Pemeriksaan Penunjang Lesi Mukosa Mulut: April 2020 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/340442852



PEMERIKSAAN PENUNJANG LESI MUKOSA MULUT Book · April 2020



CITATIONS



READS



0



774



1 author: Rochman Mujayanto Universitas Islam Sultan Agung 13 PUBLICATIONS   4 CITATIONS    SEE PROFILE



All content following this page was uploaded by Rochman Mujayanto on 05 April 2020. The user has requested enhancement of the downloaded file.



PEMERIKSAAN PENUNJANG LESI MUKOSA MULUT Drg. Rochman Mujayanto, Sp.PM



Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung Alamat: JL. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 PO Box 1054/SM Telepon. (024) 6583584 ext. 592 Facsimile: (024) 6582455



i



DAFTAR ISI Halaman Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Pendahuluan Penyakit Mulut Yang Harus Diwaspadai Penatalaksanaan Kasus Penyakit Mulut Kasus Penyakit Mulut Indikasi Kanker Mulut Pemeriksaan Unstimulated Saliva Flow Rate Pemeriksaan Patologi Anatomi Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik Pemeriksaan Patologi Klinik Lampiran Daftar Pustaka



1 3 4 6 9 11 12 16 21 31 34



ii



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Dosen Pengampu Program Studi Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Semester Metode Waktu Media Daftar Pustaka



: drg. Rochman Mujayanto, Sp.PM : Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA : Ilmu Penyakit Mulut : Modul 5.1 :5 : Direct learning : 100 menit (1x pertemuan) : Presentasi menggunakan power point, : Terlampir



Capaian Pembelajaran : 1. Menggunakan ilmu pengetahuan biomedik yang relevan dengan bidang kedokteran gigi untuk menegakkan diagnosis, menetapkan prognosis dan merencanakan tindakan kedokteran gigi. (SKDGI 2015: 5.1.1) 2. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan sistem stomatognatik dengan mencatat informasi klinis, laboratoris, radiologis, psikologis dan sosial guna mengevaluasi kondisi medik pasien (SKDGI 2015: 9.1.1) 3. Menegakkan diagnosis dan menetapkan prognosis penyakit/kelainan gigi mulut melalui interpretasi, analisis dan sintesis hasil pemeriksaan pasien (SKDGI 2015: 10.1.1)



iii



4. Menentukan tindakan pencegahan serta merencanakan tahapan perawatan penyakit gigi mulut sesuai standar yang berlaku, berkomunikasi efektif dalam menyampaikan alternatif perawatan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan. (SKDGI 2015: 11.1.1) 5. Menentukan rujukan yang sesuai (SKDGI 2015: 11.1.3) Pokok Bahasan : Interpretasi pemeriksaan laboratoris (SKDGI 2015:9.1.4) Sub Pokok Bahasan : Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis penyakit mulut Materi : a. Interpretasi pemeriksaan penunjang mikrobiologi b. Interpretasi pemeriksaan penunjang patologi anatomi & sitologi c. Interpretasi pemeriksaan penunjang patologi klinik & darah lengkap



iv



Pendahuluan Dokter gigi Indonesia harus memiliki kompetensi mampu menentukan dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang laboratoris, sesuai dengan sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (Peraturan Konsil Kedokteran No.40 Tahun 2015). Pemeriksaan penunjang yang harus dikuasai oleh dokter gigi Indonesia adalah pemeriksaan patologi klinik, pemeriksaan patologi anatomi, dan pemeriksaan mikrobiologi. Pemeriksaan penunjang tersebut digunakan untuk identifikasi, menegakkan diagnosis dan menentukan perawatan pada kasus bedah mulut, periodonsia, dan penyakit mulut. (1) Pemeriksaan penunjang pada penanganan kasus penyakit mulut antara lain pemeriksaan patologi klinik, pemeriksaan patologi



anatomi



dan



pemeriksaan



mikrobiologi.



Kasus



xerostomia dan burn mouth syndrome, diperlukan pemeriksaan unstimulated saliva flow rate untuk mengetahui jumlah saliva. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menunjang diagnosis klinis yang ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat penyakit penderita, dan kondisi klinis).



1



Penyakit mulut dapat terjadi pada setiap orang dengan berbagai macam latar belakang, usia & jenis kelamin. Secara umum orang dewasa lebih sering mengalami penyakit mulut dari pada anak-anak. Anak-anak sering mengalami penyakit mulut yang berkaitan dengan infeksi odontogenik & infeksi virus akut. Orang dewasa mengalami penyakit mulut yang penyebabnya lebih beragam. Kasus penyakit mulut pada orang dewasa sering ditemukan pada pasien geriatri, pasien dengan kondisi medically compromised & penyakit immunocompromised.(2–4) Secara umum faktor predisposisi terjadinya penyakit mulut adalah : (2–4) 1. Nutrisi 2. Faktor genetik 3. Penyakit sistemik 4. Gangguan kesehatan mental 5. Gaya hidup yang buruk  merokok, menginang, minum minuman beralkohol, kurangnya kebersihan mulut 6. Iatrogenik (efeks samping akibat tindakan medis)  terapi kanker, transplantasi, implant, serta pemakaian protesa gigi. (gigi palsu atau alat orthodontik)



2



Penyakit Mulut Yang Harus Diwaspadai (3) 1. High mortality a. Pemphigous b. Kanker rongga mulut c. Infeksi



kronis



(HIV/AIDS,



Tuberkulosis,



Syphilis) 2. High morbidity a. Temporal arteritis b. Pemphigoid c. Behcet syndrome d. Trigeminal neuralgia e. Facial palsy f. Lesi pre kanker (leukoplakia, lichen plannus, submucous fibrosis)



3



Prinsip Penanganan Pasien Penyakit Mulut (2–5) 1. Anamnesis a. Identitas pasien b. Keluhan utama pasien c. Riwayat perjalanan keluhan pasien d. Riwayat kondisi medically compromissed pasien, serta pengobatan yang telah diterima e. Riwayat perawatan gigi. f. Riwayat hubungan sosial & riwayat kesehatan keluarga pasien. 2. Pemeriksaan klinis (kondisi umum, pemriksaan ekstra oral, pemeriksaan intra oral) 3. Menentukan diagnosis klinis (sementara) & diganosis banding  berdasarkan kemiripan gambaran klinis 4. Menentukan pemeriksaan penunjang yang tepat. 5. Review hasil pemeriksaan penunjang 6. Menentukan diagnosis tentative 7. Penatalakasanaan kasus & pengobatan.



4



SUBJECTIVE (S) OBJECTIVE (O) ASESSMENT (A) PLAN (P)



: : : :



1, 2, 3, 4, 5, 6 7, 10 8, 11 12



Identifikasi keluhan Penelusuran Riwayat Medis Pemeriksaan Klinis



Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan Kasus & Pengobatan



5



6



Kasus Yang Memerlukan Pemeriksaan Penunjang(3)



Non Lesi Burn Mouth Syndrome Dry Mouth Lesi Menetap Akut : Oral candidiasis Kronis : Ulkus persisten Jaringan hiperplastik Lesi keratotik Lesi Rekuren Recurrent Apthous Stomatitis (RAS) Reaksi Hypersensitivitas



7



Kasus



Gambaran Klinis



Pemeriksaan Penunjang



Recurrent Apthous Stomatitis (RAS)



Ulser kambuhan



Darah lengkap Tipe 1 : Eosinofil, IgE Total , IgE spesifik atau Prick test



Reaksi hypersensitivitas



Ulser kambuhan Oedema Eritema Hiperpigementasi Granulomatosa Krusta



Burning Mouth Syndrome



Glossodynia



Oral Candidiasis



Lesi warna putih atau/dan merah Lesi atropi atau hyperplastik



Dry mouth



Mulut kering, Kaca mulut melekat



Tipe 2 : Darah lengkap Tipe 3 : Darah lengkap, Faal ginjal Faal hati Tipe 4 : Material patch test Drug patch test Darah lengkap, Glukosa sewaktu, USRF, Swab mukosa untuk : Pewarnaan KOH atau Pewarnaan Gram, Identifikasi jenis candida USRF, Darah lengkap, Rontgen 8



Keratosis



Lesi putih tidak bisa dikerok



Scrapping Biopsi



Jaringan hyperplastik



Nodula, tumor



Biopsi



Ulkus kronis persisten



Ulkus mayor, tidak nyeri, indurasi tepi lesi



Scrapping, Biopsi, Swab mukosa untuk pewarnaan Gram



Pemeriksaan Unstimultaed Saliva Flow Rate (USFR) (2–4)



9



Pemeriksaan unstimlate saliva flow rate (USRF) dilakukan pada pasien yang mengeluhkan dry mouth atau burn mouth syndrome. Dry mouth adalah keluhan pasien yang merasa mulutnya kering. Dry mouth secara klinis terlihat ketika kaca mulut melekat (lengket) pada mukosa bukal maupun labial, kondisi ini menandakan adanya hyposalivasi. Dry mouth juga hanya dirasakan oleh pasien (simtomatis), tetapi secara klinis tidak terlihat. Pemeriksaan USRF dilakukan untuk memastikan kondisi dry mouth yang sebenarnya. Dokter gigi bisa melakukan pemeriksaan jumlah saliva secara mandiri dengan menggunakan menggunakan gelas ukur yang ada ukuran mililternya. Pasien diminta berkumur kemudian selama 5 menit pasien diminta meludah ke dalam tabung reaksi.



Jumlah saliva



Normal



Hyposalivasi



0,3 – 0,4 ml/menit



< 0,1 ml/menit



10



Indikasi Kanker Mulut Lesi tunggal yang menetap & tidak sembuh lebih dari 3 minggu lebih  diagnosis ditegakkan dengan biopsi yang kemudian dilakukan pemeriksaan histopatologi (HPA). Dokter gigi bisa melakukan secara mandiri apabila resikonya rendah atau dirujuk ke bagian bedah/mulut apabila resiko tinggi.(2,4,5) Gambaran klinis & gejala simtomatis lesi yang diduga sebagai kanker mulut adalah : (2,4,5) 1. Lesi yang menetap berupa : a. Bercak merah (erythroplakia) atau putih (leukoplakia) pada gingiva, lidah, atau mukosa mulut. b. Ulser kronis c. Socket bekas pencabutan yang lama tidak menutup d. Lesi hyperplasia dan nodular e. Lesi pigmentasi 2. Nyeri menetap pada bibir, mulut & tenggorokan. 3. Terdapat benjolan bibir, mulut atau tenggorokan 4. Perdarahan spontan pada rongga mulut 5. Adanya rasa kebas pada rongga mulut 6. Sulit mengunyah & menelan 7. Pembesaran pada rahang 11



8. Perubahan suara 9. Nyeri di telinga 10. Limfadenopati



12



Pemeriksaan Patologi Anatomi (2,3,5) Lesi berbentuk plak, nodula, ulser persisten, dan lesi pigmentasi yang menetap lebih dari 3 minggu dan dicurigai suatu keganasan, diperlukan pemeriksaan dengan metode invasive & non invasive. Metode invasiv dilakukan pengambilan jaringan lunak sebagai sample dengan metode biopsi dan scrapping, untuk dilakukakan pemeriksaan Histopatologi(HPA). Jaringan yang diambil dimasukkan kedalam larutan fiksasi (Formalin atau Alkohol). Biopsi merupakan Gold Standart (pemeriksaan baku) lesi yang dicurigai suatu keganasan. Metode non invasive dilakukan dengan menggunakan pewarnaan methylene blue 1% atau toulidine blue 1%.



13



14



15



16



17



Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik (2,3,5) Pemeriksaan mikrobiologi dokter gigi dapat melakukan swab mukosa mulut secara mandiri. Swab mukosa dimasukkan dalam media transrport {aiemes), kemudian dikirim ke laboratorium mikrobiologi. Pasien dapat juga dirujuk langsung ke laboratorium mikrobiologi disertai dengan surat rujukan. Berikut informasi yang dicantumkan di surat rujukan : 1. Pengambilan sampel : swab mukosa regio ……… 2. Pewarnaan gram (untuk mengetahui jenis bakteri dan morfologi jamur) 3. Pewarnaan KOH (untuk mengetahui morfologi jamur) 4. Pemeriksaan identifikasi jamur (untuk mengetahui jenis jamur) 5. Uji sensitivitas antibiotik (untuk mengetahui antibiotik yang tepat pengobatan infeksi bakteri).



18



Tabel Morfologi Candida Spp(6–10) Morfologi Candida



Yeast (+) Pseudohyphae (+)



Yeast (+) Pseudohyphae (+) Hyphae (+)



Spesies Candida Glabrata, Lusitaniae, Guilermondii, Parapsilosis, Krusei, Kefyer Rugosa, Norvegenus Albicans, Tropicalis, Dubliniensis



Resisten Polyenes, Azole Polyenes Echinocadins, Azoles Echinocadins Polyenes, Azoles Polyenes, Azoles Azoles



Hasil pemeriksaan jamur yang hanya menunjukkan Yeast (+) saja, hampir bisa dipastikan itu adalah candida albicans komensal.(9)



19



20



21



Obat Antifungal Topical Perioral (6,7) Miconazole cream 2% Clotrimazole cream 1% Ketoconasole cream 2% Obat Antifungal Topical Intraoral (6,7) Miconazole oral gel Nystatin oral suspension 100.000 units/gram Clotrimazole troches 10mg Amphotericin B 100mg/ml Obat Antifungal Sistemik (6,7) Amphotericin B oral suspension 100mg/ml Clotrimazole troche 10mg Fluconazole tablet 100mg Fluconazole oral suspension 10mg/ml & 40mg/ml Itraconazole tablet 200mg Nystatin oral suspension 100.000 units/ml Nystatin pastile 200.000 units/ml Nystatin tablet 500.000 units/ml 22



Pemeriksaan Patologi Klinik Pemeriksaan hematologi meliputi pemeriksaan darah rutin (hemogram) dan darah lengkap. Pemeriksaan darah rutin terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari pemeriksaan darah rutin ditambah dengan susunan sel darah merah dan diferensial leukosit. Susunan sel darah merah terdiri dari MCV, MCH, MCHC. Diferensial leukosit terdiri dari neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit dan monosit.(11) Pada praktek dokter gigi dibutuhkan juga pemeriksaan kimia klinik darah untuk penyaringan awal fungsi ginjal (BUN, & Creatinin), fungsi hepar (SGOT &SGPT), dan diabetes (Glukosa Darah & HbA1c) Pertimbangan pemeriksaan patologi klinik : (2–4) •



Perubahan warna mukosa atau kulit  Pucat, Jaundice (kuning)







Munculnya adanya multiple pteki dan/atau purpura







Infeksi yang berulang dan kronis







Recurrent Apthous Stomatitis







Infeksi virus dan bakteri 23







Reaksi Hipersensitivitas







Terlihat lelah dan letih







Hepatomegally







Splenomegaly







Limfadenopati







Perdarahan







Demam



24



Tabel Interpretasi Pemeriksaan Darah Lengkap(2,4) 25



Sel Darah Eritrosit Pria : 4,3 – 5,7 x 106 sel/mm3 Wanita : 3,8 – 5,1 x 106 sel/mm3 Hemoglobin Pria : 13,5-17,5 g/dl Wanita : 12 – 16 g/dl



     



Meningkat Polycythemia Penyakit jantung bawaan Penyakit paru Merokok Dehidrasi Produksi erythropoietin meningkat akibat penyakit ginjal



Hematocrit Pria : 39-49% Wanita : 35-45%



Trombosit (Platelet) 150.000 – 400.000 /mm3



Leukosit Dewasa : 4.500 – 11.000 sel/mm3 Anak 4 – 7 tahun : 6.000 – 15.000 sel/mm3 Bayi : 8.500 – 15.000 sel/mm3 Neutrofil segment (PMN)



 Polycythemia  Leukoemia  Perdarahan parah



     



Leukemia Infeksi Inflamasi Luka bakar Stres emosional Stres fisik



 Infeksi bakteri akut



   



   



Menurun Anemia Perdarahan Gangguan sunsum tulang Produksi erythropoietin menurun akibat penyakit ginjal Hemolisis Leukemia akut Malnutrisi Multiple myeloma



 Trombositopenia purpura  Anemia aplastik  Leukemia akut  DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)  Penyakit autoimun  Leukemia akut  Gangguan sunsum tulang  Penyakit ginjal  Penyakit limpa  Leukemia



26



54 – 62% 3.000 – 5.800 /mm3



Neutrofil band 3–5% 150 – 400 /mm3



Limfosit 23 –33 % 1.200 – 3.000 /mm3



Monosit 23 –33 % 1.200 – 3.000 /mm3



Eosinofil 1–3% 50 – 250 /mm3



 Inflamasi  Gangguan pada sunsun tulang  Perdarahan  Diabetik asidosis  Penggunaan glucorticoid  Chronic Myeloid Leukemia (CML)  Infeksi bakteri akut  Leukemia akut  Chronic Lymphid Leukemia  Infeksi virus  Pasien sedang radioterapi         



Basofil 0 – 0.75%







Infeksi virus Infeksi parasit Inflamasi Tuberculosis Reaksi hipersensitivitas Infeksi parasit Inflamasi Gangguan sunsum tulang Anemia pernisiosa Chronic Myeloid Leukemia



 Pasien sedang kemoterapi / radioterapi  infeksi bakteri / virus



 Chronic Lymphoid Leukemia  HIV  Lupus  Leukemia akut  Chronic Myeloid Leukemia  Sepsis  Terpapar radiasi  Leukemia  Gangguan sunsum tulang  Stress  Shock  Luka bakar



 Reaksi hipersensitivitas 27



15 - 50 /mm3



Laju Endap Darah (mm/jam) Pria 0-8 Wanita 0-15



 Inflamasi kronis  Alergi makanan  Pasien sedang terapi radiasi  Infeksi akut lokal maupun sistemis  Kehamilan  Infeksi kronis  Arthritis rhematoid  Infak miokard  Luka bakar



 Polisitemia vera  Anemia sel sabit  Infeksi mononukleosis  Penggunaan obat etambutol, quinine, aspirin, kortisol



28



Etiologi Anemia Parameter yang digunakan adalah, Hb (hemoglobin), RDW (Red Blood cell Distribution Width) dan RBC indices. RBC indices terdiri dari MCV (mean corpuscular volume), MCH (mean corpuscular hemoglobin), MCHC (mean corpuscular hemoglobin concentration). (2,4,11) RDW Normal



MCV rendah  Thalassemia  Anemia akibat penyakit kronis



Meningkat (anisocytosis)



 Defisiensi iron



MCV Normal  Mal absorbsi zat besi (iron)  Perdarahan akut  G6PD defisiensi  Hemolysis akut  Penyakit liver  Defisiensi iro awal  Anemia bulan sabit



MCV tinggi  Penyakit liver  Aplastik anemia



 Megaloblastik  Sideroblastik  Pengaruh kemoterapi



29



 Pengaruh kemoterapi



Tabel Interpretasi Faal Ginjal (2,4,11) Parameter  BUN (Blood Urea Nitrogen) 8-18mg/100ml



Creatinin 0 – 0.75% 15 - 50 /mm3



 







Meningkat Gagal ginjal akut atau kronis Obstruksi saluran kencing Gagal jantung kongestive (jantung gagal memompa darah secara optimal) Penyakit ginjal



Menurun  Diet rendah protein  Severe diseases



 Diet rendah protein



30



Tabel Interpretasi Faal Hepar/Liver (2,4,11) Parameter Bilirubin 0 – 1,5 g/dL Serum Glutamic Oxaloaetic Transaminase (SGOT) 8 – 33 µg/mL Serum Glutamic Pyuruvic Transaminase (SGOT) 9 – 17 µg/mL



Meningkat  Anemia hemolitikum  Hepatitis  Kerusakan hepatoseluler akut  Myokardial infark  Shock  Pankreatitis akut  Infeksi mononukleosis  Hepatitis akibat virus  Toxic hepatitis



Menurun   -



 -



31



Tabel Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sebagai Penyaringan dan Diagnosis Diabetes (2,4,11,12) Diagnosis Bukan Diabetes Belum Diabetes Diabetes



Gula Darah Sewaktu/Acak (mg/dl)