Model Latihan Penelitian [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODEL LATIHAN PENELITIAN (INQUIRY TRAINING) A. PENGANTAR Model pembelajaran ini dikembangkan oleh tokoh bernama Suchman. Latihan penelitian atau inquiry training bertolak dari kepercayaan bahwa perkembangan seseorang agar mandiri, menuntut metode yang dapat memberi kemudahan bagi para mahasiswa untuk melibatkan diri dalam penelitian ilmiah. Umumnya manusia selalu memiliki rasa ingin tahu, karena itu model latihan penelitian ini memperkuat dorongan alami untuk melakukan eksplorasi, memberikan arah khusus sehingga mereka akan dapat melakukan eksplorasi itu dengan semangat besar dan dengan penuh kesungguhan. Dengan model ini membantu para mahasiswa untuk melakukan penelitian secara mandiri dengan cara yang berdisiplin. Yang diharapkan ialah para mahasiswa dapat mempertanyakan, mengapa suatu peristiwa terjadi, dan menelitinya dengan cara mengumpulkan dan mengolah data secara logis. Latihan penelitian dimulai dengan menyajikan situasi yang penuh pertanyaan. Dengan situasi yang penuh teka-teki ini secara alami mahasiswa akan terdorong untuk memecahkan teka-teki itu. Dengan cara ini diyakini bahwa para mahasiswa dapat menjadi semakin sadar akan proses penelitian yang dilakukannya dan pada saat itu secara langsung dapat diajarkan cara melakukan prosedur penelitian yang bersifat ilmiah. Yang paling penting, demikian menurut Suchman sebagai pengembang model ini, menyajikan kepada para mahasiswa suatu sikap bahwa “pengetahuan itu bersifat tentatif” artinya selalu terbuka untuk dikaji secara terus menerus. Jadi, pada dasarnya model ini mengikuti teori Suchman sebagai berikut : Secara alami para mahasiswa akan mencari sesuatu segera setelah dihadapkan pada masalah, Mereka akan menjadi sadar tentang dan belajar mengenai strategi berpikir yang dimilikinya, Strategi baru dapat diajarkan secara langsung melengkapi strategi yang telah dimiliki, dan Penelitian yang bersifat kerjasama akan memperkaya proses berpikir dan membantu para mahasiswa untuk belajar tentang sifat tentatif dari pengetahuan, sifat selalu berkembang dari pengetahuan, dan menghargai berbagai alternatif penjelasan mengenai sesuatu hal.



Pengertian Model Pembelajaran Inquiry Training



Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Adapun dasar teori mendukung model pembelajaran ini yaitu : 1; Secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu akan



segala sesuatu yang menarik perhatiannya 2; Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala sesuatu tersebut dan akan belajar untuk menganalisis strategi berpikirnya tersebut 3; Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan/digabungkan dengan



strategi lama yang telah dimiliki siswa 4; Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan berpikir dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentatif dan belajar menghargai penjelasan atau solusi altenatif. Inkuiri adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Model pembelajaran inquiry training dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan meringkaskan proses ilmiah itu ke dalam waktu yang relatif singkat. Pembelajaran inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi dengan baik. Pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5; komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources. 1; Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi. 2; Student Engangement. Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan



secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi. 3; Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar. 4; Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi. 5; Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya. Awalnya model pembelajaran ini digunakan untuk mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan alam, akan tetapi dapat pula digunakan untuk semua mata pelajaran. Model ini sangat penting untuk mengembangkan nilai dan sikap yang sangat dibutuhkan agar siswa mampu berpikir ilmiah, seperti 1; Keterampilan melakukan pengamatan,pengumpulan dan pengorganisasian data termasuk merumuskan dan menguji hipotesis serta menjelaskan fenomena. 2; Kemandirian belajar 3; keterampilan mengekspresikan secara verbal, 4; kemampuan berpikir logis, dan 5; Kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif. langkah-Langkah



Pembelajaran



Inquery



Training



Pembelajaran model inquiry training memiliki lima langkah pokok yaitu : 1; Menghadapkan masalah : menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang



saling bertentangan 2; Menemukan masalah : memeriksa hakikat objek dan kondisi yang dihadapi, memeriksa tampilnya masalah 3; Mengkaji data dan eksperimentasi : mengisolasi variabel yang sesuai, merumuskan hipotesis 4; Mengorganisasikan, merumuskan, dan menjelaskan



5; Menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif



Dalam model inquiry training terdapat tiga prinsip yaitu pengetahuan yang bersifat tentatif, manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan indivualitas secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah (kemandirian). Prinsip-prinsip yang dikembangkan adalah pengajuan pertanyaan yang jelas dan lugas, menyediakan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki pertanyaan, menunjukkan butir-butir yang kurang sahih, menyediakan bimbingan tentang teori yang digunakan, menyediakan suasana kebebasan intelektual, menyediakan dorongan dan dukungan atas interaksi, hasil eksplorasi, formulasi, dan generalisasi siswa. Penerapan pembelajaran model ini memerlukan materi yang mampu membangkitkan proses intelektual dan yang menantang siswa untuk melakukan penelitian. Tujuan umum dari model inkuiri adalah membantu siswa mengembangkan ketrampilan intelektual dan ketrampilan-ketrampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan mencari jawaban yang berasal dari keinginan mereka. Dengan model pembelajarn inkuiri training akan membawa pikiran siswa untuk melakukan eksperiman dan mengumpulkan data. Dengan demikian berarti siswa telah terpancing untuk mengeluarkan ide-ide ketika guru mengajukan suatu masalah. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inquery Training Kegiatan pembelajaran melalui pendekatan inquery training memiliki dampak positif bahwa pencarian (inquiry) mengandung makna sebagai berikut: 1; Dapat membangkitkan potensi intelektual siswa karena seseorang hanya dapat belajar



dan mengembangkan pikirannya jika ia menggunakan potensi intelektuainya untuk berpikir. 2; Peserta didik yang semula memperoleh extrinsic reward dalam keberhasilan belajar (seperti mendapat nilai baik dari pengajar), dalam pendekatan inkuiri ini dapat memperoleh intrinsic reward. Diyakini bahwa jika seorang peserta didik berhasil mengadakan kegiatan mencari sendiri (mengadakan penelitian), maka ia akan memperoleh kepuasan untuk dirinya sendiri. 3; Peserta didik dapat mempelajari heuristik (mengolah pesan atau informasi) dari penemuan (discovery), artinya bahwa cara untuk mempelajari teknik penemuan ialah dengan jalan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengadakan penelitian sendiri.



4; Dapat menyebabkan ingatan bertahan lama sampai terinternalisasi pada diri peserta



didik. Sedangkan kelemahan dari metode ini meliputi : 1; Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa 2; Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam kebiasaan siswa dalam belajar 3; Kadang kadang dalam implementasimnya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 4; Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. B. IMPLEMENTASI MODEL LATIHAN PENELITIAN (INQUIRY) DALAM PEMBELAJARAN Walaupun dalam prakteknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu : Question (pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa) Student Engangement (keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru sebagai fasilitator. Cooperative Interaction (siswa diminta untuk berkomunikasi bekerja berpasangan dalam kelompok) Perfomance Evaluation (dalam menjawab permasalahan siswa diminta untuk membuat sebuah produk menghasilkan yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahannya yang sedang dipecahkannya) Variety of Resources (siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar).



SINTAKMATIK Model ini memiliki lima tahap seperti berikut : (Joyce dan Weil, 1986:61 dalam Udin S. Winataputra, 2001:17) :



Tahap Pertama : Menghadapkan Masalah Menjelaskan prosedur penelitian Menyajikann situasi yang saling bertentangan atau berbeda. Tahap Kedua : Mencari dan Mengkaji Data Memeriksa hakikat objek dan kondisi yang dihadapi memeriksa tampilnya masalah. Tahap Ketiga : Mengkaji Data dan Eksperimentasi Mengisolasi variabel yang sesuai Merumuskan hipotesis sebab akibat. Tahap Keempat : Mengorganisasikan, Merumuskan dan Menjelaskan Dilakukan dengan cara merumuskan cara-cara atau aturan untuk menjelaskan apa tang dilakukan sebelumnya. Tahap Kelima : Menganalisis Proses Penelitian Dilakukan dengan cara menganalisis strategi pennelitian untuk mendapatkan prosedur yang lebih efektif. SISTEM SOSIAL Model latihan penelitian dapat diorganisasikan secara lebih terstruktur dimana pengajar mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian yang harus ditempuh. Akan tetapi, harus tetap diperhatikan bahwa prinsip dan norma yang dikandung dalam model ini ialah kerjasama, kebebasan intelektual, dan kesamaan derajat. Interaksi mahasiswa harus didorong dan digalakkan. Lingkungan intelektual juga ditandai oleh sifat terbuka terhadap berbagai ide yang relevan. Dalam konteks ini pengajar dan mahasiswa seyogyanya berpartisipasi atas dasar persamaan derajat dalam menghadapi suatu ide. PRINSIP PENGELOLAAN/REAKSI 



Pertanyaan yang diajukan harus diungkapkan dengan jelas sehingga dapat dijawab oleh para mahasiswa,



    







Mintalah para mahasiswa untuk merumuskan pertanyaan yang kurang tepat, Jika ada butir persoalan yang tidak sahih, tunjukkan kepada para mahasiswa dengan jelas, Gunakan bahasa yang baik untuk melakukan proses penelitian, misalnya dengan cara menunjukkan kepada para mahasiswa teori mana yang memerlukan percobaan, Cobalah berikan suasana kebebasan intelektual dengan cara tidak menilai teori yang diajukan oleh para mahasiswa, Berikan dorongan kepada para mahasiswa untuk merumuskan pertanyaan tentang teori dan selanjutnya memberikan dukungan untuk melakukan perumusan generalisasi, Berikan dorongan dan kemudahan bagi para mahasiswa untuk melakukan interaksi diantara mereka.



SISTEM PENDUKUNG Sarana yang diperlukan untuk melaksanakan model ini adalah materi yang dapat dikonfrontasikan pengajar yang mampu mengerti proses intelektual dan strategi penelitian, dan sumber bahan yang mampu memberikan masalah-masalah yang menantang bagi para mahasiswa untuk melakukan penelitian. DAMPAK INSTRUKSIONAL DAN PENGIRING Dampak instruksional model ini adalah :      



Strategi untuk penelitian kretif Semangat kreatif Dampak pengiring : Keterampilan proses keilmuan Kemandirian atau otonomi dalam belajar Toleransi terhadap ketidakpastian.



MODEL LATIHAN PENELITIAN (Suchman dalam Joyce & Weil. 1986)



C. KESIMPULAN



Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasardasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa dibenar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru memilih masalah yang perlu disampaikan kepada siswa untuk dipecahkan, namun dimungkinkan juga masalah yang akan dipecahkan dapat dipilih oleh siswa.



REFERENSI Nurani Yuliani. 2003. Strategi Pembelajaran. Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Sutrisno Joko. 2008. Metode Pembelajaran Inquiry. www.erlangga.co.id Winataputra U. S. 2001. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.