Pola Jahitan Tunggal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. PENDAHULUAN Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh (diskontinuitas jaringan). Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Dalam penjahitan luka, ada tiga hal yang menentukan pemilihan jenis benang jahit, yaitu jenis bahannya, kemampuan tubuh untuk menyerapnya dan susunan filamennya. Benang yang dapat diserap melalui reaksi enzimatik pada cairan tubuh kini banyak dipakai. Pola jahitan pada dasarnya diklasifikasikan secara luas kedalam pola terputus (interrupted sutures) dan pola lanjutan (continous sutures). Pola jahitan khusus digunakan untuk berbagai tujuan seperti jahitan otot, jahitan tendon, jahitan untuk pembuluh, jahitan untuk saraf dan sebagainya, dapat juga digunakan pada salah satu atau kedua dari kategori tersebut. Klip, pin dan sebagainya merupakan bentuk tipe yang berbeda namun dapat digabungkan dengan pola jahitan terputus. Pola jahitan lebih lanjut dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Pola aposisi, Pola inversi, Pola eversi, Pola purestring, Pola tension dan Pola Miselanius lainnya.



Berikut akan dijelaskan berbagai jenis pola jahitan tunggal (Iinterrupted sutures): B. PEMBAHASAN Pola terputus. Saat luka di jahit dengan beberapa jahitan yang berdiri sendiri dengan jumlah tertentu maka disebut pola terputus. Secara umum pola terputus lebih dipilih untuk digunakan daripada pola lanjutan karena jika salah satu jahitan terputus atau terlepas maka jahitan lainnya tidak akan terpengaruh. Tetapi pola terputus membutuhkan waktu yang lebih banyak,



membutuhkan jumlah benang yang banyak dan banyaknya lipatan simpul yang tidak diperlukan merupakan beberapa ketidakuntungan dari pola ini. 1. Pola terputus sederhana (simple interrupted). Pola ini biasa digunakan pada jahitan kulit. Benang mulai masuk dari salah satu lapisan luka terluar masuk kedalam dan jarum menembus kulit dari dalam keluar ke lapisan luka lainnya dari bawah, kemudian simpul diikat dan sisa benang dipotong. Benang diikat pada sisi kanan dari garis insisi. Jahitan yang dibuat melintasi garis insisi. Simpul yang dibuat harus pada salah satu sisi dan tidak pada garis insisi. Titik penusukkan jarum pada lapisan luka biasanya 1 sampai 8 inci (2 hingga 3mm) dari garis insisi. Dalam menjahit lebih pas untuk memulainya dari batas bawah kemudian berlanjut ke batas atas. Perhatikan lapisan kulit jangan sampai terlipat kedalam saat ikatan benang dikencangkan cukup hanya rapat saja atau sedikit terlipat kearah luar.



Gambar 1. Jahitan simple interrupted



Gambar 2. Jahitan simple interrupted



2. Pola Mattress (pola horisontal mattress, pola horisontal mattress terputus, pola four stitch terputus). Untuk mendapatkan ikatan yang kuat pola jahitan ini lebih dipilih pola terputus. Pola ini juga harus bersifat sedikit lentur dalam merapatkan jahitan. Jika ikatan jahitan dikencangkan terjadinya lapisan luka yang terbalik keatas dapat terjadi. Jahitan dimulai seperti pada pola terputus sederhana. Tetapi benang jahit melintasi kembali ke lapisan sebelahnya membentuk seperti huruf U dan kemudian diikat. Saat benang diikat bagian benang yang tampak dipermukaan terlihat paralel dan sejajar dengan bagian disampingnya dari garis insisi. Saat tarikan benang dirasakan terlalu kencang dan jahitan diinginkan untuk dipotong melalui kulit lebih baik benang jahit yang tersisa dilonggarkan melalui sebagian kecil dari tabung karet untuk tetap paralel pada lapisan kulit.



Gambar 3. Pola Mattress (pola horisontal mattress, pola horisontal mattress terputus, pola four stitch terputus). 3. Pola Mattress melalui pipa kare (Mattress suture through rubber tubing). Saat tarikan benang dirasakan terlalu kencang dan jahitan diinginkan untuk dipotong melalui kulit lebih baik benang jahit yang tersisa dilonggarkan melalui sebagian kecil dari tabung karet untuk tetap paralel pada lapisan kulit.



Gambar 4. Mattress suture through rubber tubing 4. Pola Mattress silang (Cross-mattress suture). Disini bagian benang yang panjang dimasukkan kebagian lapisan kulit lainnya secara diagonal yang membuat seperti huruf X. Bagian yang tersembunyi dibuat paralel seperti pada lapisan disampingnya. Keuntungannya pola ini merapatkan jaringan lebih baik daripada pola mattress horisontal sederhana.



Gambar 4. Pola Mattress silang (Cross-mattress suture).



5. Pola Mattress terputus kedalam (Interrupted inverted mattress suture). Disini bagian benang yang panjang terlihat melintasi garis insisi dan bagian yang tak terlihat dibuat paralel terhadap garis insisi. Jahitan tidak dilakukan penusukan jarum melalui lapisan mukus pada organ berongga tetapi melalui lapisan muskuler. 6. Pola Halstead (Halstead suture). Ini merupakan pola jahitan Lembert terputus duakali menggunakan benang tunggal yang dilakukan hal yang sama pada sisi lainnya dan diikat. Ini merupakan pola yang berbeda dari pola mattress horisontal sederhana.



Gambar 6. Pola Halstead (Halstead suture). 7. Pola Mattress vertikal (Vertical mattress suture). Tidak seperti pada pola mattress horisontal, bagian yang terlihat pada jahitan disisi insisi terlihat vertikal terhadap garis insisi tetap pada posisi paralel. Penusukan jarum pada kulit pada salah satu lapisan dari luar berkisar 0.5 sampai 1.0 cm dari garis insisi dan penusukan jarum pada sisi jaringan lainnya dilakukan dengan ukuran yang sama dari bawah ke atas. Jarum kemudian masuk kedalam kulit pada sisi kedua dekat dengan garis insisi dan kembali posisi awal dan kemudian simpul diikat. Ikatan dilakukan hanya untuk merapatkan lapisan kulit dan tidak menimbulkan lipatan keatas.



Pola mattress vertikal juga memiliki kapasitas mempertahankan tegangan ikatan dan meskipun lebih baik daripada pola mattress horisontal. Pola tersebut memiliki interfensi yang kurang terhadap pembuluh darah yang menuju lapisan kulit daripada pola horisontal. Ketidakuntungannya bahwa pola ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan membutuhkan benang didalam jaringan.



Gambar 8. Pola Mattress vertikal (Vertical mattress suture). 8. Pola Mattress vertical Donati’s. Pola ini sedikit berbeda dengan dengan pola mattress vertikal. Benang jahit yang terlihat keluar hanya satu dari kedua lapisan karena dilapisan lainnya dijahit intrakutan. 9. Pola Crushing atau Gambee (Crushing suture). Ini merupakan tipe jahitan yang spesial untuk menutup saluran usus. Memasukkan benang jahit dimulai dari melalui kedua bagian usus yang terpotong yang saling berhadapan seperti diawali dari serosa salah satu lapisan ke serosa lapisan lainnya. Dari serosa ke lumen jarum masuk menusuk membran mukosa dekat dengan batas lapisan jaringan dan keluar melalui muskularis. Penetrasi selanjutnya melalui muskularis lapisan disebelahnya dan masuk kedalam lumen dan menusuk membran mukosa dari lumen berjarak sedikit dari tempat awal memasukkan jahitan kemudian keluar melalui serosa dan kedua lapisan tersebut ditarik dan diikat. Saat jahitan selesai dilakukan lapisan mukosa didorong kedalam sedikit dan kerapatan jaringan hanya sebatas rapat. Pola crushing lebih dipilih daripada pola inversi biasa ketika lumen dari



usus besar yang dijahit hanya menghasilkan sedikit penyambungan. Sepanjang lapisan yang dijahit tidak mengalami inversi lumen usus tidak akan mengalami obstruksi.



Gambar 10. Pola Crushing atau Gambee (Crushing suture).