Otitis Eksterna  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT LABORATORIUM ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK



OTITIS EKSTERNA Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya



Oleh: Alfiani Rosyida Arisanti 209.121.0013



Pembimbing: dr. Dian Suprodjo, Sp.THT-KL.



KEPANITERAAN KLINIK MADYA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG RSUD KANJURUHAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG 2014



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayahNya kepada penyusun sehingga Referat Laboratorium Ilmu Kesehatan Hidung-TelingaTenggorok yang berjudul “Otitis Eksterna” ini dapat terselesaikan sesuai rencana yang diharapkan. Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Madya serta guna menambah ilmu pengetahuan mengenai permasalahan penyakit pada telinga khususnya Otitis Eksterna. Penyusun menyampaikan terima kasih kepada pembimbing kami, dr. Dian Suprodjo, Sp.THT-KL. atas segenap waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan kepada kami selama proses pembuatan referat ini. Penyusun menyadari bahwa laporan referat ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran dan kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca, penyusun ucapkan terima kasih. Semoga referat ini bermanfaat bagi dosen, penyusun, pembaca serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.



Kepanjen, Januari 2014 Penyusun



Alfiani Rosyida Arisanti



1



DAFTAR ISI Judul Kata Pengantar .................................................................................................1 Daftar Isi ..........................................................................................................2 BAB I : Pendahuluan Latar Belakang ...........................................................................................3 Rumusan Masalah ......................................................................................4 Tujuan ........................................................................................................4 Manfaat ......................................................................................................4 BAB II : Tinjauan Pustaka Otitis Eksterna Definisi ..................................................................................................5 Epidemiologi .........................................................................................5 Etiologi dan Faktor Resiko ....................................................................5 Patofisiologi ..........................................................................................6 Tanda dan Gejala ...................................................................................7 Klasifikasi..............................................................................................8 Diagnosis .............................................................................................12 Penatalaksanaan ..................................................................................12 Komplikasi ..........................................................................................14 Prognosis .............................................................................................15 BAB III : Penutup ..........................................................................................16 Daftar Pustaka .................................................................................................17



2



REFERAT LABORATORIUM ILMU KESEHATAN THT



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah timbulnya otitis eksterna antara lain perubahan pH yang biasanya normal atau asam menjadi basa, keadaan udara yang hangat dan lembab, serta trauma lokal ringan ketika mengorek telinga.



8



Faktor ini menyebabkan berkurangnya fungsi



protektif dan menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut antara lain pseudomonas (41 %), streptokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).1,2,3 Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada otitis eksterna furunkulosis melibatkan liang telinga sepertiga luar. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur.



4



Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar



yang sering dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya.1,2 Penyakit otitis eksterna sering dijumpai pada daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim sejuk dan kering. Setiap tahun, otitis eksterna terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang di Amerika Serikat. Kejadian lebih tinggi selama musim panas yang terkait dengan kelembaban telinga dan peningkatan kegiatan di air seperti berenang atau mandi. Otitis eksterna akut, kronis, dan eczematous merupakan otitis yang umum di Amerika Serikat, namun otitis necrotizing jarang terjadi. Secara umum, di dunia, frekuensi otitis eksterna belum diketahui secara pasti, namun insidennya meningkat di Negara tropis seperti Indonesia. 7 Oleh karena itu, kasus otitis eksterna termasuk dalam kasus dengan area kompetensi empat, dimana dokter umum atau dokter pada tingkat layanan primer



3



harus mampu membuat diagnosa klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan serta mampu memutuskan dan menangani kasus tersebut secara mandiri hingga tuntas. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penyusun mengangkat kasus ini sebagai bahan pembelajaran dalam upaya penanganan penyakit otitis eksterna.



1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Apa definisi dan klasifikasi dari penyakit otitis eksterna? 1.2.2. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit otitis eksterna? 1.2.3. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit otitis eksterna? 1.2.4. Bagaimana penegakan diagnosa pada penyakit otitis eksterna? 1.2.5. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit otitis eksterna? 1.2.6. Bagaimana prognosis dan komplikasi dari penyakit otitis eksterna?



1.3. Tujuan 1.3.1. Mengetahui definisi dan klasifikasi dari penyakit otitis eksterna 1.3.2. Mengetahui mekanisme terjadinya penyakit otitis eksterna 1.3.3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit otitis eksterna 1.3.4. Mengetahui cara penegakan diagnosa pada penyakit otitis eksterna 1.3.5. Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit otitis eksterna 1.3.6. Mengetahui prognosis dan komplikasi penyakit otitis eksterna



1.4. Manfaat Referat ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum tentang penyakit otitis eksterna sehingga dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan dalam penegakan diagnosa maupun penatalaksanaannya.



4



REFERAT LABORATORIUM ILMU KESEHATAN THT



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1.Definisi Otitis Eksterna Otitis eksterna (OE) adalah peradangan pada telinga bagian luar (meatus acusticus eksternus/MAE), aurikula, atau keduanya) baik akut maupun kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau virus. Otitis eksterna (OE) biasanya merupakan infeksi bakteri akut kulit MAE (paling sering disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa atau Staphylococcus aureus) tetapi juga dapat disebabkan oleh bakteri lain.11,13



2.2.Epidemiologi Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari s/d Desember 2000 di Poliklinik THT RS H. Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru dimana, dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna, 282 kasus (2,62%) otitis eksterna difusa dan 585 kasus (5,44%) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklimiklim sejuk dan kering. 1 Otitis eksterna dapat ditemukan pada semua kelompok umur, tetapi dalam suatu penelitian selama periode November 2012 - Januari 2013 di Poliklinik THT BLU Prof Dr.R.D. Kandou didapatkan 20 pasien otitis eksterna yang terdiri dari kelompok usia 0-12 tahun enam orang (30%), 13-17 tahun dua orang (10%), 1859 tahun 10 orang (50%), ≥60 tahun dua orang (10%).



14



Dari hasil dikemukakan



oleh Palandeng di Poliklinik THT BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado (2011) yang mendapatkan pasien perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, dengan hasil 255 perempuan (57,96%) dan 185 laki-laki (42,04%).8



2.3.Etiologi dan Faktor Resiko Otitis eksterna paling sering disebabkan oleh bakteri patogen. Dalam sebuah penelitian, 91% kasus OE disebabkan oleh karena bakteri. Bakteri patogen yang



5



sering menyebabkan otitis eksterna yaitu pseudomonas (41%), streptokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Varietasnya antara lain otitis eksterna oleh jamur (otomycosis) yang disebabkan oleh jamur Candida albicans dan Aspergillus niger. Beberapa faktor resiko terjadinya otitis eksterna, yaitu : 1,6,7  Derajat keasaman (pH): pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi sebagai protektor terhadap kuman. Peningkatan pH menjadi basa (di atas 6.0) akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh karena proteksi terhadap infeksi menurun.  Udara: udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah tumbuh.  Trauma: trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda tumpul seperti cotton bud merupakan faktor predisposisi terjadinya OE.  Berenang: terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam



renang menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri.  Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna



rambut yang bisa membuat iritasi yang memungkinkan bakteri dan jamur untuk masuk.  Kondisi kulit seperti eksema atau dermatitis di mana kulit terkelupas atau



pecah, dan tidak bertindak sebagai penghalang atau pelindung dari kuman atau jamur.  Kanal telinga sempit  Infeksi telinga tengah  Diabetes.



2.4.Patofisiologi Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan dikeluarkan dari membrana timpani melalui MAE. Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga selsel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar membrana timpani. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada MAE.



6



Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam MAE ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada MAE merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.3 Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan atau nanah yang bisa menumpuk dalam MAE sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.3 Infeksi pada MAE dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal. 1



2.5.Tanda dan Gejala Gejala otitis eksterna umumnya adalah rasa gatal dan sakit (otalgia). Gejala dan tanda pasien otitis eksterna diantaranya adalah: 26,33 1. Otalgia. 2. Gatal pada telinga 3. Rasa penuh (fullness) di liang telinga: biasa terjadi pada tahap awal otitis eksterna difus dan sering mendahului otalgia dan nyeri tekan aurikula. 4. Pendengaran berkurang atau hilang, tinitus 5. Deskuamasi. 6. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang telinga (otore). Kadang-kadang pada otitis eksterna difus ditemukansekret / cairan berwarna putih atau kuning, atau nanah. Cairan tersebutberbau yang tidak menyenangkan. Tidak bercampur dengan lendir (musin). 7. Demam. 8. Nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut. 9. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna sirkumskripta. Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah dan nanah dalam jumlah kecil bisa bocor dari telinga.



7



Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Otalgia pada otitis eksterna disebabkan : - Kulit MAE beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. - Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Rasa penuh pada telinga: keluhan umum pada tahap awal otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akut. Penurunan pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat -obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.



2.6.Klasifikasi Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi : 13 1. Otitis Eksterna Ringan : kulit MAE hiperemis dan eksudat, MAE menyempit. 2. Otitis Eksterna Sedang : MAE sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat. 3. Otitis Eksterna Komplikasi : Pina atau periaurikuler eritema dan bengkak 4. Otitis Eksterna Kronik : kulit MAE atau pina menebal, keriput, eritema.



8



Otitis eksterna diklasifikasikan atas: 1. Otitis eksterna akut :  Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)  Otitis eksterna difus 2. Otitis eksterna kronik



1. Otitis eksterna akut Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/ bisul) Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi yang bermula dari folikel rambut di liang telinga yang biasanya disebabkan oleh



bakteri



gram



positif



Staphylococcus



aureus



dan



Staphylococcus albus serta menimbulkan furunkel di liang telinga 1/3 luar (pars cartilagenous). Hal ini terjadi karena bagian ini mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen maka di tempat tersebut dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. 8,12 Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit pada telinga mendadak dan terus-menerus (biasanya dari ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila mengunyah dan menelan makanan). Nyeri dapat hebat karena terbatasnya ruangan untuk perluasan edema dan tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya. Keluhan penurunan pendengaran, bila furunkel menutup liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ditarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses bermata pada 1/3 luar liang telinga. Lesi primer biasanya berupa jerawat kecil yang bisa membesar menjadi furunkel atau menggabungkan dengan beberapa lesi yang sama.



Otitis Eksterna Difusa Otitis eksterna difusa, juga dikenal sebagai telinga perenang (swimmer’s ear) atau telinga cuaca panas (hot weather ear), adalah infeksi pada 2/3 medial (dalam) dari liang telinga akibat infeksi bakteri.



6



Umumnya bakteri penyebab yaitu



bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocaneus). Bakteri penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan Enterobacter



9



aerogenes. Yang lebih jarang ditemukan adalah bakteri Streptococci dan Proteus vulgaris. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis. 3,6 Gejalanya



sama



dengan



gejala



otitis



eksterna



sirkumskripta berupa nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kelenjar getah bening regional membesar. 5 Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan edema yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat furunkel (bisul). Kandang ditemukan sekret berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media. 3 Menurut Senturia HB (1980) otitis ekterna difusa dibagi menjadi 3 stadium :13 1. Preinflamasi Tahap preinflammatory dimulai ketika stratum korneum menjadi edematous karena hilangnya lapisan lipid pelindung MAE, sehingga menyumbat unit apopilosebaceous. proses obstruksi terus berlanjut, rasa penuh dan gatal telinga dimulai. Terganggunya lapisan epitel memungkinkan invasi bakteri yang baik berada di MAE atau benda asing dari luar masuk ke dalam saluran, seperti kapas atau kuku kotor. 2. Inflamasi akut (ringan/sedang/berat) Tahap inflamasi akut disertai dengan rasa sakit dan nyeri dari daun telinga. Tahap ringan, kulit saluran pendengaran eksternal menunjukkan eritema ringan dan edema minimal. Tampak adanya sekret yang terlihat pada MAE. Rasa sakit dan gatal meningkat. Tahap sedang, MAE menunjukkan lebih edema dan eksudat tebal lebih banyak. Jika tidak diobati maka akan menjadi lebih berat, ditandai dengan peningkatan rasa sakit dan kerusakan pada lumen MAE. Banyaknya eksudat purulen dan edema pada kulit MAE memungkin mengaburkan gambaran membran timpani. Pseudomonas aeruginosa atau lain basil gram negatif hampir selalu dapat dikultur pada tahap ini . Tahap berat, terjadi perluasan infeksi di luar MAE dengan melibatkan kelenjar getah bening didaerah leher.



10



3. Inflamasi kronik Pada tahap ini, nyeri berkurang tapi gatal lebih terasa. Kulit MAE menebal, dan mengelupas. Auricula dan concha sering menunjukkan perubahan sekunder, seperti eksematisasi, likenifikasi, dan ulserasi dangkal.4 Otomikosis Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Penyebab tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga kandida albikans atau jamur lain. Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan. Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur (sebagai salep) yang diberikan secara topikal. 8



2. Otitis eksterna kronik Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks) yang menyebabkan liang telinga menyempit (stenosis). Infeksi bakteri atau jamur yang tidak diobati



Gambar: Otitis eksterna kronik



dengan baik, iritasi kulit yang disebabkan cairan otitis media, trauma berulang, adanya benda asing, dan penggunaan cetakan alat bantu dengar dapat menyebabkan radang kronik. Pengobatannya memerlukan operasi rekostruksi liang telinga. 8,12



11



2.7.Diagnosis Anamnesis 



Rasa gatal yang berlanjut menjadi nyeri telinga/otalgia yang sangat dan terkadang tidak sesuai dengan kondisi penyakitnya (misalnya pada folikulitis atau otitis eksterna sirkumskripta). Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah makanan.







Disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.







Didapatkan riwayat faktor predisposisi







Pendengaran normal atau sedikit berkurang, atau tinnitus







Demam (jarang), gejala bilateral (jarang)



Pemeriksaan Fisik 



Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membran timpani dan MAE penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani dapat tidak tampak.







Pada folikulitis didapatkan edema, hiperemi pada pars kartilagenous MAE.







Adenopati periauricular dan servikal, dan terkadang didapatkan nyeri tekan







Nyeri tekan tragus (+), discharge purulen, eczema dari daun telinga







Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak sekitarnya, termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke dalam tulang mastoid, sendi temporomandibular, dan dasar tengkorak, dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX (glossopharingeus), X (vagus), XI (aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat terpengaruh.



Pemeriksaan Penunjang : 



Biakan sekret dan tes kadar gula darah



2.8.Penatalaksanaan Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit, pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.6,8



12



 Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal dengan irigasi atau menggunakan kapas di bawah visualisasi langsung. Pembersihan kanal meningkatkan efektivitas dari obat topikal.  Obat topikal aural biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH dan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid (untuk mengurangi peradangan), agen antibiotik, dan / atau agen antijamur.  Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin terjadi, terutama setelah berenang. Pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering. Pasien juga diingatkan agar tidak menggaruk atau membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering. 1,3 Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta: 5  Lokal : dapat diberikan antibiotik topikal berupa salep seperti polymixin B, bacitrasin, atau ntiseptik seperti rivanol atau asam asetat 2-5% dalam alkohol. Pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan 10% ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses dilakukan insisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.  Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat. Diberikan pada orang dewasa ampisillin 3x250mg, eritromisin 3x250mg. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg/kgBB/hr.  Analgetik: Parasetamol 500mg (dewasa). Antalgin 500 mg (dewasa).  Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaitu adanya penyakit diabetes melitus, karena sering timbul pada seseorang yang menderita diabetes. 5 Pengobatan otitis eksterna difus: Otitis eksterna difusa harus diobati secara dini sehingga dapat menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga yang mengandung obat antibiotik agar terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kemudian tampon kasa disisipkan perlahan menggunakan forsep aligator. Penderita harus meneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut 1-2x sehari. Tetes telinga yang sering digunakan adalah Cortisporin (polomiksin B, neomisin,



hidrokortison),



Coli-Mycin



(kolistin,



neomisin,



hidrokortison),



13



Pyocidin (polomiksin B, hidrokortison), VoSol HC (asam asetat non-aqueus 2%, hidrokortison), dan Chloromycetin (kloramphenikol). Setelah reaksi peradangan berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat liang telinga bersih dan kering.



1,2,8



Terapi antibiotik sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus



berat, dan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya diperlukan jika dicurigai danya perikondritis atau kondritis pada tulang rawan telinga. 8



2.9.Komplikasi 



Perikondritis



Radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan kartilago telinga luar. Dalam stage awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan kenyal, diikuti pembengkakan general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus terkumpul di antara perikondrium dan tulang rawan dibawahnya. 



Otitis Eksterna Malignan



Infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain disekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan diabetes mellitus. Pada penderita DM, pH serumen lebih tinggi dibanding non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita DM lebih mudah mengalami OE. Akibat faktor immunocompromize dan mikroangiopati, OE berlanjut menjadi OE malignan.8 Pada OE malignan peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan dan tulang disekitarnya. Sehingga dapat timbul kondroitis, osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.8 Gejala dapat dimulai dengan rasa gatal pada MAE diikuti oleh nyeri hebat, sekret banyak dan pembengkakan MAE. Rasa nyeri semakin hebat, MAE tertutup oleh tumbuhnya jaringan granulasi yang tumbuh cepat. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis dan paralisis fasial. 13 



Selulitis



Peradangan pada kulit dan jaringan subkutan yang dihasilkan dari infeksi umum, biasanya dengan bakteri Staphylococcus atau Streptococcus. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari trauma kulit atau infeksi bakteri sekunder dari luka terbuka, seperti luka tekanan, atau mungkin terkait dengan trauma kulit.



14



2.10 Prognosis Otitis eksterna dapat diobati dan biasanya sembuh dengan cepat dengan pengobatan yang tepat serta dapat menghindari faktor pencetusnya. Umumnya prognosisnya baik (dubia ad bonam). Paling sering, OE dapat dengan mudah diobati menggunakan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak memiliki komplikasi jangka panjang atau serius.



10



Akan tetapi sering kambuh jika



kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor pencetus dengan baik.



15



REFERAT LABORATORIUM ILMU KESEHATAN THT



BAB III PENUTUP



Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah timbulnya otitis eksterna antara lain perubahan pH yang biasanya normal atau sam menjadi basa, keadaan udara yang hangat dan lembab, serta trauma lokal ringan ketika mengorek telinga. Otitis eksterna dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada otitis eksterna furunkulosis melibatkan liang telinga sepertiga luar. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur. Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit, pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.



16



DAFTAR PUSTAKA 1.



Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Available from : www.usudigitallibrary.com. Accessed: 14 September 2012



2.



Ballanger, Jhon. 1996. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.



3.



Kartika, Henny. 2008. Otitis Eksterna. Availble http://library.usu.ac.id/modules.php&id. Accessed: 14 September 2012



4.



Carr, MM. 2000. Otitis Eksterna. Available from : http://www. icarus.med.utoronto.ea/carr/manual/otitisexterna. htm. Accessed: 14 September 2012



5.



Suardana, W. dkk. 1992. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok FK Unud. Denpasar.



6.



Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. 2008. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: FK UI.



7.



Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Available from : http:sav-ondrugs. com/shop/templates/encyclopedia/ ENCY/ artcle/000622. asp. Accessed: 14 September 2012



8.



Sosialisman, Helmi. 2007. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.



9.



Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id. Accessed: 14 September 2012



10. Stöppler M. Swimmer’s Ear Infection. Available http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.html. Accessed: 14 September 2012



from



at:



11. Otitis Externa, Author: Ariel A Waitzman, MD, FRCS (C) ; Chief Editor: Arlen D Meyers, MD, MBA. Updated: Jan 22, 2013, http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview. ( diakses tanggal 30 Oktober 2013 ) 12. Boies RL. Penyakit Telinga Luar. Dalam : Boies, Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, ed 6. Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta., 1997: 78 - 87. 13. Bailey, Byron J.; Johnson, Jonas T.; Newlands, Shawn D.: Head and Neck Surgery Otolaryngology. Vol 1, 4th edition, Philadephia ; J.B. Lippicont Company, 2006: 1542 - 55. 14. Palandeng RW. Otitis eksterna di Poliklinik THT-KL RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode januari 2011- Desember 2011 [skripsi]. Manado: Universitas Sam Ratulangi; 2012. 15. Surbakti R. Uji Coba Banding Klinik Pemakaian Larutan Burrowi Saring (Aluminium Acetate Solution) dan Tetes Telinga Campuran Antibiotika (Framycetine, Gramicidin) dan Steroid Pada Otitis Eksterna Akut, Tesis, FK.USU/ RS. H. Adam Malik Medan, 1996: 1 - 73.



17