Penyakit Kurap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas mata kuliah DASAR EPDEMIOLOGI. Makalah ini membahas tentang “PENYAKIT KULIT (KURAP), semoga dengan makalah ini kita sebaga mahasiswa Kesehatan Masyarakat dapat memambah dan memperluas pengetahuan kita. Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu dosen pembimbing mata kuliah ini serta teman-teman sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar. Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir kata kami mengucapkan terima kasih.



Gorontalo,



Oktober 2019 Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ....................................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. A. Latar Belakang............................................................................................................... B. Tujuan Masalah ............................................................................................................. C. Rumusan Masalah ......................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... A. Sejarah Kurap Di Dunia ................................................................................................ B. Sejarah Kurap Di Indonesia........................................................................................... C. Pengertian Kurap ........................................................................................................... D. Vektor Kurap ................................................................................................................. E. Penyebab Kurap ............................................................................................................. F. Gejala Klinis Kurap ....................................................................................................... G. Diagnosa Kurap ............................................................................................................. H. Proses Terjadinya Penyakit Kurap ................................................................................ I. Cara Penularan Penyakit Kurap ..................................................................................... J. Cara Penyebaran Penyakit Kurap .................................................................................. 1. Pencegahan Penyakit Kurap ..........................................................................................



BAB III PENUTUP ........................................................................................................... A. Kesmpulan ..................................................................................................................... B. Saran .............................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KURAP A. SEJARAH KURAP DI DUNIA Kurap adalah infeksi umum pada kulit dan kuku yang disebabkan oleh jamur. Kurap juga dapat disebut “Dermatofitosis” atau “Tinea”. Di Inggris, Dermatofitosis atau penyakit kurap telah lazim sejak sebelum tahun 1906, dimana kurap di obati dengan senyawa merkuri atau kadang-kadang belerang atau yodium. Area kulit yang berbulu dianggap terlalu sulit untuk dirawat, sehingga kulit kepala dirawat dengan sinar-X dan ditinja lanjuti dengan obat anti jamur. Perawat lain dari sekitar waktu yang sama adalah aplikasi bubuk Araroba. Penyakit kurap juga lebih sering terjadi pada anak-anak di Afrika Amerika hal ini terjadi karena adanya pengaruh kebersihan perorangan, lingkungan yang kumuh dan padat, serta status sosial ekonomi dalam penyebaran infeksinya. B. SEJARAH KURAP DI INDONESIA Kurap atau bisa disebut Dermatofitosis adalah mikosis superfisialis yang banyak ditemukan di negeri tropis yang beriklim panas dan lembab seperti Indonesia. Di Jawa Barat Bramono dan kawan kawan melaporkan dermatofitosis di daerah rural dengan penyebab utama Trichophyton rubrum, sedangkan di Samarinda Kalimantan Timur (2009-2010), dijumpai bahwa dermatomikosis menduduki tempat ke-2 dari 10 besar penyakit kulit dan kelamin, dan dermatofitosis merupakan infeksi terbanyak. Tipe klinis dermatofitosis yang paling banyak ditemukan adalah tinea kruris (41,46%), umumnya laki-laki (54,88%) dengan penyebab utama T. rubrum.



Dermatofitosis di Kalimantan Timur ditemukan di daerah rural maupun urban, di kalangan pekerja industri tambang batubara, supir, pelajar, mahasiswa dan golongan masyarakat lain (Kardhani, 2009). Infeksi T. rubrum merupakan infeksi kronik, sering kambuh dan sulit disembuhkan. Keadaan tersebut mengganggu kualitas hidup penderita, menganggu usaha mencari nafkah, menimbulkan masalah ekonomi yang berkaitan dengan biaya pengobatan dan kemungkinan resistensi jamur terhadap obat



Jamur tersebut bersifat antropofilik, sehingga mudah



ditularkan dari orang ke orang dan menyebabkan infeksi kronik yang sulit disembuhkan. Berdasarkan lokalisasinya, infeksi Trichophyton rubrum dikenal sebagai tinea kruris, tinea fasialis, tinea korporis, tinea pedis. Hingga kini dikenal sekitar 40 spesies dermatofita, masing-masing 2 spesies epidermophyton, 17 species microsporum, dan 21 species trichophyton. Pada tahuntahun terakhir ditemukan bentuk sempurna (perfect stage), yang terbentuk oleh dua koloni yang berlainan “jenis kelaminnya”. Adanya bentuk sempurna ini menyebabkan dermatofita dapat masuk kedalam family gymnoascaceae. Dikenal genus Nannizzia dan arthroderma yang masing-masing dihubungkan dengan genus microsporum dan tricophyton. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia antara lain: 30% dan pekerja penebang kayu di Palembang dan 11,8% dan pekerja perusahaan kayu lapis menderita dermatitis kontak utama Wijaya (1972) menemukan 23,75% dan pekerja pengelolaan minyak di Sumatera Selatan menderita dermatitis akibat kerja, sementara



Raharjo



(1982)



hanya



menemukan



1,82%.



Sumamur



(1986)



memperkirakan bahwa 50-60% dari seluruh penyakit akibat kerja adalah dermatofitosis akibat kerja. Dari data sekunder ini terlihat bahwa dermatofitosis akibat kerja memang mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, walaupun jenis dermatofitosisnya tidak sama. Dan angka insidensi dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari persentase terendah sebesar 4,8 % (Surabaya) hingga persentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus dermatomikosis. C. PENGERTIAN KURAP Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial disebabkan oleh dermatofita yang memiliki kemampuan untuk melekat pada keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi, dengan menyerang jaringan berkeratin, seperti stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku (Verma, 2008). Dermatofita merupakan kelompok taksonomi jamur kulit superfisial. Yang terdiri dari 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton (Djuanda, 2010). Kemampuannya untuk membentuk ikatan molekuler terhadap keratin dan menggunakannya sebagai sumber makanan menyebabkan mereka mampu berkolonisasi pada jaringan keratin (Koksal, 2009). Dermatofitosis tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi berbedabeda pada tiap negara (Abbas, 2012). Penelitian World Health 9 Organization (WHO) terhadap insiden dari infeksi dermatofit menyatakan 20% orang dari seluruh dunia mengalami infeksi kutaneus dengan infeksi tinea korporis merupakan tipe yang



paling dominan dan diikuti dengan tinea kruris, pedis, dan onychomycosis (Lakshmipathy, 2013). D. VEKTOR KURAP Vektor penyakit ini biasanya adalah anjing dan kucing. Kurap dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sempurna, menjaga kebersihan tubuh, dan juga menghindari kontak langsung dengan penderita penyakit kurap. Vektor penyakit kurap juga terjadi karena menggunakan WC umum, olahraga kontak, keringat berlebihan, kontak dengan hewan, obesitas dan juga fungsi kekebalan tubuh yang buruk E. PENYEBAB KURAP Penyakit kurap ini bisa menyebabkan ruam merah bersisik yang kadang terasa gatal dan menyebabkan kerontokan rambut yang bisa meninggalkan bercak pitak, lalu hal yang harus dilakukan adalah dengan segera melakukan pengobatan penyakit kadas pada kulit dengan segera. Kurap sendiri disebabkan oleh berbagai jenis kurap. Penyebab kurap adalah jamur yang hidup di lapisan terluar kulit. Trichophyton, microsporum, dan epidermophyton adalah tiga jenis jamur berbeda yang dapat menyebabkan infeksi ini. Jamur ini juga bisa hidup dalam waktu yang lama sebagai spora di tanah. Dari tanah ke manusia, saat kulit menempel pada tanah yang terinfeksi baik dari hewan atau manusia Jamur penyebab kurap bisa hidup pada benda yang terinfeksi dalam waktu yang cukup lama. Untuk itu, Anda bisa tertular dengan mudah jika keluarga di rumah ada yang terinfeksi penyakit kulit ini.



Jenis organisme penyakit kurap atau bisa disebut dermatofitosis yang berhasil dibiakkan pada beberapa tersebut yakni T. Rubrum, T. Mentegrophytes, M. Cains, M. Gypseum, M. Tonsurans, E. Floccosum, Candida Albicans, C. Parapsilosis, C. Guilliermondii, Pnicillium dan Scopulariosis F. GEJALA KLINIS KURAP Gejala klinis tinea kruris adalah rasa gatal atau terbakar pada daerah lipat paha, genital, sekitar anus dan daerah perineum (Djuanda, 2010). Gejala Klinis tinea kruris yang khas adalah gatal yang meningkat saat berkeringat, dengan bentuk lesi polisiklik / bulat berbatas tegas, efloresensi polimorfik, dan tepi lebih aktif (Abdelal, 2013).Tinea kruris biasanya tampak sebagai papulovesikel eritematosa yang multipel dengan batas tegas dan tepi meninggi. Adanya central healing yang ditutupi skuama halus pada bagian tengah lesi. Tepi yang meninggi dan merah sering ditemukan pada pasien. Pruritus sering ditemukan, seperti halnya nyeri yang disebabkan oleh maserasi ataupun infeksi sekunder. Tinea kruris biasanya dimulai dengan patch merah tinggi di bagian dalam dari salah satu atau kedua paha. Pada laki-laki biasanya pada daerah skrotum menyebar di tengah dengan daerah tepi luar yang sedikit lebih tinggi, merah, dan memiliki perbatasan yang tajam (Risdianto, 2013). 16 Ruam bisa menyebar ke paha, sampai ke daerah kemaluan dan bahkan memanjang sampai ke pantat. Pasien juga merasakan gatal yang menyebabkan ketidaknyamanan dan iritasi yang memberikan sensasi terbakar di daerah yang terkena. Pada kulit pangkal paha biasanya



mengalami pengelupasan atau pecah-pecah, kemungkinan juga menyebar ke daerah anus (Hainer, 2003). G. DIAGNOSA KURAP -



Diagnosis 1. Anamnesis Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan: rasa gatal hebat pada daerah kruris (lipat paha), lipat perineum, bokong dan dapat ke genitalia; ruam kulit berbatas tegas, eritematosa dan bersisik, semakin hebat jika banyak berkeringat (Siregar, 2003). 2. Pemeriksaan fisik Lokalisasi : Regio inguinalis bilateral, simetris. Meluas ke perineum, sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke suprapubis dan abdomen bagian bawah. Effloresensi/sifat-sifatnya: Makula eritematosa numular sampai geografis, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustul. Jika kronik macula menjadi hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya (Siregar, 2003). 3. Pemeriksaan penunjang a. Lampu Wood Lampu wood pertama kali digunakan dalam praktek dermatologi untuk mendeteksi jamur infeksi hair oleh Margaret dan Deveze tahun 1925. Lampu Wood memancarkan radiasi UV gelombang panjang (UVR), juga disebut cahaya hitam, yang dihasilkan oleh tinggi tekanan busur merkuri dilengkapi dengan filter senyawa 18 terbuat dari



barium silikat dengan 9% nikel oksida, yang Filter Wood. Filter ini terlihat buram pada semua sinar kecuali sebuah band antara 320 dan 400 nm dengan puncak pada 365 nm. Dermatofita yang menyebabkan fluoresens umumnya anggota genus Microsporum. Namun, tidak adanya fluoresensi



tidak



selalu



mengesampingkan



tinea



capitis



seperti



kebanyakan spesies Trichophyton, dengan pengecualian T. schoenleinii, yang nonfluoresens. Gambaran Tinea kruris tidak terlihat pada pemeriksaan ini b. KOH (potassium hidroksida): tampak elemen jamur seperti hifa, spora dan miselium (Wolff, 2009) -



Diagnosis Banding Diagnosis banding tinea kruris adalah kandidosis intertrigo, eritrasma, psoriasis, dan dermatitis seboroik. Pada kandidosis intertrigo lesi akan tampak sangat merah, tanpa adanya central healing, dan lesi biasanya melibatkan skrotum serta berbentuk satelit. Eritrasma sering ditemukan pada lipat paha dengan lesi berupa eritema dan skuama tapi dengan mudah dapat dibedakan dengan tinea kruris menggunakan lampu wood dimana pada eritrasma akan tampak fluoresensi merah (coral red). Lesi pada psoriasis akan tampak lebih merah dengan skuama yang lebih banyak serta lamelar. Ditemukannya lesi pada tempat lain misalnya siku, lutut, punggung, lipatan kuku, atau kulit kepala akan mengarahkan diagnosis kearah psoriasis. Pada dermatitis seboroik lesi akan tampak bersisik dan berminyak serta biasanya melibatkan daerah kulit kepala



dan sternum (Adiguna, 2011). 20 Tinea kruris umumnya mudah dikenal secara klinis morfologis, kecuali pada beberapa kasus tertentu. Diagnosis tinea kruris ditegakkan berdasarkan klinis dan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium untuk dermatofitosis yang dilakukan secara rutin adalah pemeriksaan mikroskopik langsung dengan KOH 10-20%. Pemeriksaan mikroskopik langsung untuk mengidentifikasi struktur jamur merupakan teknik yang cepat, sederhana, terjangkau, dan telah digunakan secara luas sebagai teknik skrining awal. Teknik ini hanya memiliki sensitivitas hingga 80% dan spesifisitas hingga 70%. Hasil negatif palsu dapat terjadi hingga pada l5% kasus, bahkan bila secara klinis sangat khas untuk dermatofitosis Pada sediaan KOH 10 sampai 20 persen, tampak hifa bersepta dan bercabang tanpa penyempitan; akan tetapi kultur perlu dilakukan untuk menentukan spesiesnya karena semua spesies dermatofita tampak identik pada sediaan langsung. Kultur jamur merupakan metode diagnostik yang lebih spesifik namun membutuhkan waktu yang lebih lama dan memiliki sensitivitas yang rendah, serta harga yang lebih mahal. Summerbell dkk. di Belanda pada tahun 2005 melaporkan kultur jamur untuk onikomikosis memiliki sensitivitas sebesar 74,6%. Garg dkk. pada tahun 2009 di India melaporkan 21 sensitivitas kultur jamur pada dermatofitosis yang mengenai kulit dan rambut sebesar 29,7% dan spesifisitas 100% (Abdelal, 2013). Menurut Kuswadji (2009), diagnosis banding dari Tinea Kruris yaitu kandidosis. Kandidosis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut



disebabkan oleh spesies candida, biasanya oleh spesies candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina,kulit, kuku, bronchi atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septicemia, endokarditis, atau meningitis. Kandidosis lesi intertrigenosa, didaerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glands penis dan umbilikus, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustulepustul kecil atau bulla yang bila pecah meninggalknan daerah yang erosi, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer Diagnosis banding dari Tinea Kruris yaitu: a. Psoriasis adalah peradangan menahun yang ditandai dengan plak eritematosa dengan skuama lebar, kasar, berlapis dan putih seperti mika. Perjalanan penyakit ini kronis residif. Dapat menyerang perempuan maupun laki-laki dengan resiko yang sama. Mengenai semua umur terutama 30-40 tahun. Faktor genetik mempunyai keterkaitan yang besar dengan psoriasis tipe satu: yaitu psoriasis 23 dengan awitan sebelum berumur 40 tahun. Biasanya psoriasis menempati daerah ekstensor, skalp, siku, lutut, dan bokong. Dapat juga mengenai lipatan (psoriasis inversa) atau palmoplantar (psoriasis plamoplantar). Berbagai bentuk ragam psoriasis dapat dijumpai: Bila ukuran lesi lentikular disebut psoriasis gutata, bentuk tersering adalah psoriasis vulgaris dengan ukuran lebih besar dari lentikular. Selain kulit badan,



psoriasis juga menyerang kulit kepala, kuku, sendi dan mukosa (geographic tounge). b. Dermatitis



Seboroik



Dermatitis



seboroik



merupakan



penyakit



papuloskuamosa yang kronik. Kelainan ini dapat mengenai bayi dan dewasa,dan berhubungan dengan peningkatan produksi sebum (sebore) pada skalp dan area yang memiliki banyak kelenjar sebasea di wajah dan badan. Penyebabnya multifaktorial. Faktor konstitusi sebore, P.ovale, stres, imunokompromais dan kelainan neurologis dapat mendasari penyakit ini. Manifestasi klinisnya bervariasi dari bentuk ringan berupa skuama halus saja seperti pada pitiriasis sika (dandruff) sampai papul eritematosa dengan skuama kasar berminyak dan kekuningan disertai krusta pada area predileksi. H. PROSES TERJADINYA PENYAKIT KURAP



Pada awalnya jamur menempel pada kulit manusia. Keadaan kulit yang cocok dan faktor resiko yang mendukung pertumbuhan jamur akan menyebabkan jamur berkembang biak dengan cepat. Jamur yang tumbuh kemudian mengeluarkan suatu enzim keratolitik yang selanjutnya tumbuh dan berkembang dengan subur di tubuh inang atau manusia. Jamur yang telah berhasil berkembang di tubuh sang inang akan berkembang biak lagi menjadi lebih banyak sehingga terjadilah penyakit kurap. I. CARA PENULARAN PENYAKIT KURAP Infeksi jamur pada kulit bukanlah sesuatu yang jarang terjadi. Nyatanya, infeksi jamur ini sangat umum terjadi dan sering menyerang bagian kulit, seperti kulit kepala, kaki, tangan, kuku, janggut, lipatan paha, badan, dan juga lengan. Infeksi jamur yang terjadi akan sangat mudah menular. Cara penularan infeksi jamur pada kulit, antara lain: 1.



Tertular dari orang lain yang terinfeksi jamur, atau dari manusia ke manusia (anthropopilic). Maksudnya, dengan menyentuh bagian yang terinfeksi jamur pada orang lain maka Anda juga akan tertular infeksi jamur yang sama. Jika Anda tidak sengaja menyentuh orang lain yang terinfeksi jamur, segeralah mencuci tangan Anda dengan sabun dan air yang mengalir, lalu dikeringkan dengan sempurna agar tidak lembap.



2.



Dari lingkungan, termasuk dari tanah (geophilic)



3.



Dari hewan yang terinfeksi (zoophilic) Jadi, cara penularan infeksi jamur ini bukan semata-mata hanya tertular dari sentuhan antar manusia saja, tetapi binatang ataupun tanah yang



mengandung jamur juga dapat menjadi media penularan infeksi jamur. Selain itu, penularan infeksi jamur secara tidak langsung juga dapat terjadi melalui kontak dengan pakaian, handuk, sisir atau benda lainnya yang dihinggapi jamur. Berkontak dengan tanaman ataupun air yang terkena jamur juga dapat menyebabkan Anda tertular infeksi jamur. Terjadinya infeksi jamur ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a. Jika Anda memiliki kulit yang utuh tanpa luka luka kecil maka infeksi jamur akan sulit menyerang Anda. b. Jika Anda memiliki banyak keringat maka infeksi jamur dapat dengan mudah menyerang, terutama pada daerah lipatan, seperti lipat paha, ketiak, dan sela-sela jari. c. Jika Anda kurang menjaga kebersihan diri, maka Anda akan dengan mudah terkena infeksi jamur. Dengan mengetahui cara penularan dan faktor penyebab infeksi jamur di atas, diharapkan kita dapat menjaga diri kita agar dapat terhindar dari infeksi jamur di kemudian hari. Jika ada teman Anda yang memiliki infeksi jamur, sarankan teman Anda untuk segera melakukan pengobatan. Pasalnya, jika infeksi jamur tersebut terus dibiarkan, maka infeksi jamur yang terjadi akan semakin meluas dan dapat menular ke orang lain, termasuk Anda. Sebagai kesimpulan, untuk menghindari diri Anda dari kemungkinan tertular infeksi jamur, hindarilah untuk berkontak langsung dengan



orang/benda yang terinfeksi jamur. Selain itu, hindari juga penggunaan pakaian ataupun celana yang tidak menyerap keringat dengan sempurna, dan gantilah pakaian ataupun celana yang Anda gunakan jika dirasa basah ataupun lembap. Dan yang paling penting adalah jangan berbagi segala sesuatu yang bersifat pribadi dengan orang lain, seperti pakaian, handuk, ataupun sisir. Anda juga harus menjaga kesehatan kuku Anda dengan membiasakan untuk mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan juga sabun agar kuku serta kulit tangan Anda selalu bersih, sehat, dan terhindar dari ancaman infeksi jamur. Tinea kruris menyebar melalui kontak langsung ataupun kontak dengan peralatan yang terkontaminasi, dan dapat mengalami eksaserbasi karena adanya oklusi dan lingkungan yang hangat, serta iklim yang lembab. Kelainan ini terjadi tiga kali lebih sering pada pria bila dibandingkan dengan wanita, dan orang dewasa lebih sering menderita penyakit ini bila dibandingkan dengan anak-anak. Autoinfeksi dari sumber penularan yang jauh letaknya seperti halnya tinea pedis yang disebabkan oleh T. rubrum atau T. mentagrophytes sering kali terjadi (Verma, 2008 J. CARA PENYEBARAN PENYAKIT KURAP Apabila kulit Anda memang sudah bersih, Anda masih bisa mengalami penyakit ini, sebab infeksi jamur ini dapat menyebar, misalnya:



1. Manusia ke manusia Kurap dapat menyebar bila Anda melakukan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi jamur dermatofit, misalnya ketika Anda melakukan kontak kulit ke kulit dengan orang yang terinfeksi. 2. Hewan ke manusia Kurap merupakan salah satu jenis penyakit zoonosis, yakni penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia. Kucing adalah salah satu hewan yang paling sering mengalami kurap. Jika Anda menyentuhnya, bisa saja Anda terinfeksi dan mengalami kurap. 3. Objek ke manusia Ketika Anda menyentuh barang-barang yang sudah disentuh oleh orang yang mengalami kurap, Anda dapat terinfeksi virus tersebut. 4. Tanah ke manusia Kasus ini jarang terjadi, namun memang tanah dapat menjadi perantara penyebaran virus penyebab kurap. Hal ini dapat terjadi ketika Anda menyentuh tanah dalam kurun waktu yang lama. K. DETERMINAN KEJADIAN PENYAKIT KURAP -



Determinan HAE (Host, Agent, Environtment) 1. Host



Penyakit kurap dapat timbul dari manusia satu dengan manusia yang lain sepert berkontak langsung dengan penderita, ketika kulit seseorang berkontak dengan kulit si penderita atau benda-benda yang tercemar dengan jamur tersebut, maka penularan terjadi. Terlebih ketika kulit begitu cocok untuk pertumbuhan jamur. 2. Agen Infeksi kurap yang disebabkan oleh jamur dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan kreatin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke dalam jaringan epidermis dan menmbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhan jamur dengan pola radial di dalam stratum korneum menyebabkan tmbulnya lesi kulit sirsinar dengan batas yang jelas dan meninggi yang disebut ringworm 3. Environtment Penyakit juga dapat timbul pada kondisi yang hangat dan lembab, jika sebelumnya kelembaban terjadi langsung pada kulit itu sendiri, maka penyebab kurap in juga dapat berasal dari lingkungan sekitar yang panas dan lembab. Misalnya ketika musim panas, penderita sering ada di tempat basah. -



Determinan OTW (Orang, Tempat, Waktu) 1. Orang (personal) Penyakit kurap ini bisa menyerang siapapun dan berbagai rentan manusia dan kebanyakan terjadi pada anak anak dan juga pada penderita usia lanjut,



penderita yang mengalami kurap ini disebabkan karena kurang menjaga kebersihan tubuh



2. Tempat (place) Suatu penyakit akan tumbuh didalam tubuh misalnya pada tempat tidur, kamar mandi dan bak air. Kurap juga bisa terserang ketika Anda berbagi benda-benda seperti sikat rambut, topi, sisir, handuk, dan pakaian dengan orang yang telah terinfeksi. 3. Waktu (time) Variabel waktu dapat menganalisis kapan terjadinya pemulihan atau penyembuhan penyakit kurap atau dermatofitosis. L. PENCEGAHAN PENYAKIT KURAP -



Kombinasi 5 pendekatan 1. Promosi kesehatan promosi kesehatan terhadap penyakit kurap penting untuk mencegah terjadinya penyakit ini. Selain itu, edukasi juga penting bagi penderita penyakit kurap untuk memastikan kesembuhan pasien dan memutus rantai penularan penyakit. Pada kasus kurap, promosi kesehatan mengenai bagaimana penyakit ini dapat



ditransmisikan



berperan



sangat



penting



dalam



mencegah



terjadinya penyakit kurap. Seperti menghindari pemakaian handuk yang telah digunakan oleh penderita penyakit kurap. 2. Perlindungan umum khusus Penyakit kurap



memberikan perlindungan khusus terhadap beberapa



jenis jamur trichophyton dan mikrosporum .



Dengan ternak, vaksinasi



sistemik telah mencapai kontrol yang efektif terhadap kurap, kemudian pada vaksin langsung Cekoslowakia terhadap kurap sapi telah digunakan. Di negara-negara Skandinavia program vaksinasi terhadap kurap digunakan sebagai tindakan pencegahan untuk meningkatkan kualitas kulit. 3. Diagnosis awal. Umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morflogi yang khas yaitu bercak-bercak yang terbatas tegas disertai efloresensi-efloresensia yang lain, sehingga memberikan kelainan-kelainanyang polimorfik dengan bagian tepi yang aktif serta berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang. Gejala objektif ini selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini diraguk, maka papula-papula atau vesikel-vesikel akan pecah sehingga menimbilkan darah yang erosit dan bila mengering jadi krusta dan skuama. 4. Disability limition Dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan akibat penyakit kurap dapat dilakukan dengan upaya: mencuci handuk di air hangat menggunakan sabun dan mencegah proses penyakit lebih lanjut dengan melakukan pengobatan dan perawatan khusus menjaga kebersihan tubuh.



5. Rehabilitation Rehabilitasi yang dapat dilakukan dalam mengenai penyakit kurap yaitu : a. Rehabilitasi fisik Pada penyakit kurap biasanya timbul diatas kulit kepala, ditangan, dipaha di kuku dan disela sela jari. b. Rehabilitas mental Rehabilitasi mental dari penderita kurap, penderita harus percaya diri dan tidak merasa malu dengan orang yang ada disekitarnya karena pernah mengalami penyakit kurap. c. Rehabilitasi sosial Rehabilitasi sosial bagi penderita kurap, walaupun mengalami penyakit tersebut, ia masih bisa melakukan kegitan atau aktivitasnya sehari-hari dengan teman sebaya atau masyarakat -



Faktor yang mempengaruhi kesehatan menurut H.L Blum 1. Faktor Perilaku (life style) Penyakit kurap bisa menyerang manusia melalui perilaku atau gaya hidup (life style) karena penderita kurang membersihkan kulit, kurang memperhatikan kebersihan lingkungan, kurang makan-makanan yang bergizi, kurang membersihkan (tangan, kaki dan kuku), serta kurangnya kebersihan rambut. 2. Faktor Lingkungan



Penyakit kurap ini bisa disebabkan oleh lingkungan. Dalam hal ini, lingkungan yang kotor menjad penyebab utama. Mereka yang tinggal di kawasan rawa-rawa sungai yang kotor, dekat dengan pembuangan sampah dan yang lainnya memiliki resiko untuk terkena penyakit kulit. Infeksi jamur pada kulit memang tidak bisa dilihat dengan sesaat mata. Oleh karena itu, tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan diri sebaik-baiknya. Mencuci muka, mencuci tangan sebelum makan, mencuci kaki dan menjaga kebersihan seluruh anggota tubuh adalah tindakan yang mudah dilakukan tetap sering diabaikan. 3. Faktor Pelayanan Kesehatan. Penderita penyakit kurap dokter meresepkan krim antijamur yang dikombinasikan dengan krim steroid ringan. Terapi kombinasi ini biasanya digunakan singkat tidak lebih dari tujuh hari dan dilanjutkan dengan krim antijamur murni setelahnya hingga jamur benar-benar hilang. Steroid mengurangi peradangan dan dapat meringankan gatal dan kemerahan dengan cepat. Namun, steroid tidak dapat membunuh jamur dan krim steroid murni tidak boleh digunakan untuk mengobati jamur kulit. 4. Faktor Keturunan (Genetik) Terkadang ada kecenderungan seseorang yang mudah terkena kurap meskipun sistem kekebalan tubuhnya baik. Jika kurap cenderung menyerang dalam satu keluarga meskipun prektek kebersihan sudah baik, maka bisa jadi



ada faktor genetik yang berperan. Jika hal ini terjadi, maka penderitanya harus ekstra bersih.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Penyakit kurap merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit yang dikenal dengan dermatofit yang merupakan kreatin. Kurap dapat menular dengan cara kontak langsung dengar manusia maupun dengan hewan lain yang mempunyai penyakit tersebut. Selain manusia dan hewan, benda mati yang terkena parasit tersebut juga dapat menjadi penyebaran penyakit tersebut. Penyakit kurap membuat orang kehilangan percaya diri. Penyakit ini juga dapat menimbulkan bercak pada kulit menyerupai gejala yang timbul pada penyakit lupus. Bagian yang diserang beraneka ragam antara lain: wajah, punggung, kulit kepala, ketiak, kaki selangkangan dan lainnya. B. Saran Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan



DAFTAR PUSTAKA Verma, 2008. Superficial Fungal Infection : Dermatophytosis, Onichomycosis, Tinea Nigra. New York : McGraw-Hill. Djuanda, 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Koksal F, 2009. Causative Agents of Superficial Mycoses in Istanbul. Turkey: Mycopathologia. Abbas, A.K., Lichtman, A.H., Pillai, S., 2012, Cellular and Molecular Immunology, Seventh Edition. Hal: 11 7-125 Abdelal EB, 2013. Detection of dermatophytes in clinically normal extra-crural sites in patients with tinea cruris. The Gulf Journal of Dermatology and Venereology. Hal: 31-39 Hainer BL. 2003. Dermatophyte Infections. American Family Physician. Siregar. 2003. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC. Wolff K, 2009. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. New York: The McGraw Hill Companies. Hal: 692-718. Adiguna,



MS.



2011.



Update



Treatment



In



Inguinal



Intertrigo



And



Its



Differential.Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hal: 309-333 Kuswadji. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Hal: 107-9.