Pengkajian Hematologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGKAJIAN FISIK SISTEM HEMATOLOGI Kebayakan evaluasi dari system hematology berdasarkan pada riwahyat kesehatan. Dimana konsekuensinya, perawat harus punya kemampuan keilmuan untuk menanyakan /mengkajitentag riwayat kesehatan untuk menemukan masalah pasien yang berkaitan dengan gangguan system hematology. Berikut ini dapat ditampilkan kemungkinan data yang dapat ditemukan pada pasien yang mengalami gangguan system hematology: 1. Data Subjektif 1.1. Riwayat Kesehatan Yang Lalu Perawat melakukan pengkajian riwayat kesehatan masa lalu dengan interview apakah pasien menderita: anemia, leukemia, mononukleosus, malabsorpsi, gangguan liver: hepatitis, sirosis; tromboplebitis atau trombosis; gangguan limpa 1.1.1. Persepsi Sehat-Pola Penanganan Kesehatan Perawat mengkaji persepsi sehat-pola penanganan kesehatan pasien, apakah pasien merasakan kekurangan energi/lemah, merokok atau minum alcohol, pernah menerima transfuse. Apakah pasien pernah menderita salah satu dari: SLE, leukemia, myelodisplastik syndrome, infeksi Ebstein-Barr virus, sytomegalovirus, rubella virus, hepatitis virus (A,B, atau C), infeksi saluran nafas atas, atau bastroenteritis, infeksi HIV, ketergantungan obat (bila ya, jenis obat-obatan apa yang di konsumsi), pembedahan, trauma kepala, sakit kepala, pandangan berkunang-kunang, somnolen, penurunan tingkat kesadaran, perdarahan intracranial.



1.1.2. Kesehatan Keluarga Apakah diantara anggota keluarga ada yang menderita anemia, leukemia, perdarahan, masalah pembekuan. 1.1.3. Pola Metabolisme-Nutrisi Perawat mengkaji apakah pasien mengalami kesulitan makan, mengunyah, menelan, bagaimana selera makan pasein, apakah pasien mengkonsumsi vitamin, suplemen, zat besi, apakah pasien merasa mual, mengalami muntah, perdarahan, memar, perubahan



kondisi kulit, keringat malam, intoleransi terhadap suhu/iklin yang dingin, pembengkakan pada lipatan ketiak, leher, lipatan paha. 1.1.4. Pola Eliminasi Perawat mengkaji apakah pasien mengalami buang air besar berwarna hitam atau seperti ter, kencing berdarah, urine output berkurang, diare, menorrhagia, ekimosis, epistaxis. 1.1.5. Pola Latihan-Aktifitas Perawat mengkaji apakah pasien mengalami rasa lelahan yang berlebihan, bernafas pendek-pendek saat istirahat dan/atau saat beraktifitas, mengalami keterbatasan gerak sendi, gait yang tidak baik, perdarahan dan/atau memar setelah beraktifitas. 1.1.6. Pola Istirahat-Tidur Perawat mengkaji apakah pasien mengalami rasa lelahan dan/atau kelelahan yang lebih dari biasanya, merasa baik setelah beristirahat. . 1.1.7. Pola Persepsi-Kognitif Perawat mengkaji apakah pasien mengalami mati rasa, rasa geli, masalah penglihatan, pendengaran, pengecapan, perubahan fungsi mental, nyeri tulang, sendi, abdominal, perut kembung, nyeri sendi saat melakukan gerakan, nyeri otot. Pola Konsep-diri-Persepsi-diri Perawat mengkaji apakah pasien merasa: masalah kesehatannya membuat perasaan berbeda tentang dirinya sendiri, perubahan fisik yang menyebabkan distress. 1.1.8. Pola Berhubungan-Peran Perawat mengkaji apakah pasien bekerja pada lingkungan yang kontak dengan bahanbahan yang merusak/merugikan, apakah pasien merasakan bahwa penyakitnya merubah peran dan hubungan dirinya dengan orang lain. 1.1.9. Pola Reproduksi-Seksual Perawat mengkaji apakah pasien mempunyai masalah hematology yang menyebabkan masalah seksual, wanita: kapan mens terakhir, siklus normal, berapa lama mengalami perdarahan tiap siklus, peningkatan pembekuan, volume mensturasi, pria: mengalami impotensi 1.1.10. Pola Toleransi Stres-Koping



Perawat mengkaji apakah pasien mempunyai system dukungan (keluraga, teman, organisasi, dll) yang dapat menolong, bagaimana strategi koping yang digunakan selama sakit. 1.1.11. Pola Keyakinan-Nilai Perawat mengkaji bagaimana pengetahuan/pendapat pasein tentang transfuse darah, apakah pasien mempunyai konflik antara rencana terapi dan sisteem keyakinan-nilai yang di anut. 1.1.12. Obat-obatan Perawat mengkaji apakah klien pernah menggunakan obat-obatan: 1. Asam Aminosalisilik (Pamisil, PAS) yang berfungsi sebagai anti tluberkulin: dapat menyebabkan leukositosis sekunder terhadap hipersensitivitas dan anemia. 2. Amphotericin B (Fungizone) yang berfungsi sebagai anti fungal : dapat menyebabkan penurunan agregasi platelet, perpanjangan waktu perdarahan. 3. Asam Asetilsalisilik (aspirin) dan aspirin yang mengandung bahan (seperti: Empirin,



Percodan)



yang



berfungsi



sebagai



analgesik,



antipiretik,



antiinflamatori: dapat menyebabkan anemia, leucopenia. 4.



Azathioprine (Imuran) yang berfungsi sebagai immunosuppressi: anemila, leucopenia, trombositopenia. Carbamazepine (Tegretol) anti kejang: anemila, leucopenia, trombositopenia. Chloramphenicol (Chloromycetin) antibiotic: Anemia, neutropenia, trombositopenia.



5. Chlorothiazide (Diuril) yang berfungsi sebagai diuretic: Trombositopenia (kadang-kadang). 6. Kontrasepsi oral dan diethylstilbestrol yang berfungsi untuk control kelahiran, gejala



menopausal,



perdarahan



uterin,



kanker



prostate



dan



dapat



menyebabkan: Peningkatan factor II, V, VII, VIII, IX, X; peningkatan trombin; penurunan protrombin dan parsial tromboplastin time (PTT); peningkatan koagulasi dan pembentukan tromboemboli. 7. Diphenylhydantoin (Dilantin) yang berfungsi sebagai anti kejang, antiaritmia: anemia. 8. Epinephrine (Adrenalin) yang berfungsi sebagai simpatomimetik dan dapat menyebabkan: leukositosis. 9. Glucocorticoid (Prednisone) yang berfungsi sebagai antiinflamatori dan dapat menyebabkan: limphopenia, neutropilia.



10. Isoniazide (INH) yang berfungsi sebagai antituberkulin dan dalpat menyebabkan: neutropenia. 11. Methyldopa (Aldomet) yang berfungsi sebagai antihipertensi dan dalpat menyebabkan: anemia hemolitik. 12. Phenacetin (APC, bahan Empirin) yang berfungsi sebagai analgesic, antipiretik yang dapat menyebabkan: anemia. 13. Phenylbutazone (Butazolidin) yang berfungsi sebagai antiiflamatori yang dapat menyebabkan: Anemia, leucopenia, neutropenia, trombositopenia. 14. Procaiamide hydrochloride (Pronestyl) yang berfungsi sebagai antiaritmia yang dapat menyebabkan: agranulositosis. 15. Quinidine



sulfate



yang



berfungsi



sebagai



antiaritmia



yang



dapat



menyebabkan: Agranulositosis, anemia, trombositopenia. 16. Trimethoprime-sulfamethoxazole (Bactrim, Septra) yang berfungsi sebagai antibacterial yang dapat menyebabkan: anemia, leucopenia, neuutropenia, trombositopenia. 17. Agen Antineoplastic yang berfungsi sebagai immunosuppressi, malignansi yang dapat menyebakan: anemia, leucopenia, trombositopemia. 18. Agen Nonsteroidal Anti-inflammatory yang berfungsi sebagai antiiflamtori, analgesi, antipiretik yang dapat menyebabkan: inhibisi agregasi platelet. 19. Qinidine atau quinine, obat penguat pada minuman keras, pemberi rasa pahit pada minuman keras dapat menyebabkan purpura. 20. Heparin



untuk



antikoagulasi



dapat



menyebabkan:



trombositopenia/pseudotrombositopenia.



2. Data Objektif 2.1. Pemeriksaan Fisik Perawat melakukan pengkajian dengan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi untuk mengidentifikasi apakah terdapat tanda dan gejala sebagai berikut : 2.1.1. Kulit. Kulit akan tampak pucat karena berkurangnya jumlah hemoglobin (anemia); kemerah-meahan karena menigkatnya jumalah hemoglobin (polisitemia); jaundis karena penumpukan pigmen empedu yang disebabkan oleh hemolisis yang cepat atau berlebihan; purpura, peteki, ekkimosis, hematom yang disebabkan oleh defisiensi hemostatik factor pembeku yang menyebabkan perdarahan di kulit; ekskoriasi dan



pruritus disebabkan oleh garukan pada kulit karena rasa gatal sekunder terhadap gangguan seperti penyakit Hodgkin dan peningkatan jumlah bilirubin; ulser pada tungkai disebabkan oleh penyakit sikel sel terutama terjadi pada bagian maleolus pergelangan kaki; perubahan warna menjadi kecoklatan disebabkan oleh hemosiderin dan melanin dari eritrosit yang pecah dan deposit zat besi sekunder terhadap transfuse zat besi yang berlebihan; sianosis disebabkan oleh penurunan hemoglobin; telengiektasis disebabkan oleh hiperemik spot disebabkan oleh dilatasi kapiler atau pembuluh darah yang kecil dan angioma kecil dan cendrung mengalmi perdarahan; angioma disebabkan oleh tumor benigna pada pembuluh darah atau getah bening; spidernevi disebabkan oleh dilatasi kapiler-kapiler yang tampak seperti sarang labalaba, hal ini berhubungan dengan penyakit liver dan peningkatan kadar estrogen pada kehamilan. 2.1.2. Kuku. Pada bagian kuku akan telihat dan teraba rigid memanjang, datar dan cekung yang disebabkan oleh anemia defisiensi zat besi yang kronik. 2.1.3. Mata. Bagian-bagian dari mata dapat terlihat jaundis pada sclera yang disebabkan oleh penumpukan pigmen empedu karena hemolisis yang berlebihan atau cepat; pucat pada konjungtiva disebabkan karena penurunan jumlah hemoglobin (anemia); perdarahan pada retina disebabkan oleh trombositopenia dan anemia; dilatasi vena-vena akibat polisitema. 2.1.4. Mulut. Sekitar mulut akan terlihat pucat karena penurunan jumlah hemoglobin (anemia); ulserasi gusi dan mukosa karena anemia berat dan neutropenia; infiltrasi pada gusi (membengkak, kemerahan, perdarahan) disebabkan oleh leukemia ; tekstrur lidah halus oleh karena anemia pernicious dan deriseinsi zat besi. 2.1.5. Kelenjar getah bening. Teraba lunak karena respon normal terhadap infeksi pada bayi dan anak, adanya invasi kanker pada orang dewasa, pembesaran akibat infeksi, infiltrasi benda asing, atau gangguan metabolic terutama lemak. 2.1.6. Dada.



Tampak



pelebaran



mediastinum



karena



pembesaran



nodus



lymph;



teraba



tenderness/perlunakan pada seluruh bagian sternal karena kondisi leukemia yang menyebakan erosi tulang; tenderness sternal local karena myeloma multiple akibat dari peregangan periosteum; terdengar takikardia karena mekanisme kompensatori pada anemia untuk meningkatkan kardiak output; teraba tekanan pols melebat karena mekanisme kompensatori pada anemia untuk meningkatkan kardiak output dengan meningkatkan volume sekuncup; terdengar murmur karena biasanya murmur sistolik akan mucul pada anemia disebabkan oleh peningkatan jumlah dan kecepatan dari viskositas rendah melalui katup pulmonik; terdengar bruit (terutama karotis) karena kecepatan dari viskositas darah yang rendah melalui katub pulmoni; angina pectoris karena peningkatan aliran darah dengan viskositas rendah melalui pembuluh darah; hipertensi dan bradikardia karena anemia. 2.1.7. Abdomen. Dari palpasi ditemukan hepatomegali akibat dari leukemia, sirosis atau fibrosis sekunder terhadap kelebihan zat besi pada sikel sel atau thalasemia; spenomegali karena leukemia, lymphoma, mononucleosis; dari auskultasi akan terdengar bruit dan rub akibat infraksi splenik.



2.1.8. System saraf. Dari hasil pemerisaan sensasi getar, propriosepsi/posisi, nyeri, sentuhan, getaran dan reflek tendon ditemukan kerusakan fungsi system saraf karena defisiensi cobalamin atau penekanan dari saraf oleh massa. 2.1.9. Punggung dan ekstremitas. Pasien mengeluh nyeri punggung, yang merupakan penyebab adalah reaksi hemolitik akut dari nyeri panggul karena ginjal berperan dalam lproses hemolisis; multiple myeloma dari pembesaran tumor yang meregang periosteum atau kelemahan jaringan penyokong yang menyebabkan strain ligament dan spasme otot; dan penyakit sikel sel. Dari inspeksi akan tampak peteki akibat dari tirah baring pada kondisi pasien yang mengalami trombositopenia. Athralgia yang disebabkan oleh leukemia karena adanya penyakit pada tulang : sumsum tulang, dan sikel sel dari hemartrosis.



Pasien juga akan mengeluh nyeri tulang akibat invasi sel leukemia ke tulang, demineralisasi akibat dari hematopoietik dan malignansi yang padat meningkatkan kemungkinan patah tulang patologi, dan penyakit sikel sel.



2.2. Laboratorium 2.2.1. Hitung Darah Lengkap Perawat melakukan pengkajian kolaborasi untuk mengetahui apakah pemeriksaan komponen darah lengkap masih dalam batas normal atau tidak, rinciannya dapat dilihat dalam table dibawah ini: Studi Hb



Deskripsi dan Tujuan Nilai Normal Mengukur kapasitas pengangkutan gas oleh Wanita: 12-16 g/dl (120sel darah merah 160 g/L) Pria: 13.5-18 g/dl (135180 g/L)



Hct



Mengukur volume sel dari darah merah yang Wanita: 38-47 % (38-47) diekspresikan sebagai persentasi dari volume Pria: 40-54 % (40-54) darah total



Total RBC



Wanita 4,0-5,0 X 10 Hitung jumlah sel darah merah dalam pangkat 6/µl (4,0-5,0 X sirkulasi 10 pangkat 12/L) Pria: 4,5-6,0 X 10 pangkat 6/µl (4,5-6,0 X 10 pangkat 12/L)



Isi sel darah merah 82-98 fl MCV (mean Membedakan ukuran relative sel darah corpuscular merah, kekurangan MCV refleksi dari volume) mikrositosis, penigkatan MCV refleksi makrositosi 23-33 pg MCH (mean Mengukur rata-rata berat dari Hb/RBC; corpuscular MCH yang rendah indikasi dari mikrositosis haemoglobin) atau hipokromia, MCHC meninggi dari makrositosis 32-36% (0,32-0,36) MCHC (mean Evaluasi saturasi RBC dengan Hb; MCHC corpuscular rendah indikasi dari hipokromia, MCHC haemoglobin tinggi terjadi pada spherocytosis concentration) 4.000-11.000/µl (4-11 WBC Mengukur jumlah total leukosit pangkat 9/L) WBC Membedakan masing-masing bagian sel Neutropil: 50-70% dilferensial darah putih, membedakan nilai absolute (0,50-0,70)



dengan mengalikan persentasi tipe sel oleh Eusinopil: 2-4% (0,2jumlah total sel darah putih dan membagi 0,4) dengan 100 Basopil: 0-2% (0-0,2) Lymposit: 20-40% (0,20-0,40) Monosit: 4-8% (0,4-0,8) Platelet



150.000-400.000 /µl Mengukur jumlah platelet untuk (150-400 X 10 pangkat mempertahankan fungsi pembekuan (tidak 9/L) mengukur kualitas fungsi platelet)



2.2.2. Pemeriksaan Factor Pembekuan Perawat melakukan pemeriksaan kolaboratif untuk menilai apakah factor pembekuan dalam batas normal atau tidak, dapat dilihat dalam table dibawah ini: Studi Jumlah platelet



Deskripsi dan Tujuan Hitung jumlah dari platelet dalam sirkulasi



Nilai Normal 15.000400.000/µl



Protrhrombin time (PT)



Pengkajian koagulasi ekstrinsik dengan mengukur 12-15 sec factor I, II, V, VII, X



International normalized ratio (INR)



Standarisasi system dari PT berdasarkan referensi 2.0-3.0* model kalibrasi dan dihitung dengan membandingkan PT pasien dengan nilai control



Activated partial thromboplastin time (APTT)



Pengkajian koagulasi inntrinsik dengan mengukur 30-45 sec factor I, II, V, VIII, IX, X, XI, XII; memanjang bila menggunakan heparin



Automated coagulation time (ACT)



Evaluasi koagulasi intrinsic; lebih akurat dari APTT; 150-180 digunakan selama dialysis, prosedur bypass arteri koroner, arteriogram



Thromboplastin Refleksi dari generasi tromboplastin; bila abnormal,