Perawatan WSD: Kegiatan Belajar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kegiatan Belajar



PERAWATAN WSD 150 menit



PENDAHULUAN Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan Umum dan Petunjuk Belajar



Deskripsi Singkat Selang drainase interkostalis (chest-tube/selang dada) adalah sebuah alat yang dipasang untuk mengeluarkan udara, darah, pus, atau getah bening dari rongga pleura. Chest-tube (selang dada) dihubungkan dengan botol penampung WSD (water seal drainage) sehingga terjadi pergerakan udara dan cairan satu arah dari rongga pleura ke botol penampung. Botol penampung tidak boleh diganti kecuali telah penuh dan chest-tube tidak boleh di klem apabila tidak diperlukan. Perawat bertanggung jawab dalam manajemen chest-tube dan sistem drainase WSD. Manajemen chest-tube dan sistem drainase WSD dalam hal ini termasuk memonitor posisi WSD, mengontrol evakuasi cairan drainase, mengidentifikasi waktu penggantian botol penampung, perawatan chest-tube dan manajemen sistem drainase WSD saat transportasi pasien (Mohammed, 2015). Relevansi Materi yang telah dipelajari sebelumnya terkait dengan sistem pernafasan meliputi anatomi, fisiologi dan patofisiologi menjadi dasar pemahaman pada materi ini yang akan mempelajari gangguan pada sistem pernafasan khususnya di rongga dada. Chest-tube (selang dada) sejatinya tidak dipasang pada dada ataupun paru melainkan di rongga pleura yaitu ruang antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Dalam rongga pleura terdapat



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



1



sekitar 50 ml cairan serosa yang mencegah gesekan antara kedua lapisan pleura. Terdapat beberapa kondisi klinis yang memerlukan penggunaan chest tube diantaranya untuk mengeluarkan cairan tubuh dari rongga dada dan untuk re-ekspansi paru. Chest-tube digunakan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan peningkatan volume udara atau cairan yang terakumulasi di rongga pleura. Petunjuk Belajar Langkah-langkah selama skill lab adalah sebagai berikut: 1.



Mahasiswa melakukan discovery learning tentang anatomi fisiologi pernafasan dan water seal drainage.



2.



Mahasiswa melakukan pre test



3.



Mahasiswa mendapatkan penjelasan dan demonstrasi praktikum (pra interaksi, fase kerja, terminasi) oleh instruktur



4.



Mahasiswa mendemonstrasikan kembali skill yang telah diajarkan



5.



Mahasiswa melaksanakan post test



2



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



KEMA MP UA N AK HI R YA NG DI CA PA I (K O GN ITI F, AF FE KT IF, DA N Diharapkan setelah melaksanakan perawatan WSD, mahasiswa mampu: 1.



Memahami indikasi pemasangan WSD



2.



Memahami prosedur pemasangan WSD



3.



Memahami manajemen chest-tube dan sistem drainase WSD



4.



Melakukan



persiapan



tindakan



perawatan



chest-tube



dan



penggantian penampung drainase (WSD) 5.



Mendemonstrasikan prosedur perawatan chest-tube dan penggantian penampungdrainase (WSD)



6.



Mahasiswa



mampu



mengintegrasikan



komunikasi



terapeutik,



menunjukkan empati, caring, patient safety, service excellence selama demonstrasi skill.



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



3



LATIHAN / TRIGGER CASE Tn. H, 23 tahun dirawat di bangsal bedah dengan terpasang chest-tube dan penampungWSD di dada sebelah kanan. WSD dipasang 2 hari yang lalu di UGD karena mengalami trauma dada karena kecelakaan lalu lintas. Hasil foto rontgen tampak hemothorax luas di dada sebelah kanan. Saat ini pasien mengeluhkan nyeri di daerah pemasangan chest tube. Hasil pengkajian didapatkan balutan di area pemasangan chest tube tampak rembesan darah dan penampung penampungan drainase tampak penuh dengan drainase. Anda adalah seorang perawat yang berdinas di bangsal bedah, lakukan pengkajian dan tindakan keperawatan yang tepat untuk pasien tersebut.



TINJAUAN TEORI Penggunaan tekanan negative adalah prinsip kerja dalam pernafasan normal. Udara luar atau atmosfer yang lebih besar tekannannya akan masuk kedalam paru yang bertekan rendah sehingga terjadi inspirasi. Apabila rongga dada mengalami luka atau menjadi terbuka karena beberapa sebab, maka akan membuat tekanan negative didalam paru menjadi hilang dan terjadilah kolaps paru. Akumulasi dari cairan, udara atau materi lain di dalam rongga paru akan mengganggu fungsi kardiopulmonal. (Mohammed, 2015). Pipa khusus yang dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan trokar atau klem penjepit bedah adalah Water Seal Drainage. Pada trauma toraks WSD dapat berarti:



4



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



1.



Penentuan diagnostik : menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shok.



2.



Terapi : Mengeluarkan darah,cairan atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanic of breathing", dapat kembali seperti yang seharusnya.



3.



Preventif : Mengeluarkan udara atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga "mechanic of breathing" tetap baik. Penyulit pemasangan WSD adalah perdarahan dan infeksi. Oleh karena itu pada pemasangan WSD harus diperhatikan anatomi pembuluh darah interkostalis dan harus diperhatikan sterilitas.



Indikasi pemasangan WSD : 1.



Pneumotorak



2.



Hematotorak



Indikasi pemasangan WSD pada pneumotoraks karena trauma tajam atau trauma tembus toraks : 1.



Dyspnea



2.



Jika tampilan udara pada foto toraks lebih dari seperempat rongga torak sebelah luar



3.



Terdapat bilateral pneumotorak



4.



Terdapat tension pneumotorak setelah dipunksi



5.



Terdapat haemotoraks setelah dipunksi



6.



Jika pneumotoraks yang tadinya konservatif pada pemantauan selanjutnya ada perburukan



Macam-macam WSD : 1.



Single Bottle Water Seal System Ujung akhir pipa drainase dari dada pasien dihubungkan ke dalam satu botol yang



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



5



memungkinkan udara dan cairan mengalir dari rongga pleura tetapi tidak mengijinkan udara maupun cairan kembali ke dalam rongga dada. Secara fungsional, drainase tergantung pada gaya gravitasi dan mekanisme pernafasan, oleh karena itu botol harus diletakkan lebih rendah. Ketika jumlah cairan di dalam botol meningkat, udara dan cairan akan menjadi lebih sulit keluar dari rongga dada, dengan demikian memerlukan suction untuk mengeluarkannya. Sistem satu botol digunakan pada kasus pneumothoraks sederhana sehingga hanya membutuhkan gaya gravitasi saja untuk mengeluarkan isi pleura. Water seal dan penampung drainage digabung pada satu botol dengan menggunakan katup udara. Katup udara digunakan untuk mencegah penambahan tekanan dalam botol yang dapat menghambat pengeluaran cairan atau udara dari rongga pleura. Karena hanya menggunakan satu botol yang perlu diingat adalah penambahan isi cairan botol dapat mengurangi daya hisap botol sehingga cairan atau udara pada rongga intrapleura tidak dapat dikeluarkan. 2.



Two Bottle System System ini terdiri dari botol water-seal



ditambah



botol



penampung cairan. Drainase sama



dengan



system



botol,



kecuali



ketika



satu cairan



pleura terkumpul, underwater seal system tidak terpengaruh oleh volume drainase. Sistem dua botol menggunakan dua botol yang masing-masing berfungsi sebagai



water



seal



dan



penampung.



Botol



pertama



adalah



penampung drainage yang berhubungan langsung dengan klien dan botol kedua berfungsi sebagai water seal yang dapat mencegan 6



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



peningkatan tekanan dalam penampung sehingga drainage dada dapat dikeluarkan secara optimal. Dengan sistem ini jumlah drainage dapat diukur secara tepat. 3.



Three Bottle System Pada system ini ada penambahan botol ketiga yaitu untuk mengontrol jumlah cairan suction yang digunakan. Sistem tiga botol menggunakan 3 botol yang masing-masing berfungsi sebagai penampung, "water seal" dan pengatur; yang mengatur tekanan penghisap. Jika drainage yang ingin, dikeluarkan cukup banyak biasanya digunakan mesin penghisap (suction) dengan tekanan sebesar 20 cm H20 untuk mempermudah pengeluaran. Karena dengan mesin penghisap dapat diatur tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan isi pleura. Botol pertama berfungsi sebagai tempat penampungan keluaran dari paru-paru dan tidak mempengaruhi botol "water seal". Udara dapat keluar dari rongga intrapelura akibat tekanan dalam bbtol pertama yang merupakan sumber-vacuum. Botol kedua berfungsi sebagai "water seal" yang mencegah udara memasuki rongga pleura. Botol ketiga merupakan pengatur hisapan. Botol tersebut merupakan botol tertutup yang mempunyai katup atmosferik atau tabung manometer yang berfungsi untuk mengatur dan mongendalikan mesin penghisap yang digunakan.



Tempat insersi selang WSD :



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



7



1.



untuk pengeluaran udara dilakukan pada intercostals 2-3 garis midclavicula



2.



untuk pengeluaran cairan dilakukan pada intercostals 7-8-9 mid aksilaris line/dorsal axillar line



System drainase selang dada System Satu botol



Keuntungan Penyusunan



Kerugian Saat drainase dada mengisi botol,



sederhana



lebih banyak kekuatan diperlukan



Mudah untuk



untuk memungkinkan udara dan



pasien yang dapat



cairan pleura keluar dari dada



berjalan



masuk ke botol. Campuran darah darinase dan udara menimbulkan campuran busa dalam botol yang membatasi garis pengukuran drainase. Untuk terjadinya aliran,tekanan pleural



Mempertahankan



harus lebihtinggi dari tekanan botol. Menambah area mati pada system



water seal pada



drainase yang mempunyai potensial



tingkat konstan.



untuk masuk ke dalam area pleural.



Memungkinkan



Untuk terjadinya aliran, tekanan



observasi dan



pleural harus lebih tinggi dari



pengukuran



tekanan botol.



drainase yang lebih



Mempunyai batas kelebihan



baik



kapasitas aliran udara pada adanya



System paling



kebocoran pleural Lebih kompleks, lebih banyak



aman untuk



kesempatan untuk terjadinya



mengatur



kesalahan dalam perakitan dan



Unit water



penghisapan Plastic dan tidak



pemeliharaan Mahal.



seal (sekali



mudah pecah



Kehilangan water seal dan



Dua botol



Tiga botol



8



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



keakuratan pengukuran drainase



pakai)



seperti botol



Flutter



Ideal untuk



Mahal



valve



transport karena



Katup berkipas tidak memberikan



segel air



informasi visualpada tekanan



dipertahankan bila



intrapleural karena tak ada fluktuasi



unit terbalik



air pada ruang water seal



bila unit terbalik.



Kurang satu ruang untuk mengisi Tak ada masalah dengan penguapan air Penurunan kadar kebisingan Screw



Sama dengan



Sama dengan diatas



valve



diatas



Katup sempit membatasi jumlah volume yang dapat diatasinya, tidak efisien untuk kebocoran udara pleural besar



Calibrated



Sama dengan



spring



diatas



mechanis



Mampu mengatasi



m



volume besar



Mahal



PROSEDUR KETERAMPILAN



1.



PEMASANGAN CHEST TUBE Sejatinya pemasangan chest tube dilakukan oleh dokter spesialis paru atau tenaga medis yang sudah terlatih dan tersertifikasi. Namun



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



9



sebagai perawat harus mengetahui prinsip pemasangan chest tube sehingga dapat melakukan perawatan WSD dengan baik dan benar. Teknik pemasangan : a.



Bila mungkin penderita dalam posisi duduk. Bila tidak mungkin posisikan semi fowler.



b.



Ditentukan tempat untuk pemasangan WSD. Bila kanan sela iga (s.i) VII atau VIII, kalau kiri di s.i VIII atau IX linea aksilaris posterior atau kira-kira sama tinggi dengan sela iga dari angulus inferius skapulae. Bila di dada bagian depan dipilih s.i II di garis midklavikuler kanan atau kiri.



c.



Ditentukan kira-kira tebal dinding toraks.



d.



Secara steril diberi tanda pada selang WSD dari lobang terakhir selang WSD tebal dinding toraks (misalnya dengan ikatan benang).



e.



Cuci tempat yang akan dipasang WSD dan sekitarnya dengan cairan antiseptik.



f.



Tutup dengan duk steril Daerah tempat masuk selang WSD dan sekitarnya dianestesi setempat secara infiltrate.



g.



Insisi kulit subkutis dan otot dada ditengah.



h.



Irisan diteruskan secara tajam (tusukan) menembus pleura.



i.



Dengan klem arteri lurus lobang diperlebar secara tumpul.



j.



Selang WSD diklem dengan arteri klem dan didorong masuk ke rongga pleura (sedikit dengan tekanan).



k.



Fiksasi selang WSD sesuai dengan tanda pada selang WSD.



l.



Daerah luka dibersihkan dan diberi zalf steril agar kedap udara.



m. Selang WSD disambung dengan botol SD steril. n.



Bila mungkin dengan continous suction dengan tekanan -24 sampai -32 cmH20.



10



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



11



Gambar : Penyalir antar iga A. Lokasi penyalir dipuncak toraks untuk pneumotoraks (ruang antariga II) B. Lokasi penyalir untuk hemotoraks serendah mungkin di sisi. C. Pakai penyalir yang cukup besar. Tentukan bagian yang akan terletak intratoraks; tentukan tempat klem cunam D. Berikan anastesi lokal E. Buat luka tusuk F. Trokar dengan kanul ditusuk masuk G. Trokar dicabut dari kanul H. Penyalir dimasukkan melalui kanul I. Kanul dicabut dengan memperhatikan tempat klem untuk mempertahankan penyalir pada tempatnya. Kemudian buat jahitan di kulit untuk fiksasi, dan penyalir dipasang pada sistem tertutup untuk melakukan hisapan kontinyu, kemudian, baru klem dibuka Jika tidak ada trokar : J. Lakukan sayatan kecil di kulit K. Buat luka tembus dinding toraks secara tumpul dengan klem tertutup L. Masukkan penyalir dengan bantuan ujung klem M. Klem dicabut dan penyalir difiksasi dengan jahitan, kemudian dipasang pada sistem hisap penyalir sekat air



12



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



13



2.



Perawatan WSD Perawatan WSD atau penggantian balutan WSD dilakukan 48 jam sekali atau sesuai SOP masing-masing institusi. Persiapan Alat : a)



Pinset anatomis : 2



b)



Pinset chirrurgis : 1



c)



Gunting : 2



d)



Kasa steril yang telah dibelah tengahnya



e)



Plester / hipafix



f)



Bengkok



g)



Perlak



h)



Kom Alkohol



i)



Kom Bethadine



j)



Kom NaCl



k)



Zalf steril



l)



Set botol WSD steril



m) Larutan antiseptik steril n)



Sarung tangan bersih



o)



Sarung tangan steril



Prosedur : a)



Posisikan klien semi fowler



b)



Pakai sarung tangan



c)



Pasang perlak pengalas dibawah area chest tube



d)



Buka balutan dengan pinset dengan hati-hati



e)



Buang balutan ke dalam bengkok



f)



Bersihkan luka dengan NaCl, disinfeksi dengan bethadine, cek adanya emfisema subkutis atau tanda infeksi



g)



Disinfeksi selang dengan kapas alkohol +/- 3 cm dari arah luka ke arah tabung



h)



Berikan zalf steril di sekeliling area insersi chest tube



i)



Tutup luka dengan kasa steril, pastikan luka tertutup



j)



Amankan dengan plester / hipafix



k)



isi dengan larutan air+desinfektan minimal 2 cm dari dasar botol



14



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



l)



Klem selang WSD yang telah dibalut kassa



m) Lepaskan sambungan WSD lama n)



Bersihkan ujung selang lama dengan kapas alkohol



o)



Hubungkan selang dengan botol WSD steril



p)



Buka klem pada selang WSD



q)



Anjurkan pasien nafas dalam dan batuk efektif



r)



Amati undulasi



s)



Catat jumlah dan karakteristik cairan WSD Paru 1)



Dengan WSD diharapkan paru mengembang



2)



Kontrol pengembangan paru dengan pemeriksaan fisik dan radiologik.



t)



3)



Latihan nafas ekpirasi dan inspirasi yang dalam.



4)



Latihan batuk yang efisien.



5)



Pemberian antibiotika



6)



Expectorant: cukup obat batuk hitam (OBH).



Dinyatakan berhasil, bila: 1)



Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik atau radiologik.



3.



2)



Darah cairan tidak keluar dari WSD.



3)



Tidak ada pus dari selang WSD (tidak ada empyema).



Mengangkat WSD a.



b.



Sediakan alat-alat untuk mengangkat jahitan kulit yang steril. 1)



Kain kasa steril



2)



Zalf steril



Teknik: 1)



angkat jahitan



2)



pasien disuruh nafas dalam



3)



pada waktu ekspirasi dalam dan menahannya, WSD diangkat dengan menutup kain kasa steril yang ada zalf steril.



c.



Dikatakan baik dan dapat dipulangkan bila: 1)



Keadaan umum memungkinkan



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



15



2)



Pada kontrol 1 -2 hari pasca pengangkatan WSD paru tetap mengembang penuh



3) d.



Tanda-tanda infeksi/empiema tidak ada



Pasca pemasangan WSD selalu dimintakan fisioterapi : 1)



Untuk batuk efektif dan penderita harus latihan membatukbatukkan



2)



Untuk nafas dalam (inspirasi dan ekspirasi)



3)



Untuk nafas dada terutama bagian atas CHECK LIST PENILAIAN DEMONSTRASI SKILL CHECKLIST TINDAKAN PERAWATAN WSD



NO



ASPEK YANG DINILAI



Tahap Pra Interaksi 1 Mengecek program terapi 2 Mencuci tangan 3 Mengidentifikasi pasien dengan benar 4 Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien Tahap Orientasi 1 Salam, sapa, perkenalkan diri 2 Melakukan kontrak 3 Menjelaskan tujuan 4 Menjelaskan prosedur 5 Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien Tahap Kerja 1 Menjaga privacy 2 Mengajak pasien membaca Basmalah 3 Posisikan klien semi fowler 4 Pakai sarung tangan 5 Pasang perlak pengalas dibawah area chest tube 6 Buka balutan dengan pinset dengan hati-hati 7 Buang balutan ke dalam bengkok 8 Bersihkan luka dengan NaCl, disinfeksi dengan bethadine, cek adanya emfisema subkutis atau tanda infeksi 9 Disinfeksi selang dengan kapas alkohol +/- 3 cm dari arah luka ke arah tabung 16



BO BOT



SKOR 0 1 2



1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5



1,5



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



10 11



Oleskan zalf steril di sekeliling area insisi WSD Tutup luka dengan kasa steril, pastikan luka tertutup Amankan dengan plester / hipafix isi dengan larutan air+desinfektan minimal 2 cm dari dasar botol Klem selang WSD yang telah dibalut kassa Lepaskan sambungan WSD lama



1,5 1,5



16



Bersihkan ujung selang lama dengan kapas alkohol



1,5



17



Hubungkan selang dengan botol WSD steril



1,5



18



Buka klem pada selang WSD



19



Anjurkan pasien nafas dalam dan batuk efektif



1,5



20



Amati undulasi



1,5



21



Catat jumlah dan karakteristik cairan WSD



12 13 14 15



1,5 1,5 2 1,5



2



1



Tahap Terminasi 1



Mengevaluasi tindakan yang dilakukan



1



2



Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL



1



3



Mengajak pasien membaca Hamdalah



1



4



Berpamitan dan menyampaikan kontrak



1



5



Membereskan dan mengembalikan alat



1



6



Mencuci tangan



1



7



Mencatat dalam lembar catatan keperawatan



1



Penampilan selama tindakan 1



Ketenangan Selama Tindakan



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1



1



17



2



Melakukan Komunikasi terapiutik



1



3



Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien



1



TOTAL SKOR



DAFTAR PUSTAKA



18



Skill of Laboratory Keperawatan Medikal Bedah 1