Paper Pengaruh Abu Vulkanik Terhadap Kesuburan Tanah [PDF]

  • Author / Uploaded
  • zoloa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai gunung api aktif terbanyak di dunia,



yaitu lebih dari 30% dari gunung aktif dunia ada di Indonesia. Kawasan gunung api umumnya berpenduduk padat, karena kesuburan dan keindahan panoramanya. Hingga saat ini gunung api aktif di Indonesia dikelompokkan hanya berdasarkan sejarah letusannya, yaitu tipe A (79 buah), adalah gunung api yang pernah meletus sejak tahun 1600, tipe B (29 buah) adalah yang diketahui pernah meletus sebelum tahun 1600, dan tipe C (21 buah) adalah lapangan solfatara dan fumarola (Bemmelen, 1949; van Padang, 1951; Kusumadinata 1979). Hasil kajian terhadap sebagian dari gunung api aktif tersebut di atas memperlihatkan perbedaan karakter erupsi yang secara langsung berhubungan dengan potensi ancaman bahaya letusannya. Berdasarkan sejarah letusannya, dikombinasikan dengan karakter fisik, bentang alam puncak, struktur gunung api, dan tipe letusannya, gunung aktif di Indonesia dapat dibedakan menjadi delapan tipe, yaitu tipe Tambora 1815 (letusan kaldera), Merapi (kubah lava), Agung (kawah terbuka), Papandayan (runtuhan dinding kawah), Batur (pascakaldera), Sangeangapi (aliran lava), dan Anak Krakatau (gunung api bawah laut). Abu vulkanik merupakan bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara pada saat terjadi letusan. Secara umum komposisi abu vulkanik terdiri atas silika. Abu vulkanik akan melapuk menjadi bahan induk tanah dan selanjutnya akan mempengaruhi sifat dan ciri tanah yang akan terbentuk. Sifat-sifat tanah yang dipengaruhi yaitu sifat fisik, kimia, serta biologi tanah. 1.2 



Rumusan Masalah Apakah Abu Vulkanik berpengaruh terhadap kesuburan tanah?



1.3 



Tujuan Untuk mengetahui pengaruh abu vulkanik pada kesuburan tanah



BAB II



ISI DAN PEMBAHASAN Tanah vulkanis dibentuk dengan tambahan abu vulkanik dari gunung berapi yang meletus. Abu vulkanik merupakan hasil dari peleburan dan pembakaran bahan-bahan mineral. Lapisan tanah yang dilapisi abu tersebut kemudian menjadi sangat kaya mineral dan bisa menumbuhkan aneka tanaman dengan baik tanpa memerlukan tambahan pupuk. Namun, jika tanah vulkanis diberi tambahan pupuk organik atau kotoran hewan, kondisinya akan semakin prima. Tidak mengherankan jika banyak orang yang tetap memilih untuk tinggal di sekitar gunung berapi. Meskipun letusan gunung berapi sangat menakutkan dan membahayakan, manfaatnya sangat banyak, salah satunya menyuburkan tanah sehingga penduduk bisa menjadikan lahan-lahan di lerengnya sebagai lokasi pertanian yang menjanjikan. Abu vulkanik merupakan bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara pada saat terjadi letusan. Secara umum komposisi abu vulkanik terdiri atas Silika.Bahan letusan gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api, klastik = bongkahan). Bahan padatan ini berdasarkan diameter partikelnya terbagi atas debu vulkan (< 0.26 mm) yang berupa bahan lepas dan halus, pasir (0.25 – 4 mm) yang lepas dan tumpul, lapilli atau ‘little stone’ (4 – 32 cm) yang berbentuk bulat hingga persegi dan bom (> 32 mm) yang bertekstur kasar. Batuan hasil erupsi gunung api berdasarkan kadar silikanya dapat dikelompokkan menjadi batu vulkanis masam (kadar SiO2> 65%), sedang (35 – 65%) dan basa / alkali (30cm. Hal ini untuk memperbaiki permeabilitas dan pori aerasi tanah. Kaidah konservasi tanah dengan



sistim pengolahan tanah inilah yang harus



dilakukan untuk mempercepat perbaikan lahan. Lahan yang terkena abu dan lahar gunung berapi merupakan lahan berlereng, sehingga dilapangan terlihat adanya alur-alur bekas aliran permukaan dan bahkan banyak terjadi erosi parit sampai tebing. Abu vulkanik yang bertekstur pasir dan dengan lapisan tanah yang memiliki indek kemantapan agregat rendah (27-37), menyebabkan mudah terjadi erosi dan aliran permukaan. Penanggulangan erosi dan aliran permukaan dapat dilakukan dengan cara menanam rumput pakan ternak dan tanaman pisang. Hal ini karena sudah beradaptasi pada lahan tersebut dan mudah ditemukan. Jenis tanaman introduksi yang mudah ditanam dan dapat beradaptasi pada tekstur berpasir dan liat adalah rumput akar wangi (Vetiveria zizanioides). Rumput ditanam searah kontur dan rapat agar dapat digunakan sebagai penahan erosi dan aliran permukaan. Sedangkan untuk tanaman pisang ditanam pada bidang olah dengan cara zigzag, hal ini bermanfaat untuk mengurangi kehilangan tanah dan hara yang terangkut akibat aliran permukaan dan erosi. Untuk penanggulangan bahaya erosi dan aliran permukaan pada erosi parit/tebing diperlukan penanaman tanaman bambu. Bambu ditanam pada pinggiran parit/tebing dengan jarak 50 cm secara zigzag. Perlakuan ini sangat efektif, karena bambu mudah tumbuh memiliki perakaran serabut yang dapat menembus lapisan tanah dan mudah dicari dilokasi dampak. Remediasi/Penanganan lahan Setelah Letusan gunung berapi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan



bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit. Selain remediasi, terdapat juga Bio remediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). BAB III KESIMPULAN 1. Ketika sebuah gunung api meletus, ia akan memuntahkan aneka partikel yang panas ke udara. Kemudian, menyebar ke lingkungan sekitarnya. Salah satu material yang dikeluarkan gunung api adalah abu vulkanis. Abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu. Mineral tersebut berpotensi sebagai penambah cadangan mineral tanah, memperkaya susunan kimia dan memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki tanah-tanah miskin hara atau tanah yang sudah mengalami pelapukan lanjut 2 Pengaruh letusan gunung berapi terhadap lahan pertanian yaitu membuat lahan pertanian itu memiliki tanah yang lebih subur karena mengalami peremajaan, namun proses untuk menjadi subur itu memerlukan waktu yang sangat lama. 3 Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan onsite adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Daftar Pustaka Balitbangtan, 2014.Hasil Kajian dan Identifikasi Dampak Erupsi Gunung Sinabung Pada Sektor Pertanian. www.litbang.deptan.go.id.D iakses pada tanggal 04 Desember 2016. BPTP Sumatera Utara, 2013. Rekomendasi Kebijakan Mitigasi Erupsi Sinabung terhadap Sektor Pertanian. Medan.



Fiantis, D., 2006. Laju Pelapukan Kimia Debu Vulkanis G. Talang dan Pengaruhnya Terhadap Proses Pembentukan Mineral Liat non-Kristalin. Fakultas Pertanian Jurusan Tanah. Universitas Andalas. Padang. Hanafiah, A. S., T. Sabrina, dan H. Guchi, 2009. Biologi dan Ekologi Tanah.USU. Medan. Rauf, A., 2014. Debu Vulkanik Sinabung Dapat Menyuburkan Tanah. http://usu.ac.id/id/article/776/tim-fakultas-pertanian-usu-debu-vulkanik-sinabung-dapatmenyuburkan-tanah.Diakses pada Tanggal 04 Desember 2014. Sumarsih, S. 2003. Diktat



Kuliah: Mikrobiologi Dasar. Universitas Veteran. Yogyakarta.



Yulistiani, Winda. 2012. Hubungan Landscape Vulkan. https://pertanianunpad.wordpress.com/2012/11/21/hubungan-landscape-vulkan/. Diakses pada Tanggal 04 Desember 2014