Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran



Disusun Oleh :



Agus Wibawanta



: 18703254003



Firstia Mayesthi



: 18703254009



Zidni Husnurofik



: 18703254001



Program Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta 2019



Daftar Isi Bab 1 Pendahuluan .............................................................................. ......... 3 Tujuan Pembahasan ........................................................................... 4 Bab 2 Kepala Sekolah Sebaga Manajer .......................................................



5



Kepala Sekolah Sebagai Enterpreneur ..............................................



10



Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ..................................................



13



Kepala Sekolah dan Komandan Kompi ............................................. 16 Bab 3 Kesimpulan ................................................................................ ......... 19



Daftar Pustaka .......................................................................................... .



20



2



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai sebuah organisasi memerlukan seorang pemimpin/kepala sekolah. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus mampu mencapai tujuan sekolah yang dirumuskan dalam visi dan misi sekolah. Kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam mengkoordinasikan, menggerakan dan menyelaraskan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan melalui program sekolah yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab



atas



penyelenggaraan



kegiatan



pendidikan,



administrasi



sekolah,



pembinaan tenaga kependidikan, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin



3



kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga. Peranan ialah bentuk-bentuk perilaku yang diharapkan pada setiap orang untuk menjalankan fungsinya di dalam suatu organisiasi seseorang (Stoner & Freeman, 2000). Dari pendapat tersebut peran kepemimpinan kepala sekolah dapat diartikan sebagai perilaku yang ada pada diri kepala sekolah dalam menjalankan fungsi kepemimpinanya disekolah. Dalam Permendikbud No 6 Tahun 2018 ayat 15 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah diterangkan bahwa beban kerja kepala sekolah sepenuhnya untuk melaksanakan tugas pokok manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan. Dalam Permendikbud ini kepala sekolah tidak dibebani untuk tugas mengajar. Tetapi apabila disuatu kondisi sekolah mengalami kekurangan guru kepala sekolah dapat melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan agar proses belajar mengajar tetap berlangsung. B. Tujuan Pembahasan Makalah ini bertujuan untuk mengkaji peran kepala kepemimpinan kepala sekolah di Indonesia yaitu manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan.



4



BAB II PEMBAHASAN A. Peran kepala sekolah sebagai manager Menurut Stoner & Freeman (2000), peranan manajer muncul karena adanya pemberian otoritas formal berupa surat keputusan kepada seseorang sekaligus dengan status atau kedudukannya. Untuk melaksanakan otoritas formal dan statusnya, setiap manajer minimal mempunyai tiga peranan yaitu sebagai: interpersonal, informasional, dan pengambilan keputusan. Peranan interpersonal dapat diidentikan dengan peranan sosial. Peranan informasional



dapat



diidentikan



dengan



pengelola



sistem



informasi



sekolah/madrasah dan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi. Peranan decisional dapat diidentikan dengan pengelolaan perubahan dan pengembangan, penciptaan budaya dan iklim sekolah/madrasah, pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan sarana dan prasarana sekolah/madrasah, pengelolaan hubungan sekolah/madrasah dengan masyarakat, pengelolaan peserta didik, pengelolaan pengembangan kurikulum, pengelolaan keuangan sekolah/madrasah, dan pengelolaan ketatausahaan sekolah/madrasah.



5



Hubungan antara otoritas formal dan status dengan ketiga peranan tersebut digambarkan seperti berikut ini.



a. Peranan Interpersonal Peranan interpersonal kepala sekolah/madrasah sebagai manajer meliputi: (1) lambang/simbol (figurehead), (2) pemimpin (leader), dan (3) penghubung (liaison). Kepala sekolah/madrasah sebagai lambang, ia mewakili sekolah/madrasahnya dalam menghadiri acara-acara seremonial baik resmi maupun tidak resmi seperti upacara-upacara resmi di sekolah/madrasah



dan



pemerintahan/swasta,



menerima



tamu,



menyampaikan pidato-pidato, menghadiri undangan pernikahan pendidik dan tenaga kependidikannya, meninjau ke sekeliling sekolah/madrasahnya, mengunjungi kelas-kelas, mengenal siswa-siswanya, menyiapkan visi, dan sebagainya Kepala



sekolah/madrasah



sebagai



leader,



ia



memainkan



peranannya sebagai pemimpin yaitu memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal. Sebagai leader, ia juga harus mampu berperan sebagai coordinator, director, motivator, communicator, delegator, resolver of conflict, and decision maker (Hunsaker, 2001). Kepala sekolah/madrasah sebagai penghubung (liaison), ia berperan



sebagai



sekolah/madrasah



politisi dengan



dan



sebagai



masyarakat.



pengelola



Sebagai



politisi,



hubungan ia



harus



6



mempelajari kerjasama dengan setiap orang baik di dalam maupun di luar sekolah/madrasah kepentingannya



yaitu yaitu



orang-orang untuk



yang



mencapai



dapat



tujuan



mememenuhi



sekolah/madrasah,



membangun jaringan kerja dan dukungan terhadap kepemimpinannya, beraliansi dan berkoalisi jika masih lemah, dan bila sudah kuat berani berkompetisi dalam rangka memenangkan sekolah/madrasahnya sebagai yang paling unggul (Stoner & Freeman, 2000). b. Peranan Informasional Menerima dan menyampaikan informasi adalah aspek terpenting bagi setiap manajer seperti yang disarankan Mintzberg (Stoner & Freeman, 2000). Peranan informasional menurut Mintzberg (Stoner & Freeman, 2000) meliputi peranan sebagai sebagai monitor, disseminator, dan spokesperson. Peranan kepala sekolah/madrasah sebagai monitor, ia mencari informasi di dalam dan di luar sekolah/madrasah secara konstan. Informasi diperoleh antara lain melalui kontak-kontak dengan jaringan kerja, membaca buku dan hasil penelitian, membaca koran, dan memanfaatkan internet. Peranan kepala sekolah/madrasah sebagai monitor mengakibatkan kepala sekolah/madrasah sebagai orang yang paling banyak memiliki informasi



terbaik



dibandingkan



dengan



pendidik



dan



tenaga



kependidikannya. Sebagai monitor, kepala sekolah/madrasah sering dijadikan tempat bertanya oleh pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua



peserta



didik,



anggota



komite



sekolah/madrasah,



dewan



sekolah/madrasah, aparat pemerintah, dan masyarakat (Stoner & Freeman, 2000). Peranan kepala sekolah/madrasah sebagai



disseminator, ia



mendistribusikan informasi-informasi penting kepada pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, anggota komite sekolah/madrasah, dewan sekolah/madrasah, aparatur pemerintah, dan masyarakat. Dalam



7



beberapa kasus, kepala sekolah/madrasah bertanggung jawab memberikan informasi-informasi penting yang dibutuhkan pendidik dan tenaga kependidikannya sehingga pendidik dan tenaga kependidikannya dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara profesional (Stoner & Freeman, 2000). Peranan kepala sekolah/madrasah sebagai spokesperson, ia bagaikan menjadi seorang diplomat. Sebagai seorang diplomat ia harus mampu berbicara dengan penuh diplomasi dan mampu membuat pendengarnya terpesona dan siap melaksanakan yang ia bicarakan. Sebagai orator yang profesional, kepala sekolah/madrasah menyampaikan pembicaraannya di depan pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, anggota komite sekolah/madrasah, dewan sekolah/madrasah, aparatur pemerintah, dan masyarakat dalam rangka membangun citra positif mereka terhadap sekolah/madrasahnya (Stoner & Freeman, 2000). Sebagai spokesperson, ia juga dapat berperan sebagai pemotivasi atau pengarah (leading). c. Peranan Decisional Menurut Mintberg (Stoner & Freeman, 2000), peranan decisional meliputi: (1) enterpreneur, (2) disturbance hander, (3) resources allocator, dan (4) negotiator. Kepala sekolah/madrasah sebagai enterpreneur, ia kreatif dan inovatif dalam mengembangkan sekolah/madrasahnya dengan menciptakan



produk/jasa



pendidikan,



mampu



memasarkan



sekolah/madrasahnya agar banyak diminati oleh masyarakat, pekerja keras yang memiliki motivasi pantang menyerah, mampu memanfaatkan dan menciptakan peluang, dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan



yang



matang



(Afaim,



2002).



Selain



itu,



agar



sekolah/madrasah mampu sebagai sumber belajar berwirausaha peserta didik dan sebagai salah satu sumber pendanaan sekolah/madrasah.



8



Peranan kepala sekolah/madrasah sebagai enterpreneur sangat diutamakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) dalam mengelola unit produksi sekolah/madrasahnya sehingga unit produksi dapat dijadikan sebagai sumber belajar peserta didik dan salah satu sumber pendanaan sekolah/madrasah. Melalui unit produksi



sekolah/madrasah,



siswa



ditumbuhkembangkan



jiwa



kewirausahaannya sehingga lulusannya diharapkan bukan menjadi pencari kerja tetapi menjadi pencipta lapangan kerja secara mandiri atau berwirausaha. Karena tujuan utama SMK/MAK adalah untuk menyiapkan tamatan yang bekerja sesuai bidangnya. Peranan kepala sekolah/madrasah sebagai disturbance hander, ia menangani sesuatu yang menganggu sekolah/madrasah karena tidak satupun organisasi yang berjalan mulus di setiap waktu. Ia juga berperan sebagai pengelola perubahan dan pengembangan, pencipta budaya dan iklim sekolah/madrasah Setiap organisasi memiliki masalahnya masingmasing.



Untuk



mengatasi



berbagai



masalah



yang



muncul



di



sekolah/madrasah, kadang-kadang kepala sekolah/madrasah menggunakan keputusan yang tidak populer (kontroversial) yaitu keputusan yang tidak diharapkan



oleh



berbagai



pihak



terutama



pendidik



dan



tenaga



kependidikan, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, kepala sekolah/madrasah harus mampu berpikir secara analisis dan konseptual (Stoner & Freeman, 2000). Berpikir analisis artinya memecahkan masalah-masalah tersebut dalam berbagai bagian masalah. Kemudian dipilih bagian masalah yang paling penting dan paling mendesak dianalisis sebab dan akibatnya guna mendapatkan



pemecahannya.



Berpikir



konseptual



bararti



kepala



sekolah/madrasah menggunakan konsep-konsep dan teori-teori dalam memecahkan masalahnya serta menggunakan teori pemecahan masalah. Berpikir konseptual lebih utama dan mempunyai dampak yang lebih besar dalam mencapai tujuan sekolah/madrasah (Stoner & Freeman, 2000).



9



Peranan kepala sekolah/madrasah sebagai disturbance hander ada kemiripan dengan peranan kepala sekolah/madrasah sebagai leader di atas. Kepala sekolah/madrasah sebagai resource allocator, ia harus mampu mengalokasikan sumber daya sekolah/madrasah (peserta didik, pendidik



dan



tenaga



kependidikan,



sarana



dan



prasarana



sekolah/madrasah, kurikulum, keuangan, dan informasi) yang ada di sekolah/madrasah



berdasarkan



skala



prioritas.



Sumber



daya



sekolah/madrasah terutama keuangan sekolah/madrasah biasanya selalu terbatas. Oleh sebab itu, kepala sekolah/madrasah harus pandai-pandai mengalokasikannya



berdasarkan



prioritas



sekolah/madrasah



dan



membelanjakannya sehemat mungkin (Stoner & Freeman,2000). Kepala sekolah/madrasah sebagai negotiator, ia dituntut untuk mengadakan negosiasi. Negosiasi menurut Hendarman dan Srie Haryati Martono (2002) ialah serangkaian diskusi antar individu atau kelompok dengan latar belakang yang berbeda untuk mendapatkan kesepakatan. Negosiasi dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang berada di dalam sekolah/madrasah (peserta didik dan pendidik dan tenaga kependidikan) maupun pihak di luar sekolah/madrasah (orang tua peserta didik, anggota komite sekolah/madrasah, dewan sekolah/madrasah, aparat pemerintah, dan masyarakat) (Stoner & Freeman, 2000). Negosiasi dapat terjadi dalam empat kejadian: (1) saya kalah, anda juga kalah; (2) saya menang, anda kalah; (3) saya kalah, anda menang, dan (4) saya menang-anda juga menang. Hasil negosiasi yang terbaik adalah saya menang-anda juga menang (win-win) karena tidak adanya manfaatnya kemenangan (bahagiaan) di atas kekalahan (penderitaan) orang lain (Husaini Usman, 2006). B. Peranan Kepala Sekolah sebagai Pengembang Kewirausahaan Kepemimpinan



kewirausahaan



merupakan



kepemimpinan



yang



menerapkan jiwa kewirausahaan dalam menjalankan peran kepemimpinannya.



10



Penerapan prinsip kewirausahaan dalam mempengaruhi anggota organisasi akan memberi dampak pada kinerja mereka sejalan dengan prinsip dan nilai seorang entrepreneur . Entrepreneur sebagai salah satu decisional role, mendorong kepala sekolah sebagai manager senantiasa berusaha mencari peluang untuk kemudian berinisiatif melaksanakan perubahan. Dengan demikian salah satu sikap kunci dari entrepreneur adalah inovatif yang diperlukan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang manajemen dan kepemimpinan. Kepemimpinan



kewirausahaan



merupakan



kepemimpinan



yang



mempunyai kemampuan untuk mengantisipasi berbagai perubahan dengan visi masa depan yang jelas serta berupaya mendorong terbentuknya kolaborasi dalam melakukan perubahan secara fleksibel. Peran yang dimainkan berusaha menggunakan potensi yang tersedia secara lebih optimal guna mewujudkan kiprah organisasi pada posisi yang lebih spesifik dan berbeda dengan yang lain. Spesifikasi dan keunikan kiprah organisasi ini didasarkan pada pemilikan motivasi yang kuat untuk membuat perbedaan dan bekerja dengan penuh keyakinan dan optimisme, dan selalu mencari peluang ke arah yang makin meningkat. Dengan demikian sangat diperlukan strategi yang inovatif, keberanian dan semangat untuk



berubah, dengan berbasis pada tujuan dan visi yang dapat



mendorong bawahan berupaya bekerja ke tingat kinerja yang tinggi.



Melalui focus pada pengembangan karakter tersebut membawa kita pada suatu pendapat bahwa kepemimpinan kewirausahaan adalah kepemimpinan yang visioner dan proaktif dalam mencari dan memanfaatkan peluang untuk mencapai kesuksesan sehingga akan membawa perubahan dalam organisasi ke arah yang lebih adaptif dan inovatif dalam menghadapi berbagai perubahan lingkungan. Dengan



memperhatikan



tantangan



perubahan



dan



karakteristik



kepemimpinan kewirausahaan, serta peran yang harus dimainkan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yang dapat menghadapi berbagai tantangan perubahan yang dapat memberikan kontribusi signifikan bagi organisasi sekolah.



11



Keberanian kepala sekolah dalam membuat sebuah kebijakan serta kemampuannya dalam membaca peluang sangat menentukan keberhasilan kepala sekolah



entrepreneurship.



Steinhoff



dalam



Mulyasa



mengidentifikasikan



karakteristik kepribadian kepala sekolah entrepreneur sebagai berikut: a.



Percaya diri (Self confidence)yang tinggi, pekerja keras, cerdas, mandiri, dan berani menanggung resiko dari keputusan yang diambil.



b.



Memiliki kreativitas diri (self creativity) tinggi , kemauan dan kemampuan mencari alternatif untuk merealisasikan berbagai kegiatan melalui kewirausahaan.



c.



Memiliki pikiran positif (positive thinking)dalam menghadapi suatu masalah atau kejadian senantiasa melihat aspek positifnya. Dengan begitu kepala sekola entrepreneur akan senantiasa melihat peluang dan memanfaatkannya untuk mendukung kegiatan yang dilakukan.



d.



Memiliki orientasi pada hasil (output oriented).



e.



Memiliki keberanian untuk mengambil resiko.



f.



Memiliki jiwa pemimpin.



g.



Berfikir orisinal, selalu punya gagasan baru, baik untuk mendapatkan peluangmaupun mengatasi masalah secara kreatif dan inovatif.



h.



Memiliki orientasi ke depan, menggunakan masa lalu sebagai



i.



pembelajaran untuk meningkatkan prestasi kerjanya. Suka tantangan, dan menemukan diri dengan merealisasikan ideidenya. Selain karakteristik seorang kepala sekolah yang dapat menentukan



keberhasilan suatu kebijakan, berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi



keberhasilan



kepala



sekolah



dalam



mengembangkan



entrepreneurship di lembaga pendidikan: a.



Kemampuan dalam mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai.



b.



Berani menanggung resiko.



c.



Memiliki kompetensi managerial : merencanakan, mengorganisasi, mengkoordinasi, melaksanakan dan mengevaluasi.



12



d.



Komitemen, kerja keras, cerdas, dan berorientasi pada tujuan.



e.



Kreatif dan optimis dalam mengembangkan hubungan baik dengan pelanggan, tenaga kependidikan, guru, orang tua murid, masyarakat, dan dunia usaha yang berpengaruh kemajuan dan perkembangan usaha sekolah.



f.



Kemampuan



menerima



tantangan



dengan



penuh



jawab



atas



keberhasilan dan kegagalan. g.



Transparansi dalam hal manajemen keuangan.



C. Peranan Kepala Sekolah sebagai Supervisor Secara etimologis, kata supervisi berasal dari bahasa Inggris yaitu supervision, yang artinya pengawasan (Wojowasito & Poerwadarminta, 1972). Secara morfologis, supervisi terbentuk dari dua kata “super” yang berarti atas atau lebih dan “visi” yang berarti lihat, tilik atau awasi (E. Mulyasa, 2013). Sedangkan orang yang melakukan supervisi disebut sebagai supervisor atau pengawas. Seorang supervisor memang mempunyai posisi di atas atau mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada orang-orang yang disupervisinya, tugasnya adalah melihat, menilik, atau mengawasi orang-orang yang disupervisinya itu (Jasmani Asf & Syaiful, Mustofa, 2013). Supervisi adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya



mengelola



proses



pembelajaran



untuk mencapai



tujuan



pembelajaran (Glickman, et al; 2007). Dalam hal ini supervisor atau orang yang melakukan supervisi adlah kepala sekolah. Terkait dengan pengertian diatas peran kepala sekolah dalam supervisi dapat diartikan sebagai perilaku atau serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Made Pidarta dalam bukunya Manajemen Pendidikan Indonesia menerangkan bahwa kepala sekolah dalam kedudukannya sebagai supervisor berkewajiban membimbing para guru agar menjadi pendidik dan pengajar yang baik. Bagi guru yang sudah baik agar dapat dipertahankan kualitasnya dan



13



sebaliknya bagi guru yang kurang baik dapat dikembangkan kualitasnya menjadi lebih baik. Di samping itu, baik guru yang berkompeten maupun yang masih lemah harus diupayakan agar tidak ketinggalan zaman dalam proses pembelajaran maupun materi yang diajarkan. Made Pidarta juga mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan dan dikembangkan pada diri setiap guru oleh kepala sekolah sebagai supervisor adalah (1) kepribadian guru, (2) peningkatan profesi secara kontinu, (3) proses pembelajaran, (4) penguasaan materi pelajaran, (5) keragaman kemampuan guru, (6) keragaman daerah, dan (7) kemampuan guru dalam bekerja dengan masyarakat. Butir 1 sampai dengan 4 menyangkut pengembangan individu guru dan butir 5 sampai 7 menyangkut konteks sekolah. Sebagai supervisor, kepala sekolah berfungsi sebagai sosok pribadi yang secara kontinu memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan, dan penilaian terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan pengembangan dan perbaikan program kegiatan pengajaran dan pendidikan. Kepala sekolah harus memberikan layanan yang optimal kepada seluruh pelaksana pendidikan, khususnya pelayanan bagi guru yang secara profesional bertanggung jawab langsung terhadap proses belajar mengajar di sekolah (Ahmad Barizi, 2011). Menurut Kilpatrick sebagaimana yang dikutip Ahmad Barizi, sekurangkurangnya ada dua tugas yang harus dilaksanakan supervisor. Pertama, mengendali program in-service dengan kewibawaan dan semangat kepemimpinan. Kepala sekolah di sini disarankan mampu memberikan layanan kepada semua bawahan secara akomodatif dalam suasana keakraban dengan tanpa mengurangi kewibawaan dan semangat kerja yang diinginkan. Kepala sekolah harus mampu meretas semua persoalan kependidikan yang muncul dengan adil dan bijaksana. Kepala sekolah tidak diperkenankan melakukan deskriminasi layanan kepada semua sivitas sekolah. Kedua, membantu guru baru dalam menemukan dirinya untuk melaksanakan tugas keguruan. Di sini kepala sekolah harus bisa melaksanakan



14



supervisi kepada semua guru mata pelajaran, sehingga kepala sekolah adalah seorang aktor yang seakan-akan piawai di dalam penguasaan bidang pelajaran. Misalnya kepala sekolah yang secara profesional dari lulusan fakultas agama, bagaimana pun secara umum harus mampu memahami kerangka ilmu eksakta seperti Matematika, IPA, Seni, dan sebagainya. Sehingga supervisi kepada guruguru yang bersangkutan bisa dilakukan dengan baik. Hal paling penting yang harus dipegangi kepala sekolah adalah human relationship-nya dengan sikap saling menghormati dan menghargai. Kepala sekolah sebagai jabatan profesional mengandaikan adanya layanan maksimal di segala waktu dan kesempatan untuk orang lain. Kepala sekolah juga mampu membangun suasana dialogis-interaktif antara sesama guru. Urgensi human relationship kepala sekolah sebagai supervisor akademik dapat pula dikatakan bahwa suasana akademik dapat terbentuk jika guru-guru itu merasa aman dan bebas



mengembangkan



kreativitas



dan



produktivitasnya



dengan



penuh



tanggungjawab (Ahmad Barizi, 2011). Sedangkan menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Administrasi dan Supervisi Pendidikan, tugas dari kepala sekolah sebagai supervisor adalah sebagai berikut: a.



Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di



b.



dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Berusaha dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media intruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan



c.



proses belajar-mengajar. Bersama guru-guru berusaha



mengembangkan,



mencari,



dan



menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan d.



tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. Membina kerjasama yang baik harmonis di antara guru-guru dan



e.



pegawai sekolah lainnya. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan mengirim mereka untuk



15



mengikuti penataran-penataran, seminar sesuai dengan bidangnya f.



masing masing. Membina hubungan kerjasama antara sekolah dengan BP3 dan instansi-instansi lain dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.



Dari dua pendapat di atas tentang peran kepala sekolah sebagai supervisor, secara substansi tidak ada perbedaan, yaitu sama-sama bertujuan memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada para guru dan staf dalam mengatasi masalahmasalah yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian dalam rangka peningkatan profesionalisme guru dan juga membina hubungan kerjasama antara guru dan instansi-instansi lain dalam rangka peningkatan mutu pendidikan siswa. Secara singkat, tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan profesional guru di sekolah dalam rangka pencapaian tugas pokoknya yaitu mengajar (Dadang Suhardan, 2010). Peran seorang kepala sekolah sebagai supervisor dalam hal ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Tujuan profesionalisme guru ini tidak lain dalam rangka mencapai tugas pokonya sabagai pengajar. Hal ini semakin menandakan sebagai seorang supervisor peran kepala sekolah sangat penting dalam meningkatkan kinerja guru. D. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam menajemen kurikulum: Peran Komandan Kompi dalam Pengembangan Budaya Latihan di Satuan Setingkat Kompi Satuan Brimob Polda DIY Kepala Sekolah dan Komandan Kompi Kepala Sekolah menurut Wahyosumidjo (2002:83) adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi guru dengan murid. Menurut Daryanto (2005:80) Kepala Sekolah adalah orang yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Kepala sekolah



16



memiliki wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab secara teknis akademis saja akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan masyarakat sekitar merupakan tanggung jawabnya pula. Tugas pokok dan fungsi seorang kepala sekolah sebagai orang yang bertanggun jawab penuh terhadap segala kegiatan dan keadaan sekolah tidak berbeda dengan seorang Komandan Kompi dalam satuan setingkat kompi di Kesatuan Brimob Polda DIY. Salah satu tugas pokok dan fungsi komandan kompi dalam pasukan Brimob adalah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan kegiatan latihan yang bertujuan untuk membekali dan membina kemampuan pasukan. Beberapa poin dari arahan atau Commander Wish Komandan Batalyon selaku pembina di atas komandan kompi adalah agar setiap komandan kompi dapat: 1. 2. 3. 4.



Memberikan motivasi kepada seluruh anggota Mengikut sertakan masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas latihan Komandan berfungsi sebagai manajer dan pemimpin yang efektif Sebagai manajer yang baik, komandan harus mampu mengatur agar semua potensi di tingkat kompi dapat berfungsi secara optimal dalam mendukung



tercapainya tujuan satuan (implementasi POAC). 5. Komandan dituntut untuk memiliki wawasan yang visioner (visi) dan tahu tindakan apa yang akan dilaksanakan (misi), dan paham cara yang ditempuh (strategi/strategi yg diimplementasikan dalam kuriulum). Membudayakan Latihan di Kesatuan Komandan Kompi sewaktu-waktu akan ditugaskan kedaerah konflik beserta seluruh anggotanya. Kesiapan anggota menghadapi tantangan di daerah konflik haruslah terjaga selama berada di dalam kesatuan. Apabila komandan kompi tidak melatih anggota selama berada di kesatuan, maka seluruh pasukan dalam kompi tersebut akan mengalami kesulitan ketika bertugas di daerah konflik.



17



Untuk mengantisipasi perintah penugasan yang sewaktu-waktu dating maka seorang komandan kompi bertanggung jawab untuk selalu menyiapkan anggotanya. Oleh karena itu, pelatihan rutin bagi anggota menjadi sarana untuk membuat anggota selalu dalam kondisi siap.



Dalam membuat program latihan, komandan kompi bertugas membuat perancanaan latihan yang meliputi : 1. 2. 3. 4.



Membuat skema latihan yang akan dilaksanakan Materi yang akan dijadikan pelajaran dalam latihan Sarana dan prasarana yang digunakan, dan Anggaran latihan Selain fungsi perencanaan, komandan kompi juga bertugas membuat



pengorganisasian latihan yang meliputi: 1. Alokasi waktu latihan 2. Mengklasifikasikan jumlah pasukan/peserta latihan sesuai dengan materi latihan (senior sebagai pengawas junior, junior sebagai peraga dan pelaksana) Dalam pelaksanaannya, komandan kompi juga bertindak sebagai instruktur, peraga, hingga pelaksana sehingga diharapkan seorang komandan juga dapat menjadi tauladan bagi pasukannya. Keterlibatan komandan kompi dalam pelaksanaan latihan sekaligus menjadi strategi untuk mengawasi pelaksanaan latihan supaya berjalan dengan baik dan dapat memberikan bentuk evaluasi latihan yang tepat sasaran.



18



19



KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah sangatlah berpengaruh terhadap kemajuan sekolah. Sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kepala sekolah memiliki peranan yang strategis dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, baik sebagai educator (pendidik), manajer, administrator, supervisor, leader (pemimpin), pencipta iklim kerja maupun sebagai wirausahawan. 2. Seberapa jauh kepala sekolah dapat mengoptimalkan segenap peran yang diembannya, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kemajuan sekolah, dan pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.



20



DAFTAR PUSTAKA



Stoner, J.A.F. & Freeman, R.A. 2000. Management. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall International Editions. Hunsaker, P.L. 2001. Training in Management Skills. Upper Sadle River, New Jersey: Prentice Hall. Afaim, R.O. 2002. Are You: An Entrepreneur? Tips, Quizzes, Case Studies and Test to Improve Your Entrepreneural Skills. Singapore: Wharton Books (S) Pte Ltd. Dr. Uhar Suharsaputra, M. (t.thn.). Pengembangan Manajemen Sekolah. 34. Sutrisno, B. (2017). Antisipasi Era Kepemimpinan Kewirausahaan Kepala Sekolah Dan Implikasinya Bagi Pembekalan Alumnus Pada Prodi Pendidikan Akuntansi. Jurnal Pendidikan Sosial , 27, 12.



Hendarman dan Srie Peryati Martono. 2002. Negosiasi. Jakarta: Depdiknas. Husaini Usman. 2006. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wojowasito, S dan W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris . Jakarta: Hasta, 1972. hal. 198. E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2013. hal. 239. Lihat juga Luk Luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2009. Jasmani Asf & Syaiful, Mustofa, Supervisi Pendidikan: Terobosan Baru dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.



21



Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia. Ahmad Barizi, Pendidikan Integratif: Akar Tradisi & Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, Malang: UIN-Maliki Press, 2011. M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Glickman, C.D., Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. 2007. Supervision and Instructional Leadership A Development Approach. Seventh Edition. Boston: Perason. Dadang Suhardan, Supervisi Profesional(layanan dalam meningkatkan mutu pengajaran di era otonomi daerah), (Bandung: Alfabeta, 2010). Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2015) Komariah, N. (2017). Kepemimpinan Entrepreneurship Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kemandirian Pembiayaan Sekolah. Jurnal Al-Afkar , V, 13.



22