Perspektif Kritis Terhadap Akuntansi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CRITICAL PERSPECTIVES OF ACCOUNTING RESUME Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Teori Akuntansi Keuangan yang Diampu oleh Bapak Drs. Imam Subekti, Ak., M.Si., Ph.D.



Disusun Oleh: Maya Aulia



145020301111021



Iin Mutmainnah



145020301111023



Roofi Indah Lestari



145020301111061



JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017



PENDAHULUAN Pada bab ini kami memberikan gambaran tentang perspektif alternatif dari peran akuntansi. Perspektif ini sering disebut dengan perspektif kritis. Secara eksplisit mempertimbangkan bagaimana akuntansi cenderung untuk mendukung ekonomi dan sosial budaya tertentu. Pandangan yang diungkapkan oleh peneliti dari perspektif kritis tentang akuntansi, jauh dari yang menyediakan gambaran netral atau berisi fakta mendasar tentang ekonomi, sebenarnya digunakan untuk mempertahankan posisi yang kuat dari beberapa sektor masyarakat, sambil menahan posisi dan kepentingan mereka tanpa kekayaan. Teori ini menantang setiap perspektif yang menunjukkan bahwa berbagai hak dan keistimewaan yang tersebar di seluruh masyarakat. Bab ini mempertimbangkan berbagai argumen tentang peran negara, peran penelitian akuntansi, dan peran akuntansi dalam mempertahankan tatanan sosial tertentu yang sudah ada - tatanan sosial yang beberapa peneliti berpendapat terdapat fungsi atas dasar ketidakadilan, di mana beberapa individu dengan modal hidup sejahtera dengan mengorbankan orang-orang yang tidak memiliki modal. Kita akan tahu peneliti yang mengadopsi perspektif kritis sering tidak memberikan solusi langsung ke ketidakadilan tertentu, melainkan berusaha untuk menyoroti ketidakadilan dalam masyarakat dan peran akuntansi dalam mempertahankan dan melegitimasi mereka ketidakadilan yang dirasakan.



MENDEFINISIKAN PERSPEKTIF KRITIS Kritikal perspektif sangat sulit diartikan. Fokus pendekatan pada penelitian ini adalah tentang metode akuntansi tertentu yang seharusnya diterapkan daripada fokus terhadap peran akuntansi yang mengkontrol sumber daya modal. Para peneliti yang disebut teori kritikal akuntansi, kemudian mencari apa yang disoroti, melalui kritikal analisis, yang merupakan kunci peran dari akuntansi dalam masyarakat. Perspektif tersebut menantang pandangan bahwa akuntansi dapat dibangun menjadi sesuatu yang objektif dan netral, dan para peneliti sering mencari bukti untuk mendukung pandangan ini. Tony Tinker (2005) dalam Craig Deegan (2007), merupakan salah satu pendiri gerakan akuntansi kritis, telah menawarkan salah satu definisi penelitian akuntansi kritis, yaitu : …all forms of social praxis that are evaluative, and aim to engender progressive change within the conceptual, institutional, practical, and political territories of accounting. Menurut Tony Tinker, akuntansi kritis adalah semua bentuk praktek sosial yang evaluatif dan bertujuan untuk menimbulkan perubahan progresif dalam wilayah konseptual,



institusional, dan politik akuntansi. Unsur kunci dari definisi ini adalah gagasan tentang praktek sosial. Praktek dalam penelitian akuntansi kritis umumnya dipahami untuk merujuk pada asumsi bahwa terdapat dua arah hubungan antara teori dan praktek. namun pada kenyataannya teori mempengaruhi sosial, sementara praktek-praktek sosial mempengaruhi teori. Salah satu implikasi dari hubungan antara teori dan praktek adalah ketika kondisi sosial (praktek) mengalami perubahan maka teori perlu dilakukan perubahan. Hal ini seharusnya tidak menjadi konsep baru. Implikasi lainnya adalah perkembangan teori perspektif yang berbeda dapat membawa perubahan dalam praktek-praktek sosial dan struktur masyarakat (seperti penyebaran kekayaan dan kekuasaan). Perbedaan hubungan antara teori dan praktek adalah gagasan yang tidak tersirat dalam hubungan dua arah tersebut. Sebelumnya cenderung mengandalkan hubungan satu arah dimana baik teori menentukan praktek atau praktek menentukan teori. Perbedaan selanjutnya adalah pada perubahan praktek. Ketika teori normatif



berusaha untuk mengembangkan dan



menerapkan akuntansi tertentu, fokus perubahan praktek diwujudkan di masyarakat luas. Dapat disimpulkan bahwa peran teori dalam mengubah praktek-praktek sosial lebih penting daripada peran praktek-praktek sosial yang mengubah teori. Tinker (2005, P: 101) berpendapat bahwa pendekatan akuntansi kritis memerlukan sarjana khusus untuk penelitian akuntansi kritis.



Wawasan Pendukung Akuntansi Secara eksplisit bahwa semua penelitian dalam ilmu-ilmu sosial bergantung pada subjektivitas dari interpretasi para peneliti yang terlibat di dalamnya. Dalam penelitian akuntansi kritis, para peneliti dalam bidang akuntansi kritis (ahli teori akuntansi) berusaha untuk melihat hal yang pokok, melalui analisis kritis, yang berperan utama dalam akuntansi perspektif sosial. Seperti yang dinyatakan oleh Hopper at al. (1995) bahwa dalam mengkomunikasikan realita akuntan secara keberlanjutan (secara simultan) membangunnya (Hines, 1988) dan akuntansi adalah



sosial dalam perjuangan politik, dan



pasar yang



dikendalikan oleh keseimbangan pasar yang efisien. Pandangan ini juga didukung oleh Baker dan Bettner (1997), menyatakan bahwa esensi akuntansi dapat ditangkap dengan pemahaman dari dampak individu, organisasi, dan masyarakat. Oleh karena itu sangat penting dalam penelitian akuntansi untuk mengadopsi kritikal perspektif.



Kritikan Marxist terhadap Akuntansi



Salah satu cabang utama, pendiri dari teori akuntansi kritis didasarkan pada kritik yang disampaikan oleh Marxis mengenai kapitalisme. Dalam kritik Marxis ini, pemilik modal dianggap memiliki akumulasi kekayaan melalui eksploitasi sejarah dan pengambilalihan dari nilai yang diciptakan oleh pekerja. Kehidupan pekerja sebagian besar dikendalikan oleh pasar eksternal dan pasar umum. Kapitalisme juga dianggap cacat struktural yang mendasar. Cacat struktural menurut Marxis adalah salah satu cara yang efektif untuk usaha perorangan meningkatkan keuntungan dalam jangka panjang yang dalam sejarah telah meningkatkan mekanisasi faktor perusahaan dengan cara mengganti kapasitas produktif beberapa pekerja dengan kapasitas produktif mesin tambahan. Biaya penggunaan mesin ini (seperti penyusutan, perbaikan dan biaya kesempatan modal yang diinvestasikan dalam mesin) jauh lebih rendah dibandingkan biaya tenaga kerja dan mesin bisa bekerja untuk waktu yang lama dengan penghentian minimal. Marxist berpendapat bahwa terdapat dorongan yang semakin besar dari semua pemilik bisnis untuk meningkatkan pengembalian modal melalui mekanisasi. Cacat mendasar ini dalam struktur sistem kapitalis adalah untuk modal EAM kembali, tidak hanya biaya harus diminimalkan, tetapi juga usaha untuk mendapatkan pendapatan perlu dimaksimalkan. Sementara tindakan satu atau dua pemilik pabrik dalam menggantikan beberapa tenaga kerja, modal, mereka mungkin tidak mempengaruhi pasar untuk barang-barang mereka, dan karena itu ekonomi bagi pemilik usaha bersifat individualis. Dalam sejarah Marxist berpendapat bahwa jika semua pemilik usaha bertindak dengan cara ini maka jumlah total yang dibayarkan kepada tenaga kerja secara keseluruhan akan menurun, daya beli konsumen secara keseluruhan akan menurun pada titik tertentu, pengurangan sumber daya lebih besar dari peningkatan kapasitas produksi sehingga mengakibatkan penurunan



permintaan, dan mengancam



kemakmuran modal. Teori Marxis berpendapat bahwa sistem kapitalisme beroperasi dengan cara mengasingkan pekerja dan penuh dengan kontradiksi struktural yang melekat. Pemerintah dan swasta melakukan tindakan untuk mengatasi gejala negatif dari ketidakstabilan kapitalisme tersebut. Marxis menganggap tindakan pemerintah dan swasta tersebut sebagai gejala mengobati daripada mengatasi penyebab umum dari semua gejala ketidakstabilan struktural sistem kapitalisme itu sendiri. Selain itu, 'berhasil' mengobati gejala negatif saat ini dari ketidakstabilan kapitalisme, dapat mencegah gejala terhadap sesuatu hal yang tidak dapat dielakkan di masa mendatang. Bagi para sarjana, Marxis dapat melemahkan kekuasaan dan kekayaan modal (mengutip Marxis bahwa kapitalisme menggali kuburnya sendiri (Marx dan Engels, 1967, seperti dikutip



dalam Tinker, 2005). Oleh karena itu, hak-hak istimewa, kekuasaan dan kekayaan modal dianggap oleh kaum Marxis sebagai tidak stabil, dan pemilik modal akan mengambil tindakan untuk membela hak-hak, kekuasaan dan kekayaan mereka. Teori-teori akuntansi kritis menganggap akuntansi sebagai alat yang ampuh untuk meningkatkan kekuasaan dan kekayaan modal dan membantu melindungi kekuatan dan kekayaan modal dari ketidakstabilan struktural kapitalisme. Menurut pendapat Tinker (2005) bahwa banyak peneliti akuntansi kritis cenderung menentang sistem kapitalis dan akuntansi, mereka berusaha untuk mengekspos peran akuntansi dalam mendukung distribusi kekuasaan yang tidak seimbang dan kekayaan di masyarakat dan berusaha untuk menumbangkan peran akuntansi. Hal ini juga cenderung digunakan oleh beberapa peneliti akuntansi yang tidak mengadopsi perspektif Marxis murni. Banyak dari kritikal peneliti memandang akuntansi sebagai perintah legitimasi kapitalis. Mereka menekankan bahwa sistem akuntansi dibangun dan dikelilingi oleh perintah sosial yang terselubung. Penggambaran peran dari akuntansi dalam masyarakat kapitalis, Tinker, Merino, dan Neimark (1982, p.178) menjelaskan bahwa teori ini adalah hubungan sosial dari kapitalisme yang membedakannya dengan sistem sosial yang lain. Gray, Owen dan Adams (1996) menyatakan, perhatian yang besar dari kritikal atau radikal teori ini adalah distribusi dari kekayaan, kekuatan (power) dari suatu perusahaan, bahasa ekonomi bisnis, dan lainnya adalah secara fundamental cacat dan tidak lebih dari struktur radikal yang berubah dari harapan kehidupan manusia dan lainnya. Sosial, ekonomi, dan sistem politik dianggap mempersulit secara fundamental.



Penelitian Akuntansi Kritis Versus Penelitian Akuntansi Sosial dan Lingkungan Kritikal perspektif yang diadopsi oleh banyak peneliti akuntansi kritis didasarkan pada Teori Ekonomi Politik. Penelitian akuntansi kritis cenderung didasarkan pada Teori Ekonomi Politik Klasik. Ekonomi politik yang didefinisikan oleh Gray, Owen dan Adams (1996) sebagai sosial, politik, dan kerangka ekonomi di mana kehidupan manusia berada. Pada pandangan ini sosial, politik, dan ekonomi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, dan isu ekonomi tidak dapat diinvestigasi keberadaanya dalam pertimbangan mengenai politik, sosial dan kerangka institusi pada aktivitas ekonomi berada. Seperti Guthrie dan paker (1990) yang menyatakan bahwa perspektif ekonomi politik dapat dipahami dalam laporan akuntansi sebagai dokumen sosial, politik, dan ekonomi. Laporan akuntansi berfungsi sebagai alat untuk membangun, mempertahankan dan melegitimasi pengaturan ekonomi dan politik, lembaga-lembaga dan tema ideologis yang berkontribusi terhadap kepentingan organisasi itu sendiri.



Gray, Owen dan Adams (1996) dan lain-lain membagi Teori ekonomi politik menjadi dua yaitu klasik dan borjuis. Perspektif ekonomi politik borjuis tidak mengeksplorasi ketidakadilan struktural, kepentingan pihak tertentu, perjuangan golongan tertentu. Banyak teori kritis menganggap bahwa penelitian hanya menerima sifat yang ada dan struktur masyarakat tanpa adanya tantangan secara efektif yang mendukung masyarakat (Hopper dan Powell, 1985). Dengan menerima berbagai konsep pada masyarakat sehingga mengabaikan perjuangan dan ketidakadilan dalam masyarakat (Puxty, 1991). Peneliti kritis terkemuka seperti Tinker, Puxty, Lehman, Hopper dan Cooper perlu untuk menantang karya peneliti aliran ekonomi politik, seperti Gray, Owen, Maunders, Mathews dan Parker. Seseorang yang telah mempromosikan kebutuhan organisasi menjadi lebih bertanggung jawab atas kinerja sosial dan lingkungannya. Gray, Owen dan Adams (1996 P: 63) menyatakan bahwa teori kritis: Corporate social reporting (CSR) will be controlled by the reporting corporations and a State which has a vested interest in keeping things more or less as they are, CSR has little radical content. Furthermore, CSR may do more harm than good because it gives the impression of concern and change but, in fact, will do no more than allow the system to 'capture' the radical elements of, for example, socialism, environmentalism or feminism and thus emasculate them. Sementara kebanyakan dari kita, menganggap semakin besar pengungkapan dari informasi social responsibility akan tampak suatu langkah yang tepat, dan teori kritikal beragumen bahwa usaha tersebut sia-sia kecuali hal tersebut didasari dengan perubahan struktur masyarakat. Mereka beragumen bahwa pengungkapan CSR hanya dilakukan karena diatur, dan tidak menantang bagi penyedia informasi. Tanpa pertimbangan dari keberadaan lingkungan sosial politik hasil yang diberikan akan tidak sempurna dan tidak lengkap. Berkaca pada beberapa pandangan teori kritis tentang kekurangan akuntansi sosial dan lingkungan penelitian, Owen, Gray dan Bebbington (1997) menyatakan bahwa pada awal kritik terhadap gerakan akuntansi sosial berasal dari seorang sosialis yang mengadopsi perspektif Marxis. Tinker et al. (1991) dan Puxty (1986, 1991) menyatakan bahwa masyarakat ditandai dengan konflik sosial. Tinker et al.(1991) menyatakan bahwa gerakan akuntansi sosial gagal untuk memeriksa kontradiksi dasar dan antinomies dari sistem sosial dalam penyelidikan dan tidak relevan dan secara implisit mengadopsi sikap 'Quietisme politic' yang hanya menguntungkan golongan kapitalis. Puxty (1986) menyarankan ketidakrelevanan akuntansi sosial, mencatat bahwa kritik yang lebih radikal dari masyarakat kapitalis telah lebih peduli dengan isu-isu yang lebih luas dari akuntansi dan akuntan. Akuntansi dianggap mempertahankan struktur sosial tertentu. Pengenalan bentuk



baru akuntansi (misalnya, metode eksperimental yang berkaitan dengan akuntansi untuk biaya sosial) hanya akan membantu mempertahankan sistem sosial. Berkaca pada persepsi teori kritis dari penelitian yang sedang berlangsung yang dilakukan untuk meneliti bagaimana memperhitungkan implikasi sosial dan lingkungan bisnis, Gray, Owen dan Adams (1996) menyatakan bahwa beberapa teori kritis menganggap bahwa penelitian tersebut bertujuan untuk memecahkan masalah krisis lingkungan. Meskipun pembahasan di atas menunjukkan perbedaan pendapat yang cukup besar dari beberapa peneliti akuntansi kritis terhadap penelitian akuntansi sosial dan lingkungan, dalam beberapa tahun terakhir, beberapa peneliti akuntansi sosial dan lingkungan telah melakukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah yang diungkapkan oleh para peneliti akuntansi kritis. Sebagai contoh, Bailey, Harte dan Sugden (2000), Lehman (1999, 2001), O'Dwyer (2005) dan Unerman dan Bennett (2004) merupakan beberapa studi penelitian akuntansi sosial dan lingkungan yang telah menyinggung isu-isu dan implikasi kekuasaan diferensial antara organisasi dan berbagai kelompok pemangku kepentingan dalam hubungan akuntabilitas. Teori kritikal memberikan argumen yang mengarahkan untuk penciptaan iklim perubahan di struktur sosial. Namun, teori kritikal tidak memberikan solusi terhadap masalah yang mereka utarakan. Teori Kritikal tidak memberikan arahan bagaimana memahami suatu permasalahan agar dapat terpecahkan.



Dampak Dari Penelitian Akuntansi Kritis Terhadap Praktek Sosial Kritikal perspektif didasarkan pada perspektif ekonomi politik klasik dan secara eksplisit menganggap konflik struktural, ketidakadilan dan peran negara di pusat analisis. Dengan mengadopsi penelitian perspektif yang didasarkan pada Teori Ekonomi Politik Klasik, peneliti akuntansi kritis dapat menyoroti isu-isu tertentu yang mungkin tidak ditangani. Menurut Cooper dan Sherer (1984) : Social welfare is likely to be improved if accounting practices are recognised as being consistently partial; that the strategic outcomes of accounting practices consistently (if not invariably) favour specific interests in society and disadvantage others. Therefore, we are arguing that there already exists an established, if implicit. conceptual framework for accounting practice.



A political economy of accounting



emphasises the



infrastructure, the fundamental relations between classes in society. It recognises the institutional environment which supports the existing system of corporate reporting and subjects to critical scrutiny those issues (such as assumed importance of shareholders



and securities markets) that are frequently taken for granted in current accounting research. Kesejahteraan sosial kemungkinan akan ditingkatkan jika akuntansi diakui secara konsisten yaitu hasil strategis



akuntansi secara konsisten mendukung kepentingan tertentu dalam



masyarakat dan merugikan orang lain. Oleh karena itu, kami berpendapat bahwa praktek akuntansi sudah ada dan secara implisit ada di kerangka kerja konseptual untuk akuntansi. Sebuah ekonomi politik akuntansi menekankan infrastruktur, hubungan mendasar antara golongan-golongan dalam masyarakat. Ekonomi politik akuntansi mengakui lingkungan kelembagaan yang mendukung sistem pelaporan perusahaan dan pelajaran untuk pengawasan kritis isu-isu diambil untuk diberikan dalam penelitian akuntansi saat ini. Sementara sejumlah besar penelitian kritis dipengaruhi oleh karya filsuf seperti Karl Marx, sebagian penelitian akuntansi kritis didasarkan pada kritik Marxis murni kapitalisme. Sebagai contoh, referensi yang dibuat oleh Owen, Gray dan Bebbington (1997) yang menyatakan bahwa para peneliti kritis diidentifikasi sebagai 'ekologi yang mendalam' dan 'feminis radikal'. Menurut Gray, Owen dan Adams (1996) bahwa inti dari pandangan ini adalah bahwa hal yang mendasar mengenai keberadaan sistem ekonomi (dan sosial) kita adalah sebuah kutukan. Diletakkan pada sistem yang paling sederhana dan tidak merenungkan tradeoff antara, misalnya, habitat spesies terancam dan kepentingan ekonomi. Untuk seorang ahli ekologi bahwa trade-off bisa memiliki bentuk pembenaran moral. Pandangan seperti itu merupakan tantangan bagi setiap aspek kehidupan manusia, terutama di negara-negara barat yang maju. Feminis radikal, percaya bahwa akuntansi mempertahankan dan memperkuat sifat-sifat maskulin seperti keberhasilan kebutuhan dan kompetisi, dan akuntansi bertindak mengurangi relevansi isu-isu seperti kerjasama, rasa hormat, kasih sayang dan sebagainya. Maskulin mempertimbangkan berbagai nilai-nilai sosial dalam konteks akuntansi internasional, dan bagaimana peringkat suatu negara dalam hal 'maskulinitas' atau 'feminitas' mempengaruhi akuntansi nasional yang diadopsi. Menurut Hofstede (1984) bahwa maskulinitas merupakan preferensi dalam masyarakat untuk berprestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan material. Sedangkan feminitas merupakan preferensi untuk hubungan, kesederhanaan, merawat yang lemah, dan kualitas hidup. Para peneliti yang bekerja dengan literatur feminis berdebat untuk kebutuhan akuntansi yang kurang 'maskulin' dan lebih 'feminin' dalam orientasi. Menurut Reiter (1995) bahwa teori feminis memiliki banyak suara dan volume besar terhadap kritik feminis yang diterbitkan. Pada akhir 1980-an sarjana akuntansi mulai mendalami gagasan bahwa teori feminis dapat



digunakan untuk kritik akuntansi. Teori ekonomi cenderung menghargai karakteristik yang terkait dengan stereotip maskulin seperti abstraksi, pikiran, efisiensi, keseimbangan, rasionalitas, mengejar keuntungan sendiri, dan otonomi. Dalam menjelaskan bagaimana penggabungan nilai feminis dalam teori ekonomi berpotensi menyebabkan teori yang lebih menjanjikan, Reiter (1995) menyatakan bahwa Folbre dan Hartmann (1988) menjelaskan bahwa suatu pertumbuhan badan penelitian feminis interdisipliner melengkapi upaya banyak ekonom untuk mengembangkan teori yang lebih lengkap terhadap kepentingan ekonomi, yang dapat mencakup konsep-konsep seperti kerjasama, loyalitas dan timbal balik. Nelson (1992) menunjukkan bahwa penggabungan kualitas feminin positif seperti fleksibilitas, intuisi, humanisme dan keterhubungan individu dan konsep bahwa pilihan individu dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya akan menyebabkan peningkatan kekayaan dan penerapan teori ekonomi. Dia juga berpendapat bahwa fokus eksklusif ekonomi neo-klasik adalah pada masalah-masalah pertukaran yang merupakan penolakan kualitas feminin kebutuhan. Pandangan perilaku ekonomi yang tergabung dalam teori ekonomi keuangan seperti teori keagenan berkonsentrasi pada konflik dan disiplin daripada pada kegiatan produktif dan mutualitas kepentingan. Dalam mengadopsi posisi untuk mengejar ideologi yang didominasi kapitalis, teori kritis memberikan argumen untuk menciptakan iklim perubahan dalam struktur sosial. Dengan alasan untuk perubahan status quo telah berpendapat bahwa 'peneliti kritis' sering terpinggirkan ke tingkat yang lebih besar daripada peneliti yang mengadopsi teori atau ideologi perspektif lain (Baker dan Bettner, 1997). Selanjutnya, Sikka dan Willmott (2005-, hal 142.) Menyatakan bahwa tradisi Marxis harus terus diperbaharui melalui pengalaman hidup dan oposisi terhadap lembaga penindasan dan eksploitasi dalam upaya manusia untuk hidup lebih brutal dan merusak. Cooper dan Sherer (1984) menyatakan bahwa pendekatan penting akuntansi harus dianalisa secara kritis. Jadi jika masalah utama dalam akuntansi diidentifikasi, maka kritikal perspektif akan menyarankan refleksi dari orientasi masyarakat untuk mengubah akuntansi yang membutuhkan kesadaran sosial dan perubahan sosial. Apakah teori kritis dalam prakteknya diterapkan untuk penelitian akuntansi tergantung pada apakah peneliti dapat membebaskan diri dari sikap dan orientasi yang mengakibatkan pelatihan sosial dan pendidikan mereka diperkuat oleh keyakinan profesi akuntansi dan komunitas bisnis. Untuk proses sosialisasi ini telah dihasilkan oleh para peneliti akuntansi dengan menunjukkan definisi yang bias terhadap serangkaian masalah akuntansi dan pilihan teori untuk menganalisis dan memecahkan masalah ini. Teori kritis sering mengkritik akuntan,



dan memberikan dasar untuk beberapa marjinalisasi (usaha untuk membatasi beberapa kelompok tertentu).



PERAN NEGARA DALAM MENDUKUNG KEBERADAAN STRUKTUR SOSIAL Para peneliti dengan kritikal perspektif melihat bahwa negara (pemerintah) sebagai alat untuk mendukung pemilik modal dan juga sistem kapitalis. Dalam perspektif ini pemerintah akan mengambil beberapa tindakan dari waktu ke waktu untuk meningkatkan legitimasi dari sistem sosial, walaupun ini akan memperlihatkan bahwa pemerintah memiliki kepentingan di atas kerugian suatu instansi, pemerintah dapat menekan suatu aturan pengungkapan pada suatu perusahaan. Untuk mengambil keputusan, individu maupun kelompok harus memiliki akses informasi. Batasan arus informasi atau ketersediaan jenis informasi yang spesifik, dapat menghambat kemampuan untuk memilih informasi. Oleh karena itu, batasan ketersediaan informasi menjadi salah satu strategi yang dipilih untuk menjaga organisasi dan struktur sosial. Puxty (1986, p.87) mendukung pandangan bahwa informasi keuangan diatur oleh badan pemerintah sosial dimana terdapat hubungan kepentingan dari kelompok kekuasaan yang dominan di dalam masyarakat. Oleh karena itu pemerintah tidak beroperasi pada kepentingan publik, tapi lebih pada kelompok yang sudah kaya. Peran dari peneliti Akuntansi dalam mendukung keberadaan struktur sosial Konsisten dengan pengembangan PAT, di akhir 1970 an peneliti akuntansi menyoroti tentang konsekuensi dari regulasi baru akuntansi. Perspektif ini menyatakan bahwa implementasi dari regulasi baru akuntansi dapat menimbulkan implikasi ekonomi yang tidak diinginkan, dan oleh sebab itu, sebelum persyaratan baru ditetapkan, pertimbangan yang hatihati diperlukan. Para kritikal beragumen bahwa implikasi ekonomi bagi pemegang saham contohnya adalah berubahnya harga saham, dan manajer contohnya adalah pengurangan gaji yang fokus pada para peneliti konsekuensi ekonomi regulasi akuntansi. Seperti yang dinyatakan Cooper dan Sherer (1984, pp.215, 217): Studi menggunakan ECA (Economic Consequences Analysis) lebih mengevaluasi konsekuensi laporan akuntansi terhadap perilaku dan kepentingan dari pemegang saham, dan manajer perusahaan (Selto dan Neumann, 1981). Efek dari laporan akuntansi secara langsung bagi pengguna lainnya seperti pemerintahan dan pengguna tidak langsung seperti konsumen, karyawan, pembayar pajak, diabaikan. Oleh karena itu studi ini memberikan nilai implisit bahwa kepentingan pemegang saham dan manajer menjadi kepentingan yang utama dan konsentrasi pada pemenuhan kebutuhan pemahaman tersebut mencukupi dalam pemahaman dari peran laporan akuntansi dalam masyarakat.



PERAN DARI AKUNTANSI DALAM MENDUKUNG KEBERADAAN STRUKTUR SOSIAL. Hines (1998) berpendapat bahwa akuntan menerapkan pandangan mengenai karakteristik apa saja yang memerlukan penekanan (contohnya laba). Akuntan juga memutuskan atribut kinerja organisasi yang tidak penting sehingga tidak perlu diukur dan diungkapkan. Hines beragumen bahwa dalam mengkomunikasikan realita, akuntan secara terus-menerus



membangun



realita.



Untuk



beberapa



orang



yang



awalnya



tidak



mempertimbangkan akuntansi seperti para pencetus teori kritikal, ada beberapa hal yang akan membingungkan. Bagaimana bisa akuntan memiliki kekuatan? Para profesi akuntan digambarkan sebagai sesuatu yang objektif dan netral. Dalam kenyataannya akuntan memiliki reputasi yang lemah. Tapi kita meyakini kritikal teori, kelemahan ini merupakan bagian yang mungkin tersembunyi dari kekuatan sosial. Seperti yang dikemukakan oleh Carpenter dan Feroz (1992, p.168) bahwa sistem akuntansi mungkin dipandang dengan artian legitimasi dari struktur sosial saat ini dan politik organisasi. Hopwood (1983) lebih jauh lagi menyatakan bahwa peraturan memaksa akuntansi menjadi bagian yang tampak lemah, tidak diperhatikan, dan bersifat rutinitas dari prosedur akuntansi dan menghasilkan aura objektifitas dan pengesahan dalam pandangan pengguna laporan akuntansi. Jauh dari kelemahan dan rutinitas, akuntansi dan akuntan dapat menyingkirkan konflik sosial.



Berikut hal-hal yang mempengaruhi Laporan Keuangan yang mendukung Kritikal pada Laporan Keuangan: A. Budaya mempengaruhi Laporan Keuangan Pengertian budaya dalam Webster’s Dictonary (1991, p.137), merupakan cerminan nilai-nilai yang diyakini ada pada sekelompok orang dalam wilayah area tertentu, dan dicerminkan dalam persepsi, pola pikir, keputusan-keputusan, dan tindakan-tindakan nyata dalam kehidupan keseharian. Laporan keuangan dapat dipahami dan diterima oleh para pengguna karena dalam proses penyusunan laporan keuangan terdapat tujuan, standar, kebijakan, dan teknik akuntansi. Dalam area wilayah yang berbeda seringkali terdapat perbedaan bentuk dan isi laporan keuangan. Perbedaan itu disebabkan oleh lingkungan akuntansi yang berbeda pada masingmasing area wilayah tersebut, tujuan, standard, kebijakan, dan teknik tersebut sangat bergantung dari lingkungan dimana akuntansi dikembangkan.



Akuntansi merupakan produk budaya, karena konsep-konsep, aturan-aturan, dan - yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan merupakan bentuk cerminan perilaku dari orang-orang dalam sekelompok komunitas dalam wilayah tertentu. Bilamana dalam suatu masyarakat mempunyai lingkungan budaya yang berbeda, maka akan terjadi perbedaan, tujuan, standard, kebijakan dan teknik yang berlainan. B. Ekonomi Kapitalis sebagai Lingkungan Akuntansi Konvensional Dalam konsep, aturan-aturan, dan - proses penyusunan laporan keuangan tidak lepas dari kepentingan dari orang-orang yang terkait dengan produk akuntansi yang berupa laporan keuangan. Akuntansi konvensional tersebut banyak mengandung kepentingan-kepentingan yang merupakan cerminan budaya kapitalis. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Kam (1990, p.3) sebagai berikut Historically, double entry accounting is inextricably tied to the capitalistic spirit. It is the motivating force that drives people to form bussiness entities for the sake of making a profit... Robert dan Borin (2008, p.3) menyatakan ada 3 esensi utama dalam kapitalisme, yaitu: 1. Modal adalah bagian dari kekayaan suatu bangsa yang merupakan hasil karya manusia dan karenanya bisa diproduksi berulangkali (reproducible). 2. Dibawah sistem kapitalisme, suatu perlengkapan modal masyarakat, alat-alat produksinya, dimiliki oleh segelintir individu yang memiliki hak legal untuk mempergunakan hak miliknya guna untuk meraup keuntungan pribadi. 3. Kapitalisme bergantung pada sistem pasar, yang menentukan distribusi, mengalokasi sumber daya-sumberdaya dan menetapkan tingkat-tingkat pendapatan, gaji, biaya sewa, dan keuntungan dari kelas-kelas sosial yang berbeda. Berdasarkan tiga pernyataan diatas ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian utama dalam sistem kapitalis, yaitu: modal, kepentingan individu, dan sistem pasar. C. Kegagalan Ekonomi Kapitalis 1) Mekanisme pasar, tidak mampu membatasi kejenuhan pasar. Pada akhir taun 2008, perekonomian negara Amerika Serikat mengalami depresi, depresi pada tahun 2008 lebih parah daripada depresi pada tahun 1937. Dampak dari depresi itu adalah gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di banyak negara. Tidak hanya terjadi di negara Amerika Serikat, tetapi juga negara Eropa, Jepang, Korea, dan negara-negara berkembang lainnya yang mempunyai volume ekspor ke negara Amerika Serikat. Depresi ini terjadi karena sistem ekonomi kapitalis. Dalam ekonomi kapitalis, perekonomian digerakkan oleh sistem pasar. Dan pelaku-pelaku pasar yang mencari



keuntungan maksimal tidak pernah mampu mengontrol kejenuhan pasar. Produsen selalu meningkatkan produksi, didorong oleh keinginan memperoleh laba maksimal, sehingga akan terjadi kelebihan penawaran. Dalam kasus ini, terjadi kelebihan penawaran properti sehingga produknya tidak laku terjaul, dan sebagai konsekuensinya perusahaan mengalami kebangkrutan. Pada sisi lain, perusahaan properti dalam menjalankan usahanya menjalankan usahanya mengandalkan dana dari masyarakat, melalui penjualan surat berharga. Surat-surat berharga dari properti tersebut jatuh harganya, sebagai konsekuensinya pasar modal di Amerika Serikat mengalami kegoncangan. Para pemegang surat berharga secara keseluruhan mengalami panik, karena harga-harga surat berharga yang dimilikinya nilainya jatuh, ini ditunjukkan dengan nilai indeks surat berharga yang turun drastis. Kepanikan inilah akan berdampak pada mekanisme ekonomi secara keseluruhan. 2) Penindasan Kaum Buruh Bentuk penindasan buruh terjadi karena dorongan ingin memperoleh laba sebanyakbanyaknya. Salah satu cara memperoleh laba adalah dengan menekan gaji buruh, selain itu juga pemberian fasilitas-fasilitas kerja yang minimal namun menginginkan produktifitas yang maksimal. Selain itu, penerapan sistem jam kerja yang melebihi batas kemampuan, sering melakukan jam lembur. Buruh yang tidak mengikuti jam lembur tidak akan memperoleh penghasilan yang layak. Kebijakan jam buruh sebetulnya didorong oleh usaha meminimalkan beban tetap perusahaan. 3) Ketimpangan Ekonomi Dalam kapitalis, masyarakat akan terpolarisasi dalam dua kutub kelompok komunitas, yaitu komunitas buruh dan komunitas pemilik modal. Sebagian besar masyarakat termasuk dalam golongan komunitas buruh, dan hanya sebagian kecil yang termasuk dalam golongan pemilik modal. Kedua golongan komunitas tersebut kemampuan ekonomi sangat jauh berbeda, kelompok buruh kemampuan ekonomi terbatas dan sebaliknya komunitas pemilik modal menguasai aktivitas ekonomi. 4) Resiko Sosial terlalu Tinggi akibat akumulasi ketimpangan ekonomi Dalam jangka panjang, sistem ekonomi kapitalis akan mencapai titik kejenuhan dan setelah itu akan terjadi depresi ekonomi, konsekuensinya penjualan mengalami penurunan dan tindakan pemutusan hubungan kerja buruh tidak terelakkan, dan konsekuensinya akan terjadi kerusuhan-kerusuhan sosial. Adanya pengangguran yang tiba-tiba akibat proses pemutusan hubungan kerja akan berdampak pada kerusuhan sosial, bahkan akan menjurus pada krisis politik.



D. Akuntansi Konvensional : Akuntansi Kapitalis Seperti telah disebutkan diatas, sistem kapitalis meletakkan kepentingan individu menjadi titik awal sistem penggerak ekonomi. Individu yang menjadi perhatian utama dalam sistem kapitalis adalah para pemilik modal, pemilik modal menguasai akses ekonomi. Dalam akuntansi konvensional, khususnya akuntansi yang dikembangkan di negara Amerika Serikat, pemilik modal juga menjadi titik fokus laporan keuangan. Hal ini dapat dilihat dari: 1. Tujuan laporan keuangan 2. Konsep entitas: Proprietary theory 3. Definisi elemen laporan keuangan 4. Jenis laporan keuangan:laporan keuangan ekuitas 5. Asumsi teori akuntansi positif