PPK Obgyn [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN PRAKTIK KLINIS OBSTETRI & GINEKOLOGI



RSUD KALABAHI ALOR



PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) RSD KALABAHI ALOR, NTT



1. Pengertian (Definisi)



2. Anamnesis



3. Pemeriksaan Fisik



4. Kriteria Diagnosis



KETUBAN PECAH DINI KPD Preterm Ketuban pecah dini preterm adalah pecah ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada usia < 37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat Preterm adalah pecah ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai < 34 minggu, sedangkan KPD preterm saat umur kehamilan ibu antara 34 minggu sampai kurang 37 minggu. KPD pada kehamilan Aterm Ketuban pecah dini/ premature rupture of membranes (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu. 1. Waktu dan kuantitas cairan yang keluar dari vagina 2. Usia gestasi dan taksiran persalinan 3. Riwayat KPD aterm sebelumnya 4. Menanyakan riwayat demam, trauma dan tindakan medis seperti versi luar dan prosedur amniocentesis 1. Pemeriksaan fisik umum 2. Leopold I-IV, Tinggi Fundus Uteri, his, DJJ 3. Adanya cairan amnion pada pemeriksaan fisik 4. Pada pemeriksaan spekulum : untuk menilai adanya servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin (pada presentasi bukan kepala); menilai dilatasi dan pendataran serviks, mendapatkan sampel dan mendiagnosis KPD aterm secara visual 5. Pada tes pH dari forniks posterior vagina: Kertas lakmus merah akan jadi biru. 1. Sesuai dengan kriteria pemeriksaan fisik 2. Hamil ≥ 37 minggu. 3. Keluar air dari orifisium uteri eksterna 4. Pada tes pH dari forniks posterior vagina: Kertas lakmus merah akan jadi biru. 5. Tidak ada tanda-tanda inpartu



5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding



7. Pemeriksaan Penunjang



8. Tata Lakasa



Ketuban Pecah Dini 1. Fluor albus pada kehamilan 2. Inkontinensia urin 1. USG : menilai indeks cairan amnion, taksiran berat janin, usia gestasi dan presentasi janin, dan kelainan kongenital janin 2. Pemeriksaan DL,UL, CT/BT 3. Pada beberapa kasus dapat diperlukan pemeriksaan GDS. Terutama untuk kasus DM. 4. Tes Nitrazine dan tes fern 1. Pengelolaan dasar :  Terapi suportif untuk stabilisasi pada ibu  Perhatikan ABC (Airway, Breathing, Circulation).  Dilakukan manajemen aktif pada pasien KPD ≥ 37 minggu  Dexametason 2 x 6-10 mg IV bila dibawah usia kehamilan 36 minggu atau dapat diberikan 12 mg iv single shot bila segera harus dilakukan manajemen aktif sesuai pertimbangan DPJP. 2. Manajemen aktif  Pasien diberikan antibiotika profilaksis, Amoxicilin 500 mg tiap 8 jam per oral atau Cefixime 100 – 200 mg tiap 12 jam peroral.  Dilakukan pemeriksaan tanda vital tiap 4 jam atau sesuai partograf WHO  Bila temperatur < 37,6 C, dilakukan observasi tanda tanda inpartu dalam waktu 8 jam, bila belum inpartu lakukan drip oksitosin.  Bila terdapat komplikasi pada ibu seperti hipertensi dalam kehamilan, leukosit > 12.000, dan pelvik skor < 5, dipertimbangkan melakukan menajemen aktif dengan cara: a. Bila PS lebih atau sama dengan 5, dilakukan induksi dengan oksitosin drip. b. Bila PS kurang dari 5, dilakukan tindakan seksio caesarea. 3. Cara Persalinan  Persalinan normal dengan atau tanpa induksi persalinan.  Setelah persalinan normal, diberikan terapi Antibiotik : Amoxicillin 500 mg tiap 8 jam per oral atau Cefixime 100 – 200 mg tiap 12 jam peroral.







9. Edukasi (Hospital Health Promotion) 10. Prognosis



Metronidazole 500 mg peroral dapat diberikan bila WBC diatas 18.000  Analgetik : asam mefenamat 500mg tiap 8 jam peroral atau paracetamol 500 mg tiap 6 jam  Hari pertama pasca persalinan : mobilisasi aktif dan dapat dipulangkan bila kondisi klinis baik.  Persalinan dengan Seksio Caesarea mengikuti tata laksana pada Panduan Praktek Klinis Sektio Cesaria 1. Penjelasan tentang penyakit 2. Nutrisi dan cairan 3. Penjelasan tentang obat-obatan 4. Mobilisasi pasca persalinan Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad Bonam Ad fungsionam : dubia ad Bonam



11. Tingkat Evidens



I/II/III/IV



12. Tingkat Rekomendasi



A/B/C



13. Penelaah Kritis



Dokter Spesialis Obstetri Gynekologi, mitra bestari



14. Indikator Medis



Penggunaan antibiotic 1.



15. Kepustakaan



2.



PMK No. 5 Th 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Hal 474Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran:Ketuban Pecah Dini. 2016



PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) RSD KALABAHI ALOR, NTT



KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU 1. Pengertian (Definisi) Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan yang hasil konsepsinya berimplantasi di luar kavum uteri dan berakhir dengan abortus atau ruptur tuba.  Terlambat haid 2. Diagnosis  Biasanya terjadi 6-8 minggu setelah haid terakhir  Gejala subjektif kehamilan lainnya (mual, pusing, dsb)  Nyeri perut yang disertai spotting  Gejala yang lebih jarang: nyeri yang menjalar ke bahu, perdarahan pervaginam, pingsan  Tanda-tanda syok hipovolemik  Nyeri abdomen : - Uterus yang membesar - Nyeri goyang serviks (+) - Nyeri pada perabaan dan dapat teraba massa tumor didaerah adneksa - Kavum Douglas bisa menonjol karena berisi darah, nyeri tekan (+) 1. Kista ovarium pecah dan mengalami perdarahan 3. Diagnosis banding 2. Torsi kista ovarium 3. Kista terinfeksi 4. Abortus iminens 5. Appendisitis 1. Laboratorium : 4. Pemeriksaan penunjang  Hb, Lekosit  Kadar ß-hCG dalam serum  Uji kehamilan (tes urine) 2. USG :  Uterus yang membesar  Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri Adanya kantung kehamilan di luar cavum uteri.  Terdapat gambaran massa kompleks dan atau darah/cairan bebas didaerah adneksa dan atau di cavum douglas 3. Kuldosentesis untuk mengetahui adanya darah dalam kavum Douglas 4. Laparoskopi diagnostik



5. Konsultasi



Bila dicurigai kemungkinan appendisitis, konsul ke Departemen Bedah



6. Terapi



7. Perawatan rumah sakit 8. Penyulit 9. Prognosis 10. Informed consent 11. Patologi anatomi 12. Otopsi 13. Catatan medik



1. Konservatif: Pada kehamilan ektopik bila fertilitas masih diperlukan, dapat diberi terapi medikamentosa dengan methotrexate (MTX) dengan syarat : • Hemodinamisasi stabil • kehamilan kurang dari 8 minggu • Tidak ada cairan bebas pada pemeriksaan USG • Kantung kehamilan ektopik < 3 cm • Tidak tampak pulsasi jantung janin, • Kadar HCG < 10.000 IU/ml, • Tidak ada kontra indikasi pemberian MTX, • Pasien bisa di follow up (diberikan 50 mg MTX, dosis tunggal, intra muskular. Bila berat badan < 50 kg, dosisnya 1 mg/Kg BB) 2. Operatif : • Laparotomi • Salpingektomi (terapi standar) bila tidak tidak ada masalah fertilitas, ruptur tuba, perdarahan banyak, ada kelainan anatomi tuba. • Salpingostomi (bila fertilitas masih diperlukan). • Reseksi segmen • Pada kehamilan ektopik belum terganggu, bila terdapat kontra indikasi operasi atau kemungkinan operasi sulit (kehamilan servikal, kornu, perlengketan hebat di rongga panggul, keadaan umum tidak memungkinkan) diberikan MTX. 3. Transfusi darah bila HB < 6 gram%. (kalau keadaan persediaan darah susah, dan perlu sekali transfusi, bisa dilakukan auto transfusi dengan syarat darah intra abdomen masih segar, tidak terinfeksi atau terkontaminasi). Diperlukan Kematian Dubia Dilakukan informed consent pada setiap aspek tindakan, baik diagnostik maupun terapeutik, kecuali bila keadaan sudah sangat mengancam jiwa. Jaringan yang diangkat (tuba, ovarium) Diperlukan pada kasus kematian akibat kehamilan ektopik Mencakup keluhan utama, gejala klinis, riwayat obstetri, pemeriksaan fisik & penunjang, terapi, operasi, perawatan, tindak lanjut, konsultasi, prognosis



PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS ABORTUS INCOMPLETE RSD KALABAHI ALOR NUSA TENGGARA TIMUR 2022



1. Pengertian (Definisi)



ABORTUS INCOMPLETE O03.4



Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dan berat janin < 500 gr dengan sebagian hasil konsepsi masih tertinggal dalam uterus.



2. Anamnesis



1. Riwayat terlambat haid dengan hasil β HCG (+) dengan usia kehamilan dibawah 20 minggu. 2. Perdarahan aktif 3. Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan 4. Pengeluaran sebagian hasil konsepsi 5. Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat perdarahan 6. Faktor resiko : a. Penyakit infeksi b. Kelainan hormonal, seperti hipotiroidisme c. Gangguan nutrisi yang berat d. Penyakit menahun dan kronis e. Alkohol, merokok dan penggunaan obat-obatan f. Anomali uterus dan serviks g. Gangguan imunologis h. Trauma fisik dan psikologis



3. Pemeriksaan Fisik



1. Periksa dan catat tanda vital (Keadaan umum, kesadaran, temperatur, tekanan darah, pernafasan, dan nadi) 2. Penilaian tanda-tanda syok 3. Periksa konjungtiva untuk tanda anemia 4. Mencari ada tidaknya massa abdomen 5. Tanda-tanda akut abdomen dan defans musculer 6. Pemeriksaan ginekologi ditemukan: a. Osteum uteri terbuka dengan terdapat sebagian sisa konsepsi tertinggal



b. Perdarahan aktif c. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan 4. Kriteria Diagnosis



Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.



5. Diagnosis Kerja



Abortus Incomplete



6. Diagnosis Banding



Abortus Insipien Abortus Complete



7. Pemeriksaan Penunjang



1. Pemeriksaan tes kehamilan β HCG biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus 2. Pemeriksaan darah perifer lengkap 3. Pemeriksaan USG



8. Terapi



a. Lakukan konseling. b. Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi). c. Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena perdarahan, pasang IV line (bila perlu 2 jalur) segera berikan infus cairan NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat disusul dengan darah. d. Evakuasi (lihat prosedur terminasi kehamilan). e. Uterotonika (metilergometrin tablet 3 x 0,125 mg). f. Beri antibiotika berspektrum luas selama 3 hari. g. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium. h. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang.



9. Edukasi



1. Pemberian informasi bahwa janin telah meninggal 2. Harus dilakukan evakuasi/melahirkan janin tersebut



10. Prognosis



Ad vitam



: Dubia Ad bonam



Ad Sanationam : Dubia Ad bonam Ad Fungsionam : Dubia Ad bonam 11. Tingkat Evidens



I



12. Tingkat Rekomendasi



A



13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis



Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, mitra bestari - Menghentikan perdarahan aktif



- Mengurangi resiko pasien syok 15. Kepustakaan



1. Berek JS. Berek and Novak’s Gynecology 16th ed. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. 2019 2. Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. William obstetrics. 25th eds. New York: McGraw-Hill Education.2018. 3.TAYLOR, Hugh S.; PAL, Lubna; SELI, Emre. Speroff's clinical gynecologic endocrinology and infertility. 2020.



PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS ABORTUS IMMINENS RSD KALABAHI ALOR NUSA TENGGARA TIMUR 2022



4. Pengertian (Definisi)



ABORTUS IMMINENS O20.0



Ancaman pengeluaran hasil konsepsi pada umur kehamilan kurang dari sama dengan 20 minggu atau berat janin kurang dari sama dengan 500 gram. Abortus tingkat permulaan, dimana terjadi perdarahan pervaginam ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.



5. Anamnesis



a. Riwayat terlambat haid dengan hasil βHCG (+) dengan usia kehamilan < 20 minggu b. Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak berwarna kecoklatan dan bercampur lendir c. Nyeri perut atau cramping pain sedikit



6. Pemeriksaan Fisik



1. Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) 2. Penilaian tanda-tanda syok 3. Periksa konjungtiva untuktanda anemia 4. Mencari ada tidaknya massa abdomen 5. Tanda-tanda akut abdomen dan defans musculer 6. Pemeriksaan ginekologi, ditemukan: 



Osteum uteri masih menutup







Perdarahan berwarna kecoklatan disertai lendir







Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan



Detak jantung janin masih ditemukan 7. Kriteria Diagnosis



Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.



8. Diagnosis Kerja



Abortus Imminens



9. Diagnosis Banding



Abortus Komplet Missed Abortion Blighted Ovum



Mola Hidatidosa 10. Pemeriksaan Penunjang



Lab darah rutin Kadar hCG (PP test) USG (Transvaginal ; Transabdominal)



11. Terapi



a. Bila kehamilan utuh, ada tanda kehidupan janin : 



Rawat jalan







Tidak diperlukan tirah baring total







Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas berlebihan atau hubungan seksual.







Bila perdarahan berhenti dilanjutkan jadwal pemeriksaan kehamilan selanjutnya.







Bila perdarahan terus berlangsung, nilai ulang kondisi janin (USG) 1 minggu kemudian.



b. Bila hasil USG meragukan, ulangi pemeriksaan USG 1-2 minggu kemudian. c. Bila hasil USG tidak baik : Evakuasi tergantung umur kehamilan 12. Edukasi



1. Pemeriksaan rutin antenatal. 2. Makan makanan yang bergizi (sayuran, susu, ikan, daging, telur). 3. Menjaga kebersihan diri, terutama daerah kewanitaan dengan tujuan mencegah infeksi yang bisa mengganggu proses implantasi janin. 4. Hindari rokok, karena nikotin mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. 5. Apabila terdapat anemia sedang berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu,bila anemia berat maka berikan transfusi darah. 6. Melakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional



13. Prognosis



Ad Vitam



: Dubia Ad bonam / malam



Ad Sanationam : Dubia Ad bonam / malam Ad Fungsionam : Dubia Ad bonam / malam 14. Tingkat Evidens



I



15. Tingkat Rekomendasi



A



16. Penelaah Kritis



Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, mitra bestari



17. Indikator Medis



Mencegah perdarahan dan komplikasi



18. Kepustakaan



1. Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Breech Delivery. In: william obstetrics. 25th eds. New York: McGraw-Hill Education.2018. 2. Berek JS. Berek and Novak’s Gynecology 16th ed. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. 2019 3.TAYLOR, Hugh S.; PAL, Lubna; SELI, Emre. Speroff's clinical gynecologic endocrinology and infertility. 2020.



PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS ABORTUS INSIPIENS RSD KALABAHI ALOR NUSA TENGGARA TIMUR 2022



Pengertian (Definisi)



ABORTUS INSIPIENS O02.1



Abortus sedang berlangsung, ditandai oleh perdarahan ringan atau sedang disertai kontraksi rahim dan akan berakhir sebagai abortus komplit atau inkomplit.



Anamnesis







Riwayat terlambat haid dengan hasil B HCG (+) dengan usia kehamilan dibawah 20 minggu







Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar disertai terbukanya serviks







Perut nyeri ringan atau spasme (seperti kontraksi saat persalinan)



Pemeriksaan Fisik



1. Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) 2. Penilaian tanda-tanda syok 3. Periksa konjungtiva untuk tanda anemia 4. Mencari ada tidaknya massa abdomen 5. Tanda-tanda akut abdomen dan defans musculer 6. Pemeriksaan ginekologi, ditemukan:



Kriteria Diagnosis







Osteum uteri terbuka







Perdarahan berwarna merah segar







Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan







Ketuban utuh, dapat menonjol



Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.



Diagnosis Kerja



Abortus Insipiens



Diagnosis Banding



Abortus Inkomplet Mola Hidatidosa



Pemeriksaan Penunjang



1. Lab darah rutin 2. Kadar hCG (PP test) urine



3. USG (Transvaginal ; Transabdominal) Terapi



b. Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi paska keguguran. c. Evakuasi (lihat prosedur kuretase) d. Uterotonika pasca evakuasi e. Antibiotika selama 3 hari f. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium. g. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang.



Edukasi



1. Kehamilan sudah tidak bisa dipertahankan 2. Penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan (evakuasi hasil konsepsi)



Prognosis



Ad Vitam



: Dubia Ad bonam



Ad Sanationam : Dubia Ad bonam Ad Fungsionam : Dubia Ad bonam Tingkat Evidens



I



Tingkat Rekomendasi



A



Penelaah Kritis



Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, mitra bestari



Indikator Medis



Mencegah perdarahan dan komplikasi



Kepustakaan



1. Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Breech Delivery. In: william obstetrics. 25th eds. New York: McGraw-Hill Education.2018. 2. Berek JS. Berek and Novak’s Gynecology 16th ed. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. 2019 3.TAYLOR, Hugh S.; PAL, Lubna; SELI, Emre. Speroff's clinical gynecologic endocrinology and infertility. 2020.



PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS ABORTUS COMPLETE RSD KALABAHI ALOR NUSA TENGGARA TIMUR 2022



Pengertian (Definisi)



ABORTUS COMPLETE O03.9



Pengeluaran seluruh hasil konsepsi dari rahim pada kehamilan sebelum 20 minggu dan berat janin < 500 gr



Anamnesis



a. Perdarahan jalan lahir dari bercak hingga berjumlah banyak b. Perut nyeri dan kaku c. Pengeluaran jaringan atau gumpalan d. Riwayat obstetri : Riwayat kehamilan sebelumnya (termasuk kehamilan ektopik, riwayat perdarahan jalan lahir sebelumnya, riwayat kematian janin, kelahiran hidup dan cara melahirkan) e. Riwayat ginekologi : HPHT, siklus menstruasi, permasalahan ginekologi



seperti



pembedahan



ginekologi



sebelumnya



ataupun kondisi fisik yang abnormal, riwayat kontrasepsi. f. Riwayat sexual : Satu pasang atau banyak pasangan, riwayat HIV/AIDS g. Riwayat penyakit dahulu : Penyakit kronis seperti hipertensi, kejang, kelainan pembekuan darah, penyakit liver, penyakit jantung, diabetes, sickle cell anemia, asma, penyakit jiwa yang signifikan. h. Tanda-tanda infeksi i. Riwayat penyakit yang sedang diderita meliputi kelainan hormonal seperti hipotiroidisme, diabetes melitus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan j. Riwayat kebiasaan merokok dan alkohol k. Riwayat pengobatan dan alergi : Termasuk obat-obatan herbal dan alternatif l. Riwayat sosial : Status pernikahan dan status pasangan, keadaan keluarga, kemungkinan adanya KDRT. Pemeriksaan Fisik



1. Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) 2. Penilaian tanda-tanda syok 3. Periksa konjungtiva untuk tanda anemia 4. Mencari ada tidaknya massa abdomen 5. Tanda-tanda akut abdomen dan defans musculer 6. Pemeriksaan ginekologi, ditemukan:



Kriteria Diagnosis







Perdarahan : sedikit







Nyeri perut : tanpa/sedikit







Uterus : lebih kecil dari usia gestasi







Serviks : terbuka/tertutup







Gejala khas : ekspulsi seluruh jaringan konsepsi



Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.



Diagnosis Kerja



Abortus Complete



Diagnosis Banding



Abortus Incomplete



Pemeriksaan Penunjang  Ultrasonografi : tidak didapatkan hasil konsepsi dalam rahim, endometrial line (+).  Pemeriksaan Laboratorium Darah rutin, PT/APTT, Gol darah, GDS. Terapi







Tidak perlu evakuasi lagi







Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan kontrasepsi pasca keguguran







Observasi keadaan ibu







Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet ferrous sulfat 600mg/ hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.



 Edukasi



Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.



Memberikan informasi penyakit kepada individu dan keluarganya, tentang:



Prognosis







Pencegahan komplikasi dan penyulit terutama syok.







Rencana pemeriksaan dan tatalaksana selama perawatan







Pencegahan kekambuhan dengan AKDR pasca keguguran



Ad vitam



: Dubia Ad bonam



Ad Sanationam : Dubia Ad bonam Ad Fungsionam : Dubia Ad bonam Tingkat Evidens



I



Tingkat Rekomendasi



A



Penelaah Kritis



Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, mitra bestari



Indikator Medis



Mencegah komplikasi dan infeksi



Kepustakaan



1. Berek JS. Berek and Novak’s Gynecology 16th ed. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. 2019 2. Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. William obstetrics. 25th eds. New York: McGraw-Hill Education. 2018. 3.TAYLOR, Hugh S.; PAL, Lubna; SELI, Emre. Speroff's clinical gynecologic endocrinology and infertility. 2020.



PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS MISSED ABORTION RSUD KALABAHI, ALOR NTT JAWA TIMUR 2021-2023



1. Pengertian (Definisi)



MISSED ABORTION O02.1



Kematian pada janin yang berusia kurang dari 20 minggu yang masih belum dikeluarkan dari rahim selama 8 minggu atau lebih.



2. Anamnesis



1. Gejala hamil subjektif dan objektif (tanda tak pasti dan pasti )



2. Perdarahan, spotting sampai dengan perdarahan banyak



3. Pemeriksaan Fisik







Pemeriksaan fisik kehamilan muda







Servik tertutup







Perdarahan : spotting – perdarahan banyak,







DJJ (-)







Tinggi fundus uteri lebih kecil dari usia kehamilan.



a. USG : terdapat tanda janin mati 4. Pemeriksaan Penunjang



b. Laboratorium: Hb, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan, waktu protombin.



5. Kriteria Diagnosis 6. Diagnosis 7. Diagnosis Banding



Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Missed Abortion 1. Abortus Incomplete 2. Kehamilan ektopik a. Evakuasi pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup, sehingga perlu tindakan dilatasi (lihat prosedur kuretase); hati-hati karena pada keadaan ini biasanya plasenta



8. Terapi



bisa melekat sangat erat sehingga prosedur kuretase lebih sulit dan dapat berisiko tidak bersih/perdarahan pasca kuretase. b. Uterotonika pasca evakuasi c. Antibiotika selama 3 hari



9. Edukasi



Pemberian informasi bahwa janin telah meninggal Harus dilakukan evakuasi untuk melahirkan janin tersebut Ad vitam



10. Prognosis



: dubia ad bonam



Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam



11. Tingkat Evidens



I



12. Tingkat Rekomendasi



A



13. Penelaah Kritis



Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, mitra bestari



14. Indikator Medis



Mencegah perdarahan dan komplikasi



15. Kepustakaan



1. Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Breech Delivery. In: william obstetrics. 25th eds. New York: McGraw-Hill Education. 2018.



2. TAYLOR, Hugh S.; PAL, Lubna; SELI, Emre. Speroff's clinical gynecologic endocrinology and infertility. 2020. 3. Berek JS. Berek and Novak’s Gynecology 16th ed. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. 2019



PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS ABORTUS SEPTIK RSD KALABAHI ALOR NUSA TENGGARA TIMUR 2022



1.



Pengertian



(Definisi)



ABORTUS SEPTIK O03.37



Berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan < 20 mg (berat janin < 500 gram) atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.



Abortus biasanya disertai infeksi pada alat genital dan penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia dan peritonitis). Komplikasi Tindakan abortus yang paling sering terjadi apabila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis. 2.



Anamnesis



a.



Perdarahan jalan lahir dari bercak hingga berjumlah



banyak, disertai waktu masuk Rumah Sakit mungkin disertai syok septik. b.



Perut nyeri dan kaku



c.



Pengeluaran sebagian jaringan atau gumpalan



d.



Riwayat



obstetri



:



Riwayat



kehamilan



sebelumnya



(termasuk kehamilan ektopik, riwayat perdarahan jalan lahir sebelumnya, riwayat kematian janin, kelahiran hidup dan cara melahirkan) e.



Riwayat



ginekologi



:



HPHT,



siklus



menstruasi,



permasalahan ginekologi seperti pembedahan ginek sebelumnya ataupun kondisi fisik yang abnormal, Riwayat kontrasepsi. f.



Riwayat sexual : satu pasang atau banyak pasangan,



riwayat HIV/AIDS g.



Riwayat penyakit dahulu : penyakit kronis seperti



hipertensi, kejang, kelainan pembekuan darah, penyakit liver, penyakit jantung, diabetes, sickle cell anemia, asma, penyakit jiwa yang signifikan. h.



Tanda-tanda infeksi



i.



Riwayat penyakit yang sedang diderita meliputi kelainan



hormonal seperti hipotiroidisme, diabetes melitus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan, j.



Riwayat kebiasaan merokok dan alkohol



k.



Riwayat pengobatan dan alergi : termasuk bat-obatan



herbal dan alternatif l.



Riwayat



sosial



:



status



pernikahan



dan



status



pasangan,keadaan keluarga, kemungkinan adanya KDRT. 3.



Pemeriksaan Fisik



1.



Keadaan umum : tampak kesakitan, Lelah, kadang



menggigil



2.



Penilaian tanda vital,



(Tekanan darah : turun, nadi : takikardia, respirasi : meningkat, suhu : meningkat > 38oC) 3.



Penilaian tanda-tanda syok septik



4.



Periksa konjungtiva untuk tanda anemia



5.



Mencari ada tidaknya massa abdomen



6.



Tanda-tanda akut abdomen dan defans musculer



7.



Pemeriksaan ginekologi, ditemukan:







Suhu > 38oC dan takikardia







Perdarahan : sedikit







Nyeri perut : ada nyeri tekan







Uterus : membesar dan lembut







Serviks : terbuka







Gejala khas : ekspulsi sebagian/seluruh jaringan konsepsi,



fluxus berbau (+) 4.



Kriteria Diagnosis



Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.



5.



Diagnosis Kerja



Abortus Septik



6.



Diagnosis Banding



Abortus Provokatus minimalis Abortus Incomplete



7.



Pemeriksaan



Penunjang



● Ultrasonografi : didapatkan hasil konsepsi dalam rahim, endometrial line (+). ● Pemeriksaan



Laboratorium



Darah



rutin,



Urin



Lengkap,



PT/APTT, Gol darah, GDS, Kultur darah dan kultur cairan fluxus/fluor 8.



Terapi



a.



Lakukan konseling



b.



Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi).



c.



Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena



perdarahan, pasang IV line (bila perlu 2 jalur) segera berikan infus cairan NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat disusul dengan darah, atasi syok septiknya. d.



Posisi Fowler



e.



Antibiotika yang adekuat (berspektrum luas, aerob dan



anaerob) dilanjutkan dengan tindakan evakuasi f.



Uterotonika (metilergometrin 0,2 mg IM)



g.



Evakuasi (lihat prosedur terminasi kehamilan)



h.



Kuretase untuk mengevakuasi sisa jaringan dilakukan



setelah 6 jam pemberian antibiotik dan uterotonika parenteral i.



Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan



kirimkan untuk pemeriksaan patologi. j.



Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda



akut abdomen, dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang. k.



Antibiotik dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam. Kombinasi antibiotika untuk abortus septik



Antibiotika parenteral untuk abortus septik



9.



Edukasi



Memberikan informasi penyakit kepada individu dan keluarganya, tentang: ●



Pencegahan komplikasi dan penyulit terutama syok.



10.



Prognosis







Rencana pemeriksaan dan tatalaksana selama perawatan







Pencegahan kekambuhan dengan AKDR pasca keguguran



Ad Vitam



: dubia adbonam



Ad Sanationam : dubia adbonam Ad Fungsionam : dubia adbonam 11.



Tingkat Evidens



I



12.



Tingkat



A



Rekomendasi 13.



Penelaah Kritis



Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, mitra bestari



14.



Indikator Medis



Mencegah komplikasi dan infeksi Mengurangi resiko pasien syok



15.



Kepustakaan



1.



Berek JS. Berek and Novak’s Gynecology 16th ed. Wolters



Kluwer; 2020. 2.



Taylor S.H, Pal L, Seli E. Speroff's Clinical Gynecologic



Endocrinology and Infertility. Ninth edition. Wolters Kluwer; 2020. 3.



Cunningham FG, Leveno KJ, Dashe JS, Hoffman BL,



Spong CY, and Casey BM. Williams Obstetrics. 26th Edition. McGraw Hill; 2022. 4.



Saifuddin B., Rachimhadhi T., & Gulardi, editor. Ilmu



Kandungan Sarwono Prawirohardjo Edisi Keempat Cetakan keenam. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Indonesia; 2020



PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS BLIGHTED OVUM RSD KALABAHI ALOR NUSA TENGGARA TIMUR 2022



Pengertian (Definisi)



BLIGHTED OVUM O02.0



Blighted ovum, juga dikenal sebagai kehamilan anembrionik adalah kondisi dimana terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi berimplantasi dan kantung kehamilan (embrio) terbentuk dan tumbuh, tetapi embrio gagal berkembang.



Anamnesis



1. Adanya terlambat haid dengan hasil B HCG (+) 2. Kram perut ringan dengan bercak atau pendarahan pada vagina



Pemeriksaan Fisik



3. Penilaian Keadaan umum tampak baik atau shock akibat perdarahan 2. Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)



2. Penilaian tanda-tanda kehamilan 3. Periksa konjungtiva untuk tanda anemia 4. Mencari ada tidaknya massa abdomen 5. Pemeriksaan ginekologi Inspeksi vulva Perdarahan pervagina Inspekulum Ostium uteri eksterna terbuka atau tertutup. Pemeriksaan bimanual Portio terbuka, tinggi fundus uteri lebih kecil dari usia kehamilan, tidak didapatkan nyeri goyang porsio, teraba sisa jaringan Kriteria Diagnosis



Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.



Diagnosis Kerja



Blighted Ovum



Diagnosis Banding



Kehamilan Ektopik Mola Hidatidosa



Pemeriksaan Penunjang



4. Darah Lengkap 5. Beta hCG 6. USG (Transvaginal atau Transabdominal) : - Kantung kehamilan (GS) dengan diameter kantung rata-rata 25 mm dan tidak ada embrio - Embrio dengan CRL 7 mm tanpa ada aktivitas jantung



Terapi



Manajemen hamil Pendekatan "watchful waiting"  Pasien diikuti tanpa ada intervensi Manajemen medis 1. Menggunakan misoprostol (analog prostaglandin), 800 mcg, diberikan melalui vagina 2. Antibiotik Amoxicillin tablet 500 mg (3x1) Cefazoline 1-2 gr  antibiotik profilaksis 3. Analgetik



Asam mefenamat tablet 500 mg (3x1) 4. Antiemetik Ranitidine 1 amp, Pimperan 1 amp Managemen Bedah Manajemen bedah menggunakan evakuasi uterus dengan vakum manual. Sering digunakan pada pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik Edukasi



1. Kondisi penyakit pasien 2. Tujuan dan tatacara tindakan medis 3. Alternatif tindakan medis dan resikonya 4. Rencana perawatan, pemberian obat-obatan dan tindakan yang dilakukan 5. Kemungkinan resiko dan komplikasi yang bisa terjadi 6. Prognosa penyakit dan prognosa terhadap tindakan yang dilakukan



Prognosis



Ad Vitam



: dubia ad bonam



Ad Sanationam : dubia ad bonam Ad Fungsionam : dubia ad bonam Tingkat Evidens



I



Tingkat Rekomendasi



A



Penelaah Kritis



Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, mitra bestari



Indikator Medis



Mencegah perdarahan dan komplikasi



Kepustakaan



1. Chaudhry K, Tafti D, Siccardi MA. Anembryonic Pregnancy. [Updated 2022 May 16]. In: StatPearls [Internet]. Treasure



Island



(FL):



StatPearls



Publishing;



Jan-. Available



2022 from:



https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499938/ 2. Fauzia Q. Vandermeer, Jade Wong-You-Cheong, Chapter 21 - Ultrasound of the Normal and Failed FirstTrimester Pregnancy, Editor(s): Julia R. Fielding, Douglas L. Brown, Amy S. Thurmond, Gynecologic Imaging, W.B. Saunders, 2011, Pages 317-329, ISBN 9781437715750, (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B97814377



15750100210) 3. Failed First Trimester Pregnancy,Editor(s): Aya Kamaya, Jade Wong-You-Cheong, Hee Sun Park, Barton F. Lane, Fauzia Vandermeer, Katherine E. Maturen, Shweta Bhatt, Bryan R. Foster, Sathi A. Sukumar, Ashish P. Wasnik, In Diagnostic Ultrasound, Diagnostic Ultrasound: Abdomen and Pelvis, Elsevier, 2016, Pages 786-791, ISBN 9780323376433, (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B97803233 76433501857)



PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS BLIGHTED OVUM RSD KALABAHI ALOR NUSA TENGGARA TIMUR 2022 Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan



Pengertian (Definisi)



Anemia defisiensi Besi pada kehamilan adalah kelainan pada ibu hamil dengan kadar hemoglobin < 11g/dl pada trimester I dan III atau