Pengembangan Diri Menuju Guru Yang Profesional Fiks Banar Sudah [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Padli
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH Mata Kuliah : Profesi Kependidikan “Pengambangan Diri Menuju Guru yang Profesional”



Disusun Oleh : 1. Risqi Agustina



( ACB 117 033 )



2. Resa Muhyiddin



( ACB 117 034 )



3. Yunika Afi Sunani



( ACB 117 015 )



Dosen Pengampu : Dr. Enny Wijayanti, M.Pd



Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya 2018



Kata Pengantar Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menulis dan menyelesaikan makalah mengenai “Pengambangan Diri Menuju Guru yang Profesional” ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Enny Wijayanti, M.Pd selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Profesi Kependidikan yang telah membimbing jalannya perkuliahan ini. Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna dan masih terdapat kesalahan. Maka dari itu penulis menerima masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun agar dalam penulisan makalah kedepannya diharapkan bisa menjadi lebih baik lagi. Dengan dibuatnya makalah ini, semoga dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan mutu pendidikan serta pengetahuan.



Palangka Raya, 17 September 2018



Penulis



i



A. PENDAHULUAN



1. Latar Belakang Keberadaan guru di Indonesia semakin dituntut agar menjadi guru yang profesional. Sejalan dengan semakin dikembangkannya sistem pendidikan di Indonesia, pendidikan disuatu Negara semakin maju pula peradabannya. Pendidikan juga dinilai perlu bagi keberlangsungan kehidupan manusia khususnya dalam kehidupan bermasyarakat, baik itu bermasyarakat skala kecil di pedesaan, maupun skala besar berbangsa dan bernegara. Pembukaan UUD 1945 alinea IV pendidikan menjadi salah satu dari tujuan Negara yang ditegaskan dengan kalimat “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Guru menjadi komponen penting dalam berlangsungnya pendidikan. Keberadaan guru di masyarakat sangatlah eksis dan sangat berpengaruh. Keberadaan guru bagi masyarakat adalah sebuah teladan dan percontohan. Posisi guru masih belum mampu digantikan oleh mesin canggih sekalipun, karena guru adalah pemberi contoh dalam bersikap di kehidupan sehari-hari, teladan dalam budi pekerti, khususnya dalam lingkungan sekolahnya. Pekerjaan seorang guru bersangkutan dangan pembinaan sifat dan mental seseorang yang setiap individunya mempunyai keunikan masing-masing yang berbeda, maka tidak heran jika pada paragraf sebelumnya dikatakan bahwa guru dituntut untuk menjadi guru profesional. Pengembangan diri menuju guru profesional dinilai penting untuk menyikapi problem oknum guru yang ternyata masih banyak melanggar kode etik sebagai seorang guru, yang mana dalam mengerjakan profesinya dengan semaunya sendiri. Pelatihan guru banyak diselenggarakan oleh pemerintah untuk menunjang keprofesionalan seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Pengembangan profesi guru, merupakan tuntutan pribadi guru dalam mempertanggung jawabkan dan mengembangkan profesi yang dapat dilakukan oleh dirinya sendiri tanpa dapat diwakilkan kepada orang lain. Profesi guru yang disebut-sebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, menyadari tugas seorang guru itu tidak mudah, menyadari bahwa oleh guru- lah generasi-generasi penerus



1



bangsa dipersiapkan, menyadari guru adalah pekerjaan yang mulia yang tak bisa hanya menumpang nama kemudian dapat gaji dari Negara, menyadari bahwa guru adalah pekerjaan yang mesti dilakukan sepenuh hati, siap berkorban jiwa dan raga.



2. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut: 1.



Menjelaskan makna guru profesional.



2.



Menjelaskan kiat pengembangan diri agar menjadi guru yang profesional.



2



B. KAJIAN TEORI



1. Makna Guru Profesional Guru dalam profesinya mempunyai tugas utama sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, pengarah, penilai, dan pengevaluasi siswanya dalam jalur pendidikan formal (Tabrani Ruslan, 2012:12). Tugas yang diemban guru tersebut tidaklah mudah, karena pada dasarnya semua tugas tersebut menyangkut pembentukan karakter setiap siswanya yang bermacam-macam latar belakang serta keunikan individunya. Pembentukan karakter siswa berdasarkan tugas utama guru ini tentu saja perlu suatu keahlian khusus dari guru itu sendiri, untuk mencapai tujuan itulah maka guru dituntut ahli dalam menjalani profesinya. Menurut Rice & Bishoprick guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari (Manpan Drajat dan Ridwan Effendi, 2017: 56). Keprofesionalan sebuah profesi dinilai dari keberhasilan anggotanya dalam menjalankan



tugasnya,



semakin



baik



hasilnya



semakin



tinggi



tingkat



keprofesionalannya. Guru dalam masyarakat modern dipandang sebagai tombak penegak pendidikan bagi bangsa. Eksistensi profesi sebagai guru tentu saja harus senantiasa dijaga dan dikembangkan, karena jika tidak demikian maka profesi guru akan minim penghargaan oleh masyarakat, dan keberadaanya akan semakin sedikit karena para penerusnya merasa tidak dihargai dan diapresiasi. Guru akhirnya harus dapat bersaing dengan profesi-profesi lainnya yang ada dalam masyarakat modern, yaitu dengan cara menjadi guru yang profesional. Guru yang profesional adalah guru yang dapat menggembangkan dirinya, menjaga eksistensi dan bangga akan profesinya. Guru harus berpegang teguh dengan kode etik, karena guru adalah panutan dan percontohan dalam berprilaku, mengabdikan diri dengan sepenuh hati untuk pendidikan penerus bangsa.



3



2. Kiat Pengembangan Diri agar Menjadi Guru Profesional Program pengembangan diri agar menjadi guru yang profesional dinilai penting oleh pemerintah, terlihat dari berbagai macam kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pemerintah mengadakan pelatihan dengan tujuan untuk melatih guru-guru agar menjadi profesional, memiliki tanggung jawab terhadap tumbuh kembangnya pendidikan di Indonesia. Pengembangan diri pada dasarnya harus dimulai dari diri sendiri, karena pelatihan yang dilakukan pemerintah kurang dan lebihnya hanya sekadar pelengkap dan fasilitator untuk membentuk guru profesional. Pengembangan diri seorang guru harus didasari niat dari hati, sadar akan profesi dan menjalankannya dengan sepenuh hati dan tanggung jawab. Beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk mengembangkan diri menjadi guru profesional antara lain: 2.1. Memotivasi Diri Sendiri Sudarwan Danim, dalam bukunya Pengembangan Potensi Guru Dari PraJabatan, Induksi, ke Profesional Madani menjelaskan pengertian motivasi diri sebagai panggilan jiwa, keikhlasan tanpa embel-embel, kesiapan mental yang tulus, afeksi nuraniah, aktualisasi potensi alami, dan rangsangan internal. Artinya sebuah panggilan jiwa yang didasari keikhlasan dan kesiapan mental yang tulus, serta berasal dari dalam diri sendiri atau rangsangan internal, adalah hakikat dari motivasi diri. Terdapat dua macam motivasi diri, yaitu motivasi berdasarkan kesenangan, dan motivasi berdasarkan kewajiban maksudnya, ika lebih senang mengajar, maka jadikanlah mengajar sebagai motivasi diri menjadi guru yang profesional. Menyadari bahwa menjadi guru dituntut menjadi profesional, maka motivasilah diri dengan menyadari kewajiban tutuan tersebut. Guru hendaknya melatih dan harus bisa memotivasi dirinya sendiri, agar tetap semangat dan produktif dalam menjalankan tugasnya, meskipun motivasi yang didapatnya dari luar sangat minim. Guru yang melatih dan memotivasi



4



dirinya itu akan lebih berperan besar bagi perkembangan diri seseorang, dan motivasi internal jauh lebih berpengaruh dari pada motivasi eksternal. 2.2. Mendisiplinkan Diri Sendiri Disiplin adalah suatu kemampuan memposisikan diri sendiri untuk mengambil tindakan tanpa menghiraukan suasana emosional (Sudarwan Danim, 2011:137). Frasa tentang disiplin dituliskan oleh Sudarwan Danim dalam bukunya sebagai; a) tepat waktu, b) taat asas janji, c) mengikuti prosedur standard, d) bekerja atas dasar standard mutu, e) bekerja sesuai dengan standar hasil, f) tepat sasaran, g) tidak melanggar aturan, h) tidak melakukan sesuatu yang dilarang di tempat-tempat tertentu. Semua hal tersebut sangat bersifat individual dalam pembentukannya, walaupun pada kenyataannya faktor lingkungan yang berlaku di sekitar juga mempengaruhi pembentukan tersebut. Guru profesional tentu tak luput dari membentuk kepribadian yang mendisiplinkan diri, dimulai dari hal-hal kecil sehari-hari. Guru harus bangun pagi, masuk tepat waktu, dan lain sebagainya. Mendisiplinkan diri sendiri memang tidak mudah dilakukan bagi yang belum terbiasa melakukannya, namun jika dimulai dengan hal-hal kecil dalam keseharian, mendisiplinkan diri lamalama akan menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan yang sudah terbentuk itulah yang membuat semuanya akan menjadi mudah nantinya. 2.3. Mengevaluasi Diri Sendiri Mengevaluasi umumnya dapat dilakukan oleh diri sendiri, rekan, atau orang lain. Maksud dari evaluasi bagi guru adalah mengukur dan memantau proses kemajuan pembelajar, mengetahui kekurangan dan kesalahan yang sebelumnya untuk kemudian diperbaiki. “Secara umum evaluasi atas kinerja guru merupakan suatu proses pengumpulan serta pemrosesan data dan informasi yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan,…” (Sudarwan Danim, 2011: 157). Evaluasi diri sendiri adalah kegiatan mengevaluasi semua proses dalam suatu kegiatan yang dilakukan oleh dan untuk diri sendiri. Pengevaluasi, hendaknya diri sendiri yang memiliki kesadaran diri dalam menilai proses yang 5



telah dilalui. Tujuan mengevaluasi diri sendiri sama dengan tujuan evaluasi pada umumnya, hanya saja bukan dilakukan oleh orang lain, melainkan diri sendiri. Mengevaluasi diri sendiri adalah menyadari kekurangan diri, kesalahan yang dilakukan sebelumnya, dan kendala-kendalanya, untuk kemudian dicari penyelesaiannya agar kelak tidak terulang kembali. 2.4. Memiliki Kesadaran Diri Kesadaran diri menjadi modal penting bagi guru yang profesional. Seperti halnya kognitif, afektif dan psikomotorik kesadaran diri mengintegral dalam diri manusia yang ingin maju. Kesadaran diri didefinifikan sebagai pemahaman nyata atas keberadaan diri sendiri. Jean Paul Sartre menjelaskan self- consciousness sebagai penjelmaan “non-positional” ia tidak dari lokasi apa saja dalam fakta ( not from any location in particular). Saya berfikir, karena itu saya ada (cogito ergo sum), demikian kata Rene Descrates. Dasarnya, dengan memiliki kesadaran diri, maka seseorang akan tahu apa yang harus dilakukannya, dan apa yang tidak boleh dilakukannya. Sadar diri bahwa ia adalah seorang guru misalnya, akan menjaga perbuatannya, kelakuannya, tutur katanya, karena sadar bahwa dirinya sebagai guru merupakan teladan . 2.5. Mengembangkan Diri Sendiri Guru adalah pengembangan diri yang cerdas dan kontinu. Menyadari bahwa tanpa tumbuh secara profesional akan ditelan oleh sejarah peradaban pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Menurut (Sudarwan Danim, 2011:187), guru hendaknya haus akan informasi baru yang bermanfaat baginya dalam menjalankan tugas-tugas profesional. Pembinaan atau pelatihan yang dinilai penting bagi terciptanya guru yang profesional sekarang ini marak diadakan, baik secara individu maupun kelembagaan, kegiatan pembinaan dan pengembangan profesional guru berlangsung secara kontinu. Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesional guru yang melembaga bisa dilakukan oleh pemerintah atau organisasi kemasyarakatan. Bentuk 6



kegiatannya dapat berupa pemrograman studi lanjut, penataran, seminar, lokarya, kelompok kerja guru, bimbingan profesional, studi banding, dan magang. Kegiatan yang bersifat individual merupakan penjelmaan dari daya inovasi dan kreativitas guru untuk terus tumbuh dan berkembang. Pengembangan diri adalah pengembangan potensi diri sendiri, sehingga, yang sangat berperan penting dalam pembentukannya adalah diri sendiri. Semakin berkembang seseorang, semakin maju pemikirannya, semakin maju tingkah lakunya, semakin mengerti dengan pekerjaannya, dan semakin professional. 2.6. Menjadi Pembelajar Sejati Guru harus menjadi pembelajar sejati agar dapat tumbuh menjadi tenaga pengajar profesional sebagai agen pembelajaran profesional. Guru yang telah mencapai predikat profesional sungguhan itulah yang kelak akan menjadi guru pembimbing masa depan yang baik. Sudarwan juga mengatakan sebuah asumsi yang menarik. Seorang guru menjadi pembelajar , siswapun akan relatif mudah didorong menjadi pembelajar. Upaya guru mengubah perilaku siswa akan jauh lebih mudah dengan memberi contoh ketimbang menyuruh. Siswa akan jauh lebih mudah diajak oleh orang dewasa ketimbang diperintah. Long life education, atau pendidikan sepanjang hayat, artinya tak hentihentinya belajar selama masih bernapas. Ilmu pengetahuan yang maha luas tak terbatas membuat manusia tak mungkin menguasai semuanya, oleh karena itulah manusia selalu belajar, tak terkecuali seorang guru. Guru tugasnya adalah mengajar, tapi tetap harus belajar, dan menguasai ilmu yang akan diajarkannya. Belajarlah sebanyak-banyaknya, ilmu tidak terbatas. 2.7. Berkomunikasi Secara Efektif Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan komunikasi sebagai: 1) Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan, kontak; 2) Perhubungan. Mengadakan atau melakukan komunikasi; berhubungan dengan satu orang atau lebih.



7



Guru dan murid menurut (Sudarwan Danim, 2011:223) harus dapat samasama memainkan peran sebagai komunikator dan pendengar yang baik pada saat yang bersamaan. Ketika guru menjelaskan, murid mendengarkan. Guru yang pada dasarnya mengajar, tentu tak lepas dari interaksi dan komunikasi, maka guru haruslah menjadi komunikator pembelajan yang efektif. Proses pembelajaran adalah komunikasi interaktif antara guru dan siswa. Mampu menjadi pembicara ulung bagi muridnya di dalam kelas, membawa suasana belajar yang menyenangkan, mengendalikan keadaan kelas, juga memotivasi muridnya agar semangat belajar. 2.8. Berempati Empati pada dasarnya kemampuan individu untuk mengenali, merasakan, memandang sesuatu menurut sudut pandang orang lain. Kata empati didefinisikan dalam KBBI V sebagai keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain. Berempati merupakan kata turunan dari empati, yang artinya melakukan atau mempunyai empati. Belajarlah berempati dengan semua orang, terlebih lagi lingkungan guru di sekolahnya merupakan suatu contoh berkehidupan sosial. Interaksi terjadi antar komunitas di sekolah, dan semuanya bertanggung jawab terhadap berjalannya dimensi sosial, dan kemanusiaan. Peduli terhadap yang mengalami musibah misalnya, ikut bahagia saat ada yang berbahagia, merasa senasib dalam suka dan duka. 2.9. Menjunjung Tinggi Kode Etik “Etika, pada hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan keputusan tentang moral manusia dalam interaksi dengan lingkungannya (Ali Mudlofir, 2012: 198) Menurut Sudarwan, “Kode Etik merupakan norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru sebagai pedoman sikap dan prilaku” (Sudarwan Danim, 2011: 257). Apa tujuan yang dari Kode Etik tersebut? Kode etik bertujuan untuk



8



memuliakan profesi guru tersebut. Mulia dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Guru di Indonesia memiliki tanggung jawab sebagai pelaksana Kode Etik Guru Indonesia. Kode Etik tersebut merupakan hasil rumusan Konfrensi Pusat PGRI 2006, yang menghasilkan empat bagian dengan sebelas pasal. Kode etik guru menjadi semacam sebuah aturan, pedoman bagi seluruh guru dalam bersikap dan menjalani profesinya sebagai guru. Menjunjung tinggi kode etiknya sebagai guru artinya menjunjung tinggi profesinya sebagai guru. Orang yang menjunjung tinggi profesinya, dan bangga dengan pekerjaannya, adalah ciriciri orang yang profesional dalam menjalani profesinya.



9



C. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari sepenggal tentang pengembangan diri menuju guru profesional yang telah diuraikan secara singkat, ada beberapa kesimpulan : 1. Guru profesional adalah guru yang berhasil dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik bagi murid-muridnya, semakin baik hasilnya maka semakin profesional. Guru profesional juga adalah guru yang mampu berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat modern, mampu menjawab tantangan zaman yang semakin maju, menjaga eksistensi profesinya di antar profesi-profesi lain dalam pandangan masyarakat modern. 2. Terdapat beberapa kiat untuk mengembangkan diri agar menjadi guru yang profesional, antara lain: 2.1. Memotivasi diri sendiri. 2.2. Mendisiplinkan Diri Sendiri. 2.3. Mengevaluasi Diri Sendiri. 2.4. Memiliki Kesadaran Diri. 2.5. Mengembangkan diri sendiri. 2.6. Menjadi pembelajar sejati. 2.7. Berkomunikasi secara efektif. 2.8. Berempati. 2.9. Menjunjung tinggi kode etik guru.



10



DAFTAR PUSTAKA



Abdul Aziz, Hamka. 2012. Guru Prefosional Berkarakter. Klaten: Cempaka Putih Rusyan, A.Tabrani. 2013. Membangun Guru Berkualitas. Jakarta: PT. Pustaka Dinamika Drajat, Manpan dan M.Ridwan Effendi. 2017. Etika profesi guru. Bandung: Alfabeta Mudlofir, Ali. 2012. Pendidik Profesional. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada



11



11