Panduan Asuhan Gizi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPUTUSAN DIREKTUR KLINIK UTAMA RAWAT INAP BAITUL HIKMAH NOMOR : 005/SK/DIR/KUBH/VIII/2019 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN GIZI KLINIK UTAMA RAWAT INAP BAITUL HIKMAH DIREKTUR KLINIK UTAMA RAWAT INAP BAITUL HIKMAH Menimbang



: a. bahwa untuk tercapainya pelayanan yang bermutu sesuai kemajuan ilmu pengetahuan terkini serta mengacu pada falsafah dan tujuan pelayanan gizi; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, perlu adanya Pedoman Pelayanan Gizi di Klinik Utama Rawat Inap Baitul Hikmah; c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu ditetapkan Pedoman Pelayanan Gizi di lingkungan Klinik Utama Rawat Inap Baitul Hikmah;



Mengingat



: 1.



Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;



2.



Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;



3.



Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);



4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607); 5. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 26 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi; 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri



Dokter Gigi; 7. Keputusan Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan KIA 2014; 8. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor. 23/KEP/M.



Pan/4/2001



Tentang



Jabatan



Fungsional



Nutritionis dan Angka Kreditnya; 9. Keputusan Bupati Kendal Nomor 445/174/2015 tentang Pemberian Izin Operasional Klinik Utama Rawat Inap Baitul Hikmah Kepada Saudara Dokter Azhar Arief Sulistyo Bertindak Untuk Dan Atas Nama Perseroan Terbatas Baitus Syifa Yang Berlokasi di Jalan Soekarno Hatta Kilometer 12 Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal; 10. Keputusan



Direktur



PT.



Baitus



Syifa



Nomor



:



001/SK/DIR/PTBS/VII/2019 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Klinik Utama Rawat Inap Baitul Hikmah; 11. Keputusan



Direktur



PT.



002/SK/DIR/PTBS/VII/2019



Baitus tentang



Syifa



Nomor



Pengangkatan



: dan



Penetapan Direktur Klinik Utama Rawat Inap Baitul Hikmah; 12. Keputusan Direktur Klinik Utama Rawat Inap Baitul Hikmah Nomor



:



001/SK/DIR/KUBH/VII/2019



tentang



Struktur



Organisasi Klinik Utama Rawat Inap Baitul Hikmah; MEMUTUSKAN Menetapkan



:



PERTAMA



: Menetapkan Keputusan Direktur Klinik Utama Rawat Inap Baitul Hikmah



Tentang Kebijakan Pelayanan Gizi Klinik Utama Rawat



Inap Baitul Hikmah



sebagaimana tersebut pada lampiran



Keputusan ini yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini; KEDUA



: Kebijakan Pelayanan Gizi sebagaimana dimaksud dalam Diktum Pertama digunakan sebagai acuan dalam pemberian pelayanan gizi di Klinik Utama Rawat Inap Baitul Hikmah ;



KETIGA



: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan evaluasi setiap 3 tahun;



KEEMPAT



Apabila dari hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan, maka akan dilakukan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di



: .....................



Pada tanggal



: ..................... DIREKTUR



KLINIK UTAMA BAITUL HIKMAH



NAMA JELAS NIK : ...................



KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat yang telah dikaruniakan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan Buku Panduan Asuhan Gizi Klinik Utama Rawat Inap Baitul Hikmah . Buku Panduan Asuhan Gizi ini merupakan panduan bagi tenaga ahli gizi/ dietesien dalam memberikan Asuhan Gizi di Klinik Utama Rawat Inap Baitul Hikmah . Diharapkan dengan adanya buku ini dapat meningkatkan mutu pelayanan di Instalasi Gizi dan digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugas Pelayanan Gizi. Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Buku Panduan Asuhan Gizi. Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam buku ini. Kekurangan ini secara berkesinambungan akan terus diperbaiki sesuai dengan tuntunan dalam pengembangan Klinik ini.



Kendal, Penyusun



DAFTAR ISI BAB I DEFINISI...................................................Error! Bookmark not defined. BAB II RUANG LINGKUP ........................................Error! Bookmark not defined. BAB III TATA LAKSANA .........................................Error! Bookmark not defined. BAB IV DOKUMENTASI ............................................................................ 23 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 18



BAB I DEFINISI A. KONSEP DASAR PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR Gizi berperan penting dalam kesehatan. Gizi mempengaruhi proses tumbuh kembang pada anak, memelihara kesehatan umum, mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dan melindungi tubuh terhadap penyakit. Bagi orang sakit, gizi dapat mempengaruhi proses penyembuhan penyakit, timbulnya komplikasi, lamanya hari rawat dan mortalitas. Oleh karena itu asupan makanan dalam jumlah dan jenis zat gizi yang sesuai kebutuhan sangat penting bagi orang sehat maupun orang yang sakit. Status gizi merupakan kondisi keseimbangan asupan zat gizi terhadap kebutuhannya dan dikatakan status gizi baik bila berada dalam keadaan sesuai. Problem gizi timbul bila terjadi ketidaksesuaian antara asupan dan kebutuhan tubuh akan zat gizi. PAGT merupakan proses penanganan problem gizi yang sistematis dan akan memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi. PAGT dilaksanakan di semua fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di rumah sakit (di rawat inap dan rawat jalan), klinik pelayanan konseling gizi dan dietetik, Puskesmas, dan dimasyarakat. Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan kesesuaian jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan tubuh akan zat gizi yang berbeda-beda sesuai kondisi sehat, sakit, dan berbagai tahap pertumbuhan. Apabila asupan zat gizi kurang adekuat, berlebih atau terjadi gangguan utilisasi zat gizi dapat menimbulkan masalah/problem gizi. Dalam upaya penanganan problem gizi ini, perlu diidentifikasi faktor penyebab yang mendasarinya. Akar penyebab masalah yang teridentifikasi secara tepat akan memberikan pilihan intervensi yang lebih sesuai. Tujuan pemberian asuhan gizi adalah mengembalikan pada status gizi baik dengan mengintervensi berbagai faktor penyebab. Keberhasilan PAGT ditentukan oleh efektivitas intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi yang efektif, pemberian dietetik yang sesuai untuk pasien di rumah sakit dan kolaborasi dengan profesi lain sangat mempengaruhi keberhasilan PAGT. Monitoring dan evaluasi menggunakan indikator asuhan gizi yang terukur dilakukan untuk menunjukkan keberhasilan penanganan asuhan gizi dan perlu pendokumentasian



semua tahapan proses asuhan gizi. Contoh pendokumentasian mengenai faktor penyebab masalah gizi adalah sebagai berikut: 1. Pendapat dan tindakan yang salah mengenai gizi 2. Perilaku 3. Kultur budaya 4. Kurangnya tingkat pemahaman mengenai makanan dan kesehatan atau informasi dan petunjuk mengenai gizi 5. Riwayat personal (usia, gender, merokok, kemampuan mobilisasi, serta riwayat sosial dan sebagainya) 6. Kondisi medis/kesehatan yang berdampak pada gizi 7. Terapi medis bedah atau terapi lainnya yang berpengaruh pada gizi 8. Kemampuan fisik melaksanakan aktivitas tertentu, 9. Masalah psikologis (body image, kesepian dan sebagainya) 10. Ketersedian, suplai dan asupan makanan yang sehat dan air



B. Terapi Gizi Adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien dengan berdasarkan pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien. C. Perskripsi Diit atau Rencana Diit Adalah kebutuhan zat gizi klien / pasien yang dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya. Preskripsi diit dibuat oleh dokter dan atau bersama ahli gizi sedangkan rencana diit dibuat oleh nutrisionist / dietisien. D. Konseling Gizi Adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilakukan oleh ahli gizi / dietisien untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi.



BAB II RUANG LINGKUP Ruang lingkup asuhan gizi pasien rawat inap meliputi: 1. Skrining gizi terdiri dari jenis skrining gizi, hasil skrining gizi, tindak lanjut hasil skrining gizi 2. Pengkajian gizi terdiri dari pengumpulan data antropometri, biokimia, data klinis, riwayat diet, dan riwayat personal 3. Diagnosa gizi meliputi penentuan problem, etiologi, signs/ symptoms berdasarkan asesmen gizi 4. Intervensi gizi meliputi perencanaan dan implementasi 5. Monitoring dan evaluasi gizi meliputi monitor perkembangan, mengukur hasil, dan kesimpulan



BAB III TATA LAKSANA A. Konsep Dasar Asuhan gizi terstandar Pelayanan asuhan gizi rawat inap merupakan suatu tahapan pelayanan untuk mendeteksi masalah gizi secara dini melalui skrining/ penapisan, untuk selanjutnya akan ditetapkan apakah pasien memerlukan terapi gizi atau tidak.



Gambar 1. PAGT dan Bahasa Terstandar



B. Prosedur Asuhan Gizi Terstandar Prosedur asuhan gizi terstandar harus dilaksanakan secara berurutan dimulai dari langkah pengkajian, diagnosis, intervensi, monitoring dan evaluasi gizi (PDIME). Langkah-langkah tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan merupakan siklus yang berulang terus sesuai respon/ perkembangan pasien.



Gambar 2. Langkah-langkah dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar Apabila tujuan tercapai maka proses ini akan dihentikan, namun bila tujuan tidak tercapai atau tujuan awal tercapai tetapi terdapat masalah gizi baru maka proses berulang kembali mulai dari asesmen gizi.



Gambar 3. Alur dan Proses Asuhan pada Pasien Rawat Inap



C. SKRINING GIZI Skrining / penapisan gizi merupakan kegiatan mengumpulkan, mengintegrasikan dan menganalisis data untuk identifikasi masalah gizi yang terkait dengan aspek asupan zat gizi dan makanan, aspek klinis, dan aspek perilaku, lingkungan serta penyebabnya. 1. Skrining gizi dilakukan oleh perawat atau bidan. 2. Skrining gizi merupakan asesmen awal keperawatan. 3. Skrining gizi dilakukan pada kurun waktu maksimal 24 jam sejak pasien masuk unit rawat inap. 4. Skrining gizi di Klinik Utama Baitul Hikmah menggunakan skrining modifikasi yang mencakup : a. MST (Malnutrition Screening Tools) untuk pasien usia diatas 18 tahun. b. Modifikasi STRONG – Kids, untuk pasien anak usia 1bulan sampai 18 tahun. 5. Hasil skrining gizi dikategorikan sebagai berikut : a. A = status gizi baik. b. B = status gizi berisiko malnutrisi. c. C = status gizi malnutrisi. 6. Tindak lanjut hasil skrining gizi adalah sebagai berikut : a. Kategori A :



tidak memerlukan asuhan gizi lebih lanjut, sehingga



perawat atau bidan tidak perlu diinformasikan kepada ahli gizi atau dietisen untuk melakukan asuhan gizi. b. Kategori B dan C : memerlukan asuhan gizi lebih lanjut, sehingga perawat atau bidan harus diinformasikan kepada ahli gizi atau dietisen untuk melakukan asuhan gizi. c. Perawat atau bidan melaporkan hasil skrining gizi kepada dokter penanggung jawab pelayanan. 7. Pendokumentasian skrining gizi masuk dalam format asesmen awal keperawatan D. ASESMEN GIZI Asesmen gizi dikelompokkan sebagai berikut : 1. Asesmen Gizi Awal dengan sistem PAGT : a. Tujuan Asesmen Awal:



Mengidentifikasi



problem



gizi



dan



faktor



penyebabnya



melalui



pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis. b. Tata Cara Asesmen Awal 1) Asesmen gizi awal dilakukan setelah ada hasil skrining gizi yang dilakukan oleh perawat. 2) Asesmen gizi awal dilakukan pada kurun waktu 1 x 24 jam setelah ada hasil skrining gizi atau maksimal 2 x 24 jam setelah pasien masuk rawat inap. 3) Asesmen gizi awal dilakukan kepada pasien dengan kategori hasil skrining gizi B atau C. 4) Pendokumentasian asesmen gizi awal ditulis pada format asesmen gizi awal dan diverifikasi oleh dokter penanggung jawab pelayanan. c. Langkah Asesmen Gizi Awal: 1. Asesmen gizi : a) Kumpulkan dan pilih data yang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatan. b) Kelompokkan data berdasarkan kategori asesmen gizi: 1) Riwayat gizi dengan kode FH (Food History). 2) Antropometri dengan kode AD (Anthropometry Data). 3) Laboratorium dengan kode BD (Biochemical Data). 4) Pemeriksaan fisik gizi dengan kode PD (Physical Data). 5) Riwayat klien dengan kode CH (Client History). c) Data diinterpretasi dengan membandingkan terhadap kriteria atau standar yang sesuai untuk mengetahui terjadinya penyimpangan. Data asesmen gizi dapat diperoleh melalui interview / wawancara; catatan medis; observasi serta informasi dari tenaga kesehatan lain yang merujuk. Kategori Data Asesmen Gizi sebagai berikut : 1. Riwayat Gizi (FH) a. Pengumpulan data riwayat gizi dilakukan dengan cara interview, termasuk interview khusus seperti recall makanan 24 jam, food frequency questioner (FFQ) atau dengan metoda asesmen gizi lainnya. Berbagai aspek yang digali adalah: 1) Asupan makanan dan zat gizi, yaitu pola makanan utama dan snack, menggali komposisi dan kecukupan asupan makan dan zat gizi, sehingga tergambar mengenai: a)



Jenis dan banyaknya asupan makanan dan minuman,



b)



Jenis dan banyaknya asupan makanan enteral dan parenteral,



c)



Total asupan energy.



d)



Asupan makronutrien.



e)



Asupan mikronutrien.



f)



Asupan bioaktif.



2) Cara pemberian makan dan zat gizi yaitu menggali mengenai diet saat ini dan sebelumnya, adanya modifikasi diet, dan pemberian



makanan



enteral



dan



parenteral,



sehingga



tergambar mengenai: a. Order diet saat ini. b. Diet yang lalu. c. Lingkungan makan. d. Pemberian makan enteral dan parenteral. 3) Penggunaan medika mentosa dan obat komplemen-alternatif (interaksi obat dan makanan) yaitu menggali mengenai penggunaan obat dengan resep dokter ataupun obat bebas, termasuk penggunaan produk obat komplemen-alternatif. 4) Pengetahuan / Keyakinan / Sikap yaitu menggali tingkat pemahaman mengenai makanan dan kesehatan, informasi dan pedoman mengenai gizi yang dibutuhkan, selain itu juga mengenai keyakinan dan sikap yang kurang sesuai mengenai gizi dan kesiapan pasien untuk mau berubah. 5) Perilaku yaitu menggali mengenai aktivitas dan tindakan pasien yang berpengaruh terhadap pencapaian sasaran-sasaran yang berkaitan dengan gizi, sehingga tergambar mengenai: a. Kepatuhan. b. Perilaku melawan. c. Perilaku makan berlebihan yang kemudian dikeluarkan lagi (bingeing and purging behavior). d. Perilaku waktu makan. e. Jaringan sosial yang dapat mendukung perubahan perilaku. 6) Faktor yang mempengaruhi akses ke makanan yaitu mengenai faktor yang mempengaruhi ketersediaan makanan dalam jumlah yang memadai, aman dan berkualitas. 7) Aktivitas dan fungsi fisik yaitu menggali mengenai aktivitas fisik, kemampuan kognitif dan fisik dalam melaksanakan tugas spesifik seperti menyusui atau kemampuan makan sendiri sehingga tergambar mengenai: a. Kemampuan menyusui.



b. Kemampuan kognitif dan fisik dalam melakukan aktivitas makan bagi orang tua atau orang cacat. c. Level aktivitas fisik yang dilakukan. d. Faktor yang mempengaruhi akses ke kegiatan aktivitas fisik. 2. Antropometri (AD) Pengukuran tinggi badan, berat badan, perubahan berat badan, indeks masa tubuh, pertumbuhan dan komposisi tubuh. 3. Laboratorium (BD) Keseimbangan asam basa, profil elektrolit dan ginjal, profil asam lemak esensial, profil gastrointestinal, profile glukosa / endokrin, profil inflamasi, profil laju metabolik, profil mineral, profil anemia gizi, profil protein, profil urine, dan profil vitamin. 4. Pemeriksaan Fisik Terkait Gizi (PD) Evaluasi sistem tubuh, wasting otot dan lemak subkutan, kesehatan mulut, kemampuan menghisap, menelan dan bernafas serta nafsu makan. 5. Riwayat Klien (CH) Informasi saat ini dan masa lalu mengenai riwayat personal, medis, keluarga dan sosial. Data riwayat klien tidak dapat dijadikan tanda dan gejala (signs/symptoms) problem gizi dalam pernyataan PES, karena merupakan kondisi yang tidak berubah dengan adanya intervensi gizi. Riwayat klien mencakup: a. Riwayat personal yaitu menggali informasi umum seperti usia, jenis kelamin, etnis, pekerjaan, merokok, cacat fisik. Riwayat medis / kesehatan pasien yaitu menggali penyakit atau kondisi pada



klien



atau



keluarga



dan



terapi



medis



atau



terapi



pembedahan yang berdampak pada status gizi. b. Riwayat sosial yaitu menggali mengenai faktor sosioekonomi klien, situasi tempat tinggal, kejadian bencana yang dialami, agama, dukungan kesehatan dan lain-lain. a. Diagnosis Gizi Diagnosis gizi sangat spesifik dan berbeda dengan diagnosis medis. Diagnosis gizi bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Diagnosis gizi adalah masalah gizi spesifik yang menjadi tanggung jawab dietisien untuk menanganinya. 1 . Tujuan Diagnosis Gizi



Mengidentifikasi adanya problem gizi, faktor penyebab yang mendasarinya, dan menjelaskan tanda dan gejala yang melandasi adanya problem gizi. 2 . Cara Penentuan Diagnosis Gizi 



Lakukan integrasi dan analisa data asesmen dan tentukan indikator asuhan gizi. Asupan makanan dan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan mengakibatkan terjadinya perubahan



dalam



tubuh.



Hal



ini



ditunjukkan



dengan



perubahan laboratorium, antropometri dan kondisi klinis tubuh. Karena itu, dalam menganalisis data asesmen gizi penting mengkombinasikan seluruh informasi dari riwayat gizi, laboratorium, antropometri, status klinis dan riwayat pasien secara bersama-sama. 



Tentukan domain dan problem / masalah gizi berdasarkan indikator asuhan gizi (tanda dan gejala). Problem gizi dinyatakan dengan terminologi diagnosis gizi yang telah dibakukan. Perlu diingat bahwa yang diidentifikasi sebagai diagnosis gizi adalah problem yang penanganannya berupa terapi / intervensi gizi. Diagnosis gizi adalah masalah gizi spesifik



yang



menjadi



tanggung



jawab



dietisien



untuk



menanganinya. Penamaan masalah dapat merujuk pada terminologi diagnosis gizi. 



Tentukan etiologi (penyebab problem).







Tulis pernyataan diagnosis gizi dengan format PES (ProblemEtiologi-Signs and Symptoms).



3 . Domain Diagnosis Gizi Diagnosis gizi dikelompokkan dalam 3 (tiga) domain yaitu: domain asupan, domain klinis dan domain perilaku-lingkungan. Setiap domain menggambarkan karakteristik tersendiri dalam memberi kontribusi terhadap gangguan kondisi gizi. a. Domain Asupan Berbagai problem aktual yang berkaitan dengan asupan energi, zat gizi, cairan, atau zat bioaktif, melalui diet oral atau dukungan gizi (gizi enteral dan parenteral). Masalah yang terjadi dapat karena kekurangan (inadequate), kelebihan (excessive) atau tidak sesuai (inappropriate). Termasuk ke dalam kelompok domain asupan adalah (1) Problem mengenai keseimbangan energy. (2) Problem mengenai asupan diet oral atau dukungan gizi.



(3) Problem mengenai asupan cairan. (4) Problem mengenai asupan zat bioaktif. (5) Problem mengenai asupan zat gizi, yang mencakup problem mengenai:  Lemak dan Kolesterol  Protein  Vitamin  Mineral  Multinutrien b. Domain Klinis Berbagai problem gizi yang terkait dengan kondisi medis atau fisik. Termasuk ke dalam kelompok domain klinis adalah: (1) Problem fungsional, perubahan dalam fungsi fisik atau mekanik yang mempengaruhi atau mencegah pencapaian gizi yang diinginkan. (2) Problem biokimia, perubahan kemampuan metabolisme zat gizi akibat medikasi, pembedahan, atau yang ditunjukkan oleh perubahan nilai laboratorium. (3) Problem berat badan, masalah berat badan kronis atau perubahan berat badan bila dibandingkan dengan berat badan biasanya. c. Domain Perilaku-Lingkungan Berbagai problem gizi yang terkait dengan pengetahuan, sikap / keyakinan, lingkungan fisik, akses ke makanan, air minum, atau persediaan makanan, dan keamanan makanan. Problem yang termasuk ke dalam kelompok domain perilaku-lingkungan adalah: 



Problem pengetahuan dan keyakinan







Problem aktivitas fisik dan kemampuan mengasuh diri sendiri







Problem akses dan keamanan makanan



4 . Etiologi Diagnosis Gizi Etiologi mengarahkan intervensi gizi yang akan dilakukan. Apabila intervensi gizi tidak dapat mengatasi faktor etiologi, maka target intervensi gizi ditujukan untuk mengurangi tanda dan gejala problem gizi.



Tabel 1. Berbagai faktor etiologi yang dapat menyebabkan masalah gizi adalah: 1)



Etiologi Keyakinan- Sikap



Etiologi berkaitan dengan pendirian yang diyakininya benar mengenai gizi, perasaan dan emosi terhadap kebenaran tadi dan melakukan aktivitasnya



2)



Etiologi Kultur



Etiologi berkaitan dengan nilai, norma sosial, kebiasaan, keyakinan agama dan sistem politik



3)



Etiologi Pengetahuan



Faktor sebagai dampak tingkat pemahaman mengenai makanan dan kesehatan atau informasi dan petunjuk mengenai gizi



4)



Etiologi Fungsi Fisik



Etiologi berkaitan dengan kemampuan fisik melaksanakan aktivitas tertentu



5)



Etiologi Fisiologi-



Etiologi berkaitan dengan kondisi



Metabolik



medis/ kesehatan yang berdampak pada gizi



6)



Etiologi Psikologis



Etiologi berkaitan dengan masalah psikologis



7)



Etiologi Sosial- Personal



Etiologi berkaitan dengn riwayat personal atau sosial pasien



8)



Etiologi Terapi



Etiologi berkaitan dengan terapi medis, bedah atau terapi lainnya



9)



Etiologi Akses



Faktor yang berkaitan dengan kesediaan dan asupan makanan yang sehat, air, suplai makanan



10) Etiologi Perilaku



Etiologi berkaitan dengan perilaku yang mempengaruhi pencapaian tujuan asuhan gizi



b. Intervensi Gizi Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk merubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.



1. Tujuan Intervensi Gizi Mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi melalui perencanaan dan penerapannya terkait perilaku, kondisi lingkungan atau status kesehatan individu, kelompok atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi klien. 2. Komponen Intervensi Gizi Intervensi gizi terdiri dari 2 (dua) komponen yang saling berkaitan yaitu perencanaan dan Implementasi. a. Perencanaan Langkah langkah perencanaan sebagai berikut : 1) Tetapkan prioritas diagnosis gizi berdasarkan derajat kegawatan masalah, keamanan dan kebutuhan pasien. Intervensi



diarahkan



untuk



menghilangkan



penyebab



(etiologi dari problem), bila etiologi tidak dapat ditangani oleh



ahli



gizi



maka



intervensi



direncanakan



untuk



mengurangi tanda dan gejala masalah (signs/simptoms). 2) Pertimbangkan



panduan



Medical



Nutrition



Theraphy



(MNT), penuntun diet, konsensus dan regulasi yang berlaku. 3) Diskusikan rencana asuhan dengan pasien, keluarga atau pengasuh pasien. 4) Tetapkan tujuan yang berfokus pada pasien. 5) Buat strategi intervensi, misalnya modifikasi makanan, edukasi / konseling. 6) Merancang Preksripsi diet. Preskripsi diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien



secara



individual,



mulai



dari



menetapkan



kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan, dan rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis



gizi,



rujukan



rekomendasi,



kebijakan



dan



prosedur serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pasien. 7) Tetapkan waktu dan frekuensi intervensi. 8) Identifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan.



b. Implementasi Langkah langkah implementasi meliputi : 1) Komunikasi rencana intervensi dengan pasien, tenaga kesehatan atau tenaga lain. 2) Melaksanakan rencana intervensi. 3. Kategori Intervensi Gizi Intervensi gizi dikelompokan dalam 4 (empat) kategori sebagai berikut : a. Pemberian makanan / diet (Kode internasional ND-Nutrition Delivery) Penyediaan makanan atau zat gizi sesuai kebutuhan melalui pendekatan individu meliputi pemberian Makanan dan snack (ND.1); enteral dan parenteral (ND.2); suplemen (ND.3); substansi bioaktif (ND.4); bantuan saat makan (ND.5); suasana makan (ND.4) dan pengobatan terkait gizi (ND.5) Dalam pemberian makanan dietisen memesan diet pada format pemesanan makanan pasien dan diberikan pada unit penyelenggaraan makanan rumah sakit b. Edukasi (Kode internasional – E- Education) Merupakan proses formal dalam melatih ketrampilan atau membagi pengetahuan yang membantu pasien mengelola atau memodifikasi diet dan perubahan perilaku secara sukarela untuk menjaga atau meningkatkan kesehatan. Edukasi gizi meliputi: (1) Edukasi gizi tentang konten / materi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan (E.1) tentang diet yang diberikan terkait dengan masalah gizi yang ada pada pasien (2) Edukasi



gizi



penerapan



yang



bertujuan



untuk



meningkatkan keterampilan (E.2) pasien dan keluarga dalam mendukung terapi gizi yang diberikan (3) Edukasi gizi tentang tata tertib terapi gizi di rumah sakit yaitu pasien dan keluarga tidak diberkenankan memberikan makanan selain yang diberikan rumah sakit. Pedoman dasar pada edukasi gizi, mencakup: Sampaikan secara jelas tujuan dari edukasi



(a) Tetapkan prioritas masalah gizi sehingga edukasi yang disampaikan tidak komplek. (b) Rancang materi edukasi gizi menyesuaikan dengan kebutuhan individu pasien, melalui pemahaman tingkat pengetahuannya, keterampilannya, dan gaya / cara belajarnya. c. Konseling (C) Konseling gizi merupakan proses pemberian dukunganpada pasien yang ditandai dengan hubungan kerjasama antara konselor dengan pasien dalam menentukan prioritas, tujuan / target, merancang rencana kegiatan yang dipahami, dan membimbing kemandirian dalam merawat diri sesuai kondisi dan menjaga kesehatan. Tujuan dari konseling gizi adalah untuk meningkatkan motivasi pelaksanaan dan penerimaan diet yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien. d. Koordinasi asuhan gizi Strategi



ini



merupakan



kegiatan



dietisien



melakukan



konsultasi, rujukan atau kolaborasi, koordinasi pemberian asuhan gizi dengan tenaga kesehatan / institusi / dietisien lain yang dapat membantu dalam merawat atau mengelola masalah yang berkaitan dengan gizi. Pada langkah intervensi gizi ini dietisien harus berpikir kritis dalam hal: 



Menetapkan prioritas dan target / goals.







Menentukan preskripsi gizi atau perencanaan dasar.







Menggalang hubungan interdisipliner.







Intervensi perilaku awal dan hal terkait gizi lainnnya.







Memadukan strategi intervensi gizi dengan kebutuhan pasien, diagnosis gizi, dan nilai nilai pasien.







Menentukan waktu dan frekuensi asuhan.



4. Monitoring dan Evaluasi Gizi Setelah melakukan asesmen gizi, membuat diagnosa gizi dan merencanakan intervensi gizi maka dietisen membuat perencana monitoring dan evaluasi yang akan dilakukan pada kunjungan atau visit berikutnya. Monitoring evaluasi gizi disebut juga dengan reasesmen atau asesmen gizi ulang a. Tujuan Monitoring dan Evaluasi Gizi Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui tingkat kemajuan pasien dan apakah tujuan atau hasil yang diharapkan telah



tercapai. Hasil asuhan gizi seyogyanya menunjukkan adanya perubahan perilaku dan atau status gizi yang lebih baik. b. Menentukan indikator yang akan dimonitor Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi dipilih Indikator asuhan gizi. Indikator yang di monitor sama dengan indikator pada asesmen gizi,: a) Riwayat gizi dengan kode FH (Food History) b) Antropometri dengan kode AD (Anthropometry Data) c) Laboratorium dengan kode BD (Biochemical Data) d) Pemeriksaan fisik gizi dengan kode PD (Physical Data) Kecuali Riwayat klien dengan kode CH (Client History) a. Asesmen Gizi Ulang atau Reasesmen Gizi Asesmen gizi ulang atau reasesmen gizi dapat disebut juga monitoring dan evaluasi gizi. Pada tahap ini dietisen memonitoring dan mengevaluasi terapi atau intervensi gizi yang telah diberikan sebelumnya. Sistem asesmen gizi ulang sama dengan sistem asesmen awal yaitu dengan ADIME. Bila pada saat asesmen ulang muncul permasalah gizi baru maka dibuatkan diagnosa baru, intervensi dan monitoring evaluasi gizi baru juga. Reasesmen gizi dilakukan terus menerus sampai tujuan terapi tercapai atau sudah tidak ada masalah gizi lagi. 1 . Cara Monitoring dan Evaluasi a) Monitor perkembangan : (1) Cek pemahaman dan kepatuhan pasien terhadap intervensi gizi (2) Tentukan



apakah



intervensi



yang



dilaksanakan



/



diimplementasikan sesuai dengan preskripsi gizi yang telah ditetapkan. (3) Berikan bukti/fakta bahwa intervensi gizi telah atau belum merubah perilaku atau status gizi pasien. (4) Identifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negatif (5) Kumpulkan informasi yang menyebabkan tujuan asuhan tidak tercapai (6) Kesimpulan harus di dukung dengan data/ fakta b) Mengukur hasil (1) Pilih indikator asuhan gizi untuk mengukur hasil yang diinginkan (2) Gunakan indikator asuhan yang terstandar untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas pengukuran perubahan c) Evaluasi hasil



(1) Bandingkan data yang di monitoring dengan tujuan preskripsi gizi atau



standar



rujukan



untuk



mengkaji



perkembangan



dan



menentukan tindakan selanjutnya (2) Evaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil kesehatan pasien secara menyeluruh. d) Kesimpulan hasil monitoring dan evaluasi Contoh hasil monitoring antara lain : (1) Aspek gizi : perubahan pengetahuan, perilaku, makanan dan asupan, zat gizi (2) Aspek status klinis dan kesehatan : perubahan nilai laboratorium, berat badan tekanan darah, faktor risiko, tanda dan gejala, status klinis, infeksi, komplikasi, morbiditas dan mortalitas (3) Aspek pasien : perubahan kapasitas fungsional, kemandirian merawat diri sendiri (4) Aspek pelayanan kesehatan : lama hari rawat 2 . Waktu melakukan reasesmen gizi atau asesmen gizi ulang atau monitoring evaluasi gizi a) Asesmen gizi ulang atau reasesmen gizi pada pasien dengan malnutrisi atau kategori C dilakukan pada hari ke 4 setelah asesmen gizi awal b) Asesmen gizi ulang ataru reasesmen gizi pada pasien dengan malnutrisi atau kategori B dilakukan pada hari ke 6 setelah asesmen gizi awal atau hari ke 7 rawat inap c) Asesmen gizi ulang ataru reasesmen gizi pada pasien dengan malnutrisi atau kategori A dilakukan pada hari ke 7 rawat inap 3 . Pendokumentasian asesmen gizi ulang atau reasesmen gizi dilakukukan pada catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) dan diverifikasi oleh dokter penangung jawab pelayanan



BAB IV DOKUMENTASI Dokumentasi asuhan gizi mencakup pencatatan, pelaporan dan evaluasi : A. Pencatatan Pencatatan dalam ruang lingkup asuhan adalah : 1. Asesmen gizi awal pada format Asesmen Gizi. 2. Reasesmen gizi atau asesmen gizi ulang atau monitoring evaluasi pada format catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT). 3. Edukasi dan konseling gizi pada format edukasi terintegrasi. 4. Rekapitulasi asuhan gizi. Tata Cara Penulisan Dokumentasi Asuhan Gizi 1) Tuliskan tanggal dan waktu pada saat mulai dan selesai melakukan tahapan asuhan gizi. 2) Tuliskan data-data yang berkaitan pada setiap langkah PAGT. 3) Membubuhkan tanda tangan dan nama jelas setiap kali menulis pada format Asesmen Gizi Awal, format CPPT, format Edukasi terintegrasi. B. Pelaporan dan Evaluasi 1. Jumlah pasien rawat inap dan jumlah pasien yang mendapat asuhan gizi. Jumlah asien yang mendapat edukasi / konseling gizi



DIREKTUR KLINIK UTAMA BAITUL HIKMAH



NAMA JELAS NIK : ...................