Modul Profesi Prostodonsia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL PROFESI PROSTODONSIA



1



PANDUAN MODUL PROFESI PROSTODONSIA



GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN GIGI TIRUAN LENGKAP GIGI TIRUAN JEMBATAN



THE BEST PREPARATION FOR TOMOROW IS DOING YOUR BEST TODAY



Fakultas Kedokteran gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Alamat: JL. KH. Wahid Hasyim No. 65 Kediri



Koordinator : 2



drg. Nino Mayangsari, Sp.Pros



Anggota : drg. Anindita Apsari, Sp.Pros drg. Hanoem Eka Hidajati, MS., Sp.Pros (K) drg. Maretaningtias Dwi Ariani, M.Kes., Ph.D., Sp.Pros drg. Rudy S, Sp.Pros drg. Catur Septommy, MDSc drg. Eka Resti Efrata, MDSc drg. Mara Gustina, MDSc drg. Priesta Honeste drg. Elok Nafilah Fitri drg. Dyah Noviana drg. Riesky Sharastiti



3



GAMBARAN UMUM MODUL



Modul profesi prostodonsia dibuat untuk membantu mahasiswa profesi dalam melaksanakan pendidikan profesi Kedokteran Gigi. Mahasiswa profesi diharapkan mampu menegakkan diagnosa, merencanakan dan melakukan perawatan pada pasien edentoulus ridge. Modul profesi prostodonsia berisi panduan bagi mahasiswa profesi dalam penanganan kasus gigi tiruan. Pada kasus perawatan edentoulus ridge mahasiswa profesi mampu untuk membuat desain gigi tiruan yang tepat untuk mengembalikan fungsi stogmatognati pasien. Modul ini juga mengajarkan pada mahasiswa cara komunikasi, informasi, dan edukasi ke pasien setelah perawatan gigi tiruan dalam menunjang keberhasilan pemulihan fungsi stomatognatik.



4



AREA KOMPETENSI Domain I : Profesionalisme Melakukan praktik di bidang kedokteran gigi sesuai dengan keahlian, tanggung jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang relevan.



Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Memahami ilmu Kedokteran dasar dan klinik, Kedokteran gigi dasar dan klinik yang relevan sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan Ilmu Kedokteran Gigi yang terkait dengan gigi tiruan.



Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan untuk mencapai kesehatan gigi mulut yang prima melalui tindakan rehabilitatif gigi tiruan.



Domain IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik Melakukan tindakan pemulihan fungsi sistem penatalaksanaan klinik dalam bidang Prosthodonsia.



Stomatognatik



melalui



Domain V : Manajemen Praktik Kedokteran Gigi 1. Melakukan prosedur perawatan gigi yang tepat bersama-sama dengan tenaga medis lainnya dalam melakukan perawatan pendahuluan untuk menunjang keberhasilan gigi tiruan. 2. Melakukan komunikasi secara efektif dan bertanggung jawab secara lisan maupun tulisan dengan tenaga kesehatan, dan pasien untuk menunjang keberhasilan gigi tiruan.



5



TUJUAN PEMBELAJARAN Modul ini dibuat untuk memberikan materi kepada mahasiswa di bidang prostodonsia yang bertujuan untuk : 1. Memberi pengetahuan kepada mahasiswa tentang ilmu Kedokteran gigi dasar yang terkait bidang Prostodonsia. 2. Mahasiswa mampu menjalankan etika profesi dalam kegiatan di klinik sesuai dengan janji profesi yang telah dilafalkan.



6



TINGKAT KOMPETENSI Tingkat kemampuan 1 Dapat mengenali dan menjelaskan gambaran klinis suatu penyakit dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit tersebut. Tingkat kemampuan 2 Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat untuk penatalaksanaannya atau merujuk kepada spesialis yang sesuai. Tingkat kemampuan 3A Darurat KG . Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat menentukan dan melakukan penatalaksanaan awal sebelum pasien dirujuk kepada spesialis yang sesuai pada kasus–kasus darurat tidak mengancam jiwa/non emergensi. Tingkat kemampuan 3B Gawat darurat KG yang mengancam jiwa dan/atau memperparah kondisi sistemiK. Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat menentukan dan melakukan penatalaksanaan awal, termasuk Basic Life Support, sebelum pasien dirujuk kepada spesialis yang sesuai pada kasus– kasus gawat darurat. Tingkat kemampuan 4 Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat menentukan dan melakukan penatalaksanaan secara lengkap sesuai dengan kompetensinya.



7



SUMBER BELAJAR WAJIB



No 1



1



2 3



1 2



8



Literatur Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) Carr AB, Brown DT. 2011. Mc Cracken’s Removable Partial Prosthodontics. 12 th Ed. Mosby, Inc. St. Louis,Missouri. Gigi tiruan lengkap (GTL) Zarb G, Hobkirk JA, Eckert SE, Jacob RF, Fenton AH, Finer Y, Chang TL, Koka S. 2013. Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients(Complete Denture and Implant- Supported Prosthesis). 13 th Ed. St. Louis,Missouri Johnson T, Wood DJ. 2012. Techniques in Complete Denture Technology. 1 st Ed. Willey-Blackwell. UK Basker RM, Davenport JC. 2002. Prosthetic Treatment of the Edentolous Patient. 4 th Ed. Blackwell Munksgaard. UK Gigi tiruan jembatan (GTJ) Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. 2016. Contemporary Fixed Prosthodontics. 5 th Ed. Elsevier. St. Louis Missouri. Shilingburg HT, Sather DA, Cain JR, Mitchell DL, Blanco LJ, Kessler JC. 2012. Fundamental of Fixed Prosthodontics. 4 th Ed. Quintessence Publishing Co. USA



TAHAPAN KERJA A. Ggi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) 1. Persiapan Pasien Tujuan



Mampu melakukan persiapan pasien sebelum memulai perawatan



Ruang Lingkup



Prostodonsia



Uraian Umum



-



Prosedur



Mendudukkan pasien pada dental chair : 1. Pasien didudukkan pada dental chair bersandar pada back rest dengan posisi rileks. 2. Memasang alas dada pada pasien 3. Operator / mahsiswa / drg duduk pada dental stool dengan posisi di sebelah kanan depan pasien. 4. Posisi pasien pada dental chair, tinggi mulut pasien setinggi siku operator. 5. Selama perawatan pasien harus mengenakan alas dada dan alat periksa standart harus selalu disiapkan. Pemeriksaan rongga mulut pasien : 1. Kaca mulut, sonde,excavator, pinset 2. Kapas, cotton roll 3. Chlor etil 4. Gelas + air Pemeriksaan dalam mulut : 1. Secara visual : semua gigi yang ada dalam mulut dan semua jaringan lunak sekitar gigi dalam mulut. 2. Secara radiologi : dilakukan bila kita perlu atau kita menemui adanya kelainan yang tidak bisa dilihat secara visual. Dapat berupa radiografi periapical, occlusal, panoramic, sefalometri, dll. Perawatan pembuatan



9



pendahuluan pada pasien sebelum GTSL yang perlu, misalnya perawatan



konservasi, periodontology, bedah mulut (pencabutan, alveolectomy, dll), occlusal adjustment.



2. Mencetak Anatomis Rahang Bergigi Sebagian Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum



Prosedur



10



Mampu melakukan mencetak anatomis pada pasien dengan kehilangan gigi sebagian GTSL Pencetakan untuk pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) berbeda dari pencetakan untuk gigi tiruan lengkap. Pada kasus GTSL ada dua jenis jaringan yang harus dicetak. Pertama mukosa yang merupakan jaringan lunak, lalu gigi-gigi yang merupakan jaringan keras. 1. Alat dan bahan yang diperlukan : alat periksa standart, sendok cetak bersudut dan berlubang, bowl, spatula, takaran air dan takaran alginate, bahan cetak alginat. 2. Tentukan ukuran sendok cetak RA dan RB yang akan digunakan untuk mencetak, sesuai dengan besar lengkung rahang pasien, yaitu jarak antara gigi dan tepi sendok cetak ± 4 mm, ini bertujuan untuk memberi ketebalan pada bahan cetak alginat supaya tidak patah/robek (baik pada RA/RB). 3. Posisi penderita waktu di cetak : Rahang atas : duduk tegak atau oklusal gigi RA sejajar lantai. Rahang bawah : Oklusal gigi RB sejajar lantai. Tujuan posisi ini adalah untuk mencegah bahan cetak mengalir ke distal sehingga mengakibatkan pasien muntah. 4. Instruksi pada pasien saat mencetak RA : yaitu bernafas melalui hidung sehingga refleks untuk muntah berkurang. Saat mencetak RB pasien diinstruksikan untuk lidah dijulurkan, gerakkan kekanan dan kiri, kemudian mengangkat lidahnya dijulurkan kedepan. 5. Mengaduk bahan cetak alginat a. Mengambil air dengan takaran air sesuai aturan pabrik dimasukkan ke bowl b. Mengambil powder alginate sesuai aturan pabrik tuangkan kedalam bowl yang sudah diberi air tersebut. c. Diaduk pelan-pelan dan tekankan masa alginate



tersebut pada dinding bowl menggunakan spatula yang kita pergunakan untuk mengaduk. Catatan : bila kita menginginkan adonan tidak segera mengeras gunakan air es (untuk memperlambat proses pengerasan alginate). d. Meletakkan adonan alginate tersebut pada sendok cetak RA dan RB. 6. Mencetak rahang atas a. Meletakkan adonan alginat secukupnya pada sendok cetak b. Posisi operator waktu memasukkan sendok cetak ada disebelah kanan depan penderita. c. Ambil bahan cetak secukupnya, kemudian masukkan pada bagian palatum dan bukal regio tuber maxilla kanan dan kiri. d. Posisikan garis median sendok cetak sesuai garis median pasien. e. Tekan sedikit sendok cetak bagian belakang, setelah itu posisi operator pindah ke sebelah kanan belakang pasien. Bebaskan pipi dan bibir pasien menggunakan telunjuk jari operator, Tarik bibir pasien, kemudian tekan bagian depan sendok cetak kearah atas dan katupkan bibir penderita didepan sendok cetak, selanjutnya fixir posisi tersebut sampai setting. f. Tindakan ini untuk menghindari adanya udara yang terjebak serta menghindari ikut tercetaknya bibir penderita. 7. Mencetak rahang bawah a. Meletakkan adonan alginat secukupnya pada sendok cetak b. Posisi operator ada disebelah kanan depan pasien. c. Ambil bahan cetak secukupnya, masukkan pada regio retromylohyoid kanan dan kiri (dengan mengangkat lidah pasien menggunakan kaca mulut). d. Memasukkan sendok cetak beserta adonan alginat pada mulut pasien, atur posisi sendok cetak, garis median sendok cetak sesuai garis median pasien. e. Atur posisi lidah supaya tidak tercetak dan tekan sedikit pada bagian posterior sendok cetak. f. Bebaskan pipi dan bibir menggunakan telunjuk jari operator. g. Tekan bagian anterior dan posterior sendok cetak kebawah. 11



h. Instruksikan pasien untuk mengangkat lidah keatas kemudian menjulurkan kedepan. i. Katupkan bibir bawah kedepan sendok cetak. j. Fixir sampai setting. 8. Melepas cetakan dari dalam mulut pasien a. Rahang atas : pipi dan labial pasien diretraksi agar udara masuk, ungkit sendok cetak bagian lateral keatas dan kebawah, kemudian ungkit bagian depan ke atas dan kebawah agar bagian belakang kemasukan udara. Kemudian cetakan ditekan kebawah Bersama-sama, supaya cetakan terlepas dari mulut pasien. Cuci cetakan dibawah air mengalir, simpan cetakan pada suasana yang lembab untuk menghindari mengeringnya permukaan cetakan yang akan mengakibatkan perubahan bentuk. b. Rahang bawah : pipi dan labial pasien diretraksi agar udara masuk, ungkit sendok cetak bagian lateral keatas dan kebawah, kemudian ungkit bagian depan kebawah dan keatas agar bagian sendok cetak posterior terlepas dari mukosa (kemasukan udara), kemudian angkat keatas posterior dan anterior Bersama-sama dan keluarkan dari mulut pasien. Cuci cetakan dibawah air mengalir dan kemudian simpan cetakan pada suasana yang lembab untuk menghindari mengeringnya permukaan cetakan. 9. Hasil cetakan yang betul : a. Seluruh regio tercetak b. Tidak cacat c. Tidak porus d. Tidak terlepas dari sendok cetak 10. Cara mendapatkan suasana yang lembab Taruh hasil cetakan alginat didalam plastik tertutup. Apabila cetakan alginat belum langsung diisi, maka dimasukkan didalam plastik tertutup yang dikembungkan lalu dibungkus dengan kain yang dibasahi air tetapi kain basah tersebut tidak boleh menempel dengan cetakan alginat. 11. Mengisi cetakan untuk model pembahasan a. Pada bagian yang bergigi di isi dengan gips tipe III, sedangkan basis dengan menggunakan gips tipe II (plaster of paris). b. Merapikan model RA dan RB c. Model pembahasan harus dapat mewakili keadaan dalam mulut pasien. 12



3. Indikasi Perawatan dan Persetujuan Perawatan Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



Mampu melakukan indikasi dan persetujuan perawatan GTSL 1. Pengisian kartu status pasien dimulai dari data demografi,anamnesis, keadaan dalam mulut, perawatan pendahuluan, diagnosis, desain denture yang akan dibuat. Catatan : dalam menentukan desain GTSL, model studi harus dilakukan survei pendahuluan terlebih dahulu. 2. Persetujuan perawatan : merupakan persetujuan tindakan perawatan yang akan dilakukan, serta kesanggupan pasien untuk dirawat sampai selesai. Melunasi pembayaran perawatan. 3. Persiapan dalam mulut meliputi : perawatan konservasi, periodonsia, bedah mulut, penyeimbangan oklusi, pembuatan oklusal rest seat.



4. Mencetak Model Kerja GTSL Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



13



Mampu melakukan mencetak fungsional / model kerja pada pasien dengan kehilangan sebagian gigi GTSL Mencetak pasien dengan bahan alginat untuk pembuatan model kerja : Dilakukan pada pasien dengan kehilangan gigi tidak banyak atau saddle pendek dan bukan free end. Pemilihan sendok cetak seperti pada pemilihan sendok cetak untuk mencetak dalam pembuatan studi model atau model pembahasan. Teknik mencetaknya sama seperti mencetak dalam pembuatan model pembahasan. Bagian occlusal rest seat diisi lebih dulu.



Pengisian cetakan untuk model kerja : a. Isi cetakan menggunakan gigi gips tipe III dan dibasis dengan gips tipe III. b. Rapikan model dengan menggunakan trimmer. Perhatikan batas mukosa. c. Usahakan oklusi model tetap dapat terjaga dengan gigi antagonis masih terpelihara. d. Model kerja harus dapat mewakili keadaan mulut pasien. Mencetak untuk model kerja saddle Panjang dan free end : Yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah menyiapkan individual tray. Cara menyiapkan individual tray : Pembuatan outline individual tray pada model pembahasan dilakukan pada saddle Panjang dan free end. a. Batas mukosa bergerak dan tidak bergerak b. Outline individual tray minimal 2 mm lebih pendek (underextended) dari batas mukosa bergerak dan tidak bergerak. c. Menentukan letak stopper individual tray. d. Tebal spacer malam satu lapis malam model merah. e. Individual tray dibuat dari bahan akrilik self cured f. Rapikan dan haluskan individual tray serta sesuaikan dengan outline individual tray. Border moulding : Alat yang diperlukan : diagnostic set, spirtus brander, pisau model, green stick compound. Urutan kerja : a. Mencobakan individual tray dalam mulut penderita, yang diperhatikan / dikoreksi adalah tepi individual tray, panjangnya 2 mm lebih pendek dari batas mukosa bergerak dan tidak bergerak. b. Memotong tepi spacer malam minimal 2 mm untuk tempat bahan border moulding. c. Melunakkan green stick compon sebagai bahan border moulding dan meletakkannya pada tepi individual tray dan daerah spacer yang tadi dipotong. d. Masukkan individual tray kedalam bowl berisi air hangat. e. Masukkan individual tray beserta green stick compound yang telah dilunakkan dalam mulut dan lakukan tindakan muscle trimming agar batas mukosa bergerak dan tidak bergerak terbentuk dengan jelas. Ini dilakukan pada daerah yang tidak bergigi dengan saddle Panjang atau pada sisi free end (daerah yang perlu di moulding) f. Bagian lingual, lidah digerakkan kanan dan kiri, keatas dan kedepan. Bagian rahang atas posterior pasien diinstruksikan mengucap AH. 14



Mencetak fungsional Bahan yang digunakan : bahan cetak elastomer (medium body). Alat yang digunakan : individual tray, mixing pad, spatula. Caranya : a. Lepas spacer malam yang ada pada individual tray. b. Membuat lubang (perforated) pada individual tray pada daerah yang memungkinkan udara dapat terjebak (diameter 2-3 mm dan jarak lubang ±8 mm). c. Mengaduk bahan cetak elastomer pada mixing pad. d. Meletakkan adonan bahan cetak elastomer pada sendok cetak dengan tebal secukupnya. e. Memasukkan sendok cetak beserta adonan kedalam mulut pasien f. Atur posisi sendok cetak dan lakukan penekanan sendok cetak dalam mulut pasien seperti waktu mencetak dengan bahan alginate. Tekan perlahan sampai stopper menempel mukosa. g. Lakukan muscle trimming dan fixasi sampai bahan cetak setting. h. Melepas cetakan dari dalam mulut pasien seperti melepas cetakan alginate. i. Hasil cetakan yang betul : 1) Seluruh regio tercetak 2) Tidak cacat 3) Tidak porous 4) Tidak terlepas dari sendok cetak 5) Semua permukaan moulding dan stopper dilapisi bahan cetak setipis mungkin. j. Bersihkan hasil cetakan, kemudian disemprot dengan cairan disinfektan. k. Pengisian cetakan dilakukan 30 menit setelah cetakan dilepas dari dalam mulut, tujuannya untuk menunggu waktu recovery dari bahan cetak akibat adanya tekanan waktu melepas dari dalam mulut. l. Memberi tanda dengan spidol pada tepi cetakan  2 mm dari peripheral border. Mengisi cetakan fungsional : a. Isi cetakan menggunakan gips tipe III baik pada daerah bergigi maupun basis model. b. Pengisian cetakan sampai batas garis yang dibuat dengan spidol pada peripheral border sampai pada lengkung terbesar, ini bertujuan supaya peripheral border yang terbentuk tidak rusak dan model gips dapat dilepas dari cetakan tanpa merusak peripheral border. c. Melepas model dari cetakan, usahakan peripheral border tidak rusak. 15



d. Merapikan basis model dengan trimmer. Melakukan survei dan block out pada model kerja : a. Alat yang digunakan adalah surveyor b. Survei dilakukan dengan panduan survei pendahuluan pada model pembahasan dan guiding plane yang telah dibuat. Caranya : letakkan model pada survei table, atur posisi daerah undercut model kerja sesuai dengan undercut pada survei pendahuluan. (tahapan yang lebih lengkap ada pada materi pendukung modul dihalaman belakang). c. Lakukan block out pada dinding aksial model kerja yang menghadap ke saddle menggunakan gips tipe II (plaster of paris). d. Rapikan block out tersebut menggunakan chisel. Pembuatan lempeng dan galangan gigit : a. Lempeng gigit dibuat dari malam model b. Galengan gigit terbuat dari malam model (merah) yang digulung c. Tinggi setinggi gigi sebelah apabila tidak ada gigi antagonis. Semisal ada gigi antagonism aka tinggi galangan gigit lebih tinggi ±2mm dari gigi sebelahnya. d. Lebar galangan gigit mengikuti lebar gigi sebelahnya.



5. Penetapan Gigit GTSL Tujuan



Ruang Lingkup Uraian Umum



16



Agar gigi tiruan sebagian lepasan dapat berfungsi secara optimal dan nyaman, dengan upaya merekam hubungan mandibula terhadap maksila, sehingga hubungan ini dapat dipindahkan ke artikulator. Artikulator adalah suatu alat yang dipakai untuk meniru sebanyak mungkin gerak rahang bawah, dan mampu mempertahankan hubungan model atas dan bawah yang akan dilakukan proses laboratorium. Artikulator dapat digolongkan dalam beberapa jenis, umumnya yang sering dipakai adalah artikulator engsel sederhana dan artikulator sendi sederhana. GTSL Suatu hubungan oklusi dikatakan tetap bila ada tiga kontak oklusi, yaitu satu di anterior dan dua di posterior (satu di posterior kiri dan satu di posterior kanan). Pada keadaan rahang hanya ada satu atau dua kontak oklusi, diperlukan penentuan hubungan berpedoman kontak gigi yang ada. kemudian direkatkan pada Artikulator engsel sederhana.



Prosedur



Bila tidak ada sama sekali gigi yang berkontak, penentuan hubungan rahang dilakukan secara fisiologis. Penentuannya dengan mencari relasi vertikal oklusi yang sering disebut dimensi vertikal oklusi dan relasi horizontal posisi sentrik / relasi sentrik. Kedua relasi ini ditentukan agar model rahang atas dan rahang bawah dapat dipasang pada artikulator sendi sederhana sesuai dengan relasi rahang dari pasien. Pencatatan relasi rahang ini dilakukan dengan bantuan galengan gigit RA dan RB. Pada penyusunan anasir gigi disusun dalam oklusi sentrik sesuai dengan relasi sentriknya. Dapat dibedakan menjadi 3 macam : a. Pasien masih mempunyai pedoman tinggi gigit dengan gigitan terfixir (terfixir didalam dan diluar mulut) b. Pasien masih mempunyai pedoman tinggi gigit tetapi gigitan tidak terfixir (terfixir didalam mulut, tetapi diluar mulut tidak terfixir) c. Pasien tidak mempunyai pedoman tinggi gigit (didalam dan luar mulut tidak terfixir). Posisi duduk pasien : duduk tegak tapi rileks. Pasien masih mempunyai pedoman tinggi gigit dengan gigitan terfixir : Penetapan gigit pada pasien yang masih mempunyai pedoman tinggi gigit dengan gigitan terfixir. Minimal mempunyai tiga titik oklusi (kontak) yang menjamin oklusi tersebut terfiksir. Caranya : a. Lunakkan galengan gigit pada salah satu rahang dengan menggunakan pisau malam yang dipanaskan dengan Teknik memotong-motong galengan gigit tersebut sampai lunak (posisi pisau malam tegak) b. Masukkan lempeng dan galengan gigit dalam mulut pasien, instruksikan pasien untuk menggigit sampai gigi-gigi asli yang ada RA dan RB kontak oklusi. c. Lunakkan galengan gigit rahang antagonis menggunakan pisau malam panas seperti sebelumnya. d. Masukkan lempeng dan galengan gigit tersebut yang telah dilunakkan kedalam mulut pasien. e. Instruksikan pasien untuk menggigit sampai gigi-gigi asli yang ada pada RA dan RB kontak oklusi. f. Tunggu sampai malam mengeras. g. Keluarkan galangan gigit RA dan RB, masukkan pada model kerja. a. Mengoklusikan model kerja RA dan RB kemudian mencocokkan pada pasien.



17



b. Memberi tanda garis pada gigi yang mempunyai oklusi menggunakan pensil dari gigi atas silang menuju gigi bawah. Penetapan gigit pada pasien yang masih mempunyai tinggi gigit tetapi gigitan tidak terfiksir : a. Lunakkan galengan gigit pada salah satu rahang dengan menggunakan pisau malam yang dipanaskan dengan Teknik memotong-motong galengan gigit tersebut sampai lunak. b. Masukkan lempeng dan galengan gigit dalam mulut pasien, instruksikan pasien untuk menggigit sampai gigi-gigi asli yang ada RA dan RB kontak oklusi. c. Sesuaikan dalam model kerja. d. Lunakkan galengan gigit rahang antagonis menggunakan pisau malam panas seperti sebelumnya. e. Masukkan lempeng dan galengan gigit tersebut yang telah dilunakkan kedalam mulut pasien. f. Instruksikan pasien untuk menggigit sampai gigi-gigi asli yang ada pada RA dan RB kontak oklusi. g. Tunggu sampai malam mengeras. h. Membuat garis median dan garis senyum bila perlu i. Instruksikan pasien membuka mulut dan ambil semua lempeng dan galengan gigit dalam mulut pasien. j. Cuci lempeng dan galengan gigit tersebut dibawah air mengalir untuk menghilangkan saliva pasien yang menempel pada galengan gigit. k. Kembalikan lempeng dan galengan gigit pada model kerja. l. Cek posisi oklusi galengan gigit pada model kerja dengan oklusi pada pasien. m. Bila terjadi ketidaksamaan ulangi penetapan gigit lagi. n. Kondisi ini mungkin disebabkan cara melunakkan galangan gigit kurang lunak, sehingga terjadi penekanan pada mukosa sewaktu pasien menggigit. o. Fiksir model gigit atas dan bawah menggunakan stik yang ditempelkan pada model kerja RA dan RB dengan malam perekat. p. Buat garis median pada model sesuai dengan garis median pasien (bila perlu). Penetapan gigit pada pasien yang tidak mempunyai pedoman tinggi gigit : a. Penetapan gigit ini dilakukan dengan pedoman seperti melakukan penetapan gigit pada full denture b. Mendapatkan rest posisi pasien dengan cara : pasien diminta mengucapkan “mmmmm” bibir atas dan bawah menempel ringan. c. Bila perlu dilakukan kesejajaran garis Camper. 18



d. Pasien diukur rest posisi menggunakan jangka sorong, caranya buat titik pada ujung hidung yang paling menonjol dan ujung dagu yang paling menonjol ke depan. e. Dudukkan pasien pada dental chair dengan posisi tegak tanpa sandar. f. Instruksikan pasien untuk rileks dan cek jangan sampai kelihatan tegang. g. Ukur jarak kedua titik tersebut 3 kali dan cari rataratanya. Catatan : Cara pengecekkan dilakukan dengan menyentuh dagu pasien pelan-pelan ada tidaknya aktivitas otot pada saat itu, sebab dalam rest posisi aktivitas otot pembuka dan penutup mulut harus pada posisi minimal. a. Tentukan free way space (±2-4 mm) b. Tinggi gigit yang kita tentukan menggunakan rumus rest posisi dikurangi free way space. c. Pemilihan gigi, yang perlu diperhatikan : warna gigi, besar gigi, dan bentuk gigi. Cara mengurangi galangan gigit : kapi dipanaskan, kemudian letakkan pada permukaan galangan gigit yang akan dikurangi.



6. Pemasangan Model Kerja Beserta Hasil Penetapan Gigit pada Artikulator Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



Mampu melakukan pemasangan model kerja pada artikulator GTSL a. Garis median model sebidang dengan garis median articulator. b. Bidang horizontal model sebidang dengan garis horizontal articulator c. Pin horizontal terletak pada pertemuan bidang horizontal dengan garis median pasien atau terletak pada titik kontak incisive pertama RB.



7. Pembuatan Klamer Tujuan Ruang Lingkup 19



Mampu melakukan pembuatan klamer GTSL



Uraian Umum Prosedur



a. Ujung lengan klamer terletak pada daerah undercut pada bagian bukal dan lingual gigi atau ujung lengan klamer terletak pada daerah undercut garis survei. b. Ujung lengan klamer tidak boleh menekan atau menyentuh gigi sebelahnya. c. Lengan klamer tidak boleh menyentuh gingival. d. Ujung lengan klamer dibulatkan.



8. Penyusunan Anasir Gigi Basis Malam GTSL Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



Mampu melakukan Penyusunan dan pasang coba anasir gigi basis malam pada pasien GTSL a. Gigi disusun diatas ridge b. Gigi disusun harus kontak dengan gigi sebelahnya dan kontak dengan gigi antagonis c. Susunan gigi harus kontak bersama-sama dengan kontur gingival gigi asli. d. Konturing gingival disesuaikan dengan kontur gingival gigi asli e. Permukaan malam dari basis gigi tiruan harus halus dan mengkilap. Percobaan susunan gigi malam pada pasien : Yang perlu diperhatikan : estetik pasien, oklusi sentrik dan eksentrik. Kontur akhir : Alat yang digunakan : lampu spiritus, pisau malam, pisau model. a. Kontur gingiva sama seperti gigi sebelah b. Permukaan malam halus dan kilap c. Tidak boleh ada malam tipis yang menempel pada permukaan anasir d. Buat bentukan rugae bila diperlukan



9. Pasang Coba GTSL akrilik Tujuan



20



Percobaan terakhir untuk menghilangkan keraguan operator, tekniker gigi maupun pasien sendiri dengan melakukan pemeriksaan dan perbaikan semua kesalahan



Ruang Lingkup Uraian Umum



Prosedur



estetik, oklusi, retensi, stabilitas serta relasi rahang secara vertikal maupun horisontal akibat kesalahan prosedur kerja sebelumnya, dan memperbaiki kekurangan yang dirasakan oleh pasien, sehingga diperoleh GTSL yang memenuhi estetik, retensi, stabilitas dan dukungan yang baik GTSL 1. Pemeriksaan retensi dan stabilisasi 2. Pemeriksaan kecermatan kontak basis GTSL, apabila kontak tidak baik, lakukan relining. 3. Melakukan penilaian estetik 4. Pemeriksaan oklusi sentrik dan eksentrik menggunakan articulating paper 5. Gigi tiruan posterior RB tidak boleh ditempatkan Iebih distal daripada tepi anterior retromolar pad. 6. Ketepatan klamer pada gigi pendukung 7. Pembentukan permukaan poles yang memberi retensi tambahan GT Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, articulating paper, pensil tinta. a. Siapkan GTSL yang telah dibersihkan / dicuci b. Cobakan dalam mulut pasien c. Seluruh basis GTSL menempel pada mukosa mulut dan tidak overextended. d. Oklusal rest pada tempatnya e. Klamer menempel pada gigi f. Lengan retentive klamer pada bagian undercut gigi penyangga g. Gigi tiruan dipadang dan dilepas dengan mudah oleh pasien.



10. Hasil Processing Akrilik Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



21



Mampu melakukan penilaian hasil processing akrilik GTSL a. Hasil tidak porus b. Tidak ada buble pada bagian gigi tiruan menghadap mukosa c. Permukaan gigi tiruan harus bersih dari gips.



yang



Akrilik kasar pada model dan remounting I a. Setelah prosesing akrilik, model dikeluarkan dari kuvet



beserta model akriliknya. Bersihkan dari gips putih yang menempel. b. Dilakukan selective grinding pada artikulator. Model dikembalikan pada artikulator dengan bantuan kunci 3 cekungan.



11. Selective Grinding I, Pemulasan Awal, Selective Grinding Dalam Mulut, Pemulasan Akhir Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



Mampu melakukan selective grinding I GTSL Selective grinding I : Yang dilakukan hanya centric oklusi, bertujuan untuk menghilangkan kesalahan waktu prosesing akrilik. Pemulasan awal : a. Tepi denture tidak boleh tajam b. Bagian denture yang menghadap mukosa tidak boleh ada bubble. c. Permukaan denture halus, kilap, bersih dari sisa gips dan bahan pulas. Selective grinding dalam mulut : Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, kertas artikulasi, stone. a. Cek oklusi dengan gigi antagonis menggunakan articulating paper, bila ada spot lebih tebal, berarti daerah tersebut premature kontak. b. Lakukan grinding dengan stone pada daerah yang ada spot tebal. Lakukan oklusi ulang dengan articulating paper sampai terdapat spot yang sama tebal baik gigi asli maupun anasir gigi tiruan. c. Lakukan dalam gerakan oklusi dan artikulasi d. Melapor pada instruktur Pemulasan akhir : a. Permukaan denture harus halus dan mengkilap b. Tepi denture tidak boleh ada yang tajam c. Textur dari anasir gigi jangan sampai hilang terpoles.



22



12. Insersi GTSL Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum



Prosedur



23



Memulihkan fungsi estetik, mastikasi, fonetik dan menjaga jaringan gigi serta jaringan lunak yang ada agar tetap sehat. GTSL Pada saat pemasangan GTSL, belum tentu geligi tiruan tersebut langsung terasa nyaman bagi pasien yang sudah kehilangan gigi giginya dalam waktu yang cukup lama dan belum pernah memakai gigi tiruan. Beberapa masalah yang mungkin terjadi pada proses insersi GTSL yaitu: hambatan pada permukaan gigi atau jaringan (dapat dihilangkan dengan pengasahan), gigi tiruan kurang / tidak cekat, aspek oklusi pada posisi sentrik, lateral dan antero posterior, melihat faktor estetik menyangkut gigi anterior dan adanya rasa mual, perubahan suara saat bicara (cadel). Agar penderita dapat beradaptasi dengan GTSL nya pada waktu bicara dan mastikasi, maka sebaiknya operator memberikan saran-saran mengenai hal yang mungkin terjadi setelah pemakaian dan penanggulangannya, serta bagaimana cara membersihkan GTSL nya. Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset. 1. Bila pasien telah memakai GTSL, dianjurkan untuk dilepas dan tidak dipakai minimal 24jam. 2. Siapkan GTSL yang telah dibersihkan 3. Persilahkan pasien untuk kumur-kumur 4. Insersikan GTSL akrilik pada rongga mulut pasien 5. Lakukan pemeriksaan dan evaluasi : a. Kondisi intraoral pasien : tidak boleh ada luka, stomatitis yang dapat mengganggu proses pemasangan GTSL. b. Bagi penderita yang telah memakai gigi tiruan, GTSL yang lama harus dilepas minimal 24 jam sebelum insersi. c. Periksa retensi, stabilitas GTSL, oklusi sentrik dan eksentrik. d. Tanyakan adanya keluhan rasa sakit pada pasien, lakukan perbaikan apabila diperlukan.



e. Psikologis : adaptasi dan penerimaan pasien terhadap GTSL nya (kenyamanan pasien, estetik, bicara, mastikasi) f. Ajarkan pasien memasang dan melepas GTSL sendiri. 6. Berikan instruksi pemakaian dan pemeliharaan GTSL resin akrilik, yaitu : a. Setelah insersi, pasien diminta untuk memakai GTSL nya selama 24 jam / sehari semalam, kecuali saat makan GTSL harus dilepas. Setelah makan GTL dipakai lagi b. GTSL belum boleh dipakai untuk makan, hanya untuk minum dan bicara, bertujuan untuk adaptasi. c. Belajar dipakai bicara dengan disuarakan d. Menjaga kebersihan GTSL. Ada 2 cara pembersihan GTSL : Cara mekanis, yaitu di sikat dengan sikat lembut pada bagian permukaan gigi, pada bagian plat menggunakan spoon / dengan tangan menggunakan sabun yang tidak mengandung detergent dan soda (sabun cuci piring/sabun antibakteri) kemudian cuci di bawah air mengalir. Cara kimia yaitu dengan denture cleanser. Di rendam dalam larutan (1 tablet untuk merendam RA dan RB selama 15 - 30 menit). e. Waktu pembersihan GTSL : pagi, setelah makan, dan sebelum tidur f. Setelah 24 jam GTSL dilepas pada waktu tidur, dibersihkan seperti instruksi diatas, lalu dikeringkan menggunakan tissue / kain lap dan disimpan dalam wadah kering terbuka / tertutup dengan perforated udara. g. Apabila ada gangguan fonetik, mastikasi dan sakit, dianjurkan untuk segera kontrol h. Kontrol sesuai waktu yang telah ditentukan guna mengecek kembali lebih lanjut, jika tidak ada gangguan pasien terus dapat memakai GTSL.



13. Pasca Pemasangan GTSL Tujuan



Ruang Lingkup 24



Perawatan prostodontik merupakan pelayanan berkelanjutan yang tidak berakhir pada saat pemasangan dalam mulut. Pasien harus kembali secara periodik untuk evaluasi respon jaringan mulut terhadap GT dan menanggulangi masalah pada pasien akibat pemakaian GT. GTSL



Uraian Umum



Prosedur



25



Setelah GTSL dipasang, bukan berarti sudah selesai perawatan yang kita berikan. Masalah baru bahkan masalah yang sudah dapat kita tanggulangi pada waktu pemasangan GTSL mungkin akan terjadi. Masalah-masalah ini dapat dirasakan pasien setelah beberapa hari, bahkan dapat pula terjadi beberapa jam setelah pemasangan karena menurut penelitian pemakai GTSL mempunyai potensi dalam mengakibatkan perubahan-perubahan patologik dalam mulut. Keluhan pasien akibat pemasangan sebaiknya segera ditangani agar tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan keras maupun lunak pendukung GTSL, atau bahkan justru mengganggu sistem stomatognati. Masalah ini dapat serupa dengan masalah yang terjadi saat pemasangan atau masalah baru akibat kurangnya efisiensi GTSL saat berfungsi. Kontrol periodik hendaknya dilakukan satu sampai dua kali setahun. Pasien diinstruksikan untuk penyikatan GT dengan sabun untuk mencapai kebersihan dan khususnya pembersihan dan stimulasi di sekeliling gigi penyangga dan gigi yang masih tinggal merupakan hal yang utama. GT perluasan distal harus dicek secara periodik untuk mengevaluasi resorbsi lingir, stabilitas, oklusi. Bila dijumpai salah satu kelainan keadaan ini harus segera diperbaiki. Kontrol I : Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, articulating paper, stone. a. Persilahkan pasien duduk dikursi unit/dental chair b. Tanyakan apa keluhannya. Dengarkan dan perkirakan penyebabnya. c. Cek retensi dan stabilisasi GTSL d. Periksa GTSLnya yang ada kaitan dengan penyebab keluhannya. Mungkin overextended, oklusi dicek apakah ada premature kontak (lakukan dengan bantuan articulating paper). e. Lepas GTSLnya dan periksa kemungkinan ada bagian yang tajam atau ada bintil pada permukaan anatomisnya. f. Periksa mukosa mulut apakah ada bagian yang kemerahan. g. Tentukan diagnosisnya berdasar keluhan pasien, keadaan mukosa, dan keadaan GTSLnya. h. Tentukan rencana terapinya i. Instruksi pada pasien : 1. GTSL sudah mulai boleh digunakan untuk makan,



dimulai dengan makanan yang lunak. 2. GTSL dibersihkan setiap habis makan, akan tidur, dan bangun tidur. 3. Cara membersihkan seperti yang telah diajarkan 4. Datang untuk kontrol berikutnya



Kontrol II Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, kertas artikulasi. a. Urutan seperti pada kontrol I b. Instruksi pada penderita : 1. Gunakan untuk makan dan mengunyah pada kedua sisi rahang 2. Hindari makan yang keras 3. Cara membersihkan sama seperti instruksi sebelumnya 4. Bila ada keluhan, harus datang untuk kontrol 5. Dianjurkan untuk kontrol 6 bulan sekali. NB : a. Bahan pembersih gigi tiruan denture cleaner b. Cara pemakaian ikuti petunjuk pabrik



26



B. Gigi Tiruan Lengkap (GTL) 1. Persiapan Pasien Tujuan



Mampu melakukan persiapan pasien sebelum memulai perawatan



Ruang Lingkup



Prostodonsia



Uraian Umum



-



Prosedur



Mendudukkan pasien pada dental chair : 1. Pasien didudukkan pada dental chair bersandar pada back rest dengan posisi rileks. 2. Memasang alas dada pada pasien 3. Operator / mahsiswa / drg duduk pada dental stool dengan posisi di sebelah kanan depan pasien. 4. Posisi pasien pada dental chair, tinggi mulut pasien setinggi siku operator. 5. Selama perawatan pasien harus mengenakan alas dada dan alat periksa standart harus selalu disiapkan. Pemeriksaan rongga mulut pasien : 1. Kaca mulut, sonde,excavator, pinset 2. Kapas, cotton roll 3. Chlor etil 4. Gelas + air Pemeriksaan dalam mulut : 1. Secara visual : semua gigi yang ada dalam mulut dan semua jaringan lunak sekitar gigi dalam mulut. 2. Secara radiologi : dilakukan bila kita perlu atau kita menemui adanya kelainan yang tidak bida dilihat secara visual. Dapat berupa foto periapical, occlusal, panoramic, sefalometri, dll. Perawatan pendahuluan pada pasien sebelum pembuatan GTL, misalnya periodontologi dan bedah mulut (pencabutan, alveolectomy, dll).



27



2. Mencetak Anatomis Rahang Tidak Bergigi Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



Mampu melakukan pencetakan anatomis rahang tidak bergigi Gigi Tiruan Lengkap Siapkan peralatan untuk mencetak (sendok cetak perforated yang tidak bersudut, bahan cetak alginate, bowl, spatula, pengukur air dan bubuk). Mendudukkan penderita dalam posisi yang benar (RA duduk tegak, RB garis oklusi sejajar lantai). Sebelum memulai proses mencetak penderita diinstruksikan untuk berkumur terlebih dahulu. Persyaratan hasil cetakan harus terlihat seluruh anatomical landmark RA dan RB. Tahapan mencetak rahang bawah (RB) dan rahang atas (RA) : 1. Saat mencetak RB, instruksikan pasien untuk mengangkat lidahnya dan menyentuhkan ujung lidah pada palatum sesaat setelah sendok cetak dimasukkan dalam mulut. Kemudian pasien diminta untuk menjulurkan lidahnya. Hal ini dilakukan agar didapatkan hasil cetakan yang meluas di daerah lingual hingga ke retromylohyoid dan menentukan posisi frenulum lingualis pasien. 2. Instruksi pada pasien saat mencetak RA : yaitu bernafas melalui hidung sehingga refleks untuk muntah berkurang. 3. Instruksikan juga pada pasien jangan melakukan gerakan tiba-tiba ketika dalam proses mencetak. 4. Tentukan ukuran sendok cetak RA dan RB yang akan digunakan untuk mencetak, sesuai dengan besar lengkung rahang pasien 5. Manipulasi material cetak dengan cara mencampur bubuk bahan cetak alginat (takaran bubuk sesuai ketentuan pabrik) tersebut ke dalam mangkuk karet berisi air (takaran liquid sesuai ketentuan pabrik) dan adonan tersebut diaduk sambil ditekan ke tepi mangkuk karet hingga homogen. Perhatikan working time dan setting time bahan cetak (sesuai aturan pabrik)



28



6. Letakkan adonan bahan cetak ke dalam sendok cetak lalu lakukan pencetakan pada RA/RB. Gunakan kaca mulut untuk meretraksi bibir dan pipi model rahang. 7. Setelah adonan mengeras, lepaskan sendok cetak dari mulut pasien. Cuci bersih pada air mengalir untuk menghilangkan kotoran / saliva yang menempel. 8. Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas, robekan, dan detail cetakan, apakah ada landmark anatomi yang tidak tercetak (terutama pada denture-bearing area). Detail hasil cetakan haruslah akurat dan tidak robek.



3. Membuat Model Kerja dan Basis Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



Mampu membuat model kerja dan basis Gigi Tiruan Lengkap Tahapan Pengisian Gipsum pada hasil cetakan 1. Manipulasi bubuk gips tipe III (warna biru) dengan air (sesuai takaran pabrik) pada mangkuk karet lalu letakkan mangkuk karet tersebut di atas vibrator / diketok-ketok supaya gelembung udara yang terperangkap terlepas sehingga mencegah hasil cetakan tidak porus. 2. Isi hasil cetakan dengan adonan gips tipe III sesegera mungkin setelah cetakan dilepas dari rongga mulut pasien untuk menghindari penyusutan cetakan agar didapatkan modell kerja yang detail dan akurat. 3. Pengisian gips pada RA diawali dari palatum mengarah ke residual ridge, sedangkan pada RB diawali dari residual ridge anterior menuju posterior. Pengisian hasil cetakan dilakukan secara bertahap dan tidak sekaligus, terperangkapnya gelembung udara pada undercut cetakan. 4. Tunggu hingga gips mengeras (setting) selama kurang lebih 30 menit. Tahapan membuat basis model 1. Siapkan lempeng kaca (glass lab), gips keras tipe II, mangkuk karet, spatula dan air untuk membuat basis model studi 2. Manipulasi gips tipe II dan air (sesuai takaran) dalam mangkuk karet hingga homogen lalu letakkan adonan gips pada lempeng kaca 3. Letakkan model gips RA yang masih menempel pada sendok cetaknya di atas adonan gips tipe II tersebut. Rapikan dan bentuk tepian gips menjadi basis model



29



kerja dengan menggunakan spatula saat gips tipe II masih lunak. Perlu diperhatikan : adonan gips tipe II tidak boleh menutupi bagian tepi sendok cetak agar saat mengeras, model kerja mudah dilepas dari sendok cetaknya. 4. Model kerja dirapikan dan dipotong kelebihan gipsumnya menggunakan mesin trimmer. Pastikan bahwa model studi dalam kondisi basah agar debris dari pemotongan tidak melekat pada model studi. Ketebalan basis model kerja kurang lebih 15-16 mm. 5. Tulislah keterangan pada model dengan spidol, meliputi : Nama pasien, jenis kelamin dan umur pasien, nama operator dan NIM.



4. Membuat Individual Tray Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



Mampu membuat individual tray Gigi Tiruan Lengkap 1. Gambar outline batas mukosa bergerak dan tidak bergerak pada model pembahasan, outline individual tray 2 mm under garis outline yang telah saudara buat, kecuali bagian fibrating line RA harus tepat / tidak under. 2. Gambar stopper pada model pembahasan berbentuk persegi pada daerah caninus dan molar pertama dengan lebar 4 mm (RA lebih ke bukal, RB lebih ke lingual). 3. Apabila telah disetujui pembimbing, buatlah spacer malam menggunakan selapis malam model yang telah dilunakkan dan dipotong sesuai batas outline individual tray. 4. Kemudian buatlah individual tray memakai self curing acrylic. 5. Rapikan individual tray dengan menggunakan bur (stone, fraser).



5. Border Moulding Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



30



Mampu melakukan border moulding Gigi Tiruan Lengkap 1. Sesuaikan individual tray dengan kondisi di dalam mulut penderita (under 2 mm dari batas mukosa bergerak dan tidak bergerak, kecuali bagian fibrating line RA harus tepat /tidak under, bebaskan dari frenulum, koreksi



daerah tuber maksila dan retromylohyoid). 2. Tunjukkan kepada pembimbing, apabila telah disetujui, siapkan peralatan untuk border moulding (green stick, brunder spiritus, air panas, vaselin). 3. Kurangi spacer malam bagian pinggir individual tray minimal 2 mm dari batas individual tray untuk tempat bahan border moulding (green stick). 4. Tempatkan green stick yang telah dilunakkan pada bagian tersebut, masukkan dalam mulut, sampai terasa stopper menyentuh mukosa. 5. Lakukan gerakan border moulding secara aktif (dilakukan pasien) dan secara pasif (dilakukan operator, dengan cara menarik otot pipi / bibir kebawah / keatas dan lipat kedalam) untuk mengaktivasi otot-otot pengunyahan, otot pembuka dan penutup mulut (muscle trimming). 6. Moulding bagian fibrating line dengan cara pasien disuruh mengucapkan AH berulang-ulang. 7. Tunjukkan pada pembiming, apabila hasil moulding telah memenuhi persyaratan (bentuk border moulding membulat sesuai ruangan border seal, green stick tidak menutupi malam malam spacer, tidak over / under extended, permukaan halus, retentive). 8. Setelah border moulding selesai spacer malam dilepas, dilanjutkan mencetak fungsional. 6. Mencetak Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



31



Fungsional



(Model



Kerja)



Rahang



Tidak



Bergigi



Mampu melakukan pencetakan fungsional / model kerja rahang tidak bergigi Gigi Tiruan Lengkap 1. Lepaskan spacer malam pada individual tray, jangan sampai merusak hasil border moulding. 2. Bahan cetak menggunakan Polivinil Siloxane (elastomer tipe medium body / monophase). 3. Mencetak menggunakan metode mukodinamik. Tahapannya : a. Aduk bahan cetak elastomer dengan perbandingan sesuai petunjuk pabrik. b. Masukkan bahan cetak kedalam sendok cetak kirakira setebal spacer malam. c. Masukkan ke dalam mulut pasien dengan memperhatikan posisi individual tray (garis median individual tray harus sesuai dengan garis median wajah).



d. Tekan bagian posterior terlebih dahulu sambal digetarkan, tekan sampai terasa stopper menyentuh mukosa. e. Lakukan muscle trimming dan setelah itu pasien diinstruksikan untuk : 1) Rahang atas : Membuat AH-line (vibrating line). Caranya : pasien disuruh mengatakan “AH” berkali-kali, pada batas antara palatum durum dan palatum molle tampak gerakan yang jelas. a) Mengucapkan huruf “O” agar frenulum bukalis superior tercetak. b) Mengucapkan huruf “U” agar frenulum labialis tercetak c) Menggerakkan rahang bawah ke kanan dan kiri agar daerah disekitar tuberositas maxillaris tercetak. 2) Rahang bawah: a) Mengucapkan kata “O” agar frenulum bukalis inferior tercetak. b) Mengucapkan kata “U” agar frenulum labialis tercetak c) Menggerakkan lidah ke atas, ke kanan dan kiri agar daerah disekitar Mylohyoid line tercetak. f. Tunggu sampai bahan cetak setting, keluarkan dari mulut pasien. Bersihkan dari saliva dan tunjukkan pada pembimbing. Note : sebelum menggunakan bahan elastomer, sebaiknya latihan dahulu dengan menggunakan bahan alginate. Diaduk menggunakan air es dengan konsistensi agak encer (seperti konsistensi elastomer). Hasil cetakan yang benar : 1) Seluruh permukaan green stick dan stopper masih tertutup dengan bahan cetak tipis. 2) Seluruh rahang tercetak dengan baik dan lengkap. 3) Tidak ada porous. g. Apabila telah disetujui, simpan hasil cetakan di tempat kering selama 30 menit untuk recovery time, selanjutnya diisi dengan gips keras tipe III dan diberi basis setebal ± 1,5 cm. 32



h. Mengisi hasil cetakan : 1) Buat garis dengan spidol pada kontur terbesar pinggir cetakan (atau minimal 2 mm dari pinggir). 2) Isi hasil cetakan dengan adonan gips keras sampai penuh / datar. 3) Sisa adonan disiapkan untuk basis. 4) Telungkupkan cetakan yang telah diisi gips diatas adonan basis. 5) Atur sampai gips menutupi pinggir cetakan sampai batas garis spidol. 6) Setelah gips setting, buka cetakan dengan hatihati. 7) Diperoleh model kerja. i. Rapikan dan trimming basis model kerja. Buatlah garis median model dari frenulum labialis melewati papilla insisiva ke posterior sampai ke tengah-tengah fovea palatina, garis puncak ridge dari caninus ke tengah tengah tuber untuk rahang atas dan tengahtengah retromolar pada untuk rahang bawah, tiga cekungan pada bagian tertebal model kerja.



7. Membuat Post Dam dan Relief Chamber Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



33



Mampu melakukan pembuatan post dam dan relief chamber Gigi Tiruan Lengkap Membuat post dam dengan cara meradir batas yang telah tergambar oleh pensil tinta (daerah AH line) pada model kerja dengan kedalaman sesuai kompresibilitas mukosa di anterior fovea palatina dari hamular notch kiri sampai hamular notch kanan. Membuat relief chamber menggunakan aluminium foil pada daerah papilla insisivus (yang berfungsi sebagai relief of pain, karena pada papilla insisivus terdapat foramen insisivus tempat keluarnya saraf nasopalatinus) dan daerah torus palatinus (yang berfungsi mencegah ungkitan pada GTL, karena ketebalan mukosa pada torus palatinus lebih tipis daripada mukosa sekitarnya sehingga dapat menjadi titik ungkit yang mengganggu stabilitas GTL)



8. Membuat Galengan Gigit / Bite Rim Rahang Atas dan Rahang Bawah Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



Mampu melakukan pembuatan galengan gigit RA dan RB Gigi Tiruan Lengkap Pembuatan galengan gigit harus memperhatikan estetis, tinggi, lebar, dan kesejajaran dataran oklusal. Galengan gigit, berbentuk tapal kuda dan trapezium diletakkan di atas base plate sesuai dengan residual ridge, untuk memperoleh tinggi gigitan pada keadaan relasi sentrik yang nantinya akan dipindahkan ke artikulator. Syarat galengan gigit : a. Ukuran lebar galengan gigit : RA anterior  5-7 mm, posterior  10 mm RB anterior  4-6 mm, posterior  10 mm Galengan gigit RA bagian anterior lebih menonjol (protrusi)  2 mm dari RB (overjet) b. Galengan gigit posterior RA dan RB sebidang (dilihat dari depan/anterior) Tinggi galengan gigit RA diukur dari dasar vestibulum labialis ke bidang oklusal ± 22 mm. Tinggi galengan gigit RB diukur dari dasar vestibulum labialis ke bidang oklusal ± 18 mm. Patokan galengan gigit rahang atas adalah tinggi dibuat 2 mm di bawah bibir atas saat rest position dan dilihat profil pasien. Batas posterior galengan gigit RA sampai distal molar pertama, RB sampai retromolar pad.



34



9. Penetapan Gigit (Maxillo Mandibular Relation / MMR) Rahang Tidak Bergigi Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



35



Mampu melakukan penetapan gigit (maxillo mandibular relation / MMR) rahang tidak bergigi Gigi Tiruan Lengkap Metode Niswonger 1. Penyesuaian lempeng dan galangan gigit RA a. Pemeriksaan dukungan bibir (lip support) dengan cara melihat dukungan galangan gigit RA pada bibir atas dari arah depan dan samping sampai pantas bagi pasien kalau bergigi. b. Pemeriksaan panjang galangan gigit terhadap bibir atas. Sesuaikan tinggi galangan gigit anterior terlihat kirakira 2mm saat bibir rest. 2. Menentukan kesejajaran bidang insisal dan oklusal galangan gigit RA terhadap bidang insisal dan oklusal RA pasien. Siapkan alat-alat yang diperlukan seperti pisau malam, pisau model, brunder spiritus, kapi, isolasi, benang wol, bite plate, jangka, dan penggaris. Posisikan pasien pada dental chair untuk duduk tegak, lekatkan benang wol pada daerah tragus ala nasi. Masukkan galengan gigit RA pada mulut pasien, perhatikan profil (dilihat lip support), Panjang galengan gigit 2 mm dibawah garis bibir atas. Sesuaikan bidang oklusal galengan gigit dengan garis Camper menggunakan bite plate. Lakukan observasi dan pemeriksaan kesejajaran galangan gigit atau bite plate tersebut a. Dilihat dari anterior, bite plate sejajar dengan garis interpupil b. Dilihat dari sagital, bite plate sejajar dengan bidang Camper. Apabila terjadi ketidaksejajaran, maka lakukan pengurangan atau penambahan pada permukaan oklusal galangan gigit hingga tercapai kesejajaran bidang. 3. Menentukan relasi vertical (vertical jaw relation) Pasang galengan gigit RB sesuaikan dengan galengan



gigit RA sampai mencapai kontak seimbang. Buatlah titik pada nasion dan gnation pada pasien. Ukurlah jarak pada kedua titik tersebut (pasien dalam kondisi rest posisi / bibir atas dan bibir bawah kontak ringan, dan pasien diinstruksikan mengucapkan ‘mmmm”) menggunakan jangka beberapa kali (2-3 kali) untuk mendapatkan nilai rata-rata yang merupakan rest posisi pasien. Tinggi gigit pasien adalah rest posisi dikurangi free way space (2-4 mm). 4. Menentukan relasi horizontal / letak gigit (horizontal jaw relation) Pasang galengan gigit RA dan RB, ukurlah jarak antara titik nasion dan gnation yang telah saudara buat sehingga jaraknya sesuai dengan tinggi gigit penderita. Perhatikan galengan gigit harus tetap dalam kondidi kontak seimbang. Buatlah Nukleus Walkhof (bulatan malam sebesar biji jagung yang ditempelkan pada basis galangan gigit RA pada daerah fibrating line) pada galengan gigit RA paling posterior. Dengan galengan gigit atas dan bawah terpasang carilah letak gigit pasien. Instruksikan pasien untuk membuka mulut kemudian menutup mulut secara perlahan dengan lidah menyentuh Nukleus Walkhof sampai galangan gigit RA dan RB menempel untuk mendapatkan relasi sentrik pasien. Selain menggunakan cara Nukleus Walkhof, bisa menggunakan cara dorsal flexi (ini dilakukan apabila lidah pasien tidak bisa menyentuh palatum posterior dikarenakan menempelnya lidah dengan frenulum lingualis), caranya pasien diposisikan menengadah / posisi tiduran. Posisi RB paling posterior. Dalam posisi sentrik tersebut : a. Bidang galangan gigit RA da RB menempel rata b. Galangan gigit RA dan RB bagian posterior kanan dan kiri dibuat sebidang. c. Galangan gigit RB anterior lebih ke posterior, sesuaikan dengan dukungan bibir RB. Buatlah garis pada daerah caninus dan premolar pada saat galengen gigit dalam kondisi kontak seimbang. Instruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut dengan cara seperti diatas berulang-ulang sampai garis caninus dan premolar berimpit dalam posisi yang sama. (check a bite). Buatlah keratan selebar 1 cm pada daerah posterior kanan dan kiri galengan gigit kemudian letakkan utility wax, pasang galengan pada mulut pasien dan instruksikan untuk melakukan gerakan membuka dan menutup mulut sesuai dengan letak gigit yang telah saudara dapatkan. 36



Buatlah garis median sesuai median wajah pasien, garis caninus (garis vertical melewati sudut mulut kanan dan kiri pasien saat rest posisi) dan garis senyum pasien (garis yang melewati batas bibir bawah saat tersenyum, mengucapkan “Cis”. Fiksasi galengan gigit menggunakan staples pada regio belakang C kiri dan kanan, masing-masing pada 2 tempat dan keluarkan dari mulut pasien dengan posisi galengan terfiksir. Cuci dan letakkan galengan pada model kerja kemudian tunjukkan pada pembimbing.



10. Pemasangan Model Pada Artikulator Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



Mampu melakukan orientasi rahang (pemasangan model pada artikulator) Gigi Tiruan Lengkap Periksa artikulator yang akan saudara gunakan, pastikan posisi pin horizontal sesuai dengan garis median articulator, pin vertical menyentuh incisal table, gerakkan sendi artikulator berfungsi dengan baik. Ulasi artikulator dan model kerja dengan vaselin. Letakkan model dengan galengan gigit terpasang pada artikulator. Pastikan garis median artikulator berimpit dengan garis median model kerja, bidang olusal artikulator sebidang dengan bidang oklusal galengan gigit (menggunakan bantuan karet gelang) pin horizontal articulator menyentuh titik kontak insisivus pertama rahang bawah.



11. Penyusunan Anasir Gigi Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



37



Mampu melakukan penyusunan gigi Gigi Tiruan Lengkap Tahapan penyusunan anasir gigi anterior Perhatikan : 1. Gigi harus terletak di puncak residual alveolar ridge dan bidang labial galangan gigit merupakan bidang labial gigi. 2. Sumbu masing-masing gigi dari aspek labial dan proksimal dan relasi gigi-gigi anterior rahang atas dengan rahang bawah 3. Urutan penyusunan dari : 11, 21, 12, 22, 13, 23



dilanjutkan dengan 31, 41, 32, 42, 33, 43 Penyusunan gigi insisivus sentral (I1) RA 1. Posisi garis median harus sejajar dengan median wajah 2. Incisal edge paralel dan menyentuh bidang oklusi atau galangan gigit RB nya (dicek dengan bite plane table artikulator) 3. Bila dilihat dari aspek labial : sumbu gigi 90 derajat dengan bidang oklusal dan bagian servikal gigi sedikit miring ke distal, sumbu gigi hampir paralel dengan garis median. 4. Permukaan labial I1 diposisikan berada 5-9 mm lebih anterior dari bagian tengah papilla, karena pola resorbsi residual ridge RA umumnya mengarah ke atas dan ke belakang, sehingga posisi anasir gigi anterior RA diletakkan lebih ke anterior dan inferior residual ridge untuk mengisi posisi gigi aslinya. 5. Dilihat dari aspek proksimal : gigi deviasi 8 derajat terhadap bidang vertikal (protrusi) dan permukaan labial gigi sama dengan permukaan labial galangan gigit.



Penyusunan gigi insisivus lateral (I2) RA 1. Incisal edge paralel dengan bidang oklusal tetapi permukaannya ± 0,5-1 mm di atas bidang oklusi 2. Aspek labial terlihat deviasi 10 derajat terhadap garis median, bagian servikal sedikit miring ke arah palatal 3. Aspek proksimal ada deviasi 12 derajat terhadap garis median.



Penyusunan gigi kaninus (C) RA 1. Incisal edge menyentuh bidang oklusi 2. Aspek labial tampak sumbu gigi bervariasi pada bagian servikalnya, dari tegak hingga sedikit miring ke arah distal. Sisi mesiolabial terlihat dari aspek labial dengan 38



cara memiringkan servikal gigi ke arah distal 3. Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak dengan 2/3 bagian servikal lebih menonjol ke labial untuk memperlihatkan tonjolan kaninus.



Penyusunan gigi insisivus sentral (I1) RB 1. Incisal edge berada 1 mm di atas bidang oklusi 2. Aspek labial terlihat sumbu gigi pararel dengan garis median 3. Aspek proksimal terlihat sumbu gigi condong 5 derajat ke lateral dan terletak di puncak residual alveolar ridge



Penyusunan gigi insisivus lateral (I2) RB 1. Incisal edge disesuaikan dengan incisal edge gigi 31 dan 41 2. Aspek labial tampak sumbu gigi pararel dengan garis median 3. Aspek proksimal tampak gigi tegak atau condong sedikit ke labial



Penyusunan gigi kaninus (C) RB 1. Incisal edge sebidang dengan gigi insisivus sentral dan 39



lateral 2. Aspek labial tampak sumbu gigi sedikit miring 3. Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak atau condong ke lingual dan bagian servikal sedikit menonjol Penyusunan gigi anterior harus memperhatikan jarak overbite dan overjet. overbite : 1 mm overjet : 1-2 mm atau ketika dilakukan gerakan protrusive pada articulator, gigi anterior RA dan RB kontak, pin vertical tidak terangkat. Tahapan penyusunan anasir gigi posterior Perhatikan : 1. Gigi harus terletak di puncak residual alveolar ridge dan bidang bukal galangan gigit merupakan bidang bukal gigi 2. Sumbu masing-masing gigi dari aspek bukal dan proksimal serta relasi gigi-gigi posterior rahang atas dengan rahang bawah. 3. Urutan penyusunan gigi : pada RA dimulai dari P1 – P2 – M1 – M2 sisi kanan kemudian berlanjut pada sisi kirinya, sedangkan pada RB dimulai dari gigi M1 – M2 – P2 – P1 pada sisi kanan dan kiri Penyusunan gigi premolar pertama (P1) RA Cusp bukal menyentuh bidang oklusi. Cusp palatinal berada ± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat sumbu gigi tegak lurus



Penyusunan gigi premolar kedua (P2) RA Cusp bukal dan palatinal menyentuh bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat sumbu gigi tegak lurus



40



Penyusunan gigi molar pertama (M1) RA Cusp mesio palatinal menyentuh bidang oklusi. Cusp mesio bukal ± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto bukal ± 1 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto palatinal ± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat kemiringan sumbu gigi 5 derajat terhadap garis vertikal.



Penyusunan gigi molar kedua (M2) RA Cusp mesio palatinal ± 1 mm di atas bidang oklusi. Cusp mesio bukal ± 1,5 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto bukal ± 2 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto palatinal ± 1,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat kemiringan sumbu gigi 15 derajat terhadap garis vertikal.



Setelah semua gigi posterior RA disusun dilakukan pemeriksaan menggunakan template pada bagian bukal. Gigi caninus, premolar 1, premolar 2, dan bagian cups mesio bukal molar 1 RA menyentuh bidang templete. Sedangkan bagian cups disto bukal molar 1 RA tidak menyentuh bidang templete. 41



Setelah itu dilakukan pemeriksaan pada bagian bukal gigi molar 1 dan 2 RA, semua permukaan bukal gigi molar 1 dan 2 menyentuh bidang templete, sedangkan gigi premolar 1 dan 2 tidak menyentuh bidang templete.



Penyusunan gigi posterior RB perlu diperhatikan : 1. Aspek bukal : relasi molar kelas 1 yaitu cusp mesio bukal M1 RA terletak pada fissura bukal (mesio bukal – developmental groove) M1 RB 2. Aspek proksimal : cusp palatinal gigi RA terletak pada fissura gigi RB 3. Tinggi gigi RA akan semakin tinggi (mendekati puncak ridge) ke arah posterior sedangkan pada RB mengikuti lengkung RA 4. Garis retromolar pad hingga ke distal gigi kaninus RB merupakan tempat kesandaran fissura gigi RB 5. Penyusunan gigi-gigi posterior harus mengikuti garis anteroposterior curve/ curve of spee/ garis kompensasi sagital untuk tercapai stabilitas gigi tiruan ; garis lateral curve / curve of wilson / garis kompensasi lateral untuk mengikuti gerakan mandibula saat mengunyah (cusp palatinal menyentuh bidang oklusi). Curve of spee merupakan curve imajiner pada RA yang melalui incisal incisive central – incisal C – cusp bukal P1 – cusp bukal P2 – cusp mesiopalatal M1 – cusp mesiopalatal M2. 42



6. Kurva monson melalui tonjol mesio-palatinal gigi molar pertama RA kanan-kiri dan berbentuk melengkung keatas.



7. Kurva anti monson melalui tonjol bukal dari gigi premolar pertama RA kanan-kiri dan berbentuk melengkung kebawah, jadi kebalikan dengan kurve monson.



8. Kurva transisional yaitu kurva yang berupa garis lurus, dapat dilihat pada gigi premolar kedua



12. Percobaan GTL Malam Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum 43



Mampu melakukan percobaan GTL Malam Gigi Tiruan Lengkap -



Prosedur



1. Pasang coba malam untuk susunan gigi anterior terlebih dahulu. 2. Pastikan garis median GTL sesuai dengan garis median wajah pasien. 3. Sesuaikan overjet dan overbite dengan posisi di dalam artikulator. 4. Periksa dukungan bibir atas dan bawah. 5. Lanjutkan dengan penyusunan gigi posterior. 6. Susunan gigi pada pasien sesuai dengan keadaan pada artikulator. 7. Dengan bantuan spatula semen, periksa kontak geligi RA dan RB. Masukkan spatula semen diantara kontak gigi RA dan RB, lalu putar pelan-pelan.



13. Remounting 1, Selective Grinding 1, Remount Jig, Pemulasan Awal, Percobaan GTL Akrilik. Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



Mampu melakukan remounting 1, selective grinding 1, remount jig, pemulasan awal, dan percobaan GTL akrilik Gigi Tiruan Lengkap Setelah hasil proses akrilik yang baik (tidak porous, model kerja tidak pecah, susunan anasir gigi lengkap). Remounting 1 1. Pasang model kerja pada articulator sesuai 3 cekungan. 2. Pastikan model terpasang sesuai dengan tiga cekungan yang ada. 3. Lekatkan model dengan malam perekat. Selective grinding 1 1. Dilakukan setelah remounting 1, bila pin vertical tidak kontak dengan incisal table articulator. Bila pin vertical sudah kontak dengan table, tidak dilakukan. 2. Dengan menggunakan artikulating paper, stone berbentuk fissure, flame dan round. 3. Gerakkan lengan articulator buka tutup. Yang dikurangi bagian yang premature kontak (warna lebih tebal dari yang lain) 4. Memperdalam sulkus, mengurangi incline plane / sisi miring (fossa) sampai pin vertical menyentuh incisal table articulator. 5. Pada saat melakukan grinding pastikan cusp anasir gigi tidak terasah. 6. Selective grinding 1 dilakukan sampai pin vertical articulator menempel pada incisal table articulator. Remount Jig



44



1. Lepaskan model rahang bawah dari articulator. 2. Ulasi anasir gigi rahang atas dengan vaselin. 3. Aduk gips lunak tipe II letakkan pada articulator rahang bawah. 4. Katupkan articulator sampai gips lunak menyentuh permukaan cusp anasir rahang atas. 5. Pastikan seluruh bidang oklusal dan incisal anasir gigi masuk ke dalam gips lunak sedalam 1 – 2 mm. 6. Pin vertical kontak dengan table. Pemulasan awal 1. Membuang / memotong akrilik yang bukan bagian dari GTL 2. Membersihkan interdental dari sisa gypsum 3. Menghaluskan seluruh bagian permukaan GTL, kecuali bagian yang melekat dengan mukosa. Percobaan GTL akrilik 1. Pasang GTL pada pasien 2. Pastikan retensi dan estetik GTL baik. 14. Interocclusal Record (IMR) Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum



Prosedur



45



Mampu melakukan interocclusal record Gigi Tiruan Lengkap Interocclusal record merupakan catatan relasi antara permukaan oklusal gigi tiruan RA dan RB dalam keadaan relasi sentris, yang dibuat saat tahapan pasang coba (try – in) gigi tiruan. Material yang digunakan putty atau material khusus untuk bite registration. Tujuannya untuk melihat apakah terjadi permasalahan oklusi terutama pada oklusi eksentrik 1. Latih pasien menggunakan GTL untuk mendapatkan kedudukan relasi horizontal rahang atas dan rahang bawah. 2. Siapkan bahan bite registration / putty, lalu campur bahan putty menggunakan tangan. 3. Letakkan pada daerah premolar sampai molar RB kanan dan kiri. Bentuk lempengan ± lebar 1 cm, tebal 2 mm 4. Instruksikan pasien untuk menutup mulut perlahanlahansesuai dengan relasi horizontal yang sudah didapatkan. 5. Pastikan kondisi GTL dalam keadaan kontak minimal 6. Tunggu sampai bahan setting, periksa dan pastikan tidak ada lubang pada hasil record. 7. Harus ada bagian bekas kontak oklusal gigi yang setipis



mungkin, tetapi tidak lubang.



15. Remounting II Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



Mampu melakukan remounting II Gigi Tiruan Lengkap 1. Posisikan GTL rahang atas pada remount jig yang telah dibuat dan pastikan dalam kondisi terfiksir dengan baik. 2. Ulasi bagian dalam GTL rahang atas dengan vaselin, apabila diperlukan tutup bagian undercut dengan kapas yang telah dibasahi untuk memudahkan proses melepas GTL. 3. Aduk gips lunak dan tuangkan pada ruang antara GTL dan articulator. 4. Rapikan adonan gips lunak sambil menunggu setting. 5. Lepas GTL rahang atas, pasang hasil record sehingga GTL rahang atas dan rahang bawah dalam posisi terfiksir dengan baik. Fixir menggunakan malam perekat. 6. Balik articulator, ulasi bagian dalam GTL RB dengan vaselin. 7. Aduk gips lunak dan letakkan pada ruang antara GTL RB dan articulator.



16. Selective Grinding II Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



46



Mampu melakukan selective grinding II Gigi Tiruan Lengkap Pada tahap ini dilakukan koreksi artikulasi : 1. Gerakan oklusi sentrik, tidak boleh mengurangi tinggi cusp, hanya again fossa (lereng / sentral). 2. Sisi kerja / working side Pengasahan dilakukan menurut hukum BULL (buccal upper, lingual lower) artinya bagian yang boleh dikurangi untuk RA hanya cusp bukal, untuk RB hanya cusp lingual. Letakkan articulating paper dan lakukan gerakan artikulasi pada articulator.



Pengasahan dilakukan pada spot yang ada. 3. Sisi keseimbangan / balancing side Pengasahan dilakukan apabila spot terjadi pada sisi bukal rahang bawah atau sisi palatal rahang atas atau kombinasi. 4. Koreksi protrusi mandibula Pengasahan dilakukan pada bagian incisal rahang bawah atau palatal rahang atas. Selective grinding dikatakan selesai apabila : Warna spot bekas articulating paper merata pada daerahdaerah yang kontak. Pemulasan akhir : Haluskan dan kilapkan seluruh permukaan GTL (bagian oklusal juga) kecuali bagian yang melekat dengan mukosa. Pastikan tidak ada daerah yang tajam dan tepi GTL membulat.



17. Insersi Gigi Tiruan Lengkap Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



47



Mampu melakukan insersi gigi tiruan lengkap Gigi Tiruan Lengkap 1. Insersikan GTL akrilik pada rongga mulut pasien 2. Lakukan pemeriksaan dan evaluasi : a. Kondisi intraoral pasien : tidak boleh ada luka, stomatitis yang dapat mengganggu proses pemasangan GTL. b. Bagi penderita yang telah memakai gigi tiruan, GTL yang lama harus dilepas minimal 24 jam sebelum insersi. c. Periksa retensi, stabilitas GTL, oklusi sentrik dan eksentrik. d. Tanyakan adanya keluhan rasa sakit pada pasien, lakukan perbaikan apabila diperlukan. e. Psikologis : adaptasi dan penerimaan pasien terhadap GTL nya (kenyamanan pasien, estetik, bicara, mastikasi) f. Ajarkan pasien memasang dan melepas GTL sendiri. 3. Berikan instruksi pemakaian dan pemeliharaan GTL resin akrilik, yaitu : a. Setelah insersi, pasien diminta untuk memakai GTL nya selama 24 jam / sehari semalam, kecuali saat makan GTL harus dilepas. Setelah makan GTL dipakai lagi



b. GTL belum boleh dipakai untuk makan, hanya untuk minum dan bicara, bertujuan untuk adaptasi. c. Belajar dipakai bicara dengan disuarakan d. Menjaga kebersihan GTL. Ada 2 cara pembersihan GTL : Cara mekanis, yaitu di sikat dengan sikat lembut pada bagian permukaan gigi, pada bagian plat menggunakan spoon / dengan tangan menggunakan sabun yang tidak mengandung detergent dan soda (sabun cuci piring/sabun antibakteri) kemudian cuci di bawah air mengalir. Cara kimia yaitu dengan denture cleanser. Di rendam dalam larutan (1 tablet untuk merendam RA dan RB selama 15 - 30 menit). e. Waktu pembersihan GTL : pagi, setelah makan, dan sebelum tidur f. Setelah 24 jam GT dilepas pada waktu tidur, dibersihkan seperti instruksi diatas, lalu dikeringkan menggunakan tissue / kain lap dan disimpan dalam wadah kering terbuka / tertutup dengan perforated udara. g. Apabila ada gangguan fonetik, mastikasi dan sakit, dianjurkan untuk segera kontrol h. Kontrol sesuai waktu yang telah ditentukan guna mengecek kembali lebih lanjut, jika tidak ada gangguan pasien terus dapat memakai GTSL.



i. Pasca Pemasangan Geligi Tiruan Lengkap Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum



48



Penangguangan masalah pada pesien akibat pemakaian GTL. Gigi Tiruan Lengkap 1. Setelah GTL dipasang, bukan berarti sudah selesai perawatan yang kita berikan. 2. Masalah baru bahkan masalah yang sudah dapat kita tanggulangi pada waktu pemasangan GTL mungkin akan terjadi. Masalah-masalah ini dapat dirasakan pasien setelah beberapa hari bahkan dapat pula terjadi beberapa jam setelah pemasangan. 3. Keluhan pasien akibat pemasangan GTL ini sebaiknya segera ditangani agar tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan pendukung GTL atau bahkan justru mengganggu sistem stomatognatik. Masalah ini dapat serupa dengan masalah yang terjadi saat pemasangan



Prosedur



GTL atau masalah baru akibat kurangnya efisiensi GTL saat berfungsi. 1. Penanggulangan rasa sakit (jika ada) 2. Penanggulangan masalah retensi (jika ada) 3. Penanggulangan masalah stabilitas (jika ada) 4. Penanggulangan masalah kenyamanan (jika ada) 5. Penangguangan masalah efisiensi mastikasi (jika ada) 6. Penanggulangan masalah efisiensi saat bicara (jika ada) Kontrol I : 1. Tanyakan keluhan penderita dan lakukan perbaikan apabila diperlukan. 2. Periksa kondisi intra oral : daerah yang kemerahan, luka, stomatitis, lakukan grinding pada daerah yang diperlukan. Apabila ada kemerahan atau luka pada daerah : a) Puncak ridge : premature kontak, tajam/berbintil b) Lereng ridge : tajam / berbintil c) Batas bergerak dan tidak bergerak : over extended 3. GTL sudah boleh digunakan untuk makanan yang lunak. 4. Cek oklusi dan artikulasi menggunakan articulating paper Kontrol II 1. Periksa fungsi bicara pasien (huruf s, m, v, r), lakukan perbaikan apabila diperlukan. 2. Periksa kondisi intraoral : daerah yang kemerahan, luka, stomatitis, lakukan grinding pada daerah yang diperlukan. Apabila ada kemerahan atau luka pada daerah : d) Puncak ridge : premature kontak, tajam/berbintil e) Lereng ridge : tajam / berbintil Batas bergerak dan tidak bergerak : over extended 3. GTL sudah boleh digunakan untuk makan seperti biasa. 4. Hindari makan-makanan lengket. 5. Cek oklusi dan artikulasi menggunakan articulating paper. Kontrol III Lakukan prosedur pemeriksaan seperti pada kontrol I dan II dan buatlah perbaikan apabila diperlukan. Instruksi untuk kontrol periodik 6 bulan sekali.



49



j. Relining dan Rebasing Geligi Tiruan Lengkap Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum



Prosedur



50



Penanggulangan kurangnya retensi GTL, sehingga dapat memperpanjang daya guna Gigi Tiruan Lengkap 1. Relining yaitu menambah bahan akrilik pada permukaan cetak dan basis GTL. 2. Rebasing yaitu mengganti basis GTL dengan bahan akrilik yang baru. 3. Kurang nya retensi dan suatu GTL dapat disebabkan akibat tahap pekerjaan yang kurang teliti atau akibat proses polimerisasi pada waktu GTL dilakukan prosesing akrilik. Selain itu, dapat pula terjadi akibat adanya proses resorbsi tulang alveolar baik secara fisiologis maupun patologis yang terjadi setelah GTL dipasang. 4. Relining dapat dilakukan secara langsung dan tidak Iangsung. Secara langsung digunakan bahan akrilik cold curing sedangkan secara tidak Iangsung digunakan bahan akrilik heat curing. 5. Akibat kurangnya retensi akan menyebabkan GTL tidak dapat berfungsi secara nyaman dan efisien. 1. Mengasah permukaan cetak dan basis GTL kira-kira 1mm sebagai retensi dan tempat bahan cetak 2. Pencetakan rahang dengan menggunakan GTL sebagai sendok cetaknya 3. Relining secara langsung digunakan akrilik cold curing sebagai bahan cetaknya 4. Relining secara tidak langsung dan rebasing dapat digunakan rubber base, ZnO, stik compound sebagai bahan cetaknya 5. Hal yang perlu diperhatikan saat pencetakan: Penempatan GTL pada jaringan pendukung saat melakukan pencetakan



C. Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) 1. Persiapan Pasien Tujuan



Mampu melakukan persiapan pasien sebelum memulai perawatan



Ruang Lingkup



Prostodonsia



Uraian Umum



-



Prosedur



Mendudukkan pasien pada dental chair : 1. Pasien didudukkan pada dental chair bersandar pada back rest dengan posisi rileks. 2. Memasang alas dada pada pasien 3. Operator duduk pada dental stool dengan posisi di sebelah kanan depan pasien. 4. Posisi pasien pada dental chair, tinggi mulut pasien setinggi siku operator. 5. Selama perawatan pasien harus mengenakan alas dada dan alat periksa standart harus selalu disiapkan. Pemeriksaan rongga mulut pasien : 1. Kaca mulut, sonde,excavator, pinset 2. Kapas, cotton roll 3. Chlor etil 4. Gelas + air Pemeriksaan dalam mulut : 1. Secara visual : semua gigi yang ada dalam mulut dan semua jaringan lunak sekitar gigi dalam mulut. 2. Secara radiologi : dilakukan bila kita perlu atau kita menemui adanya kelainan yang tidak bida dilihat secara visual. Dapat berupa foto periapical, occlusal, panoramic, sefalometri, dll. Perawatan pendahuluan pada pasien sebelum pembuatan GTJ yang perlu, misalnya perawatan konservasi, periodontology, bedah mulut (pencabutan, alveolectomy, dll), occlusal adjustment.



51



2. Preparasi Gigi Penyangga Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



52



Mampu melakukan preparasi gigi penyangga untuk gigi tiruan jembatan Gigi Tiruan Jembatan Preparasi atau pengasahan gigi penyangga dilakukan untuk memperoleh ruang bagi restorasi gigi tiruan jembatan yang akan dipasang. 1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker 2. Pasien memakai penutup dada 3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, dan mata bur) 4. Dudukkan pasien di dental chair, dengan posisi yang tepat 5. Membuat alur panduan untuk pengurangan bidang oklusal (guiding grooves for occlusal reduction). a. Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan menggunakan round-end tapered fissure diamond bur pada fossa sentral, mesial dan distal bidang oklusal dan hubungkan sehingga membentuk saluran (channel) di sepanjang alur bagian tengah oklusal (central groove) yang meluas ke distal dan mesial marginal ridge. b. Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan menggunakan round-end tapered diamond bur pada developmental groove bukal dan lingual gigi, serta pada tiap triangular ridge diawali dari puncak cusp (cusp tip) hingga ke dasar cusp. c. Pada area yang permukaan oklusalnya kontak dengan permukaan oklusal gigi antagonis, buatlah alur dengan kedalaman 1,5 mm, menggunakan round-end tapered diamond bur dengan memposisikan mata bur pada angulasi 45° terhadap sumbu gigi sehingga terbentuk bevel pada functional cusp. 6. Melakukan pengurangan pada bidang oklusal (occlusal reduction) a. Lakukan pengurangan bidang oklusal secara bertahap. Bidang oklusal pada sisi mesial dikurangi terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan



ataupun sebaliknya. Apabila sisi mesial bidang oklusal telah selesai dikurangi, maka pengurangan sisi distal bidang oklusal dapat dilakukan begitupun sebaliknya. b. Lakukan cek oklusi sentrik dengan menggunakan kertas artikulasi (articulating paper). Apabila masih terdapat area yang terkena spot (dark spot area), maka dilakukan pengurangan kembali pada area tersebut hingga spot tidak tampak saat cek oklusi sentrik. 7. Preparasi bidang aksial. Buatlah 3 buah alur panduan pada bidang bukal dan lingual gigi yang sejajar dengan sumbu gigi, menggunakan round-end tapered diamond bur 8. Melakukan pengurangan pada bidang aksial (axial reduction) dan pembuatan finishing line berbentuk chamfer (bahu liku) a. Lakukan pengurangan bidang aksial secara bertahap. Bidang aksial pada sisi mesial dikurangi terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan ataupun sebaliknya. Apabila sisi mesial bidang aksial telah selesai dikurangi, maka pengurangan sisi distal bidang aksial dapat dilakukan begitupun sebaliknya b. Buatlah finishing line berbentuk chamfer bersamaan dengan pengurangan bidang aksial, mengelilingi seluruh permukaan bidang aksial (sisi bukal-lingual dan mesial-distal). Chamfer dibuat dengan lebar ± 0,5-1 mm agar ketebalan logam pada area tersebut cukup. Preparasi chamfer menggunakan round-end fissured diamond bur atau round-end tapered diamond bur 9. Penghalusan (finishing) a. Gunakan torpedo fine-finishing bur atau torpedo white stone untuk menghaluskan permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer b. Cek permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer menggunakan sonde, permukaan tersebut harus halus. Secara keseluruhan hasil preparasi masih memberikan gambaran anatomis dari gigi tersebut sebelum diasah. Selama proses preparasi perhatikan proses pendinginan dengan semburan air pada high speed berfungsi secara sempurna. Apabila pasien mengeluh tidak tahan rasa ngilu pertimbangkan melakukan proses anestesi. Berikan jeda preparasi dengan meminta pasien kumurkumur agar pasien tidak terlalu lelah. 53



3. Mencetak Model Kerja Gigi Tiruan Jembatan Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



54



Mampu mencetak untuk pembuatan model kerja pada kasus gigi tiruan jembatan Geilgi Tiruan Jembatan. 1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker 2. Pasien memakai penutup dada 3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, sendok cetak yang sudah dipersiapkan) 4. Dudukkan pasien pada di dental chair dengan posisi tegak (bidang camfer pasien / tragus ala nasi sejajar lantai untuk mencetak RA) 5. Mintalah pasien untuk berkumur dan cobakan sendok cetak 6. Bersihkan gigi yang telah dipreparasi dengan air dalam syringe (water spray), dan keringkan dengan udara (air spray three way syringe). Pasang benang retraksi (retraction cord) dengan bantuan pinset dan retraction cord instrument / plastic filling pada sulkus interproksimal mengelilingi margin chamfer. Sebelumnya benang retraksi dicelupkan pada larutan aluminium klorida 25% atau epinephrine / hemostatic agent. Pertama-tama bentuklah benang retraksi menyerupai huruf “ U’ dan lingkarkan mengelilingi gigi yang telah dipreparasi, lalu tekan benang ke arah apikal (subgingiva). 7. Kemudian perlahan-lahan selipkan benang di antara gigi dan gingiva bagian mesial interproksimal dengan bantuan pinset dan retraction cord instrument / plastic filling, setelah terpasang dengan baik, lanjutkan memasang pada sisi distal interproksimal. Lanjutkan pemasangan pada permukaan lingual yang diawali dari sudut mesiolingual menuju sudut distolingual. 8. Lakukan pencetakan hasil preparasi menggunakan sendok cetak untuk rahang bergigi dan bahan cetak elastomer (putty dan light body) dengan teknik single phase (one step) / double phase (two step). Setelah cetakan mengeras, lepaskan dari model gigi. Catatan : Apabila dilakukan pencetakan dalam rongga mulut pasien, cucilah hasil cetakan dibawah air yang



mengalir atau dalam larutan desinfeksi lalu keringkan dengan udara. 9. Cetak gigi antagonisnya dengan menggunakan sendok cetak untuk rahang bergigi dan bahan cetak alginat 10. Periksalah hasil cetakan elastomer terutama daerah gigi penyangga (yang telah dipreparasi). Kriteria hasil cetakan : a. Semua area anatomi tercetak b. Tidak ada rongga udara yang terperangkap c. Daerah gigi penyangga tercetak sempurna tampak dengan jelas bentuk gigi yang telah dipreparasi secara detail. 11. Apabila hasil cetakan elastomer memenuhi kriteria, lanjutkan kepengisian, tetapi apabila hasil cetakan elastomer tidak memenuhi kriteria maka lakukan pencetakan ulang.



4. Pembuatan Catatan Gigit Gigi Tiruan Jembatan Tujuan



Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



55



Mampu melakukan catatan gigit untuk gigi tiruan jembatan dengan tujuan sebagai panduan relasi model rahang atas dan bawah dalam proses pemasangan model kerja dalam artikulator. Geligi Tiruan Jembatan 1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker 2. Lakukan sterilisasi alat 3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset) 4. Dudukkan pasien di dental chair pada posisi tegak 5. Mintalah pasien untuk berkumur. 6. Pandu pasien untuk menutup mulut mengatupkan rahang atas dan bawah pada posisi oklusi sentrik dengan benar, bila perlu ulang proses tersebut sampai pasien benar-benar bisa memposisikan rahangnya dengan tepat. 7. Persiapkan bahan bite registration (elastomer) atau selembar malam merah dibagi menjadi 2 (dua), kemudian letakkan selembar kain kasa diantara malam merah tersebut. Lunakkan di atas bunsen brander. 8. Letakkan bahan catatan gigit yang telah dipersiapkan tadi pada posisi yang benar diantara rahang pasien, pada kedua sisi rahang, kemudian pandu pasien untuk menutup mulut atau menggigit pada posisi oklusi sentrik



dengan benar. 9. Tunggu sampai bahan catatan gigit mengeras sempurna. 10. Lepaskan catatan gigi dari mulut pasien. 11. Cobakan memposisikan model kerja RA dan RB dengan bantuan catatan gigit yang telah dibuat dan periksa apakah telah sesuai dan sama dengan relasi rahang pasien. Catatan gigit harus benar-benar dapat menduplikasi posisi rahang pasien pada model kerja. 5. Penanaman Artikulator Gigi Tiruan Jembatan Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



56



Mampu melakukan penanaman artikulator Geligi Tiruan Jembatan 1. Memasang magnet 2. Buatlah bentukan 3 (tiga) cekungan atau sesuaikan dengan tonjolan pada permukaan split cast plate pada dasar model kerja RA dan RB dengan menggunakan bantuan pisau gips dan pisau malam. 3. Model kerja difiksasi menggunakan batang korek api dan malam perekat yang dilunakkan di atas nyala api bunsen brander. 4. Tentukan posisi model kerja pada artikulator dengan bantuan karet gelang. Perhatikan garis median model harus sebidang garis median pada articulator, dan bidang oklusi model sebidang dengan horisontal articulator . Periksa kesejajarannya menggunakan karet gelang yang ditarik dari pin horisontal menuju ke horisontal artikulator. 5. Siapkan adonan gips putih untuk memasang model dalam artikulator. Letakkan adonan gips putih di bagian atas artikulator hingga menutupi split cast plate dan model locking pin, tunggu hingga gips mengeras, gunanya untuk memfiksasi split cast plate dan model locking pin (Untuk artikulator handy IIA Shofu). 6. Ulasi model plate dan split cast plate dengan vaselin. Letakkan adonan gips putih pada model RA yang sudah diulasi vaselin . 7. Letakkan adonan gips putih pada model plate RA hingga menutupi bagian-bagian undercut model plate 8. Katupkan bagian atas artikulator sehingga menekan model kerja RA. Rapikan kelebihan gips putih yang melekat pada artikulator lalu tunggu sampai gips mengeras. Perhatikan pin vertikal harus menempel pada incisor guide table dan pin horisontal harus tetap pada titik kontak gigi insisif pertama RB.



9. Apabila gips untuk model kerja RA dalam artikulator telah mengeras, baliklah artikulator sehingga bagian bawah artikulator menjadi bagian atas. Lakukan tahapan pemasangan model dalam artikulator RB (tahapan sama dengan pemasangan model kerja dalam artikulator RA). 10. Cek garis median model kerja yang telah dipasang dalam artikulator harus sebidang dengan garis median artikulator. 6. Membuat Gigi Tiruan Tetap Sementara (GTTS) Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum



Prosedur



57



Mampu melakukan pembuatan GTTS untuk melindungi gigi yang telah selesai dipreparasi Geligi Tiruan Jembatan Ada dua acara pembuatan GTTS: 1. Secara langsung /direct (dalam mulut pasien) 2. Secara tidak langsung/indirect (pada model) Secara langsung / direct : 1. Siapkan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, sendok cetak) 2. Siapkan bahan untuk membuat GTTS, misalnya : self cure acrylic (tempron, protemp) 3. Operator memakai sarung tangan karet dan masker 4. Pasien memakai penutup dada 5. Dudukkan pasien di dental chair dengan posisi yang tepat 6. Sebelum gigi pasien dipreparasi, pada daerah yang akan dibuat GTJ, diletakkan anasir gigi pada daerah gigi yang hilang, kemudian dicetak dengan sendok cetak sebagian dengan bahan cetak alginate atau putty. 7. Kemudian gigi pasien dipreparasi untuk GTJ 8. Buat adonan bahan untuk GTTS, misalnya tempron dengan perbandingan bubuk akrilik self curing dan liquid monomer sesuai aturan pabrik. 9. Aduk campuran tersebut, kemudian masukkan kedalam cetakan gigi pasien yang terbuat dari putty / alginate. 10. Kemudian cetakkan / masukkan dalam mulut kebagian/daerah yang telah dipreparasi untuk GTJ. Sebelumnya gigi-gigi yang telah dipreparasi diolesi vaselin untuk melindungi dari suhu panas dari bahan GTTS yang berpolimerisasi. 11. Setelah agak mengeras, keluarkan dari mulut pasien, rapikan, masukkan kembali dalam mulut pasien, tunggu sampai setting, kemudian dilepas dari mulut pasien. 12. Rapikan dan pulas GTTS tersebut 13. Masukkan dalam mulut pasien untuk diperiksa oklusi dan artikulasi serta ketepatan di daerah marginal, bila telah sesuai GTTS dilepas dari dalam mulut pasien. 14. Siapkan semen sementara, misalnya freegenol



15. Keringka gigi-gigi yang telah dipreparasi, isolasi dari saliva. 16. Aduk semen sementara sesuai aturan pabrik, kemudian adonan semen tersebut taruh pada GTTS, pasang pada gigi yang telah di preparasi, tunggu sampai semen mengeras, bersihkan sisa-sisa semen yang masih melekat pada gigi. 7. Form Pengiriman Model Kerja ke Laboratorium Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



Mampu membuat surat pengantar ke laboratorium Geligi Tiruan Jembatan Isi form surat pengiriman model kerja yang meliputi : 1. Kepala surat 2. Tempat dan tanggal 3. Kepada dental laboratorium mana 4. Pendahuluan 5. Isi : meliputi a. Bahan GTJ yang akan digunakan b. Desain GTJ (seperti macam pontik, macam retainer, dan macam GTJ) c. Warna GTJ 6. Penutup 7. Mengetahui (nama beserta nomor telpon yang bisa dihubungi)



8. Coba Coping GTJ Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



58



Mampu melakukan coba coping gigi tiruan jembatan untuk melihat apakah coping tepat letaknya pada gigi penyangga Geligi Tiruan Jembatan 1. Coping pada model kerja articulator dilihat : a. Ketepatan marginal b. Oklusi dan jarak oklusal dengan gigi antagonis. c. Posisi dengan gigi sebelahnya 2. Bila pada articulator posisinya sesuai, maka di cek pada pasien 3. Coping diambil dari model di articulator dan dipasang pada mulut pasien pada daerah gigi penyangga 4. Cek : a. Oklusinya dan jarak oklusal dengan gigi antagonisnya b. Ketepatan tepi marginal, apakah daerah marginal terbuka atau overhanging c. Posisinya apakah tepat (fit, tidak longgar)



5. Bila semua sudah selesai dengan desain GTT, maka coping dikirim kembali ke laboratorium yang membuat coping untuk diselesaikan GTJ-nya.



9. Pemasangan Gigi Tiruan Jembatan Dengan Semen Sementara (try in) Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



Mampu melakukan try in gigi tiruan jembatan untuk evaluasi biologis GTJ Geligi Tiruan Jembatan Harus diperiksa : 1. Ketepatan marginal 2. Oklusi dan artikulasi 3. Ketepatan kedudukannya (fit) 4. Warna gigi Tahapan pekerjaan : 1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker 2. Pasien memakai penutup dada 3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, spatula semen, excavator, plastic filling) 4. GTTS pada pasien dilepas dengan crown retractor 5. Kemudian gigi penyangga dibersihkan 6. GTJ dipasang pada gigi penyangga kemudian di cek ketepatan marginal, oklusi dan artikulasi, ketepatan kedudukan (fit), warna gigi. 7. Untuk melihat oklusi dan artikulasi memakai articulating paper 8. Untuk ketepatan marginal di cek dengan menggunakan sonde di sekitar tepi preparasi gigi, apakah ada step, atau akhiran preparasi terbuka. 9. Bila ada traumatic oklusi dikurangi, kemudian dikembalikan ke lab untuk dilakukan glazing. 10. Setelah semua telah memenuhi syarat, maka dilakukan penyemenan sementara dengan menggunakan freegenol. 11. Gigi penyangga di isolasi dari saliva dan dikeringkan dengan cotton roll/kapas. 12. Aduk semen sementara freegenol dan taruh pada GTJ pasang pada gigi penyangga. 13. Tunggu sampai setting, kemudian kelebihan semen sementara dibersihkan, cek oklusi dan artikulasi lagi.



59



10. Insersi Gigi Tiruan Jembatan Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum Prosedur



Mampu melakukan insersi gigi tiruan jembatan Geligi Tiruan Jembatan Setelah 7-10 hari pemasangan GTJ dengan semen sementara, maka tahap selanjutnya adalah pemasangan GTJ dengan semen tetap. Tahap pekerjaan : 1. Siapkan alat-alat yang sudah sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, spatula semen, plastic filling, excavator, crown retraction. 2. Operator memakai sarung tangan karet dan masker 3. Pasien memakai penutup dada 4. Siapkan semen tetap, misalnya dari bahan GIC, paper pad untuk tempat mengaduh semen tetap. 5. GTJ pada pasien dilepas dari mulut pasien dengan crown retractor. 6. Bila tidak ada radang, kegoyangan gigi, rasa sakit pada daerah yang akan dipasang GTJ, maka GTJ dapat dipasang dengan semen tetap. 7. Gigi penyangga dibersihkan dari sisa-sisa semen sementara dan dikeringkan serta kemudian di isolasi dari saliva. 8. Aduk semen tetap (GIC) dengan perbandingan bubuk dan liquid sesuai petunjuk pabrik pembuatnya. 9. Letakkan adonan tersebut pada GTJ yang telah dibersihkan secara tipis dan merata. 10. Taruh/pasang GTJ tersebut pada gigi penyangga, tekan pada posisinya, pasien disuruh oklusi sentris dengan diberi cotton roll diantara GTT dan gigi antagonisnya, tunggu sampai semen tetap setting. 11. Kelebihan semen tetap dibersihkan dan cek ulang oklusi dan artikulasi.



11. Kontrol GTJ Tujuan Ruang Lingkup Uraian Umum 60



Mampu melakukan evaluasi setelah insersi GTJ Geligi Tiruan Jembatan kontrol I : satu minggu setelah insersi tetap kontrol 2 : satu minggu setelah kontrol 1



Prosedur



1. Cek artikulasi dan oklusi dengan articulating paper 2. Pasien ditanya apakah ada keluhan rasa sakit. 3. Apakah ada sisa makanan/debris disekitar GTJ, ada keradangan, ada traumatik oklusi dicek dengan articulating paper.



TEORI PENDUKUNG MODUL



A. Kartu status dan rencana perawatan 1. Kolom / kotak sebelah kiri atas : diisi huruf depan dari nama penderita. 2. Kolom / kotak sebelah kanan atas : bulatan diwarnai sesuai dengan warna menurut kode yang tersedia 3. Nomor kamar terima : diisi sesuai nomor kamar terima yang tercantum pada map-kuning penderita. 4. Nomor klinik prosto : diisi sesuai nomor registrasi penderita di klinik prostodonsia. 5. Tanggal : sudah jelas 6. Mahasiswa : diisi nama mahasiswa yang melakukan pengisian kartu status, lengkap dengan NIM. 7. Nama penderita : diisi nama penderita lengkap dengan identitas (Ny, Bpk, Tn, Sdr, Nn) dan gelar bila ada. Untuk mengetahui asal suku/ras, berhubungan dengan penyusunan gigi depan. Contoh : eropa (profil lurus ), asia (cembung). 8. Nama instruktur : Nama instruktur klinik yang membimbing pengisian dan diskusi kartu status tersebut. 9. Alamat Rumah : untuk mengetahui status sosial, keadaan lingkungan pasien, cara berkomunikasi antara dokter dengan pasien. 10. Telepon : agar mudah dihubungi 11. Pekerjaan : berhubungan dengan status ekonomi (rencana perawatan dan pembiayaan), sosial pendidikan, intelektual, dan juga fungsi untuk gigi tiruan. 12. Jenis Kelamin : berhubungan dengan aspek psikologis (wanita lebih menuntut estetik daripada pria), penyakit (wanita lebih besar terkena 61



osteoporosis (resorbsi tulang cepat), pria lebih besar terkena hemofolia. Bentuk gigi (wanita : ovoid, pria : tapering). 13. Usia : berhubungan dengan kemampuan Semakin muda umur pasien, maka prognosa semakin baik. Semakin bertambah usia pasien, maka semakin menurun kemampuan pasien dalam dalam hal adaptasi terhadap gigi tiruan, regenerasi jaringan kesehatan mulut , koordinasi otot, mengalirnya saliva, kemampuan mencerna benda asing, dan penyakit sistemik. 14. Anamnesa Untuk mengetahui keinginan, kebutuhan, sifat, karakter



pasien,



status



ekonomi, sosial, pengetahuan, pengalaman, dan data demografi pasien. a) Keluhan atau keinginan : berhubungan dengan keinginan, kebutuhan, motivasi. Diisi maksud / tujuan datang ke klinik prostodonsia serta atas kemauan siapa. Contoh : pasien datang ingin dibuatkan gigi tiruan atas kemauan pasien sendiri dan untuk mengembalikan fungsi kunyah dan estetik. b) Riwayat geligi : untuk mengetahui proses penyembuhan setelah proses pencabutan terakhir dan untuk rencana perawatan. Berisi antara lain sebab kehilangan gigi (karena karies, goyang, trauma, dll), pencabutan terakhir (regio mana dan kapan). c) Pengalaman dengan gigi tiruan 1) Sudah pengalaman, maka lebih mudah dan cepat beradaptasi dengan gigi tiruan yang baru, sudah paham prosedur pembuatan, tapi cenderung membandingkan gigi tiruan yang lama dan yang baru. 2) Belum pengalaman : membutuhkan adaptasi yang lama dan panjang, harus memberikan penjelasan tentang tahap pembuatan gigi tiruan, adaptasi terhadap benda asing (gigi tiruan), dan cara menjaga kesehatan RM selamam pemakainan gigi tiruan. Harus dilengkapi dengan : macam GT, pada rahang mana, sekarang masih dipakai atau tidak, bila tidak dipakai lagi, karena apa dan sejak kapan tidak dipakai. 62



d) Pembiayaan : nama yang membiayai perawatan dan pekerjaannya (bekerja dimana). Bila mahasiswa terlibat dalam pembiayaan, harus dicantumkan berapa biaya yang harus ditanggung oleh masing-masing. e) Lain-lain : diisi hal-hal yang belum termasuk dalam kolom-kolom di atas, misalnya : konsul / kiriman dari rumah sakit. Penderita masih dalam perawatan rumah sakit / dokter. f) Data kesehatan umum 1) Penyakit yang pernah / sedang diderita Anemia - Mukosa pucat, gusi kadang berdarah - Lidah berwarna merah - Bila pakai gigi tiruan sering merasa tidak enak/sakit walaupun kedudukan GT baik Diabetes - Mulut kering, sering haus Melitus - Polidipsi, polyuria dan polifagia - Nafas bau keton - Gigi goyang/lepas - Resorpsi tulang cepat → GT cepat longgar, jadi harus sering control Untuk itu, desain jangan dibuat paradental, tapi gingival karena gigi geligi tidak kuat TBC



Jantung



- Bahaya penularan → harus meningkatkan control infeksi - Resorpsi tulang cepat → GT cepat longgar, jd harus sering kontrol Cepat lelah → waktu perawatan jangan terlalu lama



Hipertensi Harus konsul dulu kalau ada pencabutan/operasi (ex: alveolektomi) Alergi



Terhadap resin akrilik → minimalkan penggunaan akrilik dan kontak mukosa pendukung dengan akrilik → buatkan metal frame



2) Obat-obatan yang dikonsumsi 3) Kebiasaan pasien mengontrol kesehatannya → untuk lihat motivasi pasien g) Data kesehatan gigi dan mulut 1) Riwayat hilangnya gigi a. Goyang 63



2) 3)



4)



5)



b. Benturan Cek dengan radiografik apakah masih ada sisa akar gigi yang tertinggal atau tilang yang tajam c. Karies  Berarti OH pasien burk → DHE  Waktu pencabutan terakhir → memperkirakan kecepatan resorpsi tulang Riwayat perawatan gigi dan frekuensi kunjungan ke dokter gigi → untuk melihat motivasi pasien Riwayat penggunaan GT → Sedapat mungkin hal-hal yang disukai dipindahkan ke GT baru dan yang tdk disukai ditinggalkan. Selain itu sesuaikan dengan kondisi & perubahan yang telah terjadi dalam mulut pasien (tidak bertentangan dengan prinsip dasar perawatan) Tujuan utama pembuatan GT a. Estetik ( contoh : artis, guru) b. Fungsi pengunyahan ( contoh : orang tua, penderita sakit lambung) c. Fungsi bicara ( contoh : penyiar, imam) d. Memenuhi permintaan orang lain Kebiasaan buruk Berkeretak gigi - Melihat adanya faset tajam pada gigi (bruxism) atau elenching - Menyebabkan GT cepat aus & tidak stabil - Merupakan etiologi TMD Menggigit bibir/benda - Berhubungan dengan pemilihan keras bahan GTC gigi anterior Mendorong lidah dan Stabilitas GT berkurang mengunyah satu sisi mengunyah satu sisi menyebabkan TMD



dan dapat



Hipermobilitas rahang



relasi



Menyulitkan sentrik



saat



penentuan



B. Pemeriksaan klinis 1. Pemeriksaan Ekstraoral : diisi kelainan yang ada. Bila tidak ada kelainan ditulis T.A.K a. Wajah Ditulis kelainan yang ada , ditulis juga bentuk wajah penderita.



64







Warna kulit → untuk pilih warna gigi







Bentuk → persegi, lonjong, segitiga → sesuai bentuk insisif 1







Asimetris wajah  Genetik



Dapat



Patologis



disembunyikan



Penyimpangan fungsi rahang



dengan variasi penyusunan gigi yang dentogenik



 Profil b. Mata : ditulis kelainan yang ada, misalnya : asimetris, juling, dll. Pupil → garis inter pupil → kesejajaran galengan gigit anterior c. Tragus → garis champer → kesejajaran galengan gigit posterior (tragus-basis hidung) d. Hidung : ditulis kelainan yang ada, missal bentuknya simetris / asimetris, dll). Pernafasan → tidak lancar → menyulitkan pencetakan (rasa ingin muntah) e. Mulut  Rima oris → sempit → susah masukin & keluarin sendok cetak  Bibir Tonus Berhubungan dengan inklinasi Tebal/tipis labio-lingual gigi interior Panjang/pendek  Menentukan letak bidang Insisal & garis senyum Asimetris  Penyusunan gigi secara dentogenik agar tampak simetris  Garis celah mulut f. Otot-otot wajah 



Terlalu kendor  untuk menghilangkan kerut-kerut wajah tersebut dapat mengganggu retensi GTL.







Terlalu kaku  masalah dalam pembentukan perluasan sayap GT



g. Sendi rahang (TMJ) 



Misalnya clicking joint, mudah terjadi dislokasi, dll.







Letakan jari pada garis eye-ear line (tragus ke sudut mata), kirakira 11-12 mm dari tragus, atau dimasukan ke lubang telinga dan sedikit ditekan ke dinding anteriornya. Kemudian pasien diminta membuka dan menutup mulut berkali- kali & perlahan-lahan → ada/tidak bunyi klik (kalau bunyi tidak keras → dapat menggunakan stetoskop).



65



Teraba gerakan kondilus yang sedikit melompat → karena oklusi gigi



tidak



seimbang







perbaiki



kontak



oklusi



dengan



pengesahan selektif 



Ada/tidak deviasi dan trismus



h. Kelenjar 



Saliva  bengkak dan nyeri







Kelenjar limfe  bengkak dan nyeri  infeksi



2. Pemeriksaan intraoral a. Status umum : ditulis semua keadaan yang terlihat dalam rongga mulut, tanpa menyebutkan lokasi atau geligi mana. Cara penulisan : gigi hilang, gigi karies, gigi goyang, gigi abrasi, gigi supraposisi, karang gigi, sisa akar, dll. b. Jaringan lunak : ditulis kelainan yang ada tanpa menyebutkan lokasinya. Cara penulisan : gingivitis, resesi gingiva, dll. Bila tidak ada kelainan, cukup ditulis T.A.K. c. Saliva 1) Kuantitas Terlalu sedikit  tidak cukup membasahi seluruh permukaan basis GT. Terlalu banyak  seolah-olah GT terendam dan meningkatkan keinginan untuk terus melakukan gerakan menelan. 2) Kualitas Encer  Dapat membentuk lapisan film tipis sehingga kontak basis & mukosa lebih rapat, daya pembebasan lebih baik karena lebih mudah menyebar keseluruh basis GT. Kental  kurang mampu membasahi seluruh permukaan basis GT dan tidak dapat membentuk lapisan film tipis. d. Lidah Ukuran  terlalu besar  ruang untuk lidah semput  gangguan kestabilan protesa dan menyulitkan pencetakan. Posisi wright :



66







Kelas I  lidah bersandar relaks didasar mulut dan ujungnya bersandar pada permukaan lingual gigi anterior bawah / tulang alveolar.







Kelas II  ujung lidah terangkat sedikit sehingga sebagian dasar mulut terlihat.







Kelas III  lidah menggulung kebelakang sehingga terlihat frenulum lingualis.



Mobilitas  lidah yang aktif mengganggu kestabilan GT. e. Mukosa mulut 



Denture stomatitis  akibat gigi tiruan longgar dan kotor  peradangan oleh jamur dan bakteri.







Trauma GT yang longgar : Jaringan flabby menutupi puncak alveolar. Lipatan jaringan pada dasar vestibulum (denture fissuratum)  biasanya mengecil/hilang setelah beberapa hari GT dilepas. Bila mengganggu retensi  bedah.







Frenulum Perlekatan otot pada tulang alveolar. Tinggi  bila mendekati puncak processus alveolaris. Sedang  berada diantara puncak processus alveolaris dan dasar vestibulum. Rendah  mendekati dasar vestibulum. Frenulum tinggi akan mengganggu sayap GT  menurangi retensi GTL.







Perlekatan dasar mulut  tinggi  mengurangi Panjang sayap lingual GT  mengurangi retensi dan stabilisasi.



f. Gigi geligi 



Karies/restorasi yang kurang baik  hendaknya diperbaiki dulu.







Kegoyangan gigi-geligi, curigai : -



67



Oklusi traumatic



-



Goyang menyeluruh  kelainan sistemik (DM, penyakit darah).







Posisi -



Terlalu miring  GTL (perhatikan lintasan pemasangan GT), GTC (perhatikan tekanan-tekanan gigit yang jatuh, bila memperburuk posisi gigi tersebut/merugikan restorasi  pertimbangkan pencabutan).



-







Ekstrusi  pertimbangkan pengasahan.



Oklusi -



Oklusi statis : ditulis gigi yang terkait dengan nomenklatur WHO. Contoh : hubungan gigi posterior (cusp to marginal ridge) sisi kiri : 15,16,17 dengan 45,46,47. Sisi kanan : ……



-



Stabil  bila model dapat dikatupkan dengan baik dan 3 titik bertemu (1 dianterior, 2 diposterior  1 kiri, 1 kanan).



-



Tidak stabil  bila banyak gigi aus dan kontak RA dan RB kurang meyakinkan.



-



Relasi ridge / gigi transversal : cara memeriksa pada penderita : bila penderita masih ada oklusi  dioklusikan. Bila penderita edentulous  menutup mulut kira-kira seperti posisi tinggi gigit atau rest. Yang dilihat adalah sudut dalam yang terbentuk oleh garis yang menghubungkan puncak ridge atau central fossa gigi pada rahang atas danrahang bawah dengan garis horizontal (garis tegak lurus median wajah).







Overbite (tumpeng gigit)  overlap vertical Overjet (jarak gigit)  overlap horizontal Gigitan terbuka dan gigitan silang







68



Artikulasi



-



Mutually protected occlusion (MPO) / Cuspid protected occlusion (canine guidance)  kontak hanya pada gigi C saat gerakan lateral/protrusive dan disklusi gigi posterior. Namun saat ini interkuspasi maksimum gigi posterior mendukung oklusi sehingga tidak terdapat beban pada gigi anterior.



-



Unilateral balance occlusion (UBO) / group function  saat gerakan lateral, gigi posterior berkontak hanya pada 1 sisi (working side / sisi kerja), balancing side / sisi keseimbangan tidak kontak)



-



Bilateral balance occlusion (BBO) / balance occlusion  saat gerakan lateral, gigi posterior berkontak pada 2 sisi (working side dan balancing side)







Premature kontak / blocking  cek dengan articulating paper  occlusal adjustment. Bila premature kontak pada gigi C  jangan buru-buru diasah, dapat jadi MPO yang harus dipertahankan.







Daya kunyah besar  banyak gigi atrisi, faset tidak tajam, mengkilap. Selain itu lihat juga otot mastikasi (masseter dan temporalis)



g. Tulang alveolar 



Bentuk : -



Square  sangat baik menahan tekanan horizontal, tapi menyulitkan pemasangan GT



-



Ovoid  paling menguntungkan



-



Tapering  puncaknya meruncing  rasa sakit pada pemakaian GT







Ukuran  tinggi, rendah  pemeriksaan pakai kaca mulut nomor 4  apabila lebih dari setengah diameter kaca mulut maka tinggi, apabila pas setengah dari diameter kaca mulut maka sedang, apabila kurang dari setengah diameter kaca mulut maka rendah.



69







Tahanan jaringan : hanya pada regio yang tidak bergigi. -



Rendah (mukosa keras)  tekan dengan burnisher, tidak terlalu terbenam & warna mukosa pucat



-



Tinggi (mukosa lunak)  Saat ditekan burnisher terbenam.



-



Flabby  Mukosa bergerak dalam arah bukolingual saat ditekan dengan burnisher.



Berpengaruh pada saat pencetakan  tahanan jaringan rendah (mukostatis), tahanan jaringan tinggi (mukokompresi). Pada usia muda biasanya mukosa masih padat → tahanan jaringan rendah. Pada region gigi baru dicabut dan retromolar pad pada kasus free-end → biasanya tahanan jaringan tinggi. Pada pasien dengan GTL kurang baik → mukosa menjadi lunak dan flabby 



Bentuk permukaan  rata / tidak rata







Exostosis  bila sakit saat ditekan / runcing  dikoreksi secara bedah.







Torus palatinus  bila mengganggu kestabilan gigi tiruan  dikoreksi secara bedah. Besar  bila diperkirakan perlu dioperasi, bila meluas sampai AH line, bila menonjol ber-undercut.







Vestibulum  ruang antara mukosa bukal / labial dengan pipi / bibir  pengukurannya sama seperti pengukuran tinggi alveolar ridge.











Tuberositas maksilaris : -



Kecil  < processus alveolaris



-



Besar  melebar / menonjol ke oklusal / lateral



Ruang retromilohyoid -



Cek dengan kaca mulut nomor 4, tanpa ditekan dan minta pasien sedikit mengangkat lidah.



 70



Bila mudah terangkat  dangkal.



Undercut  bila menghalangi pemasangan GT  alveolectomy.



Bentuk lengkung rahang  square, ovale, tapering. Bentuk tapering  menyulitkan penyusunan elemen GTL yang tidak mengganggu stabilisasi dan artikulasi. 



Palatum -



Bentuk : 



Penampang frontal : Persegi dan oval  Lebih mampu bertahan terhadap tekanan fungsional Tapering  lereng curam  memungkinkan GT bergeser, puncaknya mudah menimbulkan rasa sakit saat pemakaian.  Penampang sagittal (klasifikasi House) Kelas I  palatum molle datar dengan mukosa tidak banyak bergerak (gerakan palatum durum paling kecil), dapat dibuatkan post dam berbentuk kupu-kupu → efektif. Kelas II  gerakan palatum durum membentuk sudut > 300, mukosa tdk bergerak hanya selebar 1 – 2 mm sehingga post dam kurang efektif ( bentuk kupu - kupu yang lebih kecil ). Kelas III  gerakan palatum durum membentuk sudut > 600, post dam hanya berbentuk garis yang seringkali kurang efektif. Palatum molle merupakan jaringan lunak di posterior palatum durum. Daerah ini memiliki jaringan yang sangat kuat yang disebut aponevrisis, sebagai tempat posterior palatal seal (post dam). h. Sikap mental pasien Untuk memilih cara pendekatan yang tepat, menurut House (1937), berdasarkan pandangan terhadap perawatan gigi tiruan : 1. Tipe Filosofikal : percaya dengan kemampuan drg, memahami keterbatasan GT, motivasi terhadap perawatan baik. 2. Tipe Exacting



: Motivasi baik, menurut GT sama seperti gigi



asli baik dalam fungsi / penampilan tidak muah percaya (banyak tuntutan) kemampuan dokter gigi. 3. Tipe Histerical : takut perawatan gigi, yakin bahwa perawatan gigi akan berakhir dengan kegagalan.



71



4. Tipe Indefferent : apatis, tidak peduli penampilan, tidak ada motivasi



perlunya



pembuatan GT,



biasanya



dating atas



dorongan (selalu cemas) orang lain. Selain



menurut



House,



Sikap



pasien



terhadap



perawatan



kesehatan secara umum (Blum,1960) : 1. Pasien reasonable : memahami keterbatasan GT, menghargai usaha dokter gigi. 2. Pasien unreasonable : a) Tipe psikotik : mengharapkan hal2 yg tdk mungkin dicapai b) Tipe paranoid : semua orang memusuhinya, tdk ada orang yg mampu membantu mengatasi masalahnya c) Tipe manik-depresif : sikat tidak menentu, kadang puas terhadap



perwatan,



kadang



kecewa



terhadap



hasil



perwatan.



C. Anatomi landmark Landmark adalah titik yang berfungsi sebagai petunjuk dalam pengukuran atau konstruksi suatu bidang. Idealnya, landmark harus ditempatkan dengan mudah dan secara nyata mempunyai keterkaitan anatomi dan tetap konstan selama proses pertumbuhan. Untuk membuat garis, sudut dan bidang maka digunakanlah titik-titik landmarks yang berguna untuk pengukuran 2-D kranio-facial pasien serta hubungan gigi- geligi.



72



D. Relasi Rahang / Oklusi Ilmu Prostodonsia merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan gigi tiruan dan jaringan maksilofasial yang hilang atau tidak sempurna untuk fungsi stogmatognati. Ilmu Prostodonsia tidak hanya menggantikan struktur yang hilang namun untuk fungsi pemeliharaan struktur rongga mulut yang masih ada. Syarat keberhasilan perawatan Prostodonsia tergantung dari 3 aspek yang meliputi 73



faktor



retensi,



stabilitas,



dan



kenyamanan



pasien



dalam



menggunakan gigi tiruan. Fungsi Perawatan Prostodonsia sangat berkaitan dengan sistem oklusi, oleh karena fungsi perawatan Prostodonsia bertujuan untuk mengembalikan sistem pengunyahan, sistem fonetik, dan fungsi estetik. Oklusi gigi merupakan salah satu unsur yang penting dalam pengunyahan, estetika dan fonetik. Definisi oklusi adalah berkontaknya gigi geligi rahang atas dengan permukaan gigi geligi rahang bawah pada saat kedua rahang tersebut menutup. Oklusi dibagi menjadi : 1. Oklusi statis Oklusi ini mengacu pada posisi dimana gigi geligi rahang atas dan rahang bawah saling berkontak. Hubungan gigi-geligi rahang atas dan bawah dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi tidak berfungsi (statik). 2. Oklusi dinamis/fungsional Oklusi ini mengacu pada hubungan antara gigi-geligi rahang atas dan bawah pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral ataupun ke depan / gerak antero-posterior dan gerak laterotrusion. Konsep dasar oklusi : 1. Balanced occlusion Oklusi dikatakan baik/benar, apabila hubungan kontak antara geligi pada rahang bawah dan rahang atas memberikan tekanan yang seimbang pada kedua sisi rahang, baik dalam keadaan sentrik maupun eksentrik.



2. Morphologic occlusion Oklusi dikatakan baik/benar dinilai melalui hubungan antara geligi pada rahang bawah dan rahang atas pada saat gigi tersebut berkontak. Konsep ini menitikberatkan pada segi morfologiknya saja. 3. Dynamic/individual/functional occlusion Efektifitas fungsional tak dapat ditentukan oleh hubungan hirroglyphics (cusp,ridge dan groove) saja, tetapi harus ada keserasian antara 74



komponen-komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antar geligi tersebut. Komponen tersebut, meliputi : a) Gigi dan jaringan pendukungnya b) Otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskulernya c) Sendi temporomandibular Relasi gigi anterior 1. Overjet (jarak gigit) Jarak horizontal incisal incisive rahang atas terhadap bidang labial incisive rahang bawah. 2. Overbite (tumpeng gigit) Jarak vertical incisal incisive rahang atas terhadap incisal incisive rahang bawah.



Relasi gigi posterior 1. Relasi gigi posterior cusp to marginal ridge : Cusp fungsional gigi rahang atas dan bawah saling bersandar pada marginal ridge gigi posterior lawannya. 2. Relasi gigi posterior cusp to fossa: Cusp fungsional gigi rahang atas dan bawah saling bersandar pada fossa gigi posterior lawannya. Tipe oklusi dinamik 1. Bilateral Balanced Occlusion Bila seseorang melakukan gerakan mandibula ke lateral, maka pada sisi kerja (working side) didapatkan keadaan yang kontak. Pada sisi keseimbangan (balancing side) juga didapatkan keadaan yang berkontak. 2. Unilateral Balanced Occlusion 75



Bila seseorang melakukan gerakan mandibula ke lateral, maka pada sisi kerja (working side) didapatkan keadaan yang kontak. Sedangkan pada sisi keseimbangan (balancing side) tidak didapatkan keadaan yang berkontak. 3. Mutually Protected Occlusion Bila seseorang melakukan gerakan mandibula ke lateral, maka pada sisi kerja (working side) dan sisi keseimbangan (balancing side) tidak didapatkan keadaan yang berkontak. Kontak ringan hanya terjadi pada gigi anterior.



Hubungan maksila dan mandibula 1. Physiological Rest Position : Posisi istirahat dari mandibula, saat seseorang dalam keadaan rileks dalam posisi tegak lurus dan otot-otot dalam keadaan istirahat atau posisi rahang bawah saat kepala dalam keadaan tegak lurus, dimana otot-otot kelompok elevator dan depresor tonus kontraksinya dalam keadaan seimbang dan kondili dalam keadaan netral atau tidak tegang. Posisi ini dianggap konstan untuk tiap individu. 2. Centric relation (relasi sentrik) Hubungan mandibula terhadap maksila, dimana mandibula terletak paling posterior dari maksila atau kondil terletak paling distal dari fossa glenoid, dimana masih dimungkinkan adanya pergerakaan dalam arah lateral. Pada keadaan relasi sentris ini posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih ke belakang dari oklusi sentris. 3. Centric occlusion (oklusi sentrik/posisi intercuspal) Posisi kontak maksimal dari gigi-geligi pada waktu mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondil berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak. Oklusi ideal 76



1. Pada oklusi sentris hubungan kedua rahang harus stabil, dimana condile terletak pada posisi superior-anterior dalam hubungannya dengan fossa. 2. Freedom of movement dalam oklusi sentrik atau saat pergerakan relasi sentris ke oklusi sentris, mandibula akan sedikit ke anterior tanpa terjadi hambatan. 3. Pergerakan mandibula ke segala arah tidak mengalami hambatan. 4. Overjet dan overbite normal 5. Occlusal guidance harus terletak pada working side, bukan pada balancing side. Terminologi pemeriksaan oklusi 1. Intercuspal Contact Position (ICP). Posisi mandibula dalam hubungan intercuspal (antar tonjol) maksimal 2. Retruded Contact Position (RCP) 3. Protrusive movement. Gerakan yang terjadi pada waktu mandibula bergerak ke depan dari posisi ICP. 4. Laterotrusive Side/Working Side/Functional Side. Sisi yang bergerak menjauhi garis median pada laterotrusive. Upaya mencapai oklusi yang optimal 1. Gangguan retruded contact position Adanya kontak prematur ataupun kontak yang berlebih, saat seseorang melakukan gerakan menutup mulut. 2. Gangguan intercuspal contact position Adanya kontak prematur ataupun kontak yang berlebih, saat seseorang melakukan gerakan penelanan



3. Gangguan protrusive contact position Adanya kontak prematur ataupun kontak yang berlebih pada saat seseorang menggerakkan rahang awah ke depan. 4. Gangguan working side contact position 77



Adanya kontak prematur ataupun kontak yang berlebih pada workin side (sisi kerja), saat seseorang menggerakkan rahang bawah ke lateral. 5. Gangguan non-working side contact position Adanya kontak prematur ataupun kontak yang berlebih pada balancing side (sisi keseimbangan), saat seseorang menggerakkan rahang bawah ke lateral. 6. Traumatik oklusi oleh karena restorasi Adanya kontak prematur ataupun kontak yang berlebih pada saat seseorang menggerakkan rahang bawah ke batas gerakan mandibula. E. Akibat kehilangan gigi 1. Migrasi dan rotasi Hilangnya kesinambungan lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran yaitu miring atau berputarnya gigi sehingga tidak kuat menahan beban misalnya beban pengunyahan,hal ini dapat merusak srtuktur periodontal. 2. Penurunan daya kunyah Terutama pada kehilangan gigi posterior 3. Ganguan pada TMJ Kehilangan gigi terutama pada posterior dapat menyebabkan berubahnya temporo mandibula joint 4. Beban berlebih pada jaringan pendukung Bila terjadi kehilangan gigi maka jumlah gigi akan berkurang dan menyebabkan berkurangnya daya tahan terhadap tekanan, oleh karena itu jaringan pendukung bebannya menjadi bertambah sehingga menyebabkan kerusakan membran priodontal yang pada akhirnya menyebabkan gigi-gigi tarsebut menjadi goyah. 5. Kelainan berbicara



F. Kajian radiologi Tulis dulu elemen gigi atau rahang yang difoto, kemudian jelaskan apa yang terlihat dalam ronsen foto tersebut. 78



Contoh : 46 : pelebaran periodontal membrane sebelah distal sampai setengah Panjang akar. Regio 36,37 : fracture fragmen, radiolusen diffuse, batas tidak jelas. G. Lain-lain Semua yang perlu dicatat selain yang telah ada. Contoh : post operasi hemi mandibulectomy, dll. H. Persiapan dalam mulut Tujuan persiapan dalam mulut adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh kesehatan optimal dalam mulut 2. Menghilangkan



keadaan



yang



dapat



menghambat



keberhasilan



pembuatan gigi tiruan 3. Persiapan dalam mulut secara umum : b. Oral Surgical Preparation (persiapan tindakan bedah) c. Periodontal Preparation (persiapan periodontal) d. Preparation of Abutment Teeth (persiapan gigi penyangga) Persiapan dalam mulut secara khusus : a. Persiapan jaringan lunak 1) Gigi tiruan lama untuk sementara dilepas 2) Pemberian obat obatan 3) Mengganti basis gigi tiruan dan penggunaan tissue conditioner 4) Penyesuaian oklusi 5) Menghilangkan bagian tajam yang menggangu jaringan lunak b. Tindakan Bedah : 1) Pencabutan gigi / sisa akar 2) Pengambilan gigi impaksi dan malposisi 3) Kista dan tumor odontogen 4) Exostosis dan torus 5) Hyperplastic tissue 6) Perlekatan jaringan dan frenulum 7) Tulang yang runcing dan knife edge ridge 8) Augmentation 79



c. Diagnosis dan Occlusal adjustment 1) Anamnesis penderita (Case history) Contoh: a) Penderita memakai gigi tiruan dengan desain yang kurang benar sehingga menyebabkan lateral stress yang besar pada sisa gigi asli. b) Letak / Tinggi gigit gigi tiruan yg kurang benar sehingga menyebabkan spasme otot otot dan traumatic occlusion c) Overclosed occlusion (overclosure), akibat kehilangan gigi posterior yang lama, atrisi gigi, erupsi tidak teratur. 2) Radiologi Foto ; Untuk mengetahui adanya sisa akar, kista, impaksi gigi 3) Pemasangan model pada articulator, diperlukan bila ada beda jarak yang besar dari oklusi e. Persiapan Jaringan Periodontal Menghilangkan



penyebab



kelainan



jaringan



periodontal



dan



menghilangkan/mengurangi periodontal pocket. f. Perawatan Endodontik Gigi dengan indikasi perawatan endodontik dan sisa akar untuk keperluan pembuatan over denture g. Perawatan ortodontik h. Restorasi Gigi 1) Pembuatan inlay, onlay, dan pembuatan mahkota, 2) preparasi occlusal rest seat: alas tegak lurus sumbu gigi, proximal margin dibulatkan, ukuran tergantung logamnya, letak (mesial/ distal, mesial dan distal, cingulum) i. Modifikasi kontur gigi



I. Diagnosis Ditulis dari yang terberat. Contoh : gigi hilang  11,12,13, 36,38,48. 80



12 : pulpitis reversible. 26 : pulpitis irreversible. 27 : goyang derajat 3. Gingivitis marginalis kronis karena karang gigi : 21,22,23,36,37,38. J. Rencana perawatan 1. Rencana perawatan pendahuluan : a. Penetapan gigit pendahuluan adalah penetapan gigit yang dilakukan pada kasus yang masih punya tinggi gigit, dan akan dilakukan pencabutan satu atau lebih dari gigi-giginya sehingga tinggi gigitnya hilang. Bila ada  harus dilakukan pencetakan RA dan RB kemudian dilakukan penetapan gigit. b. Bila ada gigi yang akan dirawat di bidang tsb, maka ditulis  pro perawatan …… pada gigi ……. Contoh : pro perawatan endodonsia pada gigi 11 Pro pembersihan karang gigi regio 21,22,23,31. Pro pencabutan gigi 36, 37. 2. Macam gigi tiruan : ditulis sesuai dengan rencana gigi tiruan yang akan dibuat pada masing-masing rahang. 3. Persiapan gigi : Ditulis tindakan apa yang perlu dlakukan sebagai persiapan sebelum pembuatan gigi tiruannya. Misalnya : pengasahan cusp mesiobuccal gigi 36 kurang lebih 1 mm. Pengasahan oklusal rest seat pada mesial 36,46, distal 37,44. Pengasahan incisal rest seat pada mesial 33, 43. Slicing distal 45.



Gigi Tiruan Sebagian Lepasan



81



A. Klasifikasi Daerah Tak Bergigi Maksud utama pembuatan klasifikasi untuk rahang yang sebagian giginya sudah hilang adalah agar dokter gigi dapat berkomunikasi sejelas mungkin tentang keadaan rongga mulut yang akan dibuatkan gigi tiruan. Dasar Klasifikasi : Berdasarkan sadel/daerah yang tidak bergigi, yaitu : Kennedy, Swenson, Austin Lidge dan Applegate-Kennedy. Berdasarkan Retainer, yaitu: Miller dan Cummer. 1. Klasifikasi Kennedy Klasifikasi Kennedy memiliki syarat sebagi berikut: a. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai dicabut b. Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak termasuk dalam klasifikasi. c. Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai penyangga, gigi ini dimasukkan klasifikasi d. M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah hilang. e. Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama dalam klasifikasi. f. Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya. g. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak bergigi. h. Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV.



Klasifikasi Kelas menurut Kennedy: a. Kelas I Kennedy 82



Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahang / Bilateral Free End. Prinsip kelas I Kennedy ialah: 2) Mengurangi beban: a) Mengurangi jumlah anasir gigi yang diganti b) Memperluas outline sadel: RA: hamular notch; RB: retromolar pad 3) Membagi beban antara gigi dan ridge a) Membuat variasi hubungan antara klamer dan sadel b) Menempatkan rest oklusal lebih ke anterior: semakin ke anterior letak rest oklusal maka makin besar daya yang diterima oleh edentoulus ridge c) Membuat cetakan dengan teknik mukokompresi 4) Membagi beban seluas-luasnya: Melibatkan gigi asli ke dalam konstruksi dengan pemberian indirect retainer.



b. Kelas II Kennedy 83



Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yang ada hanya pada 1 sisi rahang/unilateral free end. Prinsip kelas II Kennedy ialah: 1) Dasar terapi sama dengan klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan kennedy klas I 2) Retainer indirect diletakkan di sisi yang bukan free-end. Saddle panjang harus menggunakan cetakan mukokompresi



c. Kelas III Kennedy Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada, tetapi tidak melewati garing median. 1) Unilateral denture. Indikasi: a) Kehilangan gigi tidak lebih dari dua b) Beban oklusal ringan dan gigi penjangkaran tanpa restorasi besar c) Kedua gigi penjangkaran dengan mahkota klinis yang sempurna 2) Bilateral denture. Indikasi: a) Kehilangan gigi lebih dari dua b) Gigi penjangkaran tidak memenuhi syarat Keuntungan: konstruksi bilateral lebih stabil 84



Tooth



borne: gigi



penjangkaran



sehat,



tidak ada



kelainan



lemah/dengan



kelainan



periodontal, defek kecil Mucosa



borne:



gigi



penjangkaran



periodontal



d. Kelas IV Kennedy Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis tengah rahang/median line. Untuk kelas ini tidak ada modifikasi



85



Kasus kehilangan gigi-gigi anterior (edentulous area dibatasi sisi mesial gigi). Tanpa modifikasi. Membutuhkan retainer indirect. Daerah edentulous: a. Short span (1-4 gigi) b. Long span (lebih dari 4 gigi) Macam desain gigi tiruan sebagian lepasan Kennedy Klas IV : a. Horse shoe Horse shoe tanpa sayap labial/open face design: bila defek kecil . Indikasi: 1) Kehilangan gigi tidak lebih dari 4 gigi 2) Gigi – gigi posterior rahang atas tumbuh sempurna dan tegak 3) Bagian palatinal gigi – gigi posterior rahang atas mempunyai kontur terbesar 4) Oral hygiene baik dan frekuensi karies rendah Kekurangan: 1) Mudah terjadi karies di bagian palatinal pada gigi-gigi posterior rahang atas. 2) Dapat terjadi papillary hyperplasia mukosa daerah edentulous Horse shoe dengan sayap labial Indikasi: 1) Bila kehllangan gigi lebih dari 4 gigi dan defek besar 2) Prinsip desain: tooth borne dengan menggunakna rest atau klamer half Jackson b. Skeleton denture: untuk kerangka logam c. Spoon denture/bifid spoon denture: untuk anak-anak d. Every denture 1) Khusus untuk rahang atas 2) Gingival margin dibuat bebas dari basis gigi tiruan 3 mm 3) Outline basis gigi tiruan 2 mm di depan fovea palatina



86



Berikut ini beberapa gambar modifikasi dari klasifikasi kennedy: Kelas I modifikasi 1



Kelas II modifikasi 2



Kelas III modifikasi 2



2. Klasifikasi Applegate-Kennedy a) Kelas I Applegate-Kennedy Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy. Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi. Secara klinis dijumpai akan dijumpai sebagai berikut: 1) Derajat resorbsi residual ridge bervariasi. 2) Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas gigi tiruan yang akan dipasang 3) Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya sudah mengecil. 4) Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai posisi. 87



5) Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat 6) Jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya sekitar 6-10 gigi. 7) Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula.



b) Kelas II Applegate-Kennedy Daerah tidak bergigi sama dengan kelas II. Secara klinis dijumpai keadaan : 1) Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak 2) Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur. 3) Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis. 4) Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk jangka waktu tertentu karena perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis. 5) Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi temporomandibula.



88



c) Kelas III Applegate-Kennedy Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga, tidak lagi mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan. Secara klinis dijumpai keadaan : 1) Daerah tidak bergigi sudah panjang. 2) Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai 3) Tulang pendukung mengalami resorbsi servikal dan atau disertai goyangnya gigi secara berlebihan. 4) Beban oklusal berlebihan



d) Kelas IV Applegate-Kennedy Daerah tidak bergigi sama dengan klas IV Kennedy. Pada umumnya untuk klas ini dapat dibuat gigi tiruan sebagian lepasan bila: 1) Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus akibat trauma 2) Gigi harus disusun dengan "overjet" besar, sehingga dibutuhkan banyak gigi pendukung. 89



3) Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada pasien dengan daya kunyah besar. 4) Diperlukan dukungan dan retensi tambahan dari gigi penahan 5) Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi faktor estetik



Indikasi pelayanan Prosthodontic Klas IV : 1) Geligi tiruan cekat, bila gigi-gigi tetangga masih kuat 2) Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan dukungan gigi atau jaringan atau kombinasi. 3) Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat gigi tiruan



e) Kelas V Applegate-Kennedy Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah. Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas karena gigi caninus yang dicabut karena malposisi atau terjadinya kecelakaan. Gigi bagian anterior kurang disukai sebagai gigi penahan, biasanya karena salah satu alasan berikut ini : 90



1) daerah tak bergigi sangat panjang 2) daya kunyah pasien berlebihan 3) bentuk atau panjang akar gigi penahan kurang memadai 4) tulang pendukung lemah 5) penguatan dengan splin tidak diharapkan, dan sekalipun dilakukan tetap tidak memberikan dukungan yang memadai, tetapi tetap dirasakan perlunya mempertahankan geligi yang masih tinggal ini Indikasi pelayanan Prosthodontik kelas V: Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan prinsip basis berujung bebas tetapi di bagian anterior.



f) Kelas VI Applegate-Kennedy Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali merupakan daerah tak bergigi yang terjadi pertama kalinya dalam mulut. Biasanya dijumpai keadaan klinis: 1) daerah tak bergigi yang pendek 2) bentuk atau panjang akar gigi tetangga memadai sebagai pendukung penuh 3) sisa processus alveolaris memadai 4) daya kunyah pasien tidak besar Indikasi pelayanan prosthodontik kelas VI: 1) geligi tiruan cekat 91



2) geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dan desain unilateral (protesa sadel)



Pemilihan geligi tiruan lepasan dalam hal ini didasarkan pada: 1) usia pasien masih muda 2) mencegah ekstrusi gigi antagonis 3) pulpa gigi masih lebar 4) kesehatan pasien tak memungkinkan dilakukannya preparasi segera 5) kendala waktu untuk pembuatan gigi tiruan cekat 6) pasien menolak pembuatan geligi tiruan cekat 7) keadaan ocial ekonomi pasien tak menunjang 3. Klasifikasi Swenson Pada dasarnya sama dengan klasifikasi Kennedy 1) Kelas I : Unilateral free end 2) Kelas II : Ujung bebas bilateral/ Bilateral free end 3) Kelas III & IV : sama dengan klasifikasi Kennedy Kelas III (Bounded sadle) dan Kelas IV (Anterior tooth supported) 4. Klasifikasi Austin dan Lidge Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan wilayah daerah gigi yang hilang yaitu daerah gigi yang hilang anterior dan daerah gigi 92



yang hilang posterior. Pada masing-masing derah tersebut dibagi dua lagi, dengan batas median line.



5. Klasifikasi berdasarkan Retainer (Miller) Klasifikasi ini didasarkan pada letak klamer. a. Kelas I Miller : Menggunakan 2 klamer, dengan letak klamer harus berhadapan dan tegak lurus dengan median line



b. Kelas II Miller: Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulcrum melewati median line. Median line dengan lokasi fulkrum tegak lurus.



c. Kelas III Miller: Menggunakan 3 klamer, letak klamer sedemikian rupa sehingga bila ditarik akan berbentuk segitiga yang letaknya kira-kira ditengah protesa.



93



d. Kelas IV Miller: Memakai 4 klamer, bila dihubungkan dengan garis membentuk segiempat dan terletak ditengah-tengah protesa.



6. Klasifikasi Cummer a. Kelas I : protesa dengan 2 retensi (klamer) direct, letaknya diagonal, berorientasi pada frame protesa b. Kelas II : protesa dengan 2 retensi direct, letak berhadapan, bila dihubungkan membentuk garis tegak lurus pada median line. c. Kelas III : protesa dengan 2 atau lebih retensi direct, letak pada 1 sisi/bidang. d. Kelas IV : protesa dengan 3-4 klamer, bila dihubungkan dengan gads membentuk segi empat dan berada di tengah protesa.



B. Komponen GTSL 1. Saddle / basis 94



Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian yang mengganti jaringan alveolar yang hilang dan sebagai tempat gigi tiruan. Fungsi saddle/basis: a) Support : meneruskan beban oklusal dan menstimulasi jaringan di bawahnya b) Retention : Dapat diperoleh dari penempatan basis yang akurat dan pembuatan retainer direct dan indirect. c) Bracing : Menyangga/tempat gigi tiruan dan Menutup defek



Macam – macam saddle/basis: a) Bounded saddle 1) Tekanan oklusal secara langsung disalurkan ke gigi penyangga melalui kedua sandaran oklusal 2) Mencegah migrasi horizontal gigi tetangga dan migrasi vertical gigi antagonis b) Free end saddle: Penyaluran tekanan kunyah dibagi ke gigi dan sisa jaringan linger di bawah basis Saddle outline: a) Pada kasus free end harus seluas mungkin b) Pada kasus bounded saddle hanya menutup defek c) Bebas dari gingival margin d) Kontak dengan bagian proksimal gigi dengan merelief gingival margin atau dan block out e) Untuk rahang atas hingga tubermaksilla f) Untuk rahang bawah hingga retromolar pad g) Untuk gigi anterior atas dapat dibuat tanpa sayap 2. Occlusal rest dan komponen sejenisnya Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang terletak pada permukaan gigi/bagian lain gigi yang memberikan vertical support. Fungsi Occlusal rest: 95



a) Meneruskan beban vertikal dan sebagian beban lateral pada gigi abutment b) Mencegah gigi tiruan sebagian lepasan bergerak ke jaringan, bergesernya klammer, kerusakan periodontal membrane. c) Dapat sebagai indirect retainer 3. Direct retainer Merupakan



bagian



dari



gigi



tiruan



sebagian



lepasan



yang



terletak/melingkari gigi penyangga yang memberikan retensi dan bracing atau mencegah terlepasnya gigi tiruan sebagian lepasan. Fungsi direct retainer: a) Mencegah terlepasnya gigi tiruan sebagian lepasan (bagian retensi klamer) b) Mencegah gerakan horizontal/lateral (bagian bracing klamer) Macam desain klamer: a) Tooth borne : 3 jari, half Jackson, klamer S b) Mucosa borne: 2 jari, Gillet c) Tooth mucosa borne: 2 jari rest mesial 4. Indirect retainer Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang terletak pada rest seat, sejauh mungkin dari free end saddle pada sisi yang berlawanan dengan



garis



fulcrum.



Fungsi



indirect



retainer



adalah



mencegah/mengurangi ungkitan/gerakan rotasi dari free end denture. Macam – macam bentuk indirect retainer: rest oklusal, rest cingulum, embrasure hook clasp, Klammer kontinyu, Bar rahang atas, Plate, dan Cummer arm. Cara meletakkan indirect retainer harus tegak lurus garis fulcrum dan sejauh mungkin dari saddle.



96



97



C. Survey dan block out 1. Survey Tujuan survey secara umum : menentukan arah pasang gigi tiruan, menentukan kesejajaran, menentukan kontur terbesar gigi, dan menentukan desain klamer. Tahapan survey dibagi menjadi dua, yaitu: a) Survey pendahuluan pada model pembahasan/model studi yang bertujuan untuk: 1) Menentukan arah pemasangan terbaik, sehingga hambatan pada saat pemasangan dan pengeluaran protesa menjadi minim 2) Menemukan permukaan proksimal yang bisa disejajarkan, sehingga bisa dipakai sebagai bidang bimbing 3) Menetapkan apakah daerah – daerah hambatan pada tulang maupun gigi perlu dibuang atau cukup dengan pemilihan arah pemasangan lain 4) Menentukan



arah



pemasangan



paling



sesuai,



sehingga



penempatan cengkeram memenuhi faktor estetik 5) Menentukan dan mengukur daerah yang dapat dimanfaatkan sebagai retensi 6) Memungkinkan pemberian tanda bagi persiapan mulut yang akan dilaksanakan 7) Menggambar garis kontur terbesar pada gigi penyangga dan menentukan undercut yang perlu dilakukan penutupan 8) Merekam hubungan posisi model terhadap arah pemasangan yang sudah ditetapkan. b) Survey akhir: pada model kerja yang bertujuan untuk: 1) Memilih



arah



pemasangan



yang



paling



sesuai, sesudah



memperhatikan bidang bimbing, hambatan, retensi, dan estetik 2) Mengukur daerah retensi dan menetapkan lokasi ujung lengan klamer, sesuai fleksibilitas klamer yang akan dipakai 3) Menentukan undercut tak diharapkan yang mungkin masih terdapat pada model kerja



98



4) Merapikan bahan penutupan sampai benar – benar sejajar dengan arah pemasangan, seperti sebelum duplikasi model. Adapun syarat penentuan arah pasang: a) Bidang



bimbing



(guidance



plane):



permukaan



gigi



asli/restorasi yang dibuat di atas gigi tersebut dibentuk menjadi datar dan sejajar dengan arah pemasangan gigi tiruan.Fungsinya untuk mempermudah pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan tanpa paksa. Permukaan ideal bidang bimbing: 2-4 mm. b) Daerah retensi: dapat menahan gigi tiruan tidak lepas dari kedudukan, lengan klamer dapat mudah melewati keliling terbesar, tidak menyebabkan perubahan bentuk klamer. c) Hambatan: gigi yang malposisi atau tonjolan tulang d) Estetik Tahapan survey pada model pembahasan: a) Meletakkan model pada meja survey dengan oklusal sejajar garis survey b) Pasang analizing rod pada surveyor c) Evaluasi bidang bimbing dengan menggunakan analizing rod d) Evaluasi daerah retensi dengan menggunakan analizing rod e) Ganti analizing rod dengan karbon f) Gerakkan survey table sehingga terjadi guratan karbon pada permukaan gigi g) Tentukan kedalaman undercut dengan undercut gauge. Setiap kedalaman undercut yang ditemukan menentukan pemilihan penggunaan jenis klamer. Usahakan setiap gigi yang disurvey mempunyai undercut, bila tidak didapatkan undercut, miringkan model ke arah anterior, posterior, lateral kiri dan kanan, blla masih belum tercapai maka perlu dilakukan rekontur gigi.



99



Bagian-bagian surveyor : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



a. b. c. d. e. f.



7. Analizing Rod Undercut Gauges Carbon Marker Pisau pemotong wax / cutting rod The protective sheath Blockout tools



Macam surveyor : A



B



Gambar A. Surveyor Ney; B. Surveyor Jelenko 100



Surveying Platform Surveying Table Vertical Arm Horizontal Arm Surveying Arm Mandrel for holding special tools Special tools:



2. Block Out Block out merupakan suatu tindakan penutupan bagian undercut gigi maupun jaringan lunak dari model kerja setelah dilakukan penentuan arah pasang, bidang bimbing yang seimbang sesuai hambatan.



101



Gigi Tiruan Lengkap Gigi tiruan lepasan yang menggantikan semua gigi asli dan struktur pendukungnya yang telah hilang. (rahang atas dan rahang bawah) untuk memperbaiki fungsi bicara, estetik, dan pengunyahan. Akibat dari adanya edetulous pada pasien ialah fungsi pengunyahan kurang baik, pengucapan kata kurang jelas, penampilan atau estetis jelek, psikis terpengaruh, dan timbul kelainan, gangguan, sakit. A. Indikasi Pasien GTL 1. Individu edentulous 2. Individu mempunyai beberapa gigi harus dicabut : a) Kesehatan / kerusakan gigi tidak bisa diperbaiki b) Dibuatkan GTS akan mengganggu keberhasilan perawatan. Misalnya, gigi pasien yang tersisa telat modot. Jika dibuatkan GTS tidak dapat berfungsi baik, sehingga lebih baik sisa gigi tersebut dicabut dan dibuatkan GTL. B. Syarat GTL yang baik 1. Enak dipakai a) Material : tidak berbau / berasa, halus, bersih, tidak mengiritasi b) Ukuran dan bentuk harus sesuai, tidak terlalu : besar / kecil, lebar / sempit, tinggi / rendah, maju / mundur. c) Mempunyai retensi dan stabilisasi waktu dipakai dan berfungsi d) Dapat Berfungsi untuk : mengunyah makanan, mengucapkan kata lebih jelas, dan gerakan : tertawa, menguap, batuk, minum merupakan gerakan



fisiologis,



frekwensi



mempengaruhi fungsi : 1) Retensi dan stabilisasi GTL 102



tidak



rutin.



Faktor-Faktor



yang



2) Pengaturan gigi geligi meliputi posisi dan relasi gigi geligi : a) Dalam satu lengkung b) RB terhadap RA c) Terhadap bibir dan pipi d) Terhadap lidah (biasanya membesar) 3) Ukuran dan bentuk gigi tiruan 4) Material gigi 2. Tampak cukup estetik dalam ukuran, bentuk, warna ggigi dan gingiva, serta posisi gigi individual dan pengaturannya dalam lengkung geligi. 3. Tidak menimbulkan gangguan / kelainan / rasa sakit (luka, iritasi, inflamasi, sakit, nyeri dalam jaringan mulut) 4. Cukup kuat terhadap kekuatan / tekanan pengunyahan faktor mekanis ; dan pengaruh zat dalam : makanan, minuman, cairan ludah, obat faktor chemis C. Faktor yang diperlukan GTL berfungsi efisien : 1. Jaringan Pendukung Jaringan yang merupakan tempat gigi tiruan bertumpu. Ini terdiri jaringan yang menerima beban pengunyahan yang jatuh pada GTL. 2. Retensi : Ketahanan gigi tiruan untuk melawan upaya pengelepasannya dari mulut. Retensi dapat dites dengan : a) Tarik gigi tiruan kearah vertical, GTL tetap dalam keadaan diam b) Penekanan salah satu sisi, sisi yang lain tidak terungkit artinya retentif 3. Keseimbangan dengan otot-otot : Berarti tekanan otot-otot lidah, bibir dan pipi yang bekerja pada GT selama gerakan fungsional dengan gigi-gigi tidak dalam keadaan berkontak, tidak menyebabkan terlepesnya GT. 4. Keseimbangan Oklusi : Tekanan yang dikeluarkan oleh GT yang satu kepada GT lawannya selama gerak fungsional dengan gigi-giginya dalam keadaan berkontak, tidak menyebkan terlepasnya GT. 5. Kesetabilan / Stabilisasi : 103



Daya tahan GT untuk bertahan di tempatnya melawan gerakan-gerakan.



D. Konstruksi GTL harus memperhatikan : 1. Retensi dan stabilisasi 2. Bentuk dan ukuran lengkung deretan gigi 3. Posisi (antero posterior) lengkung gigi terhadap sendi rahang 4. Ukuran dan tinggi lengkung gigi 5. Pemilihan gigi : ukuran, bentuk, warna, material 6. Pengaturan gigi  posisi dan relasi gigi-gigi 7. Bentuk dan ukuran GTL 8. Insersi dan kontrol 9. Keluhan pemakai GTL, cara mengatasi / memperbaiki. E. Kondisi dalam mulut Edentulous yang dapat dimanfaatkan untuk Memberikan Retensi dan Stabilisasi : 1. Prosesus alveolaris 2. Cairan ludah 3. Batas mukosa bergerak dan tidak bergerak 4. Kompresibilitas jaringan mukosa 5. Bentuk dan gerakan otot mulut 6. Lidah (bentuk dan gerakan lidah ) GTL dibuat sedemikian rupa agar bentuk dan ukurannya dapat dimanfaatkan faktor-faktor tersebut sehingga memberi kekuatan retensi dan stabilisasi maksimal. F. Retensi gigi tiruan lengkap Permukaan GTL terdiri dari : 1. Fitting / Tissue surface 104



Permukaan gigi tiruan : a. Konturnya ditentukan oleh cetakan, termasuk tepi GT meluas ke permukaan ples. b. Menempel jaringan mulut pendukungnya Tepi gigi tiruan disebut peripheral seal, termasuk bagian permukaan cetakan 2. Polishing surface, yaitu dari tepi gigi tiruan ke tepi oklusal, termasuk permukaan palatina yang dipoles. 3. Occlusal surface Permukaan oklusal / insisal yang berkontak dengan gigi geligi antagonis, tapi permukaan diusahakan ikut berperan dalam meningkatkan retensi.



Gambar : Tekanan retentif yang bekerja pada gigi Tekanan retentif yang bekerja pada gigi tiruan : 1. Tekanan otot-otot mastikasi bekerja pada permukaan oklusal 2. Tekanan otot-otot bibir, pipi, dan lidah bekerja pada permukaan poles a. Tekanan otot bibir dan pipi : tekanan dari luar b. Tekanan lidah : tekanan dari dalam 3. Tekanan fisik bekerja pada seluruh permukaan cetakan Retensi terbesar diperoleh pada fitting surface, dengan memanfaatkan : 1. Daya adhesi saliva terhadap fitting surface dan jaringan.



105



Mempengaruhi pembahasan GT / jaringan. Daya kohesi molekul saliva mempertahankan keutuhan film saliva. Rangkaian kekuatan antar molekul antara gigi tiruan dan mukosa yang membantu retensi.



Kohesi : Tarik menarik antara dua molekul yang sama, yaitu molekul saliva dengan saliva (sejenis) Adhesi : Tarik menarik antara dua molekul yang berbeda, yaitu saliva dengan mukosa, mukosa dengan fitting surface GTL. 2. Interfacial surface tension = tegangan permukaan antara dua permukaan a. Saliva diantara mukosa dan GT b. Udara dalam mulut Tekanan saliva < tekanan udara  perbedaan tekanan  retensi



106



Retensi karena perbedaan tekanan antara saliva dan udara. Meniskus  Karena perbedaan tekanan antara lapisan saliva dan tekanan udara rongga mulut. 3. Intimate tissue contact = dekatnya titik kontak antara fitting surface dan jaringan pendukung  makin dekat  retensi lebih besar 4. Tekanan atmosfer terhadap ruang hampa Peripheral seal dan post dam harus menekan sedikit masuk ke jaringan lunak. Peripheral seal : merupakan tepi GTL berbentuk agak bulat, terletak pada forniks (mucogingival junction). Post dam / posterior seal : tepi posterior GTL di palatum, terletak pada palatum mole yaitu pada AHA line. Peripheral seal dan post dam bersambung dibeut sirkular seal (seal yang tidak terputus  jika terputus : udara masuk, sehingga tidak hampa). Insersi GTL RA  udara antara protesa dan mukosa ditekan ke luar  tekanan permukaan dalam berkurang atau hampa udara disbanding permukaan luar  retensi.



107



Waktu pasien menggigit, GT atas dikendalikan lidah yang menenkan pada tepi posterior. Faktor-faktor mempengaruhi besar kecilnya retensi pada fitting surface : a. Kondisi processus alveolaris dan palatum b. Luas dan ketepatan perlekatan c. Bentuk, penempatan peripheral seal dan posterior seal d. Konsistensi saliva e. Kompresibilitas jar pendukung f. Berat protesa g. Struktur dan bangunan tambahan Kondisi Processus alveolaris dan palatum Proc.alveolaris dibentuk karenan adanya gigi yang erupsi. Pada gigi hilang terjadi atropi. Hilangnya gigi bertahap bentuk proc.alveolaris tidak teratur, juga karena resorbsi dan atropi. Arah resorbsi : RA : ke atas dan ke dalam (sentripetal) sempit, sedangkan pada RB : Anterior ke dalam, vertikal / inferior, depan Posterior ke luar (sentrifugal) dan ke bawah makin lebar. Jika tidak segera dibuatkan GTL, maka akan resorbsi, sehingga : RA  menyempit RB  melebar



108



Perluasan fitting surface Batas RA : Peripheral seal ( tepi ) pada fornik / mucogingival junction menyambung ke posterior seal  sirkular seal  retensi. Batas RB : Peripheral seal ( tepi ) pada fornik / mucogingival junction. Posterior pada daerah retromolare pad (trigonum retromolare). Daerah lingual pada linea milohyoidea / sulkus alveol-lingualis. Luas dan ketepatan fitting surface Prinsip : mencakup area semaksimal mungkin, asal masih dalam batas -batas fungsi dan kesehatan. Makin luas fitting surface  retensi makin besar. Ada batas maksimal lebih besar dari batas maksimum menurunkan stabilitas. Retensi akan berkurang jika perluasan fitting surface menjadi > / kurang. Jika fitting surface semakin luas, sampai melebihi forniks / mucogingival junction, maka pheriperal seal akan jatuh pada mukosa bergerak  retensi berkurang. Jika fitting surface tidak sampai pada forniks / mucogingival junction, tetapi pada mukosa tidak bergerak, maka perluasan adhesi dan kohesi berkurang  retensi berkurang.



Peripheral seal dan post dam Dibuatkan dengan prinsip : 1. Menjaga / mempertahankan ruang antara fitting surface dan jaringan sebagai ruang hampa udaa  bendungan mencegah udara masuk. 2. Perubahan bentuk mukosa, otot tidak menyebabkan terlepasnya fitting surface dari pendukungnya. 3. Tidak mengganggu estetis (labial) dan tidak menyebabkan gagging. Bendungan terjadi akibat adanya peripheral seal dan posterior seal. Apabila Peripheral seal dan plat di bagian labial terlalu tebal, maka tonus otot tegang, sehingga harus di buat tipis  menjadi estetis. Jika diletakkan terlalu belakang bisa merangsang muntah (gogging). Pembuatan post dam melewati hamular notch kiri dan kanan dengan patokan 2 mm di depan fovae palatina. Bentuk seal bulat sehingga jika begerak masih ada 109



perlekatan. Jika runcing, gerakan sedikit  membuka, udara masuk  GTL lepas.



110