Perbedaan Self Confidence Dan Self Efficacy (Efikasi Diri) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Perbedaan Self Confidence (Kepercayaan Diri) dan Self Efficacy (Efikasi Diri) Self confidence (kepercayaan diri) berbeda dengan Self Efficacy (efikasi diri). Hal ini dinyatakan oleh M Colman (2002) yang mendefinisikasn bahwa kepercayaan diri didefinisikan sebagai kepercayaan atau pernyataan dalam diri sendiri, percaya pada kemampuan seseorang, membuat pilihan yang mungkin mengacu pada konteks yang lebih umum atau peristiwa atau perbuatan tertentu. Sebagian lagi menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan self-assurance atau jaminan diri. Adapun dengan efikasi diri, Colman menjelaskan bahwa efikasi diri dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mencapai hasil yang dibutuhkan. Perbedaan ini pun dijelaskan sendiri oleh Albert Bandura, seorang Pendiri Konsep Observational Learning yang mempopulerkan konsep self efficacy pada kurun waktu 1980-1990 yang dijelaskan dalam bukunya yang berjudul Self Efficacy: The Exercise of Control (1997). Dia menjelaskan, “It should be noted that the construct of self-efficacy differs from the colloquial term “confidence.” Confidence is a nondescript term that refers to strength of belief but does not necessarily specify what the certainty is about. I can be supremely confident that I will fail at an endeavor. Perceived self-efficacy refers to belief in one’s agentive capabilities, that one can produce given levels of attainment. A self -efficacy assessment, therefore, includes both an affirmation of a capability level and the strength of that belief. Confidence is a catchword rather than a construct embedded in a theoretical system. Advances in a field are best achieved by constructs that fully reflect the phenomena of interest and are rooted in a theory that specifies their determinants, mediating processes, and multiple effects. Theory-based constructs pay dividends in understanding and operational guidance. The terms used to characterize personal agency, therefore, represent more than merely lexical preferences.” Dijelaskan disana, membangun pemahaman mengenai efikasi diri berbeda dengan konsep “kepercayaan”. Menurut Bandura, kepercayaan merupakan istilah yang tidak jelas yang mengacu pada kekuatan keyakinan namun tidak secara jelas menentukan tentang kepastiannya. Sebagai contoh ungkapan, “saya bisa sangat percaya diri bahwa saya akan gagal pada suatu usaha”. Adapun mengenai efikasi diri mengacu pada kemampuan seseorang yang bersifat lebih agentif atau berfokus pada pelaku yang dapat menghasilkan suatu capaian tertentu. Kepercayaan lebih merupakan sebagai semboyan dan bukan konstruk yang tertanam dalam sistem teoritis. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Lucio Sibilia (2013) dari Sapienza University of Rome yang menjelaskan bahwa efikasi diri mengacu pada perilaku subjek (yaitu: itu adalah penilaian subjek tentang kemampuannya sendiri untuk mengikuti tindakan yang diperlukan atau yang diinginkan); Sedangkan kepercayaan diri memiliki definisi yang kurang tepat, menyiratkan kepercayaan seseorang pada sumber daya atau kekuatan sendiri yang lebih luas. Cristial Vasile dari Petroleum – Gas University of Ploiesti menjelaskan,



“Percaya diri mengarah pada efikasi diri, atau dapat mengatakan ada korelasi langsung antara dua faktor. Di sisi lain, efikasi diri berhubungan dengan faktor-faktor lain juga, seperti: kesulitan tugas, kemampuan subjek dan sebagainya. Saya pikir Anda hanya dapat menganalisis hubungan antara efikasi diri dan kepercayaan diri dalam sampel, tetapi Anda tidak dapat menggunakan skala mengukur kepercayaan diri dan untuk mendiskusikan efikasi diri hanya dalam kaitannya dengan skala itu. Untuk menganalisis efikasi diri Anda harus mempertimbangkan tugas-tugas yang terlibat dalam studi Anda (mereka harus terkait dengan jenis olahraga – misalnya, olahraga tim atau individu – dan tujuan tertentu).” Selain itu, menurut A. Fast, L Lewis, J. Bryant, A. Bocian, A. Cardullo, Rettig dan Hammond (2010), mereka yang memiliki self-efficacy cenderung memiliki tingkat keinginan yang lebih tinggi, kewajiban yang lebih tinggi dan juga mampu memulihkan diri setelah menghadapi kegagalan dengan lebih baik daripada mereka yang memiliki tingkat self-efficacy yang lebih rendah. Menurut Carmona, P. Buunk, Dijkstra dan M. Peiro (2008), orang dengan tingkat self-efficacy yang tinggi cenderung memandang tanggung jawab yang berat sebagai tantangan yang harus dihadapi selain melihatnya sebagai bahaya atau risiko yang harus dijauhkan dari selalu. Kemudian timbul pertanyaan kedua, apakah self-efficacymempengaruhi kinerja? Sebagai contoh, bagi seseorang yang percaya bahwa dia sangat baik dalam matematika dan memiliki semua keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan standar tinggi masalah matematika (terutama aljabar, trigonometri dan kalkulus).



Sumber : https://resepbelajar.com/