MODUL 18 - Keb Elimiasi-New [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAFTAR ISI



DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2 Pendahuluan .......................................................................................................... 3 A. Deskripsi ......................................................................................................... 3 B. Relevansi ......................................................................................................... 3 C. Petunjuk Belajar ............................................................................................... 3 INTI MATERI....................................................................................................... 4 A. Capaian Pembelajaran...................................................................................... 4 B. Sub Capaian Pembelajaran .............................................................................. 4 C. Pokok-Pokok Materi ........................................................................................ 4 D. Uraian Materi ................................................................................................... 4 1.



Konsep eliminasi .......................................................................................... 5



2.



Eliminasi Urin ............................................................................................ 7



3.



Eliminasi Fekal (bowel eliminasi) ............................................................. 13



4.



Faktor faktor yang Mempengaruhi Eliminasi ........................................ 16



5.



Masalah-Masalah Eliminasi ....................................................................... 17



6.



Penatalaksanaan atau intervensi pada ganguan eliminasi .......................... 19



7.



Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi .............................................................. 22



E. Rangkuman .................................................................................................... 24 F.



Tugas ............................................................... Error! Bookmark not defined.



G. Tes Formatif .................................................... Error! Bookmark not defined. H. Daftar Pustaka ................................................................................................ 25



Pendahuluan A. Deskripsi Materi ini mempelajari tentang pelayanan kebutuhan dasar manusia yang meliputi pelayanan kebutuhan eliminasi. Fokus Materi ini adalah membahas konsep teoritis tentang eliminasi urin dan eliminasi fekal meliputi anatomi dan fisiologi sistem yang terkait dengan eliminasi (sistem urologi, dan pencernaan), faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi, dan tindakan pada kebutuhan eliminasi. Pembelajaran diarahkan dengan belajar mandiri berbasis modul dan daring dengan menggunakan sumber belajar yang sudah disiapkan oleh dosen dan juga menggunakan sumber sumber lain yang relevan.



B. Relevansi Eleminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eleminasi dibutuhkan untuk mempertahankan dalam keseimbangan fisiologis melalui pembuangan sisasisa



metabolisme. Sehingga apabila terjadi gangguan pada pemenuhan



kebutuhan ini akan dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan sistem tubuh. Oleh karena itu materi eliminasi ini sangat relevan untuk diajarkan sebagai materi pembelajaran. C. Petunjuk Belajar Agar kita dapat berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini berikut beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti : 1. Pelajari dengan cermat materi eliminasi ini sampai anda memahami secara tuntas, 2. Pahami garis besar materi-materi yang akan dipelajari atau dibahas secara seksama apa yang akan dicapai. 3. Bacalah sumber-sumber lain yang relevan untuk menambahkan wawasan anda menjadikan perbandingan jika pembahasan dalam modul ini masih dianggap kurang.



INTI MATERI PELAYANAN KEBUTUHAN ELIMINASI A. Capaian Pembelajaran Mampu menguasai konsep teoritis tentang kebutuhan eliminasi B. Sub Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta didik mampu:: 1. Menganalisis tentang konsep eliminasi 2. Menguraikan tentang anatomi dan fisiologi sistem perkemihan 3. Menguraikan tentang sistem pencernaan yang terkait dengan eliminasi fekal 4. Menentukan faktor-faktor yang mempengarhui eliminasi 5. Menganalisis tentang masalah-masalah yang terjadi pada eliminasi 6. Merencanakan penatalaksanaan kebutuhan eliminasi C. Pokok-Pokok Materi 1. Definisi kebutuhan eliminasi 2. Review anatomi dan fisiologi sistem perkemihan 3. Review anatomi dan fisiolgi sistem pencernaan yang terkait dengan eliminasi fekal 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi 5. Masalah-masalah pada eliminasi 6. Menjelaskan penatalaksanaan kebutuhan eliminasi D. Uraian Materi Salam sejahtera, semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya. Aamiin. Pada modul sebelumnya telah disampaikan tentang konsep kebutuhan dasar, pasti saudara sudah memahinya. Untuk selanjutnya dalam modul ini saudara akan mempelajari tentang pemberian pelayanan kebutuhan dasar yang meliputi pelayanan kebutuhan kebersihan diri (personal higiene), kebutuhan eliminasi, dan kebutuhan nutrisi. Baiklah marilah kita urakan satu-persatu materinya.



1. Konsep Eliminasi Ketika saudara mendengar atau membaca kata “Eliminasi”, apakah yang terbersit dibenak saudara? Apakah macamnya? Lalu masalah apa yang dapat terjadi dengan eliminasi?. Caba bandingkan jawaban saudara dengan konsep teoritis berikut. Kata eliminasi secara bahasa berarti pengeluaran, atau penghilangan, atau penyingkiran, dan atau penyisihan. Dalam istilah kesehatan eliminasi berarti proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Sistem saluran kemih menyaring dan mengeluarkan urin dari tubuh, untuk menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Fungsi usus normal adalah mengeluarkan sisa-sisa makanan yang yang sudah dicerna, diserap dan sisanya berupa limbah padat yang dibuang dan dilakukan secara teratur. Proses pengeluaran atau pembuangan urin dinamakan berkemih atau miksi atau buang air kecil/BAK, sedangkan proses pengeluaran sisa pencernaan makanan disebut defekasi (buang air besar/BAB). Pola eliminasi sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan sistem dalam tubuh. Sistem saluran kemih dan gastrointestinal (GI= pencernaan) bersama-sama mengeksresi atau mengeluarkan untuk membuang limbah tubuh sebagai sisa proses metabolisme. Selama periode stres dan sakit, klien mengalami perubahan dalam pola eliminasi. Sehingga yang harus anda lakukan sebagai Perawat adalah menilai perubahan, mengidentifikasi masalah, dan memberikan intervensi untuk membantu klien mempertahankan pola eliminasi yang tepat. Peranan perawat mencakup kegiatan perawatan diri klien untuk mempromosikan kemandirian dan kesehatan. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal membentuk urin, ureter membawa urin ke kandung kemih, kandung kemih bertindak sebagai reservoir untuk urin, dan uretra adalah jalan keluar untuk urin untuk keluar dari tubuh.



Gambar 1. Ikhtisar komponen sistem perkemihan (Evans & Tippins, 2008) Sedangkan saat saudara mempelajari eliminasi fekal (bowel elimination) maka saudara akan memulai dengan mempelajari saluran pencernaan makanan. Saluran pencernaan terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus duabelas jari. usus kecil, usus besar, rektum, dan anus. Namun untuk proses defekasi dimulai dari Usus kecil menyerap nutrisi, usus besar menyerap cairan dan sisa nutrisi, dan bagian distal dari usus besar mengumpulkan dan menyimpan sisa limbah metabolisme sampai eliminasi terjadi. Seperti tergambar dalam gambar 2 berikut.



Gambar 2. Ikhtisar sistem pencernaan (Evans & Tippins, 2008)



Selanjutnya kita uraikan secara terperinci tentang eliminasi urin dan eliminasi fekal mulai dari: 1) review anatomi dan fisiologi masing-masing, 2) masalahmasalah yang sering dialami, dan 3) bagimana intervensi untuk penatalaksanaan yang diberikan. Dimulai dari uraian tentang eliminasi urine sebagai berikut: 2. Eliminasi Urin 1) Definisi Eleminasi atau pembuangan normal urine merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi yang sering dianggap tidak penting oleh kebanyakan orang. Pada sistem perkemihan yang tidak berfungsi dengan baik, hal ini bisa menyebabkan gangguan terhadapa sistem organ lainnya. Seseorang yang mengalami perubahan eleminasi dapat menderita secara fisik dan psikologis. Anda sebagai perawat harus memahami dan menunjukkan sikap peka terhadap kebutuhan klien akan eleminari urine, serta memahami penyebab terjadinya masalah dan berusaha memberikan bantuan untuk penyelesaian masalah yang bisa diterima. Eleminasi atau pembuangan urine normal adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.



2) Anatomi Dan Fisiologi Eleminasi Urine Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eleminasi seperti ginjal, ureter, kandung kemih atau bladder dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine kemudian masuk ke ureter lalu mengalir ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tetentu atau sampai timbul keinginan berkemih, yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.



Gambar 3. Sistem perkemihan (a) perempun, (b) laki-laki (DeLaune & Ladner, 2011)



a. Ginjal (Kidney) Tahukah Anda bahwa ginjal bentuknya seperti kacang, terdiri dari 2, yaitu ginjal kanan dan ginjal kiri dimana letak ginjal kanan lebih rendah dibandingkan ginjal kiri. Produk buangan (limbah) merupakan hasil metabolisme yang terkumpul dalam darah melewati arteri renalis kemudian difiltrasi di ginjal. Sekitar 20% - 25% curah jantung bersirkulasi setiap hari melalui ginjal. Setiap satu ginjal mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine di Glomerulus. Kapiler glomerulus memiliki pori-pori sehingga dapat memfiltrasi air dan substansi seperti glukosa, asam amino, urea, kreatinin dan elektrolit. Kondisi normal, protein ukuran besar dan selsel darah tidak difiltrasi. Bila dalam urine mengandung protein (proteinuria), hal ini bertanda adanya cedera atau gangguan pada glomerulus. Rata-rata Glomerular Filtrasi Rate (GFR) normal pada orang dewasa 125 ml permenit atau 180 liter per 24 jam. Sekitar 99 % filtrat direabsorpsi seperti ke dalam plasma, sedang 1 % di ekskresikan seperti ion hidrogen, kalium dan amonia sebagai urine.



b. Ureter Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal ke kandung kemih melalui ureter. Panjang ureter dewasa 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm. Dinding ureter dibentuk dari 3 lapisan, yaitu lapisan dalam membran mukosa, lapisan tengah otot polos yang mentransfor urine melalui ureter dengan gerakan peristaltik yang distimulasi oleh distensi urine dikandung kemih, lapisan luar jaringan fibrosa menyokong ureter. Adanya obstruksi di ureter yang tersering adalah oleh karena batu ginjal, menimbulkan gerakan peristaltik yang kuat sehingga mencoba mendorong dalam kandung kemih, hal ini menimbulkan nyeri hebat yang sering disebut kolik ginjal.



c. Kandung Kemih (Bladder) Kandung kemih tempat penampung 400 - 600 ml, namun keinginan berkemih sudah dirasakan seseorang dewasa pada saat kandung kemih terisi urine 150 ml, walaupun pengeluaran urine pada normalnya jika sudah terisi sekitar 300 ml. Kandung kemih terletak di dasar panggul dan merupakan otot yang dapat mengecil seperti balon, yang disebut otot detrusor. Dalam keadaan penuh kandung kemih membesar yang terdiri dari dua bagian fundus dan bagian leher terdapat spinter interna dikontrol saraf otonom yaitu sakral 2 dan 3.



d. Uretra (Urethra) Uretra merupakan saluran pembuangan urin keluar dari tubuh, kontrol pengeluaran dilakukan oleh spinter eksterna yang dapat dikendalikan oleh kesadaran kita (termasuk otot sadar). Dalam kondisi normal,aliran urine yang mengalami turbulasi membuat urine bebas dari bakteri, karena membran mukosa melapisi uretra mensekresi lendir bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa mencegah masuknya bakteri. Ukuran panjang uretra wanita sekitar 4 – 6,5 cm, sehingga seringkali menjadi factor predisposisi teradiya infeksi saluran



kemih (ISK), misalnya pielonefritis, ureteritir, dan IS lainnya. sedangkan uretra pria panjangnya sekitar 20 cm.



3) Fisiologi Berkemih



Kontrol saraf Pada Otot Detrusor (pada kandung kemih) Otot detrusor merupakan otot polos kandung kemih dan termasuk otot volunter sehingga memungkinkan orang dewasa dapat menunda atau menahan berkemih atau buang air kecil (BAK) sampai waktu dan lokasi yang tepat secara sosial, misalnya di kamar mandi. Area spesifik otak, sumsum tulang belakang, dan sistem saraf perifer memodulasi aktivitas refleks otot detrusor. Kontrol saraf pusat kandung kemih dimulai di beberapa pusat modulasi di otak. Terjadinya lesi neurologis di satu atau lebih dari area ini menyebabkan kontraksi detrusor hiperaktif dan menyebabkan hilangnya kontrol kandung kemih. Area utama di otak yang memodulasi otot detrusor terletak di lobus frontal, thalamus, hipotalamus, ganglia basalis, dan serebelum. Sistem limbik, yang mengendalikan banyak aspek fungsi saraf otonom juga dapat mempengaruhi kontinensia. Pusat miksi, terletak di dekat dasar otak, memiliki dua kelompok neuron yang menandai asal-usul buang air kecil (berkemih), evakuasi urin dari kandung kemih. Pada bayi, eliminasi urin dikontrol sepenuhnya oleh pusat mikturisi, yang mengosongkan kandung kemih ketika volume 'batas (treshold)' tertentu tercapai atau ketika kandung kemih dirangsang dengan cara lain. Namun, pada orang dewasa, pusat mikturisi digerakkan oleh beberapa pusat otak, dan BAK biasanya terjadi ketika seseorang ingin mengosongkan kandung kemih. Traktus retikulospinalis di sumsum tulang belakang (spinal cord) mengirim pesan dari otak dan batang otak ke saraf perifer kandung kemih. Pengisian kandung kemih dan penyimpanan urin dipengaruhi oleh eksitasi sistem saraf simpatetik melalui serabut efferent, nukleus spinal simpatis



pada segmen thorakal ke-10 (T10) sampai lumbal ke-2 (L2). Eksitasi neuron-neuron ini melemaskan otot detrusor dan mengkontraksi elemenelemen otot mekanisme sfingter. Pengosongan urin dilakukan melalui sistem saraf parasimpatik. Eksitasi neuron yang terletak di segmen sakrum ke-2 (S2) sampai sakrum k4-4 (S4) menyebabkan terjadinya proses berkemih (buang air kecil) oleh kontraksi otot detrusor dan relaksasi elemen otot mekanisme sfingter. Dua saraf perifer mengirimkan pesan dari sistem saraf pusat ke otot detrusor. Pleksus pelvis mengirimkan impuls parasimpatis ke otot polos detrusor. Perangsangan saraf parasimpatik menyebabkan pelepasan neurotransmiter, asetilkolin, yang sehingga terjadi kontraksi sel-sel otot detrusor. Substansi lain juga dapat mempengaruhi kontraksi otot detrusor, tetapi semua mekanisme di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Syaraf hipogastrik inferior memberikan sebagian besar sinyal simpatik pada dinding kandung kemih dan mekanisme sfingter. Pada otot detrusor,



eksitasi



reseptor



β-adrenergik



menyebabkan



pelepasan



norepinefrin, yang menghambat kontraksi otot detrusor. Selain itu, stimulasi reseptor α-adrenergik di leher kandung kemih, di uretra proksimal, dan di uretra prostat pada pria menyebabkan kontraksi komponen otot pada mekanisme sfingter, sehingga terjadi penutupan uretra yang



menyebabkan kontinensia (kemih tertahan). Mekanismenya



digambarkan dalam gambar 4 berikut:



Gambar 4. Pengaturan otot polos destrusor terhadap rangsang berkemih (sumber: www.slideshare.net)



Proses eleminasi urine ada dua langkah utama: Pertama, bila kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang dikirim ke medulla spinalis diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Kedua, pusat miksi mengirim sinyal ke otot kandung kemih (destrusor), maka spinter ekterna relaksasi berusaha mengosongkan kandung kemih, sebaliknya bila memilih tidak berkemih spinter eksterna berkontraksi.



Kerusakan



pada



medulla



spinalis



menyebabkan hilangnya kontrol volunter berkemih, tetapi jalur refleks berkemih dapat tetap sehingga terjadinya berkemih secara tetap, maka kondisi ini disebut refleks kandung kemih.



4) Pola Eleminasi Urine Seseorang berkemih sangat tergantung pada kondisi kesehatan individu dan jumlah cairan yang masuk (intake), Normalnya dalam sehari sekitar 5 kali. Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan atau pola. Kebanyakan orang berkemih kira-kira 70% dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Jumlah urine yang dikeluarkan



tergantung pada: a) usia, Pada orang dewasa jumlah urine yang dikeluarkan sekitar 1.200 – 1.500 atau 150 sampai 600 ml / sekali miksi. Berat jenis plasma (tanpa protein) berkisar 1,015 -1,020. Berat jenis plasma (tanpa protein) berkisar 1,015 -1,020, b) intake cairan, semakin banyak intake cairan baik melalui minum maupun makanan yang banyak mengandung air maka akan meningkatkan jumlah urine, dan c) status kesehatan, seperti misalnya seseorang yang mengalami gangguan pada ginjalnya maka akan mempengaruhi produksi urin, pada gagal ginjal kronis akan terjadi oliguria bahkan anuria, dan sebaliknya orang dengan diabetes akan mengalami poliuri. Normalnya urine berwarna kuning terang yang merupakan pigmen oruchrome, namun warna dapat juga dipengaruhi pada: a) intake cairan. Jika seseorang dalam keadaan dehidrasi maka kosentrasi urine menjadi lebih pekat dan kecoklatan, b) penggunaan obat-obatan tertentu seperti multivitamin dan preparat besi menyebabkan warna urine menjadi kemerahan sampai kehitaman. Urine berbau khas amoniak yang merupakan hasil pecahan urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau urine. Untuk selanjutnya saudara akan mempelajari tentang eliminasi fekal dan defekasi, 3. Eliminasi Fekal (bowel eliminasi) Saudara, bahwa Proses eliminasi fekal normal sebenarnya tidak bisa dipahami secara lengkap, dimana proses ini tergantung pada konsistensi feses (bahan feses), motilitas usus, kepatuhan dan kontraktilitas rektum, serta fungsi sfingter anal. Selanjutnya supaya saudara lebih mudah untuk memahaminya, berikut kita mulai dengan struktur anatomi sistem pencernaan



1. Anatomi Saluran Pencernaan (Gastrointestinal=GI)



Gambar 5. Saluran pencernaan (DeLaune & Ladner, (2011)



Sistem GI (saluran pencernaan) dimulai di mulut dan berakhir di anus. Usus kecil pada orang dewasa kira-kira 8 meter panjangnya. Usus kecil terutama bertanggung jawab untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi, vitamin, mineral, cairan, dan elektrolit. Chyme pencernaan (campuran makanan dan sekresi yang dicerna sebagian) berjalan melalui usus kecil dengan kombinasi kontraksi segmental dan gelombang peristaltik. Zat yang ditoleransi dengan baik bergerak melalui usus relatif lambat; makanan atau obat-obatan yang beracun atau mudah terbakar pada usus kecil dievakuasi dengan cepat. Usus kecil bergabung dengan usus besar (usus besar) di katup ileocecal. Katup ini bekerja bersama dengan sfingter ileocecal untuk mengontrol pengosongan isi dari usus kecil ke usus besar dan untuk mencegah regurgitasi chyme pencernaan dari usus besar ke usus kecil (lihat Gambar 5). panjang Usus halus pada orang dewasa rata-rata sekitar 5 meter yang terdiri atas enam segmen: sekum, kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan saluran anal. Fungsi utama usus besar adalah mengumpulkan, memusatkan, mengangkut, dan menghilangkan bahan limbah (feses). sphincter anal terdiri dari otot halus dan otot skeletal yang melapisi bagian distal dari lubang anus. Ia bekerja dengan anus untuk menyimpan dan untuk menghilangkan feses di bawah kendali otot volunter.



2. Motilitas Usus dan Accumodation Rektal Pemeliharaan fecal bergantung pada pengiriman reguler bolus kecil feses yang disimpan di rektum sebelum eliminasi. Waktu transit dari konsumsi makanan ke bagian kotoran dari usus bervariasi. Biasanya, setidaknya 80% dari asupan yang tidak diserap oleh tubuh dikeluarkan dari usus dalam waktu 5 hari setelah konsumsi. Waktu transit dipengaruhi secara signifikan oleh jenis makanan yang dicerna, asupan makanan berikutnya, olahraga, dan faktor-faktor terkait stres. Pengisian rektum menyebabkan semakin besar rasa keinginan defekasi, yang disimpan sampai kesempatan yang tepat untuk buang air besar, evakuasi tinja dari rektum. Orang merasa ingin defekasi apabila di rektum diidentifikasi kurang lebih 150 mL Keinginan untuk buang air besar biasanya sementara, berkurang sebagai rektum mengakomodasi volume lebih besar dari tinja. Ketika 400 mL atau lebih dari tinja dikumpulkan di rektum, dorongan ini menjadi kuat, dan dorongan untuk buang air besar menjadi lebih persisten. Apabila keinginan untuk buang air besar diabaikan maka dapat menyebabkan over distension dari rektum dengan pengerasan feses dan konstipasi.



Gambar 6. Spingter anal (DeLaune & Ladner, (2011)



Proses pergerakan makanan dari mulut sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 – 20 jam, isinya menjadi makin lunak bahkan bila terlalu lama maka akan semakin padat karena air diabsorpsi apabila tidak segera di keluarkan. Pada keadaan infeksi, reseksi bedah atau obstruksi dapat mengganggu peristaltik absorpsi berkurang dan aliran kimus terhambat. Saat emosi sekresi mucus akan meningkat berfungsi melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri, bila hal ini berlebihan akan meningkatkan peristaltik berdampak pada penyerapan feses yang cepat sehingga faeses menjadi encer, diare, absorpsi berkurang dan flatus.



4. Faktor faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Selanjutnya Sekarang saudara mempelajari faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi eliminasi (baik elimanasi urin maupun eliminasi fecal), yaitu: a. Usia. Usia atau tingkat perkembangan klien akan memengaruhi kontrol pola saluran kemih dan usus. Bayi awalnya tidak memiliki pola untuk eliminasi. Kontrol atas gerakan kandung kemih dan buang air besar dapat dimulai pada usia 18 bulan tetapi biasanya tidak dapat mengontrol sampai usia 4 tahun. Terutama menhan di malam hari biasanya membutuhkan waktu lebih lama bisa, dan anak laki-laki biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk mengontrol eliminasi dibandingkan anak perempuan, b. Diet, Asupan cairan dan serat yang cukup merupakan faktor penting untuk kesehatan kencing dan usus klien. Asupan cairan yang tidak memadai adalah penyebab utama konstipasi, seperti menelan makanan sembelit seperti produk susu tertentu. Diare dan perut kembung (keluarnya gas dari rektum) adalah akibat langsung dari makanan yang dicerna, dan klien perlu dididik tentang makanan dan cairan mana yang mempromosikan eliminasi yang sehat dan makanan apa yang mungkin dilarang, c. Aktivtas, aktivitas meningkatkan tonus otot, yang memperkuat otot kandung kemih dan sfingter yang lebih baik. Peristaltik juga dibantu oleh aktivitas, sehingga mendukung pola eliminasi usus yang sehat,



d. Obat-obatan, Obat-obatan dapat berdampak pada kesehatan dan pola eliminasi klien dan harus dinilai selama wawancara riwayat kesehatan. Klien jantung misalnya, umumnya diuretik yang diresepkan, yang meningkatkan produksi urin. Antidepresan dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urin. Beberapa obat dingin over-the-counter (OTC), terutama antihistamin, juga dapat menyebabkan retensi urin. Obat OTC lainnya dirancang khusus untuk mempromosikan eliminasi usus atau untuk melunakkan tinja; perawat perlu menanyakan tentang semua obat yang diambil untuk memberikan perawatan yang tepat untuk klien mengalami perubahan dalam pola eliminasi.



5. Masalah-Masalah Eliminasi Masalah atau keluhan yang terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi secara umum masalah yang terjadi adalah: 1) tidak bisa berkemih, karena terjadinya penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan untuk mengosongkannya, misalnya adalah retensi urine, adalah terjadinya penumpukan urine di kandung kemih, sehigga menyebabkan terjadinya distensi disebabkan karena jumlah urine yang terdapat dalam kandung kemih melebihi 400 ml, dimana jumlah normalnya adalah 250 - 400 ml. Retensi urin bisa disebabkan oleh dua kondisi: obstruksi saluran kemih dan kelemahan otot detrusor. Obstruksi saluran kemih menyebabkan evakuasi kandung kemih tidak lengkap dengan menghalangi aliran urin melalui mekanisme sfingter atau uretra. Kelemahan kontraksi otot detrusor terjadi ketika kontraksi tidak cukup untuk mempertahankan pembukaan uretra cukup lama untuk pengosongan isi kandung kemih yang lengkap. Untuk penatalaksanaan retensi urine ini dengan kateterisasi. 2) tidak



bisa



defekasi,



yaitu



ketidakmampuan



seseorang



dalam



mengosongkan colon. Yaitu konstipasi dan Fecal Impaction. Konstipasi adalah BAB jarang dan sulit karena feses keras atau kering saat melewati usus besar dan disertai upaya mengedan saat BAB. Fecal impaction atau



impaksi fekal adalah massa yang keras di rektum akibat retensi dan akumulasi feses yang berkepanjangan. Klien dengan kelemahan dan tidak sadar yang lama paling berisiko mengalami impaksi.



a b Gambar 7 a) Fecal impaction b) konstipasi (www.epainassist.com; www.rchsd.org )



3) tidak bisa menahan kemih yaitu ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara



atau



menetap



untuk



mengontrol



pengeluaran



urine



ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang tidak disadari yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak atau orang jompo. Contohnya adalah: inkontinensia urine, enuresis. Inkontinesia urin merupakan ketidak mampuan otot spinter eksternal untuk mengontrol atau menahan pengeluaran



urine.



Inkontinensia



berdasarkan



jenis



penyebabnya



terdiriatas: Pertama, stres inkontinensia yaitu tekanan intra-abdomen meningkat dan menyebabkan kompresi atau penekanan pada kandung kemih. Contoh beberapa orang pada saat batuk atau tertawa sampai menyebabkan terkencing-kencing, hal tersebut bisa dikatakan normal atau bisa terjadi pada lansia. Kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi pada saat seseorang terdesak ingin berkemih atau tiba-tiba berkemih, bisa terjadi diakibatkan karena infeksi saluran kemih (ISK) bagian bawah atau spasmekadung kemih, overdistensi, dan sering terjadi pada seseorang yang konsumsi kafein atau alkohol. Enuresis merupakan keadaan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang tidak disadari sebagai akbibat ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Lazim terjadi pada anak-anak atau lanjut usia. 4) tidak bisa menahan defekasi, yaitu ketidakmampuan otot spinter eksternal



sementara atau menetap untuk mengontrol pengeluaran feses, inontinensia fekal, dan diare. Inkontinensia fekal/bowel/alvi adalah hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol atau menahan pengeluaran feses dan gas dari anus. Kerusakan spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah anus yang menyebabkan inkontinensia. Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar dan pengeluaran feses yang cair dan tidak terbentuk. Diare adalah gejala gangguan proses pencernaan, absorpsi dan sekresi dalam usus besar, akibatnya chyme melewati usus terlalu cepat, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu untuk menyerap air. 5) sakit ketika berkemih, disebut dysuria. Adalah rasa sakit atau tidak nyaman saat BAK. Bisa disebabkan karena antara lain: infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.



6. Penatalaksanaan atau intervensi pada ganguan eliminasi Hasil yang ditargetkan dalam pemberian asuhan untuk klien dengan masalah eliminasi berfokus pada sekitar: a) memulihkan dan mempertahankan kebiasaan eliminasi teratur, dan b) mencegah potensi komplikasi yang terkait seperti infeksi dan integritas kulit yang berubah. Intervensi untuk menangani kebutuhan fisik klien yang berkaitan dengan menjaga kesehatan kulit dan keseimbangan volume cairan perlu dikembangkan, serta strategi untuk mengatasi kebutuhan psikososial klien, seperti meningkat pengetahuan yang kurang, meningkatkan harga diri, dan mengurangi atau mengendalikan kecemasan. Sedangkan tindakan keperawatan yang bisa diberikan kepada seseorang yang mengalami permasalahan eliminasi antara lain adalah: 1) Pada klien dengan perubahan berkemih yang terjadi inkontinensia eliminasi urin (ketidakmampuan menahan kemih) adalah sebagai berikut: bladder and training, kateterisasi urin (condom, dower), manajemen eliminasi, perawatan inkontinensia, perawatan retensi, dan irigasi kandung kemih, 2) intervensi untuk klien dengan perubahan dalam inkontinensia bowel dan eliminasi



termasuk perawatan usus inkontinensia, irigasi usus (huknah tinggi, huknah rendah, dan semprit gliserin) manajemen dan pelatihan otot. Adapun intervensi yang diberikan kepada gangguan kebutuhan adalah: 1) Menjaga Kesehatan Organ Eliminasi Manajemen keperawatan yang diberikan adalah mengubah pola berkemih dan defekasi dimulai dengan memberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip kesehatan saluran kemih dan usus secara umum dan dengan pencegahan primer masalah jika memungkinkan. Mengajarkan kepada klien tentang prinsip dasar asupan cairan dan output urin, evakuasi pengosongan usus secara teratur, konsistensi tinja, dan pola eliminasi yang berubah.



2) Intake cairan Klien harus diajarkan untuk minum jumlah cairan yang cukup setiap hari. Jumlah asupan cairan harian yang direkomendasikan adalah sebanyak 30 mL / kg berat badan. Pada orang dewasa dengan berat badan rata-rata, dibutuhkan 1500 sampai dengane 2000 mL/hari, meskipun individu yang gemuk dan kurus bervariasi dalam batasan ini. Seseorang yang mengalami perubahan pola eliminasi urin, terutama inkontinensia, cenderung mengurangi asupan cairan dalam upaya untuk mengurangi masalah. Banyak alasan klien yang membatasi asupan cairan agar mengurangi keluaran urin dan risiko terjadi inkontinensia. Sehingga sering menyebabkan terjadinya dehidrasi sistematis. Dehidrasi juga menyebabkan tubuh untuk mengkompensasi kekurangan cairan yang tersedia dengan menyerap kembali cairan dan natrium dari usus seingga menyebabkan pengeringan feses dan sembelit. 3) Diet. Yaitu dengan pengaturan asupan makanan Orang dengan inkontinensia urin atau sering buang air kecil yang terkait dengan urgensi (mengompol) harus diajarkan untuk mengenali potensi iritasi kandung kemih. Makanan dan minuman khusus mengiritasi kandung kemih dan sering buang air kecil dan ketidaknyamanan kandung



kemih pada orang-orang tertentu, sementara menggunakan efek yang samping relatif sedikit antara lain. Makanan atau zat yang dapat mengiritasi kandung kemih tersebut: a) Minuman berkafein, minuman berkarbonasi, dan cairan asam (termasuk kopi dan teh), b) Aspartame, terutama bila ditambahkan ke kafein atau minuman berkarbonasi, c) Buah jeruk atau jus, d) Makanan yang mengandung saus tomat atau tomat, e) Cokelat, dan f) Makanan berminyak atau pedas. Serat makanan dapat mencegah konstipasi dan meningkatkan keinginan untuk buang air besar. Klien disarankan untuk meningkatkan jumlah makanan kaya serat dalam makanan, termasuk biji-bijian, buahbuahan, dan sayuran. Ingatkan klien bahwa serat makanan harus ditingkatkan



secara



bertahap;



peningkatan



tiba-tiba



serat



dapat



menyebabkan kembung dan ketidaknyamanan. Klien dengan konstipasi kronis atau diare mungkin harus menghindari makanan tertentu yang memicu gejala. Misalnya, klien dengan sindrom iritasi usus (iritation bowel syndrome=IBS) disarankan menghindari alkohol, kafein, makanan berlemak tinggi, buah berlebih, sorbitol, dan sayuran penghasil gas, yang dapat memperparah gejala IBS. 4) Merubah gaya hidup dan melakukan pencegahan Gaya hidup dan kebiasaan mempengaruhi pola eliminasi normal. Variabel individu, sosial, keluarga, dan budaya memainkan peran penting dalam eliminasi. Nutrisi yang tepat, istirahat dan tidur yang cukup, dan olahraga teratur membantu menjaga pola eliminasi yang sehat. Klien dengan masalah eliminasi dapat memperbaiki atau mengubah gaya hidu, diantaranya: a) tidak mengkonsumsi alkohol dan berhenti merokok, Konsumsi alkohol diberikan efek pada kandung kemih. Alkohol menekan ekskresi hormon antidiuretik (ADH) oleh hipotalamus, menyebabkan poliuria dan meningkatkan risiko kebocoran kemih, Merokok juga dapat mengiritasi kandung kemih, b) Manajemen stres, Mengelola stres atau tekanan membantu pola eliminasi usus dan kemih yang sehat. Stres akut dan kronis mempengaruhi kedua sistem eliminasi.



7. Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Selanjutnya tindakan apakah yang dapat dilakukan oleh seorang pemberi layanan dalam membantu pemenuhan kebutuhan eliminasinya? Coba cocokkan jawaban saudara dengan materi berikut. Pada Klien yang stabil dan dapat melakukan ambulasi secara mandiri maka dibantu ke kamar mandi untuk menggunakan toilet dalam memenuhi eliminasi urine atau fekalnya. Sedangkan klien yang lemah atau tidak bisa berjalan ke kamar mandi mungkin memerlukan commode. Adapun klien dengan mobilitas terbatas dan tingkat ketergantungan penuh terhadap perawatan di tempat tidur maka dibantu menggunakan urinal atau pispot.



Untuk membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi, maka beberapa prosedur tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, di antaranya adalah: 1) Manajemen Inkontinensia



Untuk mengatasi terjadinya inkontinenia urin adalah tergantung pada tipe, mungkin permanen atau sementara. Enam tipe inkontinensia adalah stress, urge, reflex, functional, total, dan overflow. Penatalaksanaan pada inkontinensia



adalah



kompleks



karena



ada



banyak



variasi.



Penatalaksaannya lebih rumit ketika klien memiliki lebih dari satu jenis inkontinensia. Salah satu cara adalah dengan mengembalikan kekuatan otot otot perkemihan diantaranya dengan cara bladder training. Pelatihan berkelanjutan untuk mengembalikan kontrol buang air kecil dengan mengajarkan klien untuk menahan buang air kecil sampai waktu dan tempat yang tepat. Selain itu beberapa latihan penguatan otot-otot panggul dan otot abdominal juga dianjurkan seperti senam kegel, latihan pernafasan perut, dan lainnya.



2) Katerisasi



Kateterisasi adalah tindakan memasukkan kateter ke kandung kemih melalui lubang uretra atau secara eksternal alat yang dilingkarkan pada sekitar meatus uretra. Terdapat 3 tipe pemasangan kateter: a) kateter eksternal, alat pengumpul urin yang tidak dimasukkan ke dalam kandung kemih; sebaliknya, ia mengelilingi meatus uretra. Contoh kateter eksternal adalah kondom kateter (seperti gambar 8.a), b) kateter lurus (foley catheter=gambar 8.b) , Kateter lurus adalah tabung drainase urin dimasukkan kedalam uretra sampai ke kandung kemih. Kateter ini bisa dipasang sementara dan tidak ditinggal di tempatnya yang digunakan untuk mengeluarkan semua tampungan urine di kandung kemih atau digunakan untuk mengambil spesimen urin yang diperlukan pemeriksaan, dan atau c) bisa juga dipasang tetap pada kasus retensi, juga disebut kateter yang berdiam, tertinggal di tempat untuk jangka waktu tertentu yang digunakan



A



B



Gambar 8 A) Kateter kondom, B) kateter foley



3) pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi dengan penggunaan pispot diatas



tempat tidur pada pasien yang tidak mampu melakukannya secara mandiri.



Gambar 9 penggunaan pispot



4) melakukan huknah rendah, huknah tinggi, pemberian gliserin per rektal,



evakuasi feses manual untuk mengatasi atau membantu eliminasi pada konstipasi dan fecal impaction. E. Rangkuman Eleminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia yang esensial serta berperan penting untuk keberlangsungan hidup manusia. Eleminasi dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis tubuh melalui pengeluaran produk sampah sisa metabolisme. Sisa metabolisme tersebut dapat berupa eleminasi urine dari saluran perkemihan yang berupa urine disebut eleminasi urine/buang air kecil (BAK) atau sering juga disebut miksi. Eliminasi juga dapat berupa eliminasi feses dari saluran pencernaan yang disebut proses buang air besar (BAB) atau disebut juga defekasi. Eleminasi merupakan aktivitas pokok yang harus dilakukan setiap manusia dan harus terpenuhi, bila tidak terpenuhi akan menjadi berbagai macam gangguan yang berdampak pada pada gangguan sistem pencernaan dan sistem perkemihan Pada proses eliminasi urine, sistem saluran kemih menyaring dan mengeluarkan urin dari tubuh, untuk menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan keseimbangan asam-basa. Proses pengeluaran ini sangat tergantung pada fungsi organ eleminasi seperti ginjal, ureter, kandung kemih atau bladder dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine kemudian masuk ke ureter lalu mengalir ke bladder. Di dalam kandung kemih urine ditampung sampai mencapai batas tertentu atau sampai timbul keinginan berkemih, yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.



Pada situasi atau kondisi tertentu eleminasi urine terkadang mengalami gangguan atau hambatan yang dapat disebabkan oleh faktor fisik, psikologis, sosialkultural, penyakit, dan lain sebagainya. Adapun masalah eleminasi yang sering terjadi adalah inkontenensia, enuresis atau mengompol, retensi urine. Masalah yang terjadi pada gangguan kebutuhan eleminasi urine harus segera diatasi karena akan berakibat pada gangguan keseimbangan tubuh. Selain itu sisa hasil metabolisme tubuh yang berupa urine bersifat toksin sehingga dapat meracuni apabila tidak segera dikeluarkan dari tubuh. Defekasi adalah proses pengeluaran sisa makanan yang disebut feses. Zat yang dikeluarkan belum pernah mengalami metanolisme didalam jaringan. Zat yang dikeluarkan meliputi zat yang tidak diserap usus sel epitel,usus yang rusak dan mikroba usus. Fungsi usus normal adalah mengeluarkan sisa-sisa makanan yang yang sudah dicerna, diserap dan sisanya berupa limbah padat yang dibuang dan dilakukan secara teratur proses eliminasi melibatkan suatu.sistem reglasi tubuh yang kompleks dan saling mempengaruhi. Masalah masalah yang terjadi pada proses berkemih dan defekasi diantaranya adalah berhubungan dengan gaya hidup dan periaku pencegahan terhadap masalah. Secara normal makanan yang dikonsumsi akan mencapai rectum diperlukan waktu 12 – 20 jam, isinya menjadi semakin lunak bahkan akan tetapi apabila terlalu lama di kolon dan keingina untuk BAB diabaikan maka akan semakin padat karena air diabsorpsi. Bahwa dalam proses defekasi dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi abdomen, tekanan diafragma, dan kontraksi otor elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok



F. Daftar Pustaka



DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2011). Fundamentals of Nursing: Standards and Practice Forth Edition. Clifton Park: Delmar, Cengage Learning. Evans, C., & Tippins, E. (2008). Foundations of Nursing :An Integrated



Approach. Berkshire: McGraw-Hill Education. Mandela, K. Gangguan Miksi dan Hubungan dengan Lesi. https://www. slideshare.net/shintasissy/gangguan-miksi-dan-hubungan-dengan-tinggilesi diunduh tanggal 23 April 2018 Wahid, I.M. & Nurul, C. 2008. Buku Ajar Kebutuhan dasar Manusia, Teori dan Aplikasi dalam Praktek. Jakarta: Salemba Medika. www.rchsd.org/health-articles/constipation-2/ diunduh tanggal 23 April 2018 Kerkar, P. What is Fecal Impaction & How is it Treated?. http://www.epainassist.com/abdominal-pain/intestine/fecal-impaction, diunduh tanggal 23 April 2018