Peran Seorang Perawat Dalam Posyandu Lansia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERAN SEORANG PERAWAT DALAM POSYANDU LANSIA Salah satu solusi yang dilakukan perawat untuk meningkatkan kualitas hidup lansia yaitu dengan melakukan promosi kesehatan untuk mengorganisasi dan memberikan asuhan keperawatan bagi lansia melalui kegiatan posyandu lansia. Adanya kegiatan posyandu, perawat dapat memberikan pilihan kepada lansia untuk dapat memenuhi kebutuhan keamanannya dari aspek kesehatan. Perawat juga dapat memberikan penjelasan kepada lansia yang tidak mengikuti posyandu tentang pentingnya melakukan kunjungan ke posyandu terkait dengan kesehatannya. Sehingga nantinya lansia memiliki kesadaran untuk mengikuti posyandu demi kesehatan dan kesejahteraan yang optimal. Perawat dalam menangani masalah lansia akan berperan sebagai Care Giver/Pemberi Asuhan kepada lansia yaitu tindakan pengkajian, perencanaan tidakan, pelaksanaan, dan evaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh sesuai dengan wewenang keperawatan. Salah satu wewenang perawat dalam memberikan perawatan lansia adalah menyediakan fasilitas Long-Term Care (LTC) yang di mana perawata mampu memberi bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (ADL), misalnya berjalan, bangun dari kursi, mandi, sikat gigi, berpakaian, buang air, makan, dan lain-lain. Selain itu, dalam LTC perawat juga mampu memberikan dukungan psikologis kepada lansia masalah yang juga sering dialami oleh lansia yaitu kurangnya dukungan psikologis dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar. Perawat akan memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan pada lansia (Maryam, 2008).  Selain dukungan psikologis, perawat juga mampu memberikan dukungan secara spiritual dengan baik (Atapada, huriah, & pratama, 2016). Semua bentuk pelayanan holistik ini merupakan peran perawat sebagai Care giver.  Seorang Care giver harus mampu mengelola kesejahteraan fisik, mental, emosional, spiritual, dan sosial pasien terlebih lagi para lansia. Tugas pokok care giver adalah untuk memastikan bahwa pasien sedang dalam keadaan baik tanpa memandang suku, bangsa, agama, status, ras, dan sejenisnya. Seorang Care giver juga berperan sebagai pendidik dan motivator. Care giver membantu lansia meningkatkan kesehatan dan motivasi menjalani masa lansia malalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medis yang diterima sehingga klien dan keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kader kesehatan, dan lain sebagainya. Masalah bahwa lansia mengalami fenomena takut tua bahkan takut mati merupakan salah satu area perawat dalam memberikan motivasi dan pelayanan (Eliopoulus, 2005) Care giverjuga berperan sebagai sebagai penghubung antar klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan dan masalah klien yang bisa dikatakan tidak sedikit dan cukup kompleks, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan profesional berbasis komunitas dan budaya (Mauk, 2006). Kemampuan perawat dalam memberikan intervensi kepada lansia memiliki peranan penting dalam menunjang kesehatan lansia. Beberapa penelitian mengenai intervensi kepada lansia yang dilakukan oleh  Hoogenhout, et al., (2012), yang mengukur fungsi kognitif objektif, psikologi



kesejahteraan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa intervensi pendidikan komprehensif yang dilakukan mampu mengurangi reaksi emosional negatif terhadap fungsi kognitif. Hal ini berpotensi memberikan kesejahteraan bagi lanjut usia. Penelitian lain mengenai intervensi pada lansia dilakukan oleh Mackin, et al., (2013), yang melakukan intervensi dengan dua pendekatan yaitu Problem Solving Therapy(PST) dan Supportive Therapy(ST) mengukur fungsi kognitif sebagai variable outcomenya. Hasil yang diperoleh bahwa terjadi peningkatan dalam fungsi kognitif setelah dilakukan psychotherapy untuk depresi. Namun tidak ada perbedaan hasil peningkatan fungsi kognitif dari kedua jenis intervensi yang dilakukan.



Sumber: Primadayanti, S. (2013). PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER. Kurniawan, M. H. (2017, June 21). Perawat Sebagai Care Giver Lansia. Retrieved from Kompasiana: https://www.kompasiana.com/mhkheri/5921c58b21afbd0866386273/perawat-sebagai-caregiver-lansia?page=all