Pendahuluan: Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) Pada Ibu Hamil [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar belakang Imunisasi TT adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Indanati, 2005). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survey yang dilakukan AKI telah menunjukan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan Berdasrkan Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 19942007 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 1994 terdapat 309/100.000 kelahiran hidup, tahun 1997 terdapat 334/100.000 kelahiran hidup, tahun 2002 terdapat 307/100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 terdapat



228/100.000



kelahiran



hidup.



Sedangkan



target



MDG’s



(MilleniumDevelopment Goal) untuk penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah menurunkan ¾ pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990. Berdasarkan target MDG’s berarti tahun2015 ditargetkan Angka Kematian Ibu maksimal ≈ 100 kematian per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2010).



1



Berdasrkan Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 19912007 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 1991 terdapat 68/1000 kelahiran hidup, tahun 1994 terdapat 57/1000 kelahiran hidup, tahun 1997 terdapat 46/1000 kelahiran hidup, tahun 2002 terdapat 35/1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 terdapat 34/1000 kelahiran hidup (Depkes, 2010). Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi factor penentu angka kematian, meskipun masih banyak factor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Penyebab kematian ibu melahirkan yaitu perdarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang (hipertensi dalam kehamilan/preeklamsia/eklamsia), aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada factor lain yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, social ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segala permasalahan bidang reproduksi untuk lebih bertanggung jawab. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosialkultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami. Adapun tiga factor utama persentase penyebab kematian ibu melahirkan yaitu perdarahan menepati persentase tertinggi penyebeb kematian ibu (28 %), hipertensi saat hamil atau preeklamisia atau eklamsia menepati persentasi tertinggi kedua penyebab kematian ibu (24 %), sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab



2



kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11 %) dan salah satu terjadinya infeksi yaitu akibat dari tetanus toxoid (Depkes, 2008). Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2004 2008, persentase ibu hamil yang mendapat imunisasi TT 2+ (Tetanus Toxoid) yaitu pada tahun 2004 terdapat 60,9 %, pada tahun 2005 terdapat 62,5 %, pada tahun 2006 terdapat 62,3 %, pada tahun 2007 terdapat 82,6 %, dan pada tahun 2008 terdapat 79,5%. Selama 5 tahun terakhir, kenaikan cakupan TT 2+ ibu hamil pada tahun 2007 merupakan yang tertinggi, kemudian pada tahun berikutnya yaitu tahun 2008 terjadi penurunan. Imunisasi TT 2+ dan pemberian tablet Fe 3 merupakan syarat K4 berkualitas (Depkes, 2010). Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun K4 ibu hamil akan



dibekali



dengan



tablet



besi



(Fe),



hal



ini



merupakan



upayapenanggulangan anemia pada ibu hamil dan dalam pelayanan ANC ibu hamil akan diberikan imunisasi TT sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan terjadinya tetanus pada waktu persalinan. Oleh karena itu pemberian imunisasi TT merupakan suatu keharusan pada setiap ibu hamil (Depkes, 2009). Berdasarkan laporan Analisa Uji Coba (AUC) di Indonesia pada tahun 2005 - 2006 yang disusun oleh WHO yang bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI, tetanus masih merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akibat tetanus di negara berkembang 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Di Indonesia sekitar 9,8 % (18032 bayi) dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian: 3



imunisasi



tetanus



tetap



rendah



(Depkes



RI-WHO,



2006).



Dengan



ditemukannya kasus tersebut membuktikan bahwa tetanus belum musnah dan masih mengancam siapa saja terutama bayi yang akan lahir. Untuk itu peran tenaga kesehatan dalam upaya untuk memberantas penyakit tetanus toksoid sangat diperlukan. Tidak hanya tenaga kesehatan saja yang bertanggung jawab untuk memusnahkan kasus tersebut namun peran dari seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan terutama bagi remaja putri yang akan menikah dan



ibu



hamil



untuk



berpartisipasi



dalam



pogram



pemerintah



untukmenghilangkan angka kematian bayi yang diakibatkan oleh infeksi tetanus toksoid. Dari hasil data yang didapatkan di BPS A, pada bulan Maret 2013, jumlah keseluruhan ibu hamil sebanyak 107 orang dan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT lengkap ada 22 orang. Artinya proporsi kejadian ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT lengkap yaitu sebesar 20,5%. Berdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis memilih judul penelitian Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kelengkapan Imunisasi TT pada Ibu Hamil di BPS A, Tangerang pada Bulan April 2013. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : berdasarkan data Departemen Kesehatan 2008 penyebab kematian ibu melahirkan dan kematian bayi adalah infeksi (11%) dan berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pemberian



4



imunisasi TT (Tetanus Toxoid) tahun 2007 terdapat 82,6% yang mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 79,5%. Data yang didapatkan di BPS A, Tangerang padabulan Maret2013, jumlah keseluruhan ibu hamil sebanyak 107 orang dan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT lengkap ada 22 orang. Artinya proporsi kejadian ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT lengkap yaitu sebesar 20,5%. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian : bagaimanakah hubungan karakteristik ibu tentang kelengkapan imunisasi tetatus toksoid pada ibu hamil di BPS A, Tangerang pada bulan April 2013 ?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimanakah hubungan karakteristik ibu tentang kelengkapan imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada ibu hamil di BPS A, Tangerang pada Bulan April 2013. 2. Tujuan khusus a.



Mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT berdasarkan kelengkapan imunisasi TT, usia, pendidikan, paritas dan pekerjaan ibu pada ibu hamil di BPS A, Tangerang pada bulan April 2013.



b.



Mengetahui hubungan antara usia dengan kelengkapan imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada ibu hamil di BPS A, Tangerang pada bulan April 2013. 5



c.



Mengetahui



hubungan



antara



pendidikan



dengan



kelengkapan



imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada ibu hamil di BPS A, Tangerang pada bulan April 2013. d.



Mengetahuihubungan antaraparitas dengan kelengkapan imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada ibu hamil di BPS A, Tangerang pada bulan April 2013.



e.



Mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan iminisasi TT (Tetanus Toxoid) pada ibu hamil di BPS A, Tangerang pada bulan April 2013.



D. Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, maka akan diketahui hubungan karakteristik ibu dengan kelengkapan imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada ibu hamil, sehingga hasil diperoleh dapat bermanfaat, yaitu : 1. Secara Umum Dapat diketahuinya hubungan karakteristik ibu dengan kelengkapan imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada ibu hamil. 2. Tempat Penelitian Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan terhadap ibu yang membutuhkan informasi mengenai Imunisasi TT (Tetanus Toxoid).



6



3. Bidan Bidan sebagai pendamping wanita sepanjang siklus reproduksi wanita, berperan penting dalam memberikan informasi mengenai Imunisasi TT (Tetanus Toxoid). 4. Peneliti Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian serta dapat berbagiinformasi untuk penerapan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan. 5. Pendidikan Sebagai bahan referensi mahasiswa Program Studi D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Tangerang sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap imunisasi TT (Tetanus Toxoid).



7



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Pengertian Imunisasi ialah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit (Depkes RI, 2009). Imunisasi



adalah



pemberian



vaksin



kepada



seseorang



untuk



melindunginya dari beberapa penyakit tertentu (Redviking, 2007). Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai pencegahan terhasap infeksi tetanus (Idanati, 2005). Vaksin tetanus yaitu toksin tetanus yang dilemahkan dan kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006). B. Manfaat Imunisasi TT Ibu Hamil 1. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKN, 2005, chin, 2000) tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang dari 1 bulan) yangdisebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat (Saefuddin dkk, 2001).



8



2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI. 2000). Keduanya manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum (Depkes, 2004). C. Jumlah Dan Dosis Pemberian Imunisasi TT Untuk Ibu Hamil Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (Saefuddin dkk, 2001) dengan dosis 0,5cc di injeksikan intramuskuler / subkutan dalam (Depkes RI, 2000) D. Macam-Macam Imunisasi a. Imunisasi Aktif Ini



membentuk



sendiri



antibodi



didalam



tubuh



dengan



cara



merangsangnya dengan memberi antigen atau vaksin (wijaya Irene,2005). Imunisasi ini dapat juga terjadi secara alami dan tanpa disadari oleh kita yaitu dengan cara membentuk zat anti secara berlahan saat tubuh terkena penyakit, yang tentunya antigen yang masuk ke dalam tubuh tidak terlalu ganas. Contoh campak b. Imunisasi Pasif Imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibody, sehingga kadar antibody dalam tubuh meningkat atau imunisasi pasif adalah tubuh membuat



sendiri



antibody



tetapi



mendapatkannya



dengan



penyuntikan jarum yang telah mengandung antibodi (Markum,2001).



9



cara



E. Umur Kehamilan Mendapat Imunisasi TT Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2003). TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000) F. Jarak Pemberian Imunisasi TT1 san TT2 Jarak pemberian (interval) iminisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu (Saifuddin dkk, 2001) G. Efek Samping Imunsasi TT Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan (Depkes RI, 2000). TT aadalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil, tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT (Saifuddin dkk, 2001), efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak perlu tindakan atau pengobatan (Depkes RI, 2000).



10



Table 2.1 Interval Pemberian Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) Antigen TT 1



Interval



Lama



% Perlindungan



Pada kunjungan



Perlindungan -



-



antenatal pertamas



TT 2



4 minggu setelah



3 tahun



80



TT 3



TT 1 6 bulan setelah TT



5 tahun



95



TT 4



2 1 tahun setelah TT



10 tahun



99



TT 5



3 1 tahun setelah TT



25 tahun / seumur



99



4



hidup



(Yuni Kusmiyati dkk, 2009). H. Tempat Pelayanan Untuk Mendapatkan Imunisasi TT 1. Puskesmas 2. Puskesmas Pembantu 3. Rumah sakit 4. Rumah bersalin 5. Polindes 6. Posyandu 7. Rumah sakit swasta 8. Dokter Praktik 9. Bidan Praktik (Depkes RI, 2004).



11



I. Tetanus Tetanus Adalah penyakit yang disebabkan oleh clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang. Tetapi melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek (sucking) antara 3-28 hari setelah melahirkan. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian (Depkes, 2008). Clostridium tetani, kuman ini sensitif terhadap suhu panas dan tidak bisa hidup dalam lingkungan beroksigen. Sebaliknya, spora tetanus sangat tahan panas dan kebal terhadap beberapa antiseptic. Spora ini dapat tetap hidup dalam anotklaf bersuhu 121 derajat celcius selama 10-15 menit. Kuman ini banyak tersebar di dalam kotoran dan debu jalan, usus dan tinja kuda, domba, anjing, kucing, tikus, dan lainnya, kuman ini masuk kedalam tubuh manusia melalui luka dan dalam suasana anaerob. Kemudian terjadi produksi toksin (Tetanospasmin) terjadi dan disebabkan melalui darah dan limfe. Toksin ini kemudian akan menempel pada reseptor di system syaraf (I.G.N. Ranuh, 2005). J. Diagnosis



12



Tetanus mungkin terlokalisasi atau menyeluruh, yang terakhir ini lebih lazim. Priode inkubasi pada 2-14 hari, pada tetanus menyeluruh Trismus, merupakan gejala yang ada pada sekitar 50% kasus. Nyeri kepala, gelisah dan iritabilitas merupakan gejala awal, sering disertai oleh kekakuan. Disfagia atau spasme otot leher. Tetanus akibat dari spasme otot muka dan mulut yang tidak berhenti-henti. Bila paralysis ke otot-otot perut, punggung, pinggang, dan paha. Penderita dapat berpostur lengkung, opistotonus, dimana hanya punggung kepala dan tumit yang menyentuh dasar (tanah) (Asrining Surasmi, 2003). K. Pengobatan 1. Diberikan cairan intravena (IVFD) dengan larutan mukosa 5% : NaCL fisiolog 4 : 1 selama 48-72 jam sesuai kebutuhan, sedangkan selanjutnya IVFD hanya untuk memasukan obat. Bila sakit penderita sudah lebih dari 24 jam atau sering kejang atau apnea, diberikan larutan glukosa 10% : Natrium Bikarbonat 1,5% (sebaliknya cairan yang dipilih disesuaikan dengan hasil pemeriksaan analisis gas darah). Bila 72 jam belum dapat mungkin diberikan minum peroral, maka melalui cairan infuse perlu diberikan protein dan kalsium 2. Diazepam dosis awal 2,5 mg intravena perlahan- lahan 2-3 menit. Dosis rumah 5-10 mg/kg BB/ hari melalui IVFD (diazepam dimasukkan ke dalam cairan intravena dan diganti tiap 6 jam). Bila kejang sering timbul, boleh diberikan diazepam tambahan 2,5 mg secara intravena perlahanlahan dan dalam 24 jam boleh diberikan diazepam tambahan 5mg/kg 13



BB/hari, sehingga dosis diazepam menjadi 15mg/hari. Setelahkeadaan klinisnya membaik, diazepam diberikan peroral dan turunkan secara bertahap. Pada penderita dengan hiperbilirubinemia berat atau makin berat diberikan diazepam peroral dan setelah bilirubinya turun boleh diberikan diazepam intravena 3. ATS 10.000 U/hari dan diberikan selama dua hari berturut- turut 4. Ampisilin 100mg/kg BB/hari dibagi 4 dosis secara intravena selama 10hari. Bila terdapat gejala sepsis hendaknya penderita diobati seperti penderita sepsis pada umumnya dan kalau fungsi lumbal tidak dapat dilakukan, maka penderita diobati sebagai penderita Menginitis Bakterial . 5. Tali pusat dibersihkan dan selalu dalam keadaan kering. 6. Perhatikan jalan nafas, diuresis dan keadaan vital lainnya. Bila banyak lendir jalan nafas harus dibersihkan dan apabila perlu diberikan oksigen. (Prof. Umar Fahmi Acmadi, 2006). L. Pencegahan Tindakan pencegahan serta eliminasi tetanus neonatorum adalah bersandarkan pada tindakan menurunkan atau menghilangkan faktor-faktor risiko. Pendekatan pengendalian lingkungan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan. Pemotongan dan perawatan tali pusat wajib menggunakan alat yang steril (WHO, 2006). Pengendalian kebersihan pada tempat pertolongan persalinan perlu dilakukan dengan semaksimal mungkin agar tidak terjadi kontaminasi spora pada saat proses persalinan, pemotongan dan perawatan tali pusat dilakukan. 14



Praktik 3 Bersih perlu diterapkan, yaitu bersih tangan, bersih alat pemotong tali pusat, dan bersih alas tempat tidur ibu, di samping perawatan tali pusat yang benar sangat penting dalam kurikulum pendidikan bidan. Selain persalinan yang bersih dan perawatan tali pusat yang tepat, pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi TT kepada ibu hamil (Mutaroh akmal dkk, 2010). Pemberian imunisasi TT minimal dua kali kepada ibu hamil dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum (WHO, 2008). M. Komplikasi Bronkopnemonia, Asfiksia dan sianosis akibat obstruksi saluran pernafasan oleh sekret, serta sepsis neonatorium. (Mutaroh akmal dkk, 2010). N. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil 1. Pendidikan Pendidikan adalah “proses belajar bagi seseorang menuju kearah terbentuknya perubahan perilaku yang lebih baik dan lebih dewasa”. Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah (Soekidjo Notoatmodjo, 2003). Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun individu untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan



15



kebahagiaan, pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya



hal-



hal



yang



mendukung



kesehatan



sehingga



dapat



meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang miliki.



Sebaliknya



pendidikan



yang



rendah



akan



menghambat



perkembangan sikap perilaku seseorang terhadap nilai- nilai kesehatan. Menurut Mochtar (2001) tingkat pendidikan ibu sangat erat hubungannya dengan pemeriksaan kehamilan, pendidikan masyarakat yang



rendah



cenderung



memilih



pemeliharaan



kesehatan



secara



tradisional, dan belum siap menerima pendidikan modern. Sedangkan menurut



Manuaba



(2007)



mengatakan



bahwa



faktor



pendidikan



menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan bagi dirinya dan keluarga. Sehingga, semakin tinggi pendidikan ibu hamil maka ia akan melakukan suatu perilaku yang menuju sehat diantaranya melakukan imunisasi TT untuk mencegah infeksi Tetanus Neonatorum pada bayi baru lahir (Soekidjo Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian Ulfah (2005) menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil.



16



Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil uji statistic dengan Chi Square yang menunjukan x2 hitung > x2 tabel (8,765 > 3,841). 2. Paritas Paritas merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim. Paritas sangat berpengaruh sekali terhadap penerimaan seseorang terhadap pengetahuan dimana semakin banyak pengalaman seorang ibu maka penerimaan akan semakin mudah. Pengalaman merupakan pendekatan yang penting dalam memecahkan masalah (Nursalam, 2001). Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan oleh pasien baik lahir hidup maupun lahir mati. Umunya dengan terlalu sering atau jarak antara kelahiran yang kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan resiko tinggi pada kehamilan (Ibu Sehat Bayi Sehat, 2009). Menurut Prawirohardjo (2002) paritas 2-3 merupakan yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas > 3 dan jarak hamil terlalu dekat mempunyai kematian maternal lebih tinggi. Paritas merupakan faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin selama kehamilan. Angka kematian bayi dari ibu hamil ke-3 meningkat dibandingkan kehamilan ke-2 dan lebih meningkat lagi pada kehamilan ke-5. Kehamilan yang optimal adalah kehamilan ke-2 sampai dengan ke-4 serta selanjutnya mempunyai resiko yang meningkat (Ningsih, 2001).



17



Cakupan pemeriksaan kehamilan pada anak dengan nomor urut kelahiran ketiga atau lebih rendah, besar kemungkinannya untuk mendapatkan pemeriksaan keseahatan dari pada anak nomor urut kelahiran lebih tinggi. Pada urutan 2-3 yang tidak memeriksakan kesehatannya 6,6% sedangkan pada urutan 4-6 yang tidak memeriksakan kehamilannya 10,5% (SDKI, 2007). Menurut Ningsih (2001) semakin sering ibu hamil seharusnya semakin sering memperhatikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Dengan didapatkannya imunisasi TT dapat mengurangi kejadian kematian perinatal atau dicegah dengan pemberian imunisasi TT untuk antenatal selama hamil. Namun lain halnya dengan hasil penelitian Nurhatikah (2005) yang diperoleh hasil x2 hitung < x2 tabel sehingga dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. 3. Usia Usia adalah variable yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan - penyelidikan epidemologi (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan logis (Nursalam dan Pariani, 2001). Seperti yang dikatakan Hurlock (2000) yang dikutip oleh Nursalam (2001), bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan



18



seseorang lebih dipercaya dari orang-orang yang belum cukup tinggi dewasanya. Menurut Long (2006), bahwa semakin tua umur seseorang, makin konstruktif dalam menggunakan coping terhadap masalah yang dihadapi. Hurlock (2001) mengatakan bahwa pengalaman dan kematangan jiwa seseorang disebabkan semakin cukupnya umur dan kedewasaan dalam berfikir dan bekerja. Menurut Manuaba (2007) usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor resiko tinggi dalam kehamilan dan persalinan. Status biologis wanita perkawinan usia muda < 20 tahun atau hamil pada usia > 35 tahun, dengan bertambahnya umur berdampak terhadap terjadinya peningkatan terhadap melemahnya kondisi kesehatan, maka ini merupakan penyebab kematian ibu di Indonesia. Menurut Nursalam (2001) usia dapat menyebabkan meningkatnya penyakit dan perubahan morbiditas. Hal ini menjadi penentu terhadap kebutuhan pelayanan. Menurut Markum (2001) menyatakan bila ibu yang berumur diatas 30 tahun dan dibawah 20 tahun semakin jarang melakukan pemeriksaan kehamilannya sehingga akan semakin banyak kemungkinan untuk terjadinya tetanus. Dengan



bertambahnya



umur,



maka



berdampak



terjadinya



peningkatan terhadap melemahnya kondisi kesehatan. Hal ini menjadi penentu terhadap kebutuhan imunisasi TT pada ibu hamil (Ningsih, 2013).



19



Menurut hasil penelitian Herlina (2007), didapatkan hasil uji statistik dengan CI 90%, df : 1, ∝ : 0,01, x2 tabel : 6,635didapatkan x2 hitung = 4,546 sehingga x2 hitung < x2 tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. Namun lain halnya dengan hasil penelitian Ulfah (2005), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara usia dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil, dengan hasil x2 hitung > x2 tabel. 4. Pekerjaan Ibu Menurut Manuaba (2007) pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan setiap hari untuk mendapatkan penghasilan bagi keluarga, ibu yang bekerja disektor formal memiliki akses yang terlebih baik terhadap berbagai informasi termasuk tentang kesehatan. Pada umumnya ibu yang bekerja khusunya disektor formal mempunyai wawasan yang lebih luas sehingga dapat memutuskan sendiri kapan dan dimana dia memeriksakan kehamilannya. Pekerjaan tidak saja berkaitan dengan pendapatan atau tingkat ekonomi rumah tangga, akan tetapi berkaitan juga dengan partisipasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Summarno (2002) mengartikan pekerjaan suatu kegiatan yang dilakukan oleh ibu sehari-hari diluar rumah untuk mendapatkan uang, dibagi menjadi: bekerja dan tidak bekerja. Menurut Notoatmodjo (2003), yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara pekerjaan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun



pencegahan,



seseorang



20



kurang



memanfaatkan



pelayanan



kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan sebagainya. Pekerjaan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas – fasilitas sumber informasi. Tingkat partisipasi ibu hamil yang bekerja atau mempunyai kesibukan dirumah atau luar rumah sehingga mempengaruhi ibu hamil untuk imunisasi TT (Wati, 2002). Sedangkan menurut Markum (2001) semakin tingginya tingkat penghasilan akan mendorong ibu untuk melakukan imunisasi TT karena tingkat penghasilan akan berpengaruh pada kemauan ibu untuk melakukan imunisasi TT. Hasil penelitian Nurhatikah (2005) dan Herlina (2007) menunjukan bahwa tidak adanya hubungan antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. Hal tersebut berdasarkan hasil perhitungan bivariate dengan menggunakan Chi Square yang diperoleh x2 hitung < x2 tabel, sehingga Ha ditolak berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. 5. Sumber Informasi Informasi



yang



diperoleh



dari



berbagai



sumber



akan



mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang benyak memperoleh informasi maka ia cendrung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Fasilitas – fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuann seseorang, misalnya radio, televisi, majalah,



21



koran, dan buku. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang (Soekidjo Notoatmodjo, 2003). Sumber informasi adalah data yang merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian - kejadian dan kesatuan nyata. Kejadiankejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat terentu, kesatuan nyata (fact and entity) berupa objek nyata seperti tempat, benda, dan orang yang betul-betul ada dan terjadi. Sumber informasi berperan penting bagi seseorang dalam menentukan sikap atau keputusan bertindak. Banyak media seperti media massa, baik media cetak seperti surat kabar dan majalah, ataupun elektronika seperti televisi dan radio; dan pemuka pendapat untuk wilayah pedesaan dianggap cukup efektif untuk menciptakan konsesus sosial. Secara umum media berfungsi sebagai sumber informasi, sumber pendidikan dan sumber hiburan. Tetapi sebetulnya, khalayak tidaklah dengan mudah mengikuti pesan media. Hal ini karena mereka memiliki kemampuan menyeleksi segala terpaan pesan informasi yang menerpainya (Rakhmat, 2004).



6. Pengalaman



22



Individu sebagai orang yang menerima pengalaman atau orang yang melakukan tanggapan atau penghayatan biasanya tidak melepaskan pengalaman yang sedang dialaminya (Nursalam, 2001). Menurut Notoatmidjo (2003), pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.



O. Kerangka Teori Menurut



Soekidjo



Notoatmodjo



(2003).



Faktor-faktor



yang



berhubungan dengan kelengkapan Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada ibu hamil adalah : Table 2.2 Kelengkapan Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada Ibu Hamil



1. usia 2. Pendidikan Kelengkapan Imunisasi TT (Tetanus Toksoid)



3. Paritas 4. Pekerjaan Ibu 5. Sumber Informasi 6. Pengalaman



BAB III



23



KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIANAL DAN HIPOTESIS



A. Kerangka Konsep Berdasarkan sistematika kerangka konsep penelitian ini meliputi variabel dependent (kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil ) dan variabel independent (usia, pendidikan, paritas, dan pekerjaanan ibu).Dari uraian diatas dan sesuai dengan tujuan penelitian maka digunakan kerangka konsep seperti di bawah ini. VARIABEL INDEPENDENTVARIABEL DEPENDENT



Karakteristik Ibu 1.Usia Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid ( TT )



2.Pendidikan 3.Paritas 4.Pekerjaan Ibu



B. Definisi Oprasional 24



No 1



Variabel



Definisi



Alat



Cara



Ukur Check



Ukur Melihat



1.lengkap



buku



(ibu hamil



TT (Tetanus imunisasi TT



Register



yang



Toksoid)



sebanyak 2



imunisasi



mendapatkan



pada ibu



kali selama



TT



imunisasi TT



hamil



kehamilan



(Tetanus



sebanyak 2



Toksoid)



kali)



Operasional kelengkapan Ibu yang imunisasi



mendapatkan List



Kategori



Skala Ordinal



2.Tidak lengkap (ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT 2



Usia



Lamanya



Check



Melihat



hidup ibu



List



di



< 2 kali) 1. < 20 tahun Interval



buku 2.20-35



hamil dilihat



register



tahun



dari tanggal



ibu hamil



3. < tahun



Melihat



1.Tingkat



di buku



Rendah(SD -



lahir sampai sekarang dihitung dari 3



Pendidikan



tahun Ijazah



Check



terakhir yang List 25



Ordinal



dimiliki oleh



register



SMP)



ibu yang



ibu hamil



2.Tingkat



didapat



Tinggi



melalui



(SMA-PT)



jenjang pendidikan yang telah disyahkan 4



Paritas



oleh institusi Jumlah anak Check



Melihat



yang



di



List



dilahirkan oleh



ibu



hamil



baik



1.Primipara



buku (ibu



Nominal



yang



Register



melahirkan 1



ibu hamil



kali) 2.Multipara



mati maupun



(ibu



yang



hidup



melahirkan ≥ 2 kali)



5



Pekerjaan



Kegiatan



Check



Melihat



Ibu



yang



List



di



dilakukan oleh



buku 2.Tidak



register ibu



ibu hamil



sehari-hari diluar rumah



26



1.Bekerja



bekerja



Ordinal



untuk mendapatkan uang



C. Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan dengan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih, dituangkan dalam bentuk kalimat yang menyatakan dan menghubungkan variabel terhadap variabel baik secara umum maupun khusus (Maemunah, 2005). Dalam penelitian ini penulis menggunakan hipotesa alternative (Ha) sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara usia dengan kelengkapan imunisasi TT ibu Hamil. 2. Ada hubungan antara pendidikan dengan kelengkapan imunisasi TT ibu Hamil. 3. Ada hubungan antara paritas dengan kelengkapan imunisasi TT ibu Hamil. 4. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan imunisasi TT ibu Hamil. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN



A. Desain Penelitian



27



Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan atau desain analisa cross secsional yaitu antara variabel dependent dan variabel independent diukur secara bersama-sama dengan tujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan imunisasi TT pada ibu hamil di BPS A, Tangerang pada bulan April 2013 dengan lembar check list variabel dependent maupun variabel independent. B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di BPS A, Tangerang pada bulan Mei 2013 dengan menggunakan data sekunder. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang ingin diketahui besaran karakteristiknya (Notoadmodjo, 2005). Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamilyangtelah mendapatkan imunisasi TT(Tetanus Toksoid) di BPS A pada bulan April 2013 yang berjumlah 96 orang.



2. Sampel Sampel adalah sebagian obyek populasi yang mewakili karakteristik populasinya, dan kemudian diteliti (Notoadmodjo, 2005). Sampel adalah



28



sebagai bagian dari populasi. Masalah sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan penelitian bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi, penenlitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil penelitiannya dalam arti mengenakan kesimpulankesimpulan kepada objek, gejalas, atau kejadian yang luas (Wikipedia, 2010). Sampel yang diambil adalah sebagian ibu hamil yang telah mendapatkan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) di BPS A, pada bulan April 2013. Rumus Besaran Minimal Sampel Populasi Tidak Terbatas (In-Finit) : Z21 n=



∝ × P ( 1−P ) 2 d2



¿



(1,64 )2 x 0,205 ( 1−0,205 ) 0,12



¿



2,689 x 0,205 x 0,795 0,01



¿



0,43833756 0,01



= 43,833 atau 44 sampel D. Alat Pengumpulan Data



29



Data penelitian yang telah dikumpulkan berupa data sekunder yang berasal dari buku register pada ibu hamil yang berkunjung di BPS A, Tangerangpada bulan April 2013 yang diperoleh untuk mendapatkan hasil penelitian. E. Metode Pengumpulan Data 1. Data yang dikumpulkan Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari buku register ibu hamilpada bulan April 2013. 2. Pelaksanaan Pengumpulan data Data didapat melalui data sekunder dari buku register ibu hamil yang telah mendapatkan imunisasi TTdi BPS A, pada bulan April 2013, dengan meminta izin terlebih dahulu kepada pihak BPS serta tetap menjaga privasi dan kerahasiaan pasien. 3. Etika Penelitian Peneliti meminta surat izin kepada Program Studi DIII Kebidanan Universitas Muhammadiyah Tangerang, kemudian peneliti menyerahkan surat terssebut ke BPS A, Tangerang dan memohon izin untuk melakukan penelitian disana, serta menyerahkan proposal penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Sebagai tanda persetujuan dari pihak BPS A, Tangerang, maka akan dikirimkan sebuah surat balasan untuk institusi, yang menyatakan bahwa peneliti telah diizinkan untuk mengadakan penelitian di BPS A, Tangerang. 4. Cara Pengelolaan Data



30



Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dengan system komputerisasi mekanisme pengelolaan data. Menurut Hastono (2001) ada 5 tahap pengolahan data yaitu sebagai berikut: a. Coding Proses pemberian kode untuk memudahkan dengan caramemberi nomor pada lembar halaman, pernyataan dan variabel yang bertujuan untuk menyingkat data yang didapat dengan jalan memberikan kode tertentu dalam bentuk angka. b. Editing Melakukan pengeditan untuk memeriksa data meliputi kelengkapan, keseragaman, keseimbangan dan kebenaran data. c. Tabulasi Data Setelah pengumpulan data terkumpul selanjutnya maka data tersebut diolah dengan tahapan editing dan tabulasi data dengan perhitungan persentasi. d. Entry Data Memasukan data yang telah diedit ke computer. e. Cleaning Mengoreksi kembali data yang sudah masuk untuk memastikan bahwadata tersebut baik dan benar. F. Analisa Data 1. Analisa Univariat



31



Analisa yang dilakukan adalah analisa univariat dan bivariat.Analisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan besarnyaproporsi dari masing-masing variabel, baik variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).Pada analisa data ini untuk mengetahui distribusi frekuensi darimasing-masing variabel, maka penulis menggunakan rumus: F=



X ×100 % N



Keterangan : F : Distribusi frekuensi X : Jumlah data yang diperoleh N : Jumlah total data Pada analisa univariat dilakukan analisa distribusi frekuensivariabel independent dan dependen. 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk melihatkemaknaan hubungan antara variabel dependent dengan variable independent. Uji yang digunakan adalah chi square denganmenggunakan derajat kemaknaan 0,01. (10%). Rumus chi square yang bermakna adalah:



X 2 =∑ ¿ ¿ ¿



32



Keterangan : X2 : Statistik chi schuare Ʃ : Jumlah O : Nilai Observed (frekuensi hasil observasi) E : Expected (frekuensi harapan dari baris dan kolom) Degree of Freedom Df = (K-1).(B-1) Keterangan : B : Jumlah baris K : jumlah kolom Jika X2 hitung >X2 tabel maka Ha = gagal tolak, yang artinya ada hubungan bermakna antara variabel independent dengan variabel dependent dan jika X2 hitung < X2 tabel maka Ha = ditolak, yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independent dengan variabel dependent. Untuk Chi kuadrat 2×2 menggunakan rumus :



X2=



N (ad−bc )2 (a+ c)(b+ d)( a+b)(c +d )



Keterangan :



33



N



: jumlah seluruh sampel



a



: sel a



b



: sel b



c



: sel c



d



: sel d



Df



: (k-1)(b-1)



Untuk tabel 2×2 yang pada kolomnya terdapat nilai observasi < 5 menggunakan rumus Fisher Exact : P=



( a+ b ) ! ( c+ d ) ! ( a+c ) ! ( b +d ) ! N !a!b!c !d!



Keterangan : P



: Fisher Exact



N



: Total Sampel



a, b, c, d



: jumlah sampel tiap kolom



BAB V HASIL PENELITIAN



34



A. Analisa Univariat Dari penelitian yang telah didapatkan di BPS A, penulis menyajikan dalam tabel narasi.



Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Kelengkapanan Imunisasi TT pada Ibu Hamil di BPS A Pada Bulan April 2013



Kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil Lengkap Tidak Lengkap Jumlah



N 32 12 44



% 72,7 27,3 100



Berdasarkan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil



didapatkan



sebagian besar ibu hamil telah mendapatkan imunisasi TT lengkap sebanyak 32 ibu (72,7%), dan 12 ibu (27,3%) mendapatkan imunisasi TT tidak lengkap.



Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan UsiaPada Ibu Hamil di BPS A Pada Bulan April 2013 Usia < 20 tahun 20 – 35 tahun >35 tahun



N 9 25 10 35



% 20,5 56,8 22,7



Jumlah



44



100



Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa sebagian besar ibu hamil dengan usia 20 – 35 tahun yaitu sebesar 25 ibu (56,8%) dan 10 ibu (22,7%) berusia > 35 tahun. Sedangkan ibu yang berusia < 20 tahun yaitu sebanyak 9 ibu (20,5%).



Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil di BPS A Pada Bulan April 2013 Pendidikan Tinggi Rendah Jumlah



N 29 15 44



% 65,9 34,1 100



Berdasarkan pendidikan ibu,mayoritas ibu dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu sebanyak 29 ibu (65,9%) dan 15 ibu (34,1%) dengan tingkat pendidikan rendah.



Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Ibu Hamil di BPS A Pada Bulan April 2013 Paritas Primipara Multipara Jumlah



N 17 27 44



% 38,6 61,4 100



Berdasarkan paritas ibu hamil sebagian besaribu dengan multipara yaitu sebanyak 27 ibu(61,4%) dan 17 ibu (38,6%) dengan primipara. 36



Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu Hamil di BPS A Pada Bulan April 2013 Pekerjaan ibu N Bekerja 28 Tidak bekerja 16 Jumlah 44 Berdasarkan pekerjaan ibu Hamil didapatkan sebagian



% 63,6 36,4 100 besar



ibuyang



bekerja yaitu 28 ibu (63,6%), sedangkan ibu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 6 ibu (36,4%). B. Analisis Bivariat Analisi Bivariat untuk melihat hubungan variabel independen dengan variable dependen. Uji statistik yang dipakai adalah Chi Square. Hasil analisis bivariat masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.6 Hubungan Antara Usia Ibu Dengan kelengkapan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Di BPS A Pada Bulan April 2013 X 2 Hitung



Kelengkapan imunisasi TT Usia < 20 tahun 20-35 tahun



Lengkap



Tidak lengkap



5



4



( 55,6% ) 20



( 44,4% ) 5



37



Jumlah 9 ( 100% ) 25



X 2 Table



>35 tahun



( 80% ) 7



( 20% ) 3



( 100% ) 10



Jumlah



( 70% ) 32



( 30% ) 12



( 100% ) 44



2,04



9,210



Dari hasil analisis hubungan antara usia dengan kelengkapan imunisasi TT, didapatkan hasil bahwa ibu yang mendapatkan imunisasi TT lengkap sebagian besar pada ibu yangberusia 20 - 30 tahun yaitu 20 ibu (80%). Sedangkan ibu yang mendapatkan imunisasi TT tidak lengkap yaitu pada usia> 35 tahun yaitu sebanyak 3 ibu (30%). Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan CI= 90%, ∝= 0,01, DF= 2, X 2 tabel= 9,210 didapatkan hasil X 2 hitung= 2,04. Maka X 2 hitung < X 2 tabel maka Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antarausia dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. Tabel 5.7 Hubungan Antara Pendidikan Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Di BPS A Tangerang Pada Bulan April 2013 Kelengkapan Imunisasi TT Lengkap



Tidak Lengkap



Tingkat



25



4



29



Tinggi



( 86,2% )



( 13,8% )



( 100% )



Tingkat



7



8



15



Pendidikan



38



Jumlah



X 2 Hitung



X 2 Table



Rendah Jumlah



( 46,7% ) 32



( 53,3% ) 12



( 100% ) 44



7,79



6,635



Dari hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan kelengkapan imunisasi TT didapatkan hasil bahwa ibu yang mendapatkan imunisasi TT lengkap yaitu ibu dengan pendidikan tinggi sebanyak 25 ibu (86,2 %). Sedangkan ibu dengan pendidikan rendah mendapatkan imunisasi TT tidak lengkap sebanyak 8 ibu (53,3%). Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan CI= 90%, ∝= 0,01, DF= 1, X 2 Table= 6,635 didapatkan X 2 Hitung= 7,79 maka X 2 Hitung> X 2 Table sehingga Ha gagal tolak. Berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan kelengkapan imuisasi TT pada ibu hamil. Tabel 5.8 Hubungan Antara Paritas Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Di BPS A Tangerang Pada Bulan April 2013. Kelngkapan Imunisasi TT Paritas



Lengkap



Tidak



Jumlah



Primipara



9



Lengkap 8



17



( 52,9% )



( 47,1% )



( 100% )



23



4



27



( 85,2% )



( 14,8% )



( 100% )



Multipara



39



X 2 Hitung



X 2 Table



5,47



6,635



Jumlah



32



12



44



Dari hasil analisis hubungan antara paritas dengan kelengkapan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil didapatkan hasil bahwa ibu yang mendapat imunisasi TT lengkap yaitu ibu dengan multipara yaitu sebanyak 23 ibu ( 85,2% ). Sedangkan ibu yang mendapat imunisasi TT tidak lengkap yaitu ibu dengan primipara sebanyak 8 ibu (47,1%). Berdasarkan hasil uji chi square dg CI= 90%, ∝= 0,01, DF= 1, X 2 Table= 6,635, didapatkan X 2 Hitung= 5,47 maka X 2 Hitung< X 2 Table sehingga Ha di tolak, berarti dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. Tabel 5.9 Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Di BPS A Tangerang Pada Bulan April 2013 Kelengkapan Imunisasi Pekerjaan Ibu



Lengkap



Tidak Lengkap



Jumlah



Bekerja



23



5



28



Tidak Bekerja



( 82,1% ) 9



( 17,9% ) 7



( 100% ) 16



Jumlah



( 82,1% ) 32



( 17,9% ) 12



( 100% ) 44



40



X 2 Hitung



X 2 Table



3,44



6,635



Dari hasil analisis hubungan antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) didapatkan hasil bahwa ibu yang bekerja mendapatkan imunisasi TT ( Tetanus Toksoid ) lengkap sebanyak 23 1bu ( 82,1%). Sedangkan ibu yang tidak bekerja mendapatkan imunisasi TT tidak lengkap yaitu sebanyak 7 ibu (17,9%). Berdasarkan hasil uji chi square dengan CI= 90%, ∝= 0,01, DF= 1, X 2 Table= 6,635, didapatkan X 2 Hitung= 3,44 maka X 2 Hitung< X 2 Table sehingga Ha ditolak. Berarti dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan imunisasi Tetanus toksoid ( TT ) pada ibu hamil.



BAB VI



41



PEMBAHASAAN



A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan yang mungkin akan berpengaruh terhadap hasil penelitian. Keterbatasan pada penelitian cross sectional ini adalah memiliki validitas inferensi yang lemah dan kurang mewakili sejumlah populasi yang akurat dan data dikumpulkan dalam satu periode waktu singkat dari sampel atau “cross section” ibu hamil yang dipilih untuk mewakili populasi target sehingga tidak memperlihatkan pola dari perubahan di dalam diri individu. Keterbatasan penelitian yang dilakukan penulis juga dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis dalam mengumpulkan data, mengolah data, keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan waktu.



B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel-Variabel yang Diteliti Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis dari 44 ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT (Tetanus Toksoid ) di BPS A, Tangerang bulan April 2013 yang mendapatkan imunisasi TT lengkap (Tetanus Toksoid ) ada 32 ibu hamil atau sebesar 72,7%,



dan ibu yang tidak mendapatkan



imuisasi TT (Tetanus Toksoid ) sebanyak 12 ibu hamil atau sebesar 27,3%,



42



selanjutnya untuk lebih jelas gambaran atau hubungan dari variable yang diteliti maka penulis menggunakan analisa univariat dan bivariat dan penulis akan membahasnya lebih lanjut pada bab ini.



1. Usia Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diperoleh usia ibu dalam kelengkapan imunisasi TT pada Ibu hamil didapatkan sebagian besar ibu hamil yang berusia 20 – 35 tahun yaitu 25 ibu hamil (56,8%), danibu yang berusia < 20 tahun yaitu 4 ibu hamil atau 44,4%. Dari hasil analisis hubungan antara usia dengan kelengkapan imunisasi TT didapatkan bahwa sebagian besar ibu yang mendapat imunisasi TT lengkap yaitu ibu dengan usia 20-35 tahun sebanyak 20 ibu (80%). Sedangkan ibu yang yang mendapatkan Imunisasi TT tidak lengkap yaitu ibu dengan usia> 35 tahun sebanyak 3 ibu (30%). Berdasarkan uji statistik didapatkan bahwa tidak ada hubungan antarausia dengan kelengkapan imunisasi TT ibu Hamil. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Herlina (2007), didapatkan hasil uji statistik dengan CI 90%, df : 2, ∝ : 0,01, x2 tabel : 9,210didapatkan x2 hitung = 6,546 sehingga x2 hitung < x2 tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. Namun lain halnya dengan Nursalam & Pariani (2001) yang mengatakan bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akanlebih matang dalam berfikir dan logis. Usia dapat menyebabkan



43



meningkatnya penyakit dan perubahan morbiditas. Hal ini menjadi penentu terhadap



kebutuhan



pelayanan.



Menurut



Ningsih



(2013),



dengan



bertambahnya umur, maka berdampak terjadinya peningkatan terhadap melemahnya kondisi kesehatan. Hal ini menjadi penentu terhadap kebutuhan imunisasi TT pada ibu hamil. Hasil penelitian Ulfah (2005) menunjukan bahwa ada hubungan antara usia dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil, dengan hasil x2 hitung > x2 tabel. 2. Pendidikan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diperoleh 29 ibu hamil dengan tingkat pendidikan tinggi atau sebesar 65,9% dan didapatkan 15 ibu hamil dengan tingkat pendidikan rendah atau sebesar 34,1%. Dari hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan kelengkapan imunisasi TT ibu hamil didapatkan ibu dengan tingkat pendidikan tinggi sebagian besar mendapatkan imunisasi TT lengkap sebanyak 25 ibu (86,2%) sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan rendah mendapat imunisasi TT tidak lengkap sebanyak 8 ibu (53,3%). Berdasarkan uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007) yang menyebutkan bahwa pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi



44



kesadaran akan pentingnya arti kesehatan bagi dirinya dan keluarga. Sehingga, semakin tinggi pendidikan ibu hamil maka dia akan melakukan suatu perilaku yang menuju sehat diantaranya melakukan imunisasi TT untuk mencegah infeksi Tetanus Neonatorum pada bayi baru lahir. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Ulfah (2005) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil uji statistic dengan Chi Square yang menunjukan x 2 hitung > x2 tabel (8,765 > 3,841). Maka berdasarkan antara teori diatas dan hasil penelitian terdahulu, terdapat kesesuaian karena menurut penulis semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap dan prilaku seseorang terhadap nilai – nilai kesehatan. 3. Paritas Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diperoleh 17 responden dengan paritas primipara atau sebesar 38,6% dan didapatkan paritas multipara 27 responden atau sebesar 61,4%. Dari hasil analisis hubungan antara paritas dengan dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil didapatkan ibu dengan multipara sebagian besar mendapatkan imunisasi TT lengkap sebanyak 23 ibu (85,2%) sedangkan ibu dengan primipara mendapat imunisasi TT tidak lengkap sebanyak 8 ibu



45



(47,1%). Berdasarkan uji statistik didapatkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara paritas dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu Hamil. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Nurhatikah (2005) yang diperoleh hasil x2 hitung < x2 tabel sehingga dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. Namun lain halnya dengan teori yang menyebutkan bahwa paritas sangat berpengaruh sekali terhadap penerimaan seseorang terhadap pengetahuan dimana semakin banyak pengalaman seorang ibu maka penerimaan akan semakin mudah. Pengalaman merupakan pendekatan yang penting dalam memecahkan masalah(Nursalam, 2008). Menurut Ningsih (2013) semakin sering ibu hamil seharusnya semakin sering memperhatikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Dengan didapatkannya imunisasi TT dapat mengurangi kejadian kematian perinatal atau dicegah dengan pemberian imunisasi TT untuk antenatal selama hamil. Berdasarkan antara teori diatas tidak terdapat kesesuaian namun terdapat hasil penelitian terdahulu yang mendukung hasil penelitian penulis. Hal ini dikarenakan menurut penulis kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor – faktor dan tidak hanya berasal dari paritas seseorang. 4. Pekerjaan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diperoleh ibu yang bekerja sebanyak 28 ibu (63,6%) dan ibu yang tidak bekerja sebanyak 16 ibu (36,4%).



46



Hasil uji statistik menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang bekerja mendapat imunisasi TT lengkap sebanyak 23 ibu (82,1%) sedangkan ibu yang tidak bekerja mendapat imunisasi TT tidak lengkap sebanyak 9 ibu (82,1%). Dan disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. Hal ini bertentangan dengan teori Manuaba (2010) yang menyatakan bahwa pada umumnya ibu yang bekerja khusunya disektor formal mempunyai wawasan yang lebih luas sehingga dapat memutuskan sendiri kapan dan dimana dia memeriksakan kehamilannya. Tingkat partisipasi ibu hamil yang bekerja atau mempunyai kesibukan dirumah atau luar rumah sehingga mempengaruhi ibu hamil untuk imunisasi TT (Wati, 2002). Sedangkan menurut Markum (2002) semakin tingginya tingkat penghasilan akan mendorong ibu untuk melakukan imunisasi TT karena tingkat penghasilan akan berpengaruh pada kemauan ibu untuk melakukan imunisasi TT. Namun berbeda dengan hasil penelitian Nurhatikah (2005) dan Herlina (2007) yang keduanya sama-sama didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. Hal tersebut berdasarkan hasil perhitungan bivariate dengan menggunakan Chi Square yang diperoleh x2 hitung < x2 tabel, sehingga Ha ditolak berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil.



47



BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN



A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai hubungan karakteristik ibu dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil di BPS A, pada bulan April 2011 yang terdapat 44 responden ibu hamil yang telah diteliti secara umum yang sudah dikelaskan pada bab hasil penelitian sesuai dengan tujuan yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan. Serta distribusi frekuensi dari masing – masing variabel yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi TT ibu hamil. Maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Distribusi frekuensi status imunisasi TT pada ibu hamil adalah imunisasi TT lengkap sebesar 72,7% sedangkan ibu hamil dengan imunisasi TT tidak lengkap sebersar 27,3%. 2. Distribusi frekuensi usia ibu hamil dengan imunisasi TT lengkap tertinggi usia 20-35 tahun sebanyak 80% dan terendah pada ibu hamil imunisasi TT lengkap pada umur >35 tahun sebesar 70%.Dari uji statistik didapatkan



48



bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. 3. Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu hamil dengan imunisasi TT lengkap



tertinggi pada tingkat pendiddikan tinggi sebesar 86,2% dan



terendah pada ibu hamil



dengan imusasi TT lengkap padatingkat



pendidikan rendah yaitu sebesar 46,7%.Dari uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. 4. Distribusi frekuensi paritas ibu hamil dengan imunisasi TT lengkap tertinggi pada kelompok multipara sebesar 85,2% dan terendah pada ibu hamil dengan imunisasi TT lengkap pada kelompok primipara sebesar 52,9%. Dari uji statistik didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil. 5. Distribusi frekuensi pekerjaan ibu dengan imunisasi TT lengkap tertinggi pada kelompok ibu bekerja sebesar 82,1% dan terendah pada ibu hamildengan imunisasi TT lengkap sebesar 17,9%.Dari uji statistik didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil.



B. Saran 1. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagian besar ibu dalam penelitian ini mendapatkan informasi dari petugas kesehatan, oleh karena itu diharapkan pihak BPS A untuk 49



memberikan informasi tentang imunisasi TT (Tetanus Toxoid) lebih detil lagi saat sebelum tindakan imunisasi TT pada ibu hamil bila perlu setiap kunjungan ANC (Antenatal Care).



2. Bagi Institusi Pendidikan Bagi Institusi pendidikan diharapkan dapat menyediakan literatur sehingga penulis mendapat sumber yang cukup untuk materi penelitian ini.



3. Mahasiswi Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan media / alat pengumpulan data yang lebih simpel dan mudah dimengerti agar dalam pengisian data didapatkan hasilnya lebih cepat dan akurat.



DAFTAR PUSTAKA Akmal, Mutaroh, Zely indahaan, dkk. 2010. Ensiklopedia Kesehatan Untuk Umum. Jogjakarta ; Ar- Ruzz Media.



BKKBN, 2005, Kartu Informasi KHIBA (Kelangsungan Hidup Ibu Bayi dan Anak Balita).



Chin, James, Kandun, I Nyoman. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular.



50



Dep.Kes RI,2006, Ilmu Kebidanan profil Indonesia 2006, Pusat Data kesehatan Republik indonesia, Jakarta.



Hastono, SP, 2001. Analisis Data. Jakarta; penerbit Pustaka Fakultas kesehatan Masyarakat – UI.



Hasibuan,Musrahwati 2002, Gambaran Karakteristik Ibu Hamil dengan Pemeriksaan kualitas. Pemeriksaan Antenatal K-4 di Puskesmas Cilandak, Jakarta



Herlina, Eli 2007, Hubungan Karakteristik Ibu Hamil yang Mendapatkan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Lengkap Di Puskesmas Kec. Parung Panjang-Bogor.



Idanati, Rukna, 2005. TT. Pregnancy, http://adln.lib.unair.ac.id.



Manuaba, Ida Bagus, 2007. Ilmu Penyakit dan Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta; EGC.



Markum 2001, Imunisasi Fakultas Kedokteran Indonesia.



Mochtar, Roestam 2001, MPH. Sinopsis Obstetri, Jilid 2, ed 1,Jakarta: EGC.



Ningsih, Sri Lestari 2007, Ayah Bunda, Suami Juga Punya Andil.



Notoatmodjo, Soekidjo 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, jakarta ; EGC.



Nurhatikah, 2005, Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas TelukNaga Bulan JuliDesember 2004. 51



Nursalam dan Pariani. S. 2001. Pendekatan praktis Metodologi Riset Keperawatan, jakarta ; Salemba Medika.



Pusdinkes. WHO-JHPIEGO 2008, Asuhan Neonatal.



Ranuh, I. G. N. 2008. Pedoman Imuisasi di Indonesia. Edisi Ketiga jakarta. Badan Penerbit katan Dokter Anak Indonesia.



Saifuddin, Abdul bari, Andriana.s, George, wiknjosastro, Gulardi hanifa, Waspodo, Djoko, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. JNPKKR – POGI dan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo, jakarta.



Surasmi, Asrining, 2003. Perawatan bayi Resiko tinggi Jakarta; EGC.



Ulfah, Maria 2005, Faktor-Faktor ibu Hamil Dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid Di Puskesmas Balaraja Tangerang periode April-Juni 2005.



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN Nama Penulis Judul Jumlah Halaman



: Juminah : Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid pada Ibu Hamil di BPS A Tangerang Pada Bulan April 2013 : 59 Halaman + 11 Lampiran Abstrak 52



Imunisasi TT adalah memberikan kekebalan pada ibu hamil untuk menghindari bayinya yang dikandung agar tidak terkena penyakit tetanus dengan mendapatkan suntikan Tetanus Toksoid. Dari hasil data yang didapatkan di BPS A, pada bulan Maret 2013, jumlah keseluruhan ibu hamil sebanyak 107 orang dan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT lengkap ada 22 orang. Artinya proporsi kejadian ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT lengkap yaitu sebesar 20,5%. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil dengan kelengkapan imunisasi TT. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan metode Cross Sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu dengan melihat data ibu hamil di BPS A pada bulan April 2013. Sebagai populasi adalah seluruh ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT pada bulan April 2013. Sedangkan sebagai sampel adalah sebagian ibu hamil yang mendapat imunisasi TT pada bulan April 2013 yang terpilih secara acak sebagai sampel sebanyak 44 orang. Analisa data univariat berupa analisis proporsi dan bivariat melalui uji statistik (chi square) untuk mengetahui apakah ada hubungan atau tidak antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hasil penelitian didapatkan prevalensi Ibu hamil yang mendapat imunisasi TT lengkap pada penelitian ini sebesar 72,7%. Dari hasil analisa bivariat didapatkan variabel yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi TT yaitu pendidikan. Sedangkan yang tidak berhubungan dengan kelengkapan imunisasi TT yaitu usia, paritas dan pekerjaan. Disarankan pada tenaga kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan bahwa betapa pentingnya imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil. Sehingga diharapkan setiap ibu hamil mendapat imunisasi TT lengkap (2x) selama kehamilan. Daftar Pustaka: 15 buku (2000-2010)



KATA PENGANTAR i



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal



Karya



KARAKTERISTIK



Tulis IBU



Ilmiah



ini



DENGAN 53



dengan



judul



KELENGKAPAN



“HUBUNGAN IMUNISASI



TETANUS TOKSOID (TT) PADA IBU HAMIL DI BPS A TANGERANG PADA BULAN APRIL 2013”. Dalam pembuatan proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Dengan rasa hormat penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. H. Achmad Badawi, SPd, SE, MM. Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang. 2. Ahmad Amarullah, SPd, MPd. Wakil Rektor Bidang Akademik dan AIKA Universitas Muhammadiyah Tangerang. 3. Drs. H.M. Bay Masruri, MM. Wakil Rektor Bidang Keuangan dan personalia Universitas Muhammadiyah Tangerang. 4. Drs. H. Desri Arwen, MPd. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Tangerang, Sekaligus Pembimbing I dalam penyusunan KTI ini. 5. Dr. Anna Ulfa Rahayu, SpJp (K). Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang. 6. Dr. H. M. Komala, SpJp (K), MM. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Kesehatan ii Universitas Muhammadiyah Tangerang. 7. Hj. Ns. Elly Purnamasari, SKp, M.Pd. Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang, Sekaligus Pembimbing II dalam penyusunan KTI ini.



54



8. Yudhia Fratidhina, AM.Keb, SKM, M.Kes. Ketua Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang. 9. Titin Martini, SST. Sekretaris Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang 10. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang. 11. Orang tua, adik dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam menyusun proposal Karya Tulis Ilmiah ini. 12. Seluruh teman-teman angkatan IX yang telah membantu, memberi dukungan, masukan serta saran selama proses pembuatan proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca, sangat diharapkan oleh penulis untuk memperbaiki dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang akan datang. Besar harapan penulis semoga proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.



iii



Tangerang, Mei 2013



55



Penulis



Perhitungan Bivariat Hubungan Antara usia Ibu dengan Kelengkapan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pada Ibu Hamil. (O-E)² O



E



O-E



(O-E)² E



A



5



9x32=



6,54 -1,54



56



2,37



0,36



44 B



4



9x12= 44



2,45 1,55



2,4



0,98



C



20



25x32 44



=



18,18 1,82



3,31



0.18



D



5



25x12 44



=



6,81 -1,81



3,28



0,48



E



7



10x32 44



=



7,27 -0,27



0,07



0,01



F



3



10x12 44



=



2,72 0,28



0,08



0,03



x² =



2,04



Jumlah



Hubungan Antara Pendidikan Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Di BPS A TangerangPada Bulan April 2013 Kelengkapan Imunisasi TT Pendidikan



Lengkap



Tidak Lengkap



57



Jumlah



X 2 Hitung



X 2 Table



Tingkat



25



4



29



Tinggi



( 86,2% )



( 13,8% )



( 100% )



Tingkat



7



8



15



Rendah Jumlah



( 46,7% ) 32



( 53,3% ) 12



( 100% ) 44



7,79



6,635



Uji Kai Kuadrat:



X



2



=



N (a .d −b . c)2 ( a+c ) ( b+d ) ( a+b ) (c +d )



= 44 ¿ ¿ ¿ 44 ¿ ¿



¿



44(29584) (32)(12)(29)(15)



¿



1301696 =7,793 167040



Hubungan Antara Paritas Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Di BPS A Tangerang Pada Bulan April 2013. Kelngkapan Imunisasi TT Paritas Primipara



Lengkap



Tidak



Jumlah



9



Lengkap 8



17



( 52,9% )



( 47,1% )



( 100% )



58



X 2 Hitung



X 2 Table



Multipara



23



4



27



( 85,2% )



( 14,8% )



( 100% )



32



12



44



Jumlah



X



2



=



5,47



6,635



N (a .d −b . c)2 ( a+c ) ( b+d ) ( a+b ) (c +d )



= 44 ¿ ¿ ¿ 44 ¿ ¿



¿



44(21904 ) (32)(12)(17)(27)



¿



963776 =5,47 176256



Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Di BPS A Tangerang Bulan April 2013 Kelengkapan Imunisasi Pekerjaan Ibu



Lengkap



Tidak Lengkap



Jumlah



Bekerja



23



5



28



Tidak Bekerja



( 82,1% ) 9



( 17,9% ) 7



( 100% ) 16



Jumlah



( 82,1% ) 32



( 17,9% ) 12



( 100% ) 44



59



X 2 Hitung



X 2 Table



3,44



6,635



X2



=



N (a .d −b . c)2 ( a+c ) ( b+d ) ( a+b ) (c +d )



= 44 ¿ ¿ ¿ 44 ¿ ¿



¿



44(13456) (32)(12)(28)(16)



¿



592064 =¿ 3,44 172032



SURAT KETERANGAN No.187/BPM/SK/2013



Yang bertanda tangan dibawah ini Bidan Aryta Setyawati, S.S.T, BPM, Jl.Pawon 1 No 1 Karawaci Baru, Tangerang, menerangkan bahwa : Nama



: Juminah



NIM



: 1015401112



Judul KTI



: Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pada Ibu Hamil Di BPS A Tangerang pada Bulan April 2013



60



Bahwa nama tersebut diatas telah melakukan penelitian tentang kunjungan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT lengkap di BPS Saya. Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.



Tangerang, 06 Mei 2013



Hj. Aryta Setyawati, S.S.T



61