Modul Keuangan 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A.



AKUNTANSI INVESTASI JANGKA PENDEK DALAM SURAT BERHARGA Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan mampu : A.



Menjelaskan pengartian surat berharga B. Menjelaskan pengertian saham C. Menjelaskan cara pencatan pembelian dan penjualan saham D. Menjelaskan pengertian obligasi E. Menjelaskan cara pencatatan pembelian dan penjualan obligasi F. Menjelaskan penilaian efek



Perusahaan pada saat tertentu memiliki uang kas yang berlebih. Untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan, kelebihan uang kas atau jumlah uang yang menganggur (idle money) tersebut diinvestasikan sementara. Adapun tujuan melakuakn invesatasi sementara adalah memanfaatkan dana selama belum digunakan untuk memperoleh tambahan pendapatan, baik karena adanya kenaikan harga surat berharga yang disebut capital gain maupun pendapatan dari dividen atau bunga obligasi. Pembelian surat-surat berharga untuk tujuan investasi sementara atau investasi jangka pendek ini sering berisiko tinggi, karena harga surat berharga sangat sering naik turun dalam prosentase yang besar. Oleh karena itu, perusahaan dapat mengalami kerugian.



MOTIVASI BELAJAR : Investasi dalam surat berharga sudah menjadi trend zaman sekarang untuk dijadikan sebagai lahan usaha atau sebagai investasi yang menguntungkan dari pada menyimpan uang di bank dalam bentuk tabungan atau bahkan defosito karena alasan inflasi yang tinggi di Negara kita.



A. Jenis Surat Berharga 1. Pengertian Surat Berharga Surat berharga/efek (marketable securities) adalah saham, obligasi, sertifikat dana dan surat-surat berharga lainnya yang dimiliki perusahaan dalam rangka penanaman modal sementara (investasi jangka pendek) untuk memanfaatkan kelebihan uang kas atau dana yang belum diguankan. Oleh karena pembelian saham, obligasi, sertifikat dana, dan surat berharga lainnya adalah untuk sementara, sewaktu-waktu memerlukan tambahan uang, perusahaan akan menjual kembali baik sebagian maupun seluruhnya. Surat berharga yang dimiliki harus memiliki tiga sifat untuk dapa diklasifikasikan sebagai invesatasi sementara. a. Surat berharga tersebut harus mempunyai pasar, artinya surat berharga tersebut diperdagangkan di bursa efek sehingga dapat diperjualbelikan setiap saat. b. Pemilikan surat berharga dilakukan dengan maksud untuk dijual kembali dalam waktu dekat, saat perusahaan memerlukan tambahan dana untuk kegiatan umum perusahaan. c. Pemilikan surat berharga tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain yang sahamnya dibeli.



2. Pembelian dan Penjualan Surat Berharga Bila ingin membeli surat-surat berharga, baik itu saham, obligasi, sertifikat dana, maupun surat berharga lainnya, perusahaan cukup menghubungi makelar (broker) atau lebih dikenal dengan nama pialang saham di bursa efek. Pemesanan dilakukan dengan menandatangani surat pesanan yang dibubuhi materai dan menyebutkan saham perusahaan mana yang dipesan untuk dibeli atau dijual dan dengan harga berapa yang diinginkan. Selanjutnya, pesanan tersebut oleh pialang akan diteruskan ke bursa efek.



B. Saham 1. Pengertian saham Saham adalah surat bukti turut serta memiliki ekuitas (modal) suatu perseroan terbatas. Untuk mencatat transaksi pembelian saham terlebih dahulu kita harus mengetahui tujuan pembelian saham tersebut Tujuan pembelian saham dibedakan menjadi dua macam a.



Investasi sementara untuk memanfaatkan kelebihan uang tunai selama belum digunakan dan akan dicatat ke akun surat-surat berharga atau marketable securities



b. Invesatasi jangka panjang untuk mengontrol dan mengenalikan peusahaan atau untuk menguasai perusahaan lain akan dicatat ke akun investasi dalam saham perseroan terbatas. Pembehasan invesatasi jangka panjang akan disajikan pada bab t, sedangkan bab ini khusus membahas investasi sementara.



Harga perolehan pembelian saham (cost) adalah harga beli saham ditambah dengan semua beban



pembelian seperti provisi atau komisi bagi pialang, materai, beban pencatatan saham, dan lain-lain. Besarnya provisi yang dipungut pialang dalam jual beli saham oleh bursa efek ditentukan 1/2% dari jumlah harga kurs. Namun, dalam praktik beda dan besarnya persentase provisi sering bergantung pada persetujuan antara pemesan dengan pialang yang bersangkutan. Akun surat berharga saham suatu perusahaan akan di debit sewaktu membeli sebesar harga pokoknya (cost) dan dikredit sewaktu menjual sebesar costnya. Selisih antara harga jual saham dan costnya akan dicatat ke akun laba penjualan saham dikredit bila terdapat laba dan rugi penjualan saham didebit bila menderita rugi. Saham mempunyai beberapa macam harga,yaitu harga niminal, harga kurs, dan harga intrinsik. Harga nominal saham adalah harga yang tertera dalam saham tersebut. Harga kurs adalah harga



yang harus dibayar dalam jual beli saham tersebut. Harga intrinsik adalah kekayaan bersih yang dimiliki oleh setiap lembar saham.



2. Faktur pembelian, Faktur Penjualan, dan Pencatatan Transaksi Pembelian dan Penjualan Saham. a. Pembelian saham FAKTUR PEMBELIAN SAHAM Harga Kurs saham : ……(lembar) x Rp …..(nominal) x …..% (kurs) = Rp xx Provisi : 1/2% x Rp ….(harga kurs) = Rp xx Materai Rp xx + Rp xx Harga faktur pembelian saham Rp xx Cost per lembar saham Rp ….(harga faktur) = Rp xx ….(banyak lembarJ Jurnal Pembelian Saham Surat berharga saham PT X Rp xx Kas/bank Rp xx (mencatat pembelian …. Lembar saham PT X)



b. Penjualan saham



FAKTUR PENJUALAN SAHAM Harga Kurs saham : ……(lembar) x Rp …..(nominal) x …..% (kurs) = Rp xx Provisi : 1/2% x Rp ….(harga kurs) = Rp xx Materai Rp xx + Rp xx Harga faktur penjualan Rp xx



Catatan :



Provisi dan mateai dalam pembelian ditambahan sehingga menambah harga kurs, sedangkan provisi dan mateai dalam penjualan dikurangi.



Jurnal Penjualan Saham Kas



Surat berharga Laba penjualan surat berharga (mencatat penjualan saham PT X dan terdapat laba) kas Rugi penjualan saham Surat berharga saham PT X (Mencatat penjualan saham PT x dan terdapat rugi) catatan : bila laba, harga jual saham > cost bila rugi, harga jual saham < cost



Rp xx



Rp xx Rp xx



Rp xx Rp xx Rp xx



c. Penerimaan Deviden Apabila surat-surat berharga berupa saham yang dimiliki menerima dividen dari perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, maka dividen ini dicatat sebagai pendapatan deividen. Jurnal pada saat menerima dividen (tunai) adalah Tgl



Keterangan



Ref



Kas / Bank Pendapatan Deviden (mencatat penerimaan deviden tunai, saham PT X = … lb x Rp … )



Debit Rp



Kredit xxxxx



Rp



xxxxx



d. Penilaian Persediaan Surat-surat Berharga pada akhir Periode Akuntansi dan Jurnal Penyesuaian Kebanyakan perusahaan menganut prinsip konservatif untuk menilai persediaan surat-surat berharga yang dimilikinya. Prinsip konservatif mengandung pengertian bahwa bila perusahaan memperoleh laba karena adanya kenaikan harga atas surat berharga, laba tersebut belum diakui. Akan tetapi, bila tredapat rugi karena turunnya harga surat-surat berharga, kerugian tersebut langsung diakui oleh peusahaan karena seandainya surat berharga yang dimiliki dijual tentu menderita rugi atau seandainya membeli surat berharga baru sebagai pengganti, harganya pun bila murah atau rendah. Pencatatan kerugian karena turunya harga surat berharga dapat dilakukan dengan dua cara. a. Langsung dikredit akun surat-surat berharga b. Dikredit akun penyisihan penurunan surat-surat berharga sehingga bunyi jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut : Tgl



Keterangan Kerugian karena penurunan harga Surat berharga (Obligasi …) Penyisihan penuruhan nilai Surat berharga



Ref



Debit Rp Rp



Kredit xxxxx xxxxx Rp



xxxxx



Perusahaan yang menganut prinsip konservatif menilai persediaan dengan metode Comwil (Cost or market whichever is lower) atau disebut metode harga terendah antara harga pokok dan harga pasar. Selain metode tersebut, yang sering digunakan adalah FIFO dan LIFO. Kedua metode tersebut akan dibahas mendalam di bab Persediaan Barang.



3. Pencatatan Pembelian dan Penjualan saham



Contoh : Transaksi keuangan PT. Kenanga selama triwulan IV tahun 1999 sebagai berikut Oktober 2 Dibeli tunai 20.000 lembar saham PT Bata @Rp 1.000,00 nominal dengan kurs 245%, provisi 1/2% dari harga kurs, dan bea materai Rp 2.000,00 6 Dibeli tunai 8.000 lembar saham PT Abda @Rp 1.000,00 nominal dengan kurs 171%, provisi 1/2% dari harga kurs, dan bea mateai Rp 2.000,00 15 Dibeli tunai 6.000 lembar saham PT Bata @Rp 1.000,00 nominal dengan kurs 242%, provisi 1/2% dari harga kurs, dan bea materai Rp 2.000,00 20 Dibeli tunai 12.000 lembar saham PT. Centex @Rp 2.500,009 nominal dengan kurs 146%, provisi 1/2%, dan bea materai Rp 2.000,00 28 Dibeli tunai 7.500 lembar saham PT Abda @Rp 1.000,00 nominal dengan kurs 172%, provisi 1/2% dari harga kurs, dan bea materai Rp 2.000,00 Nop 5 Dibeli tunai 4.000 lembar saham PT Bata @Rp 1.000,00 nominal dengan kurs 250%,. Provisi 1/2% dari harga kurs, dan bea maaterai Rp 2.000,00 Des 10 Dijual tunai 8.000 lembar saham PT Bata @Rp 1.000,00 nominal dengan kurs 254%, provisi 1/2% dari harga kurs, dan bea mateai Rp 2.000,00 15 Dijual tunai 10.000 lembar saham PT Abda @Rp 1.000,00 nominal dengan kurs 170%, provisi 1/2% dari harga kurs, dan bea materai Rp 2.000,00



20 31



Diterima tunai deviden saham PT Bata @Rp 300,00 per lembar saham. Catatan harga kurs (harga pasar) surat berharga di bursa Kurs saham PT Bata 244% Kurs saham PT Abda 175% Kurs saham PT Centex 145%



Diminta : 1. Buatlah faktur pembelian dan faktur penjualan saham 2. Catatlah transaksi tersebut dalam jurnal umum perhitungan HPP saham PT Bata dengan metode LIFO dan perhitungan HPP saham PT Abda dengan metode FIFO. 3. Buat jurnal penyesuaian atas pesediaan surat berharga bila penilaian persediaan digunakan metode harga rendah antara harga pasar dan harga pokok Jawab : 1.



Perhitungan harga faktur pembelian dan penjualan saham



a. Tanggal 2 Oktober 1999 Pembelian saham PT. Bata FAKTUR PEMBELIAN SAHAM PT. BATA Harga Kurs sahamPT. Bata : 20.000 x Rp 1.000,00 x 245% (kurs) = Rp 49.000.000,00 Provisi : 1/2% x Rp 49.000.000,00 = Rp 245.000,00 Materai Rp 2.000,00 Rp 247.000,00 + Jumlah Harga faktur pembelian saham Rp49.247.000,00 Cost per lembar saham Rp 49.247.000,00 = Rp 2.462,35 20.000



b. Tanggal 6 Oktober 1999 Pembelian saham PT. Abda FAKTUR PEMBELIAN SAHAM PT. ABDA Harga Kurs saham PT. Bada: 8.000 x Rp 1.000,00 x 171% (kurs) = Rp 13.680.000,00 Provisi : 1/2% x Rp 13.680.000,00 = Rp 68.400,00 Materai Rp 2.000,00 Rp 70.000,00 + Jumlah Harga faktur pembelian saham Rp13.750.000,00 Cost per lembar saham Rp 13.750.400,00 = Rp 1.718,80 8.000



c.



Tanggal 15 Oktober 1999 Pembelian saham PT. Bata FAKTUR PEMBELIAN SAHAM PT. BATA Harga Kurs saham PT. BATA: 8.000 x Rp 6.000,00 x 242% (kurs) = Rp 14.520.000,00 Provisi : 1/2% x Rp 14.520.000,00 = Rp 72.600,00 Materai Rp 2.000,00 Rp 74.600,00 + Jumlah Harga faktur pembelian saham Rp14.594.600,00 Cost per lembar saham Rp 14.594.600,00 = Rp 2.432,43 6.000



d. Tanggal 20 Oktober 1999 Pembelian Saham PT. Centex FAKTUR PEMBELIAN SAHAM PT. CENTEX Harga Kurs saham PT. CENTEX: 12.000 x Rp 2.500,00 x 146% (kurs) = Provisi : 1/2% x Rp 43.800.000,00 = Rp 219.000,00 Materai Rp 2.000,00 Jumlah Harga faktur pembelian saham Cost per lembar saham Rp 44.021.000,00 = Rp 3.668.42 12.000



Rp 43.800.000,00 Rp 221.000,00 + Rp .44.021.000,00



Jurnal umum Tgl 1999 Okt



Keterangan 2



6



1 5



2 0 2 8 Nov



5



Des



1 0



1 5



2 0



Surat berharga (saham Bata) Kas (Pembelian 20.000 lb saham PT. Bata @Rp 1.000 nominal dengan harga kurs 245% Surat berharga (saham PT. Abda) Kas (Pembelian 8.000 lb saham PT Abda @Rp 1.000 nominal dengan kurs 171%) Surat Berharga (Saham PT. Bata) Kas (Pembelian 6.000 lb saham PT Abda @Rp 1.000,00 nominal dengan kurs 252%) Surat berharga (saham PT. Centex) Kas (Pembelian 12.000 lb saham PT. Centex @Rp 2.500 nominal dengan kurs 146% Surat berharga (saham PT. Abda) Kas (Pembelian 7.500 lb saham PT Abda @Rp 1.000 nominal dengan kurs 172%) Surat berharga (saham PT. Bata) Kas (Pembelian 4.000 lb saham PT. Bata@Rp 1.000 nominal dengan kurs 250% Kas Surat berharga (saham PT. Bata) Laba Penjualan surat berharga (Penjualan 8.000 lb saham PT. Bata@Rp 1.000 nominal dengan harga kurs 254% Kas Rugi penjualan surat berharga Surat berharga (saham Abda) (Penjualan 10.000 lb saham PT Abda @Rp 1.000 nominal dengan kurs 17%) Kas Pendapatan Deviden (Penerimaan deviden dari saham PT. Bata 22.000 lb @Rp 300



Ref



Debit Rp



49.247.000



Rp



13.750.400



Rp



14.594.600



Rp



44.021.000



Rp



Kredit Rp



49.247.000



Rp



13.75.400



Rp



14.594.600



Rp



44.021.000



Rp



12.966.500



Rp



10.052.000



Rp



19.781.720



Rp



434.680



Rp



17.208.140



Rp



6.600.000



12.966.500



Rp



10.052.000



Rp



20.216.400



Rp Rp



16.913.000 295.140



Rp



6.600.000



2. Persediaan surat berharga per 31 Desember 1999 a.



Saham PT. Bata Pembelian 2 Oktober 2000 : 20.000 lb @Rp 2.672,35 Pembelian 15 Oktober 2000 : 2.000 lb @Rp 2.432,43 Cost 22.000 lb Harga pasar : 22.000 lb x Rp 1.000 x 244% Provisi : 1/2% x Rp 53.680.000 Harga pasar Penurutnan harga pokok dari harga pasar



b. Saham PT. Abda Pembelian 28 Oktober 2000 : 5.500 lb x cost Rp 1.728,87 Harga pasar : 5.500 lb x Rp 1.000 x 175% Provisi : 1/2% x Rp 9.625.000 Harga pasar



= Rp 94.247.000 = Rp 4.864.860 Rp 54.111.860 = Rp 53.680.000 = Rp 268.400 Rp 53.411.600 Rp 700.260 Rp 9.508.785 = Rp 9.625.000 = Rp 48.125 Rp 9.576.875 Rp 68.090



Harga pasar lebih tinggi dari cost sehingga digunakan cost untuk nilai persediaan saham PT. Abda. c.



Saham PT. Centex Cost : 12.000 lb @Rp 3.668,42 Harga pasar : 12.000 x Rp 2.500 x 145% = Rp 43.500.000 Provisi : 1/2% x Rp 43.500.000 Rp 217.500 Harga pasar Penurunan harga



Jurnal Penyesuaian



Rugi penurunan harga surat berharga Surat berharga (saham PT. Bata) Surat berharga (saham PT. Centex)



Atau dapat pula :



Rp



Rugi penurunan harga surat berharga Rp Cadangan penurunan harga surat berharga



Rp 44.021.040 Rp 43.282.500 Rp 738.540



1.438.760 Rp 700.260 Rp 738.500 1.438.760 Rp 1.438.760



C. Obligasi 1. Pengertian Obligasi Obligasi adalah surat bukti pemberian pinjaman dari masyarakat kepada perseroan terbatas atau



lembaga pemerintah ataupun lembaga keuangan dengan mendapatkan persentase bunga tetap setiap tahun sebagai imbal jasa. Pihak yang menerima pinjaman atau yang mengeluarkan obligasi menganggap obligasi tersebut sebagai kewajiban jangka panjang. Sebaliknya, orang atau perusahaan yang membeli obligasi menganggap obligasi sebagai surat tanda investasi.



2. Pembelian dan PenjualanObligasi Bila pembelian obligasi untuk investasi sementara atau untuk dijual kembali bila memerlukan uang tunai, maka pembelian tersebut dinamakan investasi jangka pendek dan dicatat ke akun surat berharga (obligasi PT X). bila pembelian obligasi untuk tujuan jangka panjang, maka pembelian tersebut dianamakan invesatasi jangka panjang dan dicatat ke akun investasi obligasi. obligasi



memberikan bunga tetap setiap tahunnya yang dinyatakan dengan persentase bunga obligasi atau disebut kupon dan pada umumnya kupon dibayarkan dua kali dalam setahun. Dalam transaksi jual beli obligasi harus diperhatikan apakah tanggal jual beli sama dengan hari kupon atau tidak. Bila tanggal jual beli obligasi tidak tepat atau sama dengan hari kupon, maka harus diperhtungkan kupon berjalan. Kupon berjalan tersebut selalu ditambah ke harga beli,yang merupakan hak pemilik obligasi sebelumnya dan harus dibayarkan oleh pembelinya. Faktur pembelian obligasi 1. pembelian obligasi tepat tanggal jatuh tempo kupon harga kurs : …..(lembar) x Rp …(nominal) x ….% (kurs) = Rp xx provisi : …% x Rp … (harga kurs) = Rp xx materai Rp xx Rp xx harga faktur pembelian obligasi Rp xx Jurnal pembelian obligasi Tgl



Keterangan



Ref



Surat berharga (Obligasi …) Kas



Debit Rp



Kredit xxxxx



Rp



xxxxx



2. pembelian obligasi tidak tepat tangal jatuh tempo kupon Harga kurs ….(lembar) x Rp …. Nominal) x ….%(kurs) Rp xx Provisi ….% x Rp ….(harga kurs) Rp xx Materai Rp xx Rp xx Harga kurs ditambah beban pembelian Rp xx (nilai beli surat berharga) Hari kupon : tanggal jatuh tempo terakhir sampai dengan tanggal jual beli = … hari Kupon berjalan : Rp ….. nominal x H x P 36.000 (dicatat dalam akun pendapatan bunga sisi debit) Rp xx harga faktur pembelian Rp xx



Jurnal pembelian obligasi Tgl



Keterangan



Ref



Surat berharga (Obligasi …) Pendapatan bunga Kas



Debit Rp Rp



3. Penjualan Obligasi tidak tepat tanggal jatuh tempo kupon : Harga kurs : …(lembar) x Rp …. (nominal) x ….% (kurs) = Provisi …% x Rp ….(harga kurs) Rp xx Materai Rp xx Harga kurs dikurangai beban penjualan Kupon berjalan : Rp ….. nominal x H x P 36.000 (dicatat dalam akun pendapatan bunga sisi kredit) harga faktur penjualan



Kredit xxxxx xxxxx



Rp



xxxxx



Rp xx Rp xx Rp xx Rp xx Rp xx



Jurnal penjualan obligasi (dengan memperoleh laba) : Tgl



Keterangan Kas



Surat Berharga (Obligasi …) Laba Penjualan Surat berharga Pendapatan bunga



Ref



Debit Rp



Kredit xxxxx



Rp Rp Rp



xxxxx xxxxx xxxxx



Atau Jurnal penjualan obligasi (dengan menderita rugi) : Tgl



Keterangan



Ref



Kas Rugi Penjualan Surat Berharga Surat Berharga (Obligasi …) Pendapatan bunga



Debit Rp Rp



Kredit xxxxx xxxxx



Rp Rp



xxxxx xxxxx



3. Pencatatan Pembelian dan Penjualan Obligasi Pencatatan obligasi bab ini dilakukan dalam rangka investasi jangka pendek 1. Pembelian Obligasi Tepat pada Tanggal Jatuh Tempo Kupon 1 April 2000 PT Arya membeli 4 lembar obligasi PT Jasa Marga @ Rp 1.000.000,00 nominal, kurs 100%, kupon 16%, jatuh tempo 1 April dan 1 Oktober. Pembelian dilakukan secara tunai. Buatlah jurnal transaksi pembelian obligasi tersebut.



Jawab Surat berharga (obligasi PT Jasa Marga) Rp 4.000.000,00 Kas



Rp 4.000.000,00



2. Pembelian Obligasi yang Tidak Tepat tanggal Jatuh Tempo Kupon 13 Mei 2000 Fa ABC membeli 6 lembar obligasi PT Jasa Marga @Rp 1.000.000,00 nominal kurs 104%, kupon 16%, jatuh tempo kupon 1 Februari dan 1 Agustus. Provisi 1/2% dari harga kurs dan bea materai Rp 2.000,00. Buatlah jurnal transaksi pembelian obligasi tersebut.



Jawab



Harga obligasi : 6 x Rp 1.000.000,00 x 104% Provisi ; 1/2% x Rp 6.240.000,00 Rp 32.200,00 Mateai Rp 2.000,00 Hari kupon mulai dari 1 Februari sampai dengan 13 Mei Kupon brjalan Rp 6.000.000,00 16% x 102/360 Harga faktur pembelian obligasi



Jurnal tanggal 13 Mei 2000



Surat berharga (obligasi PT. Jasa Marga) Pendapatan Bunga Kas



Keterangan : Hari kupon Februari Maret April Mei



berjalan = 30 hari - 1 hari = = =



=



Rp 6.240.000,00 Rp 33.200,00 Rp 6.273.200,00 Rp 272.000,00 Rp 6.545.200,00



Rp 6.273.200,00 Rp 272.000,00 Rp 6.545.200,00



29 hari 30 hari 30 hari 13 hari 102 hari Akun surat berharga (obligasi…) waktu membeli didebit sebesar costnya, yaitu harga kurs ditambah beban pembelian dan waktu menjual dikredit sebesar costnya. Selisih harga jual dengan cost dicatat ke laba penjualan obligasi bila terdapat laba dan rugi penjualan obligasi bila menderita rugi. Adapun kupon berjalan dicatat ke akun tersendiri,yaitu pendapatan bunga. Untuk menghitung kupon berjalan perlu diperhatikan ketentuan berikut ini 1) Dihitung sejak tanggal jatuh tempo terakhir sampai tanggal jual beli 2) Bulan mempunyai umur rata-rata 30 hari (tiap bulan dihitung 30 hari). 3) Satu tahun dianggap 360 hari



Bunga berjalan atas obligasi saat pembelian dapat dicatat dengan dua cara. Cara 1 : Dicatat didebit akun pendapatan bunga Cara 2 : Dicatat didebit akun piutang bunga Pada cara 1 pencatatan pada saat penguangan kupon yang pertama dapat dicatat seluruhnya ke akun pendapatan bunga. umumnya pencatatan dilakukan dengan cara 1 Pada cara 2 saat menguangkan kupon yang pertama setelah tangal pembelian harus diperhatikan besarnya piutang bunga tersebut dan penerimaan bunga sebesar piutang bunga tesebut. Akun piutang bunga dikredit dan selebihnya dikredit akun pendapatan bunga.



Contoh :



Tanggal 16 Juni 1999 dibeli 19 lembar obligasi PT Papan Sejahtera @Rp 1.000.000,00 nominal, kurs 102%, kupon 18%, tanggal jatuh tempo kupon 1 April-1 Oktober. Tanggal 1 Oktober 1999 dituangkan kupon atas 9 lembar obligasi PT Papan Sejahtera yang jatuh empo hari ini. Buatlah jurnal saat pembelian dan waktu mengungkan kupon.



Jawab



Tanggal 16 Juni 1999 Surat berharga (obligasi PT. Papan Sejahtera) Pendapatan bunga Kas



Rp 9.180.000,00 Rp 337.500,00 Rp 9.517.500,00



Harga kurs : 9 x 1.000.000,00 x 102% Kupon : Rp 9.000.000,00 x 18% x 75/360 Harga faktur pembelian



= = =



Rp 9.180.000,00 Rp 375.500,00 Rp 9.517.500,00



Tanggal 1 Oktober 1999 : Kas Rp 810.000,00 Pendapatan bunga Rp (kupon : Rp 9.000.000,00 x 18% x 6/12= Rp 810.000,00) Cara 2 Tanggal 16 Juni 1999 : Surat berharga (obligasi PT Papan Sejahtera Piutang bunga Kas Tanggal 17 Oktober 1999 Kas Piutang bunga Pendapatan bunga



Rp Rp Rp



810.000,00



9.180.000,00 337.500,00 810.000,00



Rp



9.517.500,00



Rp Rp



337.500,00 472.500,00



Contoh penjualan obligasi Tanggal 25 Juni 1999 Firma ABC menjual 4 lembar obligasi PT. Jasa Marga @Rp 1.000.000 nominal, kurs 106%, kupon 16%, jatuh tempo kupon 1 Februati-1 Agustus. Provisi 1/2% dari harga kurs dan bea materai Rp 2.000,00 (perhitungan cost lihat transaksi pembelian tanggal 13 mei yaitu Rp 6.273.200,00 ----------------------- = Rp 1.045.533,33 6 diminta : Buatlah jurnal transaksi tersebut. Jawab : Harga kurs : 4 x Rp 1.000.000,00 x 106% Provisi : 1/2% x Rp 4.240.000 Bea materai



Rp4.240.000,00 Rp 21.200,00 Rp 2.000,00 Rp 23.200,00 Rp 4.216.800,00



Kupon berjalan : Rp 4.000.000,00 x 16% x 144/360 Rp Harga faktur penjualan Rp



256.000,00 4.472.800,00



Jurnal Kas



Rp 4.472.800,00 Surat berharga (obligasi PT. Jasa Marga) Rp 4.182.133,32 Laba penjualan obligasi Rp 34.666,68 Pendapatan bunga Rp 256.000,00 Nilai surat berharga = 4 x Rp 1.045.533,33 = Rp 4.182.133,32 Laba penjualan obligasi = Rp 4.216.800,00 - Rp 4.182.133,32 = Rp 34.666,68 Keterngan : Kupon berjalan Februari 30 hari - 1 hari = 29 hari Maret = 30 hari April = 30 hari Mei = 30 hari Juni = 25 hari + 144 hari



D. Penilaian Efek atau Surat-Surat Berharga. 1. Metode Penilaian Surat Berharga Dalam hubungan dengan penilaian surat-surat berharga. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyebutkan surat berharga yang setera dapat dijual dinyatakan dalam neraca sebesar harga perolehan atau harga terendah antara harga perolehan dan harga pasarnya. a.



Metode Harga Pokok



Dalam metode harga pokok atau harga perolehan 9cost method), surat-surat berharga di neraca dicantumkan sebesar harga perolehannya. Ini berarti tidak ada pengakuan terhadap kerutian yang berasal dari turunnya nilai surat-surat berharga sebelum surat surat berharga tersebut dijual. b. Metode harga yang terendaha antara harga perolehan dengan harga pasar Dalam metode harga yang terendah antara harga perolehan dengan harga pasar (lower of cost or market method), surat-surat berharga dicantumkan sebesar harga terendah antara harga prolehan dengan harga pasarnya. Artinya, akan diakui adanya kerugian yang belum terjadi, jika ternyata harga pasar lebih rendah dari harga perolehannya. Jumlah kerugian yang diakui adalah sebesar selisih harga perolehan dengan harga pasarnya pada tanggal neraca. Pencattan kerugian yang diakui dilakukan dengan mendebit akun rugi penurunan nilai surat berharga dan mengkredit akun cadangan



penurunan nilai surat berharga



Penerapan metode ini (harga terendah antara harga perolehan dan harga pasar) dapat diterapkan kepada surat berharga dengan dua cara 1) Diterapkan pada jumlah keseluruhan surat berharga 2) Diterapkan pada masing-masing surat berharga



2. Penyesuaian atas Rugi Penurunan Surat Berharga Contoh : Data berharga yang dimiliki PT Bima Pratama 31 Desember 1999 adalah sebagai berikut : Harga Terendah Harga Harga antara harga No Keterangan Perolehan Pasar perolehan atau harga pasar 1 50 lb saham PT ABC Rp 580.750 Rp 570.000 Rp 570.000 2 100 lb saham PT Sinar Rp 985.500 Rp 1.025.000 Rp 985.500 Abadi 3 30 lb obligasi PT Jasa Rp 1.590.750 Rp 1.537.500 Rp 1.537.500 M 15% 4 30 lb obligasi IKPN, Rp 2.955.765 Rp 3.060.000 Rp 2.955.765 12% Rp 6.112.765 Rp 6.112.765 Rp 6.048.765 Dengan memperhatikan data di atas, surat berharga dicantumkan sebagai berikut : a. Jika digunakan metode harga perolehan (cost method) dicatat sebesar Rp 6.122.765,00 b. Jika diguankan metode harga terendah antara harga poerolehan dan harga pasar 1) Dengan cara keseluruhan, dicatat sebesar Rp 6.112.765,00 karena harga perolehan lebih rendah dari harga pasar 2) Dengan cara individual (masing-masing), dicatat sebesar Rp 6.048.765,00 karena cara ini pengakuan rugi sebesar Rp 64.000,00 (Rp 6.112.765,00 - Rp 6.048.765,00) dicatat dengan jurnal penyesuaian Rugi penurunan nilai surat berharga Cadangan penurunan nilai usrat berharga



Rp



64.000,00 Rp



64.000,00



Di dalam neraca, surat berhaga dicantumkan dengan jumlah sebesar harga perolehannya (Rp 6.112.765,00) dikurangi cadangan penurunan nilai (Rp 64.000,00) sehingga jumlah bersihnya Rp 6.048.765,00 (seperti pemilikan aktiva tetap yang akan dibahas di bab 6). Cadangan penurunan nilai surat berharga ini akan dihapuskan apabila surat-surat berharga tersebut dijual Contoh : Pada tanggal 10 Januari 2000, 50 lembar saham PT. ABC dijual dengan kurs 115, provisi dan materai 1%. Penjualan ini dicatat dlaam jurnal sebagai berikut Kas Cadangan penurunan nilai surat berharga Rugi penjualan surat berharg Surat berharga



Rp 569.250,00 Rp 10.750,00 Rp 750,00



Penjelasan : Harga kurs 50 lb saham PT ABC : 50 x Rp 10.000,00 x 115% Provisi dan materai 1% Harga jual (kas) Harga perolehan Rp 580.750,00 Cad. Penurunan nilai surat berharga Rp 10.750,00 Rugi penjualan surat berharga



Rp



580.750,00



Rp Rp Rp



575.000,00 5.750,00 569.250,00



Rp Rp



570.000,00 750,00



Jika penurunan nilai dihitung untuk seluruh surat berharga dan penjualan surat berharga itu tidak dilakukan sekaligus, maka setiap terhadi penjualan surat berharga tidak diadakan penyesuaian pada akun cadangan penurunan nilai. Akun cadangan ini baru akan disesuaikan pada akhir periode.



Contoh



1 Januari 2000 suatu perusahaan mempunyai data surat berharga sebagai berikut : No Keterangan Harga perolehan Harga Pasar 1 100 lb saham PT KLM Rp 1.050.000 Rp 1.100.000 2 200 lb saham PT Asoka Rp 2.300.000 Rp 2.100.000 3 100 lb obligasi 15% PT XYZ Rp 5.500.000 Rp 5.250.000 4 50 lb obligasi 12% PT Perkasa Rp 2.500.000 Rp 2.550.000 Rp 11.350.000 Rp11.000.000 Berdasarkan data di atas berarti cadangan penurunan nilai surat berharga Rp 350.000,00 (=Rp 11.350.000,00 - Rp 11.000.000,00) Contoh : Pada tanggal 5 Februari 2000 dijual 100 lembar saham PT Asoka dengan harga Rp 1.100.000,00. Buatlah jurnalnya Kas Rugi penjualan surat berharga Surat berharga



Rp Rp



1.100.000,00 50.000,00 Rp 1.150.000,00



Misalnya setelah tanggal 5 Februari tidak ada pembelian atau penjualan surat berharga sampai akhir tahun, maka harga perolehan surat berharga tinggal Rp 10.200.000,00 (Rp 11.350.000,00 - Rp 1.150.000,00). Apabila harga paar seluruh surat berharga 5 Februari Rp 10.050.000,00 berarti cadangan penurunan nilai Rp 150.000,00 (Rp 10.200.000,00 - Rp 10.050.000,00). Apabila harga pasar seluruh surat berharga Rp 10.050.000,00 harga perolehan Rp 10.200.000,00 dan saldo cadangan penurunan nilai pada tanggal 1 Januari 2000 Rp 350.000,00 maka pada akhir periode harus dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut Cadangan penurunan nilai surat berharga Laba penurunan nilai surat berharga



Rp



200.000,00 Rp



200.000,00



(yang dicadangkan untuk penurunan nilai Rp 350.000,00, namun kenyataannya hanya turun Rp 150.000,00 jadi laba Rp 200.000,00) Dari contoh di atas, misalkan harga pasar seluruh surat berharga Rp 9.750.000,00 berarti cadangan penurunan nilai surat berharga menjadi Rp 10.200.000,00 - Rp 9.750.000,00 = Rp 450.000,00 Jurnal penyesuaian akhir periode Rugi penurunan nilai surat berharga Cadangan penuruanan nilai surat berharga



Rp



100.000,00 Rp



100.000,00



(yang dicadangkan untuk penurunan nilai Rp 350.000,00, namun kenyataannya turun Rp



450.000,00, jadi rugi 100.000,00)



AKUNTANSI PIUTANG DAN WESEL TAGIH TUJUAN PEMBELAJARAN : A. Menjelaskan pengertian, cara pencatatan, penghapusan dan penerimaan kembali piutang usaha yang telah dihapuskan. B. Menjelaskan macam-macam metode penentuan besarnya penyisihan kerugian piutang usaha C. Menjelaskan penyajian piutang dan penghapusannya dalam neraca. D. Menjelaskan pengertian piutang nonusaha E. Menjelaskan pengertian wesel, promes (aksep) dan jenis-jenis wesel t agih F. Menjelaskan cara pencatatan transaksi wesel dan penyajian di neraca.



Setiap perusahaan pada umumnya memiliki piutang yang merupakan komponen aktiva lancar. Piutang yang dimiliki perusahaan dapat dikelompokkan sebagai piutang wesel, piutang usaha (piutang dagang), dan piutang non-usaha. Piutang nonusaha akan dibahas secara singkat saja. Perusahaan dalam uaha memeprbesar volume penjualan biasanya melakukan kebijakan penjualan secara kredit. Volume penjualan yang semakin besar akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Namun, perlu diingat bahwa makin besarnya piutang usaha akan diikuti adanya risiko piutang yang tidak tertagih, yang merupakan beban kerugian piutang. Ada dua metode pencatatan beban kerugian piutang usaha, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Dalam metode tidak langsung, pada akhir tahun harus dapat ditaksir besarnya kerugian piutang yang tidak tertagih, baik ditaksir dari jumlah penjualan (metode laba rugi) atau dari besarnya saldo piutang berdasarkan nalisis umur piutang.



A. Piutang Usaha 1.



Pengertian Piutang Usaha



Piutang usaha adalah tagihan perusahaan atas penjualan barang atau jasa secara kredit, yang tagihan itu tidak disertai dengan surat perjanjian. Semakin besar piutang usaha akibat dari kebijakan penjualan kredit oleh perusahaan disadari atau tidak, pasti ada sebagian yang tidak dapat diterima kembali pebayarannya karena berbagai sebab. Misalnya, debitor dinyatakan pailit, debitor meninggal dunia atau tidak diketahui alamatnya. Piutang usaha yang tidak dapat ditagih disebut oleh perusahaan dianggap sebagai kerugian dan harus dihapuskan dari pembukuan. 2. Pembukuan Penghapusan Piutang Usaha Piutang usaha yang dihapuskan dapat dibukukan dengan dua metode a. Metode langsung (Direct write off method) b. Metode tidak langsung (indirect write off method or allowance method/metode penpenyisihan a.



Metode Langsung



Dalam metode langsung (direct write off method), setiap piutang usaha yang diputuskan untuk dihapuskan dari pembukuan, jumlah yang dihapuskan tersebut dibebankan didebit akun beban penghapusan piutang atau kerugian piutang tidak tertagih (bad debt expenses) dan dikredit akun piutang usaha Dalam acara ini, pada akhir tahun saat menyusun kertas, tidak diadakan taksiran kerugian atas saldo piutang sehingga tidak ada jurnal penyesuaian. Penyajian piutang usaha di neraca sebesar nilai bruto tanpa dikurangi taksiran piutang yang tidak tertagih Contoh 1) Penerimaan sebagian piutang usaha dan sebagaian lainnya dihapuskan Tanggal 5 April 2000 tagihan kepada Tn. Amir sebesar Rp 600.000,00. Diterima pembayaran sebesar Rp 450.000,00, sedang sisanya harus dihapuskan. Buatlah jurnal transaksi tersebut. Jawab : Tgl



Keterangan



Ref



Kas Beban Penghapusan piutang Piutang Usaha



Debit Rp Rp



450.000 150.000



Kredit



Rp



600.000



2) Menghapus piutang usaha yang tidak dapat ditagih Tanggal 31 Mei 2000 tagihan kepada Fa ABC sebesar Rp 250.000,00 diputuskan untuk dihapuskan karena Fa ABC pindah tempat dan tidak diketahui lagi alamatnya. Buatlah jurnal untuk menghapuskan piutang Fa ABC tersebut. Jawab : Tgl



Keterangan Beban Penghapusan piutang Piutang Usaha



Ref



Debit Rp



250.000



Kredit Rp



250.000



3) Mencatat penerimaan piutang usaha yang sebelumnya telah dihapuskan Tanggal 10 Juni 2000 diteima tagihan dari Tuan Komar sebesar Rp 200.000,00 Tagihan pada Tn. Komar sebelumnya telah dihapuskan. Buatlah jurnal transaksi tersebut.



Jawab : Tgl



Keterangan



Ref



Piutang Usaha Beban Penghapusan piutang Kas Piutang Usaha



Debit Rp



200.000



Rp



200.000



Kredit Rp



200.000



Rp



200.000



Catatan Penerimaan piutang usaha yang sebelumnya telah dihapuskan harus dijurnal dua kali. Tahap pertama memunculkan kembali piutang usaha yang telah dihapus dan tahap kedua menerima piutang usaha sebagaiman lazimnya. Pencatatan sekali saja dengan cara mendebit akun kas dan mengkredit beban penghapusan piutang adalah kurang lazim walaupun hsil akhirnya sama. b. Metode Tidak Langsung Dalam metode tidak langsung (allowance method atau indirect method), setiap akhir tahun dilakukan penaksiran atas jumlah piutang usaha yang mungkin tidak tertagih untuk menentukan besarnya beban penghapusan piutang. Bila piutang usaha tidak dapat ditagih dan hrus dihapuskan, jumlah yang dihapuskan tersebut dibebankan (dikurangkan) dari akun penyisihan penghapuan piutang. Itulah sebabnya metode ini disebut metode penyisihan. Contoh : 1)



Penerimaan sebagian piutang usaha dan sisanya dihapuskan



Tanggal 10 April 2000 PT Angin Mamiri oleh Pengadilan Negeri dinyatakan pailit, maka tagihan kepadanya sebesar Rp 750.000,00 oleh panitia likuidasi hanya dapat dibayarkan sebesar rp 300.000,00 dan sisanya dihapuskan. Hari ini diterima pembayaran Rp 300.000,00 dari panitia likuidasi. Buatlah jurnal transaksi tersebut. Jawab : Tgl



Keterangan



Ref



Kas Penyisihan Penghapusan piutang Piutang Usaha



Debit Rp Rp



300.000 450.000



Kredit



Rp



750.000



2) Menghapuskan piutang usaha yang tidak dapat ditagih Tanggal 25 April 2000 Tuan Sundoro ternyata pindah tempat, tidak diketahui lagi alamatnya, sudah beberapa bulan dicari tetapi tidak diketemukan. Perusahaan memutskan bahwa tagihan kepadanya sebesar Rp 125.000,00 dihapuskan dari pembukuan. Catatlah dalam jurnal atas kebijakan pimpinan perusahaan menghapuskan piutang usaha tersebut. Tgl



Keterangan Penyisihan Penghapusan piutang Piutang Usaha



Ref



Debit Rp



125.000



Kredit Rp



125.000



3) Mencatat penerimaan piutang usaha yang sebelumnya telah dihapuskan Tanggal 10 Juni 2000 diterima tagihan ari Tuan Komar sebesar Rp 200.000,00 yang tagihan tersebut sebelumnya sudah dihapuskan. Buatlah jurnal transaksi tersebut. Jawab



Tahap pertama : Memeunculkan kembali piutang usaha yang telah dihapus Tgl



Keterangan



Ref



Piutang Usaha Penyisihan Penghapusan piutang



Debit Rp



Kredit



200.000



Rp



200.000



Tahap Kedua: Menerima piutang usaha Tgl



Keterangan Kas



Ref



Debit Rp



Piutang Usaha



Kredit



200.000



Rp



200.000



Jurnal dua tahap di atas dapat digabung menjadi Tgl



Keterangan Kas



Ref



Debit Rp



Penyisihan Penghapusan piutang



Kredit



200.000



Rp



200.000



3. Menaksir Jumlah Piutang yang mungkin tidak dapat diterima pembayarannya Taksiran besarnya jumlah piutang usaha yang mungkin tidak dapat diterima pembayarannya umumnya didasarkan pada pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Ada dua metode penaksiran. a. pendekatan laba rugi atau pendekatan atas dasar jumlah penjualan, b. pendekatan neraca atau pendekatan atas dasar saldo piutang usaha. a.



Pendekatan Laba Rugi Dalam pendekatan laba rugi atau pendekatan atas dasar jumlah penjualan, besarnya taksiran kerugian piutang usaha ditetapkan sekian persen (%) dari jumlah penjualan. Hasil perhitungan ini merupakan jumlah besarnya beban penghapusan piutang usaha untuk tahun buku yang akan ditutup dan di debit ke akun beban penghapusan piutang atau kerugian piutang tidak tertagih, sedangkan akun yang dikredit adalah Penyisihan Penghapusan Piutang atau penyisihan piutang tidak tertagih. Jurnal penyesuaiannya adalah : Tgl



Keterangan Beban Penghapusan piutang Penyisihan Penghapusan piutang



Ref



Debit Rp



Kredit xxxxx



Rp



xxxxx



Dalam pendekatan laba rugi, hasil perhitungan yang diperoleh adalah besarnya beban penghapusan piutang (tidak memperhatikan saldo penyisihan yang ada). b. Pendekatan Neraca Pada pendekatan neraca atau pendekatan atas dasar saldo piutang usaha, penaksiran besarnya penyisihan piutang tidak tertagih akhir tahun dpat dilakukan dengan dua cara, yaitu ditetapkan dengan persentase (%) tertentu dari saldo piutang rata-rata atau didasarkan pada saldo piutang berdasarkan hasil analisis umur piutang. Saldo piutang Piutang awal + Piutang Akhir Rata-rata = ---------------------------------------------2 Apabila dihitung berdasarkan hasil analisis umur piutang, maka piutang usaha kepada masing-masing debitor dikelompokkan berdasarkan umur piutang. Misalnya, kelompok 1 hari -30 hari, 31 hari - 60 hari - 90 hari, 91 hari - 150 hari, 151 hari - 1 tahun, dan lebih dari 1 tahun, dan lebih dari 1 tahun. Piutang usaha yang belum jatuh tempo, risikonya adalah 0% dan semakin lama umur piutang



kemungkinan ruginya semakin besar. Hasil perhitungan persentase tertentu dari saldo piutang ini akan menunjukkan besarnya Penyisihan Penghapusan Piutang pada akhir tahun Besarnya beban penghapusan piutang tahun tesebut adalah selisih dari Penyisihan Penghapusan Piutang akhir tahuh dengan awal tahun setelah ditambah atau dikurangi perubahan selama tahun bejalan tersebut.. kita harus memperhatikan saldo Penyisihan Penghapusan Piutang yang ada. Bila Penyisihan Penghapusan Piutang saldo debit, berarti akun tersebut berkurang. Sebaliknya, bila Penyisihan Penghapusan Piutang bersaldo kredit, berarti akun tersebut bertambah. Jurnal penyesuaian yang dibuat adalah : Tgl



Keterangan Beban Penghapusan piutang Penyisihan Penghapusan piutang



Ref



Debit Rp



Kredit xxxxx



Rp



xxxxx



a. Pencatatan Penghapusan Piutang Usaha Contoh 1. Di bawah ini adalah data yang dimiliki PD Laris untuk ahun 1999. a. Saldo piutang usaha per 1 Januari1999 Rp 145.000.000,00 b. Saldo penyisihan penghapusan piuang 1 Januari 1999 Rp 2.250.000,00 Transaksi yang berhubungan dengan penghapusan piutang dalam tahun 1999 adalah sebagai berikut : Apr 10 Tagihan kepada Tuan Suparman sebesar Rp 800.000,00 hanya diterima pembayaran sebesar 75%-nya, sedangkan sisanya minta dihapuskan Mei 7 Fa Karimata oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dinyatakan pailit. Tagihan PD Laris sebesar Rp 1.500.000,00 hanya diterima secara tunai sebesar 30% Juni 6 Tagihan kita kepada Tuan Horas sebesar Rp 375.000,00 ditetapkan untuk dihapuskan karena Tn. Horas pindah tempat dan tidak diketahui alamatnya. Okt 15 Piutang PD Laris kepda beberapa orang debitor diputuskan untuk dihapuskan saja, yaitu kepada Tn. Amir Rp 100.000,00, Tn. Chandar Rp 240.000,00, dan Tn. Popy Rp 160.000,00 Nov 20 Diterima tagihan dari Tn. Horas Rp 375.000,00 yang sebelumnya telah dihapuskan. Data lainnya : Jumlah penjualan kredit tahun 1999 sebesar Rp 765.000.000,00. Saldo piutang usaha per 31 Desember 1999 Rp 122.400.000,00 Berdasarkan data di atas diminta 1) Jurnal transaksi keuangan tahun 1999 2) Apabila Penyisihan Penghapusan Piutang dihitung berdasarkan 2,5% dari saldo piutang rata-rata, berapa beban penghapuan piutang tahun 1999 3) Berapa beban penghapusan piutang tidak tertagih tahun 1999 apabila Penyisihan Penghapusan Piutang ditetapkan 0,5% dari jumlah penjualan kredit. 4) Berapa besar slado Penyisihan Penghapusan Piutang pada akhir tahun dengan masing-masing cara tersebut 5) Buatlah penyajian saldo piutang usaha dalam neraca per 31 Desember 1999 berdasarkan kedua cara tersebut.



Jawab :



1)



Jurnal Umum



Tanggal



Keterangan



Debit



1999 Apr-10 Kas Penyi. Penghapusan piutang Piutang usaha Mei-07 Kas Penyi. Penghapusan piutang Piutang usaha Jun-06 Penyi. Penghapusan piutang Piutang usaha Okt-15 Penyi. Penghapusan piutang Piutang usaha Nop-20 Piutang Usaha Penyi. Penghapusan piutang Kas Piutang usaha



Rp Rp



Kredit



600.000 200.000 Rp



800.000



Rp 450.000 Rp 1.050.000 Rp 1.500.000 Rp



375.000



Rp



500.000



Rp



375.000



Rp



375.000



Rp



375.000



Rp



500.000



Rp



375.000



Rp



375.000



2) Piutang rata-rata Rp 145.000.000,00 + Rp 122.400.000,00 -------------------------------------------------------- = Rp 133.700.000,00 2 besarnya saldo Penyisihan Penghapusan Piutang per 31 Desember 1999 2,5% x Rp 133.700.000,00 = Rp 3.342.500,00 Penyisihan penghapusan piuang 10-04-1999 Rp 200.000 01-01-1999 Saldo 07-05-1999 Rp 1.050.000 20-11-1999 06-06-1999 Rp 375.000 31-12-1999 Penyesuaian 15-10-1999 Rp 500.000 Rp 2.125.000 31 Des 1999 Saldo Rp 3.342.500 31 Des 1999 Saldo Rp 5.467.500 01-01-1999 Neraca



Rp 2.250.000 Rp 375.000 Rp 2.842.500 Rp 5.467.500 Rp 5.467.500 Rp 3.342.500



Jadi, besarnya beban penghapusan piutang tahun 1999 adalah Rp 2.842.500,00 Jurnal penyesuaian atas transaksi terasebut adalah Tgl



Keterangan Beban Penghapusan piutang Penyisihan Penghapusan piutang



Ref



Debit Rp



2.842.500



Kredit Rp



2.842.500



Jumlah tersebut dapat pula dihitung sebagai berikut : Rp 2.250.000,00 + Rp 375.000,00 + R 2.842.500-(Rp 200.000,00 + Rp 1.050.000,00 + Rp 375.000,00 + Rp 500.000,00) = Rp 3.342.500,00 3) Besarnya beban penghapuan piutang tahun 1999 adalah : 0.5% x Rp 765.000.000,00 = Rp 3.820.000,00



Jurnal penyesuaian Tgl



Keterangan



Ref



Beban Penghapusan piutang Penyisihan Penghapusan piutang



Debit Rp



3.820.000



Kredit Rp



3.820.000



4) Perhitungan saldo Penyisihan Penghapusan Piutang per 31 Desember 1999 a) Taksiran piutang tidak tertagih dari saldo rata-rata : Besarnya Penyisihan Penghapusan Piutang (penyisihan penghapuan piutang disisi kredit akan mengurangi jumlah piutang usaha yang dihitung : 2,5% x Rp 133.700.000,00 = Rp 3.342.500,00 (hasil inilah yang dijurnal). Penyajian piutang usaha di neraca adalah Piutang usaha Rp 122.400.00,00 Penyisihan Penghapusan Piutang Rp 3.352.500,00 Piutang yang dapat ditagih (netto) 119.057.500,00 b) Taksiran piutang tidak tertagih dari jumlah penjualan Besarnya Penyisihan Penghapusan Piutang per 31 Desember 1999 : Rp 2.250.00,00 + Rp 375.000,00 + Rp 3.820.000,00 - (Rp 200.000,00 + Rp 1.050.000,00 + Rp 375.000,00 + Rp 500.000,00) = Rp 4.320.000,00 Penyajian piutang usaha di neraca adalah Piutang usaha Rp 122.400.000 Penyisihan Penghapusan Piutang Rp 4.320.000 Piutang yang dpat ditagih (netto) Rp 118.080.000 2. Neraca sisa PD Maju per 31 Desember 1999 menunjukkan pos-pos sebagai berikut a. Piutang usaha (D) Rp 22.500.000,00 b. Penyisihan Penghapusan Piutang (D) Rp 150.000,00 c. Beban penghapusan piutang (D) Rp Perincian piutang usaha menurut nama debitor, tanggal faktur, nomor faktur, dan jumlahnya adalah sebagai berikut. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12



Nama Debitor Fa. Sekar toko Sembodro toko Sembodro PD Serayu PT. Amin Mamiri Toko Bimo Toko Bimo Toko Arjuna Tuan Irawan Toko Arjuna PD Nakula Tuan Sukoco



Tanggal Faktur 04-Mei 02-Juni 15-Oktober 03-Januari 12-Nopember 15-Oktober 12-Desember 06-Desember 05-Desember 08-Desember 07-Agustus 05-Nopember



No. Faktur 1653 1821 2515 205 1710 2611 2750 2453 2725 2740 2040 2660



Jumlah Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp



950.000 1.200.000 1.750.000 800.000 500.000 2.400.000 3.200.000 1.600.000 1.000.000 2.500.000 3.500.000 3.100.000 22.500.000



Berdasarkan pengalaman, kerugian karena piutang tidak tertagih berdasarkan golongan umum piutang adalah sebagai berikut Umur Piutang



Persentase kerugian



1 - 30 hari 31 - 60 hari 61- 90 hari 91 - 120 hari 121 - 180 hari 181 - 1 tahun (360 hari) Lebih dari 1 tahun



0% 1% 2% 3% 4% 10% 20%



Diminta 1) Buatlah analisis umur piutang 2) Buatlah ayat jurnal yang diperlukan untuk penyisihan piutang tidak tertagih 3) Penyajian piutang usaha dalam neraca Jawab 1) Analisis umur piutang No



Nama Debitor



Golongan Umur Piutang (dalam harian) 1 - 30



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12



Fa. Sekar toko Sembodro toko Sembodro PD Serayu PT. Amin Mamiri Toko Bimo Toko Bimo Toko Arjuna Tuan Irawan Toko Arjuna PD Nakula Tuan Sukoco Jumlah % Penyisihan Jml penyisihan



31 - 60



61 - 90



91 - 120



121 - 180



181- 365



> 365



950.000 1.200.000 1.750.000 800.000 500.000 2.400.000 3.200.000 1.600.000 1.000.000 2.500.000 3.500.000



6.700.000 0%



3.100.000 3.100.000



4.150.000



1.600.000



3.500.000



1% 31.000



2% 83.000



3% 48.000



4% 140.000



2.950.000 10% 295.000



Jumlah 950.000 1.200.000 1.750.000 800.000 500.000 2.400.000 3.200.000 1.600.000 1.000.000 2.500.000 3.500.000 3.100.000



500.000 22.500.000 20% 100.000 697.000



Besarnya Penyisihan Penghapusan Piutang per 31 Desember 1999 sebesar Rp 697.000,00. Besarnya beban penghapusan piutang tahun 1999 adalah Rp 150.000,00 + Rp 697.000,00 = Rp 847.000,00 2) Ayat jurnal penyesuaian per 31 Desember 1999 Tgl



Keterangan



Ref



Beban Penghapusan piutang Penyisihan Penghapusan piutang



Debit Rp



Kredit



847.000



Rp



847.000



3) Penyajian piutang usaha di neraca 31 Desember 1999 Piutang usaha Rp 22.500.000,00 Penyisihan Penghapusan Piutang Rp 697.000,00 Neto Rp 21.803.000,00



Piutang Non Usaha Piutang non usaha adalah piutang penghasilan yang bukan berasal dari penjualan barang dan jasa perusahaan tersebut. Contoh piutang nonusaha adalah piutang pegawai, piutang bunga, piutang perusahaan afiliasi, piutang persekot kontrak pembelian, dan lain-lain 1. Piutang Pegawai Piutang pegawai adalah piutang yang timbul karena adanya pegawai yang meminta sebagian dari gajinya yang seharusnya akan diterima kemudian (sering disebut bon gaji pegawai) 2. Piutang Pendapatan Piutang pendapatan adalah pendapatan yang seharusnya sudah menjadi hak perusahaan, tetapi belum diterima pembayarannya. Misalnya piutang bunga (bunga yang masih harus diterima) dan piutang sewa (sewa yang masih harus diterima). Piutang tersebut timbul pada akhir periode. Jurnal penyesuaiannya adalah : Tgl



Keterangan



Ref



Piutang Bunga Pendapatan Bunga



Debit Rp



Kredit xxxxx



Rp



xxxxx



Contoh : Dalam neraca sisa terdapat akun surat berharga (obligasi) Rp 10.000.000,00 bunga 12%, kupon 1 Maret - 1 September. Akhir periode 31 Desember dibuat jurnal penyesuaian untuk mencatat piutang bunga dan pendapatan bunga: Tgl



Keterangan Piutang Bunga Pendapatan Bunga



Ref



Debit Rp



400.000



Kredit Rp



Bunga Rp 40.000,00 dihitung dari Rp 10.000.000,00 x 12/100 x 4/12 = Rp 400.000,00 Piutang nonusaha di neraca disajikan dalam kelompok aktiva lancar.



400.000



Piutang Wesel dan Promes 1. Pengertian Wesel dan Promes Wesel (notes receivable) dan promes adalah surat perintah bayar sejumlah uang dari yang berpiutang kepada orang yang berutang pada tanggal jatuh tempo.. fungsi wesel adalah sebagai alat kredit dan alat pembayar. Promes (aksep) adalah surat pengakuan atau surat janji kepada pemegang promes itu untuk membayar sejumlah uang pada tanggal jatuh tempo. Dalam pembukuan, pihak yang berpiutang surat wesel dan surat nominal/face value. Bunga atau diskonto dibukukan ke dalam akun pendapatan bunga bila bunga tersebut merupakan penghasilan dan ke dalam akun biaya bunga apabila bunga tersebut merupakan beban.



2. Pengelompokan Wesel Dilihat dari jangka waktu (umur), wesel dibagi dalam dua kelompok. a. Wesel Harian Wesel Harian adalah surat wesel atau promes yang jangka waktunya dinyatakan secara harian. Wesel ini jatuh tempo sekian (x) hari setelah tanggal pembuatan wesel atau promes itu. b. Wesel Bulanan Wesel Bulanan adalah surat wesel atau promes yang jangka waktunya dinyatakan secara bulanan. Wesel ini jatuh tempo pada atanggal yang sama dengan tanggal pembuatannya satu periode berikutnya. Jika dalam bulan jatuh tempo tidak ada tanggal yang sama dengan tanggal pembuatannya, maka tanggal terakhir pada bulan jatuh tempo merupakan tanggal jatuh tempo wesel atau promes tersebut. Bulan jatuh tempo adalah x (eks) bulan setelah bulan pembuatannnya. Dilihat dari pembungaan, wesel dikelompokkan ke wesel tidak berbunga dan wesel berbunga. a.



Wesel Tidak berbunga



Wesel tidak berunga (noninterest bearing notes) adalah surat wesel atau promes yang tidak memperhitungkan bunga. nilai wesel ini pada tanggal jatuh tempo sama dengan nilai nominal. Contoh Pada tanggal 5 Juli 1999 PD Bima Sakti menjual barang dagangan secara kredit kepada Tn. Rahman Rp 4.500.000,00 yang harus dilunasi tanggal 5 Oktober 1999. Tanggal 6 Agustus PD Bima Sakti sudah memerlukan uang. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut dibuatlah surat kepada Tn. Rahman seperti berikut ini. Rp 4.500.000,00



Jakarta, 6 Agustus 1999



Pada tanggal 5 Oktober 1999 harap Tuan bayar wesel ini melalui Bank dagang Negara Nomor Rekening 209751 atau order, uang sejumlah empat juta lima ratus ribu rupiah.



Kepada Tn. Rahman Jl. Denpasar 172 Jakarta Pusat



PD Bima Sakti Bima Direktur



b. Wesel berbunga Wesel berbunga (interst bearing notes) adalah surat wesel atau promes yang memperhitungkan bunga. nilai wesel ini pada tanggal jatuh tempo adalah sebesar nilai nominal ditambah bunga selama jangka waktu wesel. Contoh : Rp 4.500.000,00



Jakarta 1999



Enam puluh hari setelah tanggal pembuatan wesel ini, kami sanggup membayar kepada PD Bima Sakti Jakarta, empat juta lima ratus ribu rupiah dengan bunga 12% jatuh tempo : 4 Desember 1999 Rahman



1.



Pendiskontoan Wesel



Untuk memenuhi kebutuhan uang tuani yang diperlukan, perusahaan dapat menjual atau mendiskontokan wesel tagih yang dimiliknya. Dalam pendiskontoan wesel, diperhitungkan potongan bunga yang disebut diskonto. Besarnya diskonto wesel dihitung dengan rumus bunga atas dasar nilai wesel pada tanggal jatuh tempo. Nilai wesel pada tanggal jatuh tempo (maturity value) adalah a. wesel tidak berbunga sama dengan nilai nominal b. wesel berbunga sama dengn niali nominal ditambah bunga selama umur wesel hari diskonto dihitung dengan ketentuan sebagai berikut : a. Mulai tanggal pendiskontoan sampai dengan tanggal jatuh tempo (salah satu hari tidak dihitung) b. Bulan dihitung menurut kalender atau menurut hari yang sebenarnya. c. Satu tahun ditetapkan 360 hari. Jurnal hasil pendiskontoan wesel : Tgl



Keterangan Kas (N+b-d) Wesel tagih yang didiskontokan (N) Pendapatan bunga (b-d)



Ref



Debit Rp Rp



Kredit xxxxx xxxxx



Rp



xxxxx



2. Pembukuan Pendiskontoan Wesel Jika pendiskontoan wesel itu disertai dengan hak regress, maka nilai nominal wesel dibukukan di kredit akun wesel tagih didiskontokan. Sebaliknya, bila pendiskontoan itu tanpa disertai hak regress, maka langsung dicatat di kredit akun wesel tagih. Hak regress adalah hak pemegang wesel untuk menuntut pembayaran kepada pemegang sebelumnya pada tanggal jatuh tempo bila orang yang berutang tidak mau membayar atau menolak pembayaran surat wesel itu. Dengan kata lain, penjual wesel masih terikat untuk membyar wesel itu dikemudian hari. a.



Pendiskontoan wesel tidak berbunga disertai dengan hak regress dicatat dengan jurnal kas Rp xx beban bunga Rp xx wesel tagih didiskontokan Rp xx



b. Pendiskontoan wesel tidak berbunga tidak disertai hak regress dicatat dengan jurnal Kas Rp xx Beban bunga Rp xx wesel tagih Rp c.



xx



Pendiskontoan wesel berbunga disertai dengan hak regress, yakni jumlah bunga lebih besar dari diskonto atau nilai tunai lebih besar dari nilai nominal, dicatat dengan jurnal. Kas Rp xx Wesel tagih didiskontokan Rp xx Pendapatan bunga



Rp



xx



d. Pendiskontoan wesel berbunga tidak disertai hak regress, yakni jumlah bunga lebih besar dari diskonto atau nilai tunai lebih besar dari nilai nominal, dicatat dengan jurnal Kas Rp xx Wesel tagih Rp xx Pendapatan bunga



Rp



xx



e.



Pendiskontoan wesel berbunga disertai hak regress, yakni jumlah diskonto lebih besar dari bunga atau nilai nominal lebih besar dari nilai tunai, dicatat dengan jurnal Kas Rp xx Beban bunga Rp xx Wesel tagih didiskontokan Rp xx



f.



Pendiskontoan wesel berbunga tidak disertai hak regress, yakni jumlah diskonto lebih besar dari bunga atau nilai nominal lebih besar dari nilai tunai, dicatat dengan jurnal Kas Rp xx Beban bunga Rp xx Wesel tagih Rp xx



g.



Pada tanggal jatuh tempo, wesel tagih yang telah didiskontokan yang disertai dengan hak regress dikeluarkan dari akun wesel tagih. Untuk itu, akun wesel tagih didiskontokan dibuat ayat jurnalnya Wesel tagih didiskontokan Rp xx Wesel tagih Rp xx



3. Wesel Tagih yang Ditolak Wesel tagih yang ditolak (dishonoured notes receivable) adalah dengan hak regress yang telah didiskontokan dan pada tanggal jatuh tempo wesel ini tidak dibayar oleh yang terutang. Akibatnya,yang mendiskontokan wajib membayar wesel tersebut kepada pemegang wesel tagih yang belum mendapat pelunasan tersebut. Jumlah yang harus dibayar kepada pemegang wesel terdiri atas. a. nilai nominal wesel b. bunga wesel (jika wesel itu berbunga) c. beban-beban yang diperhitungkan pemegang wesel. Jadi wesel tagih yang ditolak pembayarannya oleh yang berutang pada tanggal jatuh tempo adalah wesel tagih yang telah didiskontokan. Pada saat membayar wesel tagih yang ditolak dibuat jurnal : Piutang usaha Rp



xx



Kas Rp xx Wesel tagih didiskontokan Rp xx Wesel tagih Rp xx Catatan : Bila tidak ada keterangan apa-apa, pendiskontoan wesel dianggap ada hak regress. Contoh : Transaksi yang tejadi selama tahun 1999 adalah sebagai berikut : Mei 10 PD Bima Sakti menjual barang dagangan kepada Tuan Rachman seharga Rp 1.500.000,00 faktur no. 12 dengan syarat 4/10, n/90 Mei 15 PD Bima Sakti menjual barang dagangan kepada Toko Larasati seharga Rp 2.400.000,00, faktur no. 20 dengan syarat 2/10, n/30 Juni 9 PD Bima Sakti menarik wesel kepada Tuan Rachman nominal Rp 1.500.000,00, jatuh tempo 60 hari. Wesel tersebut diaksep Tn. Rachman. Juni 15 Toko Larasati menyerahkan sehelai promes kepada PD Bima Sakti nominal Rp 2.400.000,00, berbunga 16%, jatuh tempo 75 hari Juni 20 PD Bima Sakti mendiskontokan wesel yang telah diaksep Tn. Rachman nominal Rp 1.500.000,00 kepada Bank Negara Indonesia 1946 dengan diskonto 18% Juni 24 PD Bima Sakti mendiskontokan promes Toko Larasati nominal Rp 2.400.000,00, berbunga 16% dengan diskonto 16,5% Ags 8 Tuan Rachman melunasi wesel yang jatuh tempo hari ini kepada Bank Negara Indonesia 1946. Ags 29 Toko Larasati melunasi promes beserta bunganya kepada Bank Negara Indonesia 1946 Diminta : Buatlah jurnal umum tansaksi tersebut bagi a. PD. Bima Sakti b. Tuan Rachman c. Toko Larasati d. Bank Negara Indonesia 1946 a.



Jurnal PD Bima Sakti (sebagai penjual)



Tanggal



Keterangan



Mei-10 Piutang usaha (Tn. Rachman) Penjualan Mei-15 Piutang usaha (Toko Larasati) Penjualan Jun-09 Wesel tagih Piutang usaha (Tn. Rachman) Jun-20 Kas Beban Bunga Wesel tagih yang didiskontokan Jun-24 Kas Wesel tagih yang didiskontokan Pendapatan bunga Agust-08 Wesel tagih yang didiskontokan Wesel tagih



Debit



Kredit



Rp 1.500.000 Rp 1.500.000 Rp 2.400.000 Rp 2.400.000 Rp 1.500.000 Rp 1.500.000 Rp 1.463.250 Rp 36.750 Rp 1.500.000 Rp 2.404.980 Rp 2.400.000 Rp 4.980 Rp 1.500.000 Rp 1.500.000



b. Jurnal Tuan Rachman (sebagai pembeli) Tanggal 1999 Mei-10 Pembelian Utang usaha Jun-09 Utang usaha



Keterangan



Debit



Kredit



Rp 1.500.000 Rp 1.500.000 Rp 1.500.000



Wesel bayar Agust-08 Wesel bayar Kas c.



Rp 1.500.000 Rp 1.500.000 Rp 1.500.000



Jurnal Toko Larasati (sebagai pembeli)



Tanggal



Keterangan



1999 Mei-15 Pembelian Utang usaha Jun-15 Utang usaha Wesel bayar Agust-29 Wesel bayar Beban bunga Kas



Debit



Kredit



Rp 2.400.000 Rp 2.400.000 Rp 2.400.000 Rp 2.400.000 Rp 2.400.000 Rp 80.000 Rp 2.480.000



d. Jurnal Bank Negara Indonesia 1946 Tanggal



Keterangan



1999 Jun-20 Wesel tagih Pendapatan bunga Kas Jun-24 Wesel tagih Beban bunga Kas Agust-08 Kas Wesel tagih Pendapatan bunga



Debit



Kredit



Rp 1.500.000 Rp 36.750 Rp 1.463.250 Rp 2.400.000 Rp 4.980 Rp 2.404.980 Rp 2.480.000 Rp 2.400.000 Rp 80.000



4. Utang Bersyarat untuk Pendiskontoan Wesel Setiap pendiskontoan wesel tagih harus ditandatangani penjual (endorsement) di halaman belakang. Tanda tangan ini menunjukkan pertanggungjawaban kepada bank atau pihak lain yuang menerima wesel tersebut sehingga apabila pada saat jatuh tempo pembuat atau penandatanganan wesel/akseptor tidak melunasi utang weselnya, maka penarik wesel/endorsement berkewajiban membayar kepada bank atau pembeli. Dalam hal ini penarik wesel (yang menjual atau mendiskontokan) akan mempunyai utang bersyarat (contingent liability). Oleh karena itu, pendiskontoan wesel tidak dicatat dalam akun piutang wesel (wesel tagih), tetapi dicatat dalam akun piutang wesel didiskontokan. Jika pada saat jatuh tempo pihak yang kena tarik embayar (melunasi utang weselnya), maka hapuslah utang bersyarat tadi. Oleh karena itu, pihak penarik wesel akan mencatat dalam akun piutang wesel didiskontokan (debit) dan piutang wesel (kredit). Contoh Transaksi yang terjadi selama tahun 1999 adalah sebagai berikut. Ags 15 CV Angkasa Pura menjual barang dagangan secara kredit kepada Fa Samodra Raya Rp 6.000.000,00 Sept 16 CV Angkas Pura menarik wesel 60 hari atas Fa Samodra Raya Rp 6.000.000 Okt 1 Wesel yang telah diaksep oleh Fa Samodtra Raya oleh CV Angkasa Pura didiskontokan ke BDN, diskonto 16% dengan catatan jika pada saat jatuh tempo Fa. Smodtra Raya tidak membayar, CV Angkasa Pura berkewajiban untuk membayar kepada BDN tersebut. Nov 15 Fa. Samodra Raya tidak membayar, bank menagih kepada CV Angkasa Pura



Des



15



sebesar nilai jatuh tempo ditambah biaya penagihan Rp 25.000,00. Tagihan tersebut dilunasi oleh CV Angkasa Pura Fa Samodra Raya melunasi utang weselnya, ditambah bunga 15% setahun dari nilai nominal selama jangka waktu tunggakan dan beban-beban lain.



Buatlah jurnal untuk CV Angkasa Pura, Fa Samodra Raya, dan BDN jika dalam soal di atas dinyatakan bahwa a. Wesel tersebut tidak berbunga b. Wesel berbunga 15% setahun Jawab a. Bila wesel tersebut tidak berbunga 1) Jurnal CV Angkasa Pura (Penjual) Tanggal



Keterangan



1999 Agust-15 Piutang usaha (Fa Samodra Raya) Penjualan Sep-16 Wesel tagih Piutang usaha ( Fa Samodra Raya) Okt-01 Kas Beban bunga Wesel tagih didiskontokan Nop-15 Piutang usaha (Fa Samodra Raya) Kas Wesel tagih didiskontokan Wesel tagih Des-15 Kas Piutang usaha ( Fa Samodra Raya) Pendapatan bunga



Debit Rp



6.000.000



Rp



6.000.000



Rp Rp



5.880.000 120.000



Rp



6.025.000



Rp



6.000.000



Rp



6.100.312



Kredit



Rp



6.000.000



Rp



6.000.000



Rp



6.000.000



Rp



6.025.000



Rp



6.000.000



Rp Rp



6.025.000 75.312



2) Jurnal Fa Samodra Raya (Pembeli) Tanggal



Keterangan



1999 Agust-15 Pembelian Utang usaha Sep-16 Utang Usaha Wesel Bayar Des-15 Wesel bayar Beban Bunga Kas



Debit Rp



6.000.000



Rp



6.000.000



Rp Rp



6.000.000 100.312



Kredit



Rp



6.000.000



Rp



6.000.000



Rp



6.100.312



3) Jurnal BDN (pendiskonto wesel) Tanggal



Keterangan



1999 Okt-01 Wesel tagih Kas Pendapatan bunga Nop-15 Kas Wesel tagih Pendapatan jasa tagih/inkaso



Debit Rp



Rp



Kredit



6.000.000 Rp Rp



5.880.000 120.000



Rp Rp



6.000.000 25.000



6.025.000



b. Bila wesel tersebut berbunga 1)



Jurnal CV Angkasa Pura (penjual)



Tanggal



Keterangan



1999 Agust-15 Piutang usaha (Fa Samodra) Penjualan Sep-16 Wesel tagih Piutang usaha (Fa Samodra) Okt-01 Kas Wesel tagih didiskontokan Pendapatan Bunga Nop-15 Piutang usaha (Fa Samodra) Kas Wesel tagih didiskontokan Wesel tagih Des-15 Kas Piutang usaha (Fa Samodra) Pendapatan Bunga



Debit Rp



6.000.000



Rp



6.000.000



Rp



6.027.000



Rp



6.175.000



Rp



6.000.000



Rp



Kredit



Rp



6.000.000



Rp



6.000.000



Rp Rp



6.000.000 27.000



Rp



6.175.000



Rp



6.000.000



Rp Rp



6.175.000 77.187



6.252.187



2) Jurnal Fa Samudra Raya (pembeli) Tanggal



Keterangan



1999 Agust-15 Pembelian Utang Usaha Sep-16 Utang usaha Wesel bayar Des-15 Wesel bayar Beban bunga Kas



Debit Rp



6.000.000



Rp



6.000.000



Rp Rp



6.000.000 252.187



Kredit



Rp



6.000.000



Rp



6.000.000



Rp



6.252.187



3) Jurnal BDN (pendiskonto wesel) Tanggal



Keterangan



1999 Okt-01 Wesel tagih Beban bunga



Debit Rp Rp



6.000.000 27.000



Rp



6.175.000



Kas Nop-15 Kas Wesel tagih Pendapatan Bunga Pendapatan jasa inkakso



Kredit



Rp



6.027.000



Rp Rp Rp



6.000.000 150.000 25.000



SOAL-SOAL LATIHAN 1.



PD. ASIK mencatat penghapusan piutang dengan metode penyisihan, transaksi berikut ini terjadi pada bulan agustus 2002, berhubungan dengan piutang dagangnya : 1) Piutang debitur Syamsul sebesar Rp 450.000,00 dihapuskan karena debitur yang bersangkutan dinyatakan jatuh pailit 2) Diterima dari CV. ARINI seperangkat peralatan kantor untuk pembayaran hutangnya. Piutang pada debitur tersebut sebesar Rp 750.000,00, pada bulan Juni 2002, piutang CV. ARINI tersebut telah dihapuskan. Harga pasar wajar peralatan kantor tersebut Rp 500.000,00 3) Diterima dari debitur Darsim uang tunai Rp 500.000,00 untuk pembayaran hutang-piutangnya. Sisa piutang pada debitur tersebut sebesar Rp 150.000,00 setuju untuk dihapuskan. Diminta : Buat Jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut di atas !



2. Data yang diambil dari PT. SANTIKA pada 31 Desember 2002, antara lain sebagai berikut : Saldo akun Piutang Dagang ……………………………………… Rp 124.500.000,00 Saldo akun Penyisihan Penghapusan Piutang, (debet) ……………. Rp 600.000,00 Total Penjualan tahun 2002 ………………………………………. Rp 486.700.000,00 Total Retur penjualan kredit tahun 2002, ………………………… Rp 3.200.000,00 Informasi untuk penyesuaian 31 Desember 2002 : 1) Piutang pada debitur Yuni sebesar Rp 350.000,00 masih harus dihapuskan karena yang bersangkutan tidak diketahui lagi alamatnya. 2) Piutang yang ditaksir tidak dapat ditagih ditetapkan sebesar 2 % dari total penjualan netto. Berdasarkan data di atas, diminta : 1. Hitunglah beban penghapusan piutang untuk tahun 2002 2. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan tanggal 31 Desember 2002 3. Hitunglah saldo piutang dagang dan penyisihan penghapusan piutang setelah penyesuaian 31 Desember 2002. 3. Saldo Piutang Dagang PD. LIMA pada 30 Nopember 2002, sebesar Rp 115.200.000,00. Sementara saldo Penyisihan Penghapusan Piutang (Kredit) Rp 1.200.000,00 ikhtisar transaksi selama bulan Desember 2002, sebagai berikut : 1) Total penjualan kredit, Rp 78.600.000,00 2) Total penerimaan Piutang dari debitur Rp 88.500.000,00 3) Total Piutang yang dihapuskan Rp 800.000,00 4) Piutang yang telah dihapuskan bulan Juli 2002, diterima kembali pada bulan Desember 2002 sebesar Rp 300.000,00 Pada tanggal 31 Desember 2002, taksiran kerugian piutang ditetapkan sebesar 4 % dari saldo piutang. Diminta : a. Hitunglah saldo piutang PD. LIMA pada 31 Desember 2002 b. Hitunglah beban penghapusan piutang tahun 2002 c. Buat jurnal penyesuaian yang diperlukan per 31 Desember 2002.



4. Dalam buku besar PD. KARYA per 1 Desember 2002, akun Piutang Dagang menunjukkan saldo Rp 84.500.000,00 dan akun Penyisihan Penghapusan Piutang (Kredit) Rp 700.000,00. Transaksi yang terjadi selama bulan Desember 2002, antara lain sebagai berikut : Des



8 12 18 22 25 31 31



Diterima dari Toko Tiga untuk pelunasan faktur No. 111 sebesar R 24.500.000,00 Mursid menyerahkan peralatan kantor yang dinilai sebesar Rp 600.000,0 untuk pembayaran hutangnya sebesar Rp 900.000,00 sisanya setuju unt dihapuskan. Diterima dari Manaf untuk pembayaran hutangnya sebesar Rp 450.000,0 piutang ini telah dihapuskan pada bulan Nopember yang lalu. Diterima dari debitur Hambali, untuk pembayaran faktur No. 143, sebesar R 38.500.000,00 Piutang pada seorang debitur sebesar Rp 400.000,00 dihapuskan karena tid diketahui lagi tempat tinggalnya. Jumlah penjualan kredit pada bulan Desember Rp 72.500.000,00 Taksiran piutang yang tidak dapat ditagih ditetapkan sebesar 10 % dari sald piutang per 31 Desember 2002.



Diminta : 1) Jurnal untuk mencatat transaksi pada bulan Desember 2002, termasuk penjualan kredit. 2) Jurnal penyesuaian yang diperlukan per 31 Desember 2002 3) Buku besar Piutang Dagang dan Penyisihan Penghapusan Piutang. 5. Dalam menentukan besarnya Penyisihan Penghapsan Piutang tiap akhir tahun, perusahaan ANEKA menggunakan Analisis Umur Piutang dari masing-masing piutang langganannya. Dibawah ini data yang dikutif dari buku besar pembantu piutang per 31 Desember 2002. Langganan Belum Jatuh Tempo Toko Andika Toko Asia PD. Berkah PT. Bumi Daya Budiargo Toko Fajar Toko Baruna Jaelani CV. Jaya Agung Liem Hawk Narotama PT. Sumber Rejeki Toko Tarum



Saldo (Rp) 7.500.000,00 1.950.000,00 615.000,00 520.000,00 1.110.000,00 950.000,00 335.000,00 800.000,00 1.350.000,00 425.000,00 1.990.000,00 680.000,00 700.000,00 300.000,00



Tanggal Jatuh Tempo 3 Desember 2002 28 Oktober 2002 31 Juli 2002 13 Nopember 2002 4 Oktober 2002 16 Oktober 2002 22 April 2002 27 Desember 2002 27 Desember 2002 6 Nopember 2002 16 September 2002 21 Desember 2002 17 Oktober 2001



Menurut pengalaman maka jumlah piutang yang tak tertagih berdasarkan lamanya lewat waktu adalah sebagai berikut : Belum Jatuh Tempo …………………………….. 2% Lewat 0 – 1 bulan …………………………….. 5% 1 – 2 bulan …………………………….. 10% 2 – 3 bulan …………………………….. 20 % 3 – 6 bulan …………………………….. 30 % 6 – 12 bulan …………………………….. 50 % Lewat dari 1 tahun …………………………….. 80 %



Diminta : Dari data di atas hitunglah taksiran kerugian piutang untuk tahun 2002, serta buatlah penyesuaian akhir tahun bila diketahui saldo Penyisihan Penghapusan Piutang pada tanggal 31 Desember 2002 adalah Rp 292.000,00 (debet) 6. Pada Neraca Per 31 Desember 2001, yang disusun oleh PT. LIMAKA terdapat antara lain perkiraan-perkiraan berikut : Piutang Dagang Rp 8.675.000,00 Penyi. Penhapusan Piutang (Rp 147.500,00) Rp 8.257.500,00 Selama tahun 2001 oleh perusahaan itu telah dilakukan-transaksi-transaksi berikut : 1. Dijual dengan kredit Rp 39.525.000,00 2. Retur Penjualan Rp 475.000,00 3. Diterima bersih perkas dari debitur (termasuk penerimaan dari piutang yang telah dihapuskan tahun 2000 sejumlah Rp 175.000,00 Rp 41.958.000,00 4. Dihapuskan piutang kepada H. Mimpi Rp 250.000,00 Syarat pembayaran yang ditetapkan oleh PT. LIMAKA atas penjualan kredit adalah 2/10,n/30. Potongan tunai yang telah diberikan adalah atas piutang sejumlah Rp 27.500.000,00 Diminta : a. Berikan pencatatan dalam bentuk jurnal umum berikut dengan perhitungan-perhitungan yang diperlukan untuk transaksi tersebut di atas. b. Buat jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2001, apabila diketahui PT. LIMAKA sudah sejak beberapa tahun lalu menetapkan Penyisihan untuk piutang yang mungkin tidak dapat ditagih sebesar 2 % dari Saldo Piutang. c. Sajikan perkiraan Piutang dagang dan Penyisihan Penghapusan Piutang dalam Neraca per 31 Desember 2001. 7. Pada tanggal 10 April 2002, Liberius menarik wesel atas debiturnya, nominal Rp 7.500.000,00 berbunga 15 % jangka waktu 90 hari. Pada tanggal 2 Juni 2002 wesel tersebut didiskontokan Liberius ke bank dengan diskonto 10 %. Berdasarkan informasi di atas anda diminta : a. Mencari tanggal jatuh tempo wesel tersebut b. Menghitung nilai tunai wesel pada saat jatuh tempo c. Menghitung nilai tunai wesel saat pendiskontoan. 8. Pada tanggal 1 April 2001 PT. ABC menjual barang dagangan seharga Rp 10.000.000,00 atas penjualan barang tersebut PT. ABC menerima wesel tidak berbunga dengan nilai nominal Rp 10.000.000,00 dari pembelinya yaitu PT. XYZ. Wesel tersebut jatuh tempo pada tanggal 1 Juli 2001. Pada tanggal 1 Juni 2001 PT. ABC menjual Wesel tadi ke Bank dengan diskonto 6 %. Diminta : a. Membuat Jurnal untuk transaksi-transaksi sebagai berikut : - Penerimaan Wesel dari PT. XYZ - Pendiskontoan wesel - Pelunasan Wesel oleh PT. XYZ b. Membuat jurnal untuk PT. ABC jika pada tanggal jatuh tempo PT. XYZ tidak dapat melunasi hutangnya. Oleh PT. ABC wesel tersebut diubah menjadi piutang dagang setelah ditambah denda Rp 250.000,00 9. PT. ZAPRA memiliki wesel seperti tercantum dalam daftar berikut selama empat bulan terakhir tahun buku. Perusahaan menutup buku pada 31 Desember. Wesel A, B, C dan D didiskontokan pada tanggal dan tarif diskonto yang ditunjukkan oleh daftar berikut ini :



A



5 Oktober



13.500.000,00



30 hari



-



15 Oktober



Diskon to 8%



B



22 Oktober



20.000.000,00



60 hari



6%



1 Nopember



7%



C



14 Nopember



7.500.000,00



90 hari



7%



19 Nopember



8%



D



17 Nopember



9.000.000,00



8%



7 Nopember



7%



E



1 Desember



10.000.000,00



6%



-



-



F



21 Desember



21.000.000,00



30 hari 2 bulan 30 hari



8%



-



-



Wesel



Tgl. Wesel



Nominal



Termin



Bunga



Tgl. Diskonto



Diminta : Tentukan untuk setiap wesel : a. Tanggal Jatuh tempo wesel b. Besarnya bunga pada saat jatuh tempo 2. Jurnal yang diperlukan pada saat pendiskontoan wesel tersebut 3. Jurnal Penyesuaian yang diperlukan pada tanggal 31 Desember. 1.



10. Dari Neraca Saldo PD. NUSANTARA per 31 Desember 2002, antara lain terdapat perkiraan-perkiraan berikut ini : Perkiraan Wesel Tagih



Debet 88.000.000,00



Wesel Tagih didiskontokan Piutang Dagang Penyisihan penghapusan Piutang



Kredit



43.000.000,00 247.000.000,00



6.200.000,00 2.500.000,00



Data untuk penyesuaian antara lain menyebutkan : a) Pada tanggal 31 Desember 2002, diterima kabar bahwa wesel yang nominalnya Rp 23.000.000,00 yang didiskontokan bulan Nopember yang lalu, telah dilunasi, informasi tersebut belum dicatat. b) Dari saldo piutang dagang, ditaksir tidak dapat ditagih sebesar 4 % Berdasarkan data di atas, diminta : 1) Buatlah Jurnal Penyesuaian yang diperlukan per 31 Desember 2002 2) Buatlah buku besar untuk perkiraan-perkiraan tersebut di atas, sehingga diketahui saldo masing-masing perkiraan setelah penyesuaian. 3) Buatlah penyajian perkiraan-perkiraan tersebut dalam Neraca per 31 Desember 2002.



AKUNTANSI PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN TUJUAN PEMBELAJARAN : A. Menjelaskan pengertian persediaan dan metode pencatatannya, baik metode fisik maupun metode permanen B. Menjelaskan penilaian persediaan dengan metode pencatatan fisik yang meliputi tanda pengenal khusus, rata-rata, MPKP, MTKP, persediaan dasar (basic stock), penilaian persediaan dengan metode pencatatan permanen yang meliputi metode laba kotor, harga eceran, serta penilaian persediaan dengan metode nilai pengganti, yaitu nilai renendah antara harga pokok dan harga pasar



Dalam perusahaan dagang atau industri, biasanya persediaan bahan baku dan persediaan barang jajdi/dagang merupakan komponen aktiva yang cukup besar nilainya. Selain itu, transaksinya sering terjadi. Pencatatan persediaan menjadi sangat penting, karena bila terjadi kesalahan dalam menentukan nilai persediaan, pengaruhnya akan menimpa neraca dan perhitungan laba rugi, baik tahun berjalan maupun tahun yang akan datang.



A. Pengertian Persediaan Barang Persediaan barang adalah barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan aktiva berikut ini : 1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan normal, seperti a. persediaan barang dagangan (untuk perusahaan dagang) b. persediaan barang jadi (untuk perusahaan industri) 2. yang ada dalam proses produksi atau dalam perjalanan, disebut barang dalam proses 3. yang masih berbentuk bahan baku/pemantu, yang akan dimasukkan ke proses produksi untuk dijadikan barang jadi Dengan kata lain, berdasarkan jenis usahanya, persediaan dapat dikelompokkan sebagai berikut. 1. Persediaan yang dimiliki perusahaan dagang adalah persediaan barang dagangan 2. Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan industri, meliputi a) persediaan bahan baku dan bahan pembantu dan b) persediaan barang dalam proses (BDP) c) persediaan barang jadi



B. Metode Pencatatan Persediaan Metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode fisik dan metode perpetual.



1. Metode Fisik Dalam metode fisik (physical method), setiap perubahan barang tidak dicatat dalam akun persediaan barang. Setiap pembelian dicatat dalam akun pembelian dan setiap terjadi penjualan dicatat dalam akun penjualan. Pengambilan barang untuk keperluan pribadi dicatat di debit prive dan di kredit penjualan. Pada metode ini, nilai persediaan barang ahrus dihitung berdasarkan persediaan fisik yang ada digudang (stock opname). Hasil perhitungan fisik pada akhir periode dijurnal sebagai berikut :



Untuk menutup persediaan awal : Tanggal



Keterangan



Ref



Ikhtisar laba rugi Persediaan barang dagangan (sebesar persediaan barang awal periode)



Untuk menampilkan persediaan akhir Persediaan barang Ikhtisar laba rugi



Tanggal



Debet



Kredit



Rp xxxxxx Rp xxxxxx



Rp xx Rp xx



Keterangan Persediaan barang dagangan Ikhtisar Laba rugi (sebesar persediaan barang akhir periode)



Ref



Debet



Kredit



Rp xxxxxx Rp xxxxxx



Perhitungan persediaan tersebut hanya dilakukan paa waktu-waktu tertentu (jika diperlukan) atau minimum setiap akhir periode saat menyusun laporan keuangan.



2. Metode perpetual Dalam metode perpetula/metode permanen atau terus menerus (peretual method) setiap mutasi persediaan barang dicatat dalam akun persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo akun persediaan. Secara teori, pada akhir periode tidak perlu dibuat ayat penyesuaian karena harga perolehan persediaan sudah tercermin dalam akun persediaan. Akan tetapi, dalam praktiknya, nilai persediaan yang sebenarnya tidak selalu sama dengan saldo akun. Jika hal ini terjadi, diadakanlah penelitian sebab-sebab ketidaksamaan tersebut. Apakah persediaan rusak atau sust,s alah catat, atau diselewengkan. Selisih yang terjadi dipindahkan dari akun persediaan barang ke akun selisih persediaan. Selisih antara catatan dan perhitungan fisik akan dicatt pada akun selisih persediaan dan akun lawannya adalah akun persediaan barang. Untuk jelasnya perbedaan pencattan dengan kedua metode tersebut dapat diilustrasikan dengan contoh berikut.



Contoh :



PD Maju bersama mempunyai data transaksi sebagai berikut : jan 5 Dibeli dari PT perkasa 6 ton barang dagangan @Rp 750.000,00 per ton secara kredit 7 Dikembalikan kepada PT Perkasa barang dagangan sebanyak 1 ton yang dibeli tanggal 5 Januari karena mutunya tidak sesuai dengan pesanan 10 Dijual kepada CV Sejahtera 3 ton barang dagangan @Rp 825.000,00 per ton (harga pokoknya) Rp 750.000,00 per ton 12 Diterima kembali dari CV Sejahtera 2 kwintal barang dagangan yang dijual tanggal 10 Januari karena rusak Catatlah transaksi di atas ke dalam jurnal umum, jika PD Maju. Bersama menggunakan metode fisik dan metode perpetual. Jawab : a. Metode Fisik Tanggal Jan-05



Keterangan Pembelian



Debit Rp



4.500.000



Utang usaha Jan-07



Utang usaha



Rp



Piutang usaha



Rp



Retur penj. Dan pengurangan harga



Rp



4.500.000



Rp



750.000



Rp



2.475.000



Rp



165.000



2.475.000



Penjualan Jan-12



Rp 750.000



Retur pemb. Pengurangan harga Jan-10



Kredit



165.000



Piutang usaha



b. Metode Perpetual Tanggal Jan-05



Keterangan Pers. Barang dagangan



Debit Rp



4.500.000



Utang usaha Jan-07



Utang usaha



Rp



Piutang usaha



Rp



Pers. Barang daganan



Rp



4.500.000



Rp



750.000



Rp



2.475.000



Rp



2.250.000



2.475.000



Penjualan Harga pokok penjualan



Rp 750.000



Pers. Barang daganan Jan-10



Kredit



2.250.000



Jan-12



Retur penj. Dan pengurangan harga



Rp



165.000



Piutang usaha Pers. Barang dagangan



Rp



Rp



165.000



Rp



150.000



150.000



Harga pokok penjualan



C. Penilaian Persediaan dengan Metode Pencatatan Persediaan Secara Fisik Dalam pencatatan persediaan secara fisik. Nilai persediaan dihitung berdasarkan hasil stock opname. Stock opname dilakukan pada saat-saat tertentu, atau pada akhir periode akuntansi. Nilai persediaan akhir diperoleh dari kuantitas dikalikan harga per unit. Untuk menentukan nilai persediaan paa akhir periode menurut metode fisik adalah sebagai berikut :



1. Metode Tanda pengenal Khusus Dalam metode tanda pengenal khsusus (specific identification), setiap barang yang dibeli atau yang masuk diberi tanda pengenal yang menunjukkan harga per satuan, sesuai dengan faktur yang diterima. Pada metode tanda pengenal khusu persediaan sudah jelas harga per satuannya.



2. Metode Rata-rata a.



Metode rata-rata sederhana Dalam metode rata-rata sederhana, harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga beli per satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan ferkuensi pembelian dan persediaan awal periode. b. Metode rata-rata tertimbang Dalam metode rata-rata tertimbang, harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang yang tersedia untuk dijual dengan kuantitasnya.



3. Metode MPKP Dalam metode MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama) atau FIFO, barang yang lebih dahulu masuk dianggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan akhir tersedia atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk belakangan.



4. Metode MTKP Dalam metode MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama) atau LIFO , barang yang terakhir masuk atau yang dibeli dianggap dikeluarkan atau dijual lebih dahulu sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas harga persediaan yang masuk lebih awal.



5. Metode Persediaan Dasar Persediaan dasar (basic stock) yang disebut juga persediaan besi adalah persediaan minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga likuiditas usahanya. Pada metode ini keterlambatan masuknya barang yang disebabkan adanya kemacetan atau sebab-sebab lain, seprti gangguan keamanan, cuaca dan lain-lain untuk beberapa waktu tertentu, tidak menganggu persediaan sehingga perusahaan masih dapat melayani pelanggan atau pembeli. Dalam metode ini, persediaan akhir dihitung berdasar harga pokok yang ditetapkan. Adapun, selisih kuantitas antara pesediaan barang yang ada dengan persediaan dasar dinilai dengan harga menurut metode yang dikehendaki (metode rata-rata, MPKP, MTKP, atau harga pasar, dan yang lain) Untuk membedakan beberapa metode terebut, perhatikan contoh berikut ini. :



Contoh : PT. Pandawa mempunyai data mutasi persediaan sebagai Maret 1 Persediaan awal 300 kg @Rp 800,00 3 pembelian 500 kg @Rp 775,00 5 penjualan 10 pembelian 700 kg @Rp 825,00 15 penjualan 20 penjualan 25 pembelian 200 kg @Rp 850,00 1.700 kg



berikut. = Rp 240.000,00 = Rp 387.500.00 350 kg = Rp 577.500,00 = Rp 170.000,00 = Rp 1.375.000,00



300 kg 500 kg 1.150 kg



Berdasarkan data di atas hitunglah nilai persediaan pada tanggal 31 Maret jika digunakan a. metode identifikasi khusus, dengan persediaan yang masih ada berasal dari pembelian tanggal 3 Maret 350 kg dan pembelian tanggal 25 Maret 200 kg b. metode rata-rata 1) metode rata-rata sederhana; 2) metode rata-rat tertimbang c. metode MPKP/FIFO d. metode MTKP/LIFO e. metode persediaan dasar, jika persediaan dasar ditetapkan 200 kg dengan ahrga Rp 800,00/kg dan selisih antara kuantitas persediaan yang ada dengan persediaan dasar dihitung berdasarkan harga rata-raga sederhana.



Jawab : a.



Metode identifikasi khsusus Kuantitas persediaan = 1.700 kg - 1.150 kg = 550 kg terdiri dari Pembelian 3 Maret = 350 x Rp 775,00 = Rp 271.250,00 Pembelian 25 Maret = 200 x Rp 850,00 = Rp 170.000,00 Nilai persediaan = Rp 441.250,00



b. Metode rata-rata 1)



Metode rataprata Sederhana Kuantitas akhir = 1.700 kg - 1.150 kg = 550 kg: Frekuensi pembelian = 4 kali Rp 800 + Rp 775 + 825 + 850 Harga rata-rata = ----------------------------------------4 Nilai persediaan 550 x Rp 812,50 = Rp 446.875,00



2) Metode rata-rata tertimbang 1.375.000 Harga rata-rata tertimbang = --------------------- = Rp 808,82 1.700 Nilai persediaan = 550 x Rp 808,82 = Rp 444.851,00 c.



metode MPKP/FIFO Persediaan akhir 550 kg terdiri atas Pembelian 25 maret = 200 x Rp 850,00 Pembelian 10 Maret = 350 x Rp 825,00 Nilai persediaan



Rp Rp Rp



170.000,00 288.750,00 458.750,00



d. metode MTKP/LIFO



e.



Persediaan akhir 550 kg terdiri atas Persediaan awal = 400 x Rp 800,00 = Pembelian 3 Maret = 250 x Rp 775,00 Nilai persediaan



Rp Rp Rp



240.000,00 193.750,00 433.750,00



metode persediaan dasar Persediaan akhir 550 kg terdiri atas Persediaan dasar = 200 x Rp 800,00 Harga rata-rata sederhana = 350 x Rp 812,50 Nilai persediaan



Rp Rp Rp



160.000,00 284.375,00 443.375,00



D. Penilaian Persediaan dengan Metode Pencatatan Persediaan Secara Perpetual Dalam metode perpetual, setiap mutasi persediaan dicatat dalam akun persediaan. Metode penilaian persediaan diguanakn pada saat terjadi transaksi penjualan, dengan membuat kartu persediaan barang secara lengkap yang memuat kuantitas, harga satuan, jumlah harga baik untuk lajur masuk, keluar, maupun sisa. Metode penilaian dalam pencatatan secara perpetual sebagai berikut.:



1.



Metode Rata-rata bergerak



2.



Metode MPKP/FIFO



3.



Metode MTKP/LIFO



Dalam metode rata-rata bergerak (moving average), harga beli rata-rata dihitung setiap terjadi transaksi pembelian. Harga pokok penjualan per satuan didasarkan pada harga rata-rata pada saat terjadi transaksi penjualan Seperti halnya pada pencatatan secara fisik, metode ini beranggapan bahwa barang yangh ada paling awal dianggap dijual paling awal juga. Perbedaannya adalah dlaam pencatatan secara perpetual dengan metode MPKP, perhitungan harga pokok barang yang dijual dilakukan pada saat terjadi penjualan. Seperti pada pencatatan secara fisik dianggap bahwa barang yang terakhir dibeli akan dijual lebih dahulu. Perbedaannya, metode MTKP perpetual diterapkan pada setiap terjadi penjualan. Besarnya harga pokok barang yang dijual dihitung dari harga barang yang dibeli paling akhir. Contoh : Apabila dalam contoh di atas PT Pendawa menggunakan metode pencatatan perpetual, hitunglah nilai persediaan akhir jika digunakan. a. metode rata-rata bergerak (moving average)] b. metode MPKP/FIFO c. metode MTKP/LIFO



E. Penilaian Persediaan dengan Metode Taksiran Penetapan harga pokok persediaan dengan metode cost mengharuskan perusahaan untuk mengadakan perhitungan secara fisik atas persediaan, yang umumnya memerlukan waktu lama dan biaya yang besar. Pada perusahaan tertentu seperti toserba atau toko swalayan, metode cost tersebut dirasa kurang praktis dan kurang efisien. Untuk itu digunakan metode lain yaitu metode taksiran, khususnya dalam penilaian persediaan pada laporan intern (tiap bulan, triwulan, dan semester)



Perusahaan yang menggunakan metode taksiran dapat menggunakan metode eceran ataupun metode laba kotor.



1.



Metode Eceran



Metode eceran banyak digunakan oleh toko serba ada atau swalayan yang memperdagangkan puluhan bahkan ratusan jenis baang. Di Toko swalayan. Setiap jenis barang yang ada dilekati label harga jual ecerannya sehingga pelayan toko lebih tahu harga jual ecean daripada harga pokoknya dan lebih mudah baginya membuat laporan atas barang yang masih ada berdasar harga eceran tersebut. Prosedur penentuan nilai persediaan dengan metode eceran adalah sebagai berikut. a. Atas persediaan barang awal, selain diketahui harga pokoknya harus pula ditentukan berapa besar harga jual ecerannya b. Setiap terjadi pembelian harus ditentukan jumlah harga jualnya c. Dihitung barang tersedia untuk dijual menurut harga beli dan menurut harga jual d. Dihitung persentase harga pokok terhadap harga jual dengan rumus Harga pokok persediaan barang tesedia untuk dijual -------------------------------------------------------------------------- x 100% = …% harga jual barang tersedia untuk dijual e.



Persentase harga pokok terhadap harga jual tesebut akan digunakan untuk menaksir harga pokok persediaan yang ada pada akhir suatu periode Harga pokok persedian akhir Persediaan harga pokok terhada harga jual x Rp ……(persediaan akhir menurut harga jual) = Rp ….. Contoh : Ramayana Supermarket mempunyai data untuk tahun 1999 sebagai berikut Keterangan



Harga Pokok



Harga Jual



Persediaan awal, 1 Januari 1999



Rp



107.275.000



Rp



153.250.000



Pembelian bersih tahun 1999



Rp 1.283.750.000



Rp



1.829.875.000



Barang tersedia untuk dijual



Rp 1.391.025.000



Rp



1.983.125.000



Persediaan barang di toko per 31 Desember 1999 menurut harga jual eceran Rp 315.000.000,00. Tentukanlah besarnya persediaan barang per 31 Desember 1999 menurut metode harga eceran.



Jawab Persentase harga pokok terhadap harga eceran adalah Rp 1.391.025.000,00 ------------------------------- x 100% = 70.143% atau dibulatkan 70% Rp 1.983.125.000,00 Persediaan barang per 31 Desember 1999 menurut harga jual Rp 315.000.000,00. Jadi persediaan barang per 31 Desember 1999 menurut harga pokok adalah 70% x Rp 315.000.000,00 = Rp 220.500.000,00



2.



Metode Laba Kotor



Metode estimasi untuk menghitung nilai persediaan lainnya adalah metode laba kotor ( gross profit method). Dalam metode laba kotor, konsep yang digunakan adalah konsep hubunan antara harga pokok dan harga jual. Besarnya persentase laba kotor umumnya didasarkan pada persentase laba tahun-tahun lalu. Metode laba kotor dapat bermanfaat dalam kondisi berikut ini.



a.



Perusahaan memerlukan laporan persediaan untuk keperluan intern bila perusahaan menggunakan sistem periodik. Atau untuk melihat keadaan persediaan bulanan, triwulan, sedangkan biaya untuk stock opname sangat mahal. b. Persediaan rusak atau musnah akibat kebakaran, pencurian, bencana alam dan penyebab lainnya sehingga data tentang persediaan tidak ada. c. Untuk menguji keabasahan angka persediaan yang dihitung dengan cara lain. Dalam metode laba kotor, besarnya persentase laba kotor dapat dihitung dengan a. persentase laba kotor dari harga jual b. persentase laba kotor dari harga pokok



a. Persentase Laba Kotor Dihitung dari Harga jual Dalam metode laba kotor dihitung dari harga jual, besarnya harga jual adalah 100% sedangkan harga pokok barang yang dijual adalah 100% dikurangi persentase laba kotor, atau persen laba kurang dari seratus. Cara menentukan nilai persediaan akhir adalah sebagai berikut. 1) Dihitung lebih dahulu jumlah barang tersedia untuk dijual dengan jalan menambahkan persediaan barang dagang awal tahun ditambah pembelian bersih tahun berjalan 2) Dihitung harga pokok barang yang dijual dengan cara jumlah penjualan dikurangi persentase dikali jumlah penjualan 3) Dihitung nilai persediaan akhir barang dagangan, yakni dari barang tersedia untuk dijual dikurangi harga pokok barang yang sudah terjual Contoh PT. Bimantara memiliki data tahun 1999 sebagai berikut : Persediaan awal 1 Januari 1999 Rp 25.000.000,00 Pembelian bersih tahun 1999 Rp 70.000.000,00 Penjualan bersih tahun 1999 Rp 126.000.000,00 Hitunglah besarnya nilai persediaan akhir per 31 Desember 1999, apabila berdasarkan pengalaman tahun lalu laba kotor 40% dari jumlah penjualan bersih. Jawab : Persediaan awal 1 Januari 1999 Pembelian bersih tahun 1999 Jumlah barang tersedia untuk dijual Penjualan bersih tahun 1999 Rp 126.000.000,00 Laba kotor 40% x Rp 126.000.000 Rp 50.400.000,00 Harga pokok barang yang dijual Persediaan akhir per 31 Desember 1999 Catatan : Harga pokok penjualan dapat pula dihitung= (100% - 40%) x Rp 126.000.000,00 = Rp 75.600.000,00



Rp Rp Rp



25.000.000,00 70.000.000,00 95.000.000,00



Rp Rp



75.600.000,00 19.400.000,00



b. Persentase Laba Kotor Dihitung dari harga pokok Bila persentase laba kotor ditentukan dari harga pokok, besarnya harga jual adalah harga pokok (100%) ditambah persentase (%) laba. Jadi,harga jual lebih dari seratu persen atau disebut persen laba di atas seratus. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh pembahasan berikut. Contoh PT Bimantara memiliki data tahun 1999 sebagai berikut : Persediaan awal 1 Januari 1999 Rp 25.000.000,00 Pembelian bersih tahun 1999 Rp 70.000.000,00 Penjualan bersih tahun 1999 Rp 126.000.000,00



Hitunglah besarnya nilai persediaan akhir per 31 Desember 1999, apabila laba kotor 40% dari harga pokok. Jawab : Persediaan awal 1 Januari 1999 Rp 25.000.000,00 Pembelian bersih tahun 1999 Rp 70.000.000,00 Barang tersedia untuk dijual Rp 95.000.000,00 Penjualan bersih tahun 1999 Rp 126.000.000,00 Harga jual = harga pokok 100% + laba 40% = 140% 100% Jadi harga pokok penjualan ------------ x Rp 126.000.000 Rp 90.000.000,00 140% Persediaan akhir per 31 Desember 1999 Rp 5.000.000,00 Atau, harga pokok penjualan dihitung sebagai berikut Penjualan Rp 126.000.000,00 40% Laba kotor = ------------------- x Rp 126.000.000,00 Rp 36.000.000,00 100% + 40% Harga pokok penjualan Rp 90.000.000,00 Catatan : Dari data yang sama, yakni dengan laba kotor 40%, bila dihitung dari harga jual dan dari hargha pokok akan menghasilkan HPP barang yang terjual dan nilai persediaan akhir yangberbeda. Bila mengerjakan soal perhatikan dengan seksama metode mana yang diminta, jangan sampai terbalik.



F. Penilaian Persediaan dengan Metode Nilai Pengganti Metode nilai pengganti sering pula disebut metode Comwil (cost or market whicheaver is lower) atau metode harga teendah antara harga pasar dan harga pokok. Pada umumnya persediaan dinilai dan dilaporkan di neraca sebesar harg apokoknya (cost). Bila pada akhir periode akuntansi terjadi kecenderungan harga turun, maka dkapat saja persediaan akhir barang dinilai dengan harga yang terendah di antara hargha pasar atau pada tanggal persediaan. Bila harga paar atau ahrga pengganti lebih rendah dari harga pokoknya, maka harus diakui adanya kerugian karena penurunan harga tersebut walaupun barangnya belum dijual dan jurnjal penyesuaian belum dibuat. Kerugian karena penurunan harga persediaan Penyisihan penurunan harga persediaan Metode nilai pengganti dapat diterapkan dalam tiga cara 1. Pada tiap-tiap jenis barang 2. Pada tiap tiap kelompok barang 3. Pada nilai persediaan secara keseluruhan



Rp xx Rp xx



G. SOAL-SOAL LATIHAN 1.



Data-data pembukuan untuk barang “X” dari perusahaan dagang INGIN MAJU selama bulan January 2002 : Saldo : Jan 1 350 unit @ Rp 2050 Pembelian : 3 400 unit @ Rp 2100 12 200 unit @ Rp 2200 24 100 unit @ Rp 2150 Penjualan : Jan 2 300 unit @ Rp 2800 18 200 unit @ Rp 2850 29 150 unit @ Rp 2900 Diminta : Menghitung Persediaan Akhir dan Laba Kotor pada tanggal 31 Januari 2002 dari PD. INGIN MAJU dengan menggunakan metode-metode sbb : 1. First in First Out (MPKP) a. Fisik (Periodik) b. Perpetual (Terus-menerus) 2. Last in First Out (MTKP) a. Fisik (Periodik) b. Perpetual (Terus-menerus) 3. Rata-Rata a. Tertimbang b. Bergerak



2. Suatu perusahaan mencatat persediaan barang dagangannya secara fisik. Data mengenai persediaan selama tahun 2000 adalah sebagai berikut :  Persediaan pada tanggal 1 January 2000, 10.000 unit @ Rp 4.400,00  Pembelian selama tahun 2000 : Februari 20.000 unit @ Rp 4.200,00 Maret 20.000 unit @ Rp 4.600,00 Mei 25.000 unit @ Rp 4.400,00 Juni 40.000 unit @ Rp 4.500,00 Agustus 30.000 unit @ Rp 4.600,00 Oktober 20.000 unit @ Rp 4.700,00 Desember 35.000 unit @ Rp 4.800,00  Penjualan selama tahun 2000, 180.000 unit dengan harga Rp 9.000,00 per unit Pemilik perusahaan menghendaki penyajian laporan dengan laba yang paling rendah, tetapi layak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Hitunglah laba kotor dari data di atas, apabila : a. Menggunakan metode FIFO/MPKP b. Menggunakan metode LIFO/MTKP c. Menggunakan metode Rata-rata tertimbah (WAC) d. Metode mana yang menghasilkan laba kotor paling rendah ? 3. Badru seorang pedagang beras, mencatat persediaan dengan sistem Fisik. Setiap karung beras yang dibeli, diberi tanda pengenal yang menunjukkan harga tiap kg sesuai dengan faktur. Dari kegiatan selama tahun 2002, diperoleh data sebagai berikut : Persediaan per 31 Desember 2001 : - Beras kualitas I : 20 karung dengan tanda Rp 3.500,00 /kg - Beras kualitas II : 30 karung dengan tanda Rp 3.000,00 /kg - Beras kualitas III : 10 karung dengan tanda Rp 2.000 /kg Untuk setiap kualitas, tiap karung berisi 100 kg (netto). Data buku besar per 31 Desember 2002 (saldo akun-akun) :



           



Pembelian ……………………………………………… Biaya Angkut Pembelian ………………………………….. Retur Pembelian …………………………………………… Potongan Pembelian ………………………………………… Penjualan …………………………………………………… Retur Penjualan ……………………………………………… Gaji Pegawai ……………………………………………… Beban Perlengkapan ………………………………………… Beban Listrik dan Telepon ………………………………… Beban Asuransi …………………………………………… Beban Peny. Aktiva tetap …………………………………… Beban lain-lain ………………………………………………



Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp



234.000.000,00 13.000.000,00 2.000.000,00 1.000.000,00 343.000.000,00 4.500.000,00 21.000.000,00 1.500.000,00 4.500.000,00 750.000,00 5.000.000,00 2.250.000,00



Data persediaan per 31 Desember 2002 : - Beras kualitas I : 30 karung dengan tanda Rp 3.750,00 /kg - Beras kualitas II : 25 karung dengan tanda Rp 3.125,00 /kg - Beras kualitas III : 15 karung dengan tanda Rp 2.000 /kg Dari data di atas, anda diminta : 1) Menghitung nilai persediaan barang dagangan per 1 Januari 2002 dan 31 Desember 2002 2) Membuat laporan rugi laba untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2002. 4. Di bawah ini adalah data-data dari UD. Fajar selama bulan Agustus dan September 2002 : Penjualan Retur Penjualan Biaya Angkut Pembelian Pembelian (Harga Perolehan) 85.700.000 (Harga Eceran) Potongan Pembelian Persediaan awal (Harga Peolehan) (Harga Eceran)



September Rp 173.250.000 Rp 2.250.000 Rp 5.000.000 Rp 97.500.000 Rp 125.700.000 Rp 1.472.000



Agustus Rp 169.500.000 Rp 2.000.000 Rp 4.550.000 Rp



Rp 115.600.000 Rp 1.250.000 Rp 82.000.000 Rp 109.000.000



Hitunglah nilai persediaan pada akhir bulan Agustus dan September 2002, dengan metode harga eceran.. 5. Persediaan awal pada 1 Juli 2002 dari satu jenis barang dan keterangan-keterangan mengenai pembelian dan penjualan atas barang tersebut, selama bulan Juli, Agustus dan September 2002, adalah sebagai berikut : Juli 1 Juli 7 Juli 18 Juli 29 Agst 8 Agst 14 Agst 20 Agst 31 Sept 6 Sept 15 Sept 24 Sept 30



Persediaan Pembelian Penjualan Penjualan Pembelian Penjualan Penjualan Pembelian Penjualan Penjualan Pembelian Penjualan



10 buah 20 buah 14 buah 6 buah 16 buah 10 buah 6 buah 14 buah 12 buah 6 buah 20 buah 12 buah



@ Rp 31.500,00 @ Rp 32.500,00 @ Rp 50.000,00 @ Rp 50.000,00 @ Rp 33.000,00 @ Rp 50.000,00 @ Rp 50.000,00 @ Rp 33.000,00 @ Rp 52.000,00 @ Rp 52.000,00 @ Rp 34.000,00 @ Rp 52.000,00



Per buah Perbuah Perbuah Perbuah Perbuah Perbuah Perbuah Perbuah Perbuah Perbuah Perbuah Perbuah



Diminta : a. Catatlah keterangan-keterangan persediaan, pembelian dan harga pokok barang yang dijual itu menurut sistem pencatatan perpetual (terus-menerus) dengan menggunakan metode FIFO. b. Tetapkanlah jumlah penjualan dan jumlah harga pokok penjualan dari barang tersebut, dan tunjukkanlah akibatnya terhadap buku besar dengan dua buah jurnal umum, misalkan bahwa semua penjualan dilakukan secara kredit. c. Tetapkanlah laba kotor penjualan barang tersebut untuk periode Juli sampai dengan September. d. Tetapkanlah harga pokok persediaan pada 30 September, apabila pencatatan persediaan dilakukan dengan sistem fisik dengan metode LIFO. 6. Suatu perusahaan menetapkan laba kotor sebesar 35 % dari harga jual. Data kegiatan selama tahun 2002, antara lain sebagai berikut :  Persediaan awal periode ………………………………………….. Rp 85.750.000,00  Pembelian barang secara tunai, …………………………………… Rp 115.900.000,00  Pemelian barang secara kredit, ……………………………………. Rp 214.500.000,00  Penjualan secara tunai, ……………………………………………. Rp 124.500.000,00  Penjualan secara kredit, ………………………………………….. Rp 376.500.000,00 Jika nilai persediaan dihitung dengan metode laba kotor, hitunglah nilai persediaan yag harus dilaporkan dalam neraca per 31 Desember 2002. 7. Data kegiatan Toko CRS untuk tahun 2002, anatara lain sebagai berikut :  Persediaan per 1 Januari 2002, …………………………………. Rp 146.000.000,00  Pembelian barang dagangan selama tahun 2002 :  Pakaian Pria ………………………………………………… Rp 254.000.000,00  Pakaian wanita ……………………………………………… Rp 359.000.000,00  Pakaian anak-anak …………………………………………… Rp 408.000.000,00  Penjualan selama tahun 2002, berjumlah ……………………… Rp 1.355.000.000,00  Data persediaan dan harga barang pada tanggal 31 Desember 2002 : Golongan barang Pakaian Pria Pakaian Wanita Pakaian anak-anak 



Harga Pembelian Rp 50.000.000,00 Rp 65.000.000,00 Rp 54.000.000,00



Harga Pasar Rp 46.000.000,00 Rp 69.000.000,00 Rp 52.000.000,00



Persediaan dinilai dengan metode harga terendah antara harga beli dan harga pasar yang ditetapkan terhadap masing-masing golongan barang.



Berdasarkan data di atas, anda diminta : 1) Hitunglah jumlah harga terendah untuk setiap golongan barang, sehingga diketahui nilai persediaan barang yang harus dilaporkan dalam neraca per 31 Desember 2002 2) Buatlah jurnal penyesuaian jika terdapat penurunan nilai persediaan 3) Hitunglah laba kotor dari penjualan tahun 2002.



AKUNTANSI INVESTASI JANGKA PANJANG DALAM SURAT BERHARGA Tujuan Pembelajaran : A. Menjelaskan pengertian dan jenis investasi jangka panjang. B. Menjelaskan investasi dalam saham, akuntansi pembeli dan penjualan saham C. Menjelaskan pengertian obligasi D. Menjelaskan akuntansi pembelian dan penjualan obligasi serta cara perhitungan bunga obligasi.



Perusahaan, dalam memaksimumkan keuntungan, sering melakukan kebijakan ivestasi jangka panjang, baik dalam saham maupun dalam obligasi. investasi dalam saham dimaksudkan untuk mengontrol atau mengawasi perusahaan lain demi kelancara tersedianya bahan baku atau kelancaran pemasaran hasil produksi, selain ikut menikmati sebagian keuntungan dari perusahaan yang sahamnya dibeli. Investasi jangka panjang dalam obligasi dimaksudkan untuk mendapat tambahan pendapatan berupa bunga tetap untuk beberapa tahu.



Investasi jangka panjang dalam saham dicatat dengan dua metode, yaitu metode harga pokok atau cost, bila pemilikan saham kurang 20% dan metode kekayaan (equity method) bila pemilikan saham 20% atau lebih. Dalam investasi jangka panjang, ada kalanya terjadi penjualan kembali saham atau obligasi, maka waktu menjual harus diperhitungkan adanya rugi atau laba investasi tersebut dan harus dicatat pada akun tersendiri



A. TUJUAN INVESTASI JANGKA PANJANG Seperti telah diuraikan pada bab 2 bahwa jika pembelian saham atau obligasi tidak hanya sekedar memanfaatkan uang yang menganggur (idle money), tetapi mempunyai tujuan yang lebih penting untuk masa depan perusahaan, maka penanaman modal ini akan dicatat sebagai berikut. 1. Untuk menjaga atau membina hubungan antar perusahaan 2. Untuk mengawasi atau mengontorol perusahaan lain. 3. Untuk mendapatkan tambahan pendapatan yang tetap setiap periode 4. Untuk membentuk dana khusus, misalnya untuk perluasan perusahaan atau pembelian mesin-mesin baru. Sesuai dengan tujuannya, investasi jangka panjang dapat dilakukan dalam bentuk investasi dalam saham, investasi dalam obligasi, investasi dalam tanah, dan dalam bentuk penyisihan dana untuk tujuan jangka panjang. Dalam bab ini hanya dibahas tentang investasi dalam saham dan investasi dalam obligasi karena tujuan utama sajian tentang investasi jangka panjang di sini agar para siswa langsung dapat membedakan pencatatan investasi jangka pendek dengan investasi jangka panjang. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penanaman atau investasi jangka panjang adalah investasi yang dilakukan dalam jangka beberapa tahun dengan tujuan-tujuan tertentu.



B. INVESTASI DALAM SAHAM Investasi jangka panjang dalam saham perusahana lain sering disebut penyertaan. Pada umumnya investasi dalam saham mempunyai tujuan ganda, yaitu selain untuk memperoleh tambahan pendapatan juga untuk melakukan kontrol atau menjalin hubungan kerja sama dengan perusahaan dimana investasi dilakukan. Ditinjau dari jumlah saham yang dimiliki dan metode pencatatannya serta hubungan antara perusahaan penanam atau investor (perusahaan induk) dan perusahaan yang sahamnya dibeli/investee (perusahaan anak) dapat dibedakan menjadi tiga macam.



No



Persentase Pemilikan



1



Kurang dari 20%



2



20% - 50%



3



Lebih dari 50%



Hubungan dengan Investee (Perusahaan Anak) Tidak dapat melakukan kontrol Dapat melakukan sebagian kontrol Dapat melakukan kontraol secara penuh



Metode Pencatatan



Cost method (harga perolehan) Equity method (metode pemilikan Equity method dan dibuat laporan



keuangan konsolidasi (gabungan) antara perusahaan induk dan perusahaan anak



1. Metode Harga Perolehan/Harga Pokok (Cost Method) Jika investasi dalam saham perusahaan lain jumlahnya kurang dari 20% dari seluruh saham yang dikeluarkan, berarti investor tidak dapat melakukan kontrol terhadap investee (perusahaan yang sahamnya dibeli), maka sistem pencatatannya menggunakan metode harga perolehan (cost mehod) seperti halnya dalam investasi jangka pendek. perbedaannya adalah perubahan harga pasar tidak diakui sebelum saham yang bersangkutan dikual (pada akhir periode akuntansi tidak perlu diadakan penilaian atas investasi jangka panjang).



Contoh : 1999 April 20 2000 Peb 5 2000 Feb 15 2000 Maret 10



Fa. Abadi membeli saham 800 lembar PT Abda dengan harga Rp 8.200.000,00 dari 5.00 lembar saham yang beredar PT Abda mengumumkan membagi dividen Rp 3.000,00 per lembar saham Fa Abadi menguangkan semua bukti dividen PT Abda yang dimiliki Fa Abadi menjual 400 lembar saham PT Abda dengan ahrga Rp 4.200.000,00



Dari transaksi di atas Fa. Abadi akan menyusun jurnal seperti berikut ini. Tanggal



Keterangan



1999-Apr-20



Investasi dalam saham PT Abda



2000-Feb-05



Piutang deviden



Debit



Kredit



Rp 8.200.000



Kas



Rp 8.200.000 Rp 2.400.000



Pendapatan Deviden 2000-Feb-15



Kas



Rp 2.400.000 Rp 2.400.000



Piutang Deviden 2000-Mar-10



Kas



Rp 2.400.000 Rp 4.200.000



Laba penjualan investasi



Rp



Investasi dalam saham PT Abda



Rp 4.100.000



Penjelasan tanggal 10 Maret 2000 Harga jual 400 lembar saham PT Abda 400 Harga perolehan 400 lb saham PT Abda :----------- x 8.200.000 800 Laba penjualan investasi



100.000



Rp 4.200.000,00 Rp 4.100.000,00 Rp



100.000,00



2. Metode Kekayaan Jika investasi dalam saham perusahaan lain jumlahnya di atas 20% dari seluruh saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang sahamnya dibeli tersebut, berarti investor dapat melakukan kontrol terhadap investee, baik sebagian maupun secara penuh. Untuk itu sistem pencatatannya menggunakan metode kekayaan/pemilikan (equity method). Dalam metode kekayaan, bagian laba yang dihasilkan oleh perusahaan anak/ investee akan diakui dan dicatat sebagai penambahan atas akun investasi. Apabila sudah ada keputusan dividen akan dibagi, deviden yang akan diterima dicatat sebagai pengurangan terhadap akun investasi. Contoh : Tanggal 1999-Jun-07



Keterangan Investasi dalam saham PT Bata



Debit Rp 22.000.000



Kas 1999-Des-31



Investasi dalam saham PT Bata



2000-Feb-10



Piutang dividen



Rp 22.000.000 Rp 8.000.000



Pendapatan dari investasi



Rp 8.000.000 Rp 5.000.000



Investasi dalam saham PT Bata 2000-Feb-20



Kas



Kredit



Rp 5.000.000 Rp 5.000.000



Piutang dividen 2000-Agust-15 Kas Rugi penjualan investasi



Rp 5.000.000 Rp 6.000.000 Rp



250.000



Investasi dalam saham PT Bata



Rp 6.250.000



Penjelasan 1999 des 31



Laba PT Bata = Rp 20.000.000,00 2.000 Hak CV Kencana : ----------- x Rp 20.000.000,00 = Rp 8.000.000,00 5.000 2000 Feb 18 Deviden yang akan dibagikan PT Bata = Rp 12.500.000,00 2.000 Hak CV Kencana : ----------- x Rp 12.500.000,00 = Rp 5.000.000,00 5.000 Agst 15 Jumlah investasi dalam saham (untuk 2.000 lembar saham)= Rp 22.000.000,00 + Rp 8.000.000 - Rp 5.000.000,00 = Rp 25.000.000,00 Harga yang melekat untuk 500 lembar saham yang dijual 500 = ------ x Rp 25.000.000,00 Rp 6.250.000,00 2.000 Hasil penjualan Rp 6.000.000,00 Rugi atas penjualan investasi Rp 250.000,00



3. Metode Pemilikan dengan Laporan Keuangan Konsolidasi Jika investasi dalam perusahaan lain jumlahnya 50% atau lebih, berarti investor dapat melakukan kontrol secara penuh terhadap investee. Dalam hal ini sistem pencatatannya menggunakan metode equity seperti pada no. 2 di atas. Selain itu, karena saham yang dibeli sudah lebih dari 50%, kedua perusahaan/investor dan investee (induk dan anak) dianggap sebagai satu kesatuan. Untuk itu laporan keuangan kedua perusahaan tersebut harus digabung (dikonsolidasikan). Laporan keuangan gabungan antara induk dan anak akan dibahas lebih lanjut di kelas III pada mata pelajaran Paket Keahlian Akuntansi



C. INVESTASI DALAM OBLIGASI Investasi dalam obligasi pada umumnya dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam jangka panjang. Pencatatan investasi jangka panjang dalam obligasi hampir sama dengan investsi jangka pendek, yaitu dicatat dengan ahrgha perolehannya serta diperhitungkan dan dicatat pula adanya bunga berjalan, baik dalam jual beli maupun pada kahir periode. Perbedaannya, dalam investasi jangka panjang pada akhir periode harus diperhitungkan amortisasi atas agio/disagio (seligih lebih atau selisih kurang antra harga perolehan dan nilai nominalnya). Apabila harga perolehan di atas harga nominal, selisihnya disebut agio ( premium) dan apabila harga perolehan di bawah harga nominal, selisihnya disebut disagio (discount). Contoh : 1. Pada tanggal 1 Juli 1999 PT. Arjuna membeli 200 lembar obligasi PT Kresna yang bernilai nominar Rp 100.000,00 per lembar dengan harga Rp 19.225.000,00. Obligasi akan jatuh tempo tanggal 1 September 2003, bunga 15% setahun, dibayar dua kali setahun tiap 1 Maret dan 1 September 2003, bunga 15% setahun, dibayar dua kali setahun tiap 1 Maret dan 1 September 2. Selama tahun 1999 dan 2000 tidak ada pembelian dan penjualan obligasi lagi. 3. Pada tanggal 1 Agustus 2002 PT. Arjuna menjual 100 lembar obligasi PT Kresna dengan ahrga Rp 9.875.000,00



Buatlah jurnal yang dibuat selama tahun 1999 dan 2000 serta pada saat penjualan tanggal 1 Agustus 2002 Jawab : Tanggal 1999-Jul-01



Keterangan



Debit



Kredit



Investasi dalam obligasi



Rp



19.225.000



Pendapatan bunga



Rp



1.000.000



Rp



1.500.000



Kas 1999-Sep-01



Rp



20.225.000



Rp



1.500.000



Rp



1.000.000



Rp



93.000



Rp



1.000.000



Rp



1.500.000



Rp



1.500.000



Rp



1.000.000



Rp



186.000



Pendapatan bunga



Rp



625.000



investasi dalam obligasi



Rp



9.899.250



Kas Pendapatan bunga



1999-Des-31



Jurnal Penyesuaian a. Piutang bunga



Rp



1.000.000



Pendapatan bunga b. Investasi dalam obligasi



Rp



93.000



Pendapatan bunga 2000-Jan-01



Jurnal Pembalik Pendapatan bunga



Rp



1.000.000



Piutang bunga 2000-Mar-01



Kas



2000-Sep-01



Kas



Rp



1.500.000



Rp



1.500.000



Pendapatan bunga Pendapatan bunga 2000-Des-31



Jurnal Penyesuaian a. Piutang bunga



Rp



1.000.000



Pendapatan bunga b. Investasi dalam obligasi



Rp



186.000



Pendapatan bunga 2002-Agust-01 Penjualan 100 lembar Obligasi



Penjelasan



1999 Juli 1



Sept 1



Des 31



Kas



Rp



10.500.000



Rugi penjualan investasi



Rp



24.250



Harga obligasi Rp 19.225.000,00 Bunga berjalan 4 bulan (1 Maret- 1 Juli) 4 ---- x 15% x Rp 20.000.000,00 Rp 1.000.000,00 12 Jumlah yang dibayar Rp 20.225.000,00 Penerimaan kupon/bunga setiap 6 bulan sekali (1 Maret, 1 september), 6 ----- x 15% x Rp 20.000.000,00 = Rp 1.500.000,00 12 Jurnal penyesuaian : a. Bunga yang masih harus diterima 4 bulan (1 september - 31 Desember) =



4 ----- x 15% Rp 20.000.000,00 = Rp 1.000.000,00 12 b. Menghitung amortisasi : Nilai nominal obligasi per lembar Rp 100.000,00 Bunga yang akan diterima selama pemilina 1 juli 1999 - 1 Septermber 03= 50 bulan 50 = ----- x 15% x Rp 100.000,00 Rp 62.500,00 12 jumlah yang diterima Rp 162.500,00 harga perolehan per lembar = Rp 19.225.000,00 : 200 Rp 96.125,00 Bunga riil per lembar selama pemilikan (50 lb) Rp 66.375,00 Bunga riil per lembar per bulan : Rp 66.375,00 : 50 Rp 1.326,50 Bunga yang dibayarkan per lembar per bulan = 1 -------- 15% x Rp 100.000,00 Rp 1.250,00 12 Amortisasi disagio per lembar per bulan Rp 77,50 Amortisasi disagio untuk tahun 1999 = 6 bulan (1 Juli - 31 Desember) = 200 x 6 x Rp 77,50 = Rp 93.000,00 atau Nilai nominal per lembar obligasi Rp 100.000,00 Harga perolehan : Rp 19.225.000,00 : 200 Rp 96.125,00 Disagio per lembar selama 50 bulan Rp 3.875,00 Amortisasi disagio per lembar per bulan = Rp 3.875,500 : 50 = Rp 77,50 Amortisasi untuk tahun 1999 (6 bulan) : 200 x 6 x Rp 77,50 = Rp 93.000,00 2000 Jan 1 Jurnal Pembalik Membalik jurnal penyesuaian yang menimbulkan akun riil baru (piutang bunga). Mar 1 dan 1 Septermber 2000 Penerimaan kupon (bunga 6 bulan sekali). Des 31 a. Jurnal penyesuaian untuk bunga yang masih harus diterima = 4 ------ x 15% x Rp 20.000.000,00 = Rp 1.000.000,00 12 b. Jurnal penyesuaian untuk amortisasi disagio/ discount = 200 x 12 x Rp 77,50 = Rp 186.000,00 2002 Agst 1 Penjualan 100 lembar obligasi : Harga perolehan 100 lembar obligasi = 100 x Rp 96.125,00 Rp 9.612.500,00 Amortissi disagio : 100 tahun 1999 : ---------- x Rp 93.000,00 Rp 46.500,00 200 100 tahun 2000 : ---------- x Rp 186.000,00 Rp 93.000,00 200 100 tahun 2001 : ---------- x Rp 186.000,00 Rp 93.000,00 200 tahun 2002 (1 Jan - 1 Agst) = 7 bulan 7 x 100 x Rp 77,50 Rp 54.250,00



atau 37 bulan : 37 x 100 x Rp 77,50 nilai terbawa pada saat penjualan harga jual 100 lembar obligasi Rugi penjualan investasi Bunga berjalan : 1 Maret - 1 Agst = 5 bulan 5 = ------ x 15% x Rp 10.000.000,00 12 harga jual Jumlah yang diterima



Rp Rp Rp Rp



286.750,00 9.899.250,00 9.875.00,00 24.250,00



Rp



625.000,00



Rp Rp



9.875.000,00 10.500.000,00



AKUNTANSI AKTIVA TETAP Tujuan Pembelajaran : A.



Menjelaskan pengertian, ciri-ciri, dan cara memperoleh aktiva tetap berwujud, serta penentuan harga perolehannya B. Menjelaskan pencatatan pengeluaran yang berkaitan dengan aktiva tetap selama pemakaian, faktor-faktor yang menentukan besarnya penyusutan, dan cara penetapan serta metode penyusustan aktiva tetap. C. Menjelaskan pengertian pemberhentian aktiva tetap dan sebab pemberhentiannya D. Menjelaskan pengertian, jenis, cara perolehan, dan penentuan harga perolehan, serta pencatatan amortisasi aktiva tidak berwujud.



Di Kelas X SMK Kelompok Bisnis dan Manajemen telah dibahas tentang aktiva tetap dengan penyusutannya secara sederhana. Dalam bab ini akan dibahas kembali tentang cara memperoleh aktiva tetap, bermacam-macam metode penyusutan aktiva tetap, penghentian pemakaian aktiva tetap, dan pencatatan aktiva tetap tidak berwujud.



A. PEROLEHAN AKTIVA TETAP 1.



Pengertian Aktiva Tetap



Aktiva Tetap adalah aktiva yang mempunyai sifat tetap atau permanen, dibeli untuk diguanakn dalam kegiatan normal perusahaan, tidak untuk dijual kembali, dan nilainya cukup besar atau cukup material.



Aktiva tetap mempunyai sifat permanen, artinya tetap tersebut dapat dipakai berulang-ualgn dan umumnya relatif panjang, minimum lebih dari satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan. Aktiva tetap tersebut dibeli untuk digunakan sendiri dan tidak untuk dijual, jadi bukan barang dagangan. Aktiva tetap dipakai untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Jadi, aktiva tetap harus memenuhi empat kriteria berikut. a. Digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, artinya aktiva tersebut dimiliki untuk digunakan dan tidak untuk dijual kembali atau untuk investasi. b. Dapat dipakai atau digunakan secara berulang-ulang c. Masa manfaatnya lebih dari satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan d. Mempunyai nilai yang cukup material, artinya nilai atau harga aktiva tersebut cukup tinggi. Misalnya : tanah, bangunan, mesin-mesin, dan kendaraan. Untuk aktiva yang nilainya kecil walaupun dapat digunakan dalam jangka panjang, tidak digolongkan sebagai aktiva tetap. Misalnya pulpen dan gunting. Berdasarkan sifatnya, aktiva tetap dibagi atas : a. aktiva tetap berwujud (tangible fexed assets), b. aktiva tetap tidak berwujdu (intangible fixed assets)



Aktiva tetap berwujud sering disebut aktiva tetap, yaitu aktiva tetap yang mempunyai bentuk fisik. Aktiva tetap tidak berwujud adalah suatu hak tertentu untuk jangka panjang yang mempunyai nilai ekonomis dan yang tidak mempunyai bentuk fisik.



2. Harga Perolehan Harga perolehan/harga pokok aktiva tetap meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tesebut sehingga siap untuk dipakai dalam kegiatan normal perusahaan. Yang termasuk harga perolehan antara lain harga beli aktiva yang bersangkutan ditambaha biaya-biaya angkut, pemasangan, asuansi pengangkutan, percobaan, komisi, balik nama, dan lain-lain. Unsur-unsur yang dipertimbangkan dalam perhitungan harga perolehan aktiva tetap mungkin saja berbeda antara jenis aktiva tetap yang satu dengan lainnya. Untuk lebih jelasnya, unsur harga perolehan suatu aktiva tetap dapat dilihat dalam uraian berikut ini. Tanah : Gedung :



Mesin : Kendaraan:



Harga perolehan tanah meliputi harga beli tanah dari pemilik, biaya survei, biaya perantara atau komisi, biaya pematangan tanah, biaya balik nama di agraria/BPN. Harga perolehan gedung meliputi biaya perencanaan oleh arsitek, IMB, asuransi selama pembangunan, bunga selama pembangunan atas uang pinjaman untuk pembiayaan pembangunan gedung, dan semua pengeluaran lainnya yang dibutuhkan sehubungan dengan pembangunan gedung, serta biaya pemilikannya. Harga perolehan mesin meliputi harga mesin menurut faktur pembelian biaya-biaya angkutan, bea masuk, PPN, bongkar dan angkut ke dalam pabrik, pasang dan stel mesin, dan percobaan mesin Harga perolehan kendaraan meliputi harga kendaraan menurut faktur pembelian, bea balik nama



Contoh : a.



Dibeli tunai sebuah kendaraan sebesar Rp 30.000.000,00. Biaya balik nama, asuransi, dan lain-lain Rp 1.800.000,00. Jurnalnya adalah Tanggal



Keterangan Kendaraan



Debit



Kredit



31.800.000,00



Kas



31.800.000,00



b. Dibeli sebuah mesin dengan 60 kali angsuran bulanan Rp 500.000,00. Harga tunai mesin tersebut Rp 24.000.000,00. Jurnalnya adalah …. Mesin Rp 24.000.000,00 Bunga yang ditangguhkan Rp 6.000.000,00 Utang Angsuran Rp 30.000.000,00 Tanggal



Keterangan Mesin



Debit



Kredit



24.000.000,00



Bunga yang ditangguhkan



6.000.000,00



Utang Angsuran



30.000.000,00



Penjelasan :



Aktiva yang dibeli secara kredit atau yang pembayarannya diangsur jangka panjang harus dicatat sebesdar harga tunainya. Selisih antara harga tunai dengan jumlah seluruh angsuran diperlakukan sebagai bunga dan dialokasikan secara proporsional sebagai beban bunga periode-periode selama masa kontrak pembelian. Dari soal di atas, setiap angsuran dijurnal sebagai berikut. Tanggal



c.



Keterangan



Debit



Utang Angsuran



500.000,00



Beban Bunga



100.000,00



Kredit



Bunga yang ditangguhkan



100.000,00



Kas



500.000,00



Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 20.000.000,00 telah disusutkan Rp 12.000.000,00. Mesin tersebut ditukarkan dengan sebuah mesin baru seharga Rp 30.000.000,00. Dalam pertukaran tersebut, mesin lama dihargai Rp 6.000.000,00 Tanggal



Keterangan Mesin (baru)



30.000.000,00



Akum. Penyusutan mesin



12.000.000,00



Rugi pertukaran mesin Mesin (Lama) Kas



Penjelasan



Debit



Kredit



2.000.000,00 20.000.000,00 24.000.000,00



Harga mesin lama Rp 20.000.000,00 Telah disusutkan Rp 12.000.000,00 Nilai sisa Rp 8.000.000,00 Penilaian pada waktu penukaran Rp 6.000.000,00 Rugi pertukaran Rp 2.000.000,00 d. Jika aktiva tetap diperoleh dengan mebuat sendiri, harga perolehannya sama dengan semua biaya yang dikeluarkan sampai dengan aktiva yang bersangkutan siap dipakai. Misalnya : dalam



pembangunan gedung, harga perolehan gedung tersebut selain biaya pembangunannya sendiri, juga termasuk biaya pembuatan dan pengurusan IMB. e.



Jika aktiva tetap diperoleh sebagai hadiah, aktiva tetap tersebut dicatat sebesar harga pasar (harga yang wajar), disertai dengan mengkredit akun modal (modal hadiah/sumbangan/ donatur). Contoh : Diterima hadiah dari pemerintah sembuah mesin senilai Rp 1.500.000,00. Jurnalnya Tanggal



Keterangan Mesin



Debit



Kredit



1.500.000,00



Modal Sumbangan / Donasi



1.500.000,00



3. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan Pengeluaran atau biaya-biaya yang berhubungan dengan pemilikan atau penggunaan aktiva tetap dapat dicatat dengan dua cara



a. Pengeluaran Modal Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah semua beban yang harus dikapitalisasikan pada aktiva tetap (dicatat sebagai penambahan aktiva tetap yang bersangkutan). Kapitalisasi tersebut dilakukan jika pengeluaran biaya tersebut relatif besar dan memenuhi satu atau lebih kriteria berikut ini. 1) Memperpanjang masa manfaat atau umur ekonomis aktiva tetap 2) Meningkatkan kapasitas produksi 3) Meningkatkan mutu jasa yang diberikan oleh aktiva tetap yang bersangkutan.



Contoh : Dikeluarkan biaya perbaikan gedung Rp 5.000.000,00. Perbaikan gedung tersebut memungkinkan masa manfaatnya bertambah atau dapat memberikan pelayanan yang lebih baik. bIaya yang dikeluarkan tersebut harus dicatat sebagai penambahan nilai gedung dan dicatat dengan jurnal sebagai berikut. a) Pengeluaran biaya untuk perbaikan gedung tidak menambah umur ekonomis. Tanggal



Keterangan Gedung



Debit



Kredit



5.000.000,00



Kas



5.000.000,00



b) Pengeluaran biaya untuk perbaikan gedung dengan menambah umur ekonomis. Tanggal



Keterangan Akumulasi peny. Gedung



Debit



Kredit



5.000.000,00



Kas



5.000.000,00



b. Pengeluaran Pendapatan Pengeluaran pendapatan (rrevenue expenditures) adalah pengeluaran biaya yang diperlakukan sebagai beban pada periode terjadinya. Pembebanan ini dilakukan jika biaya yang dikeluarkan tersebut hanya memberikan manfaat dalam satu periode tahun berjalan.



Contoh : Dikeluarkan biaya pengecatan gedung Rp 750.000,00. Biaya tersebut dicatat sebagai pengeluaran pendapatan dengan jurnal sebagai berikut. Tanggal



Keterangan Beban Pemeliharaan Gedung Kas



Debit



Kredit



750.000,00 750.000,00



B. PENYUSUTAN AKTIVA TETAP Membeli aktiva tetap pada dasarnya adalah membeli berkumpul manfaat yang dimiliki oleh aktiva tetap tersebut dan bukan fisiknya itu. Setelah dipakai dalam kegiatan perusahaan, manfaat aktiva tetap tersebut bekurang. Berkurangnya manfaat aktiva tetap karena dipakai disebut beban



penyusutan.



Berkurangnya kemampuan aktiva tetap untuk memberikan jasa akrena telah digunakan selama beberapa waktu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor fisik dan faktor fungsional. Faktor fisik berkaitan dengan kerusakan atau keausan atau keausan aktiva tetap, sedangkan faktor fungsional berkaitan dengan kemajuan teknologi, sehingga aktiva tetap yang sudah ada ketinggalan model, atau kepastiannya tidak lagi memenuhi persyaratan yang diminta sehingga menjadi tidak ekonomis untuk dioperasikan lebih lanjut



1.



Pengertian Penyusutan Aktiva Tetap



Penyusutan atau depresiasi adalah suatu cara yang sistemtis untuk mengurangi atau mengalolasikan



harga pokok perolehan aktiva tetap menjadi beban atau biaya, yang dilakukan secara berkala atau periodik yang dibebankan ke pendapatan selama umur manfaat aktiva tetap tersebut Untuk laporan keuangan intern, penyusutan dapat dihitung tiap bulan, tiap triwulan, atau semester sesuai masa laporan keuangan internanya, dan paling alam dihitung setahun sekali pada tutup tahun pembukuannya



2. Faktor-faktor yang Menentukan Besarnya Penyusutan Dalam menghitung besarnya beban penyusutan aktiva tetap setiap periode akuntansi, terdapat empat faktor yang mempengaruhinya. a. Besarnya harga perolehan aktiva tetap b. Jumlah taksiran nilai sisa/residu setelah aktiva tidak terpakai c. Taksiran umur ekonomis atau lama masa manfaat aktiva tetap d. Pemilihan metode penyusutan yang digunakan



a. Harga Perolehan Harga perolehan aktiva tetap adalah harga dan semua pengeluaran biaya yang diperlukan untuk



memperoleh aktiva tetap itu sehingga siap dipakai atau berfungsi sesuai dengan tujuan pemilikannya. Dengan demikian, harga perolehan aktiva tetap terdiri atas harga beli ditambah dengan semua biaya untuk memperolehnya antara lain bea masuk, pajak pertambahan nilai (PPN)/PPN BM, biaya angkut, angsuran selama pengangkutan, bongkar muat, pemasangan, komisi pembelian, bea balik nama.



b. Nilai Sisa Nilai sisa/residu (salvage value) adalah taksiran harga jual aktiva tetap yang tidak terpakai lagi. Nilai jual barang bekas ini sering disebut nilai residu atau nilai scrap.



Nilai sisa/residu merupakan bagian harga perolehan aktiva tetap yang tidak ikut disusutkan. Jadi, jumlah yang disusutkan dan menjadi beban penyusutan selama umur ekonomis aktiva tetap adalah ahrga perolehan dikurangi nilai sisa/residu.



3. Metode Penyusutan atau Depresiasi yang Digunakan Metode pengalokasian ahrga perolehan aktiva tetap menjadi beban penyusutan antara jenis aktiva tetap yang satu dengan lainnya belum tentu sama. Perbedaan tesebut karena perbedaan metode untuk menentukan jasa atau manfaat masing-masing aktiva tetap tiap tahunnya. Penentuan besarnya beban penyusutan setiap periode akuntansi untuk berbagai jenis aktiva tetap dapat dilakukan dengan beberapa metode berikut ini b. Metode garis lurus (straight line method) c. Metode saldo menurun (double declining balance method) d. Metode jumlah angkatahun (sum of the year's digit method) e. Metode satuan produksi (unit of production method) f. Metode jam kerja (service hours method) g. Metode tarif kelompok/gabungan (composite reate depreciation method ) a.



Metode garis lurus (straight line method)



Penyusutan menurut metode garis lurus adalah suatu cara untuk mengurangi dan mengalolasikan ahrga pokok/harga perolehan aktiva tetap menjadi beban dengan jumlah yang sama setiap periode akuntansi selama umur ekonomis aktiva tetap tersebut. Jadi, dalam metode garis lurus besarnya beban penyusustan setiap tahun selama masa manfaat atau umur ekonomis jumlahnya sama. Metode garis lurus umumnya diterapkan atas aktiva tetap yang memberikan manfaat dari tahun ke tahun relatif sama, seperti gedung alat penimbangan, pengatur udara (AC), perabot kantor. Pada dasarnya semua metode penyusustan tersebut dapat diterapkan untuk segala jenis aktiva tetap. Namun, dalam prakteknya manajemen memilih metode yang berbeda untuk jenis aktiva tetap yang berbeda. Cara menghitung penyusutan menurut metode garis lurus. Dengan menggunakan metode garis lurus, besarnya beban penyusutan tiap tahun dapat dihitung dengan rumus. HP - NS Penyusutan/tahun = -----------------, atau N Beban penyusutan = tarif penyusutan x (HP - NS) Keterangan : HP ; Harga perolehan aktiva tetap NS : Taksiran nilai sisa n : Taksiran umur ekonomis 100% 100% Tarif penyusutan = ------- atau ----------------------------------n taksiran umur ekonomis menurut metode garis lurus, tarif penyusutan selama umur ekonomis adalah 100%. Bila umur ekonomis aktiva tetap dinyatakan n tahun, besarnya penyusutan setiap tahun = 100%. Misalkan sebuah mesin fotokopi merk Xerox ditaksir memiliki umur ekonomis 5 tahun. Jadi, dalam hal ini n =5 tahun. Tarif penyusutan per tahun : 100% --------- = 20% 5



untuk lebih jelasnya ikuti contoh berikut ini contoh: tanggal 2 Januari 1998 PT Garuda membeli sebuah mesin fotokopi merk Xerox dengan harga perolehan Rp 20.000.000,00. Taksiran umur ekonomis 5 tahun dan taksiran nilai residu Rp 2.500.000,00. Hitunglah besarnya beban penyusutan mesin fotokopi setiap tahun selama lima tahun dan buatlah penyesuaiannya setiap akhir tahun. Jawab : Tarif penyusutan tiap tahun : 100% ------- = 20% 5 besarnya bebanpenyusutan tiap tahun selama lima tahun adalah sama besar, tahun 1998 = 20% x (Rp 20.000.000,00 - Rp 2.500.000,00) = Rp 3.500.000,00 tahun 1999 = 20% x (Rp 20.000.000,00 - Rp 2.500.000,00) = Rp 3.500.000,00 tahun 2000 = 20% x (Rp 20.000.000,00 - Rp 2.500.000,00) = Rp 3.500.000,00 tahun 2001 = 20% x (Rp 20.000.000,00 - Rp 2.500.000,00) = Rp 3.500.000,00 tahun 2002 = 20% x (Rp 20.000.000,00 - Rp 2.500.000,00) = Rp 3.500.000,00 Jurnal penyesuaian (akhir tahun 1998, 1999, 2000, dan 2002) adalah sama, yaitu Tanggal



Keterangan



Debit



Beban penyusutan Mesin fotocopy



Kredit



3.500.000,00



Akum. Peny. Mesin fotocopy



3.500.000,00



untuk memberi gambaran pencatatan selama umur ekonomis, di bawah ini disajikan harga perolehan, beban penyusustan per tahun, akumulasi penyusutan, dan nilai buku mesin foto kopi dari tahun 1998 dampai dengan 2002 sebagai berikut Harga Perolehan Beban penyusutan Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap per tahun 1998 Rp20.000.000 Rp 3.500.000 Rp 3.500.000



Tahun



Nilai buku Akhir tahun Rp 16.500.000



1999 Rp20.000.000



Rp



3.500.000



Rp



7.000.000



2000 Rp20.000.000



Rp



3.500.000



Rp



10.500.000



Rp



Rp 13.000.000 9.500.000



2001 Rp20.000.000



Rp



3.500.000



Rp



14.000.000



Rp



6.000.000



2002 Rp20.000.000



Rp



3.500.000



Rp



17.500.000



Rp



2.500.000



Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan hal-hal berikut ini. 1)



Aktiva tetap harus disajikan sebesar harga perolehannya, yaitu Rp20.000.000,00 walaupun setiap tahunnya sudah mengalami penyusutan. 2) Menurut metode garis lursu, beban penyusutan dari tahun ke tahun besarnya sama, yaitu Rp 3.500.000,00 3) Berkurangnya nilai aktiva tetap dicatat pada akun akumulasi penyusutan, yang setiap tahunnya bertamabah besar Rp 3.500.000,00 dan makin lama makin besar



4) Nilai buku setiap tahun berkurang sebesar Rp 3.500.000,00 dan makin lama makin kecil dan pada saat umur ekonomisnya habis, yaitu setelah berumur 5 tahun sesuai yang ditaksir tinggal Rp 2.500.000,00 sama dengan taksiran nilai residu.



b. Penyusutan menurut Metode Saldo Menuru. Penyusunan menurut metode saldo menurun (double declining method) disebut juga metode tarif tetap atas nilai buku. Penyusutan metode saldo menurun adalah suatu metode untuk mengalokasikan harga pokok/harga perolehan aktiva tetap menjadi beban, penyusutan untuk setiap tahunnya semakin kecil atau menurun. Dasar untuk menghitung penyusutan adalah nilai buku, yang makin lama makin kecil atau menurun, sedangkan tarif penyusutannya adalah tetap dengan menggunakan trif penyusutan garis lurus lipat dua. Itulah sebabnya metode saldo menurun disebut juga metode tarif tetap atas nilai buku.



1)



Cara menentukan tarif penysutan metode saldo menurun



Mesalnya suatu aktiva tetap ditaksir mempunyai masa manfaat 5 tahun, tarif penyusutan metode garis lurus adalah 100%/5 = 20. Besarnya tarif tetap metode saldo menurun adalah 2 x 20% = 40% atau dapat dihitung langsung 100%/5 x 2 = 40%



2) Cara menghitung beban penyusutan metode saldo menurun Rumus menghitung beban penyusutan pertahun adalah sebagai berikut. Beban penyusutan = T x Nilai buku awal periode, atau Beban penyusutan = T x (HP - akumulasi penyusutan) Keterangan : HP = Harga perolehan T = Tarif penyusutan (dalam persen) Nilai buku = Harga perolehan - akumulasi penyusutan Perlu diketahu bahwa metode saldo menurun tidak memerlukan penentuan taksiran nilai residu karena dasar perhitungannya adalah nilai buku dan perhitungan tersebut tidak mungkin dapat menghabiskan harga perolehannya. Bila manajemen tetap menghendaki adanya nilai reisdu sebagaimana telah ditaksir sejak awal, hal ini cukup dilakukan dengan membebankan beban penyusutan tahun terakhir sebesar selisih nilai buku tahun terakhir dengan nilai residu.



Contoh



Tanggal 2 Januari 1998 PT Garuda membeli sebuah mesin fotokopi merk Xerox dengan harga perolehan Rp 20.000.000,00. Taksiran umur ekonomis 5 tahun dan metode penyusutan yang digunakan metode saldo menurun. Diminta : 1) Hitunglah besarnya beban penyusutan mesin fotokopi setiap tahun, mulai tahun 1998 sampai dengan tahun 2002. 2) Buatlah jurnal penyesuaiannya setiap akhir tahun.



Jawab :



1) Menghitung beban penyusutan : Umur ekonomis 5 tahun, besarnya tarif tetap adalah 100%/5 x 2 = 40%



Jadi, besarnya Tahun 1998 Tahun 1999 Tahun 2000 Tahun 2001 Tahun 2002



beban = = = = =



penyusutan mesin fotokopi 40% x Rp 20.000.000 40% x (Rp 20.000.000 40% x (Rp 12.000.000 40% x (Rp 7.200.000 40% x (Rp 4.320.000



-



Rp 20.000.000 Rp 4.800.000 Rp 2.880.000 Rp 17.280.000



= = = = =



Rp Rp Rp Rp Rp



8.000.000 4.800.000 2.880.000 1.728.000 10.306.800



2) Jurnal penyesuaian yang dibuat setiah akhir tahun Tahun



Keterangan



Ref



Debit



1998 Beban penyusutan mesin fotokopi



Kredit



Rp 8.000.000



Akumulasi peny. Mesin fotokopi



Rp 8.000.000



1999 Beban penyusutan mesin fotokopi



Rp 4.800.000



Akumulasi peny. Mesin fotokopi



Rp 4.800.000



2000 Beban penyusutan mesin fotokopi



Rp 2.880.000



Akumulasi peny. Mesin fotokopi



Rp 2.880.000



2001 Beban penyusutan mesin fotokopi



Rp 1.728.000



Akumulasi peny. Mesin fotokopi



Rp 1.728.000



2002 Beban penyusutan mesin fotokopi



Rp 1.036.800



Akumulasi peny. Mesin fotokopi



Rp 1.036.800



Untuk memberi gambaran perhitungan dan pencatatan selama umur ekonomis, di bawah ini disajikan harga perolehan, beban penyusutan per tahun, akumulasi penyusutan, dan nilai buku mesin dari tahun 1998 sampai dengan 2002 Tahun



Harga Perolehan



Beban Penyusutan



Akumulasi



Nilai buku



Aktiva Tetap



per tahun



Penyusutan



Akhir tahun



1998



Rp



20.000.000



Rp



8.000.000



Rp



8.000.000



Rp



12.000.000



1999



Rp



20.000.000



Rp



4.800.000



Rp 12.800.000 Rp



7.200.000



2000



Rp



20.000.000



Rp



2.880.000



Rp 15.680.000 Rp



4.320.000



2001



Rp



20.000.000



Rp



1.728.000



Rp 17.408.000 Rp



2.592.000



2002



Rp



20.000.000



Rp



1.036.800



Rp 18.444.800



1.555.200



Rp



Catatan :



Bila manajemen dalam soal tersebut tetap menghendaki nilai sisa mesin Rp 2.500.000,00 maka besarnya beban penyusutan tahun 2002 adalah sebesar Rp 92.000,00 yang diperoleh dari Rp 2.592.000,00 (nilai buku akhir tahun keempat) dikurangi Rp 2.500.000,00 (nilai residu yang dikehendaki). jUrnal tahun 2002 adalah Tanggal



Keterangan Beban Penyusutan Mesin Akumulasi penyusutan mesin



c.



Debit



Kredit



92.000,00 92.000,00



Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun



Jumlah digit atau angka tahun adalah jumlah angka tahun taksiran umur ekonomis aktiva tetap.



Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan yang menurun dengan memeprhitungkan suatu seri pecahan, masing-masing dengan nilai yang lebih rendah. Pada nilai perolehan aktiva yang disusutkan, yang pecahan-pecahan tersebut dihitung berdasarkan jumlah periode usia aktiva. Pembilangan dalam pecahan tadi adalah angka-angka tahun yang ada selama



masa manfaat aktiva tetap dan pecahan-pecahan menurun itu merupakan digit-digit tahun yang disusun terbalik. Penyebut pecahan tersebut adalah jumlah angka-angka tahun yang ada. Bagaimana menentukan seri pecahan atau pembilang/penyebut yang merupakan tarif penyusutan dalam metode jumlah angka tahun dan merupakan suatu seri bilangan pecahan yang makin lama makin menurun, coba perhatikan contoh berikut ini.



Contoh : Suatu aktiva tetap ditaksri memiliki umur ekonomis 5 tahun, yaitu tahun ke-1, tahun k3 2, tanun ke-3, tahun ke 4, dan tahun ke-5. Penyebut untuk pecahan ini dapat dihitung dengan menjumlahkan digit-digit tahun tersebut, yaitu 1 + 2 +3 +4 + 5 = 15 Jadi, besarnya penyebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus 1 + 2 + 3 …. + n atau n+1 ------- x n 2 contoh di atas n = 5, yaitu, umur ekonomis aktiva tetap. Besarnya penyebut bila dihitung menggunakan rumus 5+1 5 x ----------- = 15, sedangkan pembilang adalah digit-digit tahun yang disusun terbalik 2 Pembilang (Angka tahun yang Pecahan Menurun (Tarif Tahun Penyusutan dibalik Penyusutan) Tahun ke-1 5 5/15 Tahun ke-2



4



4/15



Tahun ke-3



3



3/15



Tahun ke-4



2



2/15



Tahun ke-5



1



1/15



15 Contoh : Suatu aktiva tetap ditaksir memiliki umur ekonomis 8 tahun. Hitung tarif penyusutan tiap-tiap tahunnya.



Jawab : Bila aktiva tetap memiliki umur ekonomis 8 tahun, tarif penyusutan/seri pecahan menurun terlihat sebagai berikut. Pecahan menurun (tarif Tahun Penyusutan Pembilang penyusutan Tahun ke-1 8 8/36 Tahun ke-2



7



7/36



Tahun ke-3



6



6/36



Tahun ke-4



5



5/36



Tahun ke-5



4



4/36



Tahun ke-6



3



3/36



Tahun ke-7



2



2/36



Tahun ke-8



1



1/36



36



Dasar untuk menghitung besarnya beban penyusutan menurut metode jumlah angka tahun adalah ahrga perolehan dikurangi nilai sisa. Terdapat berbagai cara untuk menghitung besarnya penyusutan berdasarkan jumlah angka tahun. Beban penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai beikut. Beban penyusutan = T x (HP - NS), atau Angka tahun yang dibalik Beban penyusutan = ------------------------------------ x (HP - NS), atau Jumlah angka tahun Sisa masa manfaat Beban penyusutan = ------------------------------------ x (HP - NS) Jumlah angka tahun Contoh : (Aktiva tetap yang dipakai sejak awal tahun) Tanggal 2 Januari 1999 PT Garuda membeli sebuah mesin fotokopi merk Xerox dengan harga perolehan Rp 20.000.000,00. Taksiran umur ekonomis 5 tahun dan taksiran nilai sisa Rp 2.000.000,00 Diminta : Hitunglah besarnya beban penyusutan mesin fotokopi setiah tahun selama 5 tahun, dari tahun 1999 sampai dengan 2003 menurut metode jumlah angka tahun dan buat jurnal penyesuainnya setiap akhir tahun. Jawab : Harga perolehan mesin fotokopi Rp 20.000.000,00 Nilai sisa Rp 2.000.000,00 Dasar penyusutan/nilai yang disusutkan Rp 18.000.000,00 Umur ekonomis mesin 5 tahun. Jadi, jumlah angka tahun sebagai penyebut adalah 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15. Perhitungan beban penyusutan per tahun. Tahun 1999 (tahun ke-1) = 5/15 x Rp 18.000.000,00 = Rp 6.000.000,00 Tahun 2000 (tahun ke-2) = 4/15 x Rp 18.000.000,00 = Rp 4.800.000,00 Tahun 2001 (tahun ke-3) = 3/15 x Rp 18.000.000,00 = Rp 3.600.000,00 Tahun 2002 (tahun ke-4) = 2/15 x Rp 18.000.000,00 = Rp 2.400.000,00 Tahun 2003 (tahun ke-5) = 1/15 x Rp 18.000.000,00 = Rp 1.200.000,00 Jurnal penyesuaian yang dibuat setiap akhir tahun,yaitu sebagai berikut Tahun



Keterangan



1999 Beban penyusutan mesin fotokopi



Ref



Debit Rp6.000.000



Akumulasi peny. Mesin fotokopi 2000 Beban penyusutan mesin fotokopi



Rp6.000.000 Rp4.800.000



Akumulasi peny. Mesin fotokopi 2001 Beban penyusutan mesin fotokopi



Rp4.800.000 Rp3.600.000



Akumulasi peny. Mesin fotokopi 2002 Beban penyusutan mesin fotokopi



Rp3.600.000 Rp2.400.000



Akumulasi peny. Mesin fotokopi 2003 Beban penyusutan mesin fotokopi Akumulasi peny. Mesin fotokopi



Kredit



Rp2.400.000 Rp1.200.000 Rp1.200.000



Untuk memberi gambaran perhitungan dan pencatatan selama umur ekoomis, berikut ini disajikan harga perolehan, beban penyusutan per tahun, akumulasi penyusutan, dan nilai buku dari tahun 1999 sampai dengan 2003. Tahun



Harga Perolehan



Beban Penyusutan



Akumulasi



Nilai buku



Aktiva Tetap



per tahun



Penyusutan



Akhir tahun



1999



Rp



20.000.000



Rp



6.000.000



Rp



6.000.000



Rp



14.000.000



2000



Rp



20.000.000



Rp



4.800.000



Rp 10.800.000



Rp



9.200.000



2001



Rp



20.000.000



Rp



3.600.000



Rp 14.400.000



Rp



5.600.000



2002



Rp



20.000.000



Rp



2.400.000



Rp 16.800.000



Rp



3.200.000



2003



Rp



20.000.000



Rp



1.200.000



Rp 18.000.000



Rp



2.000.000



Pada contoh perhitungan penyusutan metode jumlah angka tahun di atas tampak bahwa jumlah beban penyusutan setiap tahun semakin kecil Contoh pembahasan di atas adalah untuk perhitungan penyusutan aktiva tetap metode jumlah angka tahun atas aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan sejak awal tahun dan pada tahun pertama disusutkan setahun penuh. Dalam hal suatu aktiva tetap dibeli dan mulai digunakan dalam tahun berjalan, maka pada tahun itu hanya disusutkan sebanyak bulan digunakannya aktiva tetap tersebut. Selain itu, pada tahun-tahun berikutnya harus dihitung atas dasar dua tarif penyusutan . hal ini disebabkan adanya perbedaan tahun penggunaan bewrdasarkan umur aktiva tetap dengan tahun buku perusahaan.



Contoh : (aktiva tetap yang digunakan dalam tahun berjalan) Pembukuan PT Garuda menggunakan tahun takwim, dimulai tanggal 1 Januari dan ditutup tanggal 31 Desember. Pada tanggal 1 Mei 1999 PT Garuda membeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 20.000.000,00. Setelah dicoba, dalam minggu pertama bulan Mei mesin langsung digunakanuntuk kegiatan perusahaan. Taksiran umur ekonomis mesin 5 tahun dan taksiran nilai sisa Rp 2.000.000,00 Diminta : Hitunglah bersaarnya beban penyusutan mesin setiap tahun dari tahun 1999 sampai tahun 2004 menurut metode jumlah angka tahun dan buat tabel harga perolehan, beban penyusutan, akumulasi penyusutan, dan nilai buku selama umur manfaat. Jawab : Harga perolehan Rp 20.000.000,00 Taksiran nilai sisa Rp 2.000.000,00 Dasar penyusutan/nilai yang disusutkan Rp 18.000.000,00 Umur ekonomis mesin 5 tahun. Jadi, jumlah angka tahun sebagai penyebut adalah 5+1 5 x ----------- = 15 2 Dalam tahun 1999 mesin digunakan 8 buolan, mulai Mei samap dengan Desember. Tahun 2000 menggunakan tarif pertama selama 4 bulan dan tarif kedua selama 8 bulan. Jadi, perhitungan beban penyusutan untuk masing-masing tahun sebagai berikut. Tahun 1999 (mei - Des) = 8/12 x 5/15 x Rp 18.000.000,00 Rp 4.000.000,00 Tahun 2000 4/12 x 4/15 x Rp 18.000.000,00 Rp 2.000.000,00 4/12 x 4/15 x Rp 18.000.000,00 Rp 2.000.000,00



tabel harga perolehan, beban penyusutan, akumulasi penyusutan, dan nilai buku dari tahun 1999 samapi dengan 2004 sebagai berikut. Tahun



c.



Harga Perolehan



Beban Penyusutan



Akumulasi



Nilai buku



Aktiva Tetap



per tahun



Penyusutan



Akhir tahun



1999



Rp



20.000.000



Rp



4.000.000



Rp 4.000.000



Rp



16.000.000



2000



Rp



20.000.000



Rp



5.200.000



Rp 9.200.000



Rp



10.800.000



2001



Rp



20.000.000



Rp



4.000.000



Rp 13.200.000



Rp



6.800.000



2002



Rp



20.000.000



Rp



2.800.000



Rp 16.800.000



Rp



4.000.000



2003



Rp



20.000.000



Rp



1.600.000



Rp 17.600.000



Rp



2.400.000



2004



Rp



20.000.000



Rp



400.000



Rp 1.800.000



Rp



2.000.000



Metode Satuan Produksi



Dalam metode garis lurus, saldo menurun, dan jumlah angka tahun, taksiran manfaat aktiva tetap dinyatakan dalam jangka waktu pemakaiannya. Dalam metode satuan produksi, taksiran manfaat aktiva tetap dinyatakan dengan faktor penggunaan atau kapasitas produksi yang dapat di dihasilkan. Metode faktor penggunaan memandang kelebihan teknis aktiva tetap berkaitan erat dengan penggunaan atau satuan produksi. Penyusutan metode satuan produksi adalah suatu cara untuk mengurangi dan mengalokasikan jharga perolehan aktiva tetap menjadi beban p[enyusutan yang dihubungkan dengan taksiran kemampuan berproduksi forduction capacity) aktiva tetap. Perhitungan unit produksi berdasarkan kemampuan produksi mesin dapat dinyatakan dalam berbagai satuan/ misalnya jang pemakaian, jam terbang, kilometer pemakaian, satuan panajgn, misal meter atau kilometer, unit produksi, dan unit-unit kegiatan lainnya.



Cara menghitung beban penyusutan metode satuan produksi Untuk menentukan besarnya beban penyusutan setiap tahunnya perlu ditentukan dasar penyusutan, taksiran kapasitan produksi selama umur berguna, dan besarnya produksi aktual setiap tahunnya. Dasar penyusutan dalam metode satuan produksi adalah harga perolehan ikurangi nilai sisa atau dalam simbol HP - NS. Kapasitas produksi merupakan estimasi atau taksiran atas total unit output aktiva tetap selama umur berguna. Total nilai perolehan yang disusutkan dibagi estimasi output akan menghasilkan beban-beban yang sama besar untuk kestiap unit output.



Rumus menghitung beban penyusutan. Tarif penyusutan metode satuan produksi dapat dihitung berdasrkan tarif tahunan dan tarif per satuan unit produk. Dalam menghitung beban penyusutan per tahun harus diingat tarif yang mana yang digunakan, apakah tarif tahunan ataukah tarif per unit produk. Dalam menghitung beban penyusutan per tahun harus diingat trif yang mana yang digunakan, apakah tarif tahuan ataukah tarif per unit produk Produksi aktual per tahun Tarif per tahunan (T) = -----------------------------------Kapasitas Produksi HP - NS Tarif per unit produk = -------------------Kapasitas Produksi Dengan demikian, besarnya beban penyusutan per tahun, bila dihitung menggunakan rumus tersebut adalah sebagai berikut.



a) Dengan tarif tahunan



Beban penyusutan = T (tahunan) x (HP - NS)



b) Dengan tarif per unit produk



Beban penyusutan = Produksi aktual per tahun x T (per unit produk)



Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh di bawah ini.



Contoh:



Tanggal 2 Januari 1998 PT Garuda membeli sebuah mesin fotokopi merk Xerox degan harga perolehan Rp 20.000.000,00. Taksiran nilai sisa Rp 2.500.000,00. Taksiran kapasitas peroduksi 5.000.000 lembar dan mesin dapat digunakan selama 5 tahun. Produksi aktual selama 5 tahun tersebut sebagai berikut : tahun 1998 sebanyak 1.600.000 lembar, tahun 1999 sebanyak 1.500.000 lembar, tahun 2000 sebanyak 1.100.000 lembar, tahun 2001 sebanyak 500.000 lembar, dan tahun 2002 sebanyak 300.000 lembar. Diminta : Hitunglah besarnya beban penyusutan mesin fotokopi setiap tahun, mulai tahun 1998 sampai dengan 2002 dan buat jurnal penyesuaiannya setiap akhir tahun.



Jawab :



Harga perolehan mesin Nilai sisa Dasar penyusutan/nilai yang disusustkan Taksiran kapasitas produksi 5.000.000 lembar



Rp Rp Rp



20.000.000,00 2.500.000,00 17.500.000,00



Jadi, besarnya beban penyusutan per tahun dihitung dengan tarif tahunan sebagai beirkut. 1.600.000 Tahun 1998 = ---------------- x Rp 17.500.000,00 = Rp 5.600.000,00 5.000.000 1.500.000 Tahun 1999 = ---------------- x Rp 17.500.000,00 = Rp 5.250.000,00 5.000.000 1.100.000 Tahun 2000 = ---------------- x Rp 17.500.000,00 = Rp 3.85.000,00 5.000.000 500.000 Tahun 2001 = ---------------- x Rp 17.500.000,00 = Rp 1.750.000,00 5.000.000 300.000 Tahun 2002 = ---------------- x Rp 17.500.000,00 = Rp 1.050.000,00 5.000.000 beban penyusutan di atas dapat pula dihitung dengan menggunakan tarif per satuan produk seperti tampak di bawah ini. Rp 17.500.000,00 Tarif per satuan produk = -------------------------- = Rp 3,50 5.000.000 Tahun 1998 = 1.600.000 x Rp 3,50 = Rp 5.600.000,00 Tahun 1999 = 1.500.000 x Rp 3,50 = Rp 5.250.000,00 Tahun 2000 = 1.100.000 x Rp 3,50 = Rp 3.850.000,00 Tahun 2001 = 500.000 x Rp 3,50 = Rp 1.750.000,00 Tahun 2002 = 300.000 x Rp 3,50 = Rp 1.050.000,00



Jurnal penyesuaian yang dibuat setiap akhir tahun sebagai berikut. Tahun



Keterangan



Ref



1998 Beban penyusutan mesin fotokopi



Debit Rp



5.600.000



Rp



5.250.000



Akumulasi peny. Mesin fotokopi 1999 Beban penyusutan mesin fotokopi Akumulasi peny. Mesin fotokopi 2000 Beban penyusutan mesin fotokopi



Rp



3.850.000



Rp



1.750.000



Akumulasi peny. Mesin fotokopi 2001 Beban penyusutan mesin fotokopi Akumulasi peny. Mesin fotokopi 2002 Beban penyusutan mesin fotokopi



Rp



Kredit Rp



5.600.000



Rp



5.250.000



Rp



3.850.000



Rp



1.750.000



Rp



1.050.000



1.050.000



Akumulasi peny. Mesin fotokopi



Untuk memberi gambaran perhitungan dan pencatatan selama umur ekonomis, dibawah ini disajikan unit output, beban penyusutan per tahun, akumulasi penyusutan dan nilai buku dari tahun 1998 sampai dengan 2002 Unit Beban Penyusutan Akumulasi Nilai buku Tahun Output per tahun Penyusutan Akhir tahun Rp



20.000.000



1998



Rp



1.600.000



Rp



5.600.000



Rp 5.600.000



Rp



14.400.000



1999



Rp



1.500.000



Rp



5.250.000



Rp 10.850.000



Rp



9.150.000



2000



Rp



1.100.000



Rp



3.850.000



Rp 14.700.000



Rp



5.300.000



2001



Rp



500.000



Rp



1.750.000



Rp 16.450.000



Rp



3.550.000



2002



Rp



300.000



Rp



1.050.000



Rp 17.500.000



Rp



2.500.000



d. Metode Jam Kerja Dalam metode jam kerja, umur ekonomis suatu aktiva tetap ditaksir dalam jumlah jam kerja dan beban penyusutannya dihitung dengan dasar jam kerja yang sebenarnya setiap periode.



Contoh:



Sebuah mesin harga perolehannya Rp 23.000.000,00. Nilai residu ditaksir Rp 3.000.000,00. Taksiran jam kerja selama umur ekonomis 10.000 jam. Selama tahun 1999, mesin tersebut dipakai selama 1.800 jam. Besarnya penyusutan dapat dihitung. HP - NS Beban penyusutan per jam kerja = --------------n Rp 23.000.000,00 - Rp 3.000.000,00 ------------------------------------------------- = Rp 2.000,00 10.000,00 Beban penyusutan tahun 1999 : Rp 2.000,00 x 1.800 = Rp 3.600.000,00



e. Metode Tarif Kelompok / Gabungan Metode tarif kelompok/gabungan adalah penyusutan yang ditetapkan untuk seluruh kelompok aktiva tetap berdasrkan satu tarif. Tarif rata-rata diperoleh dengan 1) menghitung penyusutan tahunan setiap aktiva tetap (seperti halnya dalam metode garis lurus) 2) menghitung jumlah penyusutan kelompok aktiva tetap setahun 3) membagi jumlah penyusutan dengan jumlah harga perolehan



C. TARIF PENYUSUTAN 1.



Penyusutan menurut ketentuan undang-undang pajak penghasilan dan standar akuntansi keuangan (SAK)



Menurut undang undang pajak penghasilan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, kecuali tanah, harus disusutkan dan penyusutan tersebut mrupakan beban untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Dari keempat metode penyusutann, untuk kepentingan pajak ternyata hanya digunakan dua metode saja. Kedua metode penyusutan yang dimuat dalam undang-undang pajak tersebut adalah metode garis lurus dan metode saldo menurun. Kedua metode penyusutan dimuat dalam undang undang RI no. 10 tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang Undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang tercantum dalam pasal 11 ayat 1, ayat 2 dan ayat 6. Pasal 11 ayat 1 menentukan penyusutan aktiva berwujud kecuali tanah, dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat dan lebih dikenal dengan nama metode garis lurus yang diterapkan untuk semua kelompok aktiva tetap berwujud baik bangunan maupun bukan bangunan. Pasal 11 ayat 2 menentukan metode penyusutan untuk aktiva berwujud ayat 1 selain bangunan, dapat dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus. Metode ini disebut juga metode saldo menurun dari nilai buku. Bila dikaji lanjut, ternyata taksiran umur ekonomis yang sebenarnya dari aktiva tetap berwujud ini lebih lama jika dibandingkan dengan ketetapan masa manfaat dalam ketentuan perpajakan. Dengan demikian, hasil perhitungan beban penyusutan ekonomis sebenarnya. Perhitungan penyusutan menurut ketentuan pajak ini dikenal dengan anam sistem pemulihan biaya dipercepat (accelerated cost recovery system). Tujuan utama penggunaan sistem pemulihan biaya dieprcepat (SPBD) adalah untuk mendorong perusahaan-perusahaan menginvestasikan aktiva-aktiva baru agar dapat merancang pertumbuhan ekonomi. Perlu diketahui bahwa perusahaan yang menggunakan metode penyusutan SPBD tidak menggunakan akun akumulasi penyusutan aktiva tetap sesaktu menjrunal penyusutan tersebut, melainkan langsung dikredit akun aktiva tetap golongan sehingga saldo akun aktiva tetap menunjukkan nilai bukunya dan akan digunakan sebagai dasar menghitung besarnya penyusutan pada tahun berikutnya. Untuk kontrol, akun aktiva tetap hrus dibuatkan buku pembantu yang mencatat setiapjenis aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia menyebutkan bahwa tanah biasanya memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan biasanya tidak dianggap sebagai aktiva tetap yang dapat disusutkan. Namun, tanah yang memiliki masi manfaat terbatas bagi perusahaan diperlakukan sebagai aktiva t etap yang dapat disusutkan.



D. Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap Jika aktiva tetap yang sudah berkurang bermanfaat lagi karena habis umur ekonomisnya atau tidak layak lagi untuk dipakai terus karena sudah ketinggalan jaman karena munculnya mesin-mesin baru yang dpat memproduksi barang yang mutunya lebih baik dan lebih menghemat biaya, maka aktiva



lama tersebut harus dihentikan pemakaiannya dan dibuat jurnal untuk mengeluarkan aktiva tersebut. Ada beberapa cara penghentian pemakaian suatu aktiva tetap antara lain : 1. dibuang atau dihancurkan karena sudah habis umur ekonomisnya 2. dijual 3. ditukar dengan aktiva tetap yang baru 4. rusak



contoh Sebuah mesinyang harga perolehannya Rp 15.000.000,00 dan telah habis disusutkan, kemudian dibuang. Jurnalnya adalah Tanggal



Keterangan



Debit



Akumulasi penyusutan mesin



Kredit



15.000.000,00



Mesin



15.000.000,00



Contoh



Pada tanggal 5 Januari 2000 PT Indokarya membeli sebuah mesin dengan harga Rp 42.000.000,00. Mesin ditaksir mempunyai umur ekonomis 10 tahun dengan nilai sisa Rp 2.000.000,00. Penyusutan mesin ditetapkan dengan metode garis lurus. Dimintan : Buatlah jurnal untuk PT Indokarya berdasarkan data di atas jika diasumsikan : 1. Pada tanggal 8 Januari 2006 mesin dijual dengan ahrga Rp 15.000.000,00 2. Pada tanggal 9 Januari 2006 mesin dijual dengan harga Rp 20.000.000,00 3. Pada tanggal 10 Januari 2007 ditukar denganmesin baru dengan tambahan uang tunai Rp 50.000.000,00. Harga mesin baru Rp 60.000.000,00 4. Pada tanggal 11 Januari 2007 ditukar mesin baru dengan tambahan uang tunai Rp 45.000.000,00. Harga mesin baru Rp 60.000.000,00 (mesin baru tidak sejenis dengan mesin lama). 5. Pada tanggal 5 Juli 2007 mesin dijual dengan harga Rp 15.000.000,00 6. Pada tanggal 6 Juli 2007 ditukar dengan mesin baru dengan tambahan uang tunai Rp 50.000.000,00. Harga mesin baru Rp 60.000.000,00 7. Pada tanggal 7 Juli 2007 mesin rusak dan dijual Rp 500.000,00 Tanggal



Keterangan



Debit



Kredit



2006 Jan-08 Kas



Rp



15.000.000



Akumulasi penyusutan mesin



Rp



24.000.000



Rugi penjualan mesin



Rp



3.000.000



Mesin Jan-09 Kas Akumulasi penyusutan mesin



Rp Rp



20.000.000



Rp



24.000.000



42.000.000



Laba penjualan mesin



Rp



2.000.000



Mesin



Rp



42.000.000



2007 Jan-10 Mesin (baru)



Rp



60.000.000



Akumulasi penyusutan mesin



Rp



28.000.000



Rugi pertukaran mesin



Rp



4.000.000



Mesin (lama)



Rp



42.000.000



Kas



Rp



50.000.000



Laba pertukaran mesin



Rp



1.000.000



Mesin (lama)



Rp



42.000.000



Kas



Rp



45.000.000



Rp



2.000.000



Jan-11 Mesin (baru) Akumulasi penyusutan mesin



Jul-05 Beban penyusutan mesin



Rp



60.000.000



Rp



28.000.000



Rp



2.000.000



Akumulasi peny. Mesin Kas



Rp



15.000.000



Akumulasi penyusutan mesin



Rp



30.000.000



Laba penjualan mesin



Rp



3.000.000



Mesin



Rp



42.000.000



Rp



2.000.000



Rp



42.000.000



Rp



50.000.000



Rp



2.000.000



Rp



42.000.000



Jul-06 Beban penyusutan mesin



Rp



2.000.000



Akumulasi peny. Mesin Mesin (baru)



Rp



60.000.000



Akumulasi penyusutan mesin



Rp



30.000.000



Rugi pertukaran mesin



Rp



2.000.000



Mesin (lama) Kas Jul-07 Beban penyusutan mesin



Rp



2.000.000



Akumulasi peny. Mesin Kas



Rp



500.000



Akumulasi penyusutan mesin



Rp



30.000.000



Rugi penjualan mesin (rusak)



Rp



11.500.000



Mesin



Penjelasan : 1. 8 Januari 2006 harga perolehan mesin penyusutan 6 tahun = 6/7 x (42.000.000 - 2.000.000) nilai buku besin harga jual rugi



Rp Rp Rp Rp Rp



42.000.000,00 24.000.000,00 18.000.000,00 15.000.000,00 3.000.000,00



2. 9 Januari 2006 nilai buku besin harga jual rugi



Rp Rp Rp



18.000.000,00 20.000.000,00 2.000.000,00



3. 10 Januari 2007 Harga perolehan mesin baru Harga peroleahan mesin lama Peny 7/10 x (42.000.000 - 2.000.000) Nilai buku mesin lama Selisih nilai buku mesin lama dan baru Tambahan uang tunai Rugi pertukaran mesin



Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp



60.000.000,00 42.000.000,00 28.000.000,00 14.000.000,00 46.000.000,00 50.000.000,00 4.000.000,00



4. 11 Januari 2007 Selisih nilai buku mesin lama dan baru Rp Tambahan uang tunai Rp Laba pertukaran mesin Rp Mesin baru tidak sejenis dengan mesin lama, maka laba diakui



46.000.000,00 45.000.000,00 1.000.000,00



5. 5 Juli 2007 a. Untuk tanggal 1 Januari sampai dengan 5 Juli 2007 harus dibuatkan jurnal penyesuaian atas penyusutan mesin (selama 6 bulan ) = 6 (42.000.000 - 2.000.000) ---- x --------------------------------- = Rp 2.000.000,00 12 10 b. Harga perolehan mesin Rp 42.000.000,00 Penyusutan 7 tahun 6 bulan Rp 30.000.000,00 Nilai buku Rp 12.000.000,00 Harga jual Rp 15.000.000,00 Laba penjualan mesin Rp 3.000.000,00 6. 6 Juli 2007 a. Dibuat jurnal penyesuaian untuk 6 bulan (1 Januari - 5 Juli 2007) b. Harga perolehan mesin baru Rp 60.000.000,00 Nilai buku mesin lama Rp 12.000.000,00 Selisih nilai buku mesin lama dan baru Rp 48.000.000,00 Tambahan uang tunai Rp 50.000.000,00 Rugi penukaran mesin Rp 2.000.000,00 7. 7 Juli 2007 Harga perolehan mesin Penyusutan 7 tahun 6 bulan Nilai buku Dijual karena rusak Rugi penjualan mesin (karena rusak)



Rp Rp Rp Rp Rp



42.000.000,00 30.000.000,00 12.000.000,00 500.000,00 11.500.000,00



Catatan 1.



Apabila aktiva tetap ditukarkan dengan aktiva tetap lain yang tidak sejenis, laba atau rugi atas pertukaran diakui. 2. Apabila aktiva tetap ditukar dengan aktiva tetap lain yang sejenis maka sesuai dengan prinsip konservatisme, rugi atas pertukaran harus diakui. Namun, keuntungan dalam pertukaran tidak boleh diakui. Untuk hal ini harga perolehan aktiva tetap yang baru sama dengan harga beli dikurangi laba yang tidak boleh diakui.



Contoh Sebuah mesin yang dibeli pada bulan Januari 1999 seharga Rp 42.000.000,00, sampai dengan 31 Desember 2006 telah disusutkan Rp 32.000.000,00. Pada tanggal 8 Januari 2007 ditukar dengan mesin baru yang sejenis dengan ahrga Rp 60.000.000,.00. tambahan uang tunai Rp 47.000.000,00. Jurnal transaksi tersebut adalah Ta Keterangan Debit Kredit nggal Mesin (baru) 57.000.000,00 Akumulasi penyusutan mesin



32.000.000,00



Mesin (lama)



42.000.000,00



Kas



47.000.000,00



Penjelasan



Harga mesin baru Harga mesin lama Penyusutan Nilai buku Selisih nilai buku Tambahan uang tunai Laba pertukaran



Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp



60.000.000,00 42.000.000,00 32.000.000,00 10.000.000,00 50.000.000,00 47.000.000,00 3.000.000,00



Laba tidak diakui, maka nilai aktiva tetap baru dicatat sebesar nilai pengorbanannya (harga beli - laba yang tidak diakui) = Rp 60.000.000,00 - Rp 3.000.000,00 = Rp 57.000.000,00 atau nilai buku aktiva lama + tambahan uang tunai (Rp 10.000.000,00 + Rp 47.000.000,00 = Rp 57.000.000,00). Dalam hal ini penyusutan atas mesin baru dihitung dari harga perolehannya, yaitu Rp 57.000.000,00



E. Pengertian Dan Jenis Aktiva Tetap Tidak Berwujud Aktiva tetap tidak berwujud (intangible assets) adalah aktiva yang umur ekonomisnya panjang dan



memberikan manfaat bagi operasi perusahaan, tetapi tidak mempunyai bentuk fisik. Aktiva ini berupa hak-hal istimewa atau pemilikan posisi yang menguntungkan perusahaan dalam memperoleh pendapatan. Yang termasuk aktiva tetap tidak berwujud antara lain hak paten, hak cipta, merek dagang, franchise, dan goodwill. 1.



Hak Paten Hak paten adalah hak tunggal yang diberikan oleh pemerintah melalui direktorat paten kepada perorangan atau suatu badan untuk memanfaatkan suatu penemuan tertentu. Harga perolehan hak paten meliputi biaya penelitian, biaya percobaan, biaya pengembangan, biaya pendaftaran, dan lain-lain



2. Hak Cipta Hak cipta/copy right adalah hak tunggal yang diberikan kepada orang atau suatu badan untuk memperbanyak dan menjual barang-barang hasil karya seni atau akrya intelektual. Misalnya hak cipta yang diberikan kepada penulis buku, pencipta lagu, dan lain-lain. Hak cipta dapat diperoleh dengan penemuan sendiri, dapat pula dengan membeli. Jika diperolehnya karena penemuan sendiri, biaya untuk memperoleh hak cipta tidak begitu besar sehingga bisa diperlakukan sebagai beban pada periode perolehannya. Jika diperoleh dengan cara membeli dari pihak lain, harga perolehannya cukup besar dan perlu dikapitalisasikan sebagai aktiva ttap tidak berwujud dan diamortisasikan selama umur ekonomisnya. 3. Merek Dagang Merek dagang/trade marek adalah hak tunggal yang diberikan kepada orang atau suatu badan usaha untuk menggunakan cap, nama, atau lambang usaha. Apbila biaya untuk memperoleh merk dagang tidak material (tidak besar), maka biaya itu bisa diperlakukan sebagai beban pada periode diperolehnya. Jika biaya cukup besar, maka dikapitalisasikan sebagai aktiva tetap tidak berwujud dan diamortisasikan setiap tahun. 4. Franchise Franchise adalah hak tunggal yang diperoleh suatu perusahaan dari perusahaan lain untuk mengkomersilkan produk, proses, teknik, atau resep tertentu. Misalnya franchise yang dijual oleh Kentucky Fried Chicken, Mc Donald (hamburger, pizza, dan sebagainya). Hak itu diberikan dalam jangka waktu tertentu dengan persyaratan atau ikatan tertentu dan setiap tahun harus diadakan amortisasi.



Amortisasi aktiva tetap tidak berwujud dicatat dalam jurnal penyesuaian, misalnya paten, Tanggal



Keterangan



Debit



Beban Amortisasi Paten



Kredit xxxxxx



Mesin Paten



xxxxxx



5. Goodwill Goodwill adalah nilai lebih yangdimiliki suatu perusahaan sebagai akibat adanya nama baik, letak yang strategis, manajer yang profesional, dan sebagainya. Goodwill hanya bisa diakui atau dicatat bila pindah dari perusahaan lain, melalui pembelian perusahaan lain pada harga yang lebih tinggi dari nilai wajar aktiva netonya. Kelebihan harga di atas nilai wajar itulah yang diakui sebagai harga perolehan goodwill.



Contoh PT Astina membeli PT Alengka dengan harga Rp 1.500.000.000,00. Nilai wajar aktiva PT Alengka pada saat t ransaksi Rp 2.400.000.000,00 dan nilai seluruh utangnya Rp 1.000.000.000,00. Hitunglah nilai goodwill dan bentuk jurnal yang diperlukan



Jawab



Harga perolehan goodwill dapat dihitung sebagai berikut : Harga beli PT. Alengka Niali wajar aktiva neto Nilai utang Total modal PT Alengka Harga beli goodwill



Rp1.500.000.000,00 Rp2.400.000.000,00 Rp1.000.000.000,00 Rp1.400.000.000,00 Rp 10.000.000,00



Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal sebagai berikut : Tanggal



Keterangan Macam-macam aktiva Goodwill



Debit



Kredit



2.400.000.000,00 100.000.000,00



Macam-macam utang



1.000.000.000,00



Kas



1.500.000.000,00



Goodwill diamortisasikan selama umur ekonomisnya. Misalnya diamortisasikan selama 20 tahun, maka amortisasi setiap tahunnya Rp 100.000.000,00 : 20 = Rp 5.000.000,00 Jurnal penyesuaian setiap akhir periode akuntansi adalah Tanggal



Keterangan Beban Amortisasi Goodwill Goodwill



Debit



Kredit



5.000.000,00 5.000.000,00



F. Deplesi Nilai sumber alam seperti tambang emas, tambang batu bara, tambang bijih besi, tambang minyak tanah, hutan, dan lain-lain secara berangsur-angsur nilainya akan berkurang. Pengurangan nilai sumber alam ini disebut deplesi (depletion),



Perhitungan besarnya deplesi berdasarkan atas harga perolehan sumber alam, banyaknya cadangan atau kandungan sumber alam tersebut, dan jumlah yang telah dieksploitasi selama periode tertentu. Contoh : Harga perolehan hak atas tambang Rp 80.000.000.000,00, taksiran cadangan atau kandungan bijih besi Rp 4.000.000 ton. Hitunglah deplesi per tahun dan buat jurnal yang diperlukan.



Jawab Tarif deplesi tiap ton adalah Rp 80.000.000.000,00 : 4.000.000,00 = Rp 20.000,00 Jika dalam setahun telah ditambang 150.000 ton, besarnya deplesi adalah 150.000 x Rp 20.000,00 = Rp 3.000.000.000,00 Ayat jurnal untuk mencatat deplesi tersebut adalah Tanggal



Keterangan Beban deplesi Akumulasi deplesi



Debit



Kredit



5.000.000,00 5.000.000,00



Akun akumulasi deplesi adalah suatu akun lawan sehingga dalam neraca disajikan sebagai pengurang terhadap harga perolehan cadangan barang tambang yang bersangkutan.