Metodologi Penelitian 2017 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENYUSUNAN USULAN PENELITIAN dr. Ida Yuliana, M.Biomed dr. Rahmiati, M.Kes, SpMK PENDAHULUAN Rancangan penelitian adalah suatu kesatuan, rencana terinci dan spesifik mengenai cara memperoleh, menganalisis, dan menginterpretasi data. Bila peneliti telah menetapkan untuk melakukan penelitian, maka sebelum pelaksanaan peneliti harus membuat rancangan penelitian. Secara formal suatu rancangan penelitian tertulis dinamakan sebagai usulan penelitian (research proposal, study protokol). Namun secara esensial usulan penelitian dimaksudkan sebagai penuntun bagi peneliti dalam seluruh rangkaian proses penelitian.1 Usulan penelitian dapat digunakan untuk berbagai kepentingan antara lain:2 1. Usulan penelitian yang hasilnya nanti diarahkan kepada pemecahan masalah atau mencari informasi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah atau keperluan program. Dalam hal ini usulan penelitian untuk kepentingan program. 2. Usulan penelitian yang hasilnya difokuskan untuk kepentingan ilmu pengetahuan atau karya ilmiah, misal untuk membuat skripsi, tesis, atau disertasi dan sebagainya. Sistematika usulan penelitian bervariasi dari lembaga satu dengan lembaga lain namun secara substansi sama. Suatu usulan penelitian yang baik secara materi dan sistematika sangat tergantung pada aturan yang ditetapkan oleh lembaga dimana usulan tersebut ditujukan. Sistematika usulan penelitian yang dipakai di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (PSPD FK ULM) adalah sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.5 Keaslian Penelitian BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 3 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 1.5 Landasan Teori 3.2 Hipotesis (jika ada)



BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian 4.2 Populasi Dan Sampel 4.3 Bahan Dan Alat / Instrumen Penelitian 4.4 Variabel Penelitian 4.5 Definisi Operasional 4.6 Prosedur Penelitian 4.7 Teknik Pengumpulan Data Dan Pengolahan Data 4.8 Cara Analisis Data 4.9 Tempat Dan Waktu Penelitian 4.10 Biaya Penelitian DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



1. Judul Usulan Penelitian Judul penelitian merupakan pencerminan dari tujuan penelitian. Tujuan penelitian dirumuskan dari masalah penelitian dengan kata lain tujuan penelitian merupakan jawaban sementara dari pertanyaan-pertanyaan penelitian, maka judul penelitian juga mencerminkan masalah penelitian.2 Judul penelitian memerlukan beberapa persyaratan yaitu :1 1. Harus menggambarkan keseluruhan isi penelitian yang akan dilakukan 2. Ditulis dalam kalimat atau frase yang sederhana dan tidak terlalu panjang 3. Tidak menggunakan singkatan kecuali yang baku 2. Latar Belakang Masalah Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, antara apa yang diinginkan atau apa yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya. Masalah penelitian dapat dikembangkan dari berbagai sumber seperti kepustakaan, bahan diskusi, masalah dari pengalaman sehari-hari, pendapat pakar, atau sumber non ilmiah. Dalam latar belakang masalah penelitian akan diuraikan fakta-fakta, pengalaman peneliti, hasil-hasil penelitian dari orang lain, atau teori yang melatarbelakangi masalah yang ingin diteliti. Dengan uraian berbagai hal tersebut akan orang lain diyakinkan bahwa masalah yang akan diajukan tersebut cukup penting dan cukup memadai untuk diteliti.2 Agar suatu masalah dapat diangkat menjadi masalah penelitian maka diperlukan syarat yaitu mampu dilaksanakan, menarik, memberikan sesuatu yang baru, etis, dan



relevan. Ini dirumuskan oleh Hulley dan Cummings sebagai FINER (feasible, interisting, novel, ethical, relevan). 1 3. Rumusan Masalah Identifikasi masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah perlu dirumuskan lebih spesifik sehingga masalah menjadi jelas dan terlokalisasi. Rumusan masalah mempunyai syarat: 1. Sangat dianjurkan dikemukakan dalam bentuk kalimat tanya karena dianggap masalah penelitian lebih bersifat terfokus, spesifik dan tajam 2. Substansi yang dimaksud hendaknya bersifat khas, tidak bermakna ganda 3. Bila terdapat banyak pertanyaan, maka harus dipertanyakan secara terpisah, agar pertanyaan dapat dijawab secara terpisah. 4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah indikasi ke arah mana, atau data apa yang akan dicari melalui penelitian. Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret dapat diamati dan dapat diukur. Umumnya tujuan dibedakan menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus (penjabaran dari tujuan khusus). Tujuan umum biasanya mengacu pada aspek yang lebih luas atau tujuan jangka panjang penelitian. Tujuan khusus disebutkan secara tajam dan jelas hal-hal yang akan langsung diukur, dinilai, atau diperoleh dari penelitian. Tujuan umum dan khusus yang hanya terdiri dari atas 1 atau 2 butir saja dapat ditulis secara naratif dalam satu kalimat dan apabila tujuan umum suatu penelitian tidak dapat atau tidak perlu dispesifikasikan lagi maka cukup dibuat “Tujuan Penelitian” saja. Tetapi jika terdapat banyak butir dan subbutir maka tujuan umum dan khusus perlu dipisahkan agar mudah dimengerti. 5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah kegunaan hasil penelitian, baik bagi kepentingan ilmu pengetahuan atau pihak yang akan memanfaatkan hasil penelitian yang dilakukan. Oleh sebab itu manfaat penelitian harus diuraikan secara terinci dengan kata lain data yang akan diperoleh dari penelitian akan dimanfaatkan untuk apa dalam pengembangan suatu program dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Biasanya disebutkan manfaat dalam bidang akademik atau ilmiah, pelayanan masyarakat, serta pengembangan penelitian itu sendiri. 6. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian merupakan bagian dari proposal yang menjelaskan kontribusi, kebaruan, atau novelty dari penelitian yang diajukan. Kebaruan bisa dari sisi teori atau praktis. Kebaruan harus dilihat dari penelitian sebelumnya, tidak boleh hanya menyatakan bahwa



penelitian yang diusulkan adalah penelitian yang belum pernah dilakukan. Umumnya dibuat dalam bentuk tabel dan narasi. 7. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka sangat penting untuk mendasari penelitian yang akan dilakukan. Dalam bab ini harus diuraikan secara mendalam pelbagai aspek teoritis yang mendasari penelitian. Hal yang ditulis dalam latar belakang masalah perlu dirinci, dan hubungan antar variabel perlu dibahas. Dalam tinjauan juga perlu dimasukkan hasil penelitian lain yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Hal ini penting dimasukkan agar menghindari “pengulangan” dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan orang lain (menjaga originalitas penelitian). Dalam tinjauan pustaka hanya berisi “review” teori dan hasil penelitian orang lain secara apa adanya. Sehingga pemikiran dan pendapat pribadi pembuat proposal tidak semestinya dimasukkan. Berikut rincian kegunaan tinjauan pustaka: Kegunaan 1: Mengkaji sejarah permasalahan Sejarah permasalahan meliputi perkembangan permasalahan dan perkembangan penelitian atas permasalahan tersebut. Pengkajian terhadap perkembangan permasalahan secara kronologis sejak permasalahan tersebut timbul sampai pada keadaan yang dilihat kini akan memberi gambaran yang lebih jelas tentang perkembangan materi permasalahan (tinjauan dari waktu ke waktu: berkurang atau bertambah parah; apa penyebabnya). Mungkin saja, tinjauan seperti ini mirip dengan bagian “Latar belakang permasalahan” yang biasanya ditulis di bagian depan suatu usulan penelitian. Bedanya: dalam tinjauan pustaka, kajian selalu mengacu pada pustaka yang ada. Pengkajian kronologis atas penelitian-penelitian yang pernah dilakukan atas permasalahan akan membantu memberi gambaran tentang apa yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain dalam permasalahan tersebut. Gambaran bermanfaat terutama tentang pendekatan



yang



dipakai



dan



hasil



yang



didapat.



Kegunaan 2: Membantu pemilihan prosedur penelitian Dalam merancang prosedur penelitian (research design), banyak untungnya untuk mengkaji prosedur-prosedur (atau pendekatan) yang pernah dipakai oleh peneliti-peneliti terdahulu dalam meneliti permasalahan yang hampir serupa. Pengkajian meliputi kelebihan dan kelemahan prosedur-prosedur yang dipakai dalam menjawab permasalahan. Dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan prosedur-prosedur tersebut, kemudian dapat dipilih, diadakan



penyesuaian, dan dirancang suatu prosedur yang cocok untuk penelitian yang dihadapi. Kegunaan 3: Mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan Salah satu karakteristik penelitian adalah kegiatan yang dilakukan haruslah berada pada konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada. Pengkajian pustaka, dalam hal ini, akan berguna bagi pendalaman pengetahuan seutuhnya (unified explanation) tentang teori atau bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan. Pengenalan teori-teori yang tercakup dalam bidang atau area permasalahan diperlukan untuk merumuskan landasan teori sebagai basis perumusan



hipotesa



atau



keterangan



empiris



yang



diharapkan.



Kegunaan 4: Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu Di bagian awal tulisan ini disebutkan bahwa kegunaan tinjauan pustaka yang dikenal umum adalah untuk membuktikan bahwa penelitian (yang diusulkan) belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembuktian keaslian penelitian ini bersumber pada pengkajian terhadap penelitianpenelitian yang pernah dilakukan. Bukti yang dicari bisa saja berupa kenyataan bahwa belum pernah ada penelitian yang dilakukan dalam permasalahan itu, atau hasil penelitian yang pernah ada belum mantap atau masih mengandung kesalahan atau kekurangan dalam beberapa hal dan perlu diulangi atau dilengkapi. Dalam penelitian yang akan dihadapi sering diperlukan pengacuan terhadap prosedur dan hasil penelitian yang pernah ada (lihat kegunaan 2). Kehati-hatian perlu ada dalam pengacuan tersebut. Suatu penelitian mempunyai lingkup keterbatasan serta kelebihan dan kekurangan. Evaluasi yang tajam terhadap kelebihan dan kelemahan tersebut akan berguna terutama dalam memahami tingkat kepercayaan (level of significance) hal-hal yang diacu. Perlu dikaji dalam penelitian yang dievaluasi apakah temuan dan kesimpulan berada di luar lingkup penelitian atau temuan tersebut mempunyai dasar yang sangat lemah. Evaluasi ini menghasilkan penggolongan pustaka ke dalam dua kelompok: 1. Kelompok Pustaka Utama (Significant literature); dan 2. Kelompok Pustaka Penunjang (Collateral Literature). Kegunaan 5: Menghindari duplikasi penelitian Kegunaan yang kelima ini, agar tidak terjadi duplikasi penelitian, sangat jelas maksudnya. Masalahanya, tidak semua hasil penelitian dilaporkan secara luas. Dengan demikian, publikasi atau seminar atau jaringan informasi tentang hasil-hasil penelitian sangat penting. Dalam hal ini, peneliti perlu mengetahui sumber-sumber informasi pustaka dan mempunyai hubungan (access) dengan sumber-sumber tersebut. Tinjauan pustaka, berkaitan dengan hal ini, berguna untuk membeberkan seluruh pengetahuan yang ada sampai saat ini berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi (sehingga dapat menyakinkan bahwa tidak terjadi duplikasi). Kegunaan 6: Menunjang perumusan permasalahan



Kegunaan yang keenam dan taktis ini berkaitan dengan perumusan permasalahan. Pengkajian pustaka yang meluas (tapi tajam), komprehe nsif dan bersistem, pada akhirnya harus diakhiri dengan suatu kesimpulan yang memuat permasalahan apa yang tersisa, yang memerlukan penelitian; yang membedakan penelitian yang diusulkan dengan penelitianpenelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam kesimpulan tersebut, rumusan permasalahan ditunjang kemantapannya (justified). Pada beberapa formulir usulan penelitian, bagian kesimpulan ini sengaja dipisahkan tersendiri (agar lebih jelas menonjol) dan ditempatkan sesudah tinjauan pustaka serta diberi judul “Keaslian Penelitian”. Cara penulisan nama penulis yang diacu dalam uraian tinjauan pustaka seperti berikut penulis yang tulisannya diacu daiam uraian hanya disebutkan nama akhimya saja, dan kalau lebih dari 2 orang, hanya nama akhir penulis pertama yang dicantumkan dikuti dengan dkk atau et al: a. Menurut Calvin pada tahun 1978 …. b. Pirolisis ampas tebu 1menghasilkan…. c. Meisel dkk, menyatakan bensin dapat dibuat dari metanol … Yang membuat tulisan pada contoh (c) berjumlah 4 orang, yaitu Meisel, S.L., McCullough, J.P., Leckthaler, C.H., dan Weisz, P.B. 8. Landasan Teori dan Hipotesis Tinjauan pustaka dapat dikatakan sebagai penggambaran dari landasan teori atau kerangka teori. Selanjutnya dibuat rangkuman sebagai dasar untuk membuat kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep adalah suat hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang diteliti. Lazimnya kerangka konsep dibuat dalam bentuk diagram yang menunjukkan jenis serta hubungan antar variabel yang diteliti dan variabel lainnya yang terkait. Karena tidak semua variabel akan diukur maka pada diagram perlu digambarkan batas-batas lingkup penelitian. Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian yang harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi hipotesis tidak dinilai benar atau salah melainkan diuji apakah sahih (valid) atau tidak. Tidak semua jenis penelitian memerlukan hipotesis. Survei atau studi ekplorasif yang tidak mencari hubungan antar variabel hanya bersifat deskriptif tidak memerlukan hipotesis. Formulasi hipotesis yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang jelas dan sederhana, tidak bermakna ganda 2. Mempunyai landasan teori yang kuat. Hipotesis harus berdasarkan atas dasar teori, pengalaman, serta sumber ilmiah yang sahih



3. Menyatakan hubungan antara satu variabel tergantung dengan satu atau lebih variabel bebas. 4. Memungkinkan diuji secara empiris 5. Rumusan hipotesis harus bersifat khas dan menggambarkan variabel yang diukur 9. Metode Penelitian Pada bagian ini diuraikan tentang metode atau cara yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam uraian tersebut tercermin langkah-langkah teknis dan operasional penelitian yang akan dilaksanakan. - Rancangan atau desain penelitian Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian atau untuk menguji kesahihan hipotesis. Penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan ada atau tidaknya intervensi menjadi penelitian observasional (studi cross sectional, studi kohort, dan case control) dan penelitian eksperimental. -



Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok subjek atau data dengan karakteristik tertentu. Sampel



adalah bagian dari populasi yang diteliti. Cara pemilihan sampel harus disebutkan teknis pengambilan sampel secara random, sistematik, berurutan, atau cluster, dan seterusnya, perlu juga dijelaskan besarnya sampel serta rumusnya.



-



Bahan dan Alat/Instrumen Penelitian Bahan dan alat lazimnya hanya cocok untuk penelitian yang berkaitan dengan penelitian di laboratorium.



-



Identifikasi Variabel Semua variabel harus diidentifikasi, variabel apa yang termasuk variabel bebas,



tergantung, dan pengganggu. -



Definisi operasional (DO) Semua konsep yang ada dalam penelitian harus dibuat batasan dalam istilah yang



operasional. Dimaksudkan agar tidak ada makna ganda dari istilah yang digunakan dalam penelitian tersebut. Dalam banyak hal definisi operasional mengacu pada pustaka yang ada akan tetapi tidak “diharamkan” untuk menbuat definisi sendiri asalkan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam menyusun DO biasanya sekaligus diidentifikasi skala pengukuran (apakah nominal, ordinal, interval, atau rasio). -



Prosedur penelitian



Cara atau metode yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam prosedur penelitian dapat dimasukkan alur penelitian. Alur penelitian perlu dibuat untuk memperjelas cara rekrutmen dan perlakuan terhadap subjek. -



Pengumpulan data dan pengolahan data Dalam bagian pengumpulan data perlu dirincikan cara atau teknik pengumpulan data



apakah dalam bentuk wawancara, observasi dan sebagainya. Serta diberikan penjelasan cara pengisian instrumen, editing, coding dan sebagainya. Perlu dijelaskan bagaimana data itu akan diolah dengan manual atau dengan menggunakan bantuan komputer. Disebutkan secara ringkas bagaimana data yang terkumpul akan diolah, dianalisis dan disajikan. -



Analisis data Pada bagian ini jenis analisis statistika yang akan dipergunakan. Ditentukan pula batas



kemaknaan yang dipakai, apakah interval kepercayaan akan disertakan untuk data yang mana, dan tingkat kemaknaan yang dipilih. -



Tempat dan waktu penelitian Perlu dijelaskan tempat penelitian akan dilaksanakan. Dalam bagian ini diuraikan juaga



langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian beserta waktu berjalannya atau berlangsungnya tiap kegiatan. Biasanya dituliskan dalam suatu gant’s chart.



10. Hasil dan Pembahasan •



Bagian ini membahas hasil analisis data yang dihubungkan dengan pertanyaan penelitian dan/atau hipotesis yang diajukan sebelumnya







Pembahasan digunakan untuk menunjukkan: •



Terjawab tidaknya pertanyaan penelitian  jarang sekali dituliskan dalam bentuk “Pertanyaan penelitian 1 terjawab”, tetapi dengan pernyataan yang mengarah kepada terjawab tidaknya pertanyanyaan penelitian yang diajukan







Didukung tidaknya hipotesis yang diajukan oleh data yang dikumpulkan  biasanya dinyatakan dalam bentuk “Hipotesis 1 ditolak” atau “Hipotesis 2 diterima”







Hasil pembahasan digunakan sebagai dasar untuk kesimpulan







Dalam pembahasan, selain menjelaskan hasil analisis data yang dikaitkan dengan pertanyaan penelitian dan/atau hipotesis, juga perlu dituliskan keterbatasan penelitian (limitation)







Keterbatasan menunjukkan:











Bagian yang tidak dapat diselesaikan dalam penelitian karena sesuatu alasan







Keterbatasan suatu aplikasi untuk berjalan pada sistem operasi tertentu



Keterbatasan digunakan untuk menuliskan saran (future works)



11. Kesimpulan/ Simpulan •



Kesimpulan adalah pernyataan yang menunjukkan: •



Terjawab tidaknya pertanyaan penelitian







Didukung tidaknya hipotesis







Kesimpulan tidak boleh terlepas dari pertanyaan penelitian yang diajukan







Dalam kesimpulan tidak boleh: •



Berupa common sense yang tidak ada kaitannya dengan pertanyaan penelitian







Berupa kalimat tanya







Berisi rumus, gambar, atau tabel



12. Saran •



Pernyataan yang menunjukkan tentang usulan penelitian berikutnya sebagai kelanjutan dari penelitian yang baru saja diselesaikan







Saran dituliskan berdasar bagian keterbatasan yang dinyatakan dalam bagian pembahasan



Daftar Pustaka Daftar pustaka adalah semua literatur yang digunakan untuk mendukung dalam penyusunan usulan tersebut. Sistem penulisan daftar pustaka disesuaikan dengan sistem yang dipilih atau ditetapkan. Cara penulisan rujukan dalam KTI untuk PSPD FK UNLAM adalah Sistem Vancouver.



BAB II ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN Dra. Lia Yulia Budiarti, M.Kes



PENDAHULUAN Realitas suatu ilmu, dapat dibedakan menjadi 3, yaitu proses, produk, dan paradigma etis. Proses merupakan suatu kegiatan untuk memahami alam semesta dan isinya didasarkan pada tuntutan metode keilmuan (rasionalistis dan objektif); produk adalah segala proses keilmuan harus menjadi milik umum dan selalu terbuka untuk dikaji oleh orang lain; sedangkan paradigma etis artinya ilmu harus mengandung nilai – nilai moral dan etika yang tidak bertentangan dengan nilai – nilai moral yang ada di masyarakat. Suatu ilmu pengetahuan dihasilkan dari berpikir logis dan berpikir ilmiah. Berpikir logis adalah berpikir lurus dan teratur terhadap sesuatu hal yang diyakini dari suatu objek atau fenomena. Yaitu suatu pokok permasalahan yang dikaji untuk membedakan tentang benar dan salah. Sedangkan berpikir ilmiah adalah cara berpikir yang didasarkan pada pendekatan ilmiah, yaitu melalui pendekatan metode ilmiah yang merupakan ilmu yang mempelajari tentang prosedur untuk mendapatkan ilmu. Metode ilmiah mempelajari cata identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, hipotesis, metode, hasil dan kesimpulan yang berdasar atas kaidah ilmiah.



ILMU PENGETAHUAN Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia tentang fakta-fakta yang telah tersusun secara sistematis dan biasanya merupakan kaidah-kaidah yang bersifat umum. Yang dimaksud fakta dalam hal ini adalah fakta ilmiah yang dihasilkan dari pengamatan yang dikumpulkan secara sistematis dan telah diverifikasi secara empiris. Ilmu pengetahuan juga dianggap sebagai kebenaran ilmiah. Penelitian dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, dapat dilihat sebgai suatu proses yang menghasilkan kebenaran. Dengan perkataan lain, penelitian adalah untuk menghasilkan kebenaran. Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa penelitian bukan satu-satunya cara menghasilkan kebenaran. Kebenaran dapat pula ditemukan secara kebetulan, secara intuitif, secara akal sehat (common sense) dan lain-lain. Pendekatan dalam mencari kebenaran dapat dihasilkan melalui proses secara non ilmiah dan ilmiah:



1. Non Ilmiah a. Akal sehat (common sense): Common sense merupakan suatu concept; concept adalah abstraksi yang digeneralisasi dari hal-hal khusus. b. Prasangka c. Intuisi



(metode



apriori),



merupakan



pendapat



berdasar



“pengetahuan”



yang



langsung/cepat namun tidak sistematis d. Penemuan Kebetulan & coba-coba (trial and error), diperoleh tanpa kepastian akan diperolehnya suatu kondisi tertentu / pemecahan sesuatu masalah e. Pendapat otoritas ilmiah atau pikiran kritis, merupakan pendapat dari orang yang telah menempuh pendidikan formal tertinggi/ mempunyai pengalaman kerja ilmih dalam suatu bidang secara mendalam. 2. Ilmiah Pendekatan kebenaran secara ilmiah, dilakukan secara sistematik dan terkontrol berdasarkan pendekatan metode keilmuwan, sehingga dengan pendekatan ini dapat diupayakan memperoleh kebenaran ilmiah. Ilmu merupakan pengetahuan yang peroleh dengan menggunakan metode ilmiah. Makna ilmu menunjukkan sekurang–kurangnya 3 (tiga) hal: 1.



Kumpulan pengetahuan (produk)



2.



Aktivitas ilmiah, proses berpikir ilmiah (proses)



3.



Metode ilmiah (metode) Proses



ILMU



Metode



Produk



Gambar 2.1 Kajian Ilmu dan Metode Ilmiah



Ilmu Sebagai Produk Adalah kumpulan informasi yang telah teruji kebenarannya dan dikembangkan berdasarkan metode ilmiah dan pemikiran logis (John G. Kemeny, 1961) Struktur sains adalah sebagai berikut:



1.



Paradigma



2.



Teori



3.



Konsep dan asumsi



4.



Variabel dan parameter



Ilmu sebagai Proses Adalah cara mempelajari suatu realita (kejadian) dan upaya memberi penjelasan tentang suatu mekanisme (jawaban terhadap pertanyaan WHY dan HOW, Charles Singer, 1954). Karakteristik sain: 1.



Logico-emperical-verifikatif



2.



Generalized understanding



3.



Theoritical construction



4.



Information about why and how



Ilmu sebagai Metode Merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat diuji kebenarannya (Horold H. Titus, 1994). Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola, dan menegaskan bidang keilmuan seringkali disebut metode ilmiah. Metode ilmiah berkaitan erat dengan logika, metode penelitian, metode sampling, pengukuran, analisa, penulisan hasil, dan kesimpulan. Pendekatan adalah pemilihan area kajian. Berdasarkan pengelompokan ilmu, tergantung pada kriteria penggolongannya. Secara umum ilmu hampir selalu dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu: (1) nomothetic science dan (2) idiographic science. 1. Nomothetic Science (Deductive) Merupakan suatu ilmu yang didasarkan pada kajian – kajian makro (kasus – kasus) yang luas dan banyak terjadi., kemudian dijabarkan pada hal – hal yang khusus. Pendekatan penelitian dapat digolongkan pada metode kuantitatif. Misalnya, semua pasien yang masuk rumah sakit akan mengalami stress hospitalisasi. Pasien anak yang masuk rumah sakit mengalami stres, pasien dewasa mengalami stres, pasien remaja mengalami stres. 2. Idiographic Science (inductive) Merupakan suatu kajian ilmu yang didasarkan pada hal – hal yang mikro, unik dan khusus, bersifat individual kemudian ditarik suatu kesimpulan secara umum. Pendekatan penelitian digolongkan pada metode kualitatif. Contoh penyanyi A rambut keriting, Penyanyi B rambutnya juga keriting, penyanyi C dan lainnya berambut keriting, semua pandai bernyanyi. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa rambut keriting pandai bernyanyi.



Beberapa persyaratan bahwa suatu pengetahuan dianggap sebagai ilmu pengetahuan ilmiah, yaitu: a. Logis: dapat dinalar, masuk akal Misalnya, pada ilmu keperawatan. Pasien yang masuk rumah sakit mengalami stres, disamping keadaan sakitnya, pasien harus beradaptasi terhadap lingkungan baru (orang/perawat, peraturan – peraturan, dan lain – lain) b. Empiris: data dapat diamati dan diukur Misalnya, data tentang respon pasien yang mengalami stres, dapat diamati dan diukur dari ketidakmampuan pasien untuk beradaptasi terhadap stresnya. Secara psikologis (kognator) pasien mengalami gangguan efek dan emosi (cemas, marah – marah, depresi, menolak peraturan baru) hal ini karena pasien tidak mampu beradaptasi terhadap lingkungan baru. Secara fisik (regulator) dapat diukur dengan terjadinya peningkatan tanda–tanda vital pasien; peningkatan hormon–hormon stres (cortisol dan katekolamin) c. Diperoleh melalui metode ilmiah Pendekatan yang dipergunakan berdasarkan langkah – langkah dalam metode ilmiah



METODE ILMIAH Metode keilmuan merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat diuji kebenarannya. Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola, dan untuk menegaskan bidang keilmuan sering disebut metode ilmiah. Metode ilmiah berkaitan erat dengan logika, metode penelitian, metode sampling, pengukuran, analisis, penulisan hasil penelitian dan kesimpulan. Sebagai suatu proses untuk menghasilkan kebenaran (ilmu pengetahuan), maka penelitian terdiri dari langkah-langkah sistematis yang keseluruhannya merupakan metode ilmiah. Metode ilmiah yang membedakan penelitian dari “common sense”, intuisi, spekulasi dan lain-lain. Secara umum, metode ilmiah mengikuti penalaran induksi, deduksi dan verifikasi. Dengan induksi dimaksudkan suatu perumusan kaidah umum (generalisasi) dari fakta-fakta individual yang diamati atau diukur. Sedangkan deduksi dimulai dari kaidah umum yang dipakai pada keadaan khusus tertentu. Verifikasi selanjutnya adalah proses pembuktian empiris dari deduksi. Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan, agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran tersebut. mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu, yaitu dengan cara penarikan kesimpulan



(generalisasi). Cara penarikan kesimpulan tersebut disebut “LOGIKA”. Secara umum/luas, logika didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih Logika yang digunakan, meliputi: logika induktif, yaitu penarikan kesimpulan dari kasuskasus individual menjadi kesimpulan yang bersifat umum (khusus ke umum) dan logika deduktif, yaitu penarikan kesimpulan dari hal yang berssifat umum menjadi kasus yang bersifat individual atau khusus (umum ke khusus). Dengan cara ini, maka memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental, benar secara rasio atau logika dan benar secara fakta (empiris). Berpikir logis merupakan proses berpikir yang didasari oleh konsistensi terhadap keyakinan – keyakinan yang didukung oleh argumen yang valid. Pengertian lain dari logika adalah berpikir lurus, tepat dan teratur, merupakan subjek formal logika. Suatu pemikiran disebut lurus, tepat dan teratur apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum, aturan dan kaidah yang sudah ditetapkan dalam logika. Mematuhi hukum, aturan dan kaidah logika berguna untuk menghindari berbagai kesalahan dan kesesatan (bias) dalam mencari kebenaran ilmiah. Pikiran manusia pada hakekatnya terdiri dari 3 (tiga) unsur: 1. Pengertian (informasi tentang fakta) 2. Keputusan (pernyataan benar-tidak benar) 3. Penyimpulan (pembuktian-silogisme) Dalam logika ilmiah, pengertian-keputusan-penyimpulan harus dinyatakan dalam kata (kalimat tulisan). Proses mendapatkan pengetahuan yang sistematis ditentukan oleh beberapa kriteria dan langkah-langkah metode ilmiah, yaitu: Kriteria Metode Ilmiah 1.



Berdasarkan fakta



2.



Obyektif (adanya suatu keajegan)



3.



Menganut asas analitik (segala sesuatu disoroti secara kritis analitis)



4.



Bersifat kuantitif, merupakan salah satu ciri penelitian modern dengan dukungan validitas dan reabilitas yang tinggi



5.



Logika deduktif – hipotetik



6.



Logika induktif – generalisasi



Langkah-langkah Metode Ilmiah 1.



Perumusan masalah



2.



Penyusunan kerangka berpikir (landasan teori hipotesis)



3.



Perumusan hipotesis



4.



Pengujian hipotesis



5.



Generalisasi (penarikan kesimpulan)



PENELITIAN Penelitian adalah cara ilmiah dengan proses yang sistematis, logis, dan empiris, yang digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliabel dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan, sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah di bidang tertentu. 



Objektif, semua orang akan memberikan tafsiran yang sama







Valid/sahih, adanya ketepatan antara data & fakta atau objek sesungguhnya







Reliabel, adanya kekonsistenan/ ketepatan dari data yang diperoleh dari waktu ke waktu



Beberapa definisi tentang penelitian menurut beberapa ahli adalah sebgai berikut: 1. Hillway (1956): Introduction to Research: Suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati & sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap suatu masalah. 2. Person (1946): pencarian atas dasar sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan. 3. Woody (1927): penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking) Penelitian meliputi: 



pemberian definisi/redefinisi terhadap masalah







penyusunan hipotesis







mengadakan pengujian







membuat kesimpulan



4. John (1946): penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta & menghasilkan dalil atau hukum. 5. Dewey (1936): penelitian dalah transformasi yang terkendalikan atau terarah dari situasi yang dikenal dalam kenyataan-kenyataan yang ada padanya & hubungannya, seperti mengubah unsur dari situasi orisinil menjadi suatu keseluruhan yang bersatu padu. 6. Oshe (1975): penelitian dengan scientific method secientific research: 



observation (pengamatan)







nalar (reasoning)



Penelitian dilaksanakan seacra sistematis melalui metode penelitian, yaitu dengan tata cara, urutan dan proses yang runut, logis dan empiris, sehingga tercapai tujuan dari suatu penelitian. Khusus penelitian dibidang kedokteran, maka hasil yang didapat dari suatu penelitiannya dapat memberikan manfaat yaitu sebagai sumber kekuatan profesional dari profesi seorang dokter. Secara umum penelitian memenuhi proses berikut: Penelitian



- menemukan (mencandra, menerangkan, menyusun teori, prediksi) - membuktikan - mengembangkan



Masalah



- memahami - memecahkan - mengantisipasi



Penelitian adalah proses untuk menghasilkan pengetahuan, maka tujuan penelitian tidak lain adalah sama dengan tujuan ilmu pengetahuan tersebut. Kita mengenal ilmu menjadi ilmu dasar dan terapan. Ilmu dasar adalah ilmu pengetahuan tentang kaida-kaidah umum yang ada di alam dan tidak secra langsung dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah manusia. Sedangkan ilmu pengetahuan terapan dapat langsung dipakai untuk memecahkan masalah yang dihadapi manusia. Dengan demikian tujuan penelitian dapat juga dibagi dua, yaitu penelitian untuk memperkaya ilmu pengetahuan yang disebut penelitian dasar (”basic research”) dan penelitian yang bertujuan unutk memecahkan masla-masalah yang dihadapi manusia, yang disebut penelitian terapan (”applied research”). Penelitian dasar bertujuan menghasilkan generalisasi dan teori-teori yang berlaku secara umum. Penelitian ini biasanya tidak dikaitkan dengan pertimbangan manfaat penelitian tersebut untuk masyarakat. Dengan perkataan lain, tujuan penelitian ini adalah semata-mata untuk memeperkaya ilmu pengetahuan. Penelitian terapan bertujuan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan yang dapat dipergunakan segera secara praktis dalam memecahkan maslah-masalah manusia, misalnya dalam bidang kesehatan, sosial, ekonomi masyarakat atau politik. Kalau penelitian dasar tidak begitu memikirkan waktu peneylesaiannya, maka penelitian terapan sangat dipengaruhi oleh batas waktu yang diinginkan manusia untuk memecahkan masalahnya.



Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara tertentu sesuai tujuan penelitian. Metode penelitian merupakan suatu proses yang sistematis, yaitu mempunyai tata cara urutan, bentuk kegiatan yang runut, logis dan empiris, secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut.



Metode Ilmiah



Pendekatan rasional Pendekatan empiris



Cara Ilmiah



  



koheren, logik kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran



obyektif valid reliable



Metode penelitian mencakup langkah-langkah sistematis sebagaiI berikut: 1. Perumusan masalah penelitian dan pertanyaan penelitian. 2. Perumusan tujuan. 3. Perumusan kerangka konsepsional melalui telaahan literatur. 4. Penentuan variabel penelitian. 5. Perumusan hipotesis. 6. Pemilihan dan penentuan rancangan penelitian. 7. Penentuan kriteria populasi, besar sampel, dan teknik sampling. 8. Penetuan bahan dan cara penelitian. 9. Melakukan Analisis data. 10. Perumusan kesimpulan (dan saran-saran). 11. Penulisan laporan. Mengapa perlu dipelajari Metodologi Penelitian dalam Bidang Kedokteran? Alasan-alasannya:  Sebagai seorang dokter diharapkan, Saudara bukan hanya sebagai praktisi tetapi dapat pula berfungsi sebagai peneliti:  Jika terdapat masalah dalam praktik (anda sebagai dokter) diharapkan dapat memecahkannya melalui penelitian/observasi secara sistematis, terencana, ilmiah, dan kritis



 SITEMATIS, artinya dilaksanakan menurut pola tertentu dari yang paling sederhana sampai kompleks hingga tercapai tujuan penelitian secara efektif & efisien  TERENCANA, artinya dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan & sebelumnya sudah dipikitkan langkah-langkah pelaksanaannya  ILIMIAH, menggunakan metode keilmuan seperti yang dijelaskan di atas  KRITIS, artinya pemecahan masalah dilakukan dengan anlisis yang kritis KENAPA DEMIKIAN ? KARENA objek Saudara sebagai mahasiswa kedokteran adalah MANUSIA, sehingga diperlukan suatu cara pemecahan masalah yang benar melalui



metode keilmuan dalam rangka



meningkatkan profesionalisme sebagai seorang dokter. Jadi penelitian merupakan sumber kekuatan profesional sebagai seorang dokter. Tujuan utama penelitian bidang kedokteran, diantaranya : 1.



Perencanaan kegiatan medik klinik & medik sosial



2.



Mengembangkan ilmu kedokteran, baik dari segi biologik, klinik, maupun sosial.



BAB III PERUMUSAN MASALAH DAN HIPOTESIS DR. dr. Triawanti, M.Kes



PENDAHULUAN Bila peneliti ingin mengadakan suatu penelitian, maka sebelum melaksanakannya ia harus membuat lebih dahulu suatu usulan penelitian (research proposal). Tujuan utama dari suatu usulan penelitian adalah sebagai penuntun peneliti dalam melaksanakan seluruh rangkaian proses penelitian. Tujuan lainnya adalah memenuhi persyaratan pendidikan, untuk mendapat persetujuan dari tempat institusi penelitiannya atau untuk mengajukan dana. Sistimatika usulan penelitian sangat bervariasi tergantung dari lembaga atau institusi pendidikannya. Pihak peneliti harus mengikuti aturan yang diberikan oleh lembaga atau institusi pendidikannya agar usulannya dapat disetujui. Pada dasarkan komponen usulan penelitian sama meskipun ada beberaapa perbedaan disana-sini. Komponen tersebut adalah PENDAHULUAN– TINJAUAN PUSTAKA–METODOLOGI–DAFTAR PUSTAKA DAN TERAKHIR LAMPIRAN. Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, hipotesis, tujuan dan manfaat penelitian. Sedang materi tentang pemilihan uji hipotesis, hipotesis nol dan alternatif bisa diperdalam di materi statistik. A. Perumusan Masalah Penelitian 1.



Latar Belakang Masalah Identifikasi masalah penelitian merupakan hal pertama yang harus dilakukan oleh setiap



peneliti. Masalah kesehatan atau sosial dll terjadi apabila ada kesejangan/gap antara apa yang seharusnya ada dan apa yang sekarang terjadi. Dalam kehidupan sehari-hari, masalah dalam bidang kesehatan sangat banyak dan komplek. Pertanyaan yang timbul adalah, APAKAH SEMUA MASALAH KESEHATAN YANG ADA DAPAT DIANGKAT MENJADI MASALAH DALAM PENELITIAN ANDA? sudah jelas jawabannya adalah tidak. Kalau anda mengangkat semua masalah tersebut dalam usulan anda, maka saya jamin anda jadi profesor dan tidak akan pernah jadi dokter. Masalah penelitian harus dapat dipecahkan sebagian atau seluruhnya dengan penelitian dan kemungkinan jawabannya hanya satu atau lebih. Misalnya ada masalah dilapangan, yaitu sebagian besar pasien dengan bibir sumbing tidak dioperasi di Indonesia. Masalah bibir sumbing ini, khususnya di Indonesia bukan suatu masalah bagi dinas kesehatan, karena jawabannya hanya satu, yaitu kekurangan uang dan fasilitas kesehatan yang ada.



Agar suatu masalah kesehatan dapat diangkat menjadi masalah penelitian, diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi. Ada 5 hal yang dirumuskan oleh Hulley dan Cummings, agar peneliti pemula bisa sukses dan tepat waktu dalam melaksanakan penelitianya. Disinonimkan dengan kata FINER (Feasible, Interesting, Novel, Ethical dan Relevant). F-Feasible Keterangan dari Feasible adalah pada dasarnya peneliti harus mampu melaksanakannya. Dalam hal ini yang jadi tolak ukur dari Feasible adalah tersedianya subyek penelitian, dana serta waktu dan alat. Dan yang penting adalah adakah di lingkungan anda pembimbing yang punya kepakaran terhadap bidang ilmu tersebut. Jika ada masalah salah satu dari hal tersebut diatas, anda jangan coba-coba untuk membuat usulannya dan dijamin anda jadi mahasiswa abadi karena KTInya pasti lama dan tidak jelas kapan selesainya. Kemampuan ini mutlak tidak dapat ditawartawar. Sebagian kendala tersebut dapat diatasi dan disiasati dengan modifikasi desain penelitian, yaitu antara lain dengan menyesuaikan besar sampel dan jenis pemeriksaan. Jadi pertimbangan praktislah yang akhirnya sangat menentukan apakah masalah tersebut dapat diangkat sebagai masalah penelitian. I-Interesting Keterangan dari Interesting adalah pada dasarnya peneliti harus tertarik dengan masalah tersebut. Jangan sampai peneliti karena terpaksa judul diberikan oleh dosennya atau pembimbingnya dalam keadaan sungkan/ minder. Solusinya adalah bila calon peneliti belum dapat judul/topik, maka peneliti harus dengan cepat membaca semua jurnal dan kepustakaan yang berkaitan dengan topik yang diberikan oleh dosennya. Setelah jelas permasalahanya baru di informasikan sanggup atau tidak. Yang lebih baik adalah calon peneliti sudah punya judul/topik dan kemudian baru menghubungi dosennya yang pakar dalam bidang tersebut. N-Novel Keterangan dari Novel adalah pada dasarnya penelitian yang dihasilkan harus mengemukakan sesuatu/teori yang baru, membantah atau menyetujui penelitian sejenisnya yang terdahulu dan dapat melengkapi hasil penelitian yang terdahulu. Alasan untuk penelitian replikatif/pengulangan yang sama dan hanya beda sampel dan tempat lokasi diambilnya sampel dengan penelitian terdahulu harus dijelaskan. E-Ethical Keterangan dari Ethical adalah pada dasarnya penelitiannya tidak bertentangan dengan etika yang ada. Misalnya, kalau sampel diambil dari manusia tidak merugikan subyek



penelitiannya dan ini harus ada lembar persetujuan dari komite etik setempat yang dibentuk di instusi pendidikannya. Begitu juga dengan subyek dari hewan. Solusinya adalah modifikasi usulan penelitian mungkin perlu dilakukan atas saran dari komisi etik. R-Relevant Keterangan dari Relevant adalah pada dasarnya penelitian harus ada hubungannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan, untuk tatalaksana pasien atau kebijakan kesehatan dan relevan untuk penelitian selanjutnya. Sumber masalah penelitian didapat dari: 1. Kepustakaan. Masalah dapat anda cari di buku ajar, jurnal, sari pustaka dan abstrak. Pernyataan dalam artikel ilmiah bahwa sesuatu yang belum disepakati oleh para pakar merupakan petunjuk bahwa hal itu perlu diteliti. 2. Bahan diskusi. Masalah dapat anda cari di seminar, lokakarya, konferensi, simposium dll. 3. Pengalaman sehari-hari. Penelitian mandiri yang baik adalah mencari masalah yang ada di kehidupan sehari-hari. Kesenjangan/gap antara yang di buku dengan fakta yang ada di lapangan merupakan sumber masalah yang tidak akan habis untuk dibuat penelitian. 4. Pendapat pakar. 5. Sumber non ilmiah. Masalah dapat anda cari di surat kabar, televisi/ radio, internet dll. Misalnya ada penyakit aneh di suatu daerah dengan banyak korban baik harta dan jiwa dapat dijadikan dasar dan dikembangkan menjadi masalah penelitian. 2.



Rumusan Masalah Identifikasi masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah perlu dirumuskan



lebih spesifik, sehingga masalah tessebut jelas dan terfokus.



Rumusan masalah penelitian mempunyai syarat-syarat sebagai berikut: 1. Dikemukakan dalam kalimat tanya (interogatif). Rumusan masalah dalam kalimat tanya ini sangat dianjurkan, karena dapat lebih bersifat khas dan tajam. Oleh karena itu rumusan masalah disebut pula sebagai pertanyaan penelitian (research question). 2. Substansinya harus khas dan tidak bermakna ganda. Contoh yang bermakna ganda: Bagaimana pengaruh asupan gizi terhadap tumbuh kembang anak? Telaah: tumbuh kembang anak, parameter ukurannya sangat banyak. Bisa tinggi badan (TB), berat badan (BB) dan tingkat kecerdasan (IQ) dll. Solusinya: Bagaimana pengaruh asupan gizi terhadap tinggi badan anak? atau Bagaimana pengaruh asupan gizi terhadap berat badan anak? dll.



3. Bila ada banyak pertanyaan penelitian, maka harus dibuat banyak pertanyaan penelitian. Masing-masing topik pertanyaan penelitian bisa di berikan kepada beberapa calon peneliti dengan sampel yang sama. Misalnya pada keterangan no 2 diatas. Dapat dibuat 3-4 pertanyaan penelitian lengkap dengan hipotesis dan calon penelitinya. Pertama: Bagaimana pengaruh asupan gizi terhadap tinggi badan anak? Kedua: Bagaimana pengaruh asupan gizi terhadap berat badan anak? Ketiga: Bagaimana pengaruh asupan gizi terhadap kecerdasan anak? Keempat: Bagaimana pengaruh asupan gizi terhadap tingkat kekebalan terhadap infeksi virus influenza badan anak? dll. Rumusan masalah diterjemahkan dalam pertanyaan penelitian dan biasanya diawali dengan kalimat pengantar, sbb: 1. Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh asupan gizi terhadap tinggi badan anak? 2. Uraian ringkas latar belakang masalah diatas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh asupan gizi terhadap tinggi badan anak? 3. Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh asupan gizi terhadap tinggi badan anak? 3. Tujuan Penelitian Satu materi/judul/ topik penelitian yang sama mungkin dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berbeda. Oleh karena itu dalam usulannya perlu dijelaskan tujuan penelitian secara jelas dan eksplisit. Uraian tujuan penelitian mencakup tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dinyatakan secara kategoris apa tujuan akhir yang hendak dicapai. Tujuan umum biasanya mengacu pada aspek lebih luas atau tujuan jangka panjang. Sedang tujuan khusus harus disebutkan secara jelas dan tajam dari masing-masing parameter/ variabel yang di ukurnya. Tujuan umum dan khusus yang memiliki 1 atau 2 butir saja cukup dituliskan kalimat naratif saja dan tidak perlu diberi nomor. Sedang yang memiliki lebih dari itu harus dituliskan dalam banyak butir atau sub butir. Contoh: Tujuan umum: Meningkatkan berat badan anak. Tujuan khusus: 1. Mengetahui manfaat/model asupan gizi (ada banyak model) terhadap berat badan anak. 2. Memperoleh data berat badan anak. 3. dll.



4. Manfaat Penelitian Pada bab ini diuraikan manfaat apa yang diharapkan dari penelitian ini. Biasanya disebutkan manfaat dalam bidang akademik/ilmiah, pelayanan masyarakat, serta pengembangan ilmu pengetahuan. Butir manfaat ini sebaiknya dijelaskan secara perbutir dan bila perlu dengan sub butirnya. Dalam bidang kedokteran manfaat bisa langsung dan tidak langsung diterapkan. Bisa anda sebutkan jenis penelitian apa yang langsung dan tidak langsung dapat diterapkan manfaatnya?



B.



HIPOTESA Setelah masalah penelitian dirumuskan dalam pertanyaan penelitian, langka selanjutnya



adalah membuat rumusan hipotesis penelitian. Dalam kamus bahasa Indonesia yang benar penulisannya adalah hipotesis bukan hipotesa. Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi hipotesis tidak dinilai benar atau salahnya, melainkan diuji apakah data yang didapat sahih/valid atau tidak. Jangan takut nantinya hipotesis anda ditolak. Tidak semua penelitian perlu hipotesis, hanya penelitian yang bersifat analitik yang perlu hipotesis. Sedang penelitian deskriptik tidak perlu hipotesis. Perlu tidaknya suatu hipotesis dapat dilihat dari pertanyaan penelitian dalam bab rumusan masalah diakhir alinea. Bila terdapat katakata: lebih besar, lebih kecil, berhubungan dengan, dibandingkan dengan, menyebabkan dan sejenisnya, maka perlu hipotesis. a. Syarat Hipotesis Formulasi hipotesis yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang jelas dan sederhana dan tidak bermakna ganda. Contoh: Pemberian asupan gizi menyebabkan peningkatan tumbuh kembang anak. Telaah: hipotesis ini bermakna ganda karena variabel tumbuh kembang anak sangat luas variabelnya, bisa terhadap TT, BB, IQ dan daya kekebalan dll. 2. Mempunyai landasan teori yang kuat. 3. Menyatakan hubungan antara satu variabel tergantung dengan satu variabel bebas. Bila dalam satu penelitian didapat lebih dari satu variabel tergantung, maka disebut dengan hipotesis komplek. Dan ini harus dipecah menjadi beberapa hipotesis dan masing-masing hipotesis bisa diberikan kepada beberapa calon peneliti. Misalnya: Pemberian asupan gizi model A menyebabkan peningkatan tumbuh kembang anak (BB, TB, Kecerdasan/IQ). Telaah:



a.



Ada 1 variabel bebas, yaitu asupan/pemberian gizi model A.



b.



Ada 3 variabel tergantung, yaitu TT, BB dan IQ



Solusinya, ada 3 hipotesis yang bisa diberikan kepada 3 calon peneliti atau cukup 1 peneliti saja, yaitu 1. Pemberian asupan gizi model A menyebabkan peningkatan TT anak; 2. Pemberian asupan gizi model A menyebabkan peningkatan BB anak; dan 3. Pemberian asupan gizi model A menyebabkan peningkatan IQ/ kecerdasan anak. 4. Memungkinkan dapat diuji secara empiris. Hal ini mutlak harus dilakukan. Contoh: Anak yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang dewasa akan mengalami hambatan mental berat. Masalahnya adalah apakah ada anak yang hingga saat ini tidak pernah berkomunikasi dengan orang dewasa? Kan tidak ada, jadi nilai ukurnya jadi nol. Dan ini tidak mungkin dapat diuji secara empiris. 5. Rumusan hipotesis harus khas, jangan bermakna ganda dan harus mengambarkan variabel yang diukur. Rumusan yang terlalu umum dan bermakna ganda harus dihindari. Disamping itu rumusan hipotesis jangan terlalu sempit yang sulit untuk dilakukan generalisasi. Contoh: Pemberian asupan gizi model A yang diberikan secara oral selama 3 bulan berturut-turut dapat menyebabkan peningkatan tumbuh kembang anak. Hipotesis ini bermakna ganda dan terlalu sempit. Telaah yang bermakna ganda adalah: pengaruh tumbuh kembang anak yang mana, apa TT, BB atau tingkat IQ anak. Solusi: Pemberian asupan gizi model A dapat menyebabkan peningkatan IQ anak. Sedang telaah yang terlalu sempit adalah: Pemberian asupan gizi model A yang diberikan secara oral selama 3 bulan berturut-turut. Solusi supaya tidak sempit dan bisa digeneralisasikan: Pemberian asupan gizi model A saja. Kesulitan akan timbul dalam membuat hipotesis, jika latar belakang masalah belum diuraikan dengan jelas dan tinjauan pustaka serta kerangka konsep belum dibuat (seperti KTI kita). Maka untuk mengatasi masalah tersebut, variabel penelitian harus dicantumkan dengan jelas di latar belakang masalah. 6. Hipotesis harus dibuat sebelum penelitian dimulai dan sebelum data terkumpul (a priori). Apakah hipotesis bisa dibuat saat penelitian berjalan? Bisa tetapi ini tidak dianjurkan, karena ini dianggap curang (a posteriori atau post-hoc hypothesis). Pada beberapa usulan penelitian kadang diperlukan banyak hipotesis. Kalau ini terjadi sebaiknya di buat hipotesis utama (hypothesis mayor) dan hipotesis tambahan (hypothesis minor). Dan dalam rencana penelitian, perhatian utama peneliti harus pada hipotesis mayor.



BAB IV TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGUMPULAN DATA dr. Farida Heriyani, MPH



PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Anggota populasi dapat berupa benda hidup maupun benda mati serta peristiwa dan gejala yang terjadi di masyarakat atau di alam, di mana sifat-sifat yang ada padanya dapat diamati/diukur. Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian dan dianggap mewakili seluruh populasi. Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. 2. Lebih cepat dan lebih mudah. 3. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam.



4. Dapat ditangani lebih teliti. Sehingga kegunaan sampel adalah: 1.



Menghemat biaya, waktu dan tenaga



2.



Memperluas ruang lingkup penelitian



3.



Memperoleh hasil yang lebih akurat Sampel yang valid ditentukan oleh 2 hal, yaitu:



1) Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sampel. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah populasi. Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic variance” yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias. 2) Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi. Contoh: Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata ratarata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk “X”. Namun berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan produk “X” per harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut.



PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam mengambil sampel dari populasi antara lain: 1. Menentukan tujuan penelitian 2. Menentukan populasi penelitian 3. Menentukan jenis data yang diperlukan 4. Menentukan teknik pengambilan sampel (teknik sampling) 5. Menentukan besar sampel (sampling size) 6. Menentukan unit sampel yang diperlukan



7. Memilih sampel



TEKNIK SAMPLING Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan populasinya. Teknik pengambilan sampel tersebut dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu: 1. Probability Sampling (Random Sample) 2. Nonprobability Sampling (Nonrandom Sample)



Teknik sampling



Probability sampling 1. Simple random sampling 2. Sistematic random sampling 3. Stratified random sampling 4. Cluster sampling 5. Multi stage sampling



1.



Nonprobability sampling 1. 2. 3. 4. 5.



Purposive sampling Accidental sampling Quota sampling Sampling jenuh Snowball sampling



Probability Sampling Adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur



(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Faktor pemilihan atau penunjukkan sampel mana yang akan diambil, yang semata-mata atas pertimbangan peneliti, disini dihindarkan. Bila tidak, akan terjadi bias. Dengan cara random, bias pemilihan dapat diperkecil sekecil mungkin. Ini merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan sampel yang refresentatif. Keuntungan pengambilan sampel dengan cara ini antara lain: -



Derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan.



-



Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel, dapat diperkirakan.



-



Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik.



1.1. Simple Random Sampling Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak, dsb. bilangan random. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini.



Keuntungan: Prosedur estimasi mudah dan sederhana Kerugian



: Membutuhkan daftar seluruh anggota populasi. Sampel mungkin tersebar pada daerah yang luas, sehingga biaya transportasi besar.



1.2. Sistematic random sampling Teknik ini adalah modifikasi dari sample random sampling. Caranya adalah dengan membagi jumlah populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan. K = N/n Hasilnya (K) adalah interval sampel. Sampel diambil dengan membuat daftar elemen atau anggota populasi secara acak antara 1 s/d banyaknya anggota populasi. Maka anggota populasi yang menjadi sampel adalah setiap anggota yang mempunyai nomor kelipatan dari interval tersebut (kelipatan K). Contoh: jumlah populasi (N) = 500 (No. 1,2,3,......................, 500) Jumlah sampel (n) = 50 K = 500/50 = 10 Maka anggota populasi yang menjadi sampel adalah adalah setiap elemen yang mempunyai nomor kelipatan 10, misalnya 2,12,22,32, dst sampai mencapai 50 anggota sampel. Keuntungan



: Perencanan dan penggunaanya mudah. Sampel tersebar di daerah populasi.



Kerugian



: Membutuhkan daftar populasi.



1.3. Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling)



Apabila suatu populasi terdiri dari unit yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, maka teknik pengambilan sampel yang tepat adalah stratified random sampling. Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menentukan strata dari jenis karakteristik unit-unit tersebut. Penentuan strata ini dapat didasarkan bermacam-macam, misalnya tingkatan sosial ekonomi pasien, tingkat keparahan penyakit, umur penderita, dsb. Kemudian barulah dari masing-masing strata diambil sampel yang mewakili strata tersebut secara acak. Contoh: penelitian tentang keadaan gizi pada anak TK di Kota Medan. Karena kondisi TK di Kota Medan sangat bervariasi (heterogen), maka dibuatlah kriteria tertentu yang dapat mengelompokkan TK ke dalam 3 kelompok (A = baik, B = sedang, C = kurang). Jumlah seluruh TK ada 100 buah terdiri dari 20 buah dalam kondisi A, 50 buah kondisi B, dan 30 buah kondisi C. Berdasarkan perhitungan sampel, kita menginginkan sebanyak 25 buah (25%), maka jumlah sampel dari masing-masing kelompok adalah: Kelompok A = 25/100 x 25 = 5 sampel Kelompok B = 50/100 x 25 = 12,5 = 12 sampel Kelompok C = 30/100 x 25 = 7,5 = 8 sampel Keuntungan



: Taksiran mengenai karakteristik populasi lebih tepat.



Kerugian



: Daftar populasi setiap strata diperlukan Jika daerah geografisnya luas, biaya transportasi tinggi.



1.4. Cluster sampling Pada teknik ini sampel bukan terdiri dari unit individu, tetapi terdiri dari kelompok atau gugusan (cluster). Gugusan atau kelompok tersebut terdiri dari unit geografis (desa, kecamatan, kabupaten, dsb), unit organisasi (klinik, PKK, LKMD, dsb). Di sini peneliti tidak mendaftar semua anggota atau unit yang ada di dalam populasi, tetapi cukup mendaftar banyaknya kelompok atau gugus yang ada di dalam populasi itu. Kemudian mengambil beberapa sampel berdasarkan gugusgugus tersebut. Contoh: penelitian tentang keberhasilan imunisasi pada bayi di Kecamatan A. Menurut laporan Puskesmas setempat terdapat 1.500 bayi yang seharusnya mendapat imunisasi di daerah tsb. Sampel yang akan diambil sebanyak 20% (n=300), dengan teknik cluster adalah dengan mengambil 3 kelurahan dari 15 kelurahan di kecamatan tsb secara random. Kemudian sebanyak 300 bayi yang ada di 3 kelurahan inilah yang diambil secara acak untuk menjadi sampel penelitian. Teknik ini dapat digambarkan:



Keuntungan



: Tidak memerlukan daftar populasi. Biaya transportasi kurang



Kerugian



: Prosudur estimasi sulit.



1.5. Multistage Sampling (sampel bertingkat) Proses pengambilan sampel dilakukan bertingkat, baik bertingkat dua maupun lebih. Misalnya: provinsi



kabupaten



kecamatan



desa



KK



Misalnya kita ingin meneliti Berat badan dan Tinggi badan murid SMA. Sesuai kondisi dan perhitungan, maka jumlah sampel yang akan diambil ± 2000. Indonesia (33 provinsi)



Provinsi SUMUT



Kabupaten Deli Serdang



Kecamatan Hamparan Perak



Ada 3 SMA (± 2000) Cara ini dipergunakan bila: -



Populasinya cukup homogen



-



Jumlah populasi sangat besar



-



Populasi menempati daerah yang sangat luas



-



Biaya penelitian kecil



Keuntungan



: Biaya transportasi kurang



Kerugian



: Prosedur estimasi sulit Prosedur pengambilan sampel memerlukan perencanaan



2. Nonprobability Sampling Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Pemilihan sampel tidak secara acak. Hasil yang diharapkan hanya merupakan gambaran kasar tentang suatu keadaan. Cara ini dipergunakan bila: biaya sangat sedikit, hasilnya diminta segera, tidak memerlukan ketepatan yang tinggi karena hanya sekedar gambaran umum saja.



2.1. Purposive sampling Adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dari penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Misal akan meneliti tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Teknik sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi. 2.2. Sampel tanpa sengaja (accidental sampling) Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang tsb cocok sebagai sumber data. Jumlah sampel juga tidak berdasarkan pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan, asal memenuhi kriteria saja. Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan sementara saja. 2.3. Sampel berjatah (quota sampling) Pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti saja, hanya disini besar dan kriteria sampel telah ditentukan terlebih dahulu. Misalnya sampel yang akan diambil berjumlah 100 orang terdiri dari 50 orang laki-laki dan 50 orang perempuan yang berumur 15-40 tahun. Cara ini dipergunkan kalau peneliti mengenal betul daerah dan situasi daerah di mana penelitian akan dilakukan. 2.4. Sampling jenuh Adalah teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan jika populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. 2.5. Snowball sampling



Adalah teknik pengambilan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi dengan data dari orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya sehingga jumlah sampel semakin banyak.



PENENTUAN BESAR SAMPEL Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan adalah kekayaan informasi. Walau jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat. Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi beberapa faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan yaitu, (1) derajat keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia. Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin banyak sampel yang harus diambil. Jika rencana analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah sampelnya pun harus banyak. Misalnya di samping ingin mengetahui sikap konsumen terhadap kebijakan perusahaan, peneliti juga bermaksud mengetahui hubungan antara sikap dengan tingkat pendidikan. Agar tujuan ini dapat tercapai maka sampelnya harus terdiri atas berbagai jenjang pendidikan SD, SLTP. SMU, dan seterusnya. Makin sedikit waktu, biaya, dan tenaga yang dimiliki peneliti, makin sedikit pula sampel yang bisa diperoleh. Terdapat berbagai pendapat para ahli tentang besar/ukuran jumlah sampel. Gay dan Diehl (1992) menyatakan: 1. untuk penelitian deskriptif, sampelnya 10% dari populasi dan untuk populasi yang relatif kecil minimal 20% dari populasi, 2. penelitian korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi, 3. penelitian perbandingan kausal minimal 30 elemen per kelompok, 4. penelitian eksperimen 15 elemen per kelompok. Frankel dan Wellen (1993) pada kajian penelitian pendidikan menyarankan: 1. Penelitian deskriptif jumlah sampelminimal adalah 100 sampel 2. Penelitian korelasional jumlah sampel minimal adalah 50 sampel 3. Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30 sampel untuk setiap group 4. Penelitian eksperimen sebanyak 30 atau 15 pergroup



Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran (1992) memberikan pedoman penentuan jumlah sampel sebagai berikut: 1. Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen 2. Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan, SD/SLTP/SMU, dsb), jumlah minimum subsampel harus 30 3. Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variable yang akan dianalisis. 4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen. a. Metode Slovin Rumus Slovin menggunakan pendekatan distribusi normal, p=0,5, dengan nilai batas kesalahan bisa ditentukan peneliti. Pesamaan yang dirumuskan oleh Slovin sebagai berikut: n = N/(1 + Ne^2) n = Number of samples (jumlah sampel) N = Total population (jumlah seluruh anggota populasi) e = Error tolerance (toleransi terjadinya galat; taraf signifikansi; untuk sosial dan pendidikan lazimnya 0,05) –> (^2 = pangkat dua) Misal: populasi 2000, dengan asumsi tingkat ketepatan 95%, maka eror 5% (0,05) maka: N = 2000, Taraf Signifikansi = 5% maka: n = N/(1 + Ne^2) = 2000/(1 + 2000 x 0,05 x 0,05) = 333 orang.



b. Metode Krejcie dan Morgan Metode Krejcie dan Morgan mengggunakan nilai p=0,05, dengan batas error diasumsikan 5% (0,05), mereka membuat daftar yang bisa dipakai untuk menentukan jumlah sampel sebagai berikut:



Populasi (N) 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210



Sampel (n)



Populasi (N) 220 230 240 250 260 270 280 290 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000 1100



10 14 19 24 28 32 36 40 44 48 52 56 59 63 66 70 73 76 80 86 92 97 103 108 113 118 123 127 132 136



c. Lemeshow and David, 1997 Untuk pendugaan proporsi polupasi: n = Z2 1-α / 2 P(1-P) d2 keterangan : d = presisi P = proporsi populasi



Sampel (n) 140 144 148 152 155 159 162 165 169 175 181 186 191 196 201 205 210 214 217 226 234 242 248 254 260 265 269 274 278 285



Populasi (N) 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3500 4000 4500 5000 6000 7000 8000 9000 10000 15000 20000 30000 40000 50000 75000 1000000



Sampel (n) 291 297 302 306 310 313 317 320 322 327 331 335 338 341 346 351 354 357 361 364 367 368 370 375 377 379 380 381 382 384



1) Untuk rancangan penelitian crossectional: n = {Z 1-α / 2 √(2P(1-P)} + Z1-ß √ {P1(1-P1)+P2(1-P2)}² (P1-P2)² Dengan P = P1 + P2 2 2) Untuk rancangan penelitian case control:



n = {Z 1-α / 2 √(2P2*(1-P2*)} + Z1-ß √{P1*(1-P1*)+P2*(1-P2*)}² (P1*-P2*)² Dengan P1* =



(OR) P2* (OR)P2* + (1-P2*)



3) Untuk rancangan penelitian Khohort: n= {Z 1-α / 2 √(2p(1-p)} + Z1-ß √ {p1(1-p1)+p2(1-p2)}² (p1-p2)² d. Isaac dan Michael memberikan gamabaran tentang pengambilan sampel disesuaikan dengan taraf signifikansi dari penelitian, yaitu 1%, 5%, dan 10%. Jumlah sampel selanjutnya dihitung dengan persamaan :



Keterangan : s



: jumlah sampel



x2



: nilai tabel chisquare untuk u tertentu (dk=1)



N



: jumlah populasi



P = Q = 0,5 D



: taraf signifikansi (1%, 5%, 10%)



Sebagai informasi lainnya, Champion (1981) mengatakan bahwa sebagian besar uji statistik selalu menyertakan rekomendasi ukuran sampel. Dengan kata lain, uji uji statistik yang ada akan sangat efektif jika diterapkan pada sampel yang jumlahnya 30 s/d 60 atau dari 120 s/d 250.



METODE PENGUMPULAN DATA A. Pengamatan (observasi) Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilajutkan dengan adanya pengamatan. Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah aktivitas atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. 1. Pengamatan dan Ingatan Dalam pengumpulan data melalui pengamatan diperlukan ingatan yang cepat, setia, teguh dan luas. 2. Sasaran Pengamatan Apabila seorang peneliti terjun ke masyarakat, akan dijumpai banyak sekali kenyataan atau gejala sosial yang dijadikan sasaran pengamatan. Tetapi tidak semua yang diamati itu diperlukan dalam penelitian. Pembatasan sasaran pengamatan sebaiknya dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum mulai melakukan pengamatan. Untuk hal ini peneliti dapat mempelajari teori-teori tentang substansi penelitian. Di samping itu diperlikan juga kerangka teori atau konsep yang merupakan teori atai konsep-konsep dan hipotesis. 3. Beberapa Jenis Pengamatan a. Pengamatan terlibat (observasi partisipatif) Pada jenis ini pengamat (observer) benar-benar mangambil bagian dalam kegiatankegiatan yang dilakukan oleh sasaran pengamatan. b. Pengamatan sistematis Ciri utama jebis ini adalah mempunyai kerangka atau struktur yang jelas yang berisi faktor yang diperlukan dan sudah dikelompokkan ke dalam kategori-kategori. c. Observasi eksperimental Dalam observasi ini observee dimasukkan atau dicoba ke dalam suatu kondisi tertentu yang diciptakan sedemikian rupa sehingga gejala atau perilaku yang akan dicari atau diamati akan timbul.



4. Beberapa Alat Observasi



a. Check list Adalah suatu daftar untuk men”cek”, yang berisi identitas dan beberapa gejala yang ingin dicari dari sasaran pengamatan. Pengamat tinggal memberi tanda check (√) pada daftar tersebut. b. Skala penilaian (rating scale) Berupa daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku yang dicata secara bertingkat, dapat merupakan alat pengumpulan data untuk mengelompokkan, menggolongkan, dan meilai seseorang atau suatu gejala. c. Daftar riwayat kelakuan (anecdotal record) Adalah catatan-catatan mengenai tingkah laku seseorang yang luar bisa sifatnya atau yang khas. d. Alat-alat mekanik (electronics) Antara lain: alat perekam, alat fotografis, film, tape recorder, kamera, dsb. B. Wawancara Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari sasaran penelitian (responden). Wawancara bukanlah sekedar memperoleh angka lisan saja, sebab dengan wawancara peneliti akan dapat:  Memperoleh kesan langsung dari responden  Menilai kebenaran yang dikatakan oleh responden  Membaca mimik muka dari responden  Memberikan penjelasan bila pertanyaan tidak dimengerti responden  Memancing jawaban bila jawaban macet 1. Beberapa Jenis Wawancara a. Wawancara tidak terpimpin Dalam hal ini tidak ada pokok persoalan yang menjadi fokus dalam wawancara tersebut. Sehingga dalam wawancara ini pertanyaan-pertanyaan yang dikemukan tidak sistematis, melompat-lompat dari suatu peristiwa atau topik ke topik yang lainnya.



b. Wawancara terpimpin (structured interview)



Dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya, sehingga interviewer tinggal membacakan pertanyaan-pertanyaan tsb kepada interviewee. c. Wawancara bebas terpimpin Merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun terdapat unsur kebebasan, tetapi ada pengaranh pembicaraan secara tegas dan mengarah. d. Free talk dan diskusi Dalam hal ini fungsi peneliti bukan hanya sebagai pencari data, tetapi juga sebagai partisipan yang aktif dalam proses situasi sosial atau kelompok sosial yang tengah diteliti. C. Angket Adalah suatu cara pengumpulan data mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dsb. Teknik ini cocok untuk memperoleh data yang cukup luas, dari masyarakat yang berpopulasi besar, dan bertepatan tempatnya.



BAB V VARIABEL PENELITIAN, DEFINISI OPERASIONAL, DAN ANALISIS DATA



dr. Fakhrurrazy, M.Kes., Sp.S Dr. drh. Erida Widyamala, M.Kes VARIABEL PENELITIAN Definisi  Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Nasir, 1983)  Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai (Uma Segaran, 2006)  Variabel adalah atribut obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan lainnya (Sugiono, 2006) Contoh: Berat badan, warna, partisipasi petani, produksi padi, pendapatan petani, kinerja usaha tani, volume penjualan, kinerja jaringan irigasi Kegunaan Variabel Penelitian •



Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data







Untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data







Untuk pengujian hipotesis



Variabel Penelitian yang Baik •



Relevan dengan tujuan penelitian







Dapat diamati dan dapat



VARIABEL: - Konstruksi/ciri/sifat yang dikaji/diteliti - Suatu sifat yang dapat memiliki bermacam- macam nilai (sesuatu yang ervariasi) - Lambang/simbol, padanya melekat nilai-nilai berupa angka (numbers) Jenis variabel 1. Nominal



a. Dikotomos (2 nilai) Contoh: Jenis kelamin: Laki/Perempuan, Profesi: PNS/Non PNS, Kehidupan: Hidup/Mati



b. Politomis (> 2 nilai), contoh: Agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, dll 2. Ordinal Menurut urutan/order (Kelas SMP: Kl.1, Kl.2, Kl.3) 3. Kontinu (berkesinambungan):



a. Interval: Temperatur dlm. Derajat Celsius/Fahrenheit b. Rasio: Umur, BB, TB, konsentrasi/kadar



MACAM – MACAM VARIABEL 1. Menurut Sifat/Skala (level of measurement) DESKRIT



Nominal/ Kategorik



KONTINUM



Ordinal



Interval



Rasio



2. Menurut Urutan Waktu (time order) a. Variabel Bebas/Independen b. Vaiabel Terikat/dependen c. Variabel Penghubung d. Variabel Pendahulu/Anteseden 3. Macam Variabel Dalam Protokol (Fungsional)* Khusus Dalam Penelitian Eksperimental



E2



E1



X



Y



E3



E4 Keterangan: X dan Y: var. sistematik (dikaji hubungan/pengaruhnya) X: var. bebas/perlakuan/eksperimental Y: var. terikat/tergantung E: var. luar (extraneous): terkendali atau tak terkendali



Dilihat Dari Perlakuannya •



Variabel aktif yaitu variabel-variabel yang dimanipulasi untuk keperluan penelitian eksperimen. Contoh: Imbalan, Pemberian obat, penerapan metode A dan B







Variabel atribut yaitu variabel yang tidak dapat dimanipulasi untuk keperluan riset, contoh: Intelegensi, sikap, jenis kelamin, status gizi/sosial/ekonomi/pendidikan







BISA TERJADI: VARIABEL ATRIBUT MENJADI VARIABEL AKTIF Kecemasan: - Dapat diukur (variable atribut) - Dapat dimanipulasi (variable aktif) (misal Pasien dibuat cemas dengan beberapa tingkat kecemasan)



DISKRIT KUANTITATIF VARIABEL



KONTINU KUALITATIF (KATEGORIK) (Misal pekerjaan, seks, status perkawinan dll.)



JENIS HUBUNGAN VARIABEL 1. Simetri: terdapat hubungan antar variabel dan bersifat tidak ada yang saling mempengaruhi (non kausalitas) 2. Asimetri: hubungan antar variabel yang terjadi bersifat



yang satu mempengaruhi



(independen) dan lainnya dipengaruhi (dependen) (kausalitas) 3. Resiprok: hubungan antar variabel yang terjadi bersifat saling mempengaruhi (kausalitas bolakbalik) • Korelasi Simetris terjadi karena: - Kebetulan. Contoh: Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.  Sama – sama merupakan akibat dari faktor yang sama (sebagai akibat dari variabel bebas) Contoh: Hubungan antara berat badan dan tinggi badan. Keduanya merupakan variable terikat dari variable bebas yaitu “Pertumbuhan”.  Sama – sama sebagai Indikator dari suatu konsep yang sama. Contoh: Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan ketahanan kontraksi otot; Keduanya merupakan indikator “Kemampuan” kontraksi otot. • Korelasi Timbal Balik /resiprok adalah Korelasi antar dua variable yang antar keduanya saling pengaruh – mempengaruhi. Contoh:



- Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi. Malabsorbsi akan mengakibatkan Malnutrisi, sedangkan Malnutrisi mengakibatkan atrofi selaput lendir usus yang akhirnya menyebabkan malabsorbsi.



V PERANCU



V BEBAS



V TERIKAT



V LUAR



Gambar 5.1 Hubungan Antar Variabel



 Variabel



perancu



(confounding):



variable



yang



tidak



diteliti



tetapi



dapat



mempengaruhi hasil penelitian, berhubungan dengan variabel bebas dan terikat dan bukan variabel antara  Variabel luar: variabel yang tidak diteliti, tetapi berhubungan dengan variabel bebas dan/atau variabel terikat



VARIABEL PERANCU (confounding variable) Faktor (penentu outcome) yang mendistorsi/menyimpangkan efek nyata variabel yang dikaji (variabel bebas) pada outcome (variabel terikat). Catatan: faktor tersebut mungkin terdistribusi tidak merata diantara yang terpapar dan tidak terpapar, dan karenanya mempengaruhi besar dan arah efek. Pengendalian variabel perancu: 1. By design; 2. By statistics Menyusun definisi operasional variabel







Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungannya antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya.







Tanpa operasionalisasi variabel, peneliti akan mengalami kesulitan dalam menentukan pengukuran hubungan antar variable yang masih bersifat konseptual



Operasionalisasi variabel bermanfaat untuk: 1. mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi yang sedang didefinisikan; 2. menunjukkan bahwa suatu konsep atau objek mungkin mempunyai lebih dari satu definisi operasional; 3. mengetahui bahwa definisi operasional bersifat unik dalam situasi dimana definisi tersebut harus digunakan.



DEFINISI OPERASIONAL  Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain”  Definisi Operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur.  Menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk mengoperasionalkan construct sehingga memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran cosntruct yang lebih baik. Cara-Cara Menyusun Definisi Operasional •



Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasional yang harus dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau dapat terjadi.







Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi nyata.







Contoh: “Konflik” didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan menempatkan dua orang atau lebih pada situasi dimana masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama, tetapi hanya satu orang yang akan dapat mencapainya.







Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana obyek tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya atau apa yang menyusun karaktersitik-karakteristik dinamisnya.







Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolahnya.







Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti apa obyek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun karaktersitikkaraktersitik statisnya.







Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai orang yang mempunyai ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik, sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung secara cepat.







Batasan dalam istilah yang operasional untuk menghindari makna ganda, kerancuan.







Umumnya definisi opersional mengacu pada pustaka, tetapi dibenarkan membuat DO sendiri asalkan logis dan dapat dipertanggungjawabkan







DO yang sudah ditetapkan harus digunakan secara taat asas dalam keseluruhan usulan penelitian



ANALISIS DATA  Disebutkan secara ringkas bagaimana data yang terkumpul akan diolah, dianalisis dan disajikan  Disebutkan jenis analisis statistik yang akan dipergunakan  Ditentukan batas kemaknaan yang dipakai, interval kepercayaan yang akan disertakan  Rumus uji hipotesis yang telah lazim digunakan seperti X2 atau uji –t tidak perlu disertakan, namun untuk rumus-rumus yang lebih kompleks dianjurkan ditulis di lampiran  Disebutkan program komputer yang akan digunakan untuk analisis



BAB VI SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN dr. Syamsul Arifin, M.Pd, DPL



SKALA PENGUKURAN Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif/ kualitatif. a) Macam Skala Pengukuran



DATA terbagi atas DATA KUALITATIF dan DATA KUANTITATIF



DATA KUALITATIF : Data yang dinyatakan dalam bentuk bukan angka. Contoh : jenis pekerjaan, status marital, tingkat kepuasan kerja



DATA KUANTITATIF : Data yang dinyatakan dalam bentuk angka Contoh : lama bekerja, jumlah gaji, usia, hasil ulangan



DATA



KUALITATIF



NOMINAL ORDINAL



JENIS DATA



KUANTITATIF



INTERVAL RASIO



1) TEKNIK SKALA 1. Skala Comparative: perbandingan langsung pada stimulus obyek satu dengan lainnya 2. Skala Noncomparative: setiap stimulus obyek diskala secara independen dari obyek lain dalam himpunan stimulus Skala Comparative Terdiri atas 4 jenis yaitu: a. Paired Comparison:  responden diminta memisampe3llih 2 obyek pada satu saat dengan membandingkan beberapa kriteria  Data yang didapat ordinal  Bila ada n obyek maka ada (n(n-1)/2) pasang perbandingan obyek. b. Rank Order Scaling  Responden diminta untuk mengurutkan beberapa obyek secara simultan berdasarkan beberapa kriteria  Contoh: Urutkan program pemerintah yang harus dijalankan terlebih dahulu Program



Urutan



1. Pendidikan



1



2. Kesehatan



4



3. Lingkungan



2



4. Ketenagakerjaan



3



5. Ekonomi



5



c. Constant Sum Scaling 



Responden diminta untukl mengalokasikan sejumlah point (nilai) untuk memberi harga pada beberapa merek berdasarkan kriteria tertentu







Contoh: Dibawah ini ada beberapa kriteria calon walikota silahkan beri nilai masing-masing kriteria dengan total nilai 100 Kriteria



Cawali A



Cawali B



Cawali C



Agama



30



25



…..



Popular



15



….



…..



Pendidikan



15



…..



30



Pengalaman



25



…..



…..



Kepedulian



15



…..



….



Total



100



100



100



d. Q-Sort Scaling  Responden diminta untuk memberikan rangkuman, untuk mengurutkan obyek berdasarkan kesamaanya pada beberapa kriteria, khusus untuk obyek-obyek yang relatif banyak dan butuh waktu cepat.  Contoh: misalnya ada 100 atribut yang harus dibandingkan dari 100 obyek, masingmasing obyek diberikan satu warna kartu dan responden diminta menuliskan pada masing-masing kartu satu buah kriteria dan dimasukkan pada kotak yang dirutkan dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju Noncomparatif Rating Scale Responden tidak diminta membandingkan hanya diminta untuk mengamati satu obyek pada saat yang sama. Terdiri atas 4 jenis yaitu: a. Continous rating Scale



Responden diminta untuk menentukan pendapatnya pada suatu obyek dengan memberikan tanda pada garis: jelek



sangat jelek



biasa



sangat baik



b. Itemized Rating Scale - Skalanya diberi nilai pada setiap katagori - Skalanya urut sesuai posisinya  Skala likert:



1



5



sts



ss



 Semantic differential c. Stapel Scale Pengukuran perilaku yang berisi dengan adjective tunggal dalam tengah-tengah nilai rang yang genap, dengan lima katagori -5 ke +5 tanpa 0 dan dibentuk vertikal Yang perlu dipertimbangkan untuk memutuskan pembuatan skala: 1. Jumlah kategori yang digunakan (5 sampai 7 kategori) 2. Skala balanced vs nonbalanced (umumnya balanced yang dipakai) 3. Jumlah katagorinya ganjil atau genap (kalau ingin ada pendapat netral jumlahnya ganjil) 4. Pilihan yang memaksa atau tidak (jika ingin ada pendapat netral harus ada pilihan tersebut) 5. Deskripsi derajat pilihan secara verbal (letakkan tak jauh dari pilihannya) 6. Bentuk skala secara fisik (tergantung jumlah optionnya) Skala



Tipe pengukuran Kategori



Peringkat



Jarak



Perbandingan



Nominal



Ya



Tidak



Tidak



tidak



Ordinal



Ya



Ya



Tidak



tidak



Interval



ya



Ya



ya



tidak



Rasio



ya



Ya



ya



ya



b) Tipe-tipe skala Tipe-tipe skala yang sering digunakan untuk mengukur fenomena social adalah sebagai berikut: -



Pengetahuan: skala Gutmann dan skala inkeles



-



Sikap: skala Gutman dan skala Likert



-



Tindakan: skala Gutman dan skala Rating



1.



Skala Guttman Dengan skala ini, akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu Ya - Tidak, Benar - Salah dan lain-



lain. Penelitian menggunakan skala Gutman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. skala ini dapat pula dibentuk dalam bentuk checklist atau pilihan ganda. Skor 1 untuk skor tertinggi dan skor 0 untuk terendah. Contoh: 1. Apakah anda Setuju dengan kebijakan perusahaan menaikkan harga jual? a. Setuju b. Tidak Setuju 2.



Skala Likert Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat danpersepsi seseorang atau sekelompok



orang tentang fenomena. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk keperluan analsisi kuantitatif, jawaban itu dapat diberi skor (1 – 5 atau disesuaikan dengan kebutuhan). Item Pilihan



Skor Pernyataan Positif



Skor Pernyataan Negatif



SS



5



1



S



4



2



Ragu-ragu



3



3



TS



2



4



STS



1



5



3. Skala Rating Pada skala rating data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala ini responden tidak menjawab salah satu dari jawaban kuantitatif yang disediakan, tetapi mejawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan. Contoh:



Apakah anda setiap pagi mandi? Beri jawaban angka: 5 = bila responden menjawab selalu 4 = bila responden menjawab sering 3 = bila responden menjawab kadang-kadang 2 = bila responden menjawab jarang 1 = bila responden menjawab tidak pernah 4. Skala Inkeles Skala Inkeles merupakan sejenis kuesioner tertutup seperti tes prestasi belajar bentuk pilihan ganda. Dengan skala ini hanya ada satu jawaban benar dan diberi skor 1 dan yang salah diberi skor 0. Contoh: Peneliti ingin mengetahui pengetahuan responden, butir pertanyaan dan alternatif jawaban sebagai berikut: 1. Apakah penyebab penyakit TBC paru? a. Bakteri b. Jamur c. Virus d. Protozoa



PENGUJIAN INSTRUMEN Instrumen Penelitian Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati. Macam intrumen yang diuji adalah: – Menguji validitas instrumen – Menguji reliabilitas instrumen Menguji validitas kuesioner sebagai instrumen pengumpul data dapat dilakukan dengan menganalisis item. Hal ini cukup penting karena akan menentukan tingkat ketepatan atau ketelitian kesimpulan penelitian. Kuesioner dikatakan valid jika menghasilkan jawaban yang benar dan akurat sedangkan di katakan reliable jika siapapun pewawancara, kapanpun dan dimanapun, respoden yang sama akan memberikan jawaban yang sama. Ada 3 (tiga) tipe validitas pengukuran yang harus diketahui, yaitu:



- Validitas Isi (Content Validity) Validitas isi menyangkut tingkatan dimana item-item skala yang mencerminkan domain konsep yang sedang diteliti. Suatu domain konsep tertentu tidak dapat begitu saja dihitung semua dimensinya karena domain tersebut kadang mempunyai atribut yang banyak atau bersifat multidimensional. - Validitas Konstruk (Construct Validity) Validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan dimana skala mencerminkan dan berperan sebagai konsep yang sedang diukur. Dua aspek pokok dalam validitas konstruk ialah secara alamiah bersifat teoritis dan statistik. - Validitas Kriteria (Criterion Validity) Validitas kriteria menyangkut masalah tingkatan dimana skala yang sedang digunakan mampu memprediksi suatu variable yang dirancang sebagai kriteria.



Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya. Perhitungan/pengujian Validitas Instrumen - perhitungan statistik dapat dilakukan untuk perhitungan/pengujian validitas instrumen pengukuran. - tujuannya untuk mengetahui konsistensi internal, dalam arti sampai sejauh mana item-item mampu membedakan antara individu yang memiliki dan tidak memiliki sifat dari item pengukuran, hal ini berarti juga bahwa item-item dalam instrumen mengukur aspek yang sama. - Dalam hubungan ini langkah yang dilakukan adalah dengan cara mengkorelasikan antara skor tiap item dengan skor total. - Dalam melakukan perhitungan korelasi antara skor item dengan skor total dapat menggunakan rumus korelasi Product moment apabila nilai-nilai skala telah dilakukan konversi menjadi interval Sebuah instrumen penelitian/pengukuran terdiri dari 10 item dan disebarkan pada 10 orang responden dengan hasil skor seperti dalam tabel:



-



Dari tabel terlihat bahwa Responden berjumlah 10 orang (A, B, C,……,J)



-



Jumlah item adalah 10 item/pertanyaan



-



perhitungan korelasi dilakukan untuk tiap item dari item nomor 1 sampai item no 10,



-



untuk contoh perhitungan akan diambil item no 2



-



X adalah item ke n (dalam contoh diambil item nomor 2)



-



Y adalah total skor untuk masing-masing responden.



Selanjutnya dibuat perhitungan



Apabila angka-angka pada tabel dimasukkan ke dalam rumus:



-



Hasil perhitungan menggunakan Rumus Korelasi Product Momen untuk semua item



-



nilai r untuk item no 2 sebesar 0.90 kemudian dibandingkan dengan tabel r pada baris ke N (10) sebesar 0.632 untuk taraf signifikansi 5%,



-



karena nilai r lebih besar dari nilai r tabel maka item no 2 adalah valid.



-



Untuk item lainnya bandingkan nilai r untuk tiap-tiap item (korelasi menunjukan nilai r untuk tiap-tiap item) dengan r tabel, hasilnya item no. 1 dan no. 7 tidak valid (r hitung lebih kecil dari r tabel) sedangkan item lainnya valid. Item-item yang valid saja yang dipergunakan dalam penelitian sedang yang tidak valid dibuang atau diperbaiki



Perhitungan reliabilitas = Test-retest (Repeated measure) - Pengukuran ulang dimaksudkan untuk melihat konsistensi dari waktu ke waktu. - Cara pelaksanaannya adalah dengan meminta responden untuk menjawab pertanyaan atau merespon pernyataan yang sama sebanyak dua kali sesudah selang waktu tertentu. - Sesudah diperoleh jawaban/respon responden untuk dua kali pelaksanaan kemudian nilai/skor dari hasil pengukuran yang pertama dikorelasikan dengan nilai/skor hasil pengukuran yang ke dua dengan menggunakan formula korelasi product momen atau korelasi tata jenjang sesuai dengan karakteristik data yang diperoleh. - Misalkan sebuah instrumen pengukuran dibuat untuk mengetahui pendapat mahasiswa terhadap akses internet di kampus kepada 10 responden mahasiswa dengan hasil sebagai mana terlihat dalam tabel berikut. - Setiap responden diminta untuk mengisi kuesioner sebanyak dua kali



- Skor pengukuran pertama kemudian dikorelasikan dengan skor pengukuran kedua (cara perhitungan sama seperti dalam perhitungan Validitas), - Koefisien korelasi yang diperoleh kemudian di bandingankan dengan nilai tabel, bila lebih besar berarti instrumen tersebut reliabel. - Hasil perhitungan data skor di atas diperoleh nilai r = 0.970 (nilai tabel = 0.632 pada taraf signifikansi 5%), dan nilai rho = 0.953 (nilai tabel = 0.648 pada taraf signifikansi 5%), ini berarti bahwa instrumen pengukuran tersebut reliabel. - Dalam penggunaan cara ini seorang peneliti harus memperhatikan selang waktu antara pengukuran yang pertama dan yang kedua - Tidak ada patokan yang pasti, yang penting harus dihindari kemungkinan terjadinya bias akibat responden merasa diperlakukan tidak wajar jika terlalu pendek, atau terjadi perubahan jika terlalu lama, Djamaludin Ancok menyatakan bahwa selang waktu antara 15-30 hari pada umumnya dianggap memenuhi persyaratan tersebut. Atau menggunakan pendekatan lain melalui SPSS yaitu menggunakan pendekatan: •



Rumus Alpha (Cronbach)



Valid jika r hasil > r table, Reliabel jika r alpha > r tabel Langkah-langkah dalam pembuatan kuesioner yang baik, meliputi: a. perancangan instrumen b. pembuatan lay out daftar pertanyaan (kuesioner)



c. melihat kembali panjangnya kuesioner.



PERANCANGAN INSTRUMEN - Untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan pertanyaan perlu diurutkan sedemikian rupa sehingga pelaksanaan wawancara mengalir lancar. - diawali dengan pernyataan yang terkait dengan kondisi demografi keluarga dan dilanjutkan dengan pertanyaan yang dikembangkan dari variabel dan atau indikator yang menjadi focus penelitian; yakni dengan membagi pertanyaan ke dalam beberapa sesi. Pembuatan lay out daftar pertanyaan - Penataan atau lay out kuesioner sangat diperlukan untuk kuesioner formal atau yang berskala besar - Rancangan yang bagus dapat memotivasi respon responden. - Layout atau design dari kuesioner yang baik memuat empat bagian: 1. Pengantar yang menjelaskan tujuan riset, identitas periset, cara jawab dan permohonan kepada responden untuk berpartisipasi dalam riset. 2. Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik atau identitas responden. 3. Pertanyaan-pertanyaan utama yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan masalah riset. 4. Penutup yang berisi ucapan terimakasih dan/ atau cara mengembalikan kuesioner. Melihat kembali panjangnya kuesioner - Dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan wawancara tidak terlalu



lama dan tidak



didapatkan pertanyaan yang tidak terjawab - Pada kondisi letih, responden akan memberikan jawaban yang tidak terkontrol, atau dapat juga tidak dapat melengkapi keseluruhan pertanyaan yang dipersiapkan.



BAB VII RANCANGAN PENELITIAN EKPERIMENTAL Dr. Drs. Eko Suhartono, M.Si Dr. Roselina Panghiyangani, S.Si, M.Biomed PRINSIP DASAR Pada penelitian eksperimental persoalan pokok penelitian adalah kejadian yang akan terjadi akibat adanya intervensi oleh peneliti. Penelitian eksperimental pada dasarnya adalah ingin menguji hubungan antara suatu sebab (cause) dengan akibat (effect). Pengujian tersebut dilakukan dalam suatu sistem tertutup, yang kondisinya terkontrol. Ide dasarnya sangat sederhana. Kita buat dua kelompok dengan kondisi yang “identik”. Kedua kelompok kondisinya dijaga tetap “identik”. Kepada salah satu kelompok kita berikan intervensi (perlakuan, treatment, exposure) sebagai “cause”, sedangkan kelompok yang lain tidak diberikan intervensi. Kemudian kita bandingkan efek yang terjadi antara kelompok yang tidak dikenai intervensi (kontrol) dan yang telah dikenai intervensi (uji). Jika ada perbedaan efek, maka perbedaan tersebut, adalah dikarenakan oleh adanya intervensi (cause). Jelaslah disini bahwa efek (pokok persoalan penelitian) terjadi setelah ada intervensi dari peneliti terhadap situasi yang telah ada. Dari uraian di atas dapat diidentifikasi adanya beberapa unsur dalam penelitian eksperimental, yaitu: adanya kelompok kontrol dan kelompok uji atau kelompok perlakuan, serta adanya intervensi (perlakuan). Didalam prakteknya, banyaknya perlakuan yang diinginkan peneliti tidak hanya satu macam, tetapi umumnya lebih dari satu. Untuk penelitian eksperimental semacam itu diperlukan suatu perencanaan yang cermat dan terarah yang dinamakan rancangan eksperimental atau rancangan penelitian. PENGERTIAN DAN KEGUNAAN Rancangan eksperimental adalah suatu rencana dalam melakukan penelitian eksperimental, sedemikian sehingga diperoleh informasi yang relevan dengan permasalahan yang diteliti dan memungkinkan analisis yang obyektif untuk memperoleh kesimpulan yang valid. “The design of an experiment: Getting more information for your money”. Kegunaan dari rancangan eksperimen adalah: mendapatkan informasi yang relevan dengan permasalahan penelitian secara maksimal, dengan materi, waktu dan biaya yang minimal.



Sehingga penelitian menjadi lebih efektif dan efesien dalam hal waktu, dana, tenaga dan dalam “sense” statistika. Berikut ini adalah sebuah ilustrasi, dengan judul: “Uji Coba Gajah Tunggal” Sebuah perusahaan ban mobil “Gajah Tunggal”, ingin melakukan uji coba kekuatan dua tipe ban produk terbarunya, yaitu tipe A dan Tipe B. Kekuatan ban dinyatakan dengan tebal keausannya setelah digunakan sejauh 100 km non-stop di jalan tol. Untuk maksud tersebut dilakukan uji coba sebagai berikut: -Digunakan sekaligus 4 buah mobil, dengan pengemudi masing-masing: Si Boy, Cak Hari, Pak Mat, dan Satrio. Ban tipe A dan B dipasang sebagai ban depan, masing-masing dipasang di sebelah kiri atau kanan secara random. Setelah dijalankan sejauh 100 km pada jalan yang sama, diukur beberapa mm ausnya masing-masing ban. Berdasarkan perbedaan keausan masing-masing akan dapat disimpulkan tipe ban mana yang lebih kuat, dengan kriteria: makin kecil keausan ban makin besar kekuatannya. Dengan rancangan eksperimen semacam itu terdapat suatu kelemahan, yaitu: perbedaan keausan mungkin bukan karena perbedaan kekuatan ban, tetapi mungkin karena perbedaan prilaku sopir dalam menjalankan mobilnya, sehingga kesimpulannya tidak valid. Dalam hal ini keausan ban (effect) disebabkan oleh campuran (confound) antara dua penyebab, yaitu: kekuatan ban dan prilaku sopir. Jadi disini terjadi “confound effectí”. Untuk mengatasi kelemahan tersebut diatas, maka rancangan eksperimennya dirubah menjadi sebagai berikut: -Tiap mobil menggunakan sekaligus ban tipe A dan tipe B, selain itu pada dua mobil pertama ban tipe A dipasang disebelah kiri, sedangkan ban tipe B dipasang disebelah kanan. Untuk dua mobil yang lain justru sebaliknya. Dengan demikian dua tipe ban tersebut selalu dalam posisi berpasangan (paired), baik posisi kiri dan kanan maupun dalam hal sopirnya. Dengan cara yang sama semua mobil dijalankan sejauh 100 km, kemudian diukur keausannya. Dalam rancangan eksperimen yang terakhir ini (paired) perbedaan keausan oleh karena variable perilaku sopir dapat dihilangkan, karena baik ban tipe A maupun tipe B mendapat perlakuan yang sama dari masing-masing sopir. Demikian juga perbedaan keausan ban karena variabel letak ban (kiri-kanan) juga dapat dihilangkan, karena baik tipe A maupun tipe B dalam jumlah yang sama dipasang disebelah kiri dan disebelah kanan. Dengan demikian perbedaan keausan dan benar-benar dikarenakan oleh perbedaan kekuatan ban.



Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya rancangan eksperimental adalah suatu usaha untuk meminimalkan adanya “confound effect”, yaitu efek dari variabel di luar perlakuan. REPLIKASI, RANDOMISASI DAN KONTROL Dalam rancangan penelitian eksperimental ada tiga prinsip yang harus dipenuhi, yaitu adanya: replikasi, randomisasi dan kontrol. Jika tiga prinsip tersebut dipenuhi seluruhnya, maka rancangan eksperimental dinamakan eksperimental sungguhan (true experimental). Apabila hanya mengandung sebagian saja dari tiga prinsip tersebut, maka dinamakan pra-eksperimental (pre-experimental). Jika dalam penelitian diusahakan untuk memenuhi tiga prinsip di atas, tetapi belum dapat mencapai tingkat yang sebenarnya, dinamakan eksperimental semu (quasi – experimental). a. Replikasi Yang dimaksud dengan replikasi adalah: banyaknya unit eksperimen, yang mendapat perlakuan sama pada kondisi tertentu. Dengan kata lain replikasi adalah: berapa kali suatu perlakuan yang sama diberikan pada unit eksperimen. Perlu dibedakan antara jumlah replikasi dengan jumlah pengulangan pengukuran. Pada penelitian pengaruh obat X terhadap penurunan tekanan darah. Jumlah replikasi adalah banyaknya pasien yang diberi obat X pada dosis tertentu. Beberapa kali tekanan darah diukur pada setiap orang coba adalah jumlah pengulangan pengukuran, bukan replikasi. Jika dalam sebuah eksperimen perlakuan lebih diberikan lebih dari satu kali maka itu sudah disebut ada replikasi. Dengan demikian makin banyak replikasi makin tinggi validitas informasi yang diperoleh dari suatu eksperimen. Sehingga presisi eksperimen akan lebih tinggi juga. Peningkatan replikasi juga dapat meningkatkan kuat uji statistik (power test). b. Randomisasi Adapun yang dimaksud random (acak/rambang/tanpa pilih-pilih) adalah keadaan dimana setiap unit eksperiman mempunyai kesempatan (probabilitas) yang sama untuk mendapat perlakuan. Dengan kata lain setiap perlakuan dapat diaplikasikan dengan probabilitas yang sama terhadap unit eksperimen. Randomisasi adalah proses untuk mewujudkan keadaan random tersebut. Randomisasi dilakukan dalam usaha menjaga validitas generalisasi hasil eksperimen kepada populasinya. Disamping itu randomisasi juga merupakan asumsi dasar yang harus dipenuhi agar statistik inferensial dapat digunakan. c. Kontrol atau perlakuan banding



Dikatakan bahwa, penelitian dikatakan eksperimental, jika dan hanya jika menggunakan perlakuan kontrol atau perlakuan banding. Fungsi atau tujuan dari adanya kontrol adalah agar rancangan eksperimental menjadi lebih efisien. Perlakuan kontrol dapat menghasilkan uji kemaknaan menjadi lebih sensitif atau meningkatnya kuat uji (power test). Hal tersebut terjadi oleh karena perlakuan kontrol akan mengarungi besarnya kesalahan eksperimental. Dengan adanya kelompok atau perlakuan kontrol/banding, maka dalam eksperimen paling sedikit harus ada dua kelompok unit eksperimen dimana kelompok pertama dikenai perlakuan yang ingin diuji, sedangkan kelompok kedua tidak diberi perlakuan atau diberi perlakuan banding sebagai perlakuan standar. Atau ada sekelompok unit eksperimen yang dikenal paling sedikit dua perlakuan yang berbeda secara berurutan (before-after).



MACAM-MACAM RANCANGAN EKSPERIMENTAL Telah diuraikan dibagian depan, bahwa rancangan eksperimental dibedakan atas tiga kelompok, yaitu: i. Pra Eksperimental (Preexperimental) ii. Eksperimental sesungguhnya (True Experimental) iii. Eksperimental semu (Quasi Experimental) 1. Pra Eksperimental Untuk memudahkan penjelasan tentang macam rancangan eksperimental, maka digunakan simbol-simbol sebagai berikut: -



Jika sekelompok unit eksperimen dikenai perlakuan, maka diberi simbol P.



-



Jika terhadap unit eksperimen dilakukan pengukuran, maka hasilnya diberi simbol O.



a. The One - Shot Case Study Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut : 𝑷→𝑶 Contoh: -



Sekelompok pengrajin diberi pelatihan (P), kemudian dievaluasi produktivitasnya (O)



-



Sekelompok pengusaha diberi penyuluhan hukum dan perpajakan (P), kemudian dipantau kesadaran dan besarnya membayar pajak (O).



Rancangan ini mempunyai banyak kelemahan, antara lain : -



Tidak ada kontrol, jadi validitas internal sangat rendah karena efek bisa disebabkan oleh faktor luar, bukan karena P, dan hasilnya tidak dapat dikomparasikan.



-



Tidak dapat disimpulkan sesuatu, kecuali kesimpulan bersifat impresif dari peneliti.



b. The One-Group Pretest-Posttest Design Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut : 𝑶𝟏 → 𝑷 → 𝑶𝟐 Contoh: Penelitian untuk mengetahui apakan daun “Confrey” dapat menyembuhkan penderita anemia (kurang darah). Sekelompok penderita anemia mula-mula diukur kadar Hb-nya (O1). Kepada kelompok penderita ini diberikan seduhan daun “Confrey”, tiga kali sehari, dalam kurun waktu tiga bulan (P). kemudian kadar Hb diukur lagi (O2). Bandingkan O1 dan O2 dengan uji komparasi yang sesuai (misalnya uji t), untuk menentukan apakah ada perbedaan kadar Hb antara sesudahnya dan sebelum perlakuan. Kelemahan rancangan ini adalah sebagai berikut: Validitas internal sangat rendah, karena tidak ada kelompok kontrol, sehingga tidak ada jaminan bahwa perlakuan adalah satu-satunya penyebab terjadinya efek. Dalam kasus ini kadar Hb dapat berubah kemungkinan karena adanya penyebab tandingan antara lain: -



Selama perlakuan, gizi penderita menjadi lebih baik, sehingga menjadi perubahan kadar Hb (history effect).



-



Dalam waktu yang bersamaan dengan perlakuan oleh karena adanya faktor makin dewasa dalam tubuh terjadi reaksi biokimia yang dapat memperbaiki proses pembentukan Hb (maturation effect).



-



Oleh karena merasa “diobati” maka secara psikologis mereka merasa lebih “sehat” sehingga nafsu makan meningkat dan kemudian Hb berubah (testing effect).



-



Perbedaan alat atau cara pengukuran kadar Hb pada awal (O1) dan akhir (O2), (instrumentation effect).



-



Perbedaan dihasilkan karena yang dibandingkan adalah harga-harga ekstrem kecil/besar (statistical effect).



c. The Static Group Comparison Dalam rancangan ini mulai diusahakan adanya kelompok kontrol. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut : V LUAR V ANTARA



Contoh: Suatu penelitian ingin mengetahui apakah “bekatul” mempunyai efek menurunkan kadar cholesterol dalam darah. Dilakukan penelitian sebagai berikut: -



Sekelompok orang dengan kadar cholesterol tinggi diberi diet yang dicampur dengan bekatul (P) sampai periode tertentu, kemudian diukur kadar cholesterol dalam darahnya (O1)



-



Sekelompok orang dengan kadar kolesterol yang tinggi tanpa diberi diet bekatul diukur kadar cholesterolnya juga (O2)



-



Kemudian dibandingkan O1 dan O2 untuk melihat pengaruh bekatul (P).



Dalam rancangan ini sudah mulai ada kelompok kontrol, walaupun belum ada randomisasi dan “matched” antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sehingga history effect, naturation effect, testing effect, dan instrumentation effect, dapat dikontrol. Dengan demikian validitas internal sudah mulai ada, walaupun masih bias. 2. Eksperimental Sesungguhnya Dalam rancangan ini telah memenuhi tiga prinsip, yaitu: randomisasi replikasi dan adanya kelompok/perlakuan kontrol atau banding. a. The Pretest – Posttest Control Group Design Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut:



O 𝑃 − Contoh: Sebuah penelitian ingin mengetahui efek hepatotoksik dari jamu galian singset. Untuk → 𝑂1 → 𝑂2 enzim SGOT/SGPT dari hewan coba tikus. mengetahui adanya efek hepatotoksik, diukur aktivitas 1



Penelitian dilakukan sebagai berikut: -



Secara random (R), kelompokkan tikus menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (K) dan kelompok perlakuan / test (T).



-



Ukur SGOT/SGPT dari darah tikus pada keadaan awal, baik terhadap kelompok kontrol (O 1) maupun kelompok perlakuan (O2)



-



Kepada kelompok perlakuan diberikan seduhan jamu galian singset (P+), sedangkan kepada kelompok kontrol diberikan air (P-).



-



Setelah jangka waktu tertentu, ukur SGOT/SGPT dari darah tikus, baik dari kelompok kontrol (O4) maupun dari kelompok perlakuan (O3).



-



Uji ada/tidaknya perbedaan antara harga (O3 – O1) dengan harga (O4 – O2) untuk mengetahui ada/tidaknya efek (P), misalnya dengan uji t. Rancangan ini dapat diperluas dengan menggunakan beberapa macam perlakuan,



misalnya P1, P2, P3 dan seterusnya. Untuk menguji ada/tidaknya efek dari P dapat dilakukan dengan uji Anava (Analisis Varians) atau Anakova (Analisis Kovarians). Rancangan yang telah diperluas tadi dapat digambarkan sebagai berikut : P(+)



P(-)



O3



R



O4



O4



O1



P1



O2



P2



O3 O2



b. The Postest – Only Control Group Design Dalam banyak hal, diasumsikan bahwa di dalam suatu populasi tertentu, tiap unit popilasi adalah “homogen”, itu artinya semua karakteristik antar unit populasi adalah sama. Maka pengukuran awal tidak dilakukan, oleh karena dianggap sama untuk semua kelompok, karena berasal dari satu populasi yang tanpa ada pengukuran awal (pretest), tetapi hanya posttest saja. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut : K



O5



O6



O7



P 3



Contoh: Seperti pada Pretest-Postest Control group Design, tetapi tanpa ada pengukuran awal. Untuk mengetahui adanya efek perlakuan P dilakukan uji komparasi, misalnya uji t atau uji lain yang sesuai, antara harga O1 dan O2. Rancangan ini dapat diperluas dengan menggunakan lebih dari satu perlakuan, misalnya P1, P2, dan P3 disamping perlakuan kontrol atau banding. Untuk mengetahui ada/tidaknya perbedaan efek antara P1, P2, P3, dan kontrol dapat dilakukan dengan uji Anava terhadap harga O1, O2, O3, dan O4. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : O2 R O8



P (+)



R



c. The Solomon Four-Group Design Rencana ini adalah kombinasi dari rancangan yang menggunakan pengukuran awal dan yang tanpa pengukuran awal, dengan asumsi hasil pengukuran awal dari semua kelompok adalah sama. Dengan rancangan ini dapat diketahui ada/tidaknya efek pengukuran awal (testing effect (T), maturation effect (M) dan history effect (H)). Rancangan ini dapat digambarkan sebagi berikut :



P 2



O1



P(+)



O2



(P, H, M, T)



O1



P(-)



O2



(-, H, M, T)



-



P(+)



O2



(P, H, M, -)



-



P(-)



O2



(-, H, M, -)



d. Factorial Design Rancangan Faktorial ini digunakan bila ingin diketahui sekaligus efek dari kombinasi dua atau lebih perlakuan pada unit eksperimen. Contoh: jika ingin diteliti efek obat anti hipertensi (H) yang diberikan bersama-sama dengan obat tidur (T), terhadap efek diuretik. Misalnya ada tiga macam obat antihipertensi (H1, H2 dan H3), dan dua macam obat tidur (T1, dan T2). Dengan demikian ada 6 macam perlakuan kombinasi antara tiap jenis H dan T, yaitu : H1T1, H2T1, H3T1, H1T2, H2T2, dan H3T2. Secara skematis Rancangan Faktorial dapat digambarkan sebagai berikut: Faktor H Faktor T



H1



H2



H3



T1



H1 T1



H2 T1



H3 T1



T2



H2 T2



H2 T2



H3 T2



Dalam skema di atas faktor H mengandung 3 level, sedangkan faktor T mengandung 2 level, maka rancangan di atas disebut Rancangan Faktorial 2 x 3, sebab disini ada 2 macam perlakuan, terdiri dari 2 level dan 3 level. Dari Rancangan Faktorial ini dapat diteliti atau disimpulkan tiga macam efek yaitu:



- Efek utama (main effects), yaitu perbedaan efek dari H1, H2, dan H3, terlepas dari T yang digunakan atau perbedaan efek dari T1 dan T2, terlepas dari H yang digunakan. - Efek Sederhana (simple effects), yaitu perbedan antar H pada tiap T atau antar T pada tiap H tertentu. Dengan kata lain, dapat diketahui perbedaan antar kombinasi perlakuan. - Efek interaksi (interaction effects), yaitu apakah perlakuan H memberikan efek yang seiring atau tidak dengan perlakuan T. Analisis data rancangan faktorial dapat digunakan Anava Factorial. 3. Eksperimental Semu Dalam suatu penelitian, kadang-kadang karena satu dan lain hal, randomisasi tidak dapat dilaksanakan. Sebaliknya di fihak lain radomisasi dapat dilakukan tetapi tidak dapat berhasil diperoleh kelompok kontrol.



Dengan demikian jika dibandingkan dengan eksperimental



sungguhan validitas internal atau validitas eksternal eksperimental semu akan lebih rendah. Yang termasuk rancangan eksperimental semu antara lain: a. The Nonrandomized Control Group Pretest Postest Design Rancangan ini sama dengan “The Pretest – Posttest Controlled Group Design”, kecuali tanpa adanya rondomisasi; O1



P



O2



O3



-



O4



Untuk mengatasi ketiadaan randomisasi tersebut diusahakan kelompok kontrol semirip mungkin (matching). Disamping itu dalam analisis data



hendaknya digunakan uji Anakova.



Dengan Anakova secara statistik dapat diredusir adanya perbedaan awal. b. The Time – Series Experiment Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut: P3



O1 O2 R Dalam rancangan ini dilakukan satu seri pengukuran variabel tertentu terhadap suatu O1



O2



O3



O4



kelompok subyek, yaitu: O1, O2, dan O3. kemudian terhadap kelompok subyek tersebut dikenakan perlakuan P. Selanjutnya dilakukan satu seri pengukuran ulang, yaitu: O4, O5 dan O6. Bila ada perubahan rerata hasil pengukuran pada sebelum dan sesudah perlakuan maka dianggap ada efek dari perlakuan P. Kelemahan dari rancangan ini adalah bahwa perubahan bisa saja terjadi bukan karena P, tetapi oleh faktor lain. Hal ini terjadi antara lain karena selama seri pengukuran, baik pengukuran sebelum atau sesudah perlakuan, kelompak tersebut dipengaruhi faktor lain di luar faktor perlakuan.



c. Equivalent Time – Samples Design Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut: [P



O1]



[K



O2]



[P



O3]



[K



O4]



Rancangan ini berusaha menghilangkan pengaruh dari luar selama seri pengukuran, dengan cara melakukan pengukuran dalam waktu yang berurutan, setelah pemberian masingmasing perlakuan. Perlakuan P, Kadang-kadang ada, Kadang-kadang tidak, secara berurutan. Untuk mengetahui perbedaan P dan K diuji perbedaan rata-rata selisih O1 dan O3 dengan rata-rata selisih O2 dan O4.



BAB VIII DESAIN PENELITIAN OBSERVASIONAL dr. Farida Heriyani, MPH Dr. dr. Metria Syahadatina Noor, M.Kes



Pada penelitian observasional peneliti hanya mengamati suatu fenomena ataupun kejadian dan sama sekali tidak melakukan intervensi. Studi observasional dapat dilakukan dengan pendekatan deskriptif maupun analitik. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit berdasarkan populasi, letak geografik, dan waktu. Berbagai indikator dapat dipakai untuk menggambarkan distribusi dan seterminan penyakit di masyarakat. Indikator yang digunakan mencakup faktor-faktor sosio-demografik seperti umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan, dsb maupun variabel-variabel lain seperti gaya hidup dan sosial seperti jenis makanan, pemakaian obat-obatan, perilaku seksual, dsb. Penelitian deskripsi ini hanya untuk memberikan sebuah gambaran tentang keadaan kesehatan yang terjadi di masyarakat, dan biasanya merupakan langkah awal dari sebuah penelitian epidemiologi yang lebih mendalam. Penelitian ini antara lain dapat berupa laporan kasus (case report), studi kasus serial (case series), dan studi crossectional (tanpa uji analisis). Berbeda dengan penelitian deskriptif yang umumnya hanya menggambarkan distribusi frekuensi dan kemungkinan hubungan antara 2 atau lebih variabel, maka penelitian analitik bertujuan untuk memberikan jawaban atas adanya hubungan sebab-akibat antara 2 variabel. Secara sederhana penelitian analitik dapat dilakukan dengan pendekatan crossectional (dengan uji analisis), case control study, dan cohort study. 1. Penelitian Crossectional/Potong Lintang Pada penelitian ini variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Pengumpulan data untuk jenis penelitian ini, baik untuk variabel bebas (independent variable) maupun variabel terikat (dependent variable) dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Salah satu prinsif utama dari studi crossectional adalah bahwa studi ini tidak dapat digunakan untuk menjawab hubungan sebab-akibat. Oleh karena outcome (penyakit) dan ekposure (faktor risiko/sebab) diukur pada saat yang bersamaan, sehingga tidak dapat diketahui secara definitif



apakah sebab/ekposur mendahului outcome/penyakit atau sebaliknya outcome mendahului ekposur. Rancangan (desain) penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Populasi (sampel)



Faktor risiko +



Efek +



Faktor risiko –



efek -



efek +



efek -



Gambar 8.1 Rancangan penelitian crossectional Berdasarkan skema rancangan di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penelitian crossectional adalah sebagai berikut: a. Menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampel b. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor risiko dan faktor efek. c. Melaksanakan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor risiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu d. Melakukan analisis hubungan antara 2 variabel dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran). Rancangan ini mempunyai keunggulan, yaitu mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat, serta dalam waktu yang bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak, baik variabel risiko maupun variabel efek. Namun demikian, rancangan ini mempunyai keterbatasan, anrata lain:  Diperlukan subjek penelitian yang besar  Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat  Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan  Kesimpulan korelasi faktor risiko dengan faktor efek paling lemah bila dibandingkan dengan rancangan penelitian yang lainnya. 2. Penelitian Case Control Adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana suatu faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective. Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi ada



atau terjadinya pada waktu yang lalu. Penelitian ini selalu dimulai dari kasus untuk diidentifikasi apakah terdapat eksposure atau faktor risikonya. O3 O4 P



O5 O6 O4



Gambar 8. 2 Rancangan penelitian case control Tahap – tahap penelitian case control adalah sebagai berikut:  Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor risiko/eksposure dan efek)  Menetapkan subjek penelitian (populasi dan sampel)  Identifikasi kasus  Pemilihan subjek sebagai kontrol  Melakukan pengukuran untuk mengetahui faktor risiko/eksposure  Melakukan analisis dengan membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol Meskipun secara sepintas terlihat sederhana, rancangan studi case contro ini harus dibuat secara sangat hati-hati, oleh karena rentan terhadap risiko bias. Sebagai contoh adalah jika ingin mencari hubungan antara merokok dengan Ca paru, maka eksposur dalam bentuk merokok harus diukur dengan sangat cermat, oleh karena beberapa faktor seperti jumlah rokok yang dihisap per hari, jenis rokok, lamanya merokok, apakah punya riwayat merokok (past smoker), atau saat ini masih merokok (current smoker). Masing-masing variabel tsb akan berfungsi sebagai pengganggu. Dalam studi case control maka kasus harus didefinisikan secara sangat rinci, antara lain adalah:  Apakah yang dimaksud dengan kasus atau penyakit  Bagaimana menegakkan diagnosis penyakit tsb  Kriteria apa saja yang harus ada untuk dapat dikatakan sebagai kasus  Dari mana dan kapan (periode waktu) kasus diambil



 Bagaimana cara memperoleh kasus Demikian pula halnya dengan kontrol yang juga harus didefinisikan secara rinci. Kontrol harus bersifat independen dari kasus. Kelebihan rancangan penelitian case control: a. Adanya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol b. Adanya pembatasan atau pengendalian faktor risiko sehingga hasil penelitian lebih tajam dibanding dengan hasil rancangan crossectional c. Dapat menyimpulkan adanya hubungan sebab akibat dari ekposur dan efek d. Tidak menghadapi kendala etika seperti pada penelitian eksperimental atau kohort e. Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis) Kekurangan rancangan penelitian case control: a. Pengukuran variabel yang retrospektif, objektivitas dan reliabilitasnya kurang karena subjek penelitian harus mengingat kembali faktor-faktor risikonya b. Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat dikendalikan c. Kadang sulit memilih kontrol yang benar-benar sesuai dengan kelompok kasus karena banyaknya faktor risiko yang harus dikendalikan. 3. Penelitian Kohort Adalah suatu penelitian yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan efek (penyakit). Penelitian ini adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan efek melalui pendekatan longitudinal ke depan (prospektif). Artinya, faktor risiko/ekposur yang akan dipelajari diidentifikasi terlebih dahulu, kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek, yaitu penyakit atau salah satu indikator status kesehatan. Kesimpulan hasil penelitian ini akan membandingkan proporsi subjek yang mengalami sakit (efek positif) antara kelompok subjek yang diteliti dengan risiko positif dengan kelompok subjek dengan faktor risiko negatif (kelompok kontrol). Pada penelitian kohort harus banyak mempertimbangkan segi logistik, karena pengamatan pada kelompok eksposur untuk terjadinya efek bisa sangat lama dan sering tidak menentu. kasus



Eksposur (+)



Ekspos ur (+) Ekspos ur (-) Ekspos ur (-)



Gambar 8.3 Rancangan penelitian Kohort Langkah-langkah pelaksanaan penelitian kohort: a. Identifikasi faktor-faktor risiko dan efek b. Menetapkan subjek penelitian (populasi dan sampel) c. Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dan subjek dengan faktor risiko negatif d. Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya mengidentifikasi timbul atau tidaknya efek pada kedua kelompok e. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif dengan dengan subjek yang mendapat efek negatif Kelebihan penelitian kohort:  Dapat mengukur komparabilitas antara dua kelompok (kelompok ekposur dan tanpa ekposur) sejak awal penelitian  Dapat mengetahui hubungan sebab akibat antara ekposur dan efek  Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka risiko dari suatu waktu ke waktu yang lain  Ada keseragaman observasi, baik terhadap faktor risiko maupun efek dari waktu ke waktu Kekurangan penelitian kohort:  Memerlukan waktu yang cukup lama  Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit  Kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out dan akan mengganggu analisis hasil  Karena faktor risiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya efek (mungkin penyakit), maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.



BAB IX STATISTIK DESKRIPTIF dr. Alfi Yasmina, PhD



Statistik deskriptif adalah istilah yang digunakan untuk analisis data untuk mendeskripsikan, menunjukkan, atau memberikan rangkuman terhadap data tersebut. Statistik deskriptif tidak bisa untuk membuat simpulan di luar data yang dianalisis. Statistik deskriptif sangat berguna, karena bila kita hanya menampilkan data mentah, terutama bila datanya berjumlah besar, akan sulit memvisualisasikan hal yang ditunjukkan oleh data tersebut. Tipe variabel atau skala pengukuran



Sebelum kita mempelajari tentang statistik deskriptif, perlu diketahu dulu tipe variabel atau skala pengukuran. Secara tradisional, terdapat 4 tipe variabel atau skala pengukuran, yaitu: 



Variabel nominal, yaitu variabel yang mempunyai dua kategori atau lebih yang tidak bertingkat (urutan kategorinya tidak mempunyai makna tingkatan). Contoh: variabel jenis kelamin (laki-laki, perempuan); variabel warna rambut (hitam, pirang, coklat, merah), variabel nama kabupaten di Kalsel (Banjar, Batola, Balangan, Tanah Laut, Tapin, HSS, HST, HSU, Tabalong, Tanah Bumbu, Kotabaru). Kadang-kadang, variabel nominal yang hanya mempunyai 2 kategori (misalnya jenis kelamin) disebut sebagai variabel dikotomus.







Variabel ordinal, yaitu variabel yang mempunyai dua kategori atau lebih yang bertingkat, dimana urutan kategorinya mempunyai makna tingkatan. Contoh: variabel tingkat pendidikan (Tidak sekolah, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi), variabel tingkat kepuasan (sangat puas, puas, netral, tidak puas, sangat tidak puas).







Variabel interval, yaitu variabel yang dapat diukur sepanjang suatu kontinuum dan memiliki nilai numerik, serta interval antar setiap nilai adalah sama. Variabel interval tidak mempunyai nilai true zero/nol absolut. Contoh: suhu (ºC).







Variabel rasio, yaitu variabel yang sama dengan variabel interval, tetapi mempunyai nilai true zero. Contoh: tinggi badan, berat badan, jarak. Di beberapa buku teks, pengelompokan berdasarkan 4 tipe variabel ini tidak digunakan.



Data hanya dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yatiu: 



Variabel kategorikal/diskrit/kualitatif, yang mencakup data nominal dan data ordinal.







Variabel kontinu/kuantitatif, yang mencakup data interval dan data rasio.



Ukuran pada statistik deskriptif Ukuran untuk mendeskripsikan data dalam statistik deskriptif umumnya terdiri dari 3 jenis: 



Ukuran distribusi (measures of distribution): frekuensi, persentase







Ukuran tendensi sentral (measures of central tendency): mean, median, modus







Ukuran penyebaran (measures of spread/variability): range, quartile, interquartile range, standard deviation, variance, skewness, kurtosis.



Umumnya, kita akan menyajikan ketiga karakteristik ukuran ini untuk setiap variabel dalam penelitian kita. Saat kita mendeskripsikan data menggunakan statistik deskriptif, biasanya kita menggunakan kombinasi tabel, grafik/chart, dan pembahasan dari hasil analisis statistik deskriptif ini.



Ukuran distribusi (measures of distribution) Ukuran distribusi adalah sebuah ukuran yang merangkum frekuensi dari nilai-nilai individual atau range nilai dari sebuah variabel. Ukuran distribusi mencakup frekuensi dan persentase.



Contoh untuk tabel distribusi frekuensi dari nilai-nilai individual: Nilai ujian pada 130 siswa Nilai ujian



Frekuensi



Persentase (%)



0



0



0,00



1



4



3,08



2



7



5,38



3



10



7,69



4



15



11,54



5



24



18,46



6



22



16,92



7



24



18,46



8



15



11,54



9



7



5,38



10



2



1,54



Total



130



100,00



Atau dalam bentuk bar chart/diagram batang:



Contoh untuk tabel distribusi frekuensi dari range nilai: Kategori umur pada 200 sampel sebuah studi Kategori umur



Frekuensi



Persentase (%)



≤ 35



18



9



36-45



42



21



46-55



90



45



56-65



38



19



≥ 66



12



6



Total



200



100



Atau dalam bentuk bar chart/diagram batang:



Ukuran tendensi sentral (measures of central tendency) Ukuran tendensi sentral adalah suatu ukuran yang mendeskripsikan data dengan mengidentifikasi posisi sentral dari distribusi frekuensi data tesebut. Ukuran tendensi sentral mencakup mean, median, dan modus. Mean Mean atau rerata diperoleh dengan menambahkan semua nilai dalam sebuah dataset dibagi dengan jumlah nilai. Bila terdapat n nilai dalam sebuat dataset dengan nilai x 1, x2, …, xn, maka mean dari sampel ini ( ) adalah:



atau



Contoh: Nilai-nilai tes dari 8 siswa adalah: 45, 55, 65, 65, 70, 80, 85, 90. Maka mean dari nilai tes kedelapan siswa tersebut adalah: (45 + 55 + 65 + 65 + 70 + 80 + 85 + 90) / 8 = 69,37. Median Median adalah nilai tengah dari sebuah dataset yang telah diurutkan dari nilai terkecil sampai nilai terbesar. Apabila jumlah datanya genap, maka median adalah rerata dari kedua nilai tengah. Contoh: Nilai-nilai tes dari 9 siswa adalah: 45, 55, 65, 65, 70, 80, 85, 90, 100. Maka median dari nilai tes kesembilan siswa tersebut adalah 70. Nilai-nilai tes dari 8 siswa adalah: 45, 55, 65, 65, 70, 80, 85, 90. Maka median dari nilai tes kedelapan siswa tersebut adalah (65 + 70) / 2 = 67,5. Modus



Modus adalah nilai tersering dalam sebuah dataset. Contoh: Nilai-nilai tes dari 8 siswa adalah: 45, 55, 65, 65, 70, 80, 85, 90. Maka modus dari nilai tes kedelapan siswa tersebut adalah 65. Apabila kita perhatikan, untuk dataset yang sama di atas, terdapat perbedaan nilai antara mean, median, dan modus. Pada sebuah dataset yang terdistribusi normal, nilai mean, median, dan modus akan sama. Pada dataset yang tidak terdistribusi normal, maka nilai mean akan sangat dipengaruhi oleh nilai outlier (nilai yang tidak serupa dengan nilai-nilai lainnya, mungkin terlalu besar atau terlalu kecil). Pada set data yang tidak terdistribusi normal atau cenderung skewed (penjelasan tentang skewness akan dijelaskan di bawah), maka mean bukan ukuran tendensi sentral yang tepat. Median lebih tepat digunakan untuk menunjukkan ukuran tendensi sentral set data yang skewed. Modus lebih jarang digunakan pada data kontinu, lebih sering digunakan pada data kategorikal. Hal ini karena beberapa kesulitan, misalnya apabila pada sebuah dataset kontinu ditemukan 2 nilai yang paling sering keluar. Kesulitan lain adalah apabila sampelnya berjumlah sedikit, misalnya 30 sampel, dan variabel yang diukur adalah berat badan dengan ketepatan sampai 2 desimal. Sangat jarang ditemukan 2 sampel yang mempunyai berat badan yang persis sama, sehingga tidak ada modus untuk dataset tersebut. Selain itu, apabila pada suatu dataset, frekuensi tersering jatuh pada nilai yang sangat jauh lokasinya dari nilai-nilai yang lain, maka modus bukanlah ukuran tendensi sentral yang tepat untuk dataset tersebut. Ukuran sebaran data (measures of spread/variability) Ukuran sebaran data adalah sebuah ukuran yang merangkum data dengan mendeskripsikan seberapa jauh datanya tersebar (variabilitas data). Ukuran sebaran data biasanya ditampilkan atau digunakan bersama dengan ukuran tendensi sentral, seperti mean atau median, untuk menunjukkan gambaran keseluruhan dari data yang dianalisis. Contohnya, mean nilai tes pada 8 siswa adalah 70, tetapi tidak semua siswa mendapatkan nilai 70. Beberapa siswa mendapat nilai lebih rendah dari 70, beberapa siswa mendapat nilai lebih tinggi dari 70. Ukuran sebaran data akan menunjukkan sebaran data di sekitar ukuran tendensi sentralnya, dan menunjukkan apakah ukuran tendensi sentralnya representatif terhadap data yang dianalisis. Bila nilai sebarannya/variabiltasnya besar, maka ukuran tendensi sentralnya (misalnya mean) tidak mampu mewakili/merepresentasikan data sebaik kalau nilai sebarannya/variabilitasnya kecil. Ukuran sebaran data mencakup range, quartile, interquartile range, standard deviation, variance, skewness, dan kurtosis.



Range Range adalah selisih antara nilai maksimum dan nilai minimum dalam dataset. Range = nilai maksimum – nilai minimum Contoh: Nilai-nilai tes dari 8 siswa adalah: 45, 55, 65, 65, 70, 80, 85, 90. Nilai maksimumnya adalah 90, sedangkan nilai minimumnya adalah 45, maka range dari nilai tes kedelapan siswa tersebut adalah: 90 – 45 = 45. Selain untuk menilai sebaran data, nilai range, nilai maksimum, dan nilai minimum penting dalam menentukan apakah ada error dalam entry data, misalnya range umur mulai minimum 2 tahun sampai nilai maksimum 500 tahun, mungkin menunjukkan kesalahan entry data umur “50” menjadi “500”. Range adalah ukuran sebaran data yang hanya didasarkan pada dua nilai dalam dataset. Selain itu, range sangat sensitif terhadap nilai outlier. Akan lebih informatif apabila menyajikan data minimum dan data maksimum, daripada hanya menampilkan range.



Quartile dan interquartile range Quartile adalah ukuran sebaran data yang memecah dataset menjadi 4 bagian yang sama. Dataset juga bisa dipecah menjadi 5 bagian yang sama (quintile) atau 10 bagian yang sama (decile). Quartiles 25% of values



Q1



25% of values



Q2



25% of values



Q3



25% of values



Lower quartile (Q1) adalah titik di antara nilai 25% terendah dan nilai 75% tertinggi. Lower quartile disebut juga 25th percentile. Second quartile (Q2) adalah nilai tengah dari set data, atau sama dengan median, atau 50 th percentile. Upper quartile (Q3) adalah titik di antara nilai 75% terendah dan nilai 25% tertinggi. Upper quartile disebut juga 75th percentile. Interquartile range adalah selisih antara upper quartile (Q3) dan lower quartile (Q1). Contoh: Nilai-nilai tes dari 8 siswa adalah: 45, 55, 65, 65, 70, 80, 85, 90.



45 55 | 65 65 | 70 80 | 85 90 Lower quartile = (55 + 65) / 2 = 60 Second quartile = (65 + 70) / 2 = 67,5 Upper quartile = (80 + 85) / 2 = 82,5 Interquartile range = 82,5 – 60 = 22,5. Interquartile range adalah ukuran sebaran data yang hanya didasarkan pada dua nilai dalam dataset. Dibandingkan range, interquartile range tidak sensitif terhadap nilai outlier. Untuk data yang skewed, interquartile range yang digunakan sebagai ukuran sebaran data, dengan median sebagai ukuran sebaran data. Standard deviation dan variance Standard deviation adalah ukuran sebaran data di sekitar mean, dengan menghitung jumlah variasi setiap nilai data terhadap mean. Ada dua perhitungan untuk standard deviation, yaitu population standard deviation dan sample standard deviation. Yang mana yang digunakan tergantung pada apakah nilai-nilai di dalam dataset merepresentasikan seluruh populasi atau apakah merupakan sampel dari sebuah populasi yang lebih besar. Population standard deviation dihitung dengan:



dan sample standard population dihitung dengan:



Keterangan: σ = population standard deviation µ = population mean n = jumlah data dalam sampel s = sample standard deviation = sample mean. Variance adalah pengkuadratan dari standard deviation. Begitu juga sebaliknya, standard deviation adalah akar dari variance.



Contoh: Data kadar timbal dalam urine.



Maka, variance-nya adalah:



dan standard deviation-nya adalah:



Standard deviation dianggap sebagai ukuran sebaran data yang lebih baik dibanding ukuran sebaran data lainnya di atas, karena mempertimbangkan setiap nilai di dalam dataset. Standard deviation digunakan sebagai ukuran sebaran data apabila mean yang digunakan sebagai ukuran tendensi sentral, Dengan demikian, standard deviation tepat digunakan pada data yang terdistribusi normal (tidak skewed atau mempunyai nilai outlier). Skewness dan kurtosis Skewness adalah ukuran asimetri dari sebuah distribusi data (probability distribution) di sekitar mean. Dengan kata lain, skewness adalah ukuran asimetri sebuah dataset terhadap



distribusi normal. Skewness bisa bernilai negatif (skewed to the left) atau positif (skewed to the right). Ketika distribusi data skewed to the right, mean dan mediannya lebih besar daripada modus, dan mean biasanya lebih besar daripada mediannya. Ketika distribusi data skewed to the left, mean dan mediannya lebih kecil daripada modus, dan mean lebih kecil daripada mediannya.



Kurtosis adalah ukuran tailedness dari sebuah distribusi data (probability distribution), dibandingkan dengan distribusi normal. Kurva distribusi normal dianggap mempunyai nilai kurtosis 3. Kurva distribusi data dengan nilai kurtosis < 3 disebut dengan platykurtic, dengan ekor yang lebih pendek dan puncak yang lebih rendah dan lebih lebar dibandingkan kurva distribusi normal. Kurva distribusi data dengan nilai kurtosis > 3 disebut dengan leptokurtic, dengan ekor yang lebih panjang dan puncak yang lebih tinggi dan lebih tajam dibandingkan kurva distribusi normal.



Banyak uji statistik yang mensyaratkan adanya distribusi data yang normal. Adanya skewness dan kurtosis yang signifikan menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal. Dalam modul ini, tidak diberikan perhitungan untuk memperoleh nilai skewness dan kurtosis. Statistika deskriptif adalah bagian dari statistika yang membahas cara pengumpulan dan penyajian data, sehingga mudah untuk dipahami dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi siapapun. Statistika deskriptif hanya mereduksi, menguraikan atau memberikan keterangan suatu data, fenomena atau keadaan ke dalam beberapa besaran untuk disajikan secara bermakna



dan mudah dimengerti. Statistika ini hanya berfungsi menguraikan, menggambarkan dan menerangkan keadaan, persoalan, permasalahan tanpa menarik suatu kesimpulan terhadap data yang lebih luas atau populasi. Apabila data yang dianalisis merupakan sebagian atau sampel darisuatu populasi, maka statistika deskriptif akan menghasilkan ukuran-ukuran sampel (statistik). Sebaliknya data yang dianalisis merupakan keseluruhan populasi, maka statistika deskriptif akan menghasilkan ukuran-ukuran populasi (parameter). Statistika untuk menggambarkan data tanpa membuat inferensi (kesimpulan) untuk populasi. Beberapa contoh statistika deskriptif antara lain: a. Pada suatu Madrasyah Ibtidaiyah ada 30 guru yang mengajar. Dari 30 guru yang mengajar, ada 10 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 20 orang berjenis kelamin perempuan, dan ada 5 guru yang perlu ditingkatkan pendidikannya ke Strata 1. b. Seluruh siswa Madrasyah Ibtidaiyah sebanyak 250 siswa. Jumlah siswa kelas 1 adalah 20%, siswa kelas 2 adalah 15%, siswa kelas 3 10%, siswa kelas 4 sebanyak 15%, siswa kelas 5 sebanyak 20%, dan siswa kelas 6 sebanyak 20%. c. Kelas IV-a yang berjumlah 25 siswa, merupakan sebagian dari keseluruhan kelas IV yang berjumlah 100 siswa di suatu Madrasyah Ibtidaiyah yang mengikuti ujian akhir semester. Dari hasil ujian mata pelajaran sains dikelas IV-a yang jumlahnya 25 siswa diperoleh rata-rata skor matematika 6,67 dan simpangan baku 2,01 maka presur yang digunakan disini adalah statistika deskriptif. Demikian pula prosedur yang digunakan untuk menghitung rata-rata dan simpangan baku hasil ujian akhir semester mata pelajaran matematika seluruh siswa kelas IV yang berjumlah 100 siswa. d. Siswa Madrasyah Ibtidaiyah yang mengikuti ujian nasional berjumlah 100 siswa. Untuk mengetahui besarnya skor yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran matematika, disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:



Bidang ilmu statistika yang mempelajari tata cara: 



Penyusunan dan penyajian data







Agar mudah dibaca dan difahami







Dalam bentuk distribusi frekuensi (tabel, grafik, ukuran pemusatan), angka indeks, time series, korelasi, regresi dan semacamnya.



Contoh Masalah Statistika Deskriptif: 1. Pengumpulan data



2. Penyajian data 3. Penentuan nilai statistik (mean, median, standar deviasi, dll) 4. Pembuatan gambar/grafik 5. Ingin mengetahui prevalensi penyakit JENIS DATA Data statistik adalah keterangan atau ilustrasi mengenai sesuatu hal yang bisa berbentuk kategori (misal; rusak, baik, cerah, berhasil) atau numerik (bilangan). Data kategori disebut data kualitatif dan data bilangan/numerik disebut data kuantitatif. Berdasarkan perolehannya, data kuantitatif/numerik dibedakan menjadi data diskrit (diperoleh dari hasil menghitung atau membilang) dan data kontinu (diperoleh dari hasil mengukur). Data merupakan bentuk jamak dari datum, yang mempunyai arti kurnia, pemberian atau penyajian. Secara definitif dapat diartikan sebagai berikut: Kumpulan angka. Fakta, fenomena atau keadaan yang merupakan hasil pengamatan, pengukuran, atau pencacahan terhadap karakteristik atau sifat dari obyek yang dapat berfungsi untuk membedakan obyek yang satu dengan lainnya pada sifat yang sama (Solimun :2001:2). Data merupakan kumpulan angka/huruf hasil dari penelitian terhadap sifat/karakteristik yang diteliti. Isi data pada umumnya bervariasi (misalnya data berat badan dalam suatu kelompok orang ada yang beratnya 60 kg, 50 kg, 75 kg dst) sehingga muncul istilah variabel. Jadi, variabel merupakan karakteristik yang nilai datanya bervariasi dari suatu pengukuran ke pengukuran berikutnya. Jenis-jenis data atau skala data bertingkat menurut tingkatan pengukuran. Adapun jenis skala pengukurannya adalah: a)



Nominal



Data nominal adalah tingkatan data paling rendah menurut tingkat pengukurannya. Skala ini mempunyai ciri: kategori data bersifat mutually exclusive (satu objek masuk hanya pada satu kelompok saja) dan hanya ada unsur pembedaan. Angka tersebut berfungsi untuk identifikasi, yaitu membedakan antara satu subjek dengan subjek yang lainnya atau angka digunakan untuk klasifikasi atau kategorisasi. Perbedaan angka hanya menunjukkan adanya subjek/objek yang terpisah. Angka hanya menunjukkan perbedaan kualitatif, bukan perbedaan kuantitatif. Antara angka yang satu dengan yang lain tidak ada perbedaan kualitas. Contohnya: jenis kelamin, tempat tinggal dll. 1) Nominal – dikotomi diskrit Contoh data diskrit adalah status pernikahan, misalnya 1=menikah, 0=tidak menikah; jenis kelamin 1=laki-laki, 2=perempuan.



2) Nominal – dikotomi kontinyu Suatu data yang sifatnya interval yang selanjutnya dikategorikan dalam 2 kategori, misalnya terdapat data tentang berat badan bayi, selanjutnya dikategorikan dalam berat badan lahir rendah (BBLR) bila berat badan lahir (BBL) < 2500 gr dan non BBLR bila BBL > 2500 gr. Hb ibu hamil bila < 11 gr/dl dikategorikan anemia, bila > 11 gr/dl dikategorikan nonanemia. b)



Ordinal



Data ordinal adalah data yang selain mengandung unsur pembedaan juga memiliki unsur urutan (order = urut). Angka berfungsi menunjukkan adanya penjenjangan kualitatif, ada perbedaan kualitas.



Perbedaan angka yang dimiliki oleh objek yang satu dengan yang lain tidak



menunjukkan adanya perbedaan kuantitatif.



Jarak jenjang antara antara dua angka yang



berurutan tidak selalu sama. Angka 0 tidak bersifat mutlak. Misal: urutan juara (rank order), rating scales. Angka boleh diganti, tetapi urutan jenjang tidak boleh berubah. Skala pengukuran ordinal mempunyai tingkat yang lebih tinggi dari skala pengukuran nominal. Terdapat sifat skala nominal, yaitu membedakan data dalam berbagai kelompok menurut lambang, ditambah dengan sifat lain yaitu, bahwa satu kelompok yang terbentuk mempunyai pengertian lebih (lebih tinggi, lebih besar,…) dari kelompok lainnya. Oleh karena itu, dengan skala ordinal data atau obyek memungkinkan untuk diurutkan atau dirangking. Contoh: Sistem kepangkatan dalam dunia militer adalah satu contoh dari data berskala ordinal Pangkat dapat diurutkan atau dirangking dari Prajurit sampai Sersan berdasarkan jasa, dan lamanya pengabdian. Jika peneliti merangking data lamanya pengabdian maka peneliti dapat memberikan nilai 1, 2, 3, … , 4 dst masing-masing terhadap seseorang anggota ABRI yang berpangkat Prajurit, Kopral, Sersan, dst. Berbeda dengan skala nominal, angka yang diberikan terhadap obyek tidak semata-mata berlaku sebagai lambang tetapi juga memperlihatkan urutan atau rangking. c)



Interval



Data interval adalah data yang selain mengandung unsur pembedaan dan urutan juga memiliki sifat interval (selangnya bermakna). Disamping itu data ini memiliki ciri angka nol tidak mutlak. Skala interval mempunyai ciri matematis additivity, artinya kita dapat menambah atau mengurangi. Jarak antar jenjang tetap/ selalu sama. Tidak memiliki nilai 0 mutlak. Contoh: angka pada termometer. 0 derajat Celcius menunjukkan angka dimana air membeku. Angka ini bukan menunjukkan tidak adanya suhu. Perbedaan angka menunjukkan arti perbedaan kualitatif dan kuantitatif. Boleh dikenai operasi hitung penjumlahan dan pengurangan.



Contoh lainnya: Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan. Misalnya: Berapa kali anda melakukan kunjungan ke Jakarta dalam satu bulan? Jawaban: 1 kali, 3 kali, dan 5 kali. Maka angka-angka 1, 3, dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan menggunakan interval 2. d)



Rasio



Skala yang menunjukkan kategori, peringkat, jarak dan perbandingan construct yang diukur. Skala rasio mempunyai nilai nol mutlak. Perbedaan angka menunjukkan arti perbedaan kualitatif dan kuantitatif. Misalnya: berat badan, tinggi badan, luas tanah, dan jumlah produksi. Maksudnya nol mutlak adalah jika ada seseorang mempunyai luas tanah 0 m2 itu berarti tidak mempunyai tanah.



Bilangan menunjukkan perbedaan



Nominal



Ordinal



Interval



Ratio







































Pengukuran dapat dilakukan untuk membuat



peringkat



atau



mengurutkan obyek Perbedaan bilangan mempunyai arti 



Mempunyai nol mutlak



Analisis univariat pada data numerik ini dapat dilakukan dengan melihat berbagai ukuran: 1) Ukuran Gejala Pusat, 2) Ukuran Simpangan, Dispersi dan Variasi 3) Ukuran Letak, dan 4) Ukuran Bentuk Sedangkan analisis univariat pada data kategorik



ini dapat dilakukan menggunakan distribusi



frekuensi dengan ukuran persentase atau proporsi. UKURAN GEJALA PUSAT DAN UKURAN LETAK Adalah suatu nilai yang dapat mewakili sekelompok nilai hasil pengamatan. pada umumnya mempunyai kecenderungan terletak di tengah-tengah dan memusat ke dalam suatu kelompok data yang disusun menurut besar kecilnya nilai data. Sifat Ukuran Tengah: •



sangat dipengaruhi oleh angka atau nilai ekstrimnya







Mempertimbangkan semua nilai pengamatan







Dapat dimanipulasi secara matematis, sehingga dapat dipergunakan untuk keperluan statistik







Hanya berlaku untuk data kuantitatif



Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang sekumpulan data mengenai sesuatu persoalan, baik mengenai sampel ataupun populasi, selain daripada data itu disajikan dalam tabel dan diagaram, masih diperlukan ukuran-ukuran yang merupakan wakil kumpulan data tersebut yaitu ukuran gejala pusat dan ukuran letak.



Rata-rata Hitung 



Rata-rata atau lenkapnya rata-rata hitung, untuk data kuantitatif yang terdapat dalam sebuah sampel dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data oleh banyak data disimpulkan dengan x (baca: x bar) sedangakan rata-rata untuk populasi dipakai simbul  (baca miu).jadi



x adalah statistik sedangkan  parameter. 



Jika ada data x1, x2, x3, …xn, maka rata-rata hitungnya ( x ) adalah: n



x  x  ...x n x 1 2 atau x  n



x i 1



n



i



atau secara sederhana ditulis x 



x



i



n



 Contoh Rata dari lima nilai ujian 70, 69, 45, 80, dan 56 ialah: x 



70  69  45  80  56  64 5



Jika ada data x1, x2, x3, …xn masing-masing muncul sebanyak f1, f2, f3,…,fn maka rata-rata hitungnya ( x ) adalah : n



x



f1 x1  f 2 x2  ...  f n xn n



f i 1



x



fx f



i i



atau x 



fx



i i



i 1



n



atau secara sederhana ditulis:



i



Rumus ini disebut juga rumus rata-rata dibobot.



i



 Contoh: Jika ada lima mahasiswa mendapat nilai 70, enam terdapat nilai 69, tiga 45 dan masingmasing seorang mendapat nilai 80 dan 56, data itu ditulis seperti tabel berikut: xi



fi



Efek (+)



70



5



69



6



45



3



80



1



56



1



Untuk contoh diatas, dianjurkan dibuat tabel penolong seperti berikut: xi



fi



xi fi



70



5



350



69



6



414



45



3



135



80



1



80



56



1



56



16



1035



Jumlah







Eksposur (+)



Cara kedua untuk menghitung rata-rata dari data dalam daftar distribusi frekuensi ialah cara koding atau cara singkat. Untuk itu:  ambil salah satu tanda kelas, namakan xodan xo ini diberi nilai c = 0.  Tanda kelas yang lebih kecil dari xo berturut-turut diberi harga c = -1, c = -2, c = -3, dan seterusnya dan yang lebih besar dari xo berturut-turut mempunyai harga c = +1, c = +2, c = +3 dan seterusnya.  Jikap = panjang kelas interval, maka rata-rata dihitung oleh:



  f i ci x  x o  p  f i 



   



Contoh soal: Data Kelembatan Hidrometeorologi di Singomerto Selama 80 Hari Kelembaban (x)



fi



xi



ci



fici



31 - 40



1



35.5



-4



-4



41 – 50



2



45.5



-3



-6



51 – 60



5



55.5



-2



-10



61 –70



15



65.5



-1



-15



71 – 80



25



75.5



0



0



81 – 90



20



85.5



1



20



91 – 100



12



95.5



2



24



Jumlah



80



-



-



9



Di atas telah diambil xo = 75,5 dan nilai c = 0 telah diberikan untuk hal ini. Harga-harga c = 1, c = -2, dan c = -4 telah diberikan berturut-turut untuk tanda-tanda kelas 65,5; 55,5; 45,5; dan 35,5. Tanda kelas yang lebih besar dari xo = 75,5 berturut turut diberi harga c = 1 dan c = 2. Karena p = 10, maka dengan Rumus IV (5) dengan



 f c = 9, didapat: i 1



9 x  75,5  (10)   76,62 .  10  



Sebenarnya rumus secara Coding ini didapat dari rumus sebelumnya dengan menggunakan transformasi ci 



xi  xo berdasarkan sifatnya: p



1. Jika tiap nilai data xi ditambah/dikurangi dengan sebuah bilangan tetap d, maka rata-rata x untuk data baru bertambah/berkurang dengan d dari rata-rata data lama. 2. Jika data x dikalikan dengan sebuah bilangan tetap d, maka rata-rata x untuk data baru menjadi d dikali rata-rata data lama. Cobalah selidiki sendiri kebenaran sipat ini! Perhatian: cara koding di atas hanya berlaku jika panjang kelas interval semuanya



sama



Modus 



Modus disingkat Mo, ukuran yang menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi atau paling banyak terdapat. Untuk data kuantitatif ditentukan dengan jalan menentukan frekuensi terbanyak di antara data itu.







Ukuran ini juga dalam keadaan tidak disadari sering dipakai untuk menentukan “rata-rata” data kualitatif. Jika kita dengan atau baca: kebanyakan kematian di Indonesia disebabkanoleh penyakit malaria, pada umumnya kecelakaan lalu lintas karena kecerobohan pengemudi, maka ini tiada lain masing-masing merupakan modus penyebab kematian dan kecelakaan lalu lintas.







Contoh: Terdapat sampel dengan nilai-nilai data: 12, 34, 14, 34, 28, 34, 34, 28, 14. Dalam tabel dapat disusun seperti dibawah ini: xi



fi



Efek (-)







12



1



14



2



28



2



34



4



Jika data kuantitatif telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi, modusnya dapat







b1    b1  b2 



ditentukan: Mo = b + p  Untuk:



b = batas bawah kelas modal, ialah kelas interval dengan frekuensi terbanyak. P = panjang kelas modal. b1= frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya. b2= frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya.  Contoh: Untuk mencari modus M, maka diperoleh:







Kelembaban (x)



f



31 – 40



1



41 – 50



2



51 – 60



5



61 – 70



15



71 – 80



25



81 – 90



20



91 – 100



12



Jumlah



80



Efek (+)



Modus, dibandingkan dengan ukur ran lainnya, tidak tunggal adanya. Ini berarti sekumpulan data tidak bisa mempunyai lebih dari sebuah modus.



Median o Median (Me), menentukan letak data setelah data itu disusun menurut uratan nilainya, artinya 50 % dari data harga-harganya paling tinggi sama dengan Me sedangkan 50 % lagi harga-harganya paling rendak sama dengan Me. o Setelah data disusun menurut nilainya dan jika banyak:



 Data ganjil, maka median Me, merupakan data paling tengah. Untuk sampel berukuran genap, setelah data disusun menurut urutan nilainya, mediannya sama dengan rata-rata dihitung dua data tengah. Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensinya, mediannya dihitung



 1 nF   2  dengan rumus Me = b + p   f   Dengan: b = batas bawah kelas median, ialah kelas dimana median akan terletak. P = panjang kelas mediannya. n = ukuran sampel atau banyak data F = jumlah semua frekuensi sebelum kelas median. f = frekuensi kelas median.



 Contoh: Jika untuk Data Kelembatan Hidrometeorologi di Singomerto Selama 80 Hari akan dihitung mediannya dengan menggunakan daftar berikut kita tempuh hal dibawah ini: Nilai



(f)



31 – 40



1



41 – 50



2



51 – 60



5



61 – 70



15



71 – 80



25



81 – 90



20



91 – 100



12



Jumlah



80



40  23  b = 70,5; p = 10, f = 35, sehingga Me = 70,5 + (10)    77,3  25 



Ada 50 % dari data yang bernilai paling rendah 77,3 dan setengahnya lagi bernilai paling besar 77,3. Dari data dalam Daftar 3.1 tentang nilai ujian 80 mahasiswa, telah didapat x = 76,62; Mo = 77,17 dan Me = 77,3. Kita lihat bahwa harga-harga statistik tersebut berlainan.



Ketiga nilai, yakni: rata-rata, median dan modus akan sama bila kurva halusnya simetrik. Untuk fenomena dengan kurva halus positif atau negatif, terdapat hubungan: Rata-rata – Mo = 3(Rata-rata-Me) Median sering dipakai untuk “memperbaiki” harga rata-rata untuk sekumpulan data. Jika terdapat harga ekstrim, sering rata-rata kurang respresentatif sebagai ukuran gejala pusat. Dalam hal ini median dipakai untuk “memperbaikinya”. Kuartil, Desil dan Persentil 



Kuartil, adalah nilai yang membagi sekelompok data menjadi 4 bagian yang sama banyak, sesudah disusun menurut urutan nilainya. Ada tiga buah kuartil, ialah kuartil pertama, kuartil kedua, dan kuartil ketiga yang masing-masing disingkat K1, K2, K3. Pemberian nama ini dimulai dari kuartil paling kecil. Untuk menentukan nilai kuartil: 1. susun data menurut urutan nilainya 2. tentukan letak kuartil 3. tentukan nilai kuartil Letak K1= data ke







i ( n  1) , dengan I = 1,2, 3 4



Contoh: Sampel dengan data 75 82 66 57 64 56 92 94 86 52 60 70 setelah disusun menjadi : 52 56 57 60 64 66 70 75 82 86 92 94  Letak K1 = data ke



12  1 =data ke 3 1/4 4



K1 = data ke 3 + ¼ (data ke 4 – data ke 3) = 57 + ¼ (60 – 57) = 57 ¾.  Letak K3 = data ke



3(12  1)  data ke 9 ¼. 4



K3 = data ke-9 + ¾ (data ke-10 – data ke 9) = 82 + (¾)(86-82) = 85 



Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi, kuartil K i (i = 1, 2, 3) dihitung dengan rumus:



 in   F  , dengan i = 1,2, 3 Ki = b + p  4  f      Dengan:



b = batas bawah kelas Ki, ialah kelas interval di mana Ki akan terletak. p = panjang kelas Ki F = Jumlah frekuensi sebelum kelas Ki f = frekuensi kelas Ki 



Desil, yaitu nilai yang membagi sekumpulan data menjadi 10 bagian yang sama setelah dta itu diurutkan. Karenanya ada sembilan buah desil ialah desil pertama, desil kedua,……, desil kesembilan yang disingkat dengan D1, D2,……….D3.







Desil- desil ini dapat ditentukan dengan jalan. 1. susun data menurut urutan nilainya 2. tentukan letak desil 3. tentukan nilai desil



Letak desil ditentukan oleh rumus: Letak Di = data ke 



i ( n  1) ,dengan i = 1, 2, 3 ……, 9 10



Contoh: Untuk data yang telah disusun dalam contoh terdahulu ialah 52 56 57 60 64 66 70 75 82 86 92 94, maka letak D7 = data ke



7(12  1)  data ke 9,1. 10



Nilai D7 = data ke-9 + (0,1) (data ke-10 – data ke 9) atau D7 = 82 + (0,1) (86 – 82) = 82,4. 



Untuk data dalam daftar distribusi frekuensi, nilai Di (i = 1,2, ….., 9) dihitung dengan rumus :  in   F Di = b + p  10  , dengan i = 1, 2, 3 …  f     



Dengan: b = batas bawah kelas Di, p = panjang kelas Di F = jumlah frekuensi sebelum kelas Di f = frekuensi kelas Di. 



Jika sekumpulan data yang dibagi menjadi 100 bagian yang sama akan menghasilkan 99 pembagi yang berturut-turut dinamakan persentil pertama, persentil kedua,……., persentil ke 99. Simbol yang digunakan berturut-turut P1, P2 …….., P99.







Karena cara perhitungannya sama seperti perhitungan desil, maka disini hanya diberikan rumus-rumusnya letak persentil Pi (I = 1,2,3 ….., 99) untuk sekumpulan data ditentukan oleh rumus : Letak Pi = data ke







i ( n  1) , dengan i = 1, 2, 3 ……, 99 100



Untuk nilai Pi untuk data dalam daftar distribusi frekuensi dihitung dengan:  in  F   , dengan i = 1, 2, 3 …..,99 Pi = b + p  100 f      



Dengan: b = batas bawah kelas Di, p = panjang kelas Di F = jumlah frekuensi sebelum kelas Di f = frekuensi kelas Di. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI o Ukuran dispersi atau ukuran variasi, yang menggambarkan derajat bagaimana berpencarnya data kuantitatif, dintaranya: rentang, rentang antar kuartil, simpangan kuartil atau deviasi kuartil, rata-rata simpangan atau rata-rata deviasi, simpangan baku atau deviasi standar, varians dan koefisien variasi. o Rentang. adalah : data terbesar - data terkecil, biasanya banyak digunakan pada cabang statistika industri  Contoh : Untuk ke 80 data yang terdapat pada halaman 45 dimana data terbesar = 99 o Rentang antar kuartil juga mudah ditentukan, dan ini merupakan selisih antara K3 dan K1., yakni : RAK = K3 – K1  Contoh : Daftar berikut menyatakan upah tiap jam untuk 65 pegawai di suatu pabrik. Upah



f1



(x100 Rupiah) 50,00 – 59,99



8



60,00 – 69,99



10



70,00 – 79,99



16



80,00 – 89,99



14



90,00 – 99,99



10



100,00 – 109,99



5



110,00 – 119,99



2



JUMLAH



65



Efek (-)



o Simpangan kuartil atau deviasi kuartil atau disebut pula rentang semi antar kuartil, harganya setengah dari rentang antar kuartil. yakni: SK = ½ (K3 – K1). o Contoh: Dari daftar di atas: SK = ½ (Rp.90,75 – Rp. 68,25) = Rp. 11,25 Karena ½ (K3 + K1) = Rp. 79,50, maka 50 % dari pegawai mendapat upah terletak dalam interval Rp. 79,50 + Rp. 11,25.



Rata-rata Simpangan o Misalkan data hasil pengamatan berbentuk x1, x2, …, xn dengan rata-rata x . Jarak antara tiap data dengan rata-rata x = xi  x dan xi  x , x 2  x , …., x n  x dijumlahkan, lalu dibagi oleh n, maka diperoleh satuan yang disebut rata-rata simpangan atau rata-rata deviasi, dirumusnya adalah : RS =



 xi  x n



xi menyatakan nilai ujian, dan fi menyatakan frekuensi untuk nilai xi yang bersesuaian. Misalnya: f1= 5 untuk x1= 70, f2 = 6 untuk x2 = 69 dan seterusnya.



o Contoh : xi



xi - x 8



xi - x



-1



1



7



-2



2



10



1



1



11



2



2



Simpangan Baku dan Deviasi Standar o Barangkali ukaran simpangan yang paling banyak digunakan dalah Simpangan baku atau deviasi standar. Simpangan baku data sampel disimbul dengan s, sedangkan untuk populasi diberi simbul  (baca : sigma). Jika kita mempunyai sampel berukuran n dengan data x1, x2, . . . , xn dan rata-rata x , maka statistik s dihitung dengan: s =



( x i  x ) 2 n 1



o Pangkat dua dari simpangan baku dinamakan varians.



Simpangan baku s dihitung sebagai berikut 1). Hitung rata-rata x 2). Tentukan selisih x1 - x , x2 - x , . . . , xn - x 3). Tentukan kuadrat selsisih tersebut, yakni (x1 - x )2, (x2 - x )2, . . . , (xn - x )2 4). Kuadrat-kuadrat tersebut dijumlahkan 5). Jumlah tersebut dibagi oleh (n – 1) 6). Lalu diambil akarnya yang positif.



 Contoh: Diberikan sampel dengan data: 8, 7, 10, 11, 4. Untuk menentukan simpangan baku s, kita buat tabel berikut: xi



xi - x



(xi - x )2



8



0



0



Dari tabel diatas disamping didapat:



x



i



7



-1



1



x



10



2



4



11



3



9



4



-4



16



didapat : S =



30  40



 16 dan xi f i Sehingga:



x f f i



i



i







1030  64,6 Jadi, 16



nilai rata-rata statistika untuk ke-16 mahasiswa itu adalah 64,6.



7,5 = 2,74. nx i  (x i ) 2 = n(n  1) 2



o Bentuk lain untuk rumus varians ialah:



s2



Pada rumus ini tidak perlu dihitung rata-rata. xi



xi2



8



64



7



49



10



100



11



121



4



16



40



350



Frekuensi terbanyak, ialah f = 4, terjadi untuk data bernilai 34. Maka modus Mo = 34.



o Untuk data dari sampel telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi, varians s 2 dipakai rumus :



nf i x i  (f i xi ) 2 f i ( x i  x ) 2 = atau s2 = n(n  1) n 1 2



s2



Untuk: xi = tanda kelas, fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas xi n = fi.



Contoh : Untuk menghitung varians s2 dari data dalam Daftar IV (2) tentang kelembaban selama 80 hari. Untuk lebih mudahnya digunakan rumus kedua. Untuk menggunakan Rumus di atas maka dibuat tabel pembantu seperti di bawah ini Kelembaban



fi



xi



xi2



fixi



fixi2



fixi3



31 - 40



1



35,5



1260,25



35,5



1.260,25



44738,87



41 -50



2



45,5



2070,25



90,0



4.140,50



188342,75



51 – 60



5



55,5



3080,25



277,5



15.401,25



814769,37



61 – 70



15



65,5



4290,25



982,5



64.353,75



dst



71 – 80



25



75,5



5700,25



1887,5



142.506,25



81 – 90



20



85,5



7310,25



1710,0



146.205,00



90 – 100



12



95,5



9120,25



1146,0



109.443,00



Jumlah



80



-



-



6130,0



483.310,00



(x)



Dari tabel didapat : n =  fi = 80,  fixi = 6.130 dan  fixi2 = 483.310.



80 x483.310  (6.130) 2 s   172,1 80 x79 2



Sehingga diperoleh varians:



 Cara koding, seperti ketika menghitung rata-rata x , l dapat digunakan juga di sini sehingga perhitungan akan lebih sederhana. Rumusnya adalah: s2



=



p2



 nf i c i 2  (f i c i ) 2   n(n  1) 



dengan: p = panjang kelas interval,



   



ci = nilai koding, dan n = fi.



 Contoh: Untuk data di atas, jika dipakai Rumus IV (9) ini, maka diperlukan tabel berikut: fici



fici2



Kelembaban (x)



fI



xI



cI



31 - 40



1



35,5



-4



-4



16



41 -50



2



45,5



-3



-6



18



51 – 60



5



55,5



-2



-10



20



61 – 70



15



65,5



-1



-15



15



71 – 80



25



75,5



0



0



0



81 – 90



20



85,5



1



20



20



90 – 100



12



95,5



2



24



48



Jumlah



80



-



-



9



137



Dari tabel didapat p = 10, n = fi = 80, fici = 9 dan fi ci2 = 137, sehingga didapat varians.



 80 x137  (9) 2    172,1 80 x79  



s2 = (10)2 



 Hasilnya sama dengan bila digunakan sebelumnya. sebenarnya yang terakhir didapat dari yang pertama dengan menggunakan transpormasi ci =



xi  x0 berdasarkan sifat: p



1) Jika tiap nilai data xi ditambah atau dikurangi dengan bilangan yang sama, maka simpangan baku s tidak berubah. 2) Jika tiap nilai data xi dikalikan dengan bilangan yang sama d, maka simpangan bakunya menjadi hal d kali simpangan baku yang asal. o Simpangan baku gabungan. Jika terdapat k buah subsampel: Subsampel 1 : berukuran n1 dengan simpangan baku s1 Subsampel 2 : berukuran n2 dengan simpangan baku s2 …………………………………………………………. Subsampel k : berukuran nk dengan simpangan baku sk



merupakan sebuah sampel berukuran n = n1 + n2 + …+ nk, maka simpangan baku untuk sampel ini merupakan simpangan baku gabungan yang dihitung dengan rumus: s2



(ni  1) si2 = atau lengkapnya  ni  k



s2 =



(n1  1) s12  (n2  1) s 22  ...  (nk  1) s k2 n1  n2  ...  nk  k



dengan s2 berarti varians gabungan. o Contoh: Hasil pengamatan pertama terhadap 14 obyek memberikan s = 2,75 sedangkan pengamatan yang kedua kalinya terhadap 23 obyek menghasilkan s = 3,308. Maka, dengan Rumus V(10) untuk k = 2, didapat varians gabungan. s2 =



(14  1)( 2,75) 2  (23  1)(3,08) 2  8,7718 14  23  2



sehingga simpangan baku gabungan s = 2,96



Angka Baku dan Koefisien Variasi o Satuan simpangan baku. Misalkan sebuah sampel berukuran n dengan data x1, x2, …, xn sedangkan rata-ratanya = x dan simpangan baku = s., dirumuskan stuan simpangan baku: zi =



xi  x untuk i = 1, 2, …, n (1) s



o Angka baku atau angka standar adalah distribusi baru, yang mempunyai rata-rata x 0 dan



 x  x  (2) simpangan baku s0 yang ditentukan. dirumus: zi = x 0  s 0  i  s   Perhatikan bahwa untuk x 0 = 0 dan s0 = 1, Rumus (2) menjadi Rumus (1), sehingga angka z sering pula disebut angka standar.  Contoh: 1) Dalam psikologi, test Wechsler-Bellevue diubah ke dalam angka baku dengan rata-rata = 10 dan simpangan baku = 3. 2) Test Klasifikasi Umum Tentara di Amerika biasa dijadikan angka baku dengan rata-rata = 100 dan sipangan baku = 20 3) “Graduate Record Examination” di USA dinyatakan dalam angka standar dengan rata-rata = 500 dan simpangan baku = 100



 Angka baku dipakai untuk membandingkan keadaan distribusi sesuatu hal. Contoh: Seorang mahasiswa mendapat nilai 86 pada ujian akhir matematika dimana rata-rata dan simpangan baku kelompok, masing-masing 78 dan 10. pada ujian akhir statistika dimana ratarata kelompok 84 dan simpangan baku 18, ia mendapat nilai 92. Dalam mata ujian mana ia mencapai kedudukan yang lebih baik?  Jawab: Dengan rumus V (11) didapat: untuk matematika z = untuk statistika



z=



86  78  0,8 10 92  84  0,44 18



Mahasiswa itu mendapat 0,8 simpangan baku diatas rata-rata nilai matematika dan hanya 0,44 simpangan baku diatas rata-rata nilai statistika. Kedudukannya lebih tinggi dalam hal matematika. Kalau saja nilai-nilai di atas diubah kedalam angka baku dengan rata-rata 100 dan simpangan baku 20, maka : 86  78  untuk matematika z = 100 + 20    116  10 



untuk statistika



92  84  z = 100 + 20    108,9  18 



Dalam sistem ini ia lebih unggul dalam matematika. o ukuran variasi atau dispersi yang diuraikan dalam bagian-bagian lalu merupakan dispersi absolut. Variasi 5 cm untuk ukuran jarak 100 m dan variasi 5 cm untuk ukuran jarak 20 m jelas mempunyai pengaruh yang berlainan. Untuk mengukur pengaruh demikian dan untuk membandingkan variasi antara nilai-nilai besar dan nilai-nilai kecil, digunakan dispersi relatif yang ditentukan oleh : Dispersi Relatif =



DispersiAb solut Rata  rata



o Jika untuk dispersi absolut diambil simpangan baku, maka didapat koefisien variasi, disingkat KV. dirumuskan dalam persen. Jadi diperoleh : KV =



SimpanganBaku x100% rata  rata



o Koefisien variasi tidak tergantung pada satuan yang digunakan, karenanya dapat dipakai untuk membandingkan variasi relatif beberapa kumpulan data dengan satuan yang berbeda.  Contoh :



Semacam lampu elektron rata-rata dapat diapakai selama 3.500 jam dengan simpangan baku 1.050 jam. Lampu model lain rata-ratanya 10.000 jam dengan simpangan baku 2.000 jam. Dari sini mudah dihitung : KV (lampu pertama) =



1.050 x100%  30% 3.500



KV (lampu kedua) =



2.000 x100%  20% 10.000



Ternyata lampu kedua secara relatif mempunyai masa pakai yang lebih uniform. UKURAN KECENDERUNGAN KURVA Ada 2 jenis ukuran kecenderungan kurva: 1. Tingkat Kemiringan Kurva(Skewness) 2. Tingkat Keruncingan Kurva(Kurtosis) Tingkat kemiringan suatu kurva adalah merupakan ukuran kecenderungan mencengnya suatu kurva, berdasarkan konsep hubungan pemusatan data antara nilai rata-rata hitung, modus dan mediannya ( X, Mo dan Me ), jika nilai X  Mo  Me maka kecenderungan kurvanya akan terbentuk simetris (normal), dan apabila nilai-nilai X  Mo  Me maka ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi pada kurvanya, bisa condong kekiri (positif) atau bisa juga condong kekanan (negatif).



Gambar 9.1 Tingkat kemiringan suatu kurva TINGKAT KEMIRINGAN KURVA (SKEWNESS) Tingkat kemiringan suatu kurva (skewness), ditentukan dengan menggunakan rumus (formulasi) sebagai berikut: a. Pearson: Sk   3 



X  Mo s



Sk



: Skewness



X



: Rata-rata



Mo



: Modus



Me



: Median



s



: Simpangan baku



atau Sk   3 



3(X  Me) s



……. VI - 1



b. Moment Matematis: SK   3 



 fi.(X i  X) 3 ………………. VI - 2 n.s 3



 Suatu kurva dikatakan condong ke kiri (Positif), jika Sk > 0,01  Suatu kurva dikatakan normal, jika Sk = 0,01  Suatu kurva dikatakan condong ke kanan (Negatif), jika Sk < 0,01 c. Bowley : Sk  Q3  Q2   Q2  Q1   Q3  2Q2  Q1 ………. VI – 3



Q3  Q2   Q2  Q1 



Q3  Q1



Jika Sk = 0,1 , maka kurva dikatakan cenderung condong ke kiri, kanan dan atau normal, sedangkan jika Sk > 0,3, maka tingkat kecondongannya semakin berarti. d.



Andi Supangat: Sk  Pint  MO   Sm ………………….... VI – 4



Tk 



Tk



Dimana: Sk



: Kemiringan kurva



Pint



: Paruh Interval (semi Interval)



Mo



: Nilai Modus



Tk



: Titik tengan kurva



Sm



: Selisih modus



Adapun Kriteria dalam menentukan kemiringan kurvanya dinyatakan sebagai berikut: Jika : Sk > 0 , maka kurva dikatakan cenderung condong ke kiri (positif) Jika : Sk = 0, maka kurva dikatakan normal (uniform) Jika : Sk < 0, maka kurva dikatakan cenderung condong ke kanan/ negatif TINGKAT KERUNCINGAN KURVA (KURTOSIS) Tingkat keruncingan dari suatu kurva (kurtosis), adalah merupakan besaran untuk menentukan jenis kurva (runcing, normal atau datar). K  α4 



 fi.(X i  X) 4 ………………….. VI – 5 n.s 4



Dimana: K : Kurtosis ( α4 ) Xi : Midpoint X : Rata-rata



n : Jumlah data fi : Frekuensi Adapun Kriteria untuk menyatakan tingkat keruncingan kurva, dinyatakan sebagai berikut:



 Suatu kurva dikatakan runcing (lepto kurtik) jika, jika nilai K > 3  Suatu kurva dikatakan normal (meso kurtik), jika nilai K = 3  Suatu kurva dikatakan datar (plati kurtik), jika K < 3



BAB X STUDI INFERENSIAL dr. Alfi Yasmina, PhD



Statistik inferensial adalah teknik statistik yang memungkinkan kita untuk membuat inferensi tentang suatu populasi berdasarkan data sampel (yang diambil dari populasi) yang kita analisis. Inferensi adalah penggunaan data (misalnya sampel yang diambil secara random) untuk memperoleh informasi tentang populasi yang menjadi sumber pengambilan sampel. Statistik inferensial didasarkan pada asumsi bahwa pengambilan sampel biasanya mengakibatkan sampling error, dan sampel tidak diharapkan untuk dapat merepresentasikan populasi secara sempurna. Secara umum, terdapat 2 metode statistik inferensial, yaitu estimasi parameter dan pengujian hipotesis statistik.



Estimasi parameter Data biasanya dikumpulkan untuk memperoleh informasi tentang distribusi populasi yang menjadi sumber data. Melakukan estimasi terhadap distribusi populasi ini secara menyeluruh adalah hal yang ideal dilakukan, tetapi karena adanya keterbatasan informasi dalam data sampel, maka kita biasanya hanya membatasi pada beberapa karakteristik tertentu dalam distribusi populasi, yang disebut dengan parameter. Sesudah mengidentifikasi parameter populasi yang paling kita inginkan, misalnya mean dan standard deviation dari populasi, kita dapat melakukan estimasi terhadap kedua parameter populasi ini dengan menggunakan mean dan standard deviation dari sampel. Mean dan standard deviation pada contoh ini disebut dengan estimator atau pada beberapa teks disebut sebagai estimate. Ketika melakukan estimasi terhadap parameter populasi, estimasi parameter ini baisanya tidak persis sama dengan parameter populasi itu sendiri. Perbedaan antara estimator dan parameter yang diestimasi disebut sebagai error pada estimator. Misalnya, bila mean sampel ( ) digunakan untuk mengestimasi mean populasi (µ), maka error estimatornya adalah: error =







Bila proporsi sampel (p) digunakan untuk mengestimasi proporsi populasi (π), maka error estimatornya adalah:



error = p - π Atau, bila dibuat formula secara umum, maka: error = (estimate - parameter) Karena parameter populasi yang kita estimasi tidak kita ketahui, dan error pada estimator ini nilainya random (karena nilai error estimator akan berubah setiap kali kita melakukan pengambilan sampel secara random), maka error mempunyai distribusi, yang disebut distributon of errors atau error distribution.



Error distribution menggambarkan sejauh mana estimator (misalnya mean sampel) berbeda dari parameter yang diestimasi (misalnya mean populasi). Estimator yang baik adalah estimator yang error-nya mendekati angka nol. Dengan demikian, terdapat 2 karakteristik error distribution, yaitu: 1.



secara ideal kita menginginkan error distribution berpusat pada angka nol (tidak bias/unbiased).



2.



secara ideal kita menginginkan error distribution mempunyai sebaran yang kecil di sekitar angka nol.



Karena semua estimator yang akan kita pertimbangkan bersifat tidak bias, maka sebaran dari error distribution menjadi karakteristik yang paling penting. Kita menyebut ukuran sebaran dari error distribution ini sebagai standard error dari estimator atau standard deviation dari



estimator. Kita menginginkan standard error atau standard deviation dari estimator ini bernilai sekecil mungkin. Ketika besar sampel semakin besar, error distribution menjadi semakin terpusat ke angka nol, sehingga error-nya cenderung menjadi semakin kecil. Dengan kata lain, standard error dari estimator akan menurun ketika jumlah sampel meningkat. Dalam melaporkan sebuah angka estimasi parameter, terdapat 2 cara, yaitu dengan point estimate atau dengan interval estimate. Point estimate melaporkan 1 nilai estimasi parameter, sedangkan interval estimate melaporkan tingkat ketidakpastian (degree of uncertainty) dalam pengetahuan kita tentang nilai parameter tersebut. Contoh: Point estimate



μ = 11,0



Interval estimate



μ berada di antara 10,5 dan 11,5



Bila kita asumsikan sebuah interval estimate terhadap mean populasi (μ) berpusat pada mean sampel random ( ), maka ketika kita menurunkan lebar interval estimate, kita menjadi kurang yakin (confident) bahwa interval tersebut akan mencakup nilai μ



Error distribution adalah kunci dari interval estimation. Dari error distribution, kita bisa menemukan range atau interval nilai dimana error-nya akan mempunyai probabilitas 95% atau 0,95.



Bila error pada estimasi berada di antara –e* dan e*, maka estimator berada dalam jarak e* dari parameter yang kita estimasi: Prob ( estimate - e* < parameter < estimate + e* ) = 0.95



Dengan demikian, kita menyebut interval “estimate-e* sampai estimate+e*” sebagai 95% confidence interval, dan kita 95% confident (yakin) bahwa interval ini akan mencakup nilai parameter yang kita inginkan. Sebesar sekitar 95% nilai dalam suatu distribusi berada dalam jarak 2 standard deviation dari mean. Dalam istilah standard error (SE), 95% confidence interval = estimate-2 SE sampai estimate+2SE, atau singkatnya: 95% confidence interval = estimate±2 SE. Perlu dicatat bahwa tipe tingkat kepercayaan (confidence level) seperti ini semakin tidak akurat bila jumlah sampelnya semakin kecil.



Pengujian hipotesis statistik Hipotesis statistik adalah asumsi tentang sebuah parameter populasi berdasarkan sampel random yang diambil dari populasi. Asumsi ini bisa benar, bisa juga salah. Pengujian hipotesis statistik adalah prosedur yang dilakukan untuk menerima atau menolak hipotesis statistik ini. Bila data dari sampel tidak konsisten dengan hipotesis statistik, hipotesis ini ditolak. Terdapat 2 tipe hipotesis statistik, yaitu: 



Hipotesis nol (H0), yaitu hipotesis bahwa hasil observasi pada sampel benar-benar karena kebetulan (by chance).







Hipotesis alternatif (H1 atau Ha), yaitu hipotesis bahwa hasil observasi sampel dipengaruhi oleh suatu penyebab yang non-random. Proses pengujian hipotesis statistik terdiri dari 4 proses, yaitu:







Menyatakan hipotesis, baik H0 maupun H1. Kedua hipotesis ini harus mutually exclusive (tidak tumpang tindih), sehingga bila satu hipotesis benar, maka hipotesis lainnya pasti tidak benar.







Memformulasikan rencana analisis, dengan menentukan tingkat kebermaknaan significance level atau α (misalnya 0,01, 0,5, atau 0,1) dan metode pengujian statistik. Bila hasil probabilitas uji statistik kurang dari significance level, H0 ditolak.







Menganalisis data sampel.







Menginterpretasikan hasil (menolak atau menerima hipotesis). Sebagai hasil uji hipotesis, terdapat 2 tipe error:







Error tipe I (false-positive), yang terjadi bila peneliti menolak H0 padahal H0 benar. Probabilitas melakukan error tipe I disebut tingkat kebermaknaan (significance level). Probabilitas ini disebut dengan α.







Error tipe II (false-negative), yang terjadi bila peneliti tidak menolak H0 padahal H0 tidak benar. Probabilitas melakukan error tipe II disebut . Probabilitas untuk tidak melakukan error tipe II disebut dengan power. Pengujian hipotesis statistik dimana daerah penolakan hanya di satu sisi dari sampling



distribution disebut one-tailed test. Misalnya H0 menyatakan bahwa mean ≤ 15, H1-nya adalah mean > 15. Daerah penolakannya adalah serangkaian angka yang terletak di sisi kanan sampling distribution, yaitu angka-angka yang lebih besar dari 15. Pengujian hipotesis statistik dimana daerah penolakan berada di kedua sisi dari sampling distribution disebut two-tailed test. Misalnya H0 menyatakan bahwa mean = 15, H1-nya adalah mean < 15 atau mean > 15. Daerah penolakannya adalah serangkaian angka yang terletak di kedua sisi sampling distribution, yaitu angka-angka yang lebih kecil dari 15 dan angka-angka yang lebih besar dari 15. Berikut ini adalah berbagai uji statistik yang digunakan untuk berbagai tipe hipotesis dan variabel. Variabel independen terletak pada kolom, dan variabel dependen terletak pada baris.



Untuk setiap uji statistik, terdapat asumsi yang harus dipenuhi. Untuk variabel dependen yang kontinu, apabila asumsi tidak terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji di bawahnya. Asumsi untuk uji t tidak berpasangan/independen: 



Variabel dependen harus merupakan variabel kontinu







Variabel independen harus merupakan variabel kategorikal yang terdiri dari dua kelompok







Harus terdapat observasi yang independen







Tidak ada outlier yang signifikan







Variabel dependen harus terdistribusi normal (kurang-lebih) untuk setiap kelompok variabel independen.







Terdapat homogenitas variance (diuji dengan Levene’s test).



Asumsi untuk uji t berpasangan/dependen: 



Variabel dependen harus merupakan variabel kontinu







Variabel independen harus merupakan variabel kategorikal yang terdiri dari dua kelompok yang saling berkaitan atau berpasangan







Tidak ada outlier yang signifikan







Variabel dependen harus terdistribusi normal (kurang-lebih).



Asumsi untuk uji one-way Anova: 



Variabel dependen harus merupakan variabel kontinu







Variabel independen harus merupakan variabel kategorikal yang terdiri dari dua kelompok atau lebih yang independen







Harus terdapat observasi yang independen







Tidak ada outlier yang signifikan







Variabel dependen harus terdistribusi normal (kurang-lebih) untuk setiap kelompok variabel independen.







Terdapat homogenitas variance (diuji dengan Levene’s test).



Asumsi untuk uji repeated Anova: 



Variabel dependen harus merupakan variabel kontinu







Variabel independen harus merupakan variabel kategorikal yang terdiri dari minimal dua kelompok yang saling berkaitan atau berpasangan







Tidak ada outlier yang signifikan







Variabel dependen harus terdistribusi normal (kurang-lebih).







Terdapat sferisitas (variance perbedaan antar semua kombinasi kelompok yang berkaitan harus sama).



Asumsi untuk uji Mann-Whitney: 



Variabel dependen harus merupakan 1 variabel kontinu atau ordinal.







Variabel independen harus merupakan 1 variabel kategorikal yang terdiri dari dua kelompok yang independen







Harus terdapat observasi yang independen







Distribusi skor untuk kedua kelompok variabel independen bisa memiliki bentuk yang sama atau berbeda. Apabila sama, maka tes ini digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan dalam median antar kedua kelompok. Bila bentuknya berbeda, maka tes ini digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan dalam distribusi kedua kelompok.



Asumsi untuk uji Kruskal-Wallis: 



Variabel dependen harus merupakan variabel ordinal atau kontinu.







Variabel independen harus merupakan variabel kategorikal yang terdiri dari dua kelompok yang independen atau lebih







Harus terdapat observasi yang independen







Distribusi skor untuk kedua kelompok variabel independen bisa memiliki bentuk yang sama atau berbeda. Apabila sama, maka tes ini digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan dalam median antar kedua kelompok. Bila bentuknya berbeda, maka tes ini digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan dalam mean rank kedua kelompok.



Asumsi untuk uji Wilcoxon: 



Variabel dependen harus merupakan variabel ordinal atau kontinu.







Variabel independen harus merupakan variabel kategorikal yang terdiri dari dua kelompok yang saling berkaitan atau berpasangan







Distribusi perbedaan antara kedua kelompok harus simetris.



Asumsi untuk uji Friedman: 



Satu kelompok yang diukur pada 3 kesempatan atau lebih







Kelompok adalah sampel random dari populasi







Variabel dependen harus merupakan variabel ordinal atau kontinu







Sampel tidak perlu terdistribusi normal.



Asumsi untuk uji Chi-square (untuk uji asosiasi): 



Kedua variabel harus merupakan variabel kategorikal







Kedua variabel harus terdiri dari 2 kelompok atau lebih yang independen







Selain itu, apabila menggunakan software statistik SPSS dan pada tabel hasil analisis uji Chisquare ternyata > 20% sel pada tabel 2x2 mempunyai expected count < 5, maka hasil yang diinterpretasi adalah hasil uji Fisher’s exact test.



Asumsi untuk uji McNemar:







Terdapat 1 variabel dependen kategorikal yang terdiri dari 2 kelompok, dan 1 variabel independen kategorikal dengan 2 kelompok yang saling berkaitan.







Kedua kelompok pada variabel dependen harus mutually exclusive (tidak tumpang tindih).



Asumsi untuk uji Cochran: 



Terdapat 1 variabel dependen kategorikal yang terdiri dari 2 kelompok yang mutually exclusive







Terdapat 1 variabel independen kategorikal dengan 2 kelompok atau lebih yang saling berkaitan.







Besar sampel harus cukup besar



Asumsi untuk uji korelasi Pearson: 



Kedua variabel harus merupakan variabel kontinu







Terdapat hubungan linear antar kedua variabel







Tidak ada outlier yang signifikan







Kedua variabel harus terdistribusi normal (kurang-lebih)



Asumsi untuk uji korelasi Spearman: 



Kedua variabel harus merupakan variabel ordinal atau kontinu



Asumsi untuk uji Somers: 



Terdapat 1 variabel dependen dan 1 variabel independen dan keduanya merupakan variabel ordinal







Terdapat hubungan monotonik antar kedua variabel



Asumsi untuk uji gamma: 



Kedua variabel merupakan variabel ordinal







Terdapat hubungan monotonik antar kedua variabel



BAB XI PENULUSURAN PUSTAKA Dr.dr. Ika Kustiyah O., M.Kes., Sp.PA dr. Rahmiati, M.Kes, SpMK



Penelitian dimulai dengan penelusuran kepustakaan yang berhubungan dengan segala sesuatu menyangkut subyek penelitian. Hampir seluruh penelitian dibangun berdasarkan penelitian sebelumnya, karena dengan membaca literature bisa untuk mendapatkan ide penelitian. Dalam era seperti ini, sangat jarang bidang ilmu yang sama sekali tidak pernah diteliti orang lain. Biasanya peneliti akan mendapatkan ide setelah membaca penelitian – penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh orang lain. Penelusuran kepustakaan merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan segala macam informasi yang relevan untuk penelitian. Selain itu, penelusuran kepustakaan ini pun dapat menghindarkan duplikasi penelitian, karena dapat untuk mengetahui apakah ide penilitian kita sudah pernah dilakukan, apakah tempat atau subyek dari ide penelitian kita sama dengan penelitian sebelumnya. Dari proses ini didapatkan rumusan masalah yang dimuat didalam Pendahuluan suatu penulisan proposal penelitian. Umumnya penelusuran kepustakaan yang menunjang dalam bab Pendahuluan ini didapatkan dari jurnal-jurnal atau tulisan lain yang merupakan hasil penelitian. Namun dapat pula ide penelitian didapat dengan penelusuran kepustakaan berupa Koran, majalah, atau tulisan lain yang merupakan pendapat seorang pakar. Setelah masalah dirumuskan berdasarkan ide penelitian yang didapat dari penulusuran kepustakaan tadi, maka perlu dikembangkan teori-teori yang mendukung penelitian seorang peneliti yang dituangkan dalam bab tinjauan pustaka. Pada proses ini juga diperlukan penelusuran kepustakaan yang umumnya diambil dari buku atau text book, yang berisi teori-teori yang sudah umum diajarkan. Sehingga dari teori-teori tersebut didapatkan landasan teori dan kerangka konsep penelitian seorang peneliti, serta dapat diambil suatu hipotesa penelitian. Setelah kerangka konsep dibuat, maka dilakukan penelitian sampai didapatkan hasil penelitian. Kemudian hasil penelitian tersebut dianalisis. Pada proses analisis hasil penelitian,



diperlukan pula penelusuran kepustakaan. Baik berupa teori maupun membandingkan hasil penelitian yang didapatkan dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang mirip dengan penelitian yang dilakukan. Seorang peneliti tidak boleh merasa gagal apabila hasil penelitiannya tidak sesuai dengan hipotesa yang dibuatnya. Apabila langkah penelitian tersebut dilakukan dengan benar, maka harus dicari teori-teori lain ataupun hasil penelitian yang lain yang mungkin dapat mendukung serta memberikan alasan mengapa hasil penelitian yang dilakukan tidak sesuai dengan hipotesa. Kesemua proses dalam analisa hasil penelitian ini memerlukan penelusuran kepustakaan yang baik dan banyak. Semakin banyak kepustakaan yang dibaca seorang peneliti, semakin baik pula analisa yang akan dibuatnya. Pemilihan kepustakaan yang akan dijadikan referensi, dapat berasal dari jurnal, keterkinian, teks book, blog, dan koran/ majalah. Langkah-langkah penelusuran kepustakaan: 1) Cara manual (1) Mengunjungi perpustakaan; (2) Mengunjungi tempat-tempat sumber informasi Apabila mencari literature berupa buku atau text book, buat suatu catatan tentang judul buku dan pengarang yang akan dibaca. Daftar buku ini dapat merupakan bibliografi kerja karena dapat sebagai acuan dalam penelusuran selanjutnya. 2) Pencarian Pustaka secara elektronis/on-line Penelusuran kepustakaan dapat pula dilakukan menggunakan internet. Pertama kita pakai “kata kunci” sehingga akan keluar jurnal atau tulisan yang berhubungan dengan kata kunci tersebut. Dengan demikian kita dapat memilih jurnal atau tulisan mana yang akan kit abaca sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Teknik Penulisan Daftar Pustaka Pustaka yang dipakai dalam menulis proposal atau laporan penelitian harus dicantumkan dalam tulisan tersebut. Apabila seorang penulis menggunakan kata-kata penulis lain, atau hasil penelitian atau pemikiran orang lain, harus mencantumkan hal tersebut adalah hasil pemikiran siapa. Namun penyebutan nama, atau judul buku, yang seringkali tidak hanya sekali, tidak efisien dan menyaingi tugas daftar pustaka. Oleh karena itu penulisan pustaka pada tulisan dapat dilakukan dengan cara, antara lain: penulisan nomer urut sesuai dengan urutan referensi yang digunakan penulis. Contoh…….(1). Penulisan pustaka bisa juga menggunakan cara penulisan nama pengarang yaitu nama akhir pengarang dan tahun saja, di belakang atau akhir kalimat yang



merupakan pemikiran orang tersebut. . Misalnya …… (Kusudarisman, 2005). Apabila penulisnya dua orang ……… (Mira dan Maya, 2007). Apabila penulisnya lebih dari dua orang dapat ditambah dkk yang merupakan kependekan dari dan kawan kawan. Contoh ……. (Adyaksa dkk) Apabila menggunakan penulisan pustaka dengan cara pertama, yaitu dengan penomoran maka pada daftar pustaka, diurutkan sesuai dengan nomer urutan referensi yang dibaca. Apabila menggunakan penulisan pustaka dengan cara kedua, maka penulisan daftar pustaka sesuai dengan urutan abjad nama akhir pengarangnya. Pada penulisan daftar pustaka, apabila nama pengarang hanya satu suku kata, maka nama itulah yang ditulis pada pustakanya. Apabila lebih dari 1 suku kata, maka yang diambil adalah nama akhirnya, sementara yang lain disingkat. Contoh nama pengarangnya Rizki andika Putra, ditulis Putra RA. Contoh lain yaitu Williams D. Ross Jr. ditulis: Ross Jr., W.D Pada daftar pustaka derajat kesarjanaan tidak boleh dicantumkan. Pada daftar pustaka yang ditulis hanyalah yang dijadikan referensi dalam tulisan saja. Meskipun seorang penulis membaca banyak buku, tapi yang diacu hanya beberapa dalam menulis, maka tidak boleh penulis menuliskan semua buku atau tulisan tersebut.



BAB XII ETIKA-PLAGIARISME DALAM PENELITIAN KESEHATAN Dr.dr. Ika Kustiyah Oktaviyanti, M.Kes., Sp.PA Dr. Drs. Eko Suhartono, M.Si



PLAGIARISME DEFINISI Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2008 plagiat adalah pengambilan karangan (pendapat dsb) dari orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dsb) sendiri. Atau disebut juga menjiplak. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 dikatakan: "Plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai" Plagiator adalah orang yang mengambil karangan (pendapat dsb) dari orang lain dan disebarluaskan sebagai karangan (pendapat dsb) sendiri. Atau disebut juga penjiplak. Plagiarisme adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dsb dari orang lain dan menjadikannya seolah-olah itu adalah hasil karangan dan pendapat sendiri. Dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarisme.: -



Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri,



-



Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri



-



Mengakui temuan orang lain sebagai temuan sendiri



-



Mengakui karya kelompok sebagai karya sendiri,



-



Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal usulnya



-



Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya, atau meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, namun rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya



Tipe Plagiarisme Menurut Soelistyo (2011) ada beberapa tipe plagiarisme: 1. Plagiarisme Kata demi Kata (Word for word Plagiarism). Penulis menggunakan kata-kata penulis lain (persis) tanpa menyebutkan sumbernya. 2. Plagiarisme atas sumber (Plagiarism of Source). Penulis menggunakan gagasan orang lain tanpa memberikan pengakuan yang cukup (tanpa menyebutkan sumbernya secara jelas). 3. Plagiarisme Kepengarangan (Plagiarism of Authorship). Penulis mengakui sebagai pengarang karya tulis karya orang lain. 4. Self Plagiarism. Termasuk dalam tipe ini adalah penulis mempublikasikan satu artikel pada lebih dari satu redaksi publikasi. Dan mendaur ulang karya tulis/ karya ilmiah. Yang penting dalam self plagiarism adalah bahwa ketika mengambil karya sendiri, maka ciptaan karya baru yang dihasilkan harus memiliki perubahan yang berarti. Artinya Karya yang lama merupakan bagian kecil dari karya baru yang dihasilkan. Sehingga disini pembaca akan memperoleh hal baru, yang benar-benar penulis tuangkan pada karya tulis yang menggunakan karya lama. Hal-hal yang tidak tergolong plagiarisme: -



menggunakan informasi yang berupa fakta umum.



-



menuliskan kembali (dengan mengubah kalimat atau parafrase) opini orang lain dengan memberikan sumber jelas.



-



mengutip secukupnya tulisan orang lain dengan memberikan tanda batas jelas bagian kutipan dan menuliskan sumbernya



SANKSI HUKUM Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Suatu karya dapat dikatakan plagiat apabila sesuai dengan ketentuan / undang-undang mengenai plagiarisme yang berlaku. Undang – undang mengenai plagiarisme sendiri di Indonesia antara lain yaitu UU nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta, dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa plagiat merupakan tindakan pidana. Undang-undang no. 20 tahun 2003 mengatur sanksi bagi orang yang melakukan plagiat, khususnya yang terjadi dilingkungan akademik. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut (Pasal 70): Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).



Dalam dunia pendidikan, pelaku plagiarism bisa mendapatkan hukuman/sangsi yang berat, seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Berdasarkan peraturan menteri Pendidikan no 17 tahun 2010 Sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat secara berurutan dari yang baling ringan sampai dengan yang paling berat terdiri atas: 1.Teguran 2.Peringatan tertulis 3.Penundaan pemberian sebagai hak mahasiswa 4. Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa. 5. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa 6. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa atau; 7. Pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program. PENCEGAHAN PLAGIARISME Sebagai mahasiswa, dosen, penulis, peneliti, maupun profesi lain yang erat hubungannya dengan penulisan seperti esai, artikel, skripsi, jurnal, riset, dan lain-lain, sangat rawan dengan tindakan plagiarism. Hal ini dikarenakan dalam proses menghasilkan suatu karya tulis membutuhkan banyak referensi dari pemikiran atau karya tulis orang lain, yang kadang lupa dicantumkan sumber tulisannya dari mana. Untuk mencegah tindakan plagiarisme tersebut, maka kita harus membiasakan diri mencantumkan sumber dari setiap karya yang kita buat apabila mengutip dari karya orang lain. Karena pusat penyebab karya kita disebut plagiat adalah apabila kita lupa untuk mencantumkan sumbernya. Hal yang mudah dilakukan, tetapi sering sekali terlupakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya plagiarisme pada karya tulis, antara lain sebagai berikut. 1. Kejujuran pada diri seorang penulis. Kejujuran merupakan dasar untuk menegakkan kebenaran, termasuk menegakkan dan membangun kebenaran ilmiah. 2. Pengakuan terhadap karya orang lain. Pengakuan terhadap karya orang lain yang dijadikan bahan pustaka merupakan salah satu tindakan jujur seorang penulis. Pengakuaan terhadap karya orang lain dapat terekspresikan dengan cara menuliskan sumber isi tulisannya. 3. Meningkatkan peran pendidik dalam mencegah plagiarisme. Pendidik dalam segala tingkatan institusi pendidikan memiliki kewajiban membimbing anak didiknya dalam menulis karya ilmiah. Peranan seorang pembimbing dalam hal ini antara lain:



1. memberi ide penelitian atau karya tulis ilmiah ketika siswa yang dibimbingnya tidak mempunyai ide yang sesuai dengan bidangnya, 2. memberikan arahan tentang garis besar atau kerangka isi karya tulis ilmiah yang akan dibuat, 3. membimbing tata cara penulisan dan metode penelitian yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, 4. membimbing cara pengolahan dan penyajian data yang akan dituliskan dalam karya tulis ilmiahnya, 5. memberikan arahan tentang interpretasi serta pembahasan data yang telah diperoleh, 6. membaca secara teliti semua yang dituliskan bimbingannya dalam karya tulis ilmiah, 7. memberikan masukkan atau koreksi terhadap segala kekurangan yang dijumpai pada karya tulis bimbingannya mencakup kaidah penulisan kalimat, cara merujuk suatu sumber pustaka, dan kaidah keilmuan, 8. memberikan teladan atau contoh yang baik dan benar berkaitan dengan pembuatan karya tulis ilmiah. Tips menulis, agar terhindar dari plagiarisme 1. Tentukan referensi yang akan anda baca sesuai dengan materi tulisan anda 2. Siapkan kertas kecil dan sematkan pada bagian depan referensi tersebut. 3. Tulis judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, tempat terbit, jumlah halaman pada kertas kecil 4. Salin ide utama yang anda dapatkan dari referemsi pada kertas kecil tersebut. 5. Ketika menulis artikel dengan menyunting isi referensi tersebut, fokuslah pada kertas catatan yang telah anda buat. 6. Kembangkan kalimat sendiri dari catatan yang anda buat tersebut. Terdapat beberapa aplikasi untuk mendeteksi plagiarism, antara lain: 1. Menggunakan alat/aplikasi pendeteksi plagiarism, Turnitin, Wcopyfind 2. Penggunaan aplikasi Zotero, Endnote untuk pengelolaan sitiran dan daftar referensi Pencegahan dan pengawasan plagiarisme berdasarkan Permen Diknas No. 17 Tahun 2010 pasal 7: 1. Karya mahasiswa (skripsi, tesis dan disertasi) dilampiri dengan surat pernyataan dari yang bersangkutan, yang menyatakan bahwa karya ilmiah tersebut tidak mengandung unsur plagiat.



2. Pimpinan Perguruan Tinggi berkewajiban mengunggah semua karya ilmiah yang dihasilkan dilingkungan perguruan tingginya, seperti portal Garuda atau portal lain yang ditetapkan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi. 3. Sosialisasi terkait dengan UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 dan Permendiknas No. 17 tahun 2010 kepada seluruh masyarakat akademis



ETIKA PENELITIAN Setiap proposal penelitian, sebelum dilakukan penelitian harus melalui penilaian etik penelitian. Tujuannya adalah untuk melindungi subyek dan peneliti dari berbagai hal yang tidak diinginkan. Tim Etik Penelitian di Fak Kedokteran ULM yaitu KEPK FK ULM. Pedoman Etik penelitian yang dipakai berdasarkan SIOMS WHO. Suatu Penelitian (terutama subyek manusia) tidak boleh melanggar 7 standar etik penelitian, yaitu: 1. Nilai Ilmiah 2. Nilai Sosial 3. Adil 4. Risiko/ manfaat 5. Bujukan 6. Kerahasiaan 7. Informed concent Nilai Ilmiah dinilai dari hipotesis, tujuan, metode, pemilihan sampel, prosedur kerja dan sebagainya. Nilai social dinilai dari manfaat penelitian terhadap masyarakat. Adil dinilai dari bagaimana pemilihan sampel, pendistribusian sampel, apakah sampel dapat mewakili populasi, apakah semua kelompok penelitian mendapatkan perlakuan yang sama, dan sebagainya. Risiko dilihat apakah ada risiko terhadap subyek, maupun terhadap peneliti baik pada saat proses pengambilan data, maupun setelah ada hasil yang didapatkan. Risiko dapat berupa risiko fisik, risiko materi, maupun risiko social/psikis. Apabila ada risiko yang kemungkinan terjadi, maka harus dipersiapkan bagaimana solusinya. Sehingga dapat diantisipasi apabila betul-betul risiko itu terjadi. Penelitian seminimal mungkin mengecilkan risiko yang akan diterima subyek. Namun apabila tidak dapat dihindari, haruslah dipertimbangan apa manfaatnya yang akan dicapai dari penelitian



tersebut. Tim Etik harus mendiskusikan apakah risiko dan manfaat lebih banyak manfaat yang didapatkan dari penelitian tersebut.



Kode Etik Penulisan Ilmiah PSPD FK ULM BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1



Dalam Peraturan Rektor ini yang dimaksud: 1. Universitas adalah Universitas Lambung Mangkurat; 2. Fakultas adalah Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat; 3. Dekan adalah Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat



sebagai



perangkat penanggungjawab utama pada Fakultas kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 4. Senat adalah Senat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat yang selanjutnya disebut Senat merupakan badan normatif dan perwakilan tertinggi di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat ; 5. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat;



6. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan; 7. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat ; 8. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi; 9. Fabrikasi data adalah membuat atau menciptakan data fiktif; 10. Falsifikasi data adalah mengubah data sesuai dengan keinginan peneliti atau sesuai pesanan sponsor; 11. Plagiat adalah aktivitas mencuri, baik disengaja maupun tidak, sebagian atau seluruh karya ilmiah pihak lain atau milik sendiri yang telah dipublikasikan dengan tidak mencantumkan penulis atau pengarang aslinya; 12. Plagiat diri sendiri (self plagiarism) adalah kegiatan plagiat yang mengutip dari karya sendiri dari publikasi yang berbeda tanpa merujuk publikasi tersebut secara tepat dan memadai (untuk publikasi berseri, cukup merujuk pada publikasi sebelumnya tanpa mesti menulis secara utuh kalimat ataupun metode yang digunakan pada publikasi sebelumnya); 13. Plagiator adalah perserorangan atau kelompok baik yang bertindak atas diri sendiri maupun kelompok yang melakukan perbuatan plagiat; 14. Publikasi adalah memasukkan hasil penelitian atau ulasan/gagasan (review) dalam berbagai jenis media ilmiah, baik media cetak maupun elektronik; 15. Komisi etik penelitian adalah Dewan Pakar dalam penelitian dari berbagai bidang keilmuan di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat yang keanggotaannya ditetapkan oleh Dekan. 16. Kode Etik Pelaku Penelitian adalah acuan moral bagi para peneliti dalam menjalankan profesiannya BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 1.



Kode etik pelaku penelitian ini berlaku bagi Dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat ;



2.



Pelanggaran terhadap kode etik pelaku penelitian dikategorikan sebagai prilaku tidak terpuji (scientific misconduct) berupa Fabrikasi, Falsisfikasi, dan Plagiarisme pada tahap pengususlan, pelaksanaan, pelaporan, publikasi, dan pemanfaatan hasil penelitian



BAB III PRINSIP-PRINSIP DASAR Pasal 3 Penelitian berpedoman kepada prinsip dasar yaitu: a. kejujuran; b. profesionalisme; c. efektifitas; d. produktivitas; e. kesetaraan; f. keadilan; g. objektifitas; h. saling menghargai; i. amanah; j. keterbukaan; k. kelayakan BAB IV ETIKA BERPERILAKU PELAKU PENELITIAN Pasal 4 Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus: 1. menjunjung tinggi kesusilaan dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab; 2. menjunjung tinggi universalitas dan objektivitas ilmu pengetahuan untuk mencapai kebenaran; 3. memiliki integritas dan profesionalisme, menaati kaidah keilmuan, serta menjunjung tinggi nama baik Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat ;



4. berperilaku jujur, bernurani, dan berkeadilan, tidak diskriminatif terhadap lingkungan penelitiannya; 5. menghormati subjek penelitian manusia, sumber daya alam hayati dan non-hayati secara bermoral, dan tidak merendahkan martabat sesama ciptaan tuhan; 6. menghindari konflik kepentingan, teliti, dan meminimalkan kesalahan prosedur dalam pelaksanaan penelitian; 7. memahami dan bertanggungjawab atas manfaat dan risiko-risiko dari penelitiannya dan menjelaskannya kepada publik tentang manfaat dan risiko-risiko tersebut; dan 8. membuka diri terhadap kritik, saran, dan gagasan baru terhadap proses dan hasil penelitian, serta membiarkan peneliti lain mengulas (review) hasil penelitian tersebut BAB V PROSES PENELITIAN Pasal 5 1. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti harus mengikuti metode ilmiah yang tersusun secara sistematis, mencakup mencari dan merumuskan masalah, menyusun kerangka pikiran, merumuskan dan menguji hipotesis, melakukan pembahasan, dan menarik kesimpulan guna mendapatkan hasil riset yang dapat dipertanggungjawabkan. 2. Metodologi dan hasil penelitian bersifat terbuka tetapi bila subjek penelitiannya adalah manusia, maka asas kerahasiaan untuk hal-hal tertentu perlu dipatuhi. 3. Penelitian yang melibatkan manusia atau hewan perlu memperhatikan dan mematuhi regulasi yang berlaku secara internasional, nasional, maupun lokal, serta etika penelitian yang telah diberlakukan oleh organisasi profesi yang terkait. BAB VI DATA Pasal 6 1. Data yang diperoleh dari hasil penelitian harus memiliki kriteria validitas, dapat dipertanggung jawabkan (reliable), dan objektif. 2. Data hasil penelitian harus dipublikasikan oleh penelitinya, kecuali data tersebut bersifat rahasia atau publikasinya dapat menyebabkan keresahan publik. 3. Data yang dihasilkan dari penelitian hendaknya tetap disimpan selama minimal 10 (sepuluh) tahun setelah dipublikasikan. 4. Lembaga Penelitian, Pusat Penelitian atau Laboratorium wajib mensyaratkan peneliti menggunakan buku catatan harian penelitian (logbook) dalam setiap aktivitas penelitian dan



diberi tanggal pengukuran/pengumpulan data oleh peneliti dan ditandatangani oleh peneliti, dan diverifikasi oleh atasan peneliti dalam pelaksanaan penelitian.



BAB VII KONFLIK KEPENTINGAN Pasal 7 1. Peneliti harus bersikap objektif dan terhindar dari konflik kepentingan, baik bersifat personal, intelektual, finansial, maupun profesional. 2. Peneliti wajib menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan objektivitas dalam pelaksanaan penelitian. 3. Apabila dalam kasus tertentu sehingga menyebabkan konflik kepentingan seperti yang dijelaskan pada ayat (1) pasal 7 ini tidak dapat dihindarkan, maka peneliti harus mengungkapkannya kepada Komisi Etika Penelitian. BAB VIII



PUBLIKASI ILMIAH Pasal 8 1. Setiap informasi hasil penelitian harus didiseminasikan, disebarluaskan, dan/atau dipublikasikan di media cetak atau elektronik pertama kali dan sekali, tanpa mengenal publikasi berganda/duplikasi, kecuali yang bersifat rahasia atau menyebabkan keresahan publik. 2. Hasil penelitian dapat dipublikasikan dalam bentuk artikel yang dipublikasi pada jurnal ilmiah atau prosiding atau dalam bentuk buku. 3. Peneliti sebaiknya mencantumkan sumber dana penelitian, kecuali penyandang dana menolak pencantuman tersebut. BAB IX KEPEMILIKAN (AUTHORSHIP) Pasal 9 1. Penulis pada suatu karya tulis ilmiah yang dipublikasikan adalah orang yang memberikan kontribusi intelektual berupa konsep, desain penelitian, analisis dan interpretasi data, menulis manuskrip, serta memberikan koreksian yang signifikan dalam proses penyelesaian tulisan hingga dapat diterbitkan.



2. Seseorang yang hanya membantu proses pengumpulan dan analisis data, membantu pekerjaan di lapangan dan laboratorium, atau membantu pengelolaan administrasi penelitian tidak dikategorikan sebagai penulis dalam sebuah publikasi. 3. Seorang penulis harus ikut bertanggung jawab atas substansi yang ditulis; termasuk jika terdapat tindakan non-etis, baik ketika kegiatan penelitian dilakukan mapun dalam proses penulisan karya ilmiahnya. 4. Penulis yang tercantum pada ayat (1) pada pasal 9 ini tidak dapat dicabut hak kepemilikannya tanpa izin tertulis dari yang bersangkutan Pasal 10 1. Jika terdapat lebih dari seorang penulis pada suatu karya ilmiah, maka penulis pertama adalah penulis yang memberikan kontribusi terbesar. 2. Urutan nama penulis berikutnya ditulis berdasarkan proporsionalitas kontribusinya. Pasal 11 1. Pencantuman nama penulis karena alasan penghargaan atau sebagai hadiah tidak sepatutnya dilakukan. 2. Pihak lain yang hanya membantu proses pekerjaan di lapangan atau laboratorium tetapi tidak menjadi penulis, sebaiknya diberi ucapan penghargaan pada bagian ucapan terima kasih (acknowledgement). 3. Tindakan tidak mencantumkan nama seseorang yang telah berkontribusi secara signifikan dan memenuhi kriteria pencantuman namanya sebagai penulis dengan alasan apa pun, dikategorikan sebagai tindakan tidak etis. BAB X PERSYARATAN TAMBAHAN Pasal 12 1. Peneliti harus mematuhi prosedur operasional standar untuk keamanan dan keselamatan dalam pelaksanaan penelitiannya. 2. Lembaga Penelitian, Pusat Penelitian, atau Laboratorium wajib membuat dan menerapkan prosedur operasional standar (POS) untuk keamanan dan keselamatan dalam pelaksanaan penelitian bagi peneliti, mencakup penggunaan pakaian dan peralatan pelindung kerja, penanganan bahan-bahan penelitian secara aman, penggunaan peralatan secara aman, pembuangan sisa bahan atau limbah penelitian, dan cara bertindak saat darurat.



Pasal 13 1. Setiap POS pemenuhan standar dalam penelitian harus dipatuhi oleh peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 2. Penggunaan manusia atau binatang yang dilindungi untuk subjek penelitian memerlukan persetujuan tertulis dari Komisi Etika Penelitian yang telah diberlakukan oleh organisasi profesi yang terkait. Pasal 14 1. Peneliti yang penelitiannya atas biaya Pemerintah atau Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat diwajibkan mempublikasikan hasil penelitiannya, kecuali hasil tersebut bersifat rahasia atau dapat meresahkan publik. 2. Kepemilikan dan royalti dari hasil penelitian yang dipatenkan diatur dalam ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat . BAB XI BENTUK PELANGGARAN ETIKA PENELITIAN Pasal 15 (1) Pelanggaran atau penyimpangan (malalaku) Etika Penelitian meliputi: a. fabrikasi data; b. falsifikasi data; c. plagiat; d. plagiat diri sendiri (self plagiarism); e. melakukan pemerasan dan ekspoitasi tenaga peneliti; f. bertindak tidak adil (injustice) sesama peneliti dalam pemberian insentif dan kepemilikan hak kekayaan intelektual; g. melanggar kesepakatan dan perjanjian yang telah ditulis dalam usul penelitian; dan h. melanggar peraturan perundang-undangan tentang subjek manusia atau publik, serta ketentuan hukum yang menyangkut penelitian. 2. Peneliti yang melakukan penyimpangan atau pelanggaran Etika Penelitian dapat dikenakan sanksi oleh Dekan



BAB XII PENEGAKAN ETIKA PENELITIAN Pasal 16 1. Setiap peneliti di wajib Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat mengetahui, memahami, dan menaati semua ketentuan yang tercantum pada Etika Penelitian. 2. Dalam menegakan Etika Penelitian di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat dibentuk Komisi Etika Penelitian. 3. Pembentukan Komisi Etika Penelitian ditetapkan oleh Dekan. 4. Komisi Etika Penelitian terdiri dari dewan pakar peneliti dari berbagai bidang keilmuan di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat , yang keanggotaannya berjumlah 7 atau 9 orang ditetapkan oleh Dekan , bersifat ad hoc atas usul Senat. 5. Jabatan dan pangkat Anggota Komisi Etika Penelitian tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan pangkat peneliti yang diperiksa. 6. Komisi Etika Penelitian bertugas dan berwenang memeriksa dugaan pelanggaran Etika Penelitian berdasarkan pada pengaduan dari pihak yang dirugikan 7. Komisi Etika Penelitian memeriksa dugaan pelanggaran etika penelitian secara tertutup untuk menghormati asas praduga tidak bersalah. 8. Komisi Etika Penelitian membuat keputusan setelah memeriksa peneliti yang diduga melanggar Etika Penelitian. 9. Komisi Etika Penelitian harus memberi kesempatan kepada peneliti yang diduga melanggar Etika Penelitian untuk membela diri pada sidang tertutup dalam pemeriksaan pelanggaran Etika Penelitian. 10. Komisi Etika Penelitian membuat keputusan setelah peneliti yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri. 11. Putusan Komisi Etika Penelitian diambil secara musyawarah dan mufakat. 12. Apabila putusan tidak dapat diambil dengan musyawarah dan mufakat, putusan diambil dengan suara terbanyak. 13. Putusan Komisi Etika Penelitian bersifat final. 14. Komisi Etika Penelitian menyampaikan putusan hasil sidang majelis kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian sanksi kepada peneliti yang bersangkutan.



. BAB XIII SANKSI DAN PENERAPAN SANKSI Pasal 17 Sanksi bagi Mahasiswa (1) Apabila berdasarkan delik aduan dan kesaksian telah terbukti melanggar Etika Penelitian sesuai dengan Peraturan Dekan ini, maka Dekan dapat menjatuhkan sanksi kepada mahasiswa sebagai pelanggar Etika Penelitian. (2) Sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan pelanggaran Etika Penelitian, secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat, terdiri atas: a. teguran lisan terdokumentasi; b. peringatan tertulis; c. penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa; d. pembatalan nilai seminar hasil penelitian atau nilai ujian akhir komprehensif yang diperoleh mahasiswa; e. pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa; f. pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa; atau g. pembatalan ijazah untuk alumni. Pasal 18 Sanksi bagi Dosen dan Tenaga Kependidikan (1) Sanksi bagi dosen dan tenaga kependidikan yang terbukti melakukan pelanggaran Etika Penelitian, secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat, terdiri atas: a. teguran; b. peringatan tertulis; c. penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan; d. penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional; e. pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/profesor/ahli peneliti utama bagi yang telah memenuhi syarat; f. pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga kependidikan; atau g. pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga kependidikan



Pasal 19 Penerapan Sanksi Sanksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 dan 18 dijatuhkan sesuai dengan proporsi pelanggaran Etika Penelitian. BAB XIV PENUTUP Pasal 21 Peraturan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.



PROTOKOL ETIKA PENELITIAN DENGAN SUBYEK MANUSIA LEMBAR ISIAN CALON PENELITI



A. Identifikasi peneliti dan sponsor: 1. Para Peneliti (Nama, Gelar, unit Kerja, NIM) a. Peneliti Utama : …………………………………………………………………....... b. Peneliti lain



: ……………………………………………………………………...



i. ……………………………………………………………………………………… ii. …………………………………………………………………………………….... iii. ……………………………………………………………………………………… 2. Sponsor:



Ada



Tidak



a. Nama Sponsor: ………………………………………………………………………... b. Alamat: ………………………………………………………………………………...



B. Judul penelitian: 3. Multisenter



:



Ya



Tidak



4. Tempat Penelitian : ………………………………………………………………………... 5. Waktu Penelitian : …………………………………………………………………………. 6. Judul Penelitian (bhs. Indonesia dan inggris) : …………………………………………………………………………………………….... ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… C. Komitmen Etik : 7. Pernyataan bahwa secara prinsip, pedoman penelitian dapat di implementasikan: Ada



Tidak



Jelaskan : …………………………………………………………………………………... 8. Rekam jejak penelitian, riwayat usulan review penelitian sebelumnya sesuai dengan etik (jika ada penilaian sebelumnya) : Ada



Tidak



Jelaskan, bahwa kapan dan dimana mendapatkan review etik : …………………………



9. Terdapat pernyataan bahwa penelitian tidak akan ada pemalsuan data : Ya



Tidak



Lampirkan pernyatan jika Ya : ……………………………………………………………. D. Ringkasan penelitian : 10. Ringkasan proposal (200 kata) : ditulis dalam bahasa yang mudah difahami oleh “awam” bukan dokter/profesi …………………………………………………………………………………………….... ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… 11. Alasan dilakukan penelitian dan kandungan manfaat penelitian yang akan di lakukan untuk masyarakat dan lingkungan : ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… E. Issue etik : 12. Jelaskan risiko penelitian yang mungkin terjadi pada subjek penelitian dan bagaimana solusinya:



Ada



tidak



Jelaskan risiko : ……………………………………………………………………………. penanganan solusinya : ……………………………………………………………………. 13. Jelaskan cara pengamanan tambahan bagi subjek penelitian yang berisiko (misalnya bila subjek tersebut bayi, anak-anak, ibu hamil dan menyusui, cacat mental, pasien tak sadar, narapidana, mahasiswa kedokteran, dll) : …………………………………………………………………………………………… 14. Untuk mencintai azas keadilan, jelaskan cara bagaimana memilih dan memperlakukan subjek penelitian : …………………………………………………………………………………………… 15. Bila penelitian ini menggunakan subjek manusia, jelaskan bagaimana cara memberitahu dan mengajak subjek : ……………………………………………………………………………………………… Apakah subjek diminta “Informed consent” ? bila tidak diminta berikan alasan yang kuat :



……………………………………………………………………………………………… 16. Penelitian menggunakan subjek manusia, jelaskan hubungan pribadi antara peneliti utama dengan subjek penelitian : Dokter – Penderita



Guru – Murid



Atasan – Anak Buah



Lain – Lain (.......................)



17. Bila penelitian ini menggunakan orang sakit, sebutkan nama dokter / tim dokter yang bertanggung jawab terhadap diagnosis dan perawatannya. Bila menggunakan orang sehat, jelaskan cara pemeriksaan kesehatannya: …………………………………………………………………………………………….. 18. Apakah pasien dibebani sebagian atau seluruh biaya penelitian : Ya



Tidak



19. Bila penelitian ini menggunakan subjek manusia, apakah subjek dapat ganti rugi bila ada gejala efek sampingnya : Ya



Tidak



20. Apakah institusi dibebani biaya penelitian : Ya



Tidak



F. Ringkasan daftar pustaka : 21. Daftar pustaka proposal : ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… G. Kondisi lapangan : 22. Gambaran singkat tentang lokasi penelitian: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… 23. Informasi ketersediaan fasilitas yang layak untuk keamanan dan ketepatan penelitian : ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………



24. Informasi demografis / epidemiologis yang relevan tentang daerah penelitian ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… H. Desain penelitian : 25. Tujuan penelitian, hipotesa, pertanyaan penelitian, asumsi-asumsi dan variabel : ……………………………………………………………………………………………… 26. Deskipsi detil tentang desain penelitian : ……………………………………………………………………………………………… 27. Bila ujicoba klinis, deskripsi harus meliputi apakah kelompok treatmen ditentukan secara random, (termasuk bagaimana metodenya), dan apakah blinded atau terbuka. (Bila bukan ujicoba klinis cukup tulis: tidak relevan) ……………………………………………………………………………………………… I. Sampling : 28. Jumlah sampel : …………………………………………………………………………..... 29. Pemilihan sampel, (kriteria inklusi / ekslusi dll) : ………………………………………… 30. Bagaimana kalau sampelnya (kelompok rentan) misalnya bila subjek tersebut bayi, anakanak, ibu hamil dan menyusui, cacat mental, pasien tak sadar, narapidana, mahasiswa kedokteran, dll) : …………………………………………………………………………... J. Intervensi : 31. Diskripsikan semua tindakan seperti metode pemberian perlakuan, alurnya, dosis, interval, periode pemberian dll, beserta produk pembanding yang digunakan : ……………………………………………………………………………………………… 32. Rencanakan dan tetapkan kapan penelitian di lakukan dan kapan penelitian tersebut harus atau dapat di hentikan dalam masa penelitian berlangsung : ……………………………………………………………………………………………… 33. Tetapkan terapi lain yang mungkin diperbolehkan diberikan / yang berupa kontrra indikasi diberikan, selama masa penelitian ……………………………………………………………………………………………… 34. Apakah diperlukan pemeriksaan klinis, laboratorium maupun pemeriksaan penunjang lain : …..……………………………………………………………………………………



K. Evaluasi hasil penelitian : 35. Jelaskan bagaimana mengevaluasi hasil penelitian, bagaimana respon terapi, bagaimana follow up prosedur penelitian : ……………………………………………………………………………………………… 36. Aturan atau kriteria kapan subyek bisa diberhentikan dari penelitian atau uji klinis, atau, dalam hal studi multi senter, kapan sebuah pusat/lembaga di non aktipkan, dan kapan penelitian bisa dihentikan (tidak lagi dilanjutkan) ……………………………………………………………………………………………… L. Komplikasi : 37. Jelaskan komplikasi dan risiko yang mungkin terjadi dan bagaimana mengatasinya Jelaskan metode pencatatan dan pelaporan reaksi samping / komplikasi : ………………………………………………………………………….…………………... 38. Bagaimana penanganan komplikasi : …………………………………………………........ •



Penanganan secara detail bila ada risiko : Ya







Adanya asuransi : Ya







Adanya fasilitas pengobatan / biaya pengobatan :



Ya



Tidak







Kompensasi jika terjadi disabiltas atau kematian :



Ya



Tidak



Tidak



Tidak



M. Manfaat penelitian : 39. Manfaat terhadap pengembangan ilmu : ……………………………………………………………………………………………… 40. Manfaat terhadap pelayanan kesehatan : ……………………………………………………………………………………………… 41. Manfaat terhadap responden / lingkungan : ……………………………………………………………………………………………… 42. Bila penelitian ini menggunakan penderita uraikan manfaat tersebut : ……………………………………………………………………………………………… N. Reward untuk subjek 43. Jenis reward : ……………………………………………………………………………... 44. Nilai reward akan di berikan : …………………………………………………………….. O. Menjaga kerahasiaan : 45. Jelaskan cara yang digunakan untuk melindungi kerahasiaan subjek penelitian : ………………………………………………………………………………………………



P. Informed consent, Prosedur penelitian & Kuesioner atau Observasi: 46. Lampirkan lembar “Informed consent” : …………………………………....(Lampiran I) 47. Lampirkan penjelasan prosedur penelian : ………………………………….(Lampiran II) 48. Lampirkan lembar kuesioner atau lembar observasi : …………………...…(Lampiran III)



Banjarmasin, ………………………….



Peneliti Utama



(……………………………………)



Mengetahui dan Menyetujui :



Pembimbing Penelitian



Kepala Unit Tempat Penelitian



(……………………………………...)



(……………………………………)



1



PROTOKOL ETIKA PENELITIAN DENGAN SUBYEK HEWAN LEMBAR ISIAN CALON PENELITI



A. Identifikasi peneliti dan sponsor : 1. Para Peneliti (Nama, Gelar, unit Kerja, NIM) a. Peneliti Utama : …………………………………………………………………....... b. Peneliti lain



:



……………………………………………………………………... i. ………………………………………………………………………………… …… ii. ………………………………………………………………………………… ….... iii. ………………………………………………………………………………… …… 2. Sponsor :



Ada



Tidak



a. Nama Sponsor : ………………………………………………………………………... b. Alamat : ………………………………………………………………………………...



B. Judul penelitian : 3. Multisenter



:



Ya



Tidak



4. Tempat Penelitian : ………………………………………………………………………... 5. Waktu Penelitian : …………………………………………………………………………. 6. Judul Penelitian (bhs. Indonesia dan inggris) : ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



2



………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………



C. Komitmen Etik : 7. Rekam jejak penelitian, riwayat usulan review penelitian sebelumnya sesuai dengan etik (jika ada penilaian sebelumnya) : Ada



Tidak



Jelaskan, bahwa kapan dan dimana mendapatkan review etik : …………………………... 8. Terdapat pernyataan bahwa penelitian tidak akan ada pemalsuan data : Ya



Tidak



Lampirkan pernyatan jika Ya : …………………………………………………………….



D. Ringkasan penelitian : 9. Ringkasan proposal (200 kata) : dengan mencantumkan bahwa penelitian yang akan di lakukan mempunyai nilai kemanfaatannya untuk masyarakat dan lingkungan : ………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………



E. Pemanfaatan Hewan Coba : 10. Tujuan Pemanfaatan Hewan Coba : ………………………………….................................. 11. Alasan memanfaatkan hewan coba dalam penelitian ini : ………………………………… 12. Deskripsi Penelitian : ……………………………………………………………………… a. Apakah protokol penelitian ini telah memenuhi konsep 3R (reduce, refinement and replace) dalam penggunaan hewan coba ? Ada



Tidak



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



3



b. Bila ya, apakah ada kontak person penanggung jawab tempat pemeliharaan hewan coba yang diajukan ? ………………………………………………………………. c. Data hewan coba yang akan digunakan : Spesies



: ………………………



Umur



: ……………..



Strain/Galur



: ………………………



Berat badan



: ……………..



Jenis kelamin



: ………………………



Jumlah



: ……………..



Diperoleh dari : ………………………………………………………………. Alasan pemilihan jenis hewan tersebut : ………………………………………………………………………………… d. Bagaimana cara memilih hewan yang sehat : ……………………………………... e. Jika menggunakan hewan yang sakit, jelaskan diagnose dan siapa yang bertanggung jawab merawatnya : …………………………………………………. f. Keterangan mengenai prosedur yang akan dilakukan terhadap hewan coba i.



Pemeliharaan hewan coba : - Pemeliharaan hewan coba sebelum intervensi : …………………………. - Pemeliharaan hewan coba selama intervensi : …………………………... - Pemeliharaan hewan coba setelah intervensi : …………………………...



ii.



Apakah ada hewan coba yang akan dimusnahkan setelah penelitian selesai Ada



Tidak



Bila ya, beri penjelasan alasan pemusnahan : ……………………………... iii.



Cara hewan coba dimusnahkan/sacrificed : ………………………………..



g. Peralatan dan obat-obatan/ anestesi yang akan digunakan terhadap hewan i.



Peralatan : ………………….



ii.



Obat penenang (anesthesia) Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



4



Nama obat : ………. Dosis : ………….. iii.



Obat –obatan lainnya Nama obat : ………. Dosis : …………..



h. Isuue etik (jelaskan masalah etik yang mungkin dihadapi) dan solusinya : ……………………………………………………………………………… i. Apakah ada efek sampingnya : ……………………………………………………. j. Klasifikasi pemanfaatan hewan coba : Pemanfaatan hewan invertebrata, atau tumbuhan, bakteri, amuba (binatang bersel satu). Pemanfaatan hewan vertebrata -sedikit sekali atau sama sekali tidak menimbulkan rasa tidak nyaman. Pemanfaatan hewan vertebrata -sedikit menimbulkan stress atau rasa sakit tetapi pendek. Pemanfaatan hewan vertebrata -menimbulkan stress dan rasa sakit yang tidak bisa dihindarkan. Pemanfaatan hewan vertebrata -menimbulkan rasa sakit di atas toleransi sakit hewan coba, tanpa dianestesi dalam keadaan sadar.



F. Ringkasan daftar pustaka : 13. Daftar pustaka proposal : ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………



G. Kondisi lapangan : 14. Jelaskan secara detail tentang tempat dimana penelitian dilakukan, termasuk informasi tentang fasilitas keamanan, informasi epidemiologi : …………………………………………………………………………………………



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



5



H. Desain penelitian : 15. Tujuan penelitian, hipotesa, pertanyaan penelitian, asumsi-asumsi dan variabel : ………………………………………………………………………………………… 16. Diskripsikan secara detail desain metodologi penelitian. Single / double blind dll : …………………………………………………………………………………………



I. Sampling : 17. Cara menentukan jumlah sampel : ……………………………………………………….. 18. Cara pengelompokan sampel : ……………………………………………………………



J. Intervensi : 19. Diskripsikan semua tindakan seperti metode pemberian perlakuan, alurnya, dosis, interval, periode pemberian dll, beserta produk pembanding yang digunakan : ………………………………………………………………………………………… 20. Rencanakan dan tetapkan kapan penelitian di lakukandan kapan penelitian tersebut harus atau dapat di hentikan dalam masa penelitian berlangsung : ………………………………………………………………………………………… 21. Tetapkan terapi lain yang mungkin diperbolehkan diberikan / yang berupa kontra indikasi diberikan, selama masa penelitian ………………………………………………………………………………………… 22. Apakah diperlukan pemeriksaan klinis, laboratorium maupun pemeriksaan penunjang lain : …..…………………………………………………………………………………...



K. Evaluasi hasil penelitian : 23. Jelaskan bagaimana mengevaluasi hasil penelitian, bagaimana respon terapi, bagaimana follow up prosedur penelitian : ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



6



………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………



L. Manfaat penelitian : 24. Manfaat terhadap pengembangan ilmu : ………………………………………………………………………………………… 25. Manfaat terhadap pelayanan kesehatan : ………………………………………………………………………………………… 26. Manfaat terhadap responden / lingkungan : …………………………………………………………………………………………



M. Pernyataan : 27. Pernahkah ketua pelaksana penelitian terlibat dalam atau dihukum karena tindak kriminal atau tindak disiplin oleh masyarakat atau organisasi kedokteran swasta atau oleh suatu badan yang berwenang : Tidak



Ya, Jelaslan



………………………………………………... 28. Berapa lama data penelitian akan disimpan oleh Ketua Pelaksana : ………………………………………………………………………………………… tahun setelah penelitian selesai : …………………………………………………………...



29. Apa tindakan pencegahan yang akan digunakan untuk menjaga kerahasiaan data kesehatan : ............................................................ (Jawaban boleh di pilih lebih dari satu) Dokumen/berkas penelitian akan disimpan pada lokasi yang aman dan hanya dapat diakses oleh petugas yang terlibat dalam penelitian. Data di komputer hanya diperuntukkan bagi petugas yang terlibat dalam penelitian dan dapat diakses dengan menggunakan password dan akses pribadi.



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



7



Sebelum mengakses setiap informasi yang berkaitan dengan penelitian, petugas harus menandatangani formulir pernyataan persetujuan untuk melindungi keamanan dan kerahasiaan informasi kesehatan subyek. Sebelum membuka berkas penelitian, petugas harus menandatangani persetujuan untuk menjaga kerahasiaan dokumen. Lainnya, jelaskan…………………………………………………………………………...



Banjarmasin, …………………………. Peneliti Utama



(……………………………………)



Mengetahui dan Menyetujui:



Pembimbing Penelitian



(……………………………………...)



Kepala Unit Tempat Penelitian



(……………………………………)



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



8



PROTOKOL ETIKA PENELITIAN DENGAN SUBYEK BAHAN BIOLOGIS LEMBAR ISIAN CALON PENELITI



A. Identifikasi peneliti dan sponsor : 1. Para Peneliti (Nama, Gelar, unit Kerja, NIM) a. Peneliti Utama : …………………………………………………………………....... b. Peneliti lain



:



……………………………………………………………………... i. ………………………………………………………………………………… ii. ……………………………………………………………………………… iii. ………………………………………………………………………………… 2. Sponsor :



Ada



Tidak



a. Nama Sponsor : ……………………………………………………………………. b. Alamat : …………………………………………………………………………….



B. Judul penelitian : 3. Multisenter



:



Ya



Tidak



4. Tempat Penelitian : ………………………………………………………………………... 5. Waktu Penelitian : …………………………………………………………………………. 6. Judul Penelitian (bhs. Indonesia dan inggris) : ………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



9



C. Komitmen Etik: 7. Pernyataan bahwa secara prinsip, pedoman penelitian dapat di implementasikan: Ada



Tidak



Jelaskan : …………………………………………………………………………………... 8. Rekam jejak penelitian, riwayat usulan review penelitian sebelumnya sesuai dengan etik (jika ada penilaian sebelumnya) : Ada



Tidak



Jelaskan, bahwa kapan dan dimana mendapatkan review etik : …………………………... 9. Terdapat pernyataan bahwa penelitian tidak akan ada pemalsuan data : Ya



Tidak



Lampirkan pernyatan jika Ya : …………………………………………………………….



D. Ringkasan penelitian: 10. Ringkasan proposal (200 kata): dengan mencantumkan bahwa penelitian yang akan di lakukan mempunyai nilai kemanfaatannya untuk masyarakat dan lingkungan: ………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………



E. Issue etik: 11. Jelaskan risiko penelitian yang mungkin terjadi pada subjek penelitian dan bagaimana solusinya:



Ada



tidak



Jelaskan risiko : ……………………………………………………………………………. penanganan solusinya : …………………………………………………………………….



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



10



F. Ringkasan daftar pustaka : 12. Daftar pustaka proposal : ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



11



G. Desain penelitian : 13. Tujuan penelitian, hipotesa, pertanyaan penelitian, asumsi-asumsi dan variabel : ………………………………………………………………………………………… …… 14. Diskripsikan secara detail desain metodologi penelitian. Single / double blind dll : ………………………………………………………………………………………… ……



H. Sampling : 15. Jumlah sampel : …………………………………………………………………………..... 16. Pemilihan sampel, (kriteria inklusi / ekslusi dll) : …………………………………………



I. Prosedur yang akan dilakukan terhadap bahan biologis : 17 . Jelaskan prosedurnya : …………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………



J . Sisa bahan biologis : 18. apakah bahan biologis akan di musnahkan Ya



tidak



Apabila ya sebutkan cara pemusnahannya :……………………………………………. Apabila tidak sebutkan alasannya : …………………………………………………...



K.



Manfaat penelitian :



19. Manfaat terhadap pengembangan ilmu : ………………………………………………………………………………………… 20. Manfaat terhadap pelayanan kesehatan : ………………………………………………………………………………………… 21. Manfaat terhadap responden / lingkungan : …………………………………………………………………………………………



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



12



L.



Menjaga kerahasiaan :



22. Jelaskan cara yang digunakan untuk melindungi kerahasiaan subjek penelitian : ………………………………………………………………………………………



M. Informed consent : 23. Apakah menggunakan Informed consent : Ya



Tidak



Alasannya : ………………………………………………………………………………… Banjarmasin, ………………………….



Peneliti Utama



(……………………………………)



Mengetahui dan Menyetujui :



Pembimbing Penelitian



(……………………………………...)



Kepala Unit Tempat Penelitian



(……………………………………)



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



13



BAB XIII BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH Dr. Maria Lusia Anita Sumaryati, M.Pd



Salah satu fungsi bahasa itu ialah sebagai alat komunikasi. Oleh sebab itu, ketika kita akan menulis karangan, perlu dipahami bahwa karangan yang akan kita tulis tersebut termasuk dalam ragam bahasa apa.Dilihat dari berbagai segi, terlihat bahwa ada berbagai ragam bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya. Namun, tidak semua ragam bahasa termasuk ke dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. A. Tulisan Ilmiah Berbahasa Baku 1. Bahasa Indonesia yang baik dan benar Yang dimaksud dengan pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah penggunaan yang sesuai dengan fungsi dan situasinya. Bahasa Indonesia mempunyai banyak ragam. Jika digunakan ragam resmi dalam situasi nonresmi mungkin bahasa yang digunakan menurut tata bahasa baik, tetapi ragamnya tidak tepat. Situasi bahasa dalam laporan penelitian adalah situasi pemakaian bahasa yang resmi. Dalam situasi yang resmi semacam itu digunakan bahasa yang mencerminkan sifat keresmiannya, yaitu bahasa yang baku. (Sugihastuti, 200:7). Menurut Mustakim (1994), yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya sesuai dengan situasi pemakaiannya dan sekaligus sesuai pula dengan kaidah yang berlaku. 2. Pengertian ragam baku Ragam bahasa baku disebut juga sebagai ragam bahasa ilmu. Ragam bahasa ilmu dapat dijelaskan sebagai suatu ragam bahasa yang tidak termasuk dialek, yang dalam suasana resmi, baik lisan maupun tulisan, digunakan oleh para cendekiawan untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuannya (Ramlan dalam Sugihastuti, 2000: 20). Sifat ragam bahasa ilmu sebagai berikut, (1) Ragam bahasa ilmu termasuk ragam bahasa baku, oleh sebab itu mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku yaitu digunakannya Ejaan yang Disempurnakan, kata-kata baku. (2) Ragam bahasa ilmu banyak digunakan kata-kata istilah dan arti denotative. (3) Ragam bahasa ilmu lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada perasaan. (4) Hubungan gramatik antarunsurnya, baik dalam kalimat maupun Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



14



dalam alinea, dan hubungan antara alinea yang satu dengan alinea lainnya bersifat padu atau kohesif. (5) Hubungan semantik antara unsur-unsurnya bersifat logis atau koheren. (6) Lebih diutamakan penggunaan kalimat pasif karena dalam pasif peristiwa lebih dikemukakan daripada pelaku perbuatan. (7) Konsistensi dalam segala hal. 3. Ciri-ciri ragam baku Ciri-ciri ragam baku bahasa Indonesia sebagai berikut: (1) Pertama, baik secara lisan maupun tulisan, ragam baku digunakan dalam situasi resmi, seperti surat-menyurat, perundang-undangan, dan laporan penelitian. (2) Kedua, baik secara lisan maupun tulisan, ragam baku menggunakan ketentuanketentuan yang berlaku dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. (3) Ketiga, baik secara lisan maupun tulisan, ragam baku memenuhi fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, dan objek secara eksplisit dan lengkap. 4. Fungsi ragam baku Ragam baku bahasa Indonesia mendukung empat fungsi. Tiga di antaranya bersifat pelambang atau simbolis, sedangkan yang satu bersifat objektif. yaitu (1) fungsi pemersatu, (2) fungsi pemberi kekhasan, (3) fungsi pembawa kewibawaan, dan (4) fungsi sebagai kerangka acuan. B. Penulisan Ejaan 1. Aspek fonologis Aspek fonologis ragam baku bahasa Indonesia antara lain menyangkut penulisan huruf, pelafalan, dan pengakroniman. Dalam kaitannya dengan penulisan huruf bahasa Indonesia menyangkut abjad, vocal, diftong, konsonan, persukuan, dan nama diri. 2. Aspek morfologis Ragam baku bahasa Indonesia yang menyangkut aspek morfologis adalah kata, pengimbuhan, penggabungan, pemenggalan, kata turunan, kosakata asing. Kata dasar , kata ulang, gabungan kata ganti, kata depan, tanda baca, dan penulisan angka dan bilangan sangat penting diperhatikan dalam ragam baku bahasa Indonesia. 3. Aspek sintaksis Aspek sintaksis dalam bahasa Indonesia meliputi frase, klausa, dan kalimat.



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



15



C. Penulisan Huruf, Kata, Kalimat, dan Paragraf Pada dasarnya ejaan mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim, angka, dan bilangan, serta penggunaan tanda baca. 1. Huruf Huruf adalah lambang atau gambar bunyi (bahasa), sedangkan fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang membedakan makna. 2. Kata Kata-kata yang sering salah ditulis oleh peneliti adalah kata-kata berimbuhan, gabungan kata, kata ulang, kata depan, partikel, pemenggalan kata, singkatan, dan akronim. 3. Kalimat dan paragraf Dalam laporan penelitian sering dijumpai adanya kalimat-kalimat yang tidak efektif. Kalimat yang efektif harus tersusun sesuai dengan kaidah yang berlaku dari segi tatabahasa dan sekurang-kurangnya kalimat tersebut memiliki unsur subjek dan predikat. Kalimat efektif pada akhirnya akan menghasilkan paragraf yang efektif pula. Artinya paragraph tersebut harus mengandung kestuan (kohesi) dan kepaduan (koherensi). Sebuah paragraf mempunyai lebih dari satu kalimat dan hanya mempunyai satu kalimat utama atau inti. 4. Penulisan efektif Karya ilmiah merupakan salah satu bentuk hasil menulis dan sekurang-kuranya mempunyai enam jenis nilai yaitu kecerdasan, pendidikan, kejiwaan, kemsyarakatan, keuangan, dan filsafat. Karya ilmiah merupakan salah satu produk kegiatan kecendekian karena seseorang ingin berpredikat sebagai ilmuwan. Kegiatan tersebut diawali dengan mencari ide, topik, atau gagasan. Selanjutnya dituangkan menjadi sebuah karya ilmiah dengan menerapan seperangkat kebahasaan, penguasaan kata, kalimat, dan paragraf.



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



16



DAFTAR PUSTAKA



Kelsey, JL., Whittemore AS., Thomson WD. 1996. Methods in Observational Epidemiology. 2nd. New York: Oxford University Press. Lemeshow, S, Hosmer, D, Klar, J, and Lwanga, SK. 1997.Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Pramono, D (penerjemah). Yogyakarta: UGM Press. Murti, B. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nasution, R. 2003. Teknik sampling. Medan: FKM Universitas Sumatera Utara (digitized by USU digital library). Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2007. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Bungin, Burhan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta. Prenada Media Group. Nazir, Mohamad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia. Sudjana. 1992. Metoda Statistika (Edisi ke 5). Bandung: Tarsito Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian, Bandung. Alfabeta Susetyo, Budi. 2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung. PT. Refika Aditama. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi Soelistyo, H. 2011. Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Supriyadi, D. 2013. Integritas Akademik. Dalam Undang-Undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta Zulkarnaen. 2012. Menghindari Perangkap Plagiarisme dalam Menghasilkan Karya Tulis Ilmiah. Makalah. Disampaikan pada Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah, Lembaga Penelitian, Universitas Jambi, 16 Januari 2012. Alimul, A. Aziz. 2003. Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018



17



Brink, Pamela J. 1998. Langkah Dasar Dalam Perencanaan Riset Keperawatan. Jakarta: EGC. Djunaidi, A. 2000. Penelitian Di Tingkat Program Pasca Sarjana. http://mpkd.ugm.ac.id/adj/support/materi-tinjauan-pustaka. Fortius,2011http://fortius-viko.blogspot.com/2011/02/cara-mencari-literatur-ilmiah-di.htm Akhadiah, Sabarti. Dkk. 1988.Pembinaan Kemampuan Menulis bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga Badudu, J.S. 1989. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mustakim. 1994. Membina Kemahiran Berbahasa Indonesia. Jakarta: Gramdeia Pustaka Utama. Panuti Sudjiman dan Dendy Sugono. 1989. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Kelompok 24 Pengajar Bahasa Indonesia. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Grasindo Ramlan. M. dkk. 1992. Bahasa Indonesia yang Saah dan yang Benar. Yogyakarta: Andi Offset Sugihastuti, 2000. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)



Diktat Kuliah Metodologi Penelitian TA 2017/2018