MIKROMERITIK  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LABORATORIUM FARMASI PRODI DIII FARMASI POLTEKKES KEMENKES GORONTALO



MIKROMERITIK



OLEH KELOMPOK V (LIMA): ALYANI USMAN



754840119003



CHINTIA RAHMATIA BAKRI



754840120042



MAGFIRA BILONDATU



754840120049



NADYA APREYVITA GAIB



754840120055



NUR MEGA FEBRIYANTI M. GALIB



754840120059



RAHMAWATI HASAN



754840120064



SITI NURFADHILAH BADU



754840120071



TEGAR ABDIYANTO PADJA



754840120078



PEMBIMBING :



FITRIAH AYU MAGFIRAH YUNUS, S.Farm.



PROGRAM STUDI D3 FARMASI POLTEKKES KEMENKES GORONTALO TAHUN 2020/2021



KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kita persembahkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Fisika Farmasi dengan baik pada waktunya. Laporan ini kami buat sebagai bagian dari pemenuhan tugas Mata Kuliah Praktikum Fisika Farmasi. Adapun Laporan Praktikum ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bimbingan, nasihat, serta saran dari Bapak dan Ibu dosen pembimbing, Untuk itu ucapan terimakasih kami kepada Bapak dan Ibu dosen pembimbing mata kuliah yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi, diantaranya kepada : 1. Dosen penanggung jawab Mata Kuliah Fisika Farmasi Ibu Zulfiayu, S.Si, M.Si, Apt. 2. Instruktur laboratorium Fisika Farmasi Ibu Rizka Puji Astuti Daud S.Farm, Apt. dan Ibu Fitriah Ayu Magfirah Yunus, S.Farm. 3. Dosen pembimbing kelompok 5 Ibu Fitriah Ayu Magfirah Yunus, S.Farm. Kami menyadari bahwa Laporan Kelompok ini masih banyak kekurangan dan kesalahan serta masih belum dikatakan sempurna. Untuk itu, kami dengan sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran dari dosen pembimbing Praktikum Fisika Farmasi untuk kelompok 5. Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat untuk kita semua.



Gorontalo, 20 Mei 2021



Kelompok 5



ii



DAFTAR ISI Halaman SAMPUL ............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Tujuan Percobaan ................................................................................. 2 C. Manfaat Percobaan ............................................................................... 2 D. Prinsip Percobaan ................................................................................. 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 3 A. Mikromeritik ........................................................................................ 3 B. Metode menentukan ukuran partikel ......................................................... 6



C. Metode menentukan luas permukaan ......................................................... 8 BAB III METODE KERJA ............................................................................. 10 A. Alat dan Bahan..................................................................................... 10 B. Uraian Bahan ....................................................................................... 11 C. Prosedur Kerja ..................................................................................... 14 D. Skema Kerja ........................................................................................ 14 BAB IV HASIL PEMBAHASAN .................................................................... 15 A. Tabel Hasil Pengamatan ...................................................................... 15 B. Tabel Hasil Perhitungan ...................................................................... 16 C. Perhitungan......................................................................................... 17 D. Pembahasan ........................................................................................ 27 BAB V PENUTUP ........................................................................................... 29 A. Kesimpulan......................................................................................... 29 B. Saran .................................................................................................. 29 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 30 LAMPIRAN ..................................................................................................... 31 iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam bidang Farmasi, zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat kebanyakan berukuran kecil dan jarang yang berada dalam keadaan optimum. Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan farmakologi dari bahan obat tersebut. Mikromeritik merupakan ilmu yang mempelajari tentang ilmu dan teknologi partikel kecil. Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel sangat penting dalam bidang farmasi. Secara klinik, ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rectal, dan topical. Formulasi yang berhasil dari suspense, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik, dan respon farmakologis, juga bergantung pada ukuran partikel yang dicapai dari produk itu. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran partikel sangat penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan serbuk. Ukuran partikel tidak hanya mempengaruhi luas permukaan suatu sediaan obat, yang secara langsung mempengaruhi cepat atau lambatnya absorbsi obat dan membantu daya larut suatu bahan obat tapi juga dapat mempengaruhi aktivitas biologi dan efek terapinya. Mengingat pentingnya Mikromeritik dalam bidang Farmasi, maka sudah sewajarnya jika mahasiswa Farmasi memahami mengenai mikromeritik ini, termasuk cara-cara dalam melakukan pengukuran ukuran partikel suatu zat. Banyak metode yang digunakan dalam menentukan ukuran partikel suatu bahan yaitu metode mikroskopik, metode ayakan dan cara sedimentasi. Namun, dalam percobaan ini yang digunakan adalah metode ayakan karena metode ini lebih sederhana, mudah dan murah serta waktunya relati cepat. 1



B. Tujuan Praktikum Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan diameter rata-rata dari masing-masing sampel yang digunakan menggunakan metode ayakan.



C. Manfaat Praktikum Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mengukur diameter menggunakan metode ayakan.



D. Prinsip Praktikum Pengukuran Partikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan residu yang tertinggal pada ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada ayakan dari nomor mesh terendah ke nomor mesh tertinggi yang digerakkan dengan cara manual dengan waktu tertentu.



2



BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mikromeritik Ilmu dan Teknologi partikel kecil diberi nama Mikromeritik oleh Dalla Valle. Dispresi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mikroskop biasa, sedang partikel untuk emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan (Martin, 2008). Dalam suatu kumpulan partikel lebih dari satu ukuran (yakni dalam suatu sampel polidispersi), dua sifat penting yaitu (Martin, 2008). a. Bentuk dan luas permukaan partikel b. Kisaran ukuran dan banyaknya atau berat partikel-partikel yang ada dan luas permukaan total. Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimetrisan dari partikel naik, bertambah sulit pula menyatakan ukurn dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai lusa permukaan, volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan d, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa (Martin,2008). Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umumnya jumlah bahan besar (ditandai dengan jumlah dasar) suatu contoh yang representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 gr digunakan apa yang disebut Pembagi, contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar 3



harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih menurut program acak. (Voigt, 1994). Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama Mikromeritik oleh Dalla Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspense farmasi serta serbuk halus berada pada jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan (Martin, 2008). Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuan partikel serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah “very coarse, moderately coarse, fine and very fine”, yang dihubungkan dengan bagian serbuk yang mampu melalui lubang-lubang ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara mekanis (Ansel, 1989). Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadikita perlu suatu perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran pertikel, dari sini kita bias menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 2008). Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya (Mocchtar, 1990).



4



Pentingnya mempelajari Mikromeritik, yaitu (Parrot, 1970) : 1. Menghitung luas permukaan 2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat 3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral, suntikan dan topical. 4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspense dan duspensi. 5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel) Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuat dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi linear (Parrot, 1970). Ukuran dengan suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimetrisan dari partikel naik, bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan, volume dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan d, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas perukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa (Martin, 2008). Banyak metode tersedia untuk menentukan ukuran partikel. Mikroskopi, pengayakan, sedimentasi, dan penentuan volume partikel dibicarakan dalam bagianberikut. Tidak ada satupun cara pengukuran yang benar-benar merupakan metode langsung. Walaupun dengan mikroskopik kita dapat melihat gambaran partikel yang sesungguhnya, hasil yang didapat kemungkinan besar tidak lebih “Langsung” daripada menggunakan metode lain, karena hanya dua dari tiga dimensi partikel yang biasanya terlihat. Metode sedimentasi menghasilkan suatu ukuran partikel relatif terhadap laju dimana partikel itu mengendap melalui suatu medium pensuspensi (Martin, 2008). 5



B. Metode menentukan ukuran partikel Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel yaitu (Martin, 2008): a. Mikroskopik Optik Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat dimana partikel terlihat, diletakkan micrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar dimana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bias dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur. Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi, menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa terdeteksi dengan metode ini. b. Pengayakan Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Disini penentuannya adalah pengukuran geometri partikel. Sampel diayak melalui susunan menurut meningginya lebarnya jala ayakan pengujiyang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa pada



ayakan teratas dengan lebar jala lebih besar.



Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel 6



yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 gr setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan. c. Dengan cara sedimentasi Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks. Dasar untuk metode ini adalah aturan stocks :



Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini adalah metode pipet, metode hidrometer dan metode malance. Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuan partikel serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah “very coarse, moderately coarse, fine and very fine”, yang dihubungkan dengan bagian serbuk yang mampu melalui lubang-lubang ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara mekanis (Ansel, 1989). Pengetahuan mengenai bentuk dan luas permukaan suatu partikel dikehendaki. Bentuk partikel mempengaruhi aliran dan sifat-sifat pengemasan dari suatu serbuk, juga mempunyai beberapa pengaruh terhadap luas permukaan. Luas permukaan persatuan berat atau volume merupakan karakteristik serbuk yang penting jika seorang mempelajari adsorpsi permukaan dan laju disolusi (Martin, 2008). 7



Partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal dan kasar serta berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan dengan hati-hati. Kerapatan secara umum diartikan sebagai berat per satuan volume, kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan volume dari partikel yang mengandung retakan-retakan mikroskopis, pori-pori dalam dan ruang-ruang kapiler (Martin, 2008). Tidak ada metode yang telah diketahui untuk menentukan bentuk partikel yang tidak beraturan secara geometris, namun telah dikembangkan metode statistic untuk mrnyatukan ukuran partikel yang tidak beraturan pada suatu dimensi tunggal, yaitu dalam diameternya. Jika diameter ini diukur dengan prosedur yang telah dibakukan untuk sejumlah besar partikel, nilainya dapat dinyatakan dengan berbagai diameter. Hanya dibutuhkan luas permukaan yang sebanding dengan diameter kuadrat dan volume yang sebanding dengan diameter kubik (Lavhman, 1989). C. Metode menentukan luas permukaan 1. Absorbsi Metode absorbsi, partikel – partkel dengan luas permukaan spesifik besar merupakan absorben yang baik untuk absorbsi. Zat terlarut dan gas dari larutan. Absorbsi dan deasorbsi dari gas nitrogen pada sampel serbuk tersebut diukur dengan suatu detektor konduktivitas panas jika suatu campuran helium dan nitrogen dilewatkan melalui suatu sel yang mengandung serbuk tersebut. 2. Permeabilitas Udara Metode permeabilitas udara, prinsip tahanan terhadap aliran dari suatu cairan, melalui suatu sumbat dari serbuk kompak adalah luas permukaan dari serbuk tersebut. Makin besar luas permukaan per gram serbuk, makin besar pula tahanan untuk mengalir. Selanjutnya, permeabilitas untuk suatu tekanan yang diberikan turun sepanjang sumbat tersebut, berbanding terbalik dengan luas permukaan spesifik.



8



9



BAB III METODE KERJA A. Alat dan Bahan 1. Alat a. Ayakan mesh 60, 100, dan 200 b. Cawan perselin c. Neraca analitik d. Sendok tanduk e. Sudip 2. Bahan a. Alkohol 70% b. Amilum c. Kertas Perkamen d. Laktosa e. MgO f. Talkum g. Tissue



10



B. Uraian Bahan a. Alkohol (Ditjen POM edisi III 1979 : 65) Nama Resmi



: Aethanolum



Nama Lain



: Alkohol



RM



: C2H6O



BM



: 46,0



Rumus Bangun



:



Pemerian



: cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas dan rasa panas.



Kelarutan



: hampir larut dalam larutan



Penyimpanan



: dalam wadah tertututp rapat



Kegunaan



: sebagai pengurang rasa sakit



b. Amilum (Dirjen POM Edisi III : 720) Nama resmi



: Amylum



Nama lain



: Amilum



RM



: C6H20O10



BM



: H2O



Rumus bangun



:



Pemerian



: Serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil; tidak berbau; tidak berasa.



Kelarutan



: Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (95%)P.



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan kering. 11



Kegunaan



: Sebagai sampel.



c. Laktosa (Handbook of Pharmaceutical Excipients, 2006) Nama resmi : Lactosum Nama lain



: Laktosa



RM



: C₁₂H₂₂O₁₁



BM



: 342,3



Rumus bangun



:



Pemerian



: serbuk putih, tidak berbau, rasa agak manis



Kelarutan



: larut dalam 6 bagian air, sukar larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.



Inkompabilitas



: laktosa tidak inkom dengan zat pengoksida yang kuat



d. Magnesii Oxidii (Farmakope Indonesia Edisi III, hal. 353) Nama resmi



: Magnesi Oxydi



Nama lain



: Magnesium Oxida



RM



: MgO



BM



: 40,3044



Rumus bangun



:



12



Pemerian



: serbuk sangat ringan, putih tidak berbau, rasa agak basa



Kelarutan



: sangat sukar larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol (95%) larut dalam asam encer.



Pentimpanan



: dalam wadah tertutup rapat



e. Talk (Farmakope Indonesia edisi III : 591) Nama resmi



: Talkum



Nama lain



: Talk



RM



: H8Mg3



BM



: 379,2657



Rumus Bangun



:



Pemerian



: Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit bebas dari butiran, warna putih atau serbuk hablur, hablur kelabu.



Kelarutan



: Tidak larut dalam hampir semua pelarut



Khasiat



: Antasidum.



Kegunaan



: Zat tambahan.



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik



13



C. Prosedur Kerja 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Dibersihkan alat menggunakan Alkohol 70% 3. Disusun ayakan mesh dari nomor 60 paling atas dan 200 paling bawah 4. Ditimbang bahan sebanyak 25 gram, dan dimasukkan kedalam ayakan mesh paling atas. 5. Diayak sampel dengan cara manual selama 10 menit 6. Ditimbang sampel yang tertinggal pada masing-masing ayakan 7. Dicatat berat yang diperoleh 8. Dihitung diameter partikelnya



D. Skema Kerja Alat dan bahan yang digunakan disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dibersihkan alat menggunakan Alkohol 70% disusun ayakan mesh dari nomor 60 paling atas dan 200 paling bawah ditimbang bahan sebanyak 25 gram Bahan yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam ayakan mesh paling atas. diayak sampel dengan cara manual selama 10 menit ditimbang sampel yang tertinggal pada masing-masing ayakan dicatat berat yang diperoleh dihitung diameter partikelnya Hasil perhitungan



14



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tabel Hasil Pengamatan Sampel Laktosa (Kel 1)



Amilum (Kel 2)



Laktosa (Kel 3)



Amilum (Kel 4)



Talkum (Kel 5)



Nomor Ayakan



Ukuran pori (ratarata) (mm)



Berat zat yang tertinggal (g)



60



0,250



22,577



100



0,150



1,794



200



0,075



0,167



60



0,250



0,464



100



0,150



0,644



200



0,075



0,237



60



0,250



22,902



100



0,150



1,263



200



0,075



0,014



60



0,250



0,224



100



0,150



0,542



200



0,075



5,681



60



0,250



16,065



100



0,150



3,912



200



0,075



0,645



15



MgO (Kel 6)



60



0,250



22,903



100



0,150



1,763



200



0,075



0,014



B. Tabel Hasil Perhitungan Ukuran pori (ratarata) (mm)



Berat zat yang



Sampel



Nomor Ayakan



tertinggal (g)



% tertinggal



% tertinggal x ukuran pori



Laktosa



60/100



0,2 mm



12,1855 g



92,556 %



18,511 mm



100/200



0,1125 mm



0,980 g



7,072 %



0,796 mm



Jumlah



-



-



13,1655 g



99,628 %



19,307 mm



Amilum



60/100



0,2 mm



0,554 g



55,706 %



11,141 mm



100/200



0,1125 mm



0,4405 g



44,293 %



4,983 mm



Jumlah



-



-



0,9945 g



99,999%



16,124 mm



Laktosa



60/100



0,2 mm



12,082 g



94,98 %



18,996 mm



100/200



0,1125 mm



0,638 g



5,015 %



0,564 mm



Jumlah



-



-



12,72 g



99,995 %



19,56 mm



Amilum



60/100



0,2 mm



0,383 g



10,878 %



2,176 mm



100/200



0,1125 mm



2,8676 g



88,217 %



9,924 mm



Jumlah



-



-



3,2506 g



99,095 %



12,1 mm



Talkum



60/100



0,2 mm



9,9885 g



81,425 %



16,286 mm



100/200



0,1125 mm



2,2785 g



18,574 %



2,089 mm



(Kel 1)



(Kel 2)



(Kel 3)



(Kel 4)



(Kel 5)



16



Jumlah MgO (Kel 6)



-



-



12,267 g



99,999 %



18,375 mm



60/100



0,2 mm



12,666 g



93,445 %



18,689 mm



100/200



0,1125 mm



0,8885 g



6,555 %



0,737 mm



-



-



13,554 g



100 %



19,426 mm



Jumlah



C. Perhitungan  Ukuran pori rata-rata 1. Nomor ayakan 60/100 = Ukuran pori 60 + Ukuran pori 100 2 = 0,250 + 0,150 2 = 0,2 mm 2. Nomor ayakan 100/200 = Ukuran pori 100 + Ukuran pori 200 2 = 0,150 + 0,075 2 = 0,1125 mm  Sampel Laktosa (Kelompok 1) 1. Berat zat yang tertinggal (g) Nomor ayakan 60/100 = Berat yang tertinggal di 60 + Berat yang tertinggal di 100 2 17



= 22,577 gr + 1,794 gr



= 12,1855 gr



2 Nomor ayakan 100/200 = Berat yang tertinggal di 100 + Berat yang tertinggal di 200 2 = 1,794 gr + 0,167 gr



= 0,980 gr



2 2. % yang tertinggal Nomor ayakan 60/100 =



Berat zat tertinggal 60 / 100 x 100% ∑ Berat zat tertinggal



=



12, 1855 g x 100% 13,1655 g



= 92,556 % Nomor ayakan 100/200 =



Berat zat tertinggal 100 / 200 x 100% ∑ Berat zat tertinggal



=



0,980 g x 100% 13,1655 g



= 7,072 % 3. % tertinggal x ukuran pori Nomor ayakan 60/100 = 92,556 x 0,2 mm = 18,511 mm Nomor ayakan 100/200 18



= 7,072 x 0,1125 mm = 0,796 mm 4. Diameter rata-rata =



∑ (% tertinggal x ukuran pori) 100



=



19,307



= 0,193 mm



100  Sampel Amilum (Kelompok 2) 1. Berat zat yang tertinggal (g) Nomor ayakan 60/100 = Berat yang tertinggal di 60 + Berat yang tertinggal di 100 2 = 0,464 gr + 0,644 gr



= 0,554 gr



2 Nomor ayakan 100/200 = Berat yang tertinggal di 100 + Berat yang tertinggal di 200 2 = 0,644 gr + 0,237 gr



= 0,4405 gr



2 2. % yang tertinggal Nomor ayakan 60/100 =



Berat zat tertinggal 60 / 100 x 100% ∑ Berat zat tertinggal



=



0,554 g x 100% 0,9945 g 19



=



55,706 %



Nomor ayakan 100/200 =



Berat zat tertinggal 100 / 200 x 100% ∑ Berat zat tertinggal



=



0,4405 g x 100% 0,9945 g



= 44,293 % 3. % tertinggal x ukuran pori Nomor ayakan 60/100 = 55,706 x 0,2 mm = 11,141 mm Nomor ayakan 100/200 = 44,293 x 0,1125 mm = 4,983 mm 4. Diameter rata-rata =



∑ (% tertinggal x ukuran pori) 100



=



16,124



= 0,161 mm



100  Sampel Laktosa (Kelompok 3) 1. Berat zat yang tertinggal (g) Nomor ayakan 60/100 = Berat yang tertinggal di 60 + Berat yang tertinggal di 100 2 = 22,902 gr + 1,263 gr = 12,082 gr 20



2 Nomor ayakan 100/200 = Berat yang tertinggal di 100 + Berat yang tertinggal di 200 2 = 1,263 gr + 0,014 gr



= 0,638 gr



2 2. % yang tertinggal Nomor ayakan 60/100 =



Berat zat tertinggal 60 / 100 x 100% ∑ Berat zat tertinggal



=



12,082 g x 100% 12,72 g



= 94,98 % Nomor ayakan 100/200 =



Berat zat tertinggal 100 / 200 x 100% ∑ Berat zat tertinggal



=



0,638 g x 100% 12,72 g



= 5,015 % 3. % tertinggal x ukuran pori Nomor ayakan 60/100 = 94,98 x 0,2 mm = 18,996 Nomor ayakan 100/200 = 5,015 x 0,1125 mm 21



= 0,564 4. Diameter rata-rata =



∑ (% tertinggal x ukuran pori) 100



=



19,56



= 0,1956 mm



100  Sampel Amilum (Kelompok 4) 1. Berat zat yang tertinggal (g) Nomor ayakan 60/100 = Berat yang tertinggal di 60 + Berat yang tertinggal di 100 2 =



0,224 gr + 0,542 gr



= 0,383 gr



2 Nomor ayakan 100/200 = Berat yang tertinggal di 100 + Berat yang tertinggal di 200 2 = 0,0542 gr + 5,681 gr



= 2,8676 gr



2 2. % yang tertinggal Nomor ayakan 60/100 =



Berat zat tertinggal 60 / 100 x 100% ∑ Berat zat tertinggal



=



0,383 g x 100% 3,2506 g 22



= 10,878 % Nomor ayakan 100/200 =



Berat zat tertinggal 100 / 200 x 100% ∑ Berat zat tertinggal



=



2,8676 g x 100% 3,2506 g



= 88,217 % 3. % tertinggal x ukuran pori Nomor ayakan 60/100 = 10,878 x 0,2 mm = 2,176 Nomor ayakan 100/200 = 88,217 x 0,1125 mm = 9,924 4. Diameter rata-rata =



∑ (% tertinggal x ukuran pori) 100



=



12,1



= 0,121 mm



100  Sampel Talkum (Kelompok 5)  Berat zat yang tertinggal (g) Nomor ayakan 60/100 = Berat yang tertinggal di 60 + Berat yang tertinggal di 100 2 =



16,065 gr + 3,912 gr



= 9,9885 gr 23



2 Nomor ayakan 100/200 = Berat yang tertinggal di 100 + Berat yang tertinggal di 200 2 =



3,912 gr + 0,645 gr



= 2,2785 gr



2  % yang tertinggal Nomor ayakan 60/100 =



Berat zat tertinggal 60 / 100 x 100% ∑ Berat zat tertinggal



=



9,9885 g x 100% 12,267 g



= 81,4257 % Nomor ayakan 100/200 =



Berat zat tertinggal 100 / 200 x 100% ∑ Berat zat tertinggal



=



2,2785 g x 100% 12,267 g



= 18,5742 %  % tertinggal x ukuran pori Nomor ayakan 60/100 = 81,428 x 0,2 mm = 16,286 mm Nomor ayakan 100/200 = 18,574 x 0,1125 mm 24



= 2,089 mm  Diameter rata-rata =



∑ (% tertinggal x ukuran pori) 100



=



18,375 = 0,184 mm 100



 Sampel MgO (Kelompok 6) 1. Berat zat yang tertinggal (g) Nomor ayakan 60/100 = Berat yang tertinggal di 60 + Berat yang tertinggal di 100 2 = 22,903 gr + 1,763 gr =12,666 gr 2 Nomor ayakan 100/200 = Berat yang tertinggal di 100 + Berat yang tertinggal di 200 2 = 1,763 gr + 0,014 gr



= 0,8885 gr



2 2. % yang tertinggal Nomor ayakan 60/100 =



Berat zat tertinggal 60 / 100 x 100% ∑ Berat zat tertinggal



=



12,666 g x 100% 13,5545 g 25



= 93,4449 % Nomor ayakan 100/200 =



Berat zat tertinggal 100 / 200 x 100% ∑ Berat zat tertinggal



=



0,8885 g x 100% 13,5545 g



= 6,5550 % 3. % tertinggal x ukuran pori Nomor ayakan 60/100 = 93,445 x 0,2 mm = 18,689 mm Nomor ayakan 100/200 = 6,555 x 0,1125 mm = 0,737 mm 4. Diameter rata-rata =



∑ (% tertinggal x ukuran pori) 100



=



19,426



= 0,194 mm



100



26



D. Pembahasan Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk melakukan pengukuran partikel dengan metode pengayakan (shieving). Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokan butiran, yang akan dipisahkan menjadi satu atau beberapa kelompok. Dengan demikian, dapat dipisahkan antara partikel lolos ayakan (butir halus) dan yang tertinggal diayakan (butir kasar). Adapun pada percobaan kali ini kami menggunakan metode ayakan dengan pengayak nomor mesh 60, 100, dan 200 sesuai yang tersedia dalam laboratorium. Sampel yang digunakan adalah Talkum, Amilum dan Laktosa dengan masingmasing sebanyak 25 gram. Prosedur pertama yang dilakukan adalah meletakkan sampel yang telah ditimbang di atas ayakan dengan nomor mesh terkecil yakni 60, yang kemudian disusun dibawahnya ayakan nomor mesh 100 dan 200. Setelah itu sampel diayak dengan cara manual selama 10 menit. Dari percobaan menggunakan sampel Amilum kelompok 2 diperoleh diameter rata-ratanya adalah 0,161 mikrometer. Sedangkan dari percobaan menggunakan sampel Amilum oleh kelompok 4 diperoleh diameter rata-rata 0,121 mikrometer. Menurut literatur Farmakope Indonesia, pemeriksaan mikroskopik amilum adalah butiran tunggal, agak bulat atau persegi banyak; butir kecil berdiameter 5-10 µm dan butir besar berdiameter 20-35 µm atau setara dengan 0,005-0,01 mikrometer (butir kecil dan 0,02-0,035 mikrometer (butir besar), dimana hal tersebut berbeda dengan hasil perhitungan yang didapatkan oleh kelompok 2 dan kelompok 4. Dari percobaan menggunakan sampel Laktosa kelompok 1 diperoleh diameter rata-rata dari Laktosa adalah 0,193 mikrometer. Sedangkan dari percobaan menggunakan sampel Laktosa kelompok 3 diperoleh diameter rata rata dari Laktosa adalah 0,1956 mikrometer. Menurut literatur Rowe, 2009 ukuran diameter dari Laktosa adalah 45 µm atau 0,045 mikrometer, dimana



hal tersebut berbeda dengan hasil perhitungan yang didapatkan oleh



kelompok 1 dan kelompok 3. Dari percobaan menggunakan sampel Talkum 27



kelompok 5 diperoleh diameter rata-rata dari Talkum sampel kelompok 5 adalah 0,184



mikrometer.



Menurut



literatur



Rowe,



2009



ukuran



diameter dari talcum yaitu 74 µm atau 0,074 mikrometer, dimana hal ini tidak sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh kelompok 5. Dari percobaan menggunakan sampel MgO kelompok 6 diperoleh diameter rata-rata dai MgO sampel kelompok 6 adalah 0,194 mikrometer. Menurut literatur Rowe, 2009 ukuran diameter dari MgO (magnesium oksida) yaitu 45 µm atau 0,045 mikrometer, tidak sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh kelompok 6. Adanya data yang tidak sesuai pada percobaan ini bisa disebabkan karena beberapa hal, antara lain yakni kurang tepat dalam menimbang sampel, adanya sampel yang masih melekat pada ayakan, pada waktu menuang hasil ayakan banyak zat yang terbawa oleh angin serta adanya ayakan yang kurang bersih, sehingga mempengaruhi hasil yang didapatkan.



28



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan percobaan kali ini, dapat disimpulkan bahwa menggunakan metode ayakan dalam menentukan diameter rata-rata dari sampel yang kami gunakan relatif lebih mudah dan sederhana. Caranya hanya dengan menyusun ayakan dari nomor mesh terkecil sampai terbesar kemudian mengayak sampel dengan meletakkannya pada nomor mesh terkecil (ayakan paling atas). Kemudian menimbang residu yang tertinggal pada masing-masing pengayak, setelah itu menghitungnya dan menentukan diameter rata-rata dari setiap sampel yang digunakan.



B. Saran Sebaiknya percobaan ini dilakukan dengan metode lain agar diperoleh perbandingan yang lebih jelas antara metode satu dengan lainnya.



29



DAFTAR PUSTAKA



Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI-Press Company Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi edisi V Cetakan I . Yogyakarta: UGM Press Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta Lachman, et all. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri edisi III . Jakarta: UIPressMoechtar. 1990. Martin. 2008. Farmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press Mochtar. 1990. Fisika Farmasi. Jogjakarta : UGM Press Owen, S. J. dan Weller, P. J., 2006, Propilen Glycol, In: Rowe, R. C., Shesky, P. J. and Owen, S. C. (eds.), Handbook of Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition, 624, Pharmaceutical Press, UK. Parrot, L,E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish: Burgess Publishing



30



LAMPIRAN Gambar



Keterangan Gambar bahan Talkum yang digunakan sebagai sampel



Gambar bahan Amilum yang digunakan sebagai sampel



Gambar bahan Alkohol yang digunakan untuk membersihkan alat-alat praktikum yang digunakan



Gambar alat pengayak yang digunakan (nomor mesh 60, 100 dan 200 sesuai yang tersedia di laboratorium)



Gambar pada saat menimbang bahan yang digunakan sebagai sampel (Amilum, Laktosa dan Talkum) masing-masing sebanyak 25 gram



31



Gambar



Keterangan Gambar pada saat memasukkan sampel yang akan diayak ke dalam pengayak yang paling di atas dengan nomor mesh terkecil yakni 60.



Gambar pada saat melakukan pengayakan secara manual selama 10 menit.



Gambar pada saat pengambilan serbuk yang tertinggal pada setiap pengayak



Gambar serbuk yang tertinggal pada pengayak nomor 60, 100 dan 200



Gambar pada saat menimbang serbuk yang tertinggal pada pengayak untuk dihitung dan ditentukan diameter rata-rata dari masing-masing sampel yang digunakan



32