Hiponatremi Revisi Menuju Fiks [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.F DENGAN HIPONATREMI DI RUANGAN ARRAZI RSI IBNU SINA BUKITTINGGI



Oleh : Ameliya Gufrani



Amanda Trisna



Anisha Fitra Yuza



Liza Widya Sari



Nadya Putri Galisa



Rafid Rahman Dhana



Salsabila



PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan seminar yang berjudul "Asuhan Keperawatan Hiponatremi" dengan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga laporan seminar ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca.



Bukittinggi , 1 Juni 2021



Penulis



DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4 A. Latar Belakang .......................................................................................................................4 B. Rumusan Masalah...................................................................................................................5 C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................5 D. Manfaat...................................................................................................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................7 A. Pengertian.............................................................................................................................7 B. Anatomi fisiologi..................................................................................................................8 C. Etiologi.................................................................................................................................9 D. Patofisiologi........................................................................................................................10 E. Tanda dan Gejala................................................................................................................11 F.



Penatalaksanaan Medis.......................................................................................................11



G. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................................................13 H. Asuhan Keperawatan..........................................................................................................13 1.



Pengkajian.......................................................................................................................13



2.



Diagnosis Keperawatan...................................................................................................17



3.



Implementasi Keperawatan.............................................................................................17



4.



Evaluasi...........................................................................................................................17



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................................19 A.Pengkajian..............................................................................................................................19 B. Rencana Asuhan Keperawatan..............................................................................................30 C. Intervensi keperawatan..........................................................................................................33



D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.............................................................................40 BAB IV PENUTUP................................................................................................................................ 41



DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................4 2



BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Hiponatremia merupakan kelainan elektrolit yang paling sering ditemukan



dengan



insiden



1,5%



dari



semua



kasus



pediatrik



di



rumahsakit.Hiponatremiatelahdiobservasi pada 42,6% pasien pada rumah sakit yang menangani kasus akut dan 30% pasien rawat rumah sakit pada penangananakut Penyebab



hiponatremiadapatbermacam-macam,



hipovolemik,



hiponatremia dapat terjadi akibat kehilangan natrium dan cairan bebas dan diganti oleh cairan hipotonis yang tidak sesuai. Natrium dapat hilang melalui jalur ginjal maupun non ginjal, seperti melalui saluran cerna, keringat yang berlebihan, cairan pada ruang ketiga, dan cerebral salt-wasting syndrome. Salt wasting syndrom dapat terjadi pada pasien yang mengalami cedera otak traumatik, pendarahan aneurisma subarachnoid, dan pembedahan intrakranial. Euvolemik hiponatremia terjadi karena intake cairan yang berlebihan. Hipervolemik hiponatremia terjadi jika penyimpanan natrium meningkat secara tidak seharusnya. Hiponatremia juga dapat diakibatkan oleh hipotiroidism yang tidak terkoreksi atau defisiensi kortisol (insufisiensi adrenal, hipopituitarism) Seperti yang telah disebutkan diatas, salah satu penyebab dari hiponatremia adalah insufisiensi adrenal. Dimana insufisiensi adrenal merupakan suatu keadaan defisiensi hormonal.1 Penyebab dari adrenal insufisiensi dapat dibagi menjadi 3 yaitu primer, sekunder, dan tersier, tergantung dari letak kelainan yang terjadi.



Gejala klinis yang ditampilkan dibedakan atas insufisiensi adrenal kronik dan insufisiensi adrenal akut. Banyak gejala dan tanda dari insufisiensi adrenal primer dan sekunder yang mirip. Kebanyakan gejala defisiensi kortisol berupa lelah, lemah, orthostatik dizziness, penurunan berat badan dan penurunan nafsu makan, merupakan gejala nonspesifik yang biasanya muncul secara tersembunyi. Abnormalitas yang terjadi pun bervariasi pada pasien yang mengalami insufisiensi adrenal. Dengan berbagai macam keluhan dan gejala yang muncul, keadaan yang mungkin dapat dipakai sebagai pedoman untuk mengarahkan diagnosis adalah: hiponatremia, hiperkalemia, asidosis, peningkatan konsentrasi kreatinin plasma, hipoglikemia, anemia normositik ringan (akibat defisiensi kortisol dan androgen), limfositosis dan eosinofilia ringan. Hiponatremia dapat muncul baik pada insufisiensi adrenal primer maupun sekunder, dimana patofisiologinya pada kedua penyakit tersebut berbeda. Pada insufisiensi adrenal primer hiponatremia terutama terjadi karena defisiensi aldosteron dan pembuangan natrium. Pada insufisiensi adrenal sekunder hiponatremia terjadi akibat defisiensi kortisol, peningakatan sekresi vasopresin dan retensi air. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam laporan ini adalah : “BagaimanapelaksanaanAsuhanKeperawatan pada pasienibu F yang mengalami gangguan natrium (Hiponatermia) di ruanginterne RSI Ibnu Sina Bukittinggi?” C. Tujuan 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada Ny. F di ruangan Arrazi RSI Ibnu Sina Bukittingi 2. Tujuan khusus a) Mahasiswa mampu memahami konsep hiponatremi



b) Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pengkajian pada pasien dengan hiponatremi c) Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan bagi pasien hiponatremi d) Mahasiswa



mampu



memberikan



intervensi



pada



pasien



hiponatremi e) Mahasiswa mampu mengimplementasikan dan mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien hiponatremi D. Manfaat a. Bagi pasien Dapat menambah pengetahuan pasien tentang tindakan mandiri yang dapat dilakukan secara kontinyu dalam manajemen hiponatremi b. Bagi perawat tenaga kesehatan diharapakan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi perawat dalam memberikan



intervensi



keperawatan



pada



pasien



hiponatremi



guna



meningkatkan kualitas dan perbaikan kesehatan dan menjadi salah satu acuan bagi perawat untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan memberikan intervensi keperawatan yang mandiri khusunya terhadap pasien hiponatremi sehingga diharapkan dapat menurunkan angka komplikasi dan mortalitas. c. Bagi penulis Hasil karya ilmiah ini dapat menjadi bahan dasar untuk penulis selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien hiponatremi d. Bagi rumah sakit Bahan panduan dan rujukan bagi rumah sakit tentang tindakan pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan hiponatremi sehingga puskesmas dapat menerapkan tindakan-tindakan keperawatan pada pasien hiponatremia



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Pengertian Hiponatermia merupakan kondisi dimana kadar natrium serum kurang dari normal (kurang dari 135 mEq/L atau 135 mmol/L). Konsentrasi natrium plasma menggambarkan rasio natrium tubuh total terhadap air tubuh total. Penurunan rasio ini dapat terjadi dari kuantitas natrium tubuh total yang rendah dengan penurunan yang lebih sedikit pada air tubuh total, kandungan natrium tubuh total yang normal dengan air tubuh total yang berlebihan dan natrium tubuh total yang jauh lebih berlebihan dengan air tubuh total yang jauh lebih berlebihan. Meskipun demikian keadaan hiponatermia dapat menyertai kekurangan volume cairan atau kelebihan volume cairan (Smeltzer dan Bare, 2010). Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan ion (positif) atau negatif. Ion yang bermuatan positif disebut dengan kation sedangkan ion yang bermuatan negatif disebut anion. Keseimbangan dari keduanya disebut elektronetralitas. Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tida normal dapat menyebabkan banyak gangguan. Pemeliharaan cairan hemeostatis tubuh adalah penting bagi semua kelangsungan hidup organisme. Pemelharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor yaitu natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat. Cairan tubuh tediri dari air dan elektrolit, cairan tubuh dibedakan atas cairan ekstrasel dan interasel. Cairan ekstrasel meliputi plasma dan cairan intestinal. Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlah biasanya mencapai 60



mEq/kg bb dan sebagian kecil sekitar 10-14 mEq/L berada pada cairan intestinal. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khusunya dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium Bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan osmotik pada ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi pada cairan natrium. Perbedaan kadar natrium intravaskuler dengan intestinal disebabkan oleh keseimbangan gibbsdonnan, sedangkan perbedaan natrium dalam ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transport aktif dari natrium keluar sel bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel. Jumlah natrium dalam tubuh merupakan kesimbangan antara natrium yang masuk dengan natrium yang keluar. Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna dan keringat di kulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium setiap harinya mencapai 48-144 mEq. Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit kurang dari 10%. Cairan yang berisi pada konsentrasi natrium berada pada saluran cerna bagian atas hamper mendekati cairan ekstrasel, namun natrium direabsopsi pada saluran cerna. Keringat merupakan cairan hipotonik yang berisikan natrium dan klorida. Kandungan natrium pada cairan keringat orang normal rerata 50 mEq/L. Jumlah pengeluaran keringat akan meningkat sebanding dengan lamanya periode terpapar pada lingkungan luar, yang panas, latihan fisik dan demam. Eksresi natrium dialkukan oleh ginjal untuk mempertahanakan homeostatis natrium yang sangat diperlukan untuk mempertahankan volume tubuh. Natrium di filtrasi bebas di glomerulus direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal bersamaan dengan H2O dan klorida di reabsorpsi secara pasif, sisanya di reabsorpsi di lengkungan henle sekitar 25-30%, tubulus distal 5% dan di duktus koligentes 4% drakhir di sekresi di urin