OCD Full [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obsessive compulsive disorder (OCD) pernah dianggap sangat langka, tetapi studi epidemiologi baru-baru ini telah menunjukkannya sebagai gangguan psikiatri keempat yang paling umum (setelah penyalahgunaan zat, fobia spesifik, dan depresi berat). OCD merupakan gangguan kronis yang menghasilkan morbiditas yang signifikan ketika tidak didiagnosis dan dirawat dengan benar. Perawatan termasuk terapi perilaku kognitif dan manajemen obat. Penggunaan clomipramine pada tahun 1960 dan kemudian pengenalan inhibitor serotonin reuptake pada tahun 1980 mewakili kemajuan penting dalam pengobatan farmakologis OCD. Meskipun modalitas pengobatan yang efektif, banyak pasien hanya menunjukkan respon parsial atau resisten terhadap obat yang tersedia. OCD yang resistan terhadap SRI adalah salah satu dari beberapa diagnosis dalam psikiatri modern yang prosedur bedah-bedah invasifnya tetap menjadi bagian dari pengobatan yang telah ditetapkan.1 Untuk seorang psikiater anak yang dilatih 30 tahun lalu, OCD pada anakanak temuan yang jarang. Banyak yang dikatakan, dan diajarkan, tentang perawatan psikodinamik gangguan ini pada pasien yang lebih muda, dan laporan dari terapi seperti itu diterbitkan, bahkan hasilnya tidak jelas dalam jangka panjang2 Untuk remaja yang lebih tua, dokter memperdebatkan peran manifestasi obsesif-kompulsif sebagai gejala prodromal skizofrenia, dan ada laporan anekdot dari orang dewasa yang lebih tua dengan obsesi yang berat, resisten terhadap semua perawatan yang dikenal, yang pada tahun 1940-an dan 1950-an memiliki prosedur bedah saraf seperti lobotomi frontal. Akhir 1960-an dan awal 1970-an melihat pengenalan terapi obat spesifik pertama untuk orang dewasa seperti phenelzine dan, yang paling penting, clomipramine. Pada saat yang sama, perawatan perilaku pertama muncul, dan dikembangkan dan dipelajari di tahun-tahun berikutnya. Pada akhir 1980-an, fluoxetine dirilis dan cepat diakui sebagai obat anti-selenium yang kuat.2



1



2



1.1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah uang diajukan adalah sebagai berikut: “Apakah OCD itu dan bagaimana gambaran klinis, penegakkan diagnosis, terapi dan prognosis OCD?”



1.2. Tujuan Untuk mengetahui gambaran klinis, penegakkan diagnosis, terapi dan prognosis OCD. 1.3. Manfaat Sebagai sumber informasi dan sumber wawasan untuk pembaca mengenai OCD.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1 GANGGUAN OBSESI KUMPULSI 2.1.1



DEFINISI Obsesi merupakan ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau



perasaan yang tidak dapat ditentang yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang disertai dengan kecemasan (juga dikenal sebagai perenungan [rumination]). Kompulsi merupakan kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang, jika ditahan, menyebabkan kecemasan; perilaku berulang sebagai respons suatu obsesi atau dilakukan menurut aturan tertentu, tanpa akhir yang sebenarnya dalam diri selain daripada untuk mencegah sesuatu terjadi di masa depan.3 Obsesi atau kompulsi pada gangguan obsesi kompulsi harus menyebabkan gangguan



yang



berarti,



mengonsumsi



waktu,



dan



secara



signifikan



menginterferensi rutinitas pasien, fungsi okupasi, aktivitas sosial atau hubungan sosial pasien.3



2.1.2



EPIDEMIOLOGI Pada studi Epidemiological Catchment Area, ditemukan prevalensi



gangguan obsesif-kompulsif adalah sebanyak 2,5%. Penemuan terapi dan edukasi yang efektif kepada pasien telah secara signifikan meningkatkan identifikasi pasien dengan gangguan ini. Insidensi gangguan obsesif lebih banyak pada pasien dermatologi dan pasien-pasien bedah plastik.4 Tidak terdapat perbedaan prevalensi diantara berbagai ras dan etnik, walaupun preokupasi patologi spesifik mungkin bervariasi seiring dengan kultur dan agama. Prevalensi gangguan obsesif kompulsif sama pada laki-laki dan wanita, walaupun gangguan ini lebih sering ditemukan pada anak laki-laki atau remaja lakilaki dan cenderung ditemukan pada wanita pada usia dua puluhan.4



3



4



2.1.3



ETIOLOGI



Faktor biologis3 Neurotransmitter Sistem Serotonergik. Data menunjukkan obat-obat serotonergik lebih efektif dalam tatalaksana gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan dengan obat-obat yang mempengaruhi neurtransmitter lain, tapi mengenai apakah serotonin terlibat sebagai penyebab gangguan ini masih belum jelas. Sistem Noradrenergik. Belakangan ini, sedikit bukti menunjukkan adanya disfungsi sistem noreadrenergik pada gangguan obsesif-kompulsif. Beberapa laporan menunjukkan perkembangan dari gangguan ini dengan penggunaan clonidine oral (Catapres), obat yang menurunkan kadar norepinefrin dari saraf presinaptik. Neuroimunologi. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara infeksi streptokokus dan gangguan obsesif-kompulsif. Infeksi streptokokus β-hemolitikus grup A dapat menyebabkan demam rematik, dan kira-kira 10-30 % dari pasien menunjukkan gejala Sydenham Chorea dan menunjukkan gejala obsesif-kompulsif. Genetik. Data menunjukkan bahwa gangguan obsesif kompulsif memiliki komponen genetik yang signifikan. Orang dengan anggota keluarga gangguan obsesif-kompulsif memiliki kemungkinan tiga kali hingga lima kali lebih mungkin terkena gangguan ini dibandingkan dengan orang yang tidak ada riwayat keluarganya. Namun, data tersebut belum menentukan faktor herediter yang berpengaruh terhadap transmisi gangguan tersebut.



2.1.4



DIAGNOSIS (PPDGJ III) Adapun pedoman diagnostik gangguan obsesif-kompulsif menurut



Penggolongan Pedoman Diagnostik Gangguan Jiwa III, adalah sebagai berikut:5 F42 Gangguan Obsesif-Kompulsif 



Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.



5







Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita.







Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut : (a) Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri; (b) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita; (c) Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas); (d) Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).







Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi. Penderita gangguan obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang (F33.-) dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresif-nya. Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersbut, maka diagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu. Diagnosis gangguan obsesif-kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.







Gejala obsesif “sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut.



6



F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan Pedoman Diagnostik 



Keadaan ini dapat berupa : gagasan, bayangan pikiran, atau impuls (dorongan perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien);







Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu menyebabkan penderitaan (distress)



F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif Pedoman Diagnostik 



Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan: kebersihan (khususnya mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi bahaya tidak terjadi, atau masalha kerapihan dan keteraturan. Hal tersebut dilatar-belakangi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari bahaya tersebut.







Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa jam dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan ketidak-mampuan mengambil keputusan dan kelambanan



F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif Pedoman Diagnostik 



Kebanyakan dari penderita obsesif-kompulsif memperlihatkan pikiran obsesif serta tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bilamana kedua hal tersebut sama-sama menonjol, yang umumnya memang demikian.







Apabila salah satu memang jelas lebih dominan, sebaiknya dinyatakan dalam diagnosis F42.0 atau F42.1. Hal ini berkaitan dengan respons yang berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih responsif terhadap terapi perilaku.



7



F42.8 Gangguan Obsesif-Kompulsif Lainnya F42.9 Gangguan Obsesif-Kompulsif Yang Tidak Tergolongkan



2.1.5



TATALAKSANA Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kronis yang dapat



diterapi sebagai pasien rawat jalan. Terapi utama gangguan ini adalah obat-obatan antidepresan golongan serotonergik, bentuk tertentu dari terapi perilaku (beberapa bentuk dari CBT), edukasi dan intervensi keluarga dan pada kasus yang sangat jarang, neurosurgery.3,6 Selective Serotonin Reuptake Inhibitors. SSRI telah disetujui oleh FDA sebagai tatalaksana gangguan obsesif-kompulsif. Dosis yang semakin tinggi diperlukan untuk efek yang menguntungkan, misalnya 80 mg fluoxetine per hari. Walaupun SSRI dapat menyebabkan gangguan tidur, mual dan diare, sakit kepala, ansietas dan kecapekan, efek samping ini seringnya hanya sementara dan biasanya tidak begitu masalah dibandingkan degan efek samping yang disebabkan oleh obat trisiklik antidepresan seperti clomipramin. Hasil terapi yang paling bagus apabila terapi SSRI dikombinasikan dngan terapi perilaku. Clomipramine. Dari semua obat trisiklik dan tetrasiklik, clomipramin merupakan obat yang paling selektif terhadap reuptake serotonin dan norepinefrin dan mekanisme kerja ini hanya dapat dilebihi oleh SSRI. Dosis clomipramin harus dititrasi 2-3 minggu untuk menghindari efek samping gastrointestinal dan hipotensi ortostatik. Obat ini menyebabkan sedasi signifikan dan efek antikolinergik, termasuk mulut kering dan konstipasi. Sebagaimana dengan SSRI, hasil paling baik jika terapi dikombinasikan dengan terapi perilaku. Terapi perilaku. Terapi obat-obatan akan bertahan lebih lama apabila dibarengi dengan terapi perilaku. Oleh karena itu, banyak klinisi yang menyarakan terapi perilaku pada pasien gangguan obsesif-kompulsif. Desensitisasi, penghentian pikiran, terapi implosif telah digunakan sebagai terapi perilaku pada pasien gangguan obsesif-kompulsif.



8



2.1.6



PROGNOSIS Lebih dari setengah pasien gangguan obsesif kompulsid mengalami onset



gejala yang tiba-tiba. Onset gejalanya kira-kira 50-70 persen terjadi setelah pasien mengalami kejadian yang menekan pasien, seperti kehamilan, masalah seksual, kematian anggota keluarga. Karena banyak pasien yang menyembunyikan gejalanya, mereka sering menunda 5-10 tahun sebelum pergi berkonsultasi ke psikiater. Kesembuhan biasanya terjadi agak lama; beberapa pasien mengalami kesembuhan yang berfluktuasi dan ada yang konstan.3



BAB 3 KESIMPULAN Obsessive compulsive disorder (OCD) atau gangguan obsesif kompulsif ialah gangguan yang ditandai dengan pikiran negatif yang membuat penderita merasa gelisah, takut, dan khawatir. Sehingga untuk menghilangkan kecemasan itu, ada obsesi berlebihan dari si penderita. Etiologinya belum dapat dipastikan namun diduga karena ketidakseimbangan pelepasan neurotransmiter seperti pada sistem serotonergik maupun noradrenergik. Diagnosis OCD merujuk pada PPDGJ III diperlukan gejala obsesif atau kompulsif atau keduanya harus ada hampir setiap hari selama setidaknya dua minggu berturut-turut. Tatalaksana OCD dapat berupa pemberian obat SSRI, Clomipramine dan juga terapi perilaku untuk membiasakan pasien.



9