Monolog Pahlawan Yang Terlupakan (Azhar Athif Fadhlullah) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN OLEH : AZHAR ATHIF FADHLULLAH



(Nyanyi) Telah gugur pahlawanku Tunai sudah janji bakti Gugur satu tumbuh seribu Tanah air jaya sakti



77 Tahun Indonesia merdeka 77 Tahun Indonesia bebas dari penjajahan Kolonial Belanda 77 Tahun Indonesia bebas dari penindasan Sekutu Jepang



saya jadi teringat dulu... ya ketika dulu badan ini masih tegap, ketika dulu raga ini masih gagah perkasa dalam menentang penjajahan. Ingat sekali ..... ketika berhadapan dengan tentara belanda, takut... cemas... melanda pikiran, namun dengan bermodalkan celurit dan teriakan Allahu Akbar aku usir semua penjajah. Kala itu aku sudah pasrahkan nyawaku, saat itu aku sudah siap menjemput maut. Namun Allah masih sayang kepada ku, sampai detik ini.. aku masih diberikan kesempatan untuk menikmati bagaimana rasanya kemerdekaan itu



Tapi.... apakah benar kita sudah merdeka? Apakah selama 77 tahun itu kita sudah benar benar merdeka? Bila orang orang menyebut meredeka itu bebas dari perang melawan belanda, ya... kita telah merdeka, tapi... apakah benar arti merdeka seperti itu? Apakah kalian tidak melihat berjuta rakyat bersimbah rugah? Apakah kalian tidak mendengar rintihan tangis anak-anak jalanan? Apakah kalian tidak merasakan bagaimana nasib rakyat sepertiku



Yaa.... rakyat sepertiku... Yang mana dimasa muda dulu ku pasrahkan nyawa ini untuk kemerdekaan anak dan cucuku Namun mengapa di masa tua ku, aku seperti buih yang terombang ambing di samudera luas Apakah ini semua karena mereka yang duduk di kursi empuk dan nyaman, menggunakan tangan-tangan mereka untuk berbuat tindakan yang busuk?



HA... HA.... HA... HA...



Padahal aku menggunakan tangan ku... ya... tangan ku ini... untuk berjuang demi mereka Aku iri dengan kalian wahai teman-teman seperjuangan yang sudah ada di alam sana Kalian tidak perlu sepertiku... Kalian tidak perlu merasakan kesedihan yang ku alami, muda ku relakan dalam perjuangan namun tua ku habiskan menjadi gelandangan



(Nyanyi) Tempat berlindung dihari tua Sampai akhir menutup mata



Wahai kawanku Ismail Marzuki... Sungguh harapanmu dalam lagu ini tak pernah kurasakan Karena sepertinya dihari tua ku ini Aku masih harus berjuang Bukan berjuang dalam penjajahan, tapi aku harus berjuang bertahan hidup Setidaknya.. aku ingin sekali melihat bangsa ini benar-benar dalam keadaan merdeka Biarlah aku menjadi pahlawan yang terlupakan