Pembinaan Dan Pengawasan Lingkungan Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN TEMPAT REKREASI DAN WISATA DISUSUN OLEH: Kelompok VI Muhammad Riandi Asep Suherman Rita Zurriatina Putri Masthura Oktarina



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH BESAR 2020



i



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Pembinaan Dan Pengawasan Lingkungan Tempat Rekreasi Dan Wisata” makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan. Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengajar kami, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada mengingatakan kemampuan yang dimiliki. Untuk kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.



Aceh besar, 18 november 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.................................................................................1 B. Tujuan dan Kegunaan Praktek.........................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ekowisata.......................................................................4 B. Perkembangan Pariwisata................................................................5 C. Prinsip Ekowisata.............................................................................8 D. Kriteria Ekowisata............................................................................10 E. Pola Pemanfaatan Lahan di Kawasan Wisata..................................12 F. Potensi Ekowisata............................................................................13 G. Pengelolaan Ekowisata ....................................................................14 H. Strategi Pengelolaan Potensi Ekowisata .........................................15 I. Kebijakan pengembangan Ekowisata..............................................15 BAB III HASIL PENGAMATAN A. Identifikasi Sumber Daya yang Berpotensi untuk Wisata..............18 B. Kegiatan Wisata yang Sesuai...........................................................19 BAB IV PEMBAHASAN A. Aspek Ekologi..................................................................................21 B. Aspek Ekonomi................................................................................23 C. Akpek Sosial ...................................................................................24 BAB VSIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan..........................................................................................26 B. Saran...............................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata (tourism) atau kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha (UU 10/2009 tentang Kepariwisataan). Pengembangan ekowisata dalam perspektif alternative tourism pada kawasan hutan pada tahap awal seolah-olah mengurangi kendali pemerintah terhadap kawasan hutan. Namun partisipasi masyarakat yang sangat besar, justru mengurangi beban pemerintah dalam pembinaan dan pelestarian lingkungan. Dalam jangka panjang peran pemerintah lebih besar pada fungsi koordinasi dan pembinaan. Pengembangan pariwisata dapat menimbulkan dampak negatif yang disebabkan oleh kunjungan wisatawan. Untuk penanganan dampaknegatif dapat dianggarkan dari penghasilan yang didapat oleh kawasan.Biaya yang timbul dari pengembangan pariwisata ada tiga macam yaitu :biaya finansial dan ekonomi, biaya sosial budaya dan biaya lingkungan(Fandeli dan Nurdin, 2005). Salah satu ciri dalam pengembangan ekowisata adalah pembatasan jumlah pengunjung atau wisatawan sesuai dengan daya dukung (carrying capacity) kawasan. Pembatasan jumlah pengunjung dilakukan karena terjadinya kerusakan lingkungan dan sumberdaya, salah satunya disebabkan oleh banyaknya jumlah wisatawan yang melebihi daya dukung kawasan. Pada dasarnya ekowisata merupakan perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Sementara itu, menurut kamus bahasa, ekowisata merupakan bentuk kegiatan pariwisata yang memperhatikan atau sejalan dengan kegiatan konservasi. Dengan



pengelolaan



yang



terpadu,



ekowisata



berpotensi



untuk



menggerakkan ekonomi nasional dan mensejahterakan rakyat di sekitar kawasan 1



yang dikembangkan sebagai pariwisata alam. Strategi untuk membuat pengelolaan ekowisata merupakan bentuk dari suatu seni yang mempergunakan kecakapan dan sumber daya dalam mencapai sasaran program jangka panjang dengan memperhatikan kelestarian alam dan peningkatan perekonomian masyarakat setempat. Strategi pengelolaan ekowisata di suatu daerah akan sangat bermanfaat bagi pemerintah, masyarakat maupun dalam upaya pelestarian sumber daya danlingkungan. Ekowisata dapat mendorong perekonomian masyarakat disekitarnya, dengan cara memberikan jasa keindahan alam kepada wisatawan dimana cara ini dapat memotivasi masyarakat setempat untuk menjaga kelestarian lingkungan alam di kawasan yang dilindungi.             Kawasan yang dilindungi memiliki ciri dan karakteristik tertentu yang dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan ekowisata dan wisata minat khususl ainnya, dimana kawasan yang dilindungi mengandung aspek pelestarian dan pemanfaatan yang didasarkan pada keanekaragaman dalam ekosistemnya.kawasan yang dilindungi yang dapat berfungsi sebagai ekowisata atau ecoturism yang berbasis lingkungan.            



B. Tujuan dan Kegunaan Praktek Tujuan praktek lapang Manajemen Ekowisata Perairan ini adalah : 1. Untuk Mengetahui dan mengkaji sumberdaya potensi wisata bahari dibidang ekologi pada objek wisata 2. Untuk mengetahui potensi ekonomi mengenai fasilitas dan daftar infrastruktur pada objek wisata 3. Menentukan sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata bahari atau aspek sosial dan daya tarik regional pada objek wisata Kegunaan Praktek lapang Manajemen Ekowisata Perairan ini adalah Dapat mengetahui Potensi wisata secara ekologi, sosial, ekonomi memberikan informasi bagi masyarakat setempat untuk melestarikan lingkungan alam dan budaya.



2



Menambah pemahaman mengetahui kriteria ekowisata dan upaya apa yang harus dilakukan dari hasil kajian potensi.



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ekowisata Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga (Edi, dkk., 2010).



Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang dikenal dengan ekowisata,



merupakan sebuah peluang besar bagi



negara kita dengan potensi alam yang luar biasa ini. Hal ini terjadi akibat kecenderungan semakin banyaknya wisatawan yang mengunjungi objek berbasis alam dan budaya penduduk lokal. Secara definitif, ekowisata yang didefinisikan sebagai suatu bentuk perjalanan wisata yang bertanggung jawab ke kawasan alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat memperlihatkan kesatuan



4



konsep yang terintegratif secara konseptual tentang keseimbangan antara menikmati



keindahan alam dan upaya mempertahankannya.



Sehingga,



pengertian ekowisata dapat dilihat sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya (Satria, 2009). Produk dan jasa ekowisata meliputi enam jenis (Manurung, 2002): (i)pemandangan dan atraksi lingkungan dan budaya, misalnya titik pengamatan atau sajian budaya; (ii) manfaat lansekap, misalnya jalur pendakian atau trekking; (iii)



akomodasi,



misalnya



pondok



wisata,



restoran;



(iv)



peralatandan



perlengkapan, misalnya sewa alat penyelam dan camping; (v)pendidikan dan ketrampilan, dan (vi) penghargaan, yakni prestasi di dalamupaya konservasi. B. Perkembangan Pariwisata Pariwisata (tourism) sering diasosiasikan sebagai rangkaian perjalan seseorang atau kelompok orang (wisatawan, turis) ke suatu tempat untuk berlibur, menikmati keindahan alam dan budaya (sightseeing), bisnis, mengunjungi kerabat dan tujuan lainnya (Ramly, 2007). Dampak atau isu yang berkembang seiring dengan perkembangan pariwisata antara lain : penguasaan ekonomi yang tidak seimbang, terbatasnya nilai tambah lokal (local added value), minimnya keterlibatan masyarakat lokal, dampak lingkungan pariwisata, terkikisnya kearifan sosial dan nilai budaya serta meningkatkan biaya hidup danbeban bagi penduduk lokal (Hadi, 2007). Lebih lanjut Hadi (2007) menyatakan bahwa, pariwisata dewasaini cenderung memberikan manfaat kepada perusahaan global(imperialisme baru) dan bersifat wisata masal (mass tourism), yangberorientasi hanya sekedar menikmati keindahan alam (sea, sand andsun), tanpa mempertimbangkan pengembangan nilai tambah untukmasyarakat lokal (local value added), nilai sosial budaya dan dampaklingkungan. Pengembangan kawasan wisata merupakan alternatif yangdiharapkan mampu



mendorong



baik



potensi



ekonomi



5



maupun



upayapelestarian.



Pengembangan kawasan wisata dilakukan dengan menatakembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati secara terpadu.Pada tahap berikutnya dikembangkan model pengelolaan kawasan wisatayang berorientasi pelestarian lingkungan (Ramly, 2007). Salah satu sektor yang erat kaitannya dan cukup menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan adalah sektor kesehatan. Menurut kamus besar bahasa indonesia kesehatan berasal dari kata sehat yang mempunyai arti keadaan baik seluruh badan serta bagian-bagiannya bebas dari sakit atau waras. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan pariwisata dimulai sejak berangkat dari rumah untuk melakukan wisata, selama perjalanan, sampai tempat tujuan dan kembali dengan aman sehingga wisatawan tersebut tidak jera untuk kembalimenunjungi daerah wisata yang telah dikunjunginya. Dalam siklus perjalanan wisata itu, kesehatan wisata termasuk upaya pencegahan,tindakan pengobatan jika di perlukan dan kesiapan repratiasi ke tempat yang memadai Upaya pencegahan di mulai sebelum melakukan perjalanan. Wisatawan di beri informasi dan petunjuk melalui brosur yang di sediakan mengenai kesehatan dalam perjalanan dan daerah yang di tuju. Untuk mempertahankan keadaan yang baik serta meningkatkan kesehatan lingkungan,di perlukan kerjasama instansi yang terkait dalam pariwisata Upaya pengobatan di mulai dalam perjalanan dan di daerah tujuan di usahakan memadai, sesuai dengan standar yang di perlukan, dan mudah serta mudah di dapat Jika wisatawan jatuh sakit atau mendapat kecelakaan di suatu tempat dimana pengobatan kurang memadai, di sediakan sarana untuk melakukan repratiasi secepat mungkin ke rumah sakit terdekat atau tempat rujukan lainnya.



6



Kompenen pengembangan pariwisata sebagaimana tergambar dalam diagram berikut :



Gambar 1. Komponen Pengembangan Pariwisata Sumber : Inskeep (1990) dalam Kuswara (2007) dengan modifikasi Gunawan, dkk. (2000) menyatakan bahwa pengembangan industri pariwisata berkelanjutan berarti mengitegrasikan pertimbangan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan ke dalam proses pengambilan keputusan pengelolaan / manajeman di seluruh komponen industri pariwisata. Untuk itu perlu dilakukan program-program sebagai berikut ;(1) pengembangan system manajemen pariwisata berkelanjutan, (2) pengelolaan dan konservasi sumber daya alam, (3) minimisasi dan pengelolaan limbah (4) perencanaan dan pengelolaan tata guna lahan



(5)pelestarian



sumber



daya



alam



dan



warisan



budaya



serta



(6)pengembangan sistem dan mekanisme keamanan dan keselamatan. Pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) memenuhi kebutuhan wisatawan dan daerah penerima saat ini, sambil melindungi dan mendorong kesempatan untuk waktu yang akan datang. Mengarah pada pengelolaan seluruh sumber daya sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat terpenuhi sambil memelihara integritas kultural, proses ekologi yang esensial,keanekaragaman



hayati



dan



(Gunawan,dkk., 2000).



7



sistem



pendukung



kehidupan



Kepariwisataan global telah mengalami pergeseran pola wisatadari mass tourism ke individual atau small group tourism. Di indonesiakedua pola wisata tersebut berjalan bersamaan. C. Prinsip Ekowisata Rencana pengembangan kawasan bahari harus dikaitkan dengan berbagai kepentingan yang mendasar, yaitu pemberdayaan masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang memiliki banyak pengetahuan tentang kondisi obyektif wilayahnya, oleh karena itu dalam pengembangan kawasan wisata bahari, senantiasa hendaknya di mulai pendekatan terhadap masyarakat setempat sebagai suatu model pendekatan perencanaan partisipatif yang menempatkan masyarakat pesisir memungkinkan saling berbagi, meningkatkan dan menganalisa pengetahuan mereka tentang bahari dan kehidupan pesisir, membuat rencana dan bertindak (Sastrayuda, 2010). Pembangunan yang berpusat pada masyarakat lebih menekankan pada pemberdayaan (empowerment), yang memandang potensi masyarakat sebagai sumber daya utama dalam pembangunan dan memandang kebersamaan sebagai tujuan yang akan dicapai dalam proses pembangunan. Masyarakat pesisir adalah termasuk masyarakat hukum adat yang hidup secara tradisional di dalam kawasan pesisir maupun di luar kawasan pasisir. Oleh karena itu dalam rangka pengelolaan kawasan wisata bahari maka prinsip dasar yang harus dikembangkan adalah (Ardika, 2000): 1. Prinsip co-ownership, yaitu bahwa kawasan wisata bahari adalah milik bersama untuk itu ada hak-hak masyarakat di dalamnya yang harus diakui namun juga perlindungan yang harus dilakukan bersama. 2.



Prinsip co-operation/co management, yaitu bahwa kepemilikan bersama mengharuskan, pengelolaan pesisir untuk dilakukan bersama-sama seluruh komponen masyarakat (stakeholder) yang terdiri dari pemerintah, masyarakat dan organisasi non pemerintah (ORNOP) yang harus bekerja sama.



8



3.



Prinsip co-responsibility, yaitu bahwa keberadaan kawasan wisata bahari menjadi tanggung jawab bersama karena pengelolaan kawasan wisata bahari merupakan tujuan bersama. Ketiga prinsip tersebut dilaksanakan secara terpadu, sehingga fungsi



kelestarian pesisir tercapai dengan melibatkan secara aktif peran serta masyarakat sekitar pesisir. Oleh karena itu, agar masyarakat mampu berpartisipasi, maka perlu keberdayaan baik ekonomi, sosial dan pendidikan, untuk itu dibutuhkan peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat sekitar pesisir agar meningkatkan kesejahteraannya melalui 6 prinsip pemberdayaan yaitu (Sastrayuda, 2010). 1.



Modal masyarakat (social capital), merupakan kerjasama dan nilai-nilai yang disepakati.



2.



Infrastruktur dan pengembangan lembaga-lembaga kemasyarakatan informal yang berorientasi kepada kemajuan.



3.



Orientasi kepemilikan (asset orientation), yaitu pengembangan yang bertumpu



pada



penggalian



kemampuan



masyarakat



sebagai



model



pengembangan. 4.



Kerjasama (collaboration), yaitu mengembangkan pola kerjasama yang tumbuh dari dalam.



5.



Visi dan tindakan strategis yaitu membangun visi, misi dan tindakan.



6.



Seni demokrasi, yaitu mengembangkan peran dan partisipatif yang tumbuh dari dalam . Selain itu, prinsip ekowisata menurut Masyarakat Ekowisata Indonesia



(MEI) dalam Damayanti dan Handayani (2003) antara lain : 1. Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan. 2. Pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat. 3. Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat. 4. Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat setempat.



9



5. Memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan dan kepariwisataan. D. Kriteria Ekowisata Salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya lokal yang optimal adalah dengan mengembangkan pariwisata dengan konsep ekowisata. Dalam konteks ini, wisata yang dilakukan memiliki bagian yang tidak terpisahkan dengan upayaupaya konservasi, pemberdayaan ekonomi lokal dan mendorong respek yang lebih tinggi terhadap perbedaan kultur atau budaya. Hal inilah yang mendasari perbedaan antara konsep ekowisata dengan model wisata konvensional yang telah ada sebelumnya (Satria, 2009).



Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Bahwa ekowisata harus memberikan nilai konservasi yang dapat dihitung, mencakup partisipasi publik, serta menguntungkan dan dapat memelihara dirinya sendiri (Oetama, 2013). Pergeseran konsep kepariwisataan dunia ke model ekowisata, disebabkan karena kejenuhan wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata buatan. Oleh karena itu, peluang ini selayaknya dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk menarik wisatawan asing mengunjungi objek wisata berbasis alam dan budaya penduduk lokal.



10



Pengembangan ekowista bahari yang hanya terfokus pada pengembangan wilayah pantai dan lautan sudah mulai tergeser, karena banyak hal lain yang bisa dikembangkan dari wisata bahari selain pantai dan laut. Salah satunya adalah konsep ekowisata bahari yang berbasis pada pemadangan dan keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Selanjutnya, kegiatan ekowisata lain yang juga dapat dikembangkan, antara lain: berperahu, berenang, snorkling, menyelam, memancing, kegiatan olahraga pantai dan piknik menikmati atmosfer laut (Sukoraharjo dkk, 2012). Orientasi pemanfaatan pesisir dan lautan serta berbagai elemen pendukung lingkungannya merupakan suatu bentuk perencanaan dan pengelolaan kawasan secara merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dan saling mendukung sebagai suatu kawasan wisata bahari. Suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil bila secara optimal didasarkan pada empat aspek, yaitu (Gunn 1993 dalam Situmorang, 2001): 1.



Mempertahankan kelestarian lingkungannya



2.



Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut



3.



Menjamin kepuasan pengunjung



4.



Meningkatkan keterpaduan dan kesatuan pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zona pengembangannya Selain keempat aspek tersebut, ada beberapa hal yang juga perlu



diperhatikan untuk pengembangan ekowisata bahari, anatara lain (Satria, 2009): 1.



Aspek Ekologis, daya dukung ekologis merupakan tingkat penggunaan maksimal suatu kawasan



2.



Aspek Fisik, daya dukung fisik merupakan kawasan wisata yang menunjukkan



jumlah



maksimum



penggunaan



atau



kegiatan



yang



diakomodasikan dalam area tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas 3.



Aspek Sosial, daya dukung sosial adalah kawasan wisata yang dinyatakan sebagai batas tingkat maksimum dalam jumlah dan tingkat penggunaan



11



dimana melampauinya akan menimbulkan penurunanan dalam tingkat kualitas pengalaman atau kepuasan 4.



Aspek Rekreasi, daya dukung reakreasi merupakan konsep pengelolaan yang menempatkan kegiatan rekreasi dalam berbagai objek yang terkait dengan kemampuan kawasan.



E. Pola Pemanfaatan Lahan di Kawasan Wisata Lingkungan hidup adalah lingkungan di sekitar manusia, tempatorganisme dan anorganisme berkembang dan saling berinterakasi(Borong, 1999). Sebagai suatu sistem, lingkungan hidup terdiri ataslingkungan sosial (sociosystem), lingkungan buatan (technosystem) danlingkungan alam (ecosystem) (Soerjani, 1997).



Menurut Ramly (2007), lingkungan alami (ekosistem) adalahlingkungan yang tidak terlalu didominasi manusia sehingga mahluk hiduplainnya mempunyai kesempatan dan ruang untuk hidup wajar.Lingkungan sosial (sosiosistem) adalah lingkungan yang di dalamnyamanusia berinteraksi dengan sesamanya baik



12



berdasarkan polahubungan struktural maupun fungsional. Lingkungan buatan ataulingkungan



binaan



(teknosistem)



adalah



lingkungan



tempat



manusiamemenuhi kebutuhannya dengan menerapkan tehnologi sepertipertanian, perumahan, transportasi, perindustrian, kawasan wisata danlainnya. Lingkungan buatan didominasi oleh manusia. F. Potensi Ekowisata Selanjutnya Hadi (2007) menyatakan bahwa prinsip-psinsip ekowisata adalah meminimalkan dampak, menumbuhkan kesadaraan lingkungandan budaya, memberikan pengalaman positif baik kepada turis (visitors)maupun penerima (host) dan memberikan manfaat dan keberdayaan masyarakat lokal.



Daya dukung (carrying capacity) lingkungan secara umum dapat diartikan sebagaikemampuan lingkungan (alam) untuk mendukung kehidupan manusia atau benda hiduplainnya. Menurut Clark (1966), bahwa daya dukung adalah suatu cara untuk menyatakan batas-bataspenggunaan terhadap sumberdaya. Analisis daya dukung merupakan salah satu pendekatanbahwa alam mempunyai batas maksimum untuk menerima aktivitas yang dilakukan olehmanusia dalam kurun 13



waktu tertentu. Kajian daya dukung wisata bahari bertujuan untuk menentukan jumlah maksimumpengujung wisata yang masih ditolerir suatu kawasan wisata. Hal ini dilakukan karenadalam ekowisata, pengembangan kegiatan wisata bahari tidak bersifat



mass tourism,mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat



terbatas. Dengan demikian untukmengembangkan ekowisata bahari di kawasan pesisir perlu penentuan daya dukung agarkegiatan wisata yang dilakukan dapat berlangsung secara terus menerus (sustainable). G. Pengelolaan Ekowisata Suhandi (2001) menjabarkan bahwa pengelolaan ekowisata merupakan penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggungjawab di tempat – tempat alami dan atau daerah – daerah yang dibuat berdasarkan keindahan alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya – upaya pelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Dalam penelitian ini metode dasar dari manajemen / pengelolaan ekowisata yang dikembangkan menggunakan mekanisme perencanaan pengelolaan ekowisata. Pengelolaan ekowisata secara umum serupa dengan konsep pengelolaan kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan potensi alam. Sejumlah kawasan yang memiliki daya tarik wisata alam yang umumnya merupakan daerah yang ditetapkan sebagai pusat kegiatan pelestarian sumberdaya dan lingkungan. Untuk itu dalam pemanfaatan nantinya perlu menerapkan prinsip pelestarian lingkungan. Seringkali dalam upaya untuk memanfaatkan dan mengelola potensi ekowisata yang ada pihak pengelola dihadapkan pada masalah klasik seperti lemahnya dalam pemantauan kwalitas lingkungan, kondisi sarana dan prasarana dan kurangnya kemampuan SDM dalam menjaga sumberdaya lingkungan yang ada (Mardiastuti, 2000).



14



H. Strategi Pengelolaan Potensi Ekowisata Pengelolaan potensi ekowisata merupakan upaya untuk memanfaatkan hingga mendayagunakan potensi – potensi wisata khususnya potensi ekowisata untuk kepentingan pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Konsep pengelolaan ekowisata secara umum serupa dengan konsep pengelolaan kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan potensi alam. Sejumlah kawasan yang memiliki daya tarik wisata alam yang umumnya merupakan daerah yang ditetapkan sebagai pusat kegiatan pelestarian sumberdaya dan lingkungan. Untuk itu dalam pemanfaatan nantinya perlu menerapkan prinsip pelestarian lingkungan. Seringkali dalam upaya untuk memanfaatkan dan mengelola potensi ekowisata yang ada pihak pengelola dihadapkan pada masalah klasik seperti lemahnya dalam pemantauan kwalitas lingkungan, kondisi sarana dan prasarana dan kurangnya kemampuan SDM dalam menjaga sumberdaya lingkungan yang ada (Mardiastuti, 2000). Penggunaan istilah strategi pada penelitian ini mengacu kepada istilah Strategi Generik dikemukakan oleh Porter (1980) yang mengidentifikasikan bahwa strategi generik adalah suatu pendekatan strategi perusahaan dalam rangka mengungguli pesaing dalam industri sejenis. Dalam prakteknya, setelah perusahaan mengetahui strategi generiknya, untuk implementasinya akan ditindaklanjuti dengan langkah penentuan strategi yang lebih operasional. Pada tahap akhir yang lebih detil, penjabaran yang lebih detail dari strategi utama adalah strategi fungsional yang lebih menekankan pada bidang – bidang fungsional.



Berdasarkan



penggambaran



definisi



strategi,



ekowisata



dan



pengelolaan ekowisata pada sub bab sebelumnya, ditetapkan pengertian strategi pengelolaan potensi ekowisata yaitu : rangkaian upaya – upaya strategis yang harus dilakukan untuk mengelola potensi ekowisata sehingga dapat memberikan manfaat bagi kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat sekitar.



15



I.



Kebijakan pengembangan Ekowisata Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensipotensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat pada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau lebih baik, memajukan sesuatu yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana kepada yang lebih kompleks. Pengembangan meliputi kegiatan mengaktifkan sumberdaya, memperluas kesempatan mengakui keberhasilan dan mengintegrasikan kemajuan (Ramly, 2007). Lebih lanjut Ramly (2007) menyatakan bahwa, dari segi kualitatif, pengembangan



berfungsi



sebagai



upaya



peningkatan



yang



meliputi



penyempurnaan program kearah yang lebih baik. Dimana hal-hal yang dikembangkan meliputi aktivitas manajemen yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Model-model perencanaan telah dikembangkan, masing-masing merefleksikan nilai-nilai yang berbeda, aumsi dan keyakinan tentang hakekat dari dunia perencanaan dilakukan. Beberapa model perencanaan



diantaranya



perencanaan



sinoptik,



perencanan



bertahap



(incremental), mixed scanning dan perencanaan transaktif (Mitchell, Setiawan dan Rahmi, 1997). Implementasi pembangunan top down telah menyebabkan proporsi dan konstelasi peranan tiga stakeholder pembangunan menjadi timpang. Negara dan swasta menjadi sangat dominan sedangkan masyarakat berada pada posisi marjinal. Bertolak dari hal tersebut diperlukan sebuah pembangunan alternatif yang lebih berorientasi pada usaha menghilangkan marginalisasi dan memperkuat sektor masyarakat. Pada aras ini maka pembangunan yang berbasis masyarakat (communitybaseddevelopment) menjadi sangat relevan untuk diimplementasikan (Suparjan dan Suyatno, 2003). Perencanaan



pembangunan



berbasis



masyarakat



salah



satunya



menggunakan metode 7 (tujuh) langkah perencanaan (seven magic step) yang meliputi tahap definisi masalah, tujuan, analisis kondisi, altenatif kebijakan, pilihan alternatif, implementasi dan pemantauan (Hadi,2005).



16



Kualitas lingkungan menurun pada dasarnya dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu meningkatnya kebutuhan ekonomi (economicrequirement) dan gagalnya kebijakan yang diterapkan (policy failure) (Ramly, 2007). Peningkatan kebutuhan yang tak terbatas sering membuat tekanan yang besar terhadap lingkungan dan sumber daya yang ada. Lingkungan masih dipandang sebagai instrumen ekonomi, bukan sebagai fungsi intrinsiknya. Akar masalah kerusakan lingkungan selama ini berasal dari kesalahan cara pandang manusia tentang dirinya, alam dan hubungan manusia dengan alam. Oleh karena itu, percepatan pembangunan ekonomi selayaknya diimbangi dengan ketersediaan sumber daya dan lingkungan yang lestari.



17



BAB III HASIL PENGAMATAN A. Identifikasi Sumber Daya yang Berpotensi untuk Wisata



No. A.



Aspek yang Diamati Ekologi a. Lokasi Ekowisata



b.



Keunggulan Tempat Wisata



c.



Sumberdaya Yang Terdapat di Lokasi Wisata - Mangrove



-



Lamun



-



Terumbu karang



Deskripsi Berada di wilayah pesisir, memiliki infrastruktur yang cukup memadai, area yang tenang dan luas Lokasi luas dan strategis, tersedia berbagai macam pilihan wisata, terstruktur dengan baik dan sesuai peruntukannya



Ya 







 Terdapat 2 jenis, yaitu Sonnneratia alba dan Rhizoppora sp. 1 jenis yaitu Cymodocea serrulata Memiliki terumbu karang yang dijadikan sebagai wisata snorkling



   



-



2.



Pantai pasir putih Ekonomi - Pintu masuk



-



Villa



-



Aula



-



Gazebo



-



Peralatan selam



Sesuai Tidak



Pintu masuk yang ada di Bintang Samudra ada 3 Loket setiap kali masuk pengunjung harus membayar Rp. 10.000,00/orangnya Vila yang ada di Bintang Samudra ada 3yaitu : Vila kerapu 1, Vila kerapu 2, Vila kerapu 3, Vila kerapu 4, Vila cumi 1, Vila cumi 2, Vila hiu Aula yang ada di Bintang Samudra 5 aula dengan harga setiap kali sewa seharga Rp. 300.000,00 Gazebo yang ada di Bintang Samudra 30 dengan yang baru di buat seharga setiap kali sewa seharga Rp. 50.000,00 untuk siang/kasebo, sedangkan Rp. 100.000,00/kasebo untuk malam.







Alat selam yang disewakan







18















adalah untuk masker Rp. 15.000,00/org, fins Rp. 15.000,00/org, wedsfish Rp. 30.000,00/org, sedangkan untuk 1 paket seharga Rp. 250.000,00/org sedangkan untuk remaja Rp. 150.000,00, Banana boat Rp. 15.000,00/ org.



3.



-



Kantin



-



Fasilitas gratis



Kantin yang ada di Bintang Samudra ada 2 yaitu Kantin Kerapu dan Kantin Cumi Fasilitas tanpa biaya yang ada di Bintang Samudra, yaitu dermaga, toliet , pelampung, ban, kereta apung, tempat santai, ruang makan, ruang sholat, full music, dermaga pemancingan, ayunan, tracking dan spit



 



Sosial



-



Infrakstruktur



-



Kondisi ketersediaan infrakstruktur Daya tarik regional



-



Fasilitas jalan, yaitu 3 jembatan darurat, di tempuh melalui 2 jalur yaitu (1) jalan poros ke Batugong (2) jalan poros kota lama (Toronipa) dengan jalan yang rusak Untuk kondisi ketersediaan infrakstruktur sangat baik Selain sebagai tempat rekreasi taman wisata pendidikan ini juga memiliki mangrove, terumbu karang dan lamun, dan juga tempat konservasi penyu, kima dan bamboo laut, dengan adanya fasilitas-fasilitas penunjang wisatawan seperti alat scuba diving lengkap, Kereta apung, Banana boots.







 



B. Kegiatan Wisata yang Sesuai Tabel 2. Tabel bentuk kegiatan wisata yang sesuai di Bintang Samudra Sesuai No. Kegiatan Wisata yang Sesuai Ya Tidak 1. Wisata bahari - Snorkling  - Diving  - Selam  - Pemancingan 



19



2.







Wisata alam



20



BAB IV PEMBAHASAN Dalam pengembangan ekowisata ada tiga komponen yang harus dilihat, yaitu kompomen ekologi, komponen ekonomi dan sosial yang akan berimbas pada peningkatan kemakmuran masyarakat. Menurut BPKS Sabang (2012), Indonesia kaya akan keindahan karang, keindahan pantai, keindahan vegetasi, taman laut, dan budaya keramah-tamahannya. Indonesia ideal bagi setiap aktivitas pantai dan kelautan seperti berjemur di pantai sambil menikmati matahari, snorkeling dan menyelam, serta menjelajahi perkampungan nelayan. Untuk menindaklanjuti potensi tersebut, fokus pembangunan ekonomi Indonesia saat ini telah beralih ke sumber daya pantai dan kelautan demi mewujudkan kemakmuran masayarakat Indonesia. Hal ini ditandai dengan kebijakan pemerintah yang senantiasa mempertimbangkan pantai dan kelautan yang berhubungan dengan aspek pembangunan sebagai suatu sektor tersendiri. A. Aspek Ekologi Bintang Samudra merupakan salah satu tempat wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata dengan konsep ekowisata. Akan tetapi, berdasarkan hasil praktek yang dilakukan terlihat bahwa terjadi pengrusakan hutan mangrove dibagian barat yang digunakan untuk pembuatan kolam pemancingan dan beberapa gazebo dilahan tersebut, sehingga merusak ekosistem mangrove itu sendiri. Ramly (2007) menjelaskan bahwa, konsep ekowisata tidak mengedepankan faktor pertumbuhan ekonomi, melainkan menjaga keseimbangan antara kegiatan pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya.



21



Kegiatan wisata yang sesuai di Bintang Samudra adalah wisata alam dan wiasata bahari yang meliputi wisata pantai, snorkling, diving dan pancing. Untuk wisata pantai Bintang Samudra tidak cocok dijadikan sebagai wisata pantai karna lokasi wisata ini tidak memiliki panorama pantai yang begitu indah dibandingkan tempat wisata pantai yang lain, Bintang Samudra sangat cocok dijadikan sebagai lokasi wisata bahari (snorkling dan diving)karena memiliki ekosistem terumbu karang yang dalam kategori baik dan indah yang mendukung kedua jenis wisata bahari ini dapat dilakukan di kawasan wisata Bintang Samudra, sehingga yang akan menjadi daya tarik tersendiri. Akan tetapi untuk wisata pancing belum bisa digunakan karena sarana dan prasarananya belom lengkap dikarekan lokasi pemancingan masih dalam tahap pembuatan. Aziz, dkk., (2012) menjelaskan bahwa, perairan yang menyimpan kekayaan bawah laut sebagai kawasan wisata bahari adalah kondisi terumbu karang yang masih baik, dan juga memiliki kekayaan ragam jenis ikan yang melimpah. Dengan kekayaan bawah lautnya yang melimpah, maka objek wisata dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata yang menarik untuk terus dikunjungi. Sumberdaya terumbu karang ini dapat dikembangkan untuk kegiatan seperti selam (diving), dan memancing (fishing). Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai, kunjungan di lokasi wisata Bintang Samudra tidak menentu jumlahnya. Jumlah pengunjung akan padat pada hari-hari libur yang menyebabkan lokasi wisata menjadi ramai. Akan tetapi



22



kondisi ini akan memperparah kondisi lingkungan yang diakibatkan oleh wisatawan yang tidak peduli dengan kelestaian lingkungan sekitar. Fandeli dan Nurdin (2005) menyatakan bahwa, pengembangan pariwisata dapat menimbulkan dampak negatif yang disebabkan oleh kunjungan wisatawan. Untuk penanganan dampak negatif dapat dianggarkan dari penghasilan yang didapat oleh kawasan. Biaya yang timbul dari pengembangan pariwisata ada tiga macam yaitu : biaya finansial dan ekonomi, biaya sosial budaya dan biaya lingkungan. Ditinjau dari segi ekologi, Bintang Samudra menjadi lokasi wisata dikarenakan lokasi yang berada di wilayah pesisir, memiliki infrastruktur yang cukup memadai, area yang tenang dan luas, serta memiliki beberapa keunggulan, yaitu lokasi wisata yang luas dan strategis, tersedianya berbagai macam pilihan wisata, yakni wisata alam dan bahari yang terstruktur dengan baik dan sesuai peruntukannya. Sumberdaya yang terdapat di lokasi wisata, yaitu Mangrove (Sonnneratia alba dan Rhizoppora sp.), Lamun (Cymodocea serrulata), terumbu karang. Potensi lain yang ada di kawasan wisata, yaitu sebagai tempat konservasi penyu, hutan jati, lokasi budidaya kepiting dan konservasi kima. B. Aspek Ekonomi Salah satu kegiatan yang paling diminati pengunjung di kawasan wisata Bintang Samudra adalah wisata snorkling dan diving, dimana kedua hal ini akan mendatangkan keuntungan pagi pemilik lokasi wisata. Selain itu, perkembangan pariwisata akan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat maupun pemerintah. Rahmawati (2009) menyatakan bahwa, kekayaan sumberdaya bahari untuk pengembangan ekowisata di Sulawesi Tenggara sangat melimpah. Wisata bahari merupakan sub sektor yang menjanjikan dan berpeluang menjadi sumber pendapatan utama dalam sektor pariwisata sehingga dapat meningkatkan kemakmuran masyarakatnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Ditinjau dari segi ekonomi kawasan wisata Bintang Samudra memiliki beberapa fasilitas baik yang disewakan maupun yang tidak disewakan, hal inilah yang membuat wisatawan menjadi tertarik. Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai, berbagai fasilitas yang disediakan di lokasi wisata Bintang Samudra



23



diantaranya, yaitu : (a) pintu masuk yang ada di Bintang Samudra ada 3 Loket, dimana loket yang paling banyak digunakan pengunjung adalah loket 2, (b) vila yang ada di Bintang Samudra ada 3yaitu : Vila kerapu, Vila cumi dan Vila hiu, dimana jalan menuju ke masing-masing vila ditempuh dengan melewati jalan setapak, (d) gazebo yang ada di Bintang Samudra berjumlah 30 unit, (e) memiliki peralatan selam yang lengkap, sehingga memudahkan pengunjung untuk melakukan berbagai jenis wisata bahari, khususnya wisata diving dan snorkling, serta (f) memiliki dua kantin yang ada dibagian loket 1 dan dibagian loket 2. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pegawai, ia mengatakan bahwa fasilitas yang sering digunakan oleh pengunjung yang datang di Bintang Samudra adalah Gazebo, Pelampung, Vila Kerapu, Masker, dan Snorkling. Tepati jika pengunjung dalam keadaan ramai maka aula pun digunakan bahkan dermaga dan fasilitas lainnya. C. Akpek Sosial Pengembangan ekowisata tidak hanya terlepas dari dua komponen saja (ekologi maupun ekonomi). Akan tetapi, komponen yang tidak kalah penting adalah komponen sosial. Hal ini karena, komponen sosial tidak bisa dihindarkan dalam pengembangan pariwisata. Kawasan lokasi wisata Bintang Samudra ditempuh melalui jalur darat, akses ke lokasi wisata Bintang Samudra, yaitu melalui 2 jalur yaitu jalan poros ke Batugong dan jalan poros kota lama (Toronipa) yang dapat ditempuh ± 1 jam dengan kondisi jalan yangrusak. Lokasi wisata Bintang Samudra diapit oleh pemukiman, walaupun jaraknya agak berjauhan. Kondisi infrakstruktur di Bintang Samudra cukup baik dan memadai dengan fasilitas-fasilitas yang tersedia. Fasilitas-fasiltas ini bebas untuk digunakan oleh pengunjung di lokasi wisata tersebut. Selain sebagai tempat rekreasi taman wisata pendidikan ini juga memiliki mangrove, terumbu karang dan lamun, dan juga tempat konservasi penyu, kima dan bambu laut. Sehingga, dengan adanya fasilitas-fasilitas penunjang wisatawan seperti alat scuba diving lengkap, Kereta apung, Banana boots akan membuat 24



pengunjung menjadi lebih tertarik untuk kembali ke lokasi wisata. Adapun srategi ekowisata yang dapat diterapkan di kawasan wisata Bintang Samudra, yaitu melakukan penilaian terhadap situasi dan potensi wisata apakah lokasi wisata tersebut sesuai dengan daya dukung lingkungannya atau tidak, menentukan situasi wisata yang diinginkan dan mengidentifikasi langkahlangkah untuk mencapai target yang diharapkan, dokumentasi dan publikasi. Dalam perkuliahan Dedy (2013) menjelaskan bahwa, salah satu srategi pengelolaan ekowisata bahari adalah dokumentasi dan publikasi, dimana kedua hal ini meliputi dokumentasi data dan informasi yang bekaitan dengan kegiatan pariwisata dan perkembangannya, menyebarkan informasi kepada sumber-sumber dana potensial,, donor, investor dan lainnya yang membantu mewujudkan strategi ekowisata, serta strategi ekowisata harus dimasukkan ke dalam rencana pengelolaan kawasan konservasi secara menyeluruh.



25



BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Adapun kesimpulan dalam penulisan laporan ini, yaitu sebagai berikut : 1.



Berbagai



potensi



wisata



bahari



dibidang



ekologi



pada



objek



wisataBintang Samudra, yaitu berada di wilayah pesisir, memiliki berbagai sumberdaya, yaitu mangrove (Sonnneratia alba dan Rhizoppora sp.), lamun (Cymodocea serrulata), terumbu karang dan pasir putih (pesisir). Potensi lain yang ada di kawasan wisata, yaitu sebagai tempat konservasi penyu, hutan jati, lokasi budidaya kepiting dan konservasi kima. 2.



Berbagai potensi ekonomi kawasan wisata Bintang Samudra, yaitu (a) pintu masuk yang ada di Bintang Samudra ada 3 Loket, (b) vila yang ada di Bintang Samudra ada 3 yaitu : Vila kerapu 1, Vila kerapu 2, Vila kerapu 3, Vila kerapu 4, Vila cumi 1, Vila cumi 2, Vila hiu, (c) aula yang ada di Bintang Samudra ada 5 aula, (d) gazebo yang ada di Bintang Samudra berjumlah 30, (e) memiliki peralatan selam yang lengkap sehingga memudahkan pengunjung untuk mealakukan berbagai jenis wisata bahari, khususnya wisata diving, (f) kantin yang ada di Bintang Samudra ada 2 yaitu Kantin Kerapu dan Kantin Cumi 1 satu. Fasilitas yang sering digunakan oleh pengunjung yang datang di Bintang Samudra adalah Gazebo, Pelampung, Vila Kerapu, Masker, dan Snorkling.



3.



Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata bahari atau aspek sosial dan daya tarik regional pada objek wisata Bintang Samudra, yaitu masyarakat disekitar kawasan wisata tidak begitu memanfaatkan peluang demi merais rezeki, terbuki dengan tidak adanya partisipasi masyarakat pada lokasi wisata dengan melakukan kegiatan jual-beli (penjualan souvenir khas daerah tersebut.



26



B. Saran Adapun saran yang dapat saya sampaikan, yaitu sebaiknya pelaksanaan praktek lapang dilakukan di lokasi wisata yang berbeda. Sehingga, mahasiswa dapat membedakan potensi yang ada disetiap lokasi wisata.



27



DAFTAR PUSTAKA Ardika, I Gede. 2000. Beberapa Pokok Pikiran tentang Pengembangan Wisata Bahari di Bali. Naskah Lengkap Seminar nasional. Denpasar. Universitas Udayana. Aziz, Z., P. Subardjo., I. Pratikto. Studi Kesesuaian Perairan Pantai Tanjung Setia Sebagai Kawasan Wisata Bahari Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung. Journal Of Marine Research. 2 : 125-134. BPKS Sabang. 2012. http//:www.bpks_sabang.com. Clark, J. R. 1996.Coastal Zone Managemet. Handbook. Boca, Raton, Boston, London, New York, Washington D.C: Lewis Publishers. Damayanti, A., Handayani, T. 2003. Peluang dan Kendala Pengelolaan Ekowisata Pesisir Muaragembong Kabupaten Bekasi. Departemen Geografi FMIPA UI. Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) dan Kongres Ikatan Geografi Indonesia (IGI). Edi, M., Okik H., Nur, F., 2010. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Ekowisata.Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.1 Edisi Khusus Fandeli, C dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. UGM. Yogyakarta. Fandeli,C. dan Nurdin,M. 2005. Pengembangan Ekowisata Konservasidi Taman Nasional. UGM. Yogyakarta.



Berbasis



Gunawan M.P. dkk. 2000. Agenda 21 Sektoral : Agenda Pariwisata untuk Pengembangan Kualitas Hidup Secara Berkelanjutan. UNDP Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. Hadi, S. P. 2007. Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism). Makalah Seminar Sosialisasi Sadar Wisata ”Edukasi Sadar Wisata bagi Masyarakat di Semarang. Kuswara, E. 2007. Peningkatan Sadar Wisata dalam Pengembangan Pariwisata Indonesia. Makalah Seminar Sosialisasi Sadar Wisata ”Edukasi Sadar Wisata bagi Masyarakat di Semarang. Manurung. 2002. Ecotourism in Indonesia. In: Hundloe, T (ed.). Linking Green Productivity to Ecotourism : Experiences in the Asia-Pacific Region. Asian Productivity Organization (APO), Tokyo, Japan. 98-103 Mitchell, B., Setiawan, B dan Rahmi, D. H. 2000. Pengelolaan Sumberdaya danLingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Rahmawati, A. 2009. Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir Untukkegiatan Wisata Pantai (Kasus Pantai Teleng Ria Kabupaten Pacitan, Jawa Timur). Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. IPB. Bogor. 28



Ramly, N. 2007. Pariwisata Berwawasan Ilmu. Jakarta.



Lingkungan. Grafindo



Khazanah



Sastrayuda, G.S. 2010. Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort and Leisure, hal:1-8. Satria, D. 2009. Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Ekonomi Lokal dalam Rangka Program Pengentsan Kemiskinan di Wilayah Kabupaten Malang. Journal of Indonesian Applied Economics, 3(1): 37-47. Soerjani, M. 1997. Pembangunan dan Lingkungan. IPPL. Jakarta. Situmorang, R. 2001. Perencanaan dan Pengembangan Wisata Berwawasan Lingkungan. Bina Wisata Nusantara, 6(1): 77-84



Pantai



Sukoraharjo, S.S., Luh Putu Kusuma, A.S.C., Andayani, A., Indriasari, V.Y., Siri, H.Y. 2012. Pengembangan Sumberdaya Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat di Lombok Barat. Monitoring Internal II-Kementerian Kelautan dan Perikanan. Suparjan dan Suyatno, H. 2003. Pengembangan Masyarakat. Aditya Media. Yogyakarta.



29