dalam semua mesin pengaduk proporsi air dapat berdasarkan berat atau volume. Peralatan pencampur ini harus dilengkapi dengan alat pengukur sehingga Pemberi Tugas dapat mengecek jumlah air per batch atau debit aliran pada continous plant. Air tidak boleh dituang sebelum agregat masuk kedalam mixer. 4) Bagian dalam mixer harus selalu dibersihkan sehingga tidak ada sisa campuran yang mengeras yang tertinggal didalamnya.
mal
5) Apapun plant yang digunakan, semen harus dituangkan sedemikian sehingga dapat terdistribusi merata dalam agregat selama pencampuran (mixing). 6) Pemasukan material kedalam batching plant atau tingkat pemasukan (rate of feed) dalam continous mixer tidak boleh melebihi kapasitas mixing plant. 7) Waktu mixing dalam continous plant tidak boleh kurang dari 30 detik, kecuali bila dapat dibuktikan bahwa dengan waktu kurang dari 30 detik persyaratan kadar semen dan kuat desak dapat dicapai secara konsisten. 5. Penempatan 1) Penggunaan mixer dengan cara penuangan yang diluncurkan (chute) diijinkan bila dengan cara ini dapat dijamin tidak terjadi segragasi. 2) Pada lapisan bawahnya (underlying course) sudah tidak terdapat alur alur atau bagian bagian yang lunak. Apabila permukaannya kering maka harus dibasahi secukupnya akan tetapi tidak boleh sampai menyebabkan lapisan bawah tersebut menjadi lumpur pada saat campuran akan diletakkan 3) Truk untuk transport campuran base course ini harus dilengkapi dengan tutup pelindung (protective cover). Kapasitas truk sekurang kurangnya 10 ton. 4) Material base harus dihampar diatas underlying course yang telah disiapkan dengan ketebalan sedemikian sehingga bila dipadatkan permukaannya sesuai dengan ketinggian dan dimensi yang dipersyaratkan. 5) CTB harus dibuat secara berlapis lapis dengan ketebalan sesudah dipadatkan tidak lebih dari 250 mm. Batasan ini dapat diabaikan bila Kontraktor dapat membuktikan dengan tebal lebih dari 250 mm dapat dicapai kepadatan yang diminta. 6) Bila pembuatan CTB dilaksanakan secara berlapis lapis, maka permukaan lapisan terbawah harus dikasarkan dengan garu agar terjadi ikatan yang kuat dengan lapisan diatasnya. Lapisan kedua dan seterusnya dapat dihampar dan dipadatkan 24 jam sesudah lapisan terbawah. Sebelum meletakkan lapisan berikutnya, lapisan yang akan ditumpangi harus dibasahi secukupnya agar terjadi ikatan yang kuat. 7) Tenggang waktu antara mixing dan penghamparan tidak boleh lebih dari 30 menit.
8) Peralatan untuk menghampar material base harus dapat menghasilkan lapisan base dengan ketelitian, ketepatan serta keseragaman tebal dan lebar. 6. Pemadatan 1) Segera sesudah dihampar, material base harus harus dipadatkan dan tenggang waktu antara penghamparan dan penyelesaian rolling terakhir tidak boleh lebih dari 45 menit agar dapat dicapai kepadatan optimum. 2) Alat pemadat (roller) harus tersedia dalam jumlah dan kapasitas yang cukup agar spesifikasi terpenuhi. 3) Rute peralatan pemadatan harus direncana secara seksama untuk menghindari terjadinya alur alur akibat jejak roda kendaraan atau traktor. 4) Bilamana perlu, sesudah pemadatan material base dirapikan (trimmed) dengan motor grader sesuai dengan ketinggian yang tertera dalam gambar. 5) Penyelesaian harus sampai permukaan lapisan sesuai dengan gambar potongan melintang dengan toleransi ± 10 mm diatas atau dibawah permukaan rencana dan bila diuji dengan batang lurus sepanjang 3 meter yang diletakkan sejajar atau tegak lurus terhadap sumbu perkerasan, tidak boleh ada perbedaan tinggi sebesar 6 mm pada setiap titik. 6) Tes kepadatan lapangan harus dilakukan sekurang kurangnya satu kali untuk setiap 1.000 m luas cement treated base. Kepadatan yang dipersyaratkan adalah 98% dari kepadatan laboratorium pada OMC. Kepadatan lapangan ditentukan dengan metoda ASTM D 1556. 7) Semua peralatan dan kendaraan yang menurut pendapat Pemberi Tugas dapat merusak CTB atau material curing tidak diijinkan melewati base course yang sudah jadi dalam 24 jam pertama dari waktu curing. 7. Pre-cracking Pemecahan (precracking) lapisan CTB dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pecah karena susut yang tidak terkendali. Setiap lapisan CTB harus dipecah (precrack) menjadi kotak-kotak berukuran 3,50 x 3,50 m2.Metoda pemecahan dapat dipilih dari beberapa metoda berikut: a. Menggergaji setelah CTB mengeras ·
b. Membuat retakan pada CTB yang belum mengeras dengan menggunakan vibratory plate dan pembuat retakan. c. Memotong sambungan pada CTB yang belum mengeras dengan menggunakan cutting wheel. Apabila Kontraktor memilih membuat retakan pada saat CTB belum mengering, baik itu dengan vibratory plate maupun dengan cutting wheel, retakan buatan tersebut harus diisi dengan aspal emulsi untuk menghindarkan retakan tersebut menyambung kembali karena pekerjaan pemadatan atau sebab lainnya. Aspal yang diisikan harus dicampur dengan air dengan perbandingan satu bagian aspal dan dua bagian air. Retakan yang dibuat harus sekurang kurangnya sepertiga tebal dari lapisan. 8. Sambungan Konstruksi (Construction Joint) 1) Setiap hari pada akhir penghamparan, sambungan konstuksi melintang. (tranverse construction joint) harus dibuat dengan suatu header atau memotong kembali material yang sudah dipadatkan untuk membentuk potongan melintang yang vertikal 2) Permukaan ini harus ditutup dengan tanah basah, material lain yang layak atau metoda lain yang disetujui. 3) Proteksi terhadap construction joint memungkinkan penempatan, penghamparan dan pemadatan material base course tanpa merusak pekerjaan yang dilaksanakan sebelumnya. 4) Bila longitudinal construction joint diperlukan; pada bagian lebar konstruksi, dapat digunakan cetakan samping atau dibentu dengancara memotong tegak lurus material yang sudah dipadatkan. 5) Pelaksanaan pemadatan pada tempat tempat yang berdampingan dengan construction joint harus sedemikian sehingga pamadatan merata pada seluruh lapisan. 6) Sebelum meletakkan material baru menyambung konstruksi yang sudah padat, permukaan joint harus dibersihkan dan dibasahi. 9. Proteksi dan Curing 1) Sesudah lapisan cement treated base selsai dilaksanakan sesuai spesifikasi, maka konstruksi ini harus dilindungi dari pengeringan selama 7
hari dengan cara membasahi dengan air. Bahan yang dapat menahan air atau karung karung goni dapat digunakan untuk keperluan ini 2) Metoda curing harus segera dimulai dan tidak boleh lebih dari 12 jam sesudah penyelesaian pekerjaan CTB. Dalam kondisi apaun permukaan CTB yang baru diletakkan dan dipadatkan tidak boleh menjadi kering. 10. Kuat Desak Lapangan 1) Kontraktor harus mengambil sampel dengan core drill sebanyak 4 buah untuk setiap 2.000 m2 dari cement treated base yang sudah berumur 7 hari guna menentukan kuat desaknya. Lokasi core ditentukan oleh Pemberi Tugas secara acak 2) Kuat desak 7 hari dari 3 sampel harus tidak kurang dari 5 N/mm2 sedangkan satu sampel lainnya tidak kurang dari 3,5 N/mm2 . 3) Bila hasil tes sampel tidak memenuhi persyaratan butir 2 tersebut diatas, area tersebut harus diganti oleh Kontraktor atas biayanya sendiri. Tambahan sampel mungkin diperlukan untuk menentukan luas area yang harus diperbaiki.
1.3
LAPIS PERMUKAAN
1.3.1 Umum Penyedia Jasa harus membangun lapis permukaan dari penetrasi makadam dengan alinyemen dan kemiringan seperti ditunjukkan pada Spesifikasi Standard untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota (Rancangan Akhir) Desember 1990 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.. Pekerjaan ini termasuk juga produksi
agregat
yang
disebarkan
dan
pembentukan
(shaping)
dengan
mempergunakan aspal termasuk prime coat, pemadatan, finishing, pengujian dan operasi-operasi yang lain. Penyedia Jasa bertanggung jawab dalam memelihara semua bagian jalan yang sudah selesai . 1.3.2
Prime Coat Syarat-syarat yang harus dipatuhi untuk penggunaan prime coat, yaitu:
(1) Peralatan Semua peralatan, alat-alat dan mesin-mesin yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan Harus sesuai standar, serta dipelihara setiap saat. Tipe truk untuk
distribusi harus seperti pada disain dan dilengkapi alat untuk mendistribusi bahan bitumen di semua permukaan yang ada. (2) Ketentuan Mengenai Cuaca Prime coat dapat dipakai jika permukaan lapis pondasi atas kering basah atau kena hujan. Apabila turun hujan secara tiba-tiba, maka pekerjaan harus segera dihentikan. (3) Keadaan Base Course Sebelum pemakaian prime coat, bahan yang lepas (loose), kotor atau bahanbahan lain yang tidak dikehendaki, harus disingkirkan dari permukaan, dan kondisi permukaan harus licin (halus). (4) Bahan untuk Prime Coat Aspal untuk prime coat harus aspal emulsi, Grade PE-3 sesuai dengan syarat JIS K-2208 atau standar yang sama. Aspal emulsi PE-3 harus dipanaskan bila diperlukan, dengan suhu seperti yang ditentukan pabrik. (5) Pemakaian Prime Coat Kualitas aspal emulsi PE-3 yang dipergunakan haruslah satu (1) liter per meter persegi. Cara pemakaian bahan aspal di sambungan-sambungan penyebaran (spread) tidak boleh melebihi jumlah yang ditentukan. Bahan aspal yang lebih harus dibersihkan dari permukaan. Harus dilakukan perbaikan bila ada daerah yang terlewati atau yang rusak. Building paper atau bahan lain yang disetujui, ditempatkan di atas ujung atau pemakaian aplikasi sebelumnya dan penyambungan harus dimulai pada building paper yang dilepas secara baik. 1.3.3
Kuantitas Bahan dan Urutan Operasi Kuantitas bahan dan urutan operasi untuk konstruksi permukaan (surface course) harus memenuhi persyaratan :
Jumlah/Kuantitas Material untuk Penetrasi Makadam (Quantities of Penetration Macadam Materials) per 100m2 Kebutuhan Aspal
Agregat
(Straight Asphalt)
(Aggregate)
Tahap 1 / 1 st stage
L 200 – 220
cm3 3.0
Tahap 2 / 2 nd stage
180 – 200
1.0
Urutan Pelaksanaan (Sequence of Operation)
Tahap 3 / 3 rd stage 1.3.4
100 - 110
0.5
Bahan dan Peralatan yang Dipakai untuk Konstruksi Surface Course Konstruksi surface course harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
(1) Bahan Aspal Bahan aspal yang dipakai harus mempunyai harga penetrasi antara 80-120 dan sesuai dengan ketentuan JIS atau standar yang sejenis atau relevan, sebagai berikut:
Type of Bitumen
Penetration Range
Straight Asphalt
80 – 120
Placement Temperature 130 – 1700C
Standard JIS
K
2530
equivalent
(2) Agregat Agregat harus diproduksi di peralatan pemecahan batu, dari batu keras yang diperoleh dari quarry site Berikut adalah spec agregat untuk membuat Surface course:. Stage of Surface Course 1 st stage
Sieve Size 30 – 20 mm
2 nd stage
10 – 5 mm
3 rd stage
5 – 2,5 mm
4 th stage
5 – 2,5 mm (over aggregate)
Agregat harus bersih, keras, tahan dan bebas dari lempung, lumpur atau bendabenda lain. (3) Pembatasan Air Surface course harus dibangun dalam keadaan cuaca kering. Pekerjaan untuk surface course tidak dijadwal pada musim hujan. Apabila tiba-tiba turun hujan, maka perkerasan harus dihentikan seketika dan dilanjutkan lagi Apabila Cuaca sudah memungkinkan
or
(4) Peralatan Semua peralatan, perkakas dan mesin-mesin yang dipakai untuk jalan inspeksi harus sesuai standar, aman dan harus dipelihara sehingga dalam kondisi memuaskan pada setiap saat. Tipe peralatan khusus yang dipakai terdiri dari power blower, peralatan penarikan, self-powered rollres (roda tiga atau empat dengan bobot sekitar 8 ton) dan/atau “pneumatic-fixed roller”, alat penyemprot agregat, yang bisa disetel dan bisa menyemprotkan dalam jumlah tertentu per unit permukaan, “distributor” dan alat untuk memanaskan bahan bitumen (aspal). (5) Pelaksanaan Prime coat harus dipakai sesuai dengan persyaratan seperti pada bab sebelumnya. Sebelum penempatan surface course tahap pertama, permukaan base course harus bebas dari semua bahan lepas dan bahan lain dan harus rata . Penetrasi makadam harus dibangun dengan mempergunakan kualitas dan urutan seperti yang diuraikan pada tabel Jumlah/Kuantitas Material untuk Penetrasi Makadam Pembentukan dan penyebaran setiap tahapan agregat harus dilakukan dengan peralatan penyebaran agregat. Sesudah disebarkan secara merata, setiap tahap agregat harus digilas sedemikian rupa sehingga permukaannya betul-betul padat dan menyatu selebar surface course. Pada waktu pekerjaan pemadatan dilaksanakan, bahan harus dibentuk sesuai dengan alinyemen dan kemiringan sesuai spesifikasi. Pemisahan bahan halus dan kasar harus dihindari dan permukaan bahan harus bebas dari gelombanggelombang selama waktu pemadatan. Level permukaan yang sudah dipadatkan harus benar seperti yang tertera pada Gambar spesifikasi, dengan toleransi 1 cm dalam lebar 5 meter, dimana pengukurannya dengan alat pengukur kemiringan (straightedge).
BAB-II
METODE KERJA PERBAIKAN PERKERASAN JALAN Metode Kerja Secara Umum Pekerjaan Pembongkaran Jalan
MULAI
Pekerjaan Pembongkaran Jalan
Perbaikan tanah Dasar/Sub Grade
Pekerjaan Sub Base Course
Pekerjaan Penggantian lapis pondasi atas dengan CTB
Perkerasan lapisan permukaan/Surface Course
1. Metode
Kerja
Dasar/Subgrade
SELESAI
Pembongkaran
Jalan
&
Perbaikan
Tanah
MULAI
Transportasi excavator ke lapangan
Pembongkaran awal dengan excavator breaker
Pembongkaran dengan excavator bucket
Pengangkutan material oleh dump truck
Penggantian tanah dasar/subgrade
Pemadatan Tidak Cek / Tes Ya SELESAI
1. Transportasi excavator ke lapangan
Alat berat berupa excavator bucket,excavator breaker,pneumatic roller dibawa kelokasi proyek dengan menggunakan lowbads dengan tempat yang telah disediakan dilokasi proyek sehingga tidak mengganggu lalulintas daerah jalan.
2. Pembongkaran awal dengan excavator breaker Ruas jalan yang telah disterilkan dari arus lalulintas , Excavator breaker ditempatkan dilokasi jalan yang akan dibongkar.Ruas jalan yang akan dibongkar diberi garis melintang sesuai pembongkaran yang direncanakan .Pembongkaran dilakukan oleh excavator breaker pertitik sesuai garis yang direncanakan
sampai hancur pada setiap lapisan jalan(lapis
permukaan,lapis pondasi atas,lapis pondasi bawah).material dihancurkan secara merata sehingga material dapat dipindahkan dengan excavator bucket.
3. Pembongkaran dengan excavator bucket Excavator bucket berfungsi untuk mengambil material hasil penghancuran oleh excavator breaker untukselanjutnya diangkut oleh dumptruck ke area pembuangan.Setelah material jalan pada proyek selesai diangkut dilanjutkan dengan penggalian tanah dasar/subgrade yang merupakan
tanah
aluvial
yang
selanjutnya
akan
diangkut
pembuangan.Penggalian dilakukan sampai dengan kedalaman 2 meter .
dumptruck
ke
area
4. Pengangkutan material oleh dump truck Materia hasil pembongkaran baik agregat maupun galian tanah diangkut oleh dump truck untuk selanjutnya diangkut ke area pembuangan
5. Penggantian tanah dasar/subgrade Tanah dasar yang merupakan tanah aluvial yang cukup expansif diganti dengan material tanah lempung yang nonexpansif setinggi 2 meter dari lapis pondasi bawahsepanjang kerusakan jalan yaitu 10 meter.
6. Pemadatan Pemadaan tanah dasar dilaksanakan dengan menggunakan pneumatic roller dengan pemberian air menggunakan water tank truck secara terus menerus dengan kadar air optimum sesuai hasil uji laboratorium agar tanah dapat dipadatkan secara maksimum seingga penurunan dapat diminimalisir.
2. Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah(Sub-base course) setebal 30 cm
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Berikut ilustrasi tahapan pekerjaan perkerasan jalan : Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah (Sub-base course) Setebal 30 cm
Tidak
Tidak
3. Metode Kerja Lapisan Pondasi Atas Dengan CTB (Cement Treated Base) Setebal 20 Cm
Tidak
Ya Ya
Job Mix Design
Ya
A
Pre-cracking Construction Joint
Proteksi dan
Kuat Desak
SELESAI
1.Produksi Material Material berupa agregat batu pecah atau kerikil (gravel) diambil dari stockpile yang telah diajukan dan disetujui oleh direksi.Material dari stocpile diangkut kecrushing plant
Pengangkutan ke lokasi
Te grad
Penghamparan material
Pemadatan material
menggunakan dump truck untuk dilakukan penghancuran menjadi aggregat sesuai gradasi yang disyaratkan spesifikasi CTB. Cek / Tes
A
2.Pencampuran agregat Hasil dari crushing plant dengan masing-masing diameter agregat dicampur sesuai dengan gradasi yang di syaratkan spesifikasi CTB.Pencampuran dilakukan dengan alat excavator. Sampai merata sesuai gradasi yang disyaratkan.Selama pencampuran material disemprot air secara merata agar agregat bersih dan pencampuran lebih cepat merata.
3.Job Mix Design Cement Treated Base harus dicampur di mixing plant sentral, dapat sistem batching maupun menerus (continous).Agregat dimasukan dalam mixing plan untuk selanjutnya dimasukan
semen dan air. Perbandingan agregat,air dan semen dapat berdasarkan berat atau pun volume.semen dimasukan sehingga dapat terdistribusi dengan merata pada agregat selama pencampuran (mixing). Waktu mixing tidak boleh kurang dari 30 detik,kecuali bila dapat dibuktikan bahwa dengan waktu kurang dari 30 detik persyaratan kadar semen dan kuat desak dapat dicapai secara konsisten.
4.Pengangkutan Material Pengangkutan material dilokasi dilakukan dengan menggunakan dumptruck dengan penutup material diatasnya sehingga terhidar dari pengaruh cuaca agar kualitas campuran tetap terjaga sampai dilakukan unloading di lokasi penghamparan.
5.Penghamparan Material Sebelum dilakukan penghamparan dilakukan bagian lapis pondasi bawah harus dilakukan persiapan sesuai yaang disyaratkan.Penghamparan dilaksanakan dari bagian tengah bagian tertinggi
agar drainase berfungsi dengan baik.Penghamparan dilakukan dengan
menggunakan motor grader, power shovel Agar ketinggian dan kemiringan sesuai persyaratan dan gambar dapat terpenuhi, lapisan teratas dari cement treated baseharus dihampar dengan menggunakan mechanical paver. lapisan terbawah harus dikasarkan dengan garu agar terjadi ikatan yang kuat dengan lapisan diatasnya. Lapisan kedua dan seterusnya dapat dihampar dan dipadatkan 24 jam sesudah lapisan terbawah. Sebelum meletakkan lapisan berikutnya, lapisan yang akan ditumpangi harus dibasahi secukupnya agar terjadi ikatan yang kuat.
6.Pemadatan Material Pemadatan cement treated base dilakukan dengan menggunakan alat berat Vibratory roller selama 45 menit agar terpadatkan dengan maksimal.Pemadatan dilakukan disertai pemberian air dengan water tank truck dengan kadar air optimum agar pemadatan maksimum.
7. Pre-cracking Pemecahan lapisan CTB dilakukan untuk menghindari terjadinya pecah akibat susut yang tak terkendali.precracking dilakukan dengan memotong menjadi kotak-kotak 3,5 x 3,5 m2. Metode pemecahan dilakukan setelah pemadatan selama beton belum mengeras dengan menggunakan cutting wheel .potongan buatan kemudian diisi dengan menggunakan aspal emulsi agar retakan tersebut tida menutup kembali saat pemadatan lapisan diatasnya . Aspal yang diisikan dicampur dengan air dengan perbandingan satu bagian aspal dan dua bagian air. Retakan yang dibuat harus sekurang kurangnya sepertiga tebal dari lapisan.
8.Sambungan Konstruksi (Construction Joint) Pada akhir penghamparan, sambungan konstuksi melintang (tranverse construction joint) harus dibuat dengan suatu header atau memotong kembali material yang sudah dipadatkan untuk membentuk potongan melintang yang vertikal. Permukaan ditutup dengan tanah basah, .Proteksi terhadap construction joint memungkinkan penempatan,penghamparan dan pemadatan material base course tanpa merusak pekerjaan yang dilaksanakan sebelumnya. Untuk longitudinal construction joint pada bagian lebar konstruksi, dengan cara memotong tegak lurus material yang sudah dipadatkan. 9. Proteksi dan Curing Sesudah lapisan cement treated base selsai dilaksanakan sesuai spesifikasi, maka konstruksi ini harus dilindungi dari pengeringan selama 7 hari dengan cara membasahi dengan air. Bahan yang dapat menahan air atau karung karung goni dapat digunakan untuk keperluan ini Metoda curing harus segera dimulai dan tidak boleh lebih dari 12 jam sesudah penyelesaian pekerjaan CTB. Dalam kondisi apaun permukaan CTB yang baru diletakkan dan dipadatkan tidak boleh menjadi kering.
10. Kuat Desak Lapangan Pengambilan sampel dilakukan dengan dengan core drill sebanyak 4 buah untuk setiap 2.000 m2 dari cement treated base yang sudah berumur 7 hari guna menentukan kuat desaknya. Kuat desak 7 hari dari 3 sampel harus tidak kurang dari 5 N/mm2 sedangkan satu sampel lainnya tidak kurang dari 3,5 N/mm2 .
4. Pekerjaan Lapis Permukaan (Surface Course)
Tidak
Ya Penyebaran Material ATB
Pemadatan
Cek / Tes Prime Coat
Persiapan lapisan permukaan
Pekerjaan lapis permukaan (surface course),yang terdiri dari ATB setebal 6cm dan HRS setebal 4cm
Tidak
Ya
S
BAB-III DAFTAR ALAT DAN PERSONIL a. Alat yang Digunakan Dalam Pekerjaan Perkerasan Jalan 1. Dump Truck
2. Bulldozer
3. Vibratory Roller
4. Water Tank Truck
5. Motor Grader
6. Tandem Roller
7. Tire Roller (Pneumatic)
8. Asphalt Sprayer
9. Asphalt Finisher
10. Crushing Plant
11.Mixing Plant
b. Daftar Personel dalam Pekerjaan Perkerasan Jalan
Site Manager S. Adi Susilo
Deputy Site Manager Aris Munandar
SHE& ENGINEERING
Pelaksana Lapangan
Coord. Surveyor M. Sujarwo
Struktur Organisasi Lapangan
No. 1. 2. 3. 4.
Manpower Engineering Pelaksana Lapangan SHE Tim Surveyor
Unit grup grup grup grup
Total 1 1 1 1
BAB-IV SAFETY PLAN PERKERASAN JALAN
SAFETY PLAN UNTUK PERBAIKAN PERKERASAN JALAN Safety control yang dilakukan antara lain yang dimaksud adalah pengamanan terhadap personil pada saat pekerjaan perkerasan jalan. Usaha preventif yang dapat dilakukan antara lain dengan. 1. Pekerja Pekerja menggunakan APD seperti: Safety shoes, safety helmet dan safety vest Pada saat melakukan pekerjaan perkerasan jalan, pekerja perlu menggunakan masker, kacamata dan berpakaian lengan panjang untuk menghindari semprotan aspal secara langsung ke tubuh
2. Pengamanan
Memberi batas area kerja dan membuat rambu peringatan bahwa sedang ada pekerjaan alat berat Melakukan penyiraman untuk mengurangi dampak debu yang ditimbulkan Mengatur operasional dan jalur alat berat Melakukan traffic managemen terhadap keluar masuk kendaraan proyek seperti: a. Perekrutan flagman b. Pemasangan pagar proyek c. Pemasangan tolo-tolo d. Pemasangan rambu-rambu
3. Rambu
TUGAS METODE KERJA PERBAIKAN JALAN
Dikerjakan oleh :
NAMA
: Ardli Mustofa Irsyad R.Ardi Wibowo
NIM
: I0113014 I0113102
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016