Pengertian Akuntansi Penilaian Wajar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pengertian Akuntansi Penilaian Wajar Bagaimana akuntansi penilaian wajar bekerja dan bagaimana hubungannya dengan model tradisional akuntansi biaya historis? Perbandingan Model Biaya Historis dan Penilaian Wajar. Terdapat perbedaan mencolok dalam laporan keuangan yang disusun dengan dua model ini. Perbedaan ini bisa dijelaskan dengan 2 logika tentang suatu model akuntansi. 1. Penilaian transaksi versus penilaian sekarang. Dengan akuntansi biaya historis, nilai aset dan kewajiban sangat bergantung pada transaksi aktual perusahaan di masa lalu: model penilaian tidak mencerminkan kondisi ekonomi sekarang. Sebaliknya, dengan model penilaian wajar, jumlah aset dan kewajiban ditentukan dengan harga pasar paling akhir, dengan asumsi pasar, penilaian tidak didasarkan pada transaksi aktual. 2. Biaya historis versus harga pasar. Penilaian biaya historis terutama ditentukan dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan, sementara dengan model penilaian wajar didasarkan atas harga pasar (asumsi nilai pasar). 3. Pendekatan laba alternatif. Dengan model biaya historis, laba ditentukan dengan mengaitkan antara biaya dengan pendapatan yang diakuinya, yang harus direalisasi dan diperoleh. Dengan model penilaian wajar, laba ditentukan cukup dengan cara menghitung perubahan nilai wajar antara aset dan kewajiban. Pendekatan alternatif dalam penentuan laba dari dua model ini sangat penting untuk analisis. Laba dengan akuntansi biaya historis merupakan bentuk yang jelas yang berusaha mengukur probabilitas periode berjalan yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada biaya. Pertimbangan dalam Mengukur Nilai Wajar Mendefinisikan Nilai Wajar Secara umum, nilai wajar berarti nilai pasar. Terminologi nilai pasar dipakai karena apabila pasar aset dan kewajiban yang bersangkutan, dalam rangka memperoleh harga pasarnya, tidak ditemukan, kita tetap bisa mengestimasi nilai wajarnya dengan mengambil tujukan pasar turunan atau menggunakan teknik penilaian. Ide dasar nilai wajar adalah sedekat mungkin dengan harga pasar. Oleh sebab itu, secara konseptual, nilai wajar tidak berbeda dengan nilai pasar karena merefleksikan asumsi perilaku pasar (seperti nvestor) terhadap nilai sekarang atas arus kas masuk atau keluar di masa depan yang timbul dari aset dan kewajiban. Secara formal, SFAS 157 mendefinisikan nilai wajar sebagai harga pertukaran, yaitu harga yang mungkin diterima dari penjualan aset (atau pembayaran untuk mentransfer kewajiban) dalam transaksi yang berurutan antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Terdapat 5 asepk yang perlu dicatat dalam definisi ini: a. Tanggal pengukuran. Nilai wajar aset dan kewajiban ditentukan saat tanggal pengukuran yaitu tanggal neraca, bukan tanggal ketika aset tersebut pertama diperoleh (atau saat kewajiban pertama kali diakui). b. Transaksi hipotesis (hypothetical transaction). Transaksi yang membentuk dasar penilaian bersifat hipotesis. Tidak ada penjualan aktual aset (maupun transfer kewajiban) yang harus terjadi. Dengan perkataan ini, nilai wajar ditentukan jika aset dijual pada tanggal pppengukurannya.



c. Transaksi berurutan (orderly transaction). Faham transaksi “berurutan” menghapus kemungkinan pertukaran yang terjadi dalam kondisi luar biasa, misalnya dalam situasi kekacauan. Hal ini memberi jaminan bahwa penilaian wajar merepresentasikan pertukaran harga dalam keadaan normal, seperti harga pasar dalam pasar aktif. d. Pengukuran dengan dasar pasar (market based measurement). Penilaian wajar adalaj pengukuran dasar pasar, bukan pengukuran spesifik perusahaan. Artinya bahwa nilai wajar dari suatu aset harus mencerminkan berapa yang akan dibayar pelaku pasar terhadap barang tersebut, bukan nilai yang terkandung dalam aset tersebut karena ia digunakan untuk tujuan spesifik perusahaan yang bersangkutan. e. Harga keluaran (exit price). Nilai wajar aset adalah pada saat perusahaan dapat menjual aset tersebut. Hierarki Input Perlu dicatat bahwa nilai wajar aset dan kewajiban dapat diestimasi meskipun pasar yang bersangkutan tidak tersedia untuk didapat harga pasarnya. Tentu saja estimasi nilai wajar yang tidak diperoleh dari harga pasarnya kurang dapat diandalkan. Menyadari hal itu, pembuat standar membentuk hierarki nilai wajar input (yaitu asumsi yang memberikan dasar dalammendapatkan nilai wajar). Berikut tiga langkah hierarki input: a. Input tingkat 1. Input ini dikutip dari harga dalam pasar aktif untuk aset atau kewajiban tertentu yang sedang dinilai; lebih disukai pada saat tanggal laporan dibuat. Hrga tersebut merupakan input yaang paling bisa diandalkan dan harus digunakan dalam menentukan nilai wajar apabila tersedia. b. Input tingkat 2. Input ini dapat diperoleh dari: (1) kutipan harga dalam pasar aktif untuk aset atau kewajiban yang mirip, tetapi tidak identik atau (2) kutipan harga untuk aset atau kewajiban yang identik, tetapi tidak di dalam pasar aktif (jarang diperdagangkan), sehingga meskipun input adalah benar-benar harga pasar, harga tersebut untuk aset (atau kewajiban) yang tidak identik dengan hal yang sedang dinilai atau kutipan tersebut tidak dengan harga sekarang karena perdagangannya jarang terjadi. c. Input tingkat 3. Merupakan input yang tak dapat diobservasi (unobservable inputs) dan digunakan ketika aset atau kewajiban tidak diperdagangkan atau ketika substitusi perdagangannya tidak dapat diidentikan. Input tingkat 3 merefleksikan asumsi manajer sendiri mengenai penilaian, termasuk data internal dari dalam perusahaan. Teknik valuasinya Teknik valuasi yang cocok tergantung pada ketersediaan data input. Apabila suatu teknik telah dipilih, maka harus digunakan secara konsisten, kecuali jika terjadi perubahan keadaan yang mengakibatkan penentuan yang lebih akurat atas nilai wajar. Tiga pendekatan dasar dari penilaian sebagai berikut: a. Pendekatan pasar. Pendektanan ini baik secara langsung maupun tidak langsung menggunakan harga dari transaksi aktual pasar. Terkadang, harga pasar harus ditransformasikan sedemikian rupa dalam menentukan nilai wajar. b. Pendekatan laba. Dengan pendekatan ini, nilai wajar diukur dengan mendiskontokan perkiraan arus kas atau laba masa depan pada masa sekarang. Perkiraan pasar sekarang perlu dimanfaatkan sebanyak mungkin untuk menentukan nilai diskonto ini.



c. Pendekatan biaya. Pendekatan biaya digunakan untk menentukan biaya penggantian aset periode berjalan, yaitu menentukan biaya penggantian kapasitas yang tersisa dari suatu aset. Implikasi Analisis Pengadopsian akuntansi penilaian wajar mempunyai implikasi yang berarti bagi analisis laporan keuangan. Dalam bab ini akan didiskusikan kelebihan dan kekurangan akuntansi penilaian wajar dan permasalahan yang harus dipertimbangkan seorang analis ketika menganalisis laporan keuangan yang disusun berdasarkan akuntansi penilaian wajar. Kelebihan dan Kekurangan Akuntansi Penilaian Wajar Peralihan kepada akuntansi penilaian wajar telah menyebabkan perdebatan sengit. Baik pendukung maupun pengkritik akuntansi penilaian wajar telah sama-sama vokal dalam menyuarakan pandangannya. Kelebihan dari akuntansi penilaian wajar adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e.



Merefleksikan informasi sekarang. Kriteria pengukuran yang konsisten Komparabilitas. Tidak ada bias konservatif Lebih bermanfaat dalam analisis ekuitas.



Kekurangan dari akuntansi penilaian wajar adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e.



Obyektivitas lebih rendah. Rentan terhadap menipulasi. Penggunaan input tingkat 3. Tidak adanya unsur konservaatif. Fluktuasi laba yang berlebihan.



Imlikasi Analisis Karena efek yang mendalam pada laporan keuangan apabila digunakannya akuntansi penilaian wajar, hal ini akan berpengaruh pada cara analisis laporan keuangan dilakukan. Terdapat beberapa masalah penting yang perlu dipertimbangkan dalam menganalisis laporan keuangan yang disiapkan dengan model penilaian wajar. a. b. c. d.



Fokus pada neraca Menyatakan kembali laba Menganalisis kegunaan input Menganalisis kewajiban finansial



Status Terkini Penerapan Nilai Wajar Pada saat sekarang akuntansi penilaian wajar dapat diterapkan terutama pada aset dan kewajiban yang bersifat keuangan dalam artian luas. Termasuk di dalamnya surat berharga, investasi, instrumen keuangan, dan kewajiban utang. SFAS 157 tidak menyebutkan bahwa aset atau kewajiban baru yang harus menggunakan model penilaian wajar. Namun, perturan terbaru, SFAS 159, memperboleh perusahaan untuk mengadopsi secara sukarela akuntansi nilai wajar bagi aset dan kewajiban keuangan individu yang akan dibahas lebih detail di bab 5.



Sebagai tambahan pada aset dan kewajiban keuangan, baru-baru ini dinyatakan bahwa aset dan kewajiban yang berhubungan dengan pensiun dan tunjangan prapensiun lainnya harus dinilai pada nilai wajar dalam neraca (SFAS 158). Namun, keuntungan dan kerugian yang belum direalisasikan dari perubahan aset dan kewajiban tidak dimasukkan dalam laba bersih yang akan dibahas pada bab 3. FASB (dan IASB) saat ini terlibat dalam memeriksa bagaimana penerapan akuntansi penilaian wajar yang lebih komprehensif dapat dilaksanakan, termasuk menggunakan akuntansi penilaian wajar untuk aset dan kewajiban operasi. FASB ecara simultan mempertimbangkan sebuah proyek yang mengubah secara radikal penampilan dari laporan keuangan. Perubahan ini akan mempunyai dampak terhadap analisis laporan keuangan. Pengantar Analisis Akuntansi Analisis akuntansi merupakan proses evaluasi sejauhmana angka akuntansi perusahaan mencerminkan realitas ekonomi. Analisis akuntansi mencakup sejumlah pekerjaan yang berbeda, seperti mengevaluasi resiko akuntansi perusahaan dan kualitas laba, mengestimasi kekuatan laba, dan membuat penyesuaian yang diperlukan agar laporan keuangan dapat lebih baik mencerminkan realitas ekonomi dan dapat membantu analisis laporan. Analisis akuntansi merupakan persyaratan penting bagi analisis keuangan yang efektif. Hal ini disebabkan oleh kualitas analisis keuangan, dan kesimpulan yang dibuat, bergantung pada kualitas informasi akuntansi yang digunakan, bahan mentah dari analisis ini. Meskipun akuntansi akrual memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan dan kondisi yang tidak dapat diberikan oleh akuntansi kas, keterbatasannya dapat mendistorsi arti ekonomis sebuah laporan keuangan. Analisis akuntansi merupakan proses yang digunakan analisis untuk mengidentifikasi dan menilai distorsi akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan. Proses ini juga mencakup membuat penyesuaian yang dibutuhkan pada laporan keuangan untuk mengurangi distorsi dan membuat laporan keuangan bermanfaat untuk analisis keuangan. Pada bagian inni akan dijelaskan pentingnya analisis akuntansi termasuk mengidentifikasi sumber distorsi akuntansi. Kemudian akan dibahas manajemen laba, motivasi dan strateginya, serta implikasinya terhadap analisis. Bahasan akan diakhiri dengan melibatkan metode dan proses analisis akuntansi. Kebutuhan akan Analisis Akuntansi Kebutuhan akan analisis akuntansi disebabkan dua alasan. Pertama, akuntansi akrual memperbaiki akuntansi kas dengan mencerminkan aktivitas usaha pada saat waktu yang lebih tepat. Namun akuntansi akrual menyebabkan distorsi akuntansi yang perlu diidentifikasi dan disesuaikan, sehingga informasi akuntansi dapat mencerminkan aktivitas usaha dengan lebih baik. Kedua, laporan keuangan dibuat untuk berbagai jenis pemakai dan kebutuhan informasi. Hal ini berarti informasi akuntansi biasanya membutuhkan penyesuaian untuk memenuhi tujuan analisis laporan keuangan akan dibahas berikut. Distprsi Akuntansi Distorsi akuntansi merupakan penyimpangan dari informasi yang dilaporkan pada laporan keuangan terhadap realitas usaha sebenarnya. Distorsi ini timbul dari sifat akuntansi akrual yang meliputi standar, kesalahan estimasi, keseimbangan antara relevan dan andal, serta kebebasan dalam aplikasinya.



a. Standar akuntansi. Standar akuntansi terkadang menyebabkan distorsi. Paling tidak terdapat tiga penyebab distorsi yang dapat diidentifikasi. Pertama, standar akunatnsi merupakan hasil proses politik. Berbagai kelompok pemakai melakukan lobi untuk melindungi kepentingan mereka. Pada proses ini, standar sering gagal menghasilkan informasi yang paling relevan. Kedua, disebabkan oleh beberapa prisnip akuntansi. Misalnya prinsip biaya historis dapat mengurangi relevansi neraca karena tidak mencerminkan nilai pasar aset dan keajiban yang terkini. Selain itu, akuntansi berbasis transaksi menghasilkan akuntansi goodwill yang tidak konsisten yaitu pengakuan goodwill dari transaksi penjualan sebagai aset, tetapi tidak mengakui goodwill yang dibuat sendiri. Ketiga, disebabkan oleh konservatisme. Misalnya akuntan sering kali menurunkan atau menghapus nilai aset yang mengalami penurunan nilai, tetapi jarang sekali terdapat peningkatan nilai aset. Konservatisme menyebabkan bias pesimis atas laporan keuangan yang menguntungkan analisis kredit, tetapi bermasalaha untuk analisis ekuitas. b. Kesalahan estimasi.Akuntansi akrual mensyaratkan ramalandan