Penggunaan Rontgen Pada Kucing - Radiologi Veteriner [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ferdy
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RADIOLOGI VETERINER “PENGGUNAAN RONTGEN PADA KUCING”



DISUSUN OLEH: KELAS B Silvia Irawati



(1809511001) Nur Baiti



(1809511052)



Agatha Arai Jubilia



(1809511035) Nabilah Rizky Amalia (1809511055)



Grace Caroline



(1809511037) Maharani Lisna W



Yeni Ratna Sari



(1809511042) Hagai Deosiddhanta W (1809511057)



I Gede Galyes P



(1809511043) Dwi Fortuna H



(1809511059)



Varhan Dwiyan I



(1809511044) Ni Luh Mentari S N



(1809511060)



(1809511056)



Nyoman Ayu Mikayanti (1809511045) Meiliani Herna S



(1809511061)



Jessy Filomena F B



(1809511063)



(1809511046) Matilda Krisnawati



Bravanasta Glory R U (1809511047) Ahmad Rohmadhon H (1809511064) Komang Ayu Triana S (1809511049) Reynara Wildan P



(1809511111)



Ferdy Olga Saputra



(1809511050) Lona Milena



(1809511118)



M. Farhan Al Ma'arif



(1809511051)



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Radiologi Veteriner yang berjudul “Penggunaan Rontgen Pada Kucing” dengan sebagaimana mestinya. Penulisan tugas yang berjudul “Penggunaan Rontgen Pada Kucing” ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Radiologi Veteriner yang diberikan. Selain itu, penulisan tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembacanya. Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari tulisan ini, dan tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih.



Denpasar, 28 September 2021 Hormat kami,



Penulis



ii



DAFTAR ISI Halaman Judul ..............................................................................................i KATA PENGANTAR....................................................................................ii DAFTAR ISI..................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR .....................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .....................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................2 1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi ...............................................................................3 2.2 Sejarah Radiografi ................................................................................4 2.3 Komponen Penyusun Alat Rontgen (X-Ray) .........................................5 2.4 Penggunaan atau Pemanfaatan Rontgen Pada Kucing di Indonesia .........9 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Rontgen Bagian Kepala dan Leher ........................................................13 3.2 Rontgen Bagian Thoraks.......................................................................16 3.3 Rontgen Bagian Abdomen ....................................................................18 3.4 Rontgen Bagian Sistem Respirasi ..........................................................20 3.5 Rontgen Bagian Sistem Kardiovaskuler.................................................24 3.6 Rontgen Bagian Traktus Gastrointestinal ...............................................27 3.7 Rontgen Bagian Traktus Urinarius ........................................................30 3.8 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Diagnosis Rontgen pada Kucing ......33 BAB VI PENUTUP 4.1 Kesimpulan ..........................................................................................35 4.2 Saran ...................................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................36



iii



DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Alat rontgen (radiografi) untuk hewan............................................5 Gambar 2. Light barrier dari mesin X-ray .......................................................5 Gambar 3. Motor/penggerak conveyor ............................................................6 Gambar 4. Motherboard .................................................................................6 Gambar 5. Control System .............................................................................7 Gambar 6. X-Ray Control Board ....................................................................7 Gambar 7. X-Ray Generating .........................................................................7 Gambar 8. Diode Array Board ........................................................................8 Gambar 9. Layar monitor ...............................................................................8 Gambar 10. Control panel...............................................................................8 Gambar 11. Struktur Skeletal Kucing..............................................................11 Gambar 12. Posisi dan Radiografi Lateral View Tengkorak Kucing .................15 Gambar 13. Posisi dan Radiografi Dorso-ventral Tengkorak Kucing ...............16 Gambar 14. Lateral view Thoraks kucing ........................................................17 Gambar 15. Radiografi Dorso-ventral view thoraks kucing ..............................18 Gambar 16. Right lateral view for abdomen radiograph of the cat ...................20 Gambar 17. Left lateral view for abdomen radiograph of cat ...........................20 Gambar 18. Ventrodorsal view of abdominal radiograph of DSH cat ...............20 Gambar 19. Pengamatan radiografi sisi lateral kepala kucing memperlihatkan cavum nasalis ....................................................21 Gambar 20. Pengamatan radiografi sisi lateral laring dan trakea.......................22 Gambar 21. Pengamatan radiografi sisi lateral trakea pada leher ......................22 Gambar 22. Pengamatan radiografi aspek dorsoventral bronkus .......................23 Gambar 23. Pengamatan radiografi sisi lateral parenkim paru ..........................23 Gambar 24. Pengamatan radiografi lateral kiri, kanan, dan ventrodorsal...........24 Gambar 25. Pengamatan radiografi jantung kucing aspek lateral dan ventrodorsal ................................................................................25 Gambar 26. Pengamatan radiografi toraks aspek lateral ...................................26 Gambar 27. Pengamatan radiografi thoraks melalui aspek ventrodorsal............26 Gambar 28. Pengamatan radiografi sisi caudal esofagus kucing .......................28 Gambar 29. Pengamatan radiografi Ventodorsal esofagus kucing.....................29



iv



Gambar 30. Pengamatan radiografi dorsoventral .............................................29 Gambar 31. Pengamatan radiografi sisi lateran kucing .....................................30 Gambar 32. Pengamatan radiografi lateral dan ventrodorsal.............................31 Gambar 33. Pengamatan radiografi ureter menggunakan intravenous urography (IVU). ........................................................................32 Gambar 34. Pengamatan radiografi vesika urinaria ..........................................33



v



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan Rontgen di Indonesia dimulai oleh Dr. Max Herman Knoch seorang ahli radiologi berkebangsaan Belanda yang bekerja sebagai dokter tentara di Jakarta. Pemanfaatan sinar-x ini terus berkembang dari tahun ke tahun dan sudah banyak dimanfaatkan dalam dunia kedokteran hewan sebagai sarana penunjang diagnosa. M. Fakhrul Ulum dan Deni Noviana dari Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor menyatakan bahwa Radiografi merupa kan sarana penunjang diagnostik yang sudah berkembang pesat baik didunia kedokteran manusia maupun dalam dunia kedokteran hewan yang bertujuan untuk kesejahteraan. Pada beberapa kondisi, dalam penanganan hewan kucing maupun anjing, diperlukan adanya



penggunaan rontgen demi akurasi diagnosa dan



pemeriksaan lanjutan oleh para dokter hewan. Kelainanan dapat teridentifikasi melalui hasil rentgen pada hewan. Radiografi sendiri merupakan rekaman gambar dalam sebuah film khusus yang terdiri dari bentuk struktur bayangan dan objek yang terbentuk oleh pancaran sinar-x, penggunaan radiografi selalu digunakan untuk menindak lanjut sebuah proses penyakit dan memonitor efektifitas terapi yang dilakuakan pada



hewan. Sangat diperhatikan



keselamatan pasien (hewan), maka itu dilakukan langkah untuk meminimalisir dosis paparan. Tidak lupa keselamatan operator (dokter hewan) terhadap paparan radiasi dilakukan dengan melakukan radiografi dalam jarak sejauh mungkin dari sumber sinar-x, menggunakan sarana proteksi radiasi. Keselamatan



lingkungan



terhadap



bahaya



radiasi dilakukan



dengan



merencanakan desain ruang radiografi yang aman baik bagi pasien, operator dan lingkungan. Segala langkah dalam pemeriksaan radiografi sangat diperhatikan demi tercapainya tujuan kesembuhan pasien dan proteksi terhadap operator maupun lingkungan sekitar.



1



1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang diambil dari tulisan ini adalah: 1. Apa definisi radiografi? 2. Bagaiaman sejarah terciptanya radiografi? 3. Apa saja komponen alat penyusun radiografi? 4. Bagaimana penggunaan atau pemanfaatan rontgen pada kucing di Indonesia? 5. Bagaimana teknik radiografi (rontgen) pada kucing? 6. Bagaimana langkah-langkah radiografi pada kucing? 7. Apa kelebihan dan kekurangan teknik diagnosis rontgen pada kucing? 8. Bagaimana interpretasi atau hasil pembacaan gambar foto rontgen? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai dari tulisan ini adalah: 1. Mengetahui definisi radiografi. 2. Mengetahui sejarah terciptanya radiografi. 3. Mengetahui komponen alat penyusun radiografi. 4. Mengetahui penggunaan atau pemanfaatan rontgen pada kucing di Indonesia. 5. Mengetahui teknik radiografi (rontgen) pada kucing. 6.



Mengetahui langkah-langkah radiografi pada kucing.



7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik diagnosis rontgen pada kucing. 8. Mengetahui interpretasi atau hasil pembacaan gambar foto rontgen. 1.4 Manfaat Penulisan Manfaat dari paper ini ialah agar pembaca lebih memahami mengenai penggunaan rontgen pada kucing. Selain itu, penulis juga dapat memahami kegunaan dari rontgen pada kucing agar dapat kami gunakan kedepannya.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Radiografi



merupakan



sarana



penunjang



diagnostik



yang



telah



berkembang pesat dalam dunia fisika medis yang bertujuan untuk kesejahteraan dengan cara menggunakan sinar pengion seperti sinar X dan sinar gamma untuk membentuk bayangan objek yang dikaji dalam film. Sinar X adalah bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar 10 nm-100 pm. Sinar X tidak dipengaruhi oleh medan magnet, bergerak lurus, memiliki daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listriknya tinggi, dan dapat menghitamkan kertas potret. Manfaatnya dalam dunia medis antara lain: sebagai sarana untuk terapi penyakit tumor serta untuk memberikan pencitraan organ yang mengalami kelainan seperti metastatik pulmonary neoplasia, heart disease, intestinal obstruksi, fraktura. Aplikasi sinar X harus hati-hati dikarenakan sinar X dapat menimbulkan kelainan biologi seperti kerusakan sel-sel hidup, penghitaman kulit, kerontokan rambut, serta dapat menyebabkan nekrosa yang kemudian berkembang menjadi kanker kulit (Corwin 2001). Beberapa kelengkapan yang harus dipenuhi dalam radiografi adalah mesin sinar X, film, kaset film, alat pelindung anggota badan, marker sebagai alat bantu pada saat pengkodean posisi tubuh, illuminator sebagai alat bantu dalam membaca hasil, alat pengering film, hanger/frame sebagai penjepit film dalam proses pencucian, dan pengeringan film. Dalam melakukan radiografi sebaiknya dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, salah satunya yaitu menggunakan alat pelindung anggota badan. Alat pelindung anggota badan yang dimaksud adalah apron yang terbuat dari timbal (Pb) yang mampu menghambat paparan sinar X ke tubuh, eyeprotektor berfungsi sebagai pelindung mata, apron kelenjar tiroid berfungsi untuk melindungi kelenjar tiroid dari paparan sinar X yang mengindikasikan terjadinya tumor tiroid, serta glove berfungsi untuk melindungi tangan dari paparan sinar X. Adapun faktorfaktor pembentuk dalam radiografi antara lain: densitas, opasitas, dan kontras



3



radiografi. Ada beberapa tahap persiapan dalam pengambilan gambar radiografi diantaranya: 1. Rambut hewan harus bersih dan kering. 2. Handling hewan. 3. Menggunakan alat pelindung tubuh. 4. Tanda identifikasi dari setiap radiografi. 5. Teknik pengukuran sebelum pemotretan (jarak pasien dengan mesin, kontrol panel pada mesin, jarak mesin terhadap kaset film, ketebalan objek, serta penggunaan bahan kontras). 6. Menentukan standar pandang pemotretan 2.2 Sejarah Radiografi Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda yang disebutnya sinar baru atau sinar-X. Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan caracara pemeriksaan konvensional. Dua pelopor x-ray lainnya adalah William David Coolidge dan Howard Riley Raper. Kemajuan paling signifikan dalam radiologi datang pada tahun 1913 ketika William D. Coolidge memperkenalkan tabung katoda panas berisi kawat pijar didalamnya. Pada tahun 1919, William D. Coolidge dan General Electric memperkenalkan mesin x-ray. Pada tahun 1923, miniatur yang lebih kecil dari versi yang pertama dimunculkan, dan dalam 30 tahun terakhir kemajuan besar telah dibuat dalam membatasi ukuran sinar x-ray. Radiografi kemudian berkembang hingga tahun 1966, yang ditandai dengan munculnya sinar-X untuk intraoral dengan long beam yang digunakan sampai saat ini. Pada tahun 1987, Francis Mouyen memperkenalkan radiografi digital yang pertama dan kemudian berkembang menjadi cone-beam computed tomography yang dapat menampilkan gambaran hasil radiografi dalam bentuk dua dimensi (2D) ataupun tiga dimensi (3D) pada layar komputer (Bansal,2006).Di Indonesia sarana radiograf i modern ini mulai



4



banyak digunakan. Walaupun demikian pemeriksaan radiografi yang menggunakan peralatan yang konvensional masih merupakan andalan bagi sebagian besar praktisi kedokteran di Indonesia. 2.3 Komponen Penyusun Alat Rontgen (X-Ray) Pada beberapa kasus, dalam proses pengobatan hewandituntut adanya penggunaan X-Ray demi akurasi diagnosa oleh para dokter menjadi lebih akurat. Adapun beberapa komponenrontgen (X-Ray) beserta cara kerja masing-masing komponen, adalah sebagai berikut:



Gambar 1. Alat rontgen (radiografi) untuk hewan 1. Light Barrier Light barrier digunakan untuk membangkitkan sinyal pulsa negatif. Lebar sinyal pulsa negatif tergantung dari panjang obyek yang diperiksa. Jika Light barrier mendeteksi adanya barang maka Light barrier akan mengirimkan sinyal untuk mengaktifkan generator sinar X.



Gambar 2. Light barrier dari mesin X-ray 2. Konveyor Conveyour sebagai alat bantu mesin sebagai penggerak obyek mengarah



pada



scan.



Sistem



konveyor



berfungsi



untuk



membawa/mengangkut obyek yang diperiksa kedalam ruang tunnel pemeriksaan secara maju atau mundur. 5



3. Motor Control Board Fungsi motor kontrol board ialah mengontrol jalannya sistem konveyor yang mengangkut obyek. 4. Motor Motor berfungsi sebagai penggerak untuk menjalankan conveyor.



Gambar 3. Motor/penggerak conveyor 5. Digital Image Processing Unit Unit pengolahan gambar digital, pengolahan dan penyimpanan seperti halnya yang ditampilkan pada monitor display. 6. Motherboard Motherboard menyediakan koneksi sinyal antara PCB dan mendistribusikan DC tegangan kepada masing-masing board.



Gambar 4. Motherboard 7. Catu Daya DC Catu daya menyiapkan tegangan DC untuk kumpulan linear detektor, unit digital image processing, motor control board, keyboard, light barriers dan indikator. 8. Control System Control system adalah pusat pengendalian yang lengkap dengan banyak fungsi-fungsi sistem kendali. Control board menerima sinyal



6



dari light barrier, menerima perintah dari keypad, dan mengirimkan perintah kepada tampilan/monitor, konveyor dan pengontrol sinar X.



Gambar 5. Control System 9. Image Storage Image storage digunakan sebagai tempat penyimpanan gambar yang sudah masik mesin x-ray. 10. X-Ray Control Board X-Ray control board berfungsi untuk men-drive dan mengontrol Xray tube untuk membangkitkan sinar X.



Gambar 6. X-Ray Control Board 11. X-Ray Generating Pembangkit sinar X menyediakan sinar rontgen stabil. X-ray generator Fiscan mempunyai ukuran lebih kecil dan lebih sedikit beban.



Gambar 7. X-Ray Generating



7



12. Diode Array Board Fungsi diode array boards adalah untuk merubah sinar X menjadi output tegangan.



Gambar 8. Diode Array Board 13. Monitor Monitor berfungsi sebagai output akhir untuk menampilkan hasil gambar barang yang di periksa.



Gambar 9. Layar monitor 14. Control Panel Control panel berfungsi untuk mengoperasikan mesin X-Ray mulai dari menjalankan conveyor sampai dengan untuk memanipulasi gambar.



Gambar 10. Control panel



8



Setiap masing-masing komponen tersebut amatlah penting bagi mesin xray, terhitung banyaknya bagian yang harus dijaga agar mesin x-ray dapat beroperasi dengan baik dan benar. 2.4 Penggunaan atau Pemanfaatan Rontgen Pada Kucing di Indonesia Radiografi adalah rekaman gambar dalam sebuah film khusus yang terdiri dari bentuk struktur bayangan dan objek yang terbentuk oleh pancaran sinar-x, penggunaan radiografi selalu digunakan untuk menindak lanjut sebuah proses penyakit dan memonitor efektifitas terapi yang dilakuakan pada hewan misalnya ortopedik, kardiak pulmonary, atau penyakit onkologik. Radiografi thoraks satu dari antara banyaknya metoda yang dilakukan untuk pemeriksaan sistem respirasi dan sistem cardiovaskuler pada hewan. Pemeriksaan X-ray atau rontgen adalah salah satu teknik pencitraan medis yang menggunakan radiasi elektromagnetik untuk mengambil gambar atau foto. Sinar X memiliki panjang gelombang antara 10 nanometer sampai 100 pikometer. Prosedur penggunaanX-ray merupakan bagian dari pemeriksaan penunjang guna keperluan penegakan diagnosa yang lebih akurat. Pembuatan gambar radiografi harus menggunakan metode yang tepat agar gambar yang dihasilkan jelas dan bisa difahami untuk dipresentasikan. Sinar-x ditemukan oleh ahli fisika Jerman yang bernama Wllhelm Conrad Roentgen pada 8 November 1895, sehingga sinar-x ini juga disebut Sinar Roentgen. Perkernbangan Roentgen di lndones ia dimulai oleh Dr. Max Herman Knoch seorang ahli radiologi berkebangsaan Belanda yang bekerja sebagai dokter tentara di Jakarta. Pemanfaatan sinar-x ini terus berkembang dari tahun ke tahun dan sudah banyak dimanfaatkan dalam dunia kedokteran hewan sebagai sarana penunjang diagnosa. M. Fakhrul Ulum dan Deni Noviana dari Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor menyatakan bahwa Radiografi merupakan sarana penunjang diagnostik yang sudah berkembang pesat baik didunia kedokteran manusia maupun dalam dunia kedokteran hewan yang bertujuan untuk kesejahteraan. Menurut ilmuwan tersebut, pemanfaatan sinar-x dalam radiodiagnostik dunia kedokteran hewan sangat menunjang dalam penegakkan



9



diagnosa. Secara tidak langsung hal ini akan memberikan kontribusi radiasi yang berasal dari sumber radiasi buatan terhadap pasien.Kontribusi radiasi buatan akan menimbulkan efek biologis yang secara langsung atau tidak langsung akan diderita oleh penerima radiasi. Pemanfaatan radiasi yang semena-mena tanpa memperhatikan bahayanya sangat merugikan pada banyak pihak yang ikut andil dalam radiogafi. Sinar-x merupakan gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan foton sebagai gelombang listrik sekaligus gelombang magnit. Energi sinar-x relative besar sehingga memiliki daya tembus yang tinggi. Sinar-x tebagi atas 2 (dua) bentuk yaitu sinar-x karakteristik dan sinar-x brehmsstrahlung. Proses terbentuknya sinar-x diawali dengan adanya pemberian arus pada kumparan filament pada tabung sinar-x sehingga akan terbentuk awan elektron. Pemberian beda tegangan selanjutnya akan menggerakkan awan elektron dari katoda menumbuk target di anoda sehingga terbentuklah sinar-x karakteristik dan sinar-x brehmsstrahlung. Sinar-x yang dihasilkan keluar dan jika beinteraksi dengan materi dapat menyebabkan beberapa hal diantaranya adalah efek foto listrik, efek hamburan Compton dan efek terbentuknya elektron berpasangan. Ketiga efek ini didasarkan pada tingkat radiasi yang berinteraksi dengan materi secara berurutan dari paling rendah hingga paling tinggi. Radiasi ionisasi akan mengakibatkan efek biologi radiasi yang dapat terjadi secara langsung ataupun secara tidak langsung. Pemanfaatan sinar-x sebagai sarana diagnostik penunjang penegakkan diagnosa harus memperhatikan efek biologis negatif dalam radiografi sehingga pemanfaatan sinar-x menjadi aman baik bagi hewan manusia dan lingkungan



sesuai



dengan



peraturan



perundang-undangan



yang



berlaku.Pemanfaatan radiasi di Indonesia diawasi oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Oleh karena itu, maka pemanfaatan sinar-x sebagai radiodiagnostik bidang kesehatan telah diatur oleh pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Kearnanan Sumber Radioaktif serta Surat Keputusan Kepala BAPETEN Nomor 01 IKaBAPETENIV-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja dengan Radiasi. Dengan demikian segala sesuatu berkaitan pemanfaatan



10



radiasi untuk radiodiagnostlk harus dilakukan dengan arif dan bijaksana yang arnan baik bagi hewan, manusia dan lingkungan.



Gambar 11. Struktur Skeletal Kucing Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan rontgen pada kucing ini dilakukan dari banyak faktor, yang termasuk persiapan terhadap hewannya, operator, dan sarana seperti ruangan dan alat radiografi itu sendiri. Pertama pastikan bulu hewan termasuk pada kuc ing ini harus dalam keadaan yang bersih dan kering. Hal ini akan membuat proses pengambilan gambar lebih lancar. Selain itu, jika kucing memiliki balutan, misalnya diperban atau lainnya, maka harus dilepas agar tidak mempengaruhi hasil akhir pengambilan gambar ini. Tak hanya balutan berupa perban, namun tali ikat pada leher, dan rantai harus dilepas. Restrain hewan, perlu dilakukan dengan benar dan tanpa ragu. Saat pengambilan gambar, kucing akan diposisikan pada posisi tertentu yang tentunya akan membuat kucing merasa asing dan cenderung memberontak, maka dari itu diperlukan teknik restrain yang baik. Persiapan pada operator juga sama pentingnya dengan persiapan pada hewan. Operator harus menggunakan alat pelindung atau proteksi diri dari radiasi. Seperti kita tahu, di samping radiasi sinar-x memberikan manfaat radiasi sinar-x juga mengandung efek yang berbahaya bagi manusia (Yunus et al., 2019). Alat pelindung diri ini terdiri dari baju besi yang tebal dan berat yang berbentuk seperti apron, yang berguna untuk melindungi operator dari paparan radiasi yang berbahaya. Operator hendaknya juga menggunakan gloves dan masker selama proses pengambilan gambar. Ruangan radiografi sebaiknya dibuat agar tidak tembus pandang dengan dunia luar, hal ini menyangkut kenyamanan baik pasien maupun operator. Suhu ruangan tetap



11



diperhatikan agar tidak memberikan efek pada semua pihak. Sebelum itu, pastikan kita sudah mengetahui anamnesa dari pasien, sehingga dapat dipastikan bagaian atau regio manakah yang harus dilakukan pengambilan gambar. Perhatikan pula teknik pengukuran sebelum pemotretan yang meliputi jarak pasien dan mesin, control panel pada mesin, ketebalan objek, dan lainnya. Pada penelitian yang dilakukan (Canato et al., 2014), jarak antara Xray tube dengan meja tempat hewan dibaringkan paling banyak adalah sekitar 87 cm.



12



BAB III PEMBAHASAN 3.1 Rontgen Bagian Kepala dan Leher Pemeriksaan radiografi dasar kepala dan leher harus mencakup pandangan laterolateral dan dorsoventral (DV) dan/atau ventrodorsal (VD). DV biasanya lebih mudah diposisikan daripada VD, karena penanda wajah dapat dilihat. Perhatian besar harus diberikan untuk mencapai posisi yang akurat, dan untuk memfasilitasi ini, anestesi umum biasanya diperlukan. Bagian – bagian yang dapat diinterpretasikan pada bagian kepala dan leher adalah tengkorak (skull), rongga tengkorak, maxilla, premaxilla, mandibula, sendi temporomandibular. rongga hidung, sinus frontalis, telinga, gigi, dan jaringan lunak kepala dan leher (Graham et al., 2011). Berikut indikasi dilakukannya radiografi pada bagian kepala dan leher (Hecht, 2020). a. Tengkorak (skull) Trauma, lesi massa/pembengkakan, dan kecurigaan malformasi kongenital (foramen magnum, hidrosefalus). b. Rongga Hidung Nasal discharge, lesi massa/pembengkakan, kecurigaan benda asing atau trauma. c. Telinga Evaluasi radiografi dari alat pendengaran, ketika tanda-tanda klinis otitis dan gejala neurologis seperti memiringkan kepala atau adanya penyakit vestibular. d. Sendi temporomandibula Kesulitan atau rasa sakit saat membuka atau menutup mulut saat makan dan pengunyahan, trauma, dan asimetri yang terlihat secara klinis. e. Gigi Trauma, pembengkakan/massa, penyakit periodontal dan gigi lepas, hilang atau supernumerary. Pemeriksaan radiografi adalah bagian dari pemeriksaan gigi rutin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan radiografi gigi khusus jika tersedia.



13



f. Jaringan lunak Dugaan obstruksi saluran napas atas dan benda asing merupakan indikasi utama untuk pemeriksaan radiografi. g. Kelenjar Ludah Pembengkakan atau abses di area kelenjar ludah dan luka gigitan di leher. h. Jaringan lunak leher Kesulitan pernapasan, kesulitan menelan, lesi massa leher yang teraba atau terlihat, dan trauma leher Ada beberapa posisi penempatan yang dapat digunakan pada rontgen kucing, yaitu (Hecht, 2020) : a. Lateral View dengan mulut tertutup atau terbuka. Radiografi mulut tertutup berguna untuk pe meriksaan hidung, sinus frontal, dan tengkorak. Menjaga mulut tetap terbuka lebar dengan alat radiolusen (misalnya wood mouth gag) menghasilkan gerakan ventral dari prosesus



koronoideus



mandibula, yang sebaliknya



akan



ditumpangkan dengan bagian parietal dan frontal kranium. b. Ventrodorsal (VD) View dengan mulut tertutup atau terbuka. Pasien diposisikan dorsal recumbency dan kepala diposisikan tanpa rotasi sehingga membentuk garis lurus dengan leher. Proyeksi ini sebagian



besar



ditujukan untuk pemeriksaan kranium, arkus



zigomatikus dan sendi temporomandibular. Radiografi mulut terbuka memungkinkan evaluasi saluran hidung dan gigi pada rahang atas. c. Dorsoventral (DV) View Kepala dan leher sejajar lurus tanpa rotasi, dengan pasien diposisikan



dalam



posisi



sternal



recumbency.



Proyeksi



ini



memungkinkan penilaian mandibula, sendi temporomandibular, lengkung zygomatic, kranium dan daerah telinga tengah. Penempatan untuk proyeksi DV kepala biasanya lebih mudah daripada proyeksi VD dan sering lebih disukai.



14



d. Lateral View miring dengan mulut tertutup atau terbuka. Untuk tampilan individual sendi temporomandibular dan bula timpani, pasien diposisikan telentang lateral dengan mulut tertutup, dan ujung hidung sedikit ditinggikan. Untuk gambar arkade gigi rahang atas dan bawah, mulut dibuka lebar dan diputar sepanjang sumbu panjang. e. Intraoral (DV dan VD) Teknik ini memungkinkan evaluasi gigi seri dan gigi taring, struktur tulang kepala rostral, dan rongga hidung rostral. Film sinar-X diposisikan di dalam rongga mulut. Secara optimal, film non-layar dengan detail tinggi digunakan untuk proyeksi ini. f. Rostrocaudal dengan mulut tertutup atau terbuka. Proyeksi rostrocaudal dapat membantu dalam evaluasi struktur anatomi yang berbeda. Menggunakan proyeksi frontal, sinus frontal ditampilkan secara terpisah. Proyeksi rostrocaudal dengan mulut terbuka memungkinkan visualisasi bula timpani, vertebra serviks pertama, dan densitas aksis. Tulang oksipital dan foramen magnum paling baik dievaluasi menggunakan proyeksi fronto-oksipital. Pada kucing, proyeksi rostro 10° ventral-dorsocaudal yang diperpanjang dapat digunakan untuk menggambarkan bula timpani.



A



B



Gambar 12. (a) Posisi kucing untuk Lateral View tengkorak, (b) Radiografi Lateral View Tengkorak Kucing 1. Hard Palate



5. Calvaria Bone



10. Soft Palate



2. Nasal Sinus



6. Cranial Vault



11. Mandible



3. Ethmoidale



7. Tympanic Bullae



12. Mandibular Sinus



Labyrinth



8. Axis



13. Mental Foramen



4. Frontal Sinus



9. Atlas



14. Zygomatic Arch 15



A



B



Gambar 13. Posisi kucing untuk Dorso-ventral View tengkorak (a) Radiografi Dorso-ventral View Tengkorak Kucing (b) 1. Incisivus



6. Molar pertama



2. Caninus rahang bawah



rahang bawah



10. Septum nasale 11. Ethmoidale fossa



7. Nasal chamber



12. External ear canal



3. Caninus rahang atas



8. Zygomatic arch



13. Tympanic bullae



4. Mandibular ramus



9. Prosesus



14. Occipital condyle



5. Premolar keempat rahang atas



koronoideus



15. Atlas



mandibula



16. Cranial vault



3.2 Rontgen Bagian Thoraks Radiografi thoraks memungkinkan evaluasi dinding toraks, diafragma, struktur mediastinum, ruang pleura, struktur kardiovaskular, paru-paru, dan struktur ekstrathoraks yang termasuk dalam kolimasi (leher kaudal, abdomen kranial, tungkai depan proksimal) (Hecht, 2020). Indikasi rontgen thoraks pada kucing: 1. Indikasi absolut (penting untuk dilakukan). 



Tanda-tanda kardiorespiratori, antara lain; hewan mengalami dyspnea (sesak napas), tachypnea (frekuensi napas yang dipercepat), dan batuk berulang.







Mengetahui metastatic cancer (neoplasia atau tumor).







Trauma pada dada (apabila hewan mengalami tertabrak, terjatuh dari tempat tinggi).



2. Indikasi relatif (bisa dilakukan atau tidak sama sekali). 



Suara abnormal yang dihasilkan pada saat hewan bernapas (inspiratory rales).







Suara abnormal pada jantung, seperti murmur, aritmia, gallop.



16







Ditemukannya distensi pada pembuluh darah jugularis saat pemeriksaan fisik.







Abdominal effusion (ascites).







Hewan mengalami pingsan.



Dalam kebanyakan kasus, pemeriksaan radiografi thoraks rutin mencakup setidaknya satu lateral (biasanya lateral kanan) dan pandangan ventrodorsal atau dorsoventral. Jika evaluasi penuh dari paru-paru diinginkan, pandangan lateral yang berlawanan juga harus diperoleh. Radiografi tambahan dan pandangan khusus (pandangan sinar horizontal, pandangan miring, radiografi dinamis) mungkin sesuai tergantung pada indikasi. Terutama pasien yang tidak kooperatif harus dibius untuk meminimalkan artefak gerak dan paparan radiasi personel radiologi. Namun, radiografi toraks di bawah anestesi umum harus dihindari, karena atelektasis paru berkembang pesat pada hewan ini, membatasi nilai diagnostik gambar. Evaluasi kualitas citra radiografi toraks meliputi penilaian teknik, posisi dan fase respirasi (Hecht, 2020).



Gambar 14. Lateral view Thoraks kucing. Trakea (1), arteri pulmonalis lobus kranial (2), vena pulmonalis lobus kranial (3), aorta descending (4), Carina (5), arteri dan vena pulmonalis lobaris kaudal (6), Jantung (7), vena cava caudal (8), dan Diafragma (9). Trachea pars cervicalis dan trachea pars thorachalis normal bersifat radiolucent. Adanya percabangan-percabangan pembuluh darah arteri dan vena pulmonalis yang terletak di antara organ jantung dan trachea. Descending aorta mengarah ke arah kaudal tepat berada di bagian dorsal rongga thoraks, kontras warna yang ditunjukkan bersifat radioluscent oleh organ carina membentuk titik dari percabangan trachea yang membentuk bronchus primer dextra dan sinistra. Kemudian percabangan-percabangan berwarna putih



17



bersifat radiopaque yang dibentuk oleh percabangan arteri et vena pulmonalis yang berjalan ke paru-paru lobus kaudal. Jantung terletak di ruang mediastinum tengah dan dikelilingi pleura mediastinum, bayang-bayang jantung yang terlihat pada radiografi terdiri dari jantung itu sendiri (termasuk darah di dalam ruang jantung), pangkal pembuluh darah besar (aorta dan batang paru), arteri koroner dan perikardium (termasuk lemak perikardial). Vena cava caudal terletak di antara bayang-bayang jantung dan otot diafragma. Diafragma bagian dorsal yaitu left crus diafragma menempel pada rongga thoraks, right crus diafragma.



Gambar 15. Radiografi Dorso-ventral view thoraks kucing. Trakea (1), Carina (2), Lobus paru caudal kanan dan kiri (3), Jantung (4), Arteri dan vena pulmonalis (lobus paru caudal) (5), vena cava caudal (6), Diafragma (7). 3.3 Rontgen Bagian Abdomen Berikut indikasi dilakukannya rontgen pada bagian abdomen : 



Rasa sakit pada regio abdominal.







Gangguan gastrointestinal seperti anorexia, vomit (muntah), nausea atau diare.







Gangguan traktus urinaria seperti hematuria, dysuria, strauria, perubahan frekuensi urin atau calculi vesica urinaria atau ureter.







Gangguan tractus genitalia seperti discharge dari vulva.







Evaluasi pada kebengkakan/masa abdomen.







Evaluasi distensi abdomen dan tenesmus.



A. Right Lateral View Abdominal Radiograph Of The Cat Pada bagian paling cranial terdiri dari organ hati yang berada ventral abdomen, pada bagian atas merupakan bagian fundus dari



18



lambung, bagian pylorus pada lambung berada di antara hati dan usus halus serta colon transversal, ginjal berbatasan dengan os vertebrae berada di bagian dorsal usus halus. Colon descendent berada di antara ginjal dan vesica urinaria yang berada di bagian paling caudal dari rongga abdomen yang dibatasi oleh os pelvis. Pada bagian lateral view gas pada lambung akan terakumulasi pada bagian pylorus sehingga terlihat bersifat radiolucent pada saat perlakuan radiografi. 1. Ginjal Posisi ginjal berada di ruang retroperitoneal, kutub kranial pada organ ginjal kanan selalu sulit terlihat dikarenakan bertumpuk (superimposed) dengan organ hati, Ginjal kiri posisinya lebih caudal daripada organ ginjal bagian kananm, dengan lokasi yang bervariasi. Menentukan ginjal normal secara ventrodorsal view bisa ditentukan dengan mengukur organ ginjal dengan ukuran os lumbalis yang ke-2, untuk hewan kucing dengan ginjal normal berukuran 1.9-2.9 kali Panjang ukuran os lumbalis yang ke-2. 2. Hati Hati yang merupakan organ kelenjar terbesar di dalam tubuh hewan, memiliki opasitas yang sifatnya lebih radiopaque tetapi sedikit lebih radioluscent dibandingkan dengan opasitas tulang. 3. Limpa Ukuran normal limpa bervariasi, umumnya pada hewan anjing ukuran limpa lebih besar dibandingkan ukuran organ limpa pada kucing. Hewan yang dibius dengan menggunakan golongan barbiturate atau golongan acepromazine, maka limpa secara fisiologis akan membesar.



19



Gambar 16. Right lateral view for abdomen radiograph of the cat. Hati (1), Fundus (2), pylorus (3), ginjal kanan (4), ginjal kiri (5), usus halus (6), transverse colon (7), descending colon (8), bladder (9). B. Left Lateral View Of Abdominal Radiograph Of The Cat



Gambar 17. Left lateral view for abdomen radiograph of cat. pylorus (2), hati (3), spleen (4), ginjal(5), descending colon (6), usus halus (7), fundus (8). C. Ventrodorsal View Of Abdominal Radiograph Of The Cat



Gambar 18. Ventrodorsal view of abdominal radiograph of DSH cat. 3.4 Rontgen Bagian Sistem Respirasi A. Saluran Nafas Atas 1. Cavum Nasalis Dan Sinus Paranasalis Batas-batas rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, incisivus, hidung dan palatine. Sisi kanan dan kiri dipisahkan oleh septum nasi sagital dan tulang vomer. Rongga hidung



20



menghubungkan secara



kaudoventral ke



nasofaring



dan



dipisahkan dari tengkorak oleh tulang ethmoid yang berbentuk sabit. Etmoid dan maksila masing-masing membentuk turbinat ethmoid dan hidung. Kucing memiliki sinus frontal berpasangan yang terhubung ke rongga hidung ekor. Rongga hidung dan sinus frontal secara fisiologis mengandung udara, menghasilkan kontras yang khas pada radiografi (Gambar 19). Indikasi radiografi cavum



nasalis



dan



sinus



paranasalis



adalah



mengetahui adanya sekret hidung, lesi massa tumor atau pembengkakan, kecurigaan adanya benda asing dan trauma, serta mycotic rhinitis.



Gambar 19. Pengamatan radiografi sisi lateral kepala kucing memperlihatkan cavum nasalis 2. Laring Dan Trakea Laring dan trakea berisi udara sehingga mudah dibedakan dari



jaringan



lunak



sekitarnya



(otot,



pembuluh



darah,



kerongkongan, dll.) (Gambar 20). Trakea berjalan sejajar dengan tulang belakang leher di daerah leher (Gambar 21). Posisi laring dan trakea bervariasi dengan perubahan posisi kepala dan leher. Posisi laring dan trakea juga dipengaruhi oleh penonjolan dari organ lain yang berdekatan (misalnya lesi massa yang berasal dari faring, esofagus atau kelenjar getah bening retrofaring). Perpindahan posisi oleh proses patologis harus dibedakan dari variasi posisi normal. Kartilago laring dan cincin trakea termineralisasi dengan bertambahnya usia terutama pada anjing dan lebih terlihat daripada pada hewan muda.



21



Indikasi radiografi laring dan trakea adalah kesulitan bernafas, lesi massa tumor atau pembengkakan, sumbatan benda asing, penyempitan/stenosis laring dan trakea, paralisis laring, fraktur



kartilago hyoideus,



kolaps



trakea



dan bronkus,



tracheitis/tracheobronchitis, cidera dan ruptur trakea.



Gambar 20. Pengamatan radiografi sisi lateral laring dan trakea.



Gambar 21. Pengamatan radiografi sisi lateral trakea pada leher B. Saluran Nafas Bawah 1. Paru Paru (Pulmo) Paru-paru terdiri dari komponen berisi udara (bronkus dan cabang-cabangnya yang lebih kecil, alveoli), pembuluh darah dan jaringan interstisial. Radiografi thoraks dicirikan oleh kontras tinggi yang melekat karena perbedaan kepadatan radiografi antara struktur yang terisi udara dan jaringan lunak buram (misalnya pembuluh darah). Arteri dan vena pulmonalis tampak sebagai opasitas jaringan lunak berbentuk tabung yang berjalan memanjang dan bercabang dengan bronkus berisi udara. Pada tampilan lateral, arteri, bronkus, dan vena lobus paru diorientasikan dari dorsal ke ventral, pada tampilan DV atau VD dari lateral ke medial (posisi vena berada di ventral dan sentral). Dinding bronkus khususnya pada hewan muda yang 22



normal, hampir tidak terlihat. Organ ini terlihat menonjol dengan penebalan atau kalsifikasi. Interstitium



paru



mewakili



jaringan



perivaskular,



peribronkial, perilimfatik, dan perialveolar. Hal ini tidak terlihat pada radiografi thoraks pada hewan normal. Penebalan/fbrosis progresif



dari



struktur



ini



seiring



bertambahnya



usia



menyebabkan peningkatan bertahap opasitas pada parenkim paru.



Gambar 22. Pengamatan radiografi aspek dorsoventral bronkus.



Gambar 23. Pengamatan radiografi sisi lateral parenkim paru.



23



Gambar 24. Pengamatan radiografi lateral kiri (A), lateral kanan (B), dan ventrodorsal (C). Perkiraan lokasi batas lobus paru ditunjukkan oleh garis putih. Paru-paru kanan pada kucing terdiri dari empat lobus (kranial, tengah, kaudal dan aksesori) dan paru-paru kiri dua lobus (kanial dan kaudal) (Gambar 23). Margin lobus paru ditandai dengan celah pleura. Penting untuk mengetahui lokasi masing-masing lobus paru dari sudut pandang diagnostik dan terapeutik. Beberapa penyakit paru-paru terjadi di lokasi tertentu, dan lokalisasi lesi yang tepat penting, misalnya untuk perencanaan biopsi paru atau lobektomi. Indikasi radiografi paru-paru adalah pneumonia, edema pulmoner, Feline Lower Airway Disease (FLAD), neoplasia pulmoner, trauma dan perdarahan pulmoner, serta torsio lobus paru. 3.5 Rontgen Bagian Sistem Kardiovaskuler 1. Jantung Dan Perikardium Jantung dan perikardium terletak di dalam ruang mediastinum tengah dan dikelilingi oleh pleura mediastinum. Siluet jantung yang terlihat pada radiografi terdiri dari jantung itu sendiri (termasuk darah di dalam ruang jantung), pangkal pembuluh darah besar (aorta dan batang paru), arteri koroner dan perikardium (termasuk lemak perikardial). Ruang jantung pada suatu individu tidak dapat dibedakan pada pencitraan radiografi. Demikian pula , perbedaan antara jantung dan perikardium juga tidak mungkin terlihat. Lokasi ruang jantung dan pembuluh darah besar dapat digambarkan menggunakan analogi muka



24



jam. Dengan ini, sebuah jam secara mental ditumpangkan pada siluet jantung, dan struktur kardiovaskular diberi titik waktu tertentu. Metode ini membantu dalam mengidentifikasi segmen kardiovaskular yang membesar. Pada anjing terdapat variabilitas individu dan ras terkait dalam penampilan thorax dan siluet jantung, namun penampilan struktur kardiovaskular pada kucing, cenderung mirip antar individu dan ras. Perubahan tertentu dapat terjadi karena faktor pertambahan usia : sumbu panjang jantung mengasumsikan orientasi sejajar dengan tulang dada, dan tonjolan menonjol berkembang terkait dengan lengkung aorta. Evaluasi radiografi pasien hewan untuk penyakit kardiovaskular sedikit sulit untuk dilakukan. Siluet jantung harus menempati sekitar dua pertiga dari ketinggian rongga dada pada pandangan lateral. Lebar siluet jantung kira-kira 2 hingga 2,5 ruang interkostal pada kucing. Panjang jantung diukur dari bifurkasio trakea ke apeks jantung, dan lebar jantung diukur tegak lurus terhadap sumbu panjang jantung pada lebar terbesar dari siluet jantung. Mulai dari ujung kranial dari vertebra torakalis keempat, panjang dan lebar siluet jantung diukur berdasarkan jumlah vertebra toraks dan dijumlahkan. Skor jantung vertebral normal pada kucing 7,5 ± 0,3.



Gambar 25. Pengamatan radiografi jantung kucing dengan aspek lateral (kiri) dan ventrodorsal (kanan). 2. Pembuluh Darah Thoraks Aorta



meninggalkan



aspek



kranial



jantung



dan



awalnya



membentuk lengkung aorta. Aorta desendens terletak di dalam ruang



25



mediastinum ventral dan sedikit ke kiri vertebra dan memasuki abdomen melalui hiatus aorta (Gambar 25). Vena cava caudal terletak di antara siluet jantung dan diafragma, di sebelah kanan vertebra pada tampilan ventrodorsal, dan di tengah dada dan ditumpangkan dengan lobus paru aksesori pada tampilan lateral. Pembuluh darah mediastinum kranial (vena cava kranial, trunkus brakiosefalika, arteri subklavia kiri) saling bersilangan dan tidak dapat dibedakan. 3. Pembuluh Darah Paru Arteri pulmonalis utama (truncus pulmonalis) terbagi menjadi arteri pulmonalis lobar kanan dan kiri pada tingkat bifurkasio trakea (Gambar 26). Pada pandangan lateral, arteri pulmonalis lobar kaudal kiri terletak di dorsal dan arteri pulmonalis lobar kaudal kanan terletak di bagian ventral bronkus utama. Cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis berjalan sejajar dengan bronkus yang sesuai. Arteri dan vena memiliki diameter yang sama pada tingkat yang sama dan bercabang menjadi pembuluh darah yang lebih kecil di pinggiran paru-paru.



Gambar 26. Pengamatan radiografi toraks aspek lateral memperlihatkan ogan jantung beserta organ lain di sekitarnya.



Gambar 27. Pengamatan radiografi thoraks melalui aspek ventrodorsal memperlihatkan pembuluh darah paru. 26



INDIKASI Indikasi untuk pemeriksaan radiografi sistem kardiovaskular di antaranya adalah: 1. Murmur jantung pada pasien simtomatik atau asimtomatik, dyspnoea, asites atau gejala lain dari gagal jantung kongestif. 2. Tindak lanjut pada pasien yang dirawat secara medis untuk dekompensasi jantung. 3. Kardiomegali dan mikrokardia. 4. Penyakit jantung kongenital. 5. Patent Ductus Arteriosus (PDA). 6. Stenosis pulmoner. 7. Stenosis subaortis. 8. Ventricular Septal Defect (VSD). 9. Tetralogy of fallot. 10. Displasia katup mitral dan tricuspidalis. 11. Vena cava kranial persisten. 12. Arcus aorta kanan persisten. 13. Peritoneo-pericardial diaphragmatic hernia. 14. Katup arterioventrikular endokardiosis. 15. Cardiomyopathy. 16. Neoplasia jantung. 17. Efusi perikardium dan Pneumoperikardium. 3.6 Rontgen Bagian Traktus Gastrointestinal 1. Esophagus Kerongkongan normal biasanya kosong dan jarang terlihat pada radiografi thoraks



pada



kucing



karena



lokasinya



di dalam



mediastinum dan siluet dengan otot dan struktur mediastinum yang berdekatan. Pada radiografi thoraks lateral kiri, kerongkongan toraks caudal normal kadang-kadang mengandung sejumlah kecil cairan dan dapat divisualisasikan sebagai opasitas jaringan lunak tubular samar antara aorta desendens dan vena cava caudal. Penampilan ini jarang terjadi pada radiografi lateral kanan. Gas dapat menumpuk secara



27



fokal di kerongkongan pada hewan yang tereksitasi, dibius, dan dispnea atau di bawah anestesi umum, akumulasi gas. Anestesi umum atau aerophagia bahkan dapat menyebabkan dilatasi esofagus yang parah, yang dapat tampak identik dengan megaesophagus patologis. Pada kucing, sepertiga lapisan otot terdiri dari otot polos, yang tersusun miring menciptakan pola lurik pada esofagram kontras. Sfingter esofagus kaudal dibentuk oleh penebalan fokus otot polos esofagus muskularis, pertemuan lipatan lambung yang berorientasi melintang, dan selempang otot yang dibuat oleh krus kanan diafragma dan otot polos oblik dalam dari kurvatura minor perut. Indikasi



radiografi



esofagus



adalah



motilitas



esofagus,



gastroesofagus, benda asing di esophagus, striktur esophagus, perforasi esophagus, divertikulum esophagus, disfagia, vaskular dan varises esophagus.



Gambar 28. Pengamatan radiografi sisi caudal esofagus kucing 2. Lambung Posisi lambung merupakan salah satu parameter yang umum digunakan sebagai indikator ukuran hati. Secara umum bahwa jika hati normal, garis yang menghubungkan fundus lambung dengan pilorus lambung pada radiografi lateral akan berkisar antara tegak lurus dengan tulang belakang atau miring sedemikian rupa sehingga sumbu lambung sejajar dengan ruang intercostal. Jika aksis lambung meluas di luar kisaran ini, ke arah kranial atau kaudal, maka kemungkinan ukuran hati yang mengecil atau bertambah harus dipertimbangkan. Lokasi garis tengah pilorus lambung (P). Pilorus lebih mudah diidentifikasi ketika ada barium di perut (B). Gelombang



28



di antrum pilorus yang terlihat pada A dan B disebabkan oleh peristaltik normal. Indikasi radiografi lambung adalah dilatasi lambung dan ascites



Gambar 29. Pengamatan radiografi Ventodorsal esofagus kucing. 3. Usus Halus Usus halus memiliki segmen yang tetap dan dapat digerakkan. Pada kucing, fleksura kranial biasanya membentuk sudut yang lebih tajam dengan pilorus dan terletak lebih dekat ke garis tengah. Duodenum desendens



berjalan



dalam



lingkaran



melengkung



lembut,



memposisikan fleksura duodenum caudal di sekitar midabdomen. Posisi sisa usus halus sama dengan anjing. Variasi posisi umum usus halus yang terlihat pada anjing dan kucing normal meliputi (1) perut penuh yang menggeser usus ke arah kaudal. (2) kandung kemih yang membuncit menggeser usus ke arah kranial. (3) lemak intraperitoneal pada kucing gemuk yang menyebabkan usus halus terletak di tengah atau di sisi kanan. (4) pada kucing yang sangat gemuk, lemak memindahkan usus ke daerah tengah rongga perut. (5) pada anjing gemuk, usus menempati bagian ventral dari rongga perut yang terjumbai. Perubahan posisi di usus kecil juga bisa menjadi indikasi penyakit pada organ yang berdekatan. Indikasi radiografi usus halus adalah obstipasi, obtruksi usus, dan parasit usus.



Gambar 30. Pengamatan radiografi dorsoventral 29



4. Usus Besar Usus besar kucing terdiri dari sekum, kolon, rektum, dan lubang anus dan sekum. Sekum bergabung dengan usus besar melalui persimpangan cecocolic. Gas intraluminal dan bentuk karakteristik memungkinkan pengenalan sekum di perut bagian tengah kanan pada sebagian besar radiografi survei. Sekum kucing jarang mengandung gas atau feses. Rektum adalah bagian terminal dari usus besar, dimulai dari bagian atas panggul dan berakhir di lubang anus. Indikasi radiografi usus besar adalah adanya benda asing pada usus besar, hernia dan perpindahan usus.



Gambar 31. Pengamatan radiografi sisi lateran kucing 3.7 Rontgen Bagian Traktus Urinarius A. Traktus Urinarius Bagian Atas 1. Ginjal Ginjal adalah organ retroperitoneal yang terletak berdekatan dengan otot-otot sublumbar di kedua sisi aorta perut dan vena cava caudal. Ginjal kanan terletak lebih kranial daripada kiri. Ginjal kanan terletak di vertebra L1-L4 dan ginjal kiri terletak di L2-L5. Ginjal kiri seringkali dapat dengan mudah dipalpasi pada pemeriksaan fisik, ginjal kanan bagian kranial mungkin lebih sulit untuk diraba karena lokasinya berdekatan dengan tulang rusuk dan hati. Ukuran ginjal normal pada kucing telah ditentukan secara radiografi dengan menghitung rasio panjang ginjal terhadap panjang tubuh vertebra lumbalis kedua. Ginjal normal memiliki opasitas jaringan lunak yang homogen, meskipun deposisi lemak di pelvis ginjal pada kucing dapat



30



menyebabkan



radiolusensi sentral fokal.



Ginjal



normal



digambarkan dengan halus oleh kapsul hyperechoic tipis dan memiliki perbedaan yang jelas antara korteks dan medula. Pelvis ginjal dikelilingi oleh sinus hyperechoic, yang mengandung jaringan fibrosa padat dan lemak, terutama pada kucing yang kelebihan berat badan. Ukuran ginjal normal pada kucing berkisar antara 3,0 dan 4,3 cm.30-31 Pada anjing, ukurannya jauh lebih bervariasi tergantung pada berat badan dan konformasi.



Indikasi radiografi ginjal adalah urolitiasis,



nefropati toksik, dan limfoma ginjal.



Gambar 32. Pengamatan radiografi Lateral (A) dan ventrodorsal (B). 2. Ureter Ureter terdiri dari otot polos dengan lapisan longitudinal dalam dan lapisan sirkular tengah. Lapisan longitudinal luar juga ada dan paling baik dikembangkan berdekatan dengan kandung kemih. Di sekitar otot polos terdapat lapisan adventitia yang mengandung pembuluh ureter, limfatik, dan lemak. Saraf ureter berasal dari saraf simpatis, parasimpatis, dan sensorik. Ureter normal biasanya tidak terlihat pada radiografi, tetapi bagian distal ureter



serta



vesicoureteral junction



dapat dilihat



menggunakan transduser resolusi tinggi. Ureter normal lebarnya tidak lebih dari 2 sampai 3 mm. Mereka berakhir di aspek dorsal leher kandung kemih, di mana mereka melengkung secara kranial untuk jarak pendek sebelum memasuki dinding. Dinding hyperechoic tipis dan gelombang peristaltik sesekali dengan bolus kecil cairan yang melewatinya dapat terlihat pada ureter



31



normal. Pemberian diuretik diperlukan untuk meningkatkan produksi urin dan mengubah berat jenis urin yang dihasilkan dibandingkan dengan urin yang sudah ada di kandung kemih ini akan meningkatkan frekuensi dan vis ibilitas ureter. Indikasi radiografi ureter adalah trauma ureter.



Gambar 33. Pengamatan radiografi ureter menggunakan intravenous urography (IVU). B. Traktus Urinarius Bagian Bawah 1. Vesika Urinaria Kandung kemih terletak di dalam rongga peritoneum dan melekat pada dinding perut melalui ligamen peritoneal dua lapis yang longgar. Ligamentum median ventral, yang dapat dipotong sebelum sistotomi, adalah struktur yang sangat tipis yang menghubungkan kandung kemih ke linea alba dan simfisis panggul. Kandung kemih adalah reservoir untuk urin dan ukurannya



bervariasi,



tergantung



pada



volume



yang



dikandungnya dan posisi kandung kemih juga bervariasi. Pada kucing, kandung kemih tetap berada di dalam perut ekor, bahkan ketika kosong. Pada hewan jantan, saluran deferen melewati punggung ke kandung kemih, pada betina, serviks dan corpus uteri berdekatan dengan vesica urinaria dorsalis. Kandung kemih memiliki apex, corpus, dan neck. Urothelium kandung kemih terdiri dari mukosa yang terdiri dari sel epitel transisional, dan submukosa, yang mengandung jaringan ikat. Kandung kemih yang normal memiliki dinding yang relatif tipis tetapi menjadi menebal



32



ketika sakit. Urothelium ditutupi oleh lapisan otot polos (otot detrusor). Serosa adalah lapisan terluar dari kandung kemih. Otot detrusor memiliki serat otot interdigitasi miring yang menyambung dengan otot polos uretra, sehingga tidak ada sfingter internal yang berbeda secara anatomis pada sambungan vesikourethral. Indikasi radiografi vesika urinaria adalah cystitis dan urolithiasis.



Gambar 34. Pengamatan radiografi vesika urinaria (A) Posisi lateral recumbency, (B) Posisi ventrodorsal. 3.8 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Diagnosis Rontgen pada Kucing A. Kelebihan dan Kekurangan Radiografi Sumber Energi Sinar X 1. Radiografi Konvensional Dosis radiasi rendah. Lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada tulang. Namun, hasil gambaran tidak detail, tidak bisa melihatkan bagian terkecil dari suatu organ (misalnya, pembuluh darah dan soft tissue) dan sering terjadi superposisi antar organ untuk beberapa posisi, karena hasil citra dalam bentuk 2D. Waktu pemeriksaannya relatif singkat kecuali pemeriksaan dengan media kontras. Dengan Mobile x-ray bisa berpindah-pindah sehingga sangat bermanfaat bagi pasien emergensi dan tidak memakan waktu lama. Dapat menyebabkan ionisasi jaringan, apabila yang diterima pasien dosis yang sangat besar dapat mengakibatkan aritema kulit karena radiasi yang ditimbulkan oleh sinar-X. Resiko yang lain adalah jangka panjang. Termasuk murah dibandingkan dengan modalitas yang lain (ekonomis).



33



2. Fluoroscopy Dosis radiasi besar. Melihat organ secara real time. Dosis radiasi yang digunakan tinggi karena waktu pemeriksaan yang lama. Waktu pemerikasaan lebih lama dibandingkan radiografi konvensional. Dapat menyebabkan ionisasi jaringan karena radiasi yang ditimbulkan dari sinar X, alergi media kontras pada pasien dengan resiko alergi. Masih dalam katagori murah. B. Meminimalkan Risiko Bahaya Sinar Langkah-langkah dapat diambil untuk memastikan bahwa dosis serendah yang dapat dicapai secara wajar. Prinsip ALARA (as low as reasonably achievable) bertujuan untuk menurunkan dosis radiasi di tempat kerja dengan memanfaatkan langkah-langkah praktis dan hemat biaya. Untuk mempertahankan dosis serendah mungkin, staf veteriner harus mengikuti tiga prinsip keselamatan sederhana: 



Waktu: Gunakan waktu pemaparan sesingkat mungkin, batasi waktu dalam rangkaian sinar-X, dan hindari pengambilan gambar ulang.







Jarak: Berjarak sejauh mungkin dari sumber radiasi dengan menggunakan



obat penenang



pada



pasien



untuk



yang



memungkinkan memungkinkan restrain dan handling secara hands-free. 



Pelindung: Gunakan bahan penyerap seperti celemek timbal, sarung tangan, dan pelindung tiroid, serta pelindung permanen untuk menangkap sinar-X.



34



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Radiografi



merupakan



sarana



penunjang



diagnostik



yang



telah



berkembang pesat dalam dunia fisika medis yang bertujuan untuk kesejahteraan dengan cara menggunakan sinar pengion seperti sinar X dan sinar gamma untuk membentuk bayangan objek yang dikaji dalam film. Komponen penyusun Rontgen adalah Light Barrier, Konveyor, Motor Control Board, Motor, Digital Image Processing Unit, Motherboard, Satu Daya PC, Control System, Image Storage, X-ray Control Board, X-Ray Generating, Diode Array Board, Monitor, dan Control Panel. Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan rontgen pada kucing ini dilakukan dari banyak faktor, yang termasuk persiapan terhadap hewannya, operator, dan sarana seperti ruangan dan alat radiografi itu sendiri. Pada radiografi kucing bisa dilakukan rontgen pada bagian kepala dan leher, thoraks, abdomen, respirasi, kardiovaskular, trakus gastrointestinal, trakus urinarius, dan bagian genitalia. Meminimalkan risiko bahaya sinar pada kucing yaitu dengan mengatur waktu, jarak, dan memakai pelindung untuk pemeriksa. 4.2 Saran Kami berharap paper ini bisa menjadi pedoman dan sarana belajar bagi mahasiwa FKH untuk mempelajari mengenai Rontgen pada Kucing di Indonesia.



35



DAFTAR PUSTAKA Arisuddin, TM. 2016. Bagian-bagian Mesin X-Ray di Bandara. https://nyakmad.blogspot.com/2016/08/bagian-bagian-mesin-x-ray-dibandara.html. Diakses pada tanggal 28 September 2021 Awang Teja Satria. 2019. Pendekatan Diagnosa Endocarditis Pada Anjing Mini Pomeranian.Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana Swiss Bel-inn Kristal Kupang. Bansal GJ. 2006. Digital radiography. A comparison with modern conventional imaging. Postgrad Med J; 82; 425-8 Bîrsan, O., Andrei, B., Diana, M., dan Vulpe, V. 2016. Cardio-Thoracic Ratio Evaluation of Cardiac Sihlouette Compared with the Vertebral Heart Scale in Cats. Bulletin UASVM Veterinary Medicine. 73(1): 36-39. Corwin, T. S., & Cadeddu, J. A. (2001). Radio frequency coagulation to facilitate laparoscopic partial nephrectomy. The Journal of urology, 165(1), 175-176. Graham, J. P., McAllister, H., Kealy, J. K. (2011). Diagnostic Radiology and Ultrasonography of the Dog and Cat. Britania Raya: Saunders. Hecht, S. (2020). Diagnostic Radiology in Small Animal Practice. Britania Raya: 5m Publishing. M. Fakhrul Ulum, Deni Noviana. 2008. Pemanfaatan Radiografi Sebagai Sarana Diagnostik Penunjang Dalam Dunia Kedokteran Hewan yang Aman Bagi Hewan, Manusia dan Lingkungan. Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klintk. Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Thrall, D. E., & Robertson, I. D. (2015). Atlas of Normal Radiographic Anatomy and Anatomic Variants in the Dog and Cat-E-Book. Elsevier Health Sciences. Thrall, D. E., dan Robertson, I. D. 2016. Atlas of normal radiographic anatomy & anatomic variants in the dog and cat. Missouri: Elsevier. Thrall, DE. 2002. Textbook of Vetrinary Diagnostic Radiology. 4 edition. London: W. B. Saunders Company. Widyananta, B. J., Saleh, C. P., Noviana, D., Rahmiati, D. U., Ulum, M. F., Soehartono, R. H., ... & Zaenab, S. (2017). Atlas of Normal Radiography in the Dogs and Cats. PT Penerbit IPB Press. Widyawati, R., Apritya, D., Wika Adi Pratama, J., dan Fahmi, A. 2020. Lung Change Pattern On Domestic Cat (Felis Silvestris Catus) Exposed By Factory Air Pollution With X-Ray Thorax Interpretation. Jurnal Riset Veteriner Indonesia (Journal of The Indonesian Veterinary Research), 4(2). Wright M. Treat radiation with respect, not anxiety. Veterinary Practice News.



36