Naskah Skenario Talkshow [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NASKAH SKENARIO TALKSHOW MATA UWA “INDONESIA VS MALAYSIA” (Pemutaran video) BABAK 1 (MC membuka acara Talkshow) Selamat pagi pemirsa.Saya Uwa Shihab tuan rumah dalam acara Mata Uwa. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara kepulauan dengan 17.508 pulau, yang letaknya secara geografis sangat strategis, berbatasan langsung dengan beberapa Negara. Perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara. Perbatasan suatu negara mempunyai peranan penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber kekayaan alam, menjaga menjaga keamanan dan keutuhan wilayah. Kasus sengketa perbatasan merupakan praktik lama yang sudah terjadi antara Indonesia dengan sejumlah negara tetangga. Modusnya pun terbilang beragam. Mulai dari sengketa identitas hingga wilayah, menjadi kasus yang digunakan sebagai alasan perebutan wilayah. Baru-baru ini terkuak sebuah isu bahwa Malaysia mengklaim 3 desadi Nunukan Kalimantan Utara sebagai bagian dari wilayahnya. Untuk lebih jelasnya tetap di Mata Uwa. MC



: yang namanya suatu perbatasan tak akan jauh dari pengamanan yang dilakukan, dalam hal ini saya undang bintang tamu pertama kita pagi ini yaitu seorang prajurit TNI AD yang mengemban tugas di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia langsung kita sambut saja Bapak Maman Kuswara.



(MC mengundang bintang tamu 1) MC



: ya selamat datang Bapak Maman Kuswara.



(MC mengulurkan tangan dan mempersilahkan duduk) MC



: Bagaimana kabarnya pa? sehat?



Maman



: Ya Alhamdulillah mba saya sehat.



MC



: Bapak orang Sunda ya?



Maman



: Ya, benar sekali mba, saya asli dari Ciamis tapi ditugaskan di Nunukan Kalimantan Utara.



MC



: Sebagai seorang TNI yang hidup di perbatasan jauh dari keluarga jauh dari hiruk pikuknya perkotaan, apasih yang selama ini anda rasakan selama bertugas di sana?



Maman



: Ya mungkin sebagian orang akan berpikir begitu, tetapi bagi saya tugas ini adalah amanah dari bangsa Indonesia bagi saya untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI. Jadi saya harus menjalankan amanah ini semaksimal mungkin.



MC



: Wah, hebat sekali Pak, selain menjaga keamanan apa sih yang anda lakukan di sana?



Maman



: Banyak sekali mba yang saya lakukan sehari-hari, di sana saya bisa merangkap jadi guru bahkan jadi dokter sekalipun saya pernah jalani.



MC



: Apa yang menjadikan alasan anda bisa multi pekerjaan begitu pa?



Maman



: Sebenarnya ini karena



suatu keadaan yang dilematis, disana itu serba



tertinggal mba, masalah pembangunan, pendidikan dan kesehatan masih terbelakang dan terisolir. MC



: Lantas adakah suatu program khusus yang dilakukan TNI untuk menyikapi permasalahan ini.



Maman



: ya ada mba, namanya itu TND (Tentara Masuk Desa), program ini mirip seperti apa yang saya ceritakan tadi.



MC



: Bagaimana tanggapan anda sebagai anggota TNI mengenai pengklaiman 3 desa di Nunukan oleh Malaysia yang santer terdengar saat ini?



Maman



: kalau dari pandangan saya nih, hal ini bisa saja terjadi dikarenakan kontrasnya fasilitas dan infrastruktur desa di perbatasan Malaysia dan Indonesia. Di perbatasan Malaysia daerahnya begitu maju dan berbanding terbalik dengan di wilayah perbatasan Indonesia. Dan Wargapun banyak mendapatkan perhatian justru dari Negara tetangga bukan dari pemerintah Indonesia sendiri. Tapi sebagai anggota TNI, hal ini dikarenakan kurangnya rasa nasionalisme warga sebagai dampak dari terbelakangnya pendidikan di sana.



MC



: Wah ternyata begitu ya pa, baiklah pemirsa untuk lebih mengetahui bagaimana sih keadaan masyarakat desa di sana? Langsung kita undang saja 2 orang ibu yang berasal dari dua desa perbatasan berbeda yaitu Ibu Asie Manyang dari desa Kinokod dan Ibu Rimpong Nyelong dari Desa Sumantipal.



(MC mengundang bintang tamu 2 dan 3) MC



: ya selamat datang Ibu Asie dan Ibu Rimpong.



(mc mengulurkan tangan dan mempersilahkan duduk) MC



: Apa kabar bu?



Ibu-Ibu



: Alhamdulillah Baik, mba.



MC



: saya senang sekali ibu berdua bisa hadir dalam acara saya, padahal akses yang ditempuh lumayan sulit.



Ibu Asie



: Ya benar sekali mba benar-benar sulit sampe membuat pening ni pale saya udah dua hari sejak tiba di Jakarta.



Ibu Rimpong : hehe ya begitulah mba, demi acara ini saya rela datang supaya masyarakat Indonesia tahu bagaimana nasib kami di sana.



MC



:Baiklah kalu begitu langsung ke topik ya bu, sekarang ini beberapa desa di daerah kalimantan ini di klaim oleh malaysia. Bagaimana pendapat ibu sebagai warga des asana sendiri?



Ibu Asie



: ya kalo saya tak apa, asalkan warga di daerah sana makmur.



Ibu Rimpong : tapi menurut saya pengklaiman daerah tersebut seharusnya jangan sampai terjadi, ini negara indonesia, tanah yang di pertahankan oleh kakek,nenek kita disaat pertempuran masa lalu. Ibu Asie



: indonesia sih indonesia tapi kalo tidak diperhatikan ya buat apa.jalanan tak layak guna,obat-obatan terbatas, mau kekota jauh dan mahal pula.



Ibu Rimpong : indonesia ini tak kecil, besar. Pemerintah tak dapat mengurus semua daerah dengan satu waktu yang bersamaan Ibu Asie



: memang indonesia besar, lalu apa guna pemerintah daerah jika tetap saja daerah pelosok,perbatsan tak diperhatikan, saya sudah mengirim surat kepada pemerintah tapi mana? Tak ada yang peduli,tak ada tanggapan dari pemerintah.



Ibu Rimpong :bukan tak ada tapi belum sampai mungkin bantuannya.di daerah saya sudah ada bantuan dari pemerintah meski bantuan itu belum seberapa. MC



: ya sudah-sudah,....... lalu apabila ibu disuruh memilih, ibu memilih indonesia atau malaysia?



Ibu Asie



: saya milih malaysia,ini soal kesejahteraan karena di malaysia saya mendapatkan suplai gaji, fasilitas pendidikan dan kesehatan semua di siapkan malaysia. Tak seperti di indonesia, saya hanya mendapatkan kesulitan.



Ibu Rimpong : kalau saya, segimanapun sulitnya, tertinggalnya daerah saya, saya tetap memilih kewarganegaraan indonesia. MC



: Hm............, saya dengar-dengar warga desa nunukan memiliki identitas ganda? Apakah itu benar begitu ibu ?



Ibu Rimpong : tidak semua warga sana memiliki identitas ganda, contohnya. Seperti saya hanya memiliki satu identitas yaitu sebagai penduduk Indonesia (sambil memperlihatkan KTP). MC



: bagaimana dengan ibu Asie?



Ibu Asie



: saya memiliki dua identitas, untuk mendapatkan kesejahteraan. Saya mempunyai KTP Indonesia dan Identity Card Malaysia.



MC



: apakah ibu tau bahwa memiliki identitas ganda itu melanggar hukum?



Ibu Asie



: ya gimana lagi, dengan memiliki identitas malaysia saya bisa mencari uang dan mendapatkan makanan dengan mudah dibandingkan kekota nunukan harus menggunakan perahu dan aksesnya pun jelek dan jauh.



MC



: Bagaimana bisa Ibu memiliki IC?



Ibu Asie



: Ya mudahlah, di sana saya punya keluarga yang bisa mengurus dan menjamin saya.



MC



: Apa yang ibu dapatkan setelah ibu memiliki IC?



Ibu Asie



: Yang terpenting saya bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, jika saya hanya punya KTP saya hanya mendapatan pekerjaan sebagai tukang bersihbersih rumput atau bisa dibilang hanya sebagai buruh kasar di perkebunan sawit.



MC



: Lantas pertanyaan penting untuk Ibu Asie, jika ibu merasa lebih sejahtera menggunakan



IC



Malaysia



kenapa



Ibu



tidak



langsung



pindah



kewarganegaraan Malaysia saja? Ibu Asie



: euuu..



MC



: Jangan dulu dijawab bu, kita akan kembali setelah pesan-pesan berikut ini. Tetap di Mata Uwa.



(MC menutup babak 1)



IKLAN(Pemutaran video iklan) BABAK 2 (MC membuka babak 2) MC



: Kembali lagi bersama saya Uwa Shihab di Mata Uwa, langsung saja kita dengarkan jawaban dari Ibu Asie, kenapa Ibu tidak langsung pindah kewarganegaraan Malaysia saja?



Ibu Asie



: Kenapa harus pindah? Malaysia saja sudah mengklaim bahwa desa Kinokod yang saya tinggali itu adalah wilayahnya ya saya mendukunglah. Lagipula masih banyak warga sana yang sudah punya IC selain saya.



MC



: Lantas apa gunanya KTP buat ibu?



Ibu Asie



: ya tidak ada gunanya, kalau pemerintah Indonesia tetap tidak memperhatikan kami, saya siap langsung membuang KTP ini dan akan saya kibarkan bendera Malaysia.



MC



: Bagaimana dengan Ibu Rimpong?



Ibu Rimpong : Kalau saya ya mba, jujur hidup di sana itu serba kesulitan, meski banyak bujukan untuk pindah ke Malaysia,tapi dalam hati saya masih cinta Indonesia. MC



: kenapa begitu bu?



Ibu Rimpong : Saya teringat dengan cerita kakek saya dahulu yang hidupnya susah untuk berjuang melawan penjajah demi Indonesia ini. Walaupun ada saudara saya yang telah tinggal dan menjadi warga Negara Malaysia tapi saya masih mau menjadi WNI. Tetapi ada permintaan saya kepada pemerintah. MC



: Permintaan apa itu Bu?



Ibu Rimpong : Tolong Pemerintah lebih memperhatikan lagi nasib kami yang hidup di perbatasan.



MC



: Mirip dengan permintaan Ibu Asie, langsung saja supaya permasalahan tidak berlarut-larut lagi, kita panggil saja Bintang tamu kita seorang pejabat tinggi Negara Menteri Pembangunan Desa dan Transmigrasi, kita sambut Bapak Marwan Tepar.



(MCmengundang bintang tamu 4) MC



: ya selamat datang Bapak Marwan Tepar.



(mc mengulurkan tangan dan mempersilahkan duduk)’ MC



: Apa kabar Pak?



Menteri



: Alhamdulillah baik,



MC



: Sibuk ya Pa menjadi seorang Menteri?



Menteri



: Ya begitulah mba,



MC



: Pa sebagai seorang Menteri PDT setelah mendengarkan informasi mengenai 3 desa yang diklaim oleh Malaysia bagaimana tanggapannya?



Menteri



: Informasi yang diterima saya sebenarnya adalah tidak terjadi pencaplokan atau pengklaiman wilayah, tetapi pemberian identitas kenegaraan oleh Malaysia ke sebagian besar warga desa perbatasan. Sehingga warga punya dua identitas.



MC



: Lantas apa tanggapan bapak setelah mendengar hal itu?



Menteri



: pemberian identitas penduduk kepada warga desa di sejumlah wilayah perbatasan Indonesia oleh Malaysia adalah modus yang harus disikapi dan perlu diawasi.Bayangkan jika semua penduduk desa Indonesia mempunyai identitas Malaysia, desa itu ibarat desa siluman.



MC



: Apa maksud desa siluman itu Pak?



Menteri



; Disebut siluman karena tanahnya milik Indonesia, tapi penduduknya orang Indonesia berwarga negara Malaysia. Nah, mungkin setelah memberikan identitas kependudukan sebagai warga negara, Malaysia selanjutnya akan mengklaim desa perbatasan sebagai wilayah negara mereka. Karena menganggap mendapat dukungan dari masyarakat setempat.



MC



: Menurut Bapak sebagai menteri PDT apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi?



Menteri



: Masalah pertama karena sembako. Mencari sembako di perbatasan dekat Malaysia lebih mudah dan murah. Masalah kedua akibat tidak adanya infrastruktur jalan di daerah itu. Masalah ketiga, sambung Marwan, karena masalah telekomunikasi. Di desa itu sulit mendapatkan jaringan komunikasi.



MC



: Tindakan apa yang akan atau telah Bapak lakukan setelah mendengar masalah ini?



Menteri



: Dengan kondisi seperti ini, masalah desa perbatasan menjadi skala prioritas yang harus dilakukan kementerian kami. Selain soal infrastruktur antardesa yang kemudian terhubung dengan kota terdekat, memberikan pemahaman nasionalisme juga harus dilakukan. Dan juga Kasus tapal batas itu menjadi lampu merah agar negara tidak menghiraukan daerah perbatasan. Kasus ini juga akan memperburuk citra Indonesia yang dituding tidak memberi perhatian. Mereka juga warga Indonesia yang patut dan sangat perlu diberi haknya untuk diperhatikan oleh Negara.



MC



: Pemirsa jangan dulu beranjak dari tempat duduk anda, karena kami akan kembali setelah pesan-pesan berikut ini. Tetap di Mata Uwa.



(MC menutup babak 2) IKLAN(Pemutaran video iklan) BABAK 3



(MC membuka babak 3) MC



: Kembali lagi bersama saya Uwa Shihab di Mata Uwa, setelah mendengar penjelasan dari Pa Marwan ada yang ingin disampaikan dari Bu Asie, Bu Rimpong atau Pa Maman mungkin?



Bu Asie



: Ke mana saja pak pemerintah saat ini?



Menteri



: Ada bu, kami pemerintah ada



Bu Asie



: Lantas kenapa kami tidak diperhatikan?



Menteri



: Itu kelalaian kami, karena masalah ini sudah lama bu, dan pemerintah telah berusaha untuk menyelesaikannya.



Bu Asie



: Apa hasilnya?



Menteri



: Kami telah memastikan bahwa 3desa itu adalah bagian dari NKRI.



MC



: Kalau boleh tahu, usaha apa yang telah dilakukan oleh pemerintah sehingga telah bisa dipastikan begitu?



Menteri



: Kementrian terkait sudah berkoordinasi dan mencari solusi yang terbaik, dan pemerintah telah melakukan investigasi terkait masalah ini.



Maman



: izin bertanya pak, kalau boleh tau selain peningkatan keamanan apa yang pemerintah usahakan?



Menteri



: izin menjawab pak TNI, kementrian telah menganggarkan anggaran untuk pembangunan desa perbatasan selain itu pemerintah akan



membangun



layanan public terkoneksi online. MC



: Jadi sudah jelas ya permasalahan ini, ada yang ingin disampaikan lagi Bu Rimpong?



Bu rimpong



: Saya tak akan banyak berkomentar ya mba, saya bersyukur kepada pemerintah dan saya harap pembangunan ini tida hanya omongan belaka.



MC



: Pa Maman?



Maman



: Saya siap mendukung pembangunan desa perbatasan dan saya siap jika masih ditugaskan di daerah perbatasan?



MC



: Kalau Bu Asie bagaimana apakah akan tetap berpindah warga Negara?



Bu Asie



:Lihat saja nanti, kalau masih sulit ya saya akan pindah.



MC



: Bagaimana Pa Marwan?



Menteri



: Kami akan mengusahakan yang terbaik untuk keutuhan NKRI.



MC



: Pemirsa sepenggal kisah problematika kehidupan bangsa perbatasan Kalimantan dengan Malaysia ini ada dalam video yang pada awal segmen telah ditayangkan, cuplikan dari Film Tanah Surga Katanya yang dirilis tahun 2012. Film yang diangkat dari realita ini bisa menjadi gambaran, kenapa mungkin masalah Pengklaiman 3 desa di Nunukan Kalimantan Utara bisa terjadi. Untuk lebih jelasnya, Mari kita undang bintang tamu terakhir pagi hari ini, salah seorang aktris yang berperan sebagai Astuti seorang guru di perbatasan dalam film tersebut, yaitu Astri Febriani.



(MC mengundang bintang tamu 5) MC



: ya selamat >urge> Astri Febriani.



(mc mengulurkan tangan dan mempersilahkan duduk) MC



: Bagaimana kabarnya mba? Makin cantik aja.



Astri



: Alhamdulillah baik mba, mba Uwa lebih cantik hehe



MC



: Mba Astri ini kan sudah bermain di film Tanah Surga…Katanya, boleh tau apa sih yang di ceritakan di film itu?



Astri



: Iya, tahun 2012 lalu saya main di film Tanah Surga..Katanya Tanah Surga..Katanya adalah film yang menceritakan tentang keluarga kecil di dusun dekat kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia yang dikeliling rawa dan sungai. Film ini bercerita tentang orang-orang yang tidak mendapat perhatian pemerintah di perbatasan di Kalimantan dan kondisi pendidikan di perbatasan yang ada di Kalimantan, menggambarkan betapa tanah air perlu dicintai.



MC



: Sungguh menarik, sesuai dengan pengalaman mba syuting di daerah pedalaman Kalimantan, khususnya daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia, bagaimana rasanya saat bermain di film itu ?



Astri



: Film Tanah Surga..Katanya mengambil lokasi di Tayan Kab. Sanggau Kalimantan Barat. Meskipun saya hanya berperan sementara, tapi saya jadi sedikit merasakan bagaimana keluh kesah kehidupan warga disana. Hidup di daerah perbatasan memang bukanlah hal mudah. Tak bisa dipungkiri, memang, keadaan di perbatasan lebih buruk ketimbang Malaysia. Mulai dari ketiadaan listrik, dokter yang hanya seorang, jalanan bebatuan, sulitnya mencari kebutuhan dikarenakan tidak adanya >urg, hingga fasilitas pendidikan yang jauh dari kata layak.



MC



: Setelah mendapatkan pengalaman seperti itu apa tanggapan mba terhadap kasus pengklaiman 3desa saat ini?



Astri



: Asal tahu saja, meski itu film fiksi, namun sebagiannya adalah fakta. Kenyataannya, masyarakat perbatasan tak ‘menghargai’ Rupiah dan tak bisa menyanyikan lagi Indonesia Raya. Juga bahan makanan pokok di Malaysia itu lebih terjangkau dibandingkan dengan bahan makanan pokok dari Negara Indonesia sendiri, yang memang dalam pendistribusiannya agak sulit dan terbatas karena akses. Maka tak ayal apabila mereka lebih memilih banyak “berinteraksi” di Malaysia, karena mereka itu pastinya ingin tetap hidup dan butuh bukti, bukan janji. Mereka berfikir Malaysia lebih membuat hidup



mereka bisa lebih sejahtera dibandingkan dengan hidup di Indonesia. Dan pengklaiman pun tidak dapat dihiraukan. MC



: lalu apakah pesan moral yang dapat Mba Astri sampaikan kepada khalayak dari film Tanah Surga..Katanya itu?



Astri



: Film Tanah Surga…Katanya memang tidak dibuat untuk menumbuhkan rasa kebencian terhadap >urge> tetangga. Film ini menunjukan ketimpangan ekonomi di dua daerah batas >urge>. Sayangnya dalam film ini, terlalu mengutamakan keunggulan ekonomi Malaysia >urge>was> Indonesia. Tanpa melihat kedalam diri Indonesia sendiri, film ini terus menerus menjadikan Malaysia sebagai masalah utama timbulnya konflik indentitas dalam diri tokoh. Padahal dari dalam negeri pun masalah-masalah yang dihadapi juga banyak.



MC



: Pertanyaan terakhir dari saya, Benarkah film ini menguras emosi?



Astri



: Ya untuk menjawabnya kita harus tonton sendiri film Tanah Surga Katanya, ayo tonton dan rasakan bagaimana kehidupan di perbatasan Indonesia.



MC



: Baiklah pemirsa, demikianlah acara pagi hari ini, saya ucapkan terima kasih kepada bintang tamu yang telah hadir.



(MC membacakan kesimpulan kutipan film dengan diiringi music penutup) MC



: Tanah Surga Bukan lautan hanya kolam susu Katanya…. Tapi hanya orang-orang kaya yang bisa minum susu Kail dan Jala cukup menghidupi dirimu Katanya…. Tapi ikan-ikan kita dicuri oleh banyak Negara Tiada badai tiada topan kau temui Katanya…. Tapi kenapa banyak warga perbatasan yang tertiup angin ke Malaysia Ikan dan Udang menghampiri dirimu Katanya…. Tapi awas ada udang di balik batu Orang bilang tanah kita tanah >urge tongkat, kayu dan batu jadi tanaman



Katanya…. Tapi belum semua rakyat Indonesia sejahtera karena banyak oknum pejabat yang menjual kayu dan batu untuk membangun surganya sendiri Akan tetapi, Pernyataan “Tanah Surga…Katanya” sepantasnya tidak hanya dilontarkan kepada pemerintah saja. Sindiran semacam ini juga harusnya bingkai untuk ditujukan kepada rakyat. Bukan saatnya kita untuk masih bertanya-tanya dimana letak tanah >urge, tapi kitalah yang mengemban tugas untuk menjadikan Indonesia menjadi tanah >urge. Saya Uwa Shihab pamit Undur diri sampai jumpa dan selamat pagi. (MC menutup acara Talshow)



SELESAI