NEFROLITIASIS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Mekanisme Dasar Penyakit Fasilitator: Dr Irfan



PATOFISIOLOGI NEFROLITIASIS



Disusun oleh: Kelompok Harniati



Nim: C012171026



Rosita



Nim: C012171039



Irna Megawaty



Nim: C012171037



Dwi Esti Handayani



Nim: C0121710



Siti Hasma



Nim: C0121710



Juhelnita Bubun



Nim: C012171019



PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018



KATA PENGANTAR Puji dan Syukur dipanjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat



dan Karunia-Nya



sehingga



kami dapat menyelesaikan



makalah mengenai “Patofisiologi Nefrolitiasis “. Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok Penyakit pada



di semester 2



untuk Mata Kuliah Mekanisme Dasar



Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin



Makassar. Makalah ini kami buat dengan melihat berbagai sumber referensi atau literatur yang ada. Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada



pada



makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan adanya saran serta kritik yang dapat membangun, untuk penyempurnaan makalah ini selanjutnya.  Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.



Makassar, Mei 2018



Tim Penulis



BAB I PENDAHULUAN Ginjal, ureter,kandung kemih dan uretra



membentuk suatu sistem



urinanarius. Fungsi utama ginjal adalah mengatur cairan serta elektrolit dan komposisis asam basa



dan mengatur tekanan darahcairan tubuh dan



mengeluarkan produk akhir metabolisme dari dalam darah dan mengatur tekanan darah sedangkan urine yang terbentuk sebagai hasil dari



proses metabolik



diangkut dari ginjal mellui ureter kedalam kandung kemih danpada saat urinasi kandung kemih berkontraksi dan urin akandiekstresikan dari tubuh lewat uretra (Smettzer & Bare, 2001). Nefrolithiasis ( Batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal dimana ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriksorganik yang merupakan penyebab utama kelainan saluran kemih, lokasi batu ginjal khas dijumpai di kaliks atau pelvis dan bila keluar akan berhenti dan menyumbat pada daerah ureter ( batu ureter) dan kandung kemih ( Batu kandung kemih). Batu ginjal dapat terbentuk dari kalsium, batu oksalat atau kalsium fosfat. Namun yang paling sering terjadi pada batu ginjal adalah batu kalsium (Fauzi et al., 2016). Prevalensi penyakit ini diperkirakan sebesr 7 % pada perempuan dewasa dan 13% pada laki laki dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki laki sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat. Di Indonesia sendiri penyakit ginjal yang paling sering ditemui adalah gagal ginjal dan nefrolithiasis. Prevalensi tertinggi penyakit nefrolithiasis yaitu didaerah DI Yogyakarta ( 1,2 %) , diikuti oleh Aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah masing masing ( 0,8%)(Fauzi et al., 2016)



BAB II TINJAUAN TEORI A. Anatomi Sistem Perkemihan



Gambar 2.1 Sistem Perkemihan Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). (Biller, Gruener, Brazis, & DeMyer, 2011). (Biller et al., 2011; Pearce, 2017)Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan uretra.



1. Ginjal



Gambar 2.2 Ginjal Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada dinding abdomen. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa.Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen.Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3.Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.



Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan. Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi. a. Lapisan ginjal Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan ginjal terbagi atas : 



lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis)







lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris) Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam



lagi disebut medulla.Bagian paling dalam disebut pelvis.Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul.Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula. b. Unit Fungsional Ginjal



Gambar 2.3 Nefron Ginjal Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor.Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman.Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen.Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan.



Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen. Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman.Bagian yang mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal.Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal. Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap



kembali



glukosa,



asam



amino,



dan



berbagai



ion



mineral.Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari: 



tubulus penghubung 







tubulus kolektivus kortikal 







tubulus kloektivus medularis  Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen



disebut aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular.Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin.Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter. c. Persyarafan pada ginjal Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam



ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal 2. Ureter Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria.Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal. Ureter laki-laki melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferens sedangkan pureter oerempuan melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu



melengkung



secara



ventro-medial



untuk



mencapai



vesica



urinaria.Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih.Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria.Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus. Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca



communis,



a.testicularis/ovarica



serta



a.vesicalis



inferior.Sedangkan persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior. 3. Vesika Urinaria



Gambar 2.4 Vesika Urinaria Vesika urinaria atau kandung kemih adalah satu kantung berotot yang dapat mengempis, terletak di belakang simfisis pubis. Kandung kemih mempunyai tiga muara, yaitu dua muara ureter dan satu muara uretra. Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari otot polos yang di sebut muskulus destrusor. Di dinding kandung kemih terdapat scratch reseptor yang akan bekerja memberikan stimulus sensasi berkemih apabila volume kandung kemih telah mencapai kurang lebih 150 cc. 4. Uretra Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar.Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandun kemih dan bersifat volunter).



Gambar 2.5 Uretra pria Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa. 



Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.







Pars



prostatika



(3-4



cm),



merupakan



bagian



yang



melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya. 



Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis).







Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.



Gambar 2.6 Uretra wanita Letak uretra wanita berada di bawah simphis pubis dan bermuara disebelah anterior vagina. Di dalam uretra bermuara kelenjar periuretra diantara kelenjar skene. Kurang lebih 1/3 medial uretra, terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri dari otot bergaris. Tonus otot sfingter uretra terdapat eksterna dan tonus otot levator ini berfungsimempertahankan urine tetap berada di dalam buli pada saat perasaan ingin miksi. Miksi terjadi jika tekanan intra vesika melebihi tekanan intrauretra akibat kontraksi otot destrusor dan relaksasi sfingter uretra eksterna. B. Fisiologi Sistem Perkemihan (Nuari & Widayanti, 2017; Sherwood, 2014)Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas – batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstra sel ini dikontrol oleh filtrasi glomerolus, reabsorpsi dan sekresi tubulus. Untuk lebih jelasnya fungsi dasar ginjal dapat dibagi menjadi dua fungsi, yaitu : 



Fungsi Eksresi a. Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 m-osmol dengan mengubah – ubah eksresi air.



b. Mempertahankan kadar masing – masing elektrolit plasma dalam rentang normal. c. Mempertahankan Ph plasma sekitar 7.4 dengan mengeluarkan H+dan membentuk kembali HCO3- . d. Mengeksresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein, terutama urea, asam urat dan kreatinin. 



Fungsi Non – Eksresi a. Menghasilkan renin, penting untuk pengaturan tekanan darah. b. Menghasilkan eritripoetin, faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sum – sum tulang. c. Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktif. d. Degradasi insulin, sekitar 20 % dari insulin dibentuk oleh pankreas dan didegradasi oleh sel – sel tubulus ginjal, akibatnya penderita diabetes yang menderita payah ginjal mungkin membutuhkan insulin yang jumlahnya sedikit. (Suharyanto, Toto & Abdul Madjid. 2009:18)



1. Pembentukan Urine Pembentukan urine adalah fungsi ginjal yang paling esensial dalam mempertahankan homeostasis tubuh. Pembentukan urine berlangsung dalam tiga tahap yaitu : a. Filtrasi glomerulus Tahap filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya terdapat glomerulus yang dikelilingi sangat dekat oleh kapsula Bowman . Proses filtrasi: Ketika darah yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat-zat lain serta sel-sel darah dan molekul protein masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut, melewati pori-pori endotelium kapiler glomerulus, kecuali sel-sel darah dan molekul protein. Kemudian menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi, masuk ke dalam ruang kapsula Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer ini mengandung: air,



protein, glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik. Glukosa, ion anorganik dan asam amino masih diperlukan tubuh. b. Reabsorpsi Reabsorpsi yaitu proses penyerapan kembali zat-zat hasil filtrasi yang masih diperlukan tubuh misalnya vitamin, glukosa & asam amino. Dimulai dari tubulus kontortus proksimal, reabsorpsi dilakukan oleh dinding usus secara difusi & transfor aktif. Dinamakan reabsorpsi obligat, dimana 80% air diserap kembali di tubulus ini. Filtrat yang keluar dinamakan urine sekunder/filtrat tubulus. Lalu masuk melewati lengkung henle desenden(turun) terjadi reabsorpsi 6% air dan lengkung henle asenden(naik) terjadi reabsorosi Na+ & Cl-. Akhirnya masuk ke tubulus kontortus distal, terjadi penambahan dan pengurangan filtrat. Reabsorpsi Na+, Ca2+ & air dikontrol oleh hormon antideuretik(ADH), reabsorbsi ini dinamakan reabsorpsi fakultatif karena reabsorpsinya disesuikan dengan kebutuhan. c. Sekresi sekresi beberapa zat dari darah dikapiler ke filtrat berupa ion K+, PO3-, keratin, obat-obatan dan senyawa toksik terjadi di tubulus kontortus distal, lalu mengalir ke duktus kolektifus akan terjadi reabsorpsi air dan ion Na+ dipengaruhi oleh ADH & aldesteron dan augmentasi ion K+ dan ion bikarbonat. Kemudian urine diampung di katung kemih, daya tampungnya 300 cc, tekanan ke dinding katung menyababkan ingin buang air kencing..



C. Nefrolitiasis 1. Pengertian



Gambar 2.7 Nefrolitiasis Batu ginjal (nefrolitiasis) merupakan benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalma urin pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu triple fosfat ini dapat terjadi karena infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%)(Grace & Borley, 2013). Kidney stone (batun ginjal), juga dikenal sebagai renal calculi atau nephrolithiasis, terjadi di dalam ginjal. Batu dapat juga membentuk di tempat lain di dalam saluran kencing. Pasien tidak merasakan gejala batu ginjal apapun sampai batu bergerak sepanjang saluran ginjal ke arah kandung kemih. Ada Kristal di dalam urin. Kristal mungkin dibentuk dari kalsium, asam urat, cysteine, atau struvite(DiGiulio, Jackson, & Keogh, 2013). Batu ginjal atau kalkulus renal (nefrolitiasis) dapat terbentuk dimana saja di dalam traktus urinarius kendati paling sering ditemukan pada piala ginjal (pelvis renis) atau kalises. Batu ginjal memiliki ukuran yang Beragam dan bisa soliter atau multiple (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011) 2. Etiologi



(Black & Hawks, 2015; Kowalak et al., 2011)Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi). Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalma 2 faktor : a. Factor endogen : 



Hyperkalsemia



: Meningkatnya kalsium dalam darah







Hyperkasiuria



: Meningkatnya kalsium dalam urin







Ph urin







Kelebihan pemasukan cairan dlam tubuh yang bertolak belakang dengan keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh



b. Factor eksogen : 



Air minum Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidak seimbangan cairan yang masuk







Suhu Tempar yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran keringat,yang akan mempermudah pengurangan produksi urin dan mempermudah terbentuknya batu.







Makanan Kurangnya



mengkonsumsi



terbentuknya batu 



Dehidrasi



protein



dapat



menjadi



factor



Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut membantu proses pembentukan urin. 3. Patofisiologi (Black & Hawks, 2015; Grace & Borley, 2013; Kowalak et al., 2011)Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat. Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori : a. Teori supersaturasi Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu. b. Teori matriks Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu. c. Teori kurang inhibitor Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan. d. Teori epistaxi



Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama, salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium. e. Teori kombinasi Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas. 4. Jenis-jenis Batu dan Komposisi Batu (Black & Hawks, 2015; Kowalak et al., 2011)Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, da sistin, silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan / komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif. a. Batu Kalsium Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80% dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu.Faktor terjadinya batu kalsium adalah hiperkalsiuri, hiperoksaluri, hiperurikosuria, dan hipositraturia b. Batu Struvit Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah : Proteusspp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus. Meskipun E coli banyak menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah urea.



c. Batu Asam Urat Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antaranya 75-80% batu asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya merupakan campuran



kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat



banyak diderita oleh pasien-pasien gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini.



5. Penatalaksanaan Penatalaksanaan



pada



nefrolitiasis



menurut



(Haerudrin,



2015)



tergantung pada lokasi batu, derajat obstruksi, sifat batu, fungsi ginjal yang terkena dan ada tidaknya infeksi pada saluran kemih. Bila batu- batu yang melewati saluran kemih berukuran kecil maka maka tidak perlu di beri terapi obat khusus, namun untuk mendorong batu- batu tersebut di perlukan obat anti nyeri dan banyak minum air. Bila penderita nefrolitiasis mengalami muntah atau tidak mampu minum maka di berikan terapi cairan melalui intravena. Bila ukuran batu lebih besar akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat, sehingga perlu penanganan yang lebih intensif, seperti: 1. Extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL), sebuah tindakan untuk menghanculkan



batu



ginjal,



dimana



mesin



lithotripter



akan



menghasilkan gelombang kejut untuk memecahkan batu menjadi ukuran lebih kecil sehingga mudah melewati saluran ureter. 2. Ureteroscopy , sebuah alat yang berbentuk tabung panjang dan ujungnya terdapat alat yang berbentuk keranjang. Alat ini di masukkan melalui bladder yang fungsinya menghancurkan batu dengan energy laser. 3. Percutaneous neprolithotomy , dimana



alat nephroscope yang



bentuknya seperti kawat kecil berfungsi untuk menghancurkan batu dan tindakan ini di lakukan oleh ahli urologi di rumah sakit Terlepas dari penyebabnya, tujuan utama dari manajemen medis adalah untukmencegah pembentukan batu baru dengan mengurangi konsentrasi sistin dibawah batas atas yang kelarutannya. a. Intervensi non-farmakologis Menjaga



asupan



cairan



meningkat,



penurunan



konsumsi



protein,perubahan pola makan yang mengandung natrium trendah, diet rendah kalsium, diet rendah oksalat, diet rendah kalium,diet rendah purin, mengurangi asupan vitamin C karena ada beberapa penelitian yang mengatakan bahwa pemberian vitamin C dalam dosis besar dapat



meningkatkan eksresi oksalat urin dan dapat meningkatakan resiko nefrolitiasis,dan asam lemak esensial. b. Intervensi farmakologis -



Pengobatan untuk hiperkalsiuria Hiperkalsiuria didefinisikan sebagai ekskresi kalsium urin dengan menggunakan



obat-obatan



diuretic



seperti



chlorothiazide,



hidroklorotiazid, dan bendrofluazide (diuretik thiazide) dan indapamide dan chlorthalidone (diuretik terkait erat dengan tiazid). Obat



ini



mengurangi



hiperkalsiuria



dengan



meningkatkan



reabsorpsi pecahan kalsium dalam nefron distal dan mengurangi penyerapan kalsium usus. -



Pengobatan untuk hyperuricosuria Hyperuricosuria didefinisikan sebagai ekskresi asam urat, hal ini dapat digunakan obat allopurinol, sebuah xantin oksidase inhibitor yang mencegah konversi hipoksantin untuk xanthine, dan asam uratakhirnya. Awalnya, dosis 100-300 mg / hari digunakan, tetapi ini dapatditingkatkan untuk mencapai pengurangan output urat jika diperlukan.



BAB III KESIMPULAN Batu ginjal (nefrolitiasis) merupakan benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih yang berasal dari kalsium oksalat , fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu triple fosfat ini dapat terjadi karena infeksi), asam urat , dan sistin. Batu ginjal dapat terjadi di mana saja di saluran urinarius walaupun paling sering terjadi di ginjal dengan ukuran dan jenis batu yang berbeda-beda. Sehingga untuk mencegah terjadinya batu ginjal maka yang perlu di perhatikan yaitu menjaga pola makan dan minum termasuk jenis makanan yang dikonsumsi, serta menjaga gaya hidup yang sehat.



DAFTAR PUSTAKA Biller, J., Gruener, G., Brazis, P. W., & DeMyer, W. (2011). DeMyer’s The neurologic examination : a programmed text. Black, J. M., & Hawks, J. H. (2015). Keperawatan Medikal Bedah: Keperawatan Klinis untuk Hasil yang di Harapkan (8th ed.). Singapore: ELSEVIER. DiGiulio, M., Jackson, D., & Keogh, J. (2013). Medical-Surgical Nursing Demystified (Second Edi). Mc Graw-Hill Education. Fauzi, A., Manza, M., Putra, A., Ortopedi, B., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2016). Nefrolitiasis, 5(April), 69–73. Grace, P. A., & Borley, N. R. (2013). Surgery at a Glance. Jakarta: Erlangga. Haerudrin. (2015). Nefrolitiasis, (i), 16–45. Kowalak, J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2011). Buku Ajar Patofisiologi (Professional Guide to Pathophysiology). Jakarta: EGC. Nuari, N. A., & Widayanti, D. (2017). Gangguan pada sistem perkemihan dan penatalksanaan keperawatan (1st ed.). Yogyakarta: Deepublish. Pearce, E. C. (2017). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis (6th ed.). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem (8th ed.). Jakarta: EGC. Smettzer & Bare. (2001). Brunner and Sudarth’ Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.