Pendekatan Tes Bahasa Arab [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama NIM



: Rahmatul ‘Ullya :



Pendekatan Tes Bahasa Arab Istilah tes mengacu pada alat atau prosedur yang digunakan untuk mengukur suatu kemampuan. Pemberian tes pada dasarnya terbatas dari segi waktu pelaksanaannya, pengetahuan dan kemampuan yang diukur bersifat luas hampir tanpa batas dan gambaran yang diperoleh melalui tes merupakan sampel dari semua pengetahuan dan kemampuan yang mungkin dimiliki oleh pembelajar. 1. Pendekatan Diskret Pendekatan diskret dalam tes bahasa bersumber pada pendekatan struktural dalam kajian kebahasaan yang dipelopori oleh Robbert Lado pada tahun 1961. Dalam pendekatan struktural, bahasa dianggap sebagai sesuatu yang memiliki strruktur yang tertata rapi dan terdiri dari komponen-komponen bahasa, yaitu komponen bunyi bahasa, kosakata dan tata bahasa. Tes bahasa diskret adalah tes yang disusun berdasarkan pendekatan diskret dalam linguistik, sebagaimana diterapkan dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa, penerapan pendekatan tes diskret didasarkan pada pemahaman bahwa bahasa terdiri dari unsur-unsur yang dapat dibedakan dan dipisahkan satu dari yang lain. Deskripsi dan pemisahan dari unsur-unsur bahasa itu dapat dilakukan mulai dari wacana dalam bentuk wacana dalam bentuk penggunaan bahasa yang paling besar, sampai pada unsur-unsurnya yang semakin kecil, termasuk paragraf, kalimat, klausa atau frasa, kata, morfem dan alomorf, sampai dengan unsur yang lebih kecil dan terkecil, yaitu fonem dan alofon. Sebagai salah satu bentuk tes bahasa, tes diskret mengarahkan perhatiannya pada komponen-komponen bahasa secara terpisah-pisah sesuai dengan pandangan struktural dalam kajian kebahasaan yang melatarbelakangi pengembangannya, tes diskret disusun berdasarkan asumsi bahwa bahasa terdiri dari komponen-komponen yang dapat dibedakan dan dipisahkan satu dari yang lain. Penerapan pendekatan diskret dapat ditemukan dalam pengajaran bahasa dalam bentuk pengajaran komponen-komponen kebahasaan secara terpisah dan berkecil-kecil, seperti bunyi bahasa, kata-kata, struktur-struktur kalimat dan sebagainya. Penerapan pendekatan diskret dalam tes bahasa secara ketat bahkan mengandung arti bahwa satu butir tes hanya digunakan untuk mengukur satu dan hanya satu aspek saja dari kemampuan berbahasa. Bentuk tes diskret ini latar belakangi oleh padangan struktural dalam kajian kebahasaan (Djiwandono, 1996). Dalam pandangan struktural, hakikat bahasa itu terdiri atas beberapa komponen yang saling terpisah. Implikasinya, tes bahasa juga dinilai dari berbagai komponen secara terpisah, sehinga akan dijumpai tes fonem sendiri atau tes kosa kata sendiri, tes sintakis sendiri yang terpisah dari komponen lainnya[5]. Dengan Demikian berarti suatu bentuk tes bahasa hanya dapat merupakan salah satu tes dari tes menyimak, tes berbicara, tes membaca, tes menulis atau tes bunyi bahasa, tes kosakata dan tes tatabahasa. Secara lebih ketat, pendekatan diskret dalam tes bahasa bahkan menjurus kepada pengertian bahwa satu butir tes seharusnya hanya mempermasalahkan satu dan hanya satu hal saja dari masing-masing aspek kemampuan berbahasa atau komponen bahasa. Berikut ini contoh te diskret pada komponen pengenalan bunyi Bahasa Arab (fonologi), kosa kata dan bentuk kata yang mengukur satu aspek/komponen kebahasaaan saja. Contoh 1: Tes menyimak yang mengukur perbedaan bunyi yang mirip. Kosa kata berikut ini yang bunyi awalnya berupa ‫ ع‬adalah: (Guru memperdengarkan kosa kata berikut ini) ‫ أليم‬-‫د‬ ‫ عليم‬-‫ج‬ ‫ هليم‬-‫ب‬ ‫حليم‬ -‌‫أ‬



Contoh 2 : Tes kosa kata/mufradat (pengenalan arti kata) Arti kata ‫ الجامعة‬adalah a. Masjid c. Laboratorium Bahasa b. Perguruan Tinggi d. Yayasan Contoh 3 : bentuk kata/ shorf (mengubah kata) Isim Fail dari kata ‫ ضرب‬adalah: ٌ‫ ضروب‬-‫ج‬ ٌ‫ضارب‬ -‌‫أ‬ ٌ‫ مضروب‬-‫د‬ ٌ‫ ضُراب‬-‌‫ب‬ Pada contoh tes 1, kemampuan pembelajar adalah perbedaan bunyi yang mirip (kemampuan tunggal). Dalam hal ini pembelajar tidak memberikan jawaban yang menuntut kemampuan lain, misalnya kosa kata, tatabahasa, atau kemampuan membaca secara integratif dan simultan. Contoh tes 2, juga mengukur satu aspek kemampuan, yakni arti kata. Demikian pula contoh tes 3 juga mengukur satu aspek kemampuan saja, yakni kemampuan mengenal perubahan bentuk kata dalam bahasa arab, tidak menggunakan kemampuan lain selain kemampuan diatas. 2. Pendekatan Integratif Pendekatan integratif beranggapan bahwa bahasa merupakan penggabungan dari beberapa bagian atau komponen bahasa, yang bersama-sama membentuk bahasa. Bahasa merupakan suatu integrasi dari bagian-bagian terkecil yang membentuk bagian-bagian yang kebih besar, yang secara bertahap dan berjenjang membentuk bagian-bagian yang lebih besar lagi, untuk pada akhirnya merupakan bentukan besar bahasa seutuhnya. Tes bahasa pendekatan integratif melakukan pengukuran dan penguasaan kemampuan berbahasa atas dasar penguasaan terhadap gabungan antara beberapa bagian dari komponen bahasa dan kemampuan berbahasa[8]. Tes integratif mempunyai landasan teori linguistik yang sama dengan tes diskrit. Dalam tes integratif terdapat penggabungan dari bagian-bagian terkecil pada suatu butir tes, dan juga dapat dikatakan bahwa tes integratif ini sebagai koreksi terhadap kelemahan yang terdapat dalam tes diskrit. Jika tes diskrit pada suatu waktu hanya mengukur suatu aspek kemampuan kebahasaan, maka tes integratif mengukur kemampuan teste dalam menggunakan berbagai aspek kemampuan kebahasaan maupun keterampilan . Dengan demikian, pada tes integratif ini, pihak pembelajar dalam menjawab suatu butir soal di tuntut mengarahkan kemampuan kebahasaan dan keterampilan secara simultan. Menurut Nurgiantoro (1988), yang termasuk tes integratif baik yang menyangkut aspek kebahasaan maupun keterampilan berbahasa adalah: 1. Menyusun kalimat 2. Menafsirkan wacana singkat yang di baca atau didengar 3. Memahami bacaan yang di baca atau didengar 4. Menyusun sebuah alinea berdasarkan kalimat-kalimat yang disediakan Dalam pandangan kajian bahasa struktural, tes bahasa tidak saja mengeal tes kemampuan atau tes komponen bahasa yang diselenggarakan secara diskret. Bertolak dari pandangan yang sama, bahwa bahasa dapat dipahami sebagai terdiri dari bagian-bagian yang kecil, lebih kecil, sampai dengan yang terkecil, namun pada penggunaan bahsaa dapat dipahami bahwa bagian-bagian itu pada umumnya tidak tampil atau digunakan dalam bentuk berkecil-kecil seperti kata-kata lepas, apalagi bunyi-bunyi bahasa lepas. Dalam penggunaan bahasa hendaknya bunyi bahasa dan kosakata pada umumnya tidak tampil terpisah-pisah secara



diskret, melainkan dalam gabungan dan rangkaian dengan unsur-unsur bahasa lain dalam satuan yang integratif. Fokus butir tes diskret terletak pada satu unsur bahasa saja dan pada tes integratif diletakkan pada gabungan unsur bahasa[10]. Pendekatan tes integratif mengandalkan penggunaan bahasa dalam konteks yang besarnya beragam. Konteks yang kecil ditemukan pada penggunaan bahasa dalam kata-kata, katakata dalam kalimat, atau kalimat-kalimat dalam bacaan. Bahasa dalam konteks hanya dapat dipahami melalui pemahaman terhadap gabungan berbagai bagian dari komponen bahasa dan kemampuan berbahasa. Bentuk tes menggunakan kalimat, melengkapi kalimat atau teks bacaan, merupakan beberapa bentuk tes yang sering ditemukan dalam tes dengan pendekatan integratif. Berikut ini dikemukakan contoh bahasa Arab secara integatif Contoh 4: Tes menulis secara terbimbing; Menyusun (merangkai) kata menjadi kalimat ‫ر ّتب الكلمات األتية لتكون جملة كاملة‬ ‫ شقة – في – أحمد – جميلة – يسكن‬- ‫أ‬ ‫ تأكل – وجبات – زينب – اليوم – في‬- ‫ب‬ ‫ عبد العزيز – اللغة العربيّة – يدرس – الثقفة اإلسألميّة‬- ‫ج‬ ّContoh 5 Memahami wacana yang disimak (fahmul masmuk); Menemukan informasi tersurat dari teks lisan. ‫ ثم أّجب عن األسئلة األتية‬,‫إستمعال النص اآلتي جيدا‬ ‫ وجناح الخط العربي وجناح‬, ‫ في معرض الهوايات جناح جمع الطوابع‬.‫زار جميل وجالل معرض الهويات في ج ّد ة‬ ‫وجناح الرياضة‬, ‫ وجناح التدبيرالمنزلي‬,‫الصحافة‬. ‫ من زار معرض الهوايات؟‬- ‫أ‬ ‫ أين معرض الهوايات ؟‬- ‫ب‬ ‫ج –ماذا في معرض الهويات ؟‬ (dikutip dari buku “Al-‘Arabiyyah Baina Yadaik, jilid 1 ) Contoh 6 tes qawa’id (Nahwu ); Menentukan kedudukan kata . ‫ في جملة " في معرض الهويات جناح جمع الطوابع‬... ‫"موقع "جناح‬: ‫ خبر"في معرض‬- ‫" أ‬ ‫ مبتدأ مقدّم‬- ‫ب‬ ‫ مبتدأ مؤخر‬- ‫ج‬ ‫ نعت موقع‬- ‫د‬ Contoh tes 4,5, dan 6 diatas bukan saja mengukur satu aspek kemampuan, melainkan mengukur lebih dari suatu kemampuan secara integratif. Seorang siswa tidak akan mampu menjawab contoh soal no 4 jika hanya bermodalkan kosa kata. Akan tetapi dia juga harus bermodalkan kemampuan struktur, begitu juga dengan contoh soal no 5. Seorang siswa juga bukan hanya mengandalkan kosa kata dan struktur, tetapi juga mengandalkan kemampuan memahami teks yang diperdengarkan secara cermat, yakni kemampuan menghubungkan antara informasi dengan yang lainnyadalam suatu wacana. Demikian juga dengancontoh soal no 6. Meskipun contoh no 6 ini lebih menekankan pengukuran kemampuan tatabahasa (nahwu), akan tetapi dalam menjawab soal tersebut memerlukan kemampuan lain, yakni kemampuan kosa kata. 3. Pendekatan Pragmatif Tes pragmatik dimaksudkan untuk menyadap kemampuan untuk memahami atau menggunakan bahasa senyatanya, yang erat kaitannya dengan seluruh konteks penggunaannya. Informasi yang ingin diperoleh melalui tes pragmatik adalah tingkat kemampuan seseorang dalam memahami atau menggunakan bahasa seperti yang ditemui pada penggunaan bahasa senyatanya. Dalam penggunaan bahasa senyatanya, pada umumnya tidak dijumpai bunyi bahasa, kata, frasa dan bahkan kalimat yang digunakan



secara terpisah tanpa hubungan satu dengan yang lain dalam suatu konteks. Bahasa seperti yang dijumpai dalam penggunaan senyatanya, senantiasa berupa suatu keseluruhan, termasuk berbagai kendala dan hambatan yang selalu menyertai penggunaan bahasa seharihari. Kemampuan untuk menangkap bahasa secara keseluruhan dalam penggunaan nyata itulah yang dikenal sebagai kemampuan bahasa pragmatik. Pendekatan pragmatik dikaitkan dengan penggunaan bahasa senyatanya yang melibatkan tidak saja unsur-unsur kebahasaan seperti kata-kata, frasa atau kalimat, melainkan juga unsur-unsur diluarnya yang selalu terkait dalam setiap bentuk penggunaan bahasa. Pemaham terhadap bahasa tidak semata-mata tergantuk pada pemahaman terhadap unsurunsur kebahasaan. Pendekatan pragmatik disisi lain menekankan erat kaitannya antara unsur kebahasaan dan nonkebahasaan dalam penggunaan bahasa seutuhnya adalah tidak dapat dihindarkanadanya berbagai kendala. Dipercayai bahwa dalam kehidupan nyata sehari-hari, nyaris tidak terdapat penggunaan bahasa yang utuh danmurni tanpa hadirnya unsur-unsur lain didalamnya sebagai kendala. (djiwandono,1996:12) Tes prakmatik muncul sebagai reaksi tes diskrit yang di pandang banyak kelemahannya, Teori diskrit yang memecahkan unsur kebahasaan dan kemudian diteskan secara terpisah dan terisolasi bersifat sangat artifisial. Artinya belum dapat mencerminkan kemampuan siswa mempergunakan bahasa sesuai dengan fungsi komunikatifnya, Tes pragmatif di pihak lain, merupan suatu pendekatan dalam tes keterampilan (skills) berbahasa untuk mengukur seberapa baik siswa mempergunakan elemen-elemen bahasa sesuai dengan konteks komunikasi yang nyata Unsur-unsur dalam tes pragmatik dapat berupa unsur kebahasaan, seperti penambahan atau pengurangan kata-kata secara tidak sengaja. Unsur dapat pula nonkebahasaan, seperti suara-suara lain, peristiwa dan keadaan sekitar, tingkah laku orang-orang sekitar, dan sebagainya yang terjadi pada saat yang bersamaan dengan suatu penggunaan bahasa. Semua itu menghasilkan penggunaan bahasa yang tidak seutuh yang tidak seutuh dan semurni seperti dimaksudkan oleh pemakainya. Tetapi itulah penggunaan bahasa sanyatanya, yang pragmatik, yang tidak utuh dan tidak murni. Meskipun demikian, pesan yang terkandung dalam bahasa yang digunakan senyatanya dengan berbagai macam kendala itu, pada umumnya dapat dipahami, berkat kemampuan berbahasa pragmatik yang diakui keberadaannya dalam pendekatan pragmatik. Tes pragmatik berdasarkan keberadaan dan penggunaannya pada pendapat bahwa orang dapat memahami wacana yang didengar atau dibaca secaa utuh meskipun disana-sini diwarnai dengan berbagai kendala yang menyebabkan wacana itu tidak dapat diterima secara utuh. Dengan kemampuan pragmatik orang dapat mengenali bagian-bagian yang praktis hilang dilakukan dengan mereka-reka atau mengkonstruksi dengan cara menggabungkan susunan unsur-unsur lingustik yang ada (dalam bentuk kalimat atau katakata) dan dengan unsur ekstralingustik (dalam bentuk pengetahuan tentang latar belakang yang berkaitan dengan isi wacana yang sedang dihadap. Berikut akan di berikan beberapa contoh tes kebahasaan yang bersifat pragmatif. 1. Dikte 2. Berbicara 3. Pemahaman Parafrase 4. Jawaban Pertanyaan 5. Tes Cloze 6. Wawancara 7. Menulis 8. Bercerita



9.



Terjemah



4. Pendekatan Komunikatif Pendekatan komunikatif mendasarkan pandangannya terhadap penggunaan bahasa dalm komunikasi sehari-hari senyatanya. Sebagai suatu pendekatan dengan orientasi psikolinguistik dan sosiolinguistik, pendekatan komunikatif mementingkan peranan unsurunsur nonkebahasaan, terutama unsur-unsur yang terkait dengan terlaksananya komunikasi yang baik. (Muhammad, 1989:2). Pendekatan komunikatif memperluas unsur konteks dengan memperhatikan unsur-unsur yang mengambil bagian dalam terwujudnya komunikasi yang baik. Sebagai akibatnya, pendekatan komunikatif secara rinci mempersoalkan seluk beluk komunikasi, yang merupakan tujuan pokok penggunaan bahasa. Seluk beluk komunikasi itu diantaranya meliputi unsur-unsur seoerti siapa yang berkomunikasi, bagaimana hubungan antara mereka yang melakukan komunikasi, apa maksud dan tujuan dilakukannya komunikasi, dalam keadaan bagaimana komunikasi terjadi, kapan dan bagaimana komunikasi terjadi. Dalam tes bahasa, penerapan konunikatif berdampak terhadap beberapa segi penyelenggaraannya, terutama jenis dan isi wacana yang digunakan, kemampuan berbahasa yang dijadikan sasaran, serta bentuk tugas, soal atau pertanyaannya. Semua itu ditentukan atas dasar ciri komunikatifnya, yaitu hubungan dan kesesuaian dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi senyatanya Pendekatan komunikatif dapat dimengrtikan sebagai pendekatan terhadap tes bahasa dengan cakupan yang jauh lebih beragam dan kompleks daripada pendekatan pragmatik. Dalam pendekatan komunikatif, bahasa tidak dipandang sekedar sebagai sesuatu yang memiliki struktur yang rapi seperti pandangan linguistik dengan masing-masing jenis kemampuan dan unsur-unsurnya dapat diamati, dianalisis, diajarkan dan dijadikan sasaran tes secara terpisah-pisah seperti pandangan diskret. Dalam pendekatan komunikatif, titik berat fungsi bahasa diletakkan pada komunikasi yang penggunaan dan penyelenggaraan pembelajarannya bertumpu pada komunikasi sebagai fungsi utamanya Pendekatan tes pragmatik atau komnikatif mengidealkan pengajaran dan tes kebahasaan yang sesuai dengan kehidupan barbahasa yang sesuai dengan kehidupan berbahasa yang sebenarnya. Pendekatan tes pragmatik secara ideal menekankan pada penggunaan bahasa senyatanya tidak mudah dilaksanakan. Tes pragmati sebagai suatu alternatif untuk memperkecil kadar keartifisialan yang dilakukan secara mencolok oleh tes diskret. Hubungan Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tes 1. Pengertian Kompetensi Dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik. Kurikulum 2013:Istilah SK-KD ini akan digantikan menjadi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.



2. Pengertian Indikator Indikator pada hakekatnya adalah ukuran,karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Oleh karena itu indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, seperti: mengidentifikasi, membedakan, menghitung,menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktekkan, mendemonstrasikan, dan mendeskripsikan. Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. 3. Pengertian Tes Tes merupakan bagian dari evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar mengajar. Evaluasi pembelajaran diarahkan pada komponen-komponen sistem pembelajaran, yaitu : prilaku awal ( entry behavior ) siswa, komponen input instrumental yaitu profesionalisme guru. Komponen kurikulum dan komponen media, komponen proses, yaitu prosedur pelaksanaan pembelajaran. Komponen output meliputi hasil pembelajaran yang ditandai ketercapainya tujuan pembelajaran. Tes memiliki fungsi sebagai alat penilaian yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran. Ada 2 jenis tes yakni tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi. 4. Hubungan Komptensi Dasar, Indikator, dan Tes Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Indikator pada hakekatnya adalah ukuran,karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Tes adalah alat untuk mengukur sejauh mana kompentesi dasar telah di capai oleh peserta didik



Referensi Ainin dkk, Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2006. Djiwandono, M. Soenardi,   Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa Universitas, Malang: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008. Matsna, Moh. Pengembangan Evaluasi Dan Tes Bahasa Arab, Tanggerang Selatan: Alkitabah, 2012. Nawawi, Mukhsin, Evaluasi dan tes bahasa (Al-taqwim Wa Ikhtibaaraat Al-Lughah), Jurusan pendidikan Bahasa Arab,  Jakarta: Fakultas Agama Islam Universitas Islam,  2003. Nurgiyantoro, Burhan, Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, Yogyakarta: BPFE, 2010. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grapindo. 1996. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013 Wahidmurni dkk, Evaluasi Pembelajaran Kompetensi dan Praktik, Yokyakarta: Nuha Art, 2010 Suyanto, Guru Profesional, Jakarta: Erlangga Group, 2013 Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010 Sudarsono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta:  Graha Ilmu, 2012 Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, Malang: UIN-Malang Press, 2010 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011 https://khairiyahisa.blogspot.com/2017/05/pendekatan-tes-bahasa-arab.html https://okamiharja.blogspot.com/2016/09/hubungan-skl-ki-kd-indikator-dan-tujuan.html