Nyai Brintik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LEGENDA NYAI BRINTIK Diah Khoirunnisa XI IPS 2 / 11 Di sebuah bukit yang menakutkan, penuh dengan pohon-pohon besar dan lebat serta banyak berkeliaran binatang buas, tinggallah seorang wanita yang sangat cantik dan sakti. Rambut wanita itu keriting, dimana dalam bahasa Jawa berintik. Karena itulah bukit itu disebut sebagai bukit brintik, sama halnya dengan wanita tersebut yang disebut orang dengan sebutan Nyai Brintik. Kesaktian Nyai Brintik didapatnya secara tidak sengaja. Nyai Brintik : (berjalan-jalan sendirian di bukit) Hari ini sungguh sial. Aku tak mendapatkan apapun untuk dijual. (mengumpat-ngumpat) Nyai Brintik tak sadar jika ia berjalan terlalu jauh. Tiba-tiba hujan turun dengan deras. Nyai Brintik : (berlari mencari tampat berlindung sambil mengumpat dengan kata-kata kasar) Sial benar hari ini! Sudah tak mendapat apapun, aku masih harus kehujanan pula! Tiba-tiba saja ia menemukan gua yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Nyai Brintik segera masuk ke dalam gua itu. Di sana ia melihat hal-hal yang sangat mencengangkan: sebilah pedang dan sebuah kitab kesaktian teronggok di pojokan gua yang lumayan besar. Nyai Brintik : (ternganga, lalu tersenyum setan) Rupanya aku tak benar-benar sial hari ini. Aku menemukan pedang dan kitab milik Patih Danurejo si pertapa yang sakti mandraguna yang dicari-cari orang! Hahaha, lihat saja, aku akan membalas perlakuan orang-orang yang semena-mena terhadapku begitu aku bisa menguasai ilmu ini. Hahaha! Sejak saat itu Nyai Brintik tinggal di gua tersebut, untuk menguasai ilmu dari kitab kesaktian. Beberapa tahun kemudian Nyai Brintik telah menjadi wanita yang sakti karena menguasai kitab kesaktian dan ilmu pedang. Tersiar kabar ke penjuru kota bahwa bukit itu telah dikuasai oleh wanita cantik dan sakti yang kejam. Tak ada seorangpun yang berani mendekati bukit itu. Meskipun begitu, Nyai Brintik tak pernah puas dengan kesaktiannya. Ia gemar mengumpulkan pusaka-pusaka ampuh untuk menambah kesaktiannya. Untuk itu, ia tak segan-segan mencuri, merampas bahkan membunuh pemiliknya. Suatu hari terdengar kabar bahwa Kerajaan Demak akan melakukan upacara penjamasan (pembersihan) pusaka kerajaan yang biasanya dilakuakan oleh Sunan Kalijaga. Karena saat itu Sunan kalijaga sedang berhalangan, maka tugasnya digantikan oleh Sunan Muria. Semua orang berduyun-duyun menyaksikan upacara itu dengan harapan dapat memeroleh berkah dari puaka-pusaka yang akan dibersihkan. Salah satu pusaka yang akan dibersihkan adalah Keris Sangkelat dan Keris Pasopati yang sangat terkenal keampuhannya. Karena itu, Nyai Briting memutuskan untuk turut mendatangi tempat penjamasan, untuk membawa lari kedua keris itu untuk dirinya sendiri. Nyai Brintik : (memerhatikan Sunan Muria mulai mengeluarkan pusaka) Aku harus bisa mendapatkan kedua keris itu! (melompat ke arah Sunan Muria) Berikan padaku kedua keris yang kau pegang! (merebut kedua keris, lalu menghilang) Semua orang terkesima karena kejadian itu terjadi terlalu cepat. Semua orang berlarian menyelamatkan diri. Kerajaan Demak gempar. Raja mengutus seorang perwira untuk mengejar si perampas. Raja : Kutitahkan padamu untuk mengejar perampas kedua pusaka tadi dan mengembalikan keriskeris tadi kemari! Kusarankan supaya kau pergi ke daerah Semarang! Perwira : Baik , Yang Mulia. Saya mohon diri. Di tengah perjalanan perwira bertemu dengan seorang kakek tua. Ia memberitahu si perwira bagaimana cara menemukan si perampas. 1



Kakek : Mencari siap kau nak? Sepertinya kau tampak sangat kebingungan. Mungkin kakek bisa membantumu. Perwira : Iya kakek, saya benar-benar bingung, Baginda raja menitahkan saya untuk menemukan perampas kedua pusaka pada saat penjamasan kemarin. Saya tidak tahu bagaimana saya dapat menemukan dia. Kakek : Ketahuailah anakku, perampas kedua pusaka itu adalah Nyai Brintik. Ia tinggal di bukit yang sama seperti namanya. Tanyakanlah nama Nyai Brintik di daerah Semarang, orang akan memberitahumu dimana ia tinggal. Perwira : Terima kasih atas bantuannya, kakek. Permisi. (bergegas menuju daerah yang ditunjukkan kakek tadi) Bukit Brintik Nyai Brintik : (tertawa bahagia sambil meletakkan kedua pusaka hasil rampasan ke lemari penyimpanan) Hahaha... Akhirnya kudapatkan pusaka yang paling sakti. Hahaha! (meletakkan kedua pusaka ke dalam lemari penyimpanan, lalu melangkahkan kaki keluar gua) Betapa terkejutnya Nyai Brintik melihat seorang Perwira menunggunya di mulut gua. Nyai Brintik : (terkejut) Apa yang kau lakukan di sini? Pergi sebelum aku marah besar! Perwira : Maaf Nyai, namun kedatangan saya kemari bertujuan untuk mengambil kembali pusaka Kerajaan Demak yang kemarin Nyai rampas. Nyai Brintik : (marah besar) Apa kau bilang? Kau ingin mengambil kembali keris-keris itu? Tidak. Mereka telah menjadi milikku! Lewati dulu mayatku! Perkelahian tak dapat dihindarkan. Meskipun Nyai Brintik adalah seorang wanita, ia tak mudah dikalahkan karena kesaktiannya benar-benar kuat. Akhirnya perwira tadi pingsan setelah diterjang Nyai Brintik dengan tenaga dalamnya. Tiba-tiba muncul seseorang di depan Nyai Brintik. Laki-laki : (dengan tenang dan penuh wibawa) Hai Nyai Brintik, jika engkau ingin selamat, kembalikan kedua keris itu. Belum saatnya engkau memiliki benda itu. Berikanlah kepadaku! Nyai Brintik : (marah bukan main, lalu tanpa sepatah kata menerjang lelaki tadi) Laki-laki : (menghindar dengan cepat, kemudian duduk bersemedi) Nyai Brintik : (memukul, menendang, dan memusatkan semua tenaganya untuk menerjang lelaki itu) Dengan sia-sia Nyai Brintik meneruskan sepak terjangnya. Rupanya lelaki tadi telah mengubah dirinya menjadi pohon besar yang tegar. Beberapa saat kemudian Nyai Brintik kehabisan tenaga. Ia jatuh tak sadrkan diri. Bersamaan dengan itu, pohon besar itu berubah menjadi lelaki tadi, masih dalam posisi bersemedi. Ketika akhirnya Nyai Brintik sadar, ia menyapa lelaki itu dengan suara gemetar. Nyai Brintik : Wahai Ki Sanak, siapakah sebenarnya Ki Sanak ini? Sungguh tinggi ilmu yang Ki Sanak miliki. Selama hidupku, belum pernah aku menjumpai orang seperti Ki Sanak. Lelaki : (menjawab dengan tenang) Ketahuilah, Nyai Brintik. Aku adalah Sunan Kalijaga. (diam sejenak) Nyai Brintik, janganlah engkau takabur. Jangan sombong. Jangan ingin menang sendiri. Ketahuilah, betapapun tinggi ilmu dan kesaktianmu, ternyata masih ada yang dapat melebihinya! (dengan penuh wibawa) Sekarang, serahkanlah kedua keris itu. Kedua benda itu memang bukan milikmu! Nyai Brintik menyerahkan kedua keris itu kepada Sunan Kalijaga dengan penuh hormat. Suana Kalijaga bersama sang perwira membawa kembali kedua keris itu ke Demak. Sejak saat itu Nyai Brintik menjadi murid Sunan Kalijaga. Ia menjadi murid yang pandai, sholihah dan senang mengamalkan ilmunya demi kepentingan sesama. Setelah meninggal, ia dimakamkan di Gunung Brintik yang berada di tengah-tengah Perkuburan Bergota. 2